Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 1 - 19 dari 19 ayat untuk lagu-lagu [Pencarian Tepat] (0.001 detik)
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(1.00) (1Kor 14:2) (ende: Berkata kepada Allah)

Djadi bahasa gaib itu berwudjud doa dan lagu-lagu memuliakan Allah.

(0.75) (Kid 2:5) (jerusalem: sakit asmara) Amnon juga "sakit asmara" kepada Tamar, 2Sa 13:2. Dalam lagu-lagu cinta dari Mesir kerap kali dikatakan bahwa seseorang "sakit asmara".
(0.71) (Kid 4:11) (jerusalem: seperti bau gunung Libanon) Mempelai laki-laki terbawa lupa daratan dengan melihat mempelainya, Kid 4:11 dan wangi-angian pakaiannya, Kid 4:10-11. Dalam lagu-lagu cinta Mesir dan Arab hal semacam itu biasa juga, bahkan di mana-mana lagu-lagu cinta memakai bahasa serupa.
(0.62) (1Kor 14:8) (ende: Taktertentu bunjinja)

Dahulu kala dalam perang, perintah-perintah dan tanda-tanda disampaikan kepada pasukan-pasukan dengan lagu-lagu nafiri. Tiap tanda atau perintah ada lagunja tersendiri, jangan dipahami oleh segenap tentara.

(0.62) (Kol 3:16) (ende: Dengan mazmur-mazmur dll)

Ada jang menghubung bagian kalimat ini dengan kalimat mendahuluinja, jakni: "Hendak kamu saling mengadjari dan menasehati dengan mazmur-mazmur, madah-madah dan lagu-lagu jang diilhamkan oleh Roh Kudus.

(0.62) (Kid 7:11) (jerusalem: kita pergi ke padang...) Kid 7:11-12 menyinggung musim semi seperti Kid 2:10-14. Tetapi di sini mempelai perempuanlah yang mengajak. Kebun dan taman dalam lagu-lagu cinta Mesir digemari sebagai latar belakang percintaan.
(0.62) (Kid 6:12) (jerusalem) memang ayat yang paling sukar dalam Kidung Agung. Tidak ada tafsiran yang memuaskan. Apa yang oleh terjemahan Indonesia ini diterjemahkan dengan: kereta orang bangsawan, dalam naskah Ibrani berbunyi: kereta Aminadib. Mungkin Aminadib itu seorang tokoh yang dalam lagu-lagu cinta di Palestina memegang peranan yang dipegang oleh "Penguasa Mehi" dalam lagu-lagu cinta Mesir. "Penguasa Mehi" itu ialah seorang tokoh yang naik kereta berkeliling untuk mencampuri cinta asmara orang lain.
(0.50) (Kid 1:4) (jerusalem: Sang raja) Menurut tafsir alegorik raja itu tidak lain kecuali Tuhan. Tetapi tafsir itu sukar dipertahankan. Aselinya raja itu bukan pula raja Salomo, tetapi mempelai laki-laki. Dalam lagu-lagu nikah di negeri Siria mempelai laki-laki dan mempelai perempuan suka disebut "raja" dan "permaisuri". Boleh jadi seluruh larik ini, Kid 1:4, terpengaruh oleh Maz 45:15.
(0.50) (Kid 4:9) (jerusalem: dinda) Istilah ini masih dipakai dalam Kid 4:10,12; 5:1,2. Ia barangkali diambil alih dari lagu-lagu cinta yang laku di negeri. Di Mesir sapaan itu memang biasa. Hanya pesajak-pesajak Mesir menyapa mempelai laki-laki sebagai "kakanda" juga, hal mana tidak terjadi dalam Kidung Agung.
(0.44) (Ef 5:19) (full: BERNYANYI ... BAGI TUHAN. )

Nas : Ef 5:19

Semua lagu rohani kita baik di gereja maupun secara pribadi, harus terutama diarahkan kepada Allah sebagai doa ucapan syukur atau permohonan (bd. Mazm 40:4; 77:7).

  1. 1) Kidung pujian atau nyanyian rohani lainnya dapat merupakan manifestasi Roh Kudus (ayat Ef 5:18 dst; 1Kor 14:14 dst.).
  2. 2) Menyanyikan lagu-lagu rohani merupakan sarana peneguhan, ajaran, ucapan syukur dan doa (Kol 3:16).
  3. 3) Nyanyian Kristen merupakan ungkapan sukacita (ayat Ef 5:19).
  4. 4) Tujuan dari menyanyikan lagu-lagu rohani bukanlah hiburan atau kesenangan pribadi, melainkan penyembahan dan pemujian Allah (Rom 15:9-11; Wahy 5:9-10).
(0.44) (Kid 8:5) (jerusalem) Bagian ini adalah semacam "kata penutup" Kumpulan syair-syair yang termaktub dalam Kidung Agung.
(0.43) (Rat 3:1) (ende)

Lagu ini agak berbeda dengan lagu 1(Rat 1) dan 2(Rat 2). Jerusjalem hampir tidak muntjul (Rat 3:48-51). Bagian pertama (Rat 3:1-24) merupakan lagu ratap perorangan. Bagian kedua (Rat 3:25-39) serupa dengan lagu kebidjaksanaan,jang mengadjar sikap mana harus diambil dalam kesukaran. Bagian ketiga (Rat 3:40-47) merupakan pengakuan dosa dan lagu ratap umum. Bagian keempat (Rat 3:48-66) mendjadi lagu ratap pribadi pula (Rat 3:48-58), tetapi lalu beralih kedalam ratap umum (Rat 3:59-63). Susunan itulah mendjadi sebabnja, maka beberapa ahli berpendapat, bahwa lagu ini aselinja adalah lagu-lagu ratap tersendiri dan jang baru kemudian digabung dengan lagu-lagu ratap atas Jerusjalem. Tetapi boleh diterima djuga, bahwa si pengarang mengambil beberapa lagu, jang lalu dipersatukan serta disadurkan djustru untuk meratapi Jerusjalem. Lagi pula penjadur itu sama sadja dengan pengarang lagu-lagu lain. Lagu ketiga merupakan suatu adjakan untuk umat, supaja pertjaja pada Jahwe kendati kemalangannja.

(0.38) (Kid 3:11) (jerusalem) Ayat ini menyinggung pertemuan antara kedua kekasih. Dalam kumpulan lagu-lagu yang termaktub dalam Kidung Agung sajak kecil ini menjadi kata pendahuluan bagi puji-pujian atas mempelainya yang diucapkan mempelai laki-laki, Kid 4:1-15. Penggambaran dalam Kid 3:6-11 memang berlebih-lebihan. Mempelai laki-laki menjadi "raja", bdk Kid 1:4,12, serupa raja Salomo, Kid 7,9,11
(0.31) (Kid 1:2) (jerusalem) Ketiga ayat ini berperan sebagai kata pendahuluan kitab. Terungkap di dalamnya mana pokok bersama semua syair yang terkumpul dalam Kidung Agung. Nada kata pendahuluan ini sama dengan nada semua sajak yang berikut, yaitu nada cinta mesra yang menyala-nyala. Ada peralihan tiba-tiba dari diri orang yang ketiga (berbicara kepada orang ketiga), Kid 1:2,4 kepada diri orang kedua (langsung berbicara kepada kekasih), Kid 1:3,4. Hal semacam itu merupakan ciri khas lagu cinta, dan terdapat misalnya dalam lagu-lagu cinta yang berasal dari negeri Mesir. Kekasih laki-laki memang tidak hadir, tetapi meskipun jauh di mata ia dekat di hati kekasih perempuan yang sedang berbicara dan disertai beberapa teman, Kid 1:4, yaitu "puteri-puteri Yerusalem", Kid 1:5. Ada kesamaan antara Kid 1:2-4 ini dengan Nyanyian Nikah Raja, Maz 45:8-9,15-16.
(0.25) (Kid 1:12) (jerusalem) Dalam bagian ini mempelai perempuan dan mempelai laki-laki bergilir ganti angkat bicara. Mereka sedang bersama. Wangi-wangian yang mahal dan jarang terdapat (narwastu, mur, bunga pacar) mengibaratkan kenikmatan yang dialami dalam pertemuan kenikmatan yang dialami dalam pertemuan itu, Kid 1:12-14. Mereka saling memuji-muji, Kid 1:15-16; 2:1-3. Tempat pertemuan itu kurang jelas. Dikatakan tentang: petiduran sejuk (rindang), Kid 1:16, sebuah istana, Kid 1:17, dan rumah pesta, Kid 2:4+. Sebaliknya, jelaslah apa yang terjadi: kedua kekasih saling memeluk, Kid 2:6, dan mempelai laki-laki mengajak agar kekasihnya jangan dibangunkan orang, Kid 2:7. Ajakan itu menjadi semacam ulangan, Kid 3:5 dan Kid 8:3-4. Ajakan itu tidak perlu dianggap kurang sopan, mengingat bahwa lagu-lagu ini adalah syair pesta nikah. Dalam kumpulan syair-syair pernikahan yang tercantum dalam Kidung Agung tidak ada perkembangan atau kemajuan dalam cinta; masing-masing syair melukiskan seluruh pernikahan. Bdk Pengantar.
(0.25) (Mzm 114:1) (sh: Mengingat Tuhan melakukan pekerjaan ajaib (Kamis, 20 Mei 1999))
Mengingat Tuhan melakukan pekerjaan ajaib

Dalam tradisi Israel, saat mereka akan memperingati Paskah kuno, mereka duduk sehidangan menikmati jamuan roti tak beragi. Di meja perjamuan itulah biasanya Mazmur 113 dan 114 dinyanyikan. Mazmur 114 ini tercipta karena penggubahnya mengingat bagaimana Tuhan telah memimpin Israel keluar dari tanah perbudakan, Mesir, masuk ke tanah merdeka, Kanaan. Pekerjaan besar yang tidak dapat dimengerti oleh Musa pada awalnya menjadi kenyataan ajaib bagi seluruh umat Israel. Maka, gubahan Mazmur 114 ini mengingatkan kembali bahwa pekerjaan ajaib Tuhan perlu senantiasa diingat dan diulang sehingga membangun iman setiap umat Tuhan yang menyanyikannya.

Manfaat mengulang-ulang nyanyian tentang Tuhan. Gereja membiasakan untuk menyimpan dan membukukan lagu-lagu pujian tentang Tuhan dalam buku nyanyian. Bercermin dari nyanyian mazmur ini, maka kita diingatkan kembali bahwa pujian tentang Tuhan sejak dahulu hingga sekarang perlu terus-menerus diulang dengan tujuan mengajarkan orang percaya tentang perbuatan Tuhan. Mengulangi nyanyian tentang Tuhan bermanfaat untuk membangun iman dan membangunkan kembali ingatan setiap orang percaya tentang bagaimana Tuhan telah berkarya dalam kehidupan umat-Nya.

(0.22) (Kid 4:1) (jerusalem) Dalam sajak ini mempelai laki-laki memuji-muji kemolekan badaniah mempelai perempuan. Sebagiannya terulang dalam Kid 6:5-7; 7:1-9 memuat sebuah puji-pujian lain atas mempelai perempuan. Sebaliknya, dalam Kid 5:10-16 keelokan mempelai laki-laki dipuji-puji oleh bakal isterinya. Boleh jadi puji-pujian untuk isteri yang cakap, yang termaktub dalam Ams 31:10-31, diciptakan seorang berhikmat buat membereskan puji-pujian seperti yang tercantum dalam Kid 4:1-7, yang hanya memperhatikan kecantikan badaniah melulu. Namun puji-pujian semacam itu sangat biasa. Kitab apokrip "Kejadian" yang ditemukan di gua-gua di dekat Qumran memuat (pada Kej 12:15) sebuah puji-pujian atas kecantikan Sara (pujian itu agak kasar juga). Lagu-lagu cinta yang berasal dari negeri Mesir juga kerap kali memuji-muji kecantikan gadis-gadis. Puji-pujian semacam itu (yang disebut: wasf: penggambaran) juga suka dipakai dalam persajakan Arab. Kalau diartikan secara harafiah puji-pujian Kid 4:1-7 ini tentu saja memberi sebuah gambar berlebih-lebihan. Jadi jangan diartikan secara harafiah. Salah pula tafsiran alegorik, seolah-olah yang dimaksudkan ialah Tanah Suci dan bait Allah. Nas-nas semacam itu sebenarnya tidak menggambarkan apa-apa, tetapi hanya merangkaikan berbagai kiasan yang diambil dari alam, dari dunia bintang dan tumbuh-tumbuhan. Kiasan-kiasan itu hanya mengungkapkan rasa kagum, gembira dan senang yang ditimbulkan oleh kekasih yang dekat, seolah-olah peraba, penglihatan dan pencium terkena olehnya.
(0.22) (Ef 5:22) (sh: Relasi umat Allah sebagai istri dan suami (Kamis, 17 Oktober 2002))
Relasi umat Allah sebagai istri dan suami

Relasi gender lain dari relasi fungsi. Perempuan sering direndahkan dan dilecehkan oleh laki-laki. Relasi perempuan dan laki-laki yang demikian tidak benar. Di hadapan Allah, laki-laki dan perempuan sama kedudukan dan haknya. Perempuan dan laki-laki memiliki relasi yang setara dan sederajat. Namun, relasi istri dan suami bukan relasi gender melainkan relasi fungsi. Di dalam keluarga, perempuan berfungsi sebagai istri, sementara laki-laki berfungsi sebagai suami. Kata kunci yang mengatur relasi fungsi suami-istri adalah kata ‘tunduk’. Istri tunduk kepada suami, sementara suami tunduk pada istri (ayat lagu-lagu&tab=notes&exact=on" ver="">21). Istri tunduk denganmenerima prinsip penciptaan bahwa suami adalah kepala istri. Juga seperti Kristus adalah kepala jemaat, demikian juga suami adalah kepala istri (ayat lagu-lagu&tab=notes&exact=on" ver="">23). Istilah ‘sama seperti’ penting artinya (ayat lagu-lagu&tab=notes&exact=on" ver="">22-25; 28,29,33). Istri tunduk pada suami bukan karena adat-istiadat, melainkan karena relasi Kristus-jemaat.

Bentuk tunduk suami kepada istri diwujudkan dengan kasih. Sama seperti Kristus mengasihi jemaat demikian juga suami mengasihi istri (ayat lagu-lagu&tab=notes&exact=on" ver="">25). Tiga kali Paulus menekankan kasih suami kepada istri (ayat lagu-lagu&tab=notes&exact=on" ver="">25,28,33). Paulus harus mengulanginya berkali-kali karena mudah sekali suami menyalahgunakan fungsinya sebagai kepala istri. Model kasih suami tidak bersumber dari kasih yang berlaku dalam suatu budaya masyarakat, bukan kasih sentimental yang murahan seperti banyak didendangkan dalam lagu-lagu pop. Kasih suami kepada istri sama seperti kasih Kristus kepada jemaat. Kristus mengasihi jemaat, menyerahkan diri untuk jemaat (ayat lagu-lagu&tab=notes&exact=on" ver="">25). Kristus berkorban untuk jemaat karena jemaat begitu berharga di mata Kristus. Dalam kehidupan praktis, bagaimana kasih suami kepada istri terungkap? Suami memelihara dan merawat istri seperti ia mengasihinya. Artinya, jika suami tidak mengasihi, maka istri tidak perlu tundik kepada suami.

Renungkan: Tunduk dan kasih, dalam Kristus serasi adanya. Tunduk adalah karena kasih, kasih yang memimpin terekspresi dalam bentuk tunduk yang berkorban.



TIP #27: Arahkan mouse pada tautan ayat untuk menampilkan teks ayat dalam popup. [SEMUA]
dibuat dalam 0.06 detik
dipersembahkan oleh YLSA