Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 1 - 12 dari 12 ayat untuk ketidaktahuan [Pencarian Tepat] (0.001 detik)
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(1.00) (Kis 3:17) (jerusalem: ketidaktahuan) Rupanya menyinggung Luk 23:24; bdk Kis 7:60.
(0.44) (Pkh 3:21) (jerusalem) Bdk Kej 2:7; 3:19; Maz 104:29; Ayu 34:15; Sir 16:29-20; Ams 15:24+
(0.35) (Ayb 40:1) (sh: Berdiam sejenak (Minggu, 18 Agustus 2002))
Berdiam sejenak

Kita teringat lagi perkataan Yahweh dalam 38:1 yang menyatakan bahwa Ia akan menanyai Ayub. Allah menuduh bahwa Ayub telah mengaburkan desain-Nya melalui ketidaktahuan Ayub. Situasinya sekarang berubah: Yahweh telah memberikan Ayub hak yang unik untuk belajar dari-Nya secara langsung tentang karya-Nya yang begitu luas cakupannya.

Tibalah waktunya bagi Yahweh untuk menanyakan pertanyaan itu lagi. Ia menyatakan-Nya dengan bahasa hukum, seperti istilah yang digunakan Ayub dalam 31:35, "surat tuduhan", suatu istilah hukum. Ayub telah berbantah dengan Allah dan telah membuat tuduhan hukum terhadap-Nya (istilah berbantah dalam ayat 35 seharusnya diterjemahkan dengan lebih keras: menegur, mengoreksi).

Ayub sekarang harus berespons kepada Allah setelah ia mendapatkan pengetahuan yang baru ini. Ayub memang menjawab (ayat 36-38), tetapi jawabannya tidak memuaskan. Ia tidak dapat menyangkali kebenaran yang telah diungkapkan Allah. Ayub tertegun di hadapan kehadiran Allah yang begitu blakblakan, sehingga ia harus mengakui kerendahannya secara tulus. Namun, ia tidak pernah meragukan kuasa Allah. Ayub hanya meragukan keadilan Allah. Sekarang pun Ayub tetap merasa tidak bersalah atau menjadi fasik seperti yang dituduhkan teman-temannya. Ayub juga tidak menarik kasusnya. Ia hanya mengatakan bahwa ia tidak tahu bagaimana harus menjawab Allah dan ia dengan demikian akan terus berdiam diri.

Renungkan: Mengakui ketidaktahuan kita dan sejenak berdiam diri di hadapan penderitaan akan lebih baik daripada merasa tahu dan terburu-buru menegur Allah.

(0.25) (Ayb 38:1) (full: TUHAN MENJAWAB AYUB. )

Nas : Ayub 38:1

Allah sendirilah yang menyapa Ayub. Ia menyatakan ketidaktahuan Ayub akan peranan ilahi di dalam segala kejadian itu. Ia merendahkan Ayub dengan mengungkapkan betapa sedikitnya pemahaman dan pengetahuan manusia tentang Yang Mahakuasa. Akan tetapi, melalui tanggapan Allah Ayub menerima penyataan langsung dari Allah mengenai kehadiran, kemurahan, dan kasih-Nya.

  1. 1) Doa Ayub yang terus-menerus dan kerinduannya yang mendalam untuk mendapatkan Allah akhirnya terjawab

    (lihat cat. --> Ayub 23:3;

    lihat cat. --> Ayub 29:2),

    [atau ref. Ayub 23:3; 29:2]

    yang menegaskan bahwa segala sesuatu di antara Tuhan dengan Ayub masih beres.
  2. 2) Tanggapan Tuhan kepada hamba-Nya Ayub melukiskan bahwa pada akhirnya Allah akan mendatangi semua orang yang dengan sungguh-sungguh dan tabah berseru kepada-Nya; bahkan jikalau doa kita bersumber dari hati yang bingung, ragu-ragu, kecewa, atau marah, Allah akhirnya akan menanggapi dengan kehadiran, hiburan, dan firman-Nya.
  3. 3) Aspek terpenting dalam hubungan kita dengan Allah bukanlah pemahaman intelektual mengenai semua jalan Allah, tetapi pengalaman dan realitas kehadiran-Nya ilahi serta keyakinan bahwa segala sesuatu beres di antara kita dengan Allah. Dalam persekutuan dengan Allah kita dapat menanggung pencobaan apa saja yang harus kita alami.
(0.25) (Hak 13:1) (sh: Campur tangan Tuhan. (Selasa, 21 Oktober 1997))
Campur tangan Tuhan.

Andaikata Tuhan tidak peduli, lengah atau pasif seperti berhala yang mati, habislah riwayat Israel. Empat puluh tahun lamanya mereka ditindas bangsa Filistin. Tetapi Tuhan Allah hidup dan mengendalikan sejarah. Ia sendiri yang menghajar mereka lewat orang Filistin. Ia setia kepada perjanjian-Nya. Lebih ajaib lagi, Ia memberkati istri Manoah yang mandul hingga mengandung bayi yang kelak akan menjadi hakim yang akan dipakai-Nya untuk melepaskan Israel dari orang Filistin.

Bertanya kepada Tuhan. Hati, pikiran, perasaan manusia tak sanggup memahami rencana Allah. Wajar bila mulanya Manoah kurang percaya akan kabar dari istrinya. Tepat pula bila Manoah memohon untuk berjumpa Tuhan dan meminta petunjuk tentang cara mendidik putranya itu kelak. Ketika Malaikat Tuhan itu menolak untuk makan dan tidak memberitahukan Nama-Nya yang kudus, jelas bahwa yang berbicara itu bukan makhluk tetapi Tuhan sendiri. Manoah dan istrinya harus menerima dengan iman yang taat semua petunjuk dan rencana-Nya.

Renungkan: Akui ketidaktahuan Anda dan bertanyalah kepada Allah. Bukankah Ia sumber hikmat?

Doa: Tolong kami mengkhususkan diri kami untuk-Mu agar kami layak Kau pakai untuk tujuan-Mu yang mulia.

(0.25) (Luk 2:1) (sh: Penggenapan nubuat (Sabtu, 25 Desember 1999))
Penggenapan nubuat

Perintah Kaisar Agustus mengenai pendaftaran masing-masing orang di kota asalnya menyebabkan Yusuf dan Maria meninggalkan Nazaret di Galilea menuju Betlehem di Yudea. Tepat seperti nubuat dalam Mikha 5:1. Allah memakai sensus tersebut untuk mengatur agar Yusuf dan Maria pergi ke Betlehem pada waktu yang tepat. Betapa luar biasanya Allah kita! Ia mengatur sejarah sehingga perintah Kaisar Agustus menjadi alat bagi-Nya untuk merealisasikan rencana agung-Nya. Tidak ada suatu keadaan di luar kekuasaan Allah kita yang dapat menguasai.

Orang Betlehem dan orang masa kini. Apa yang pernah dilakukan oleh orang Betlehem di dalam ketidaktahuan mereka telah dilakukan oleh manusia kini dengan ketidakacuhan yang tidak sengaja. Mereka tidak memberikan tempat bagi Yesus di dalam perasaan, pikiran, pandangan hidup, pengharapan, dan perbuatan sehari-hari. Mereka telah menolak anugerah yang terbesar itu. Akibatnya, mereka pun mendapatkan kerugian yang terbesar.

Renungkan: Anugerah Allah yang terbesar dan kehadiran-Nya bagi manusia tidak selalu diwarnai atau disertai dengan tanda-tanda yang spektakuler (luar biasa). Kelahiran Yesus yang diwarnai kesederhanaan dan kewajaran adalah bukti.

(0.22) (Im 4:3) (full: KORBAN PENGHAPUS DOSA. )

Nas : Im 4:3

Allah menuntut korban penghapus dosa agar mereka yang berdosa karena ketidaktahuan, karena lemah, atau tidak disengaja (ayat Im 4:2) dapat menerima pengampunan dosa. Dosa-dosa yang dilakukan dengan sengaja, pada pihak lain, harus dihukum mati (Bil 15:30-31; Ibr 10:28). Korban penebus salah (serupa dengan korban penghapus dosa) dipakai untuk mereka yang bersalah melakukan dosa atau cedera yang untuknya dapat dibuat restitusi penuh (Im 6:2-6;

lihat cat. --> Im 5:15);

[atau ref. Im 5:15]

korban penghapus dosa juga diperlukan untuk upacara pentahiran (Im 12:6-8; 14:13-17; Bil 6:11).

  1. 1) Korban penghapus dosa melambangkan kematian Kristus yang mendamaikan dan yang menanggung hukuman karena dosa kita. Akan tetapi, kematian-Nya jauh lebih sempurna daripada korban penghapus dosa PL karena menyediakan pendamaian satu kali untuk semua dosa (Yes 53:1-12; 2Kor 5:21; Ef 1:7; Ibr 9:11-12;

    lihat art. HARI PENDAMAIAN).

  2. 2) Sebagai orang percaya PB kita senantiasa membutuhkan darah pendamaian Kristus untuk menutupi kesalahan, kelemahan, dan kejatuhan kita yang tidak disengaja karena kerapuhan tabiat manusia (Mazm 19:13). Tetapi dosa yang disebabkan oleh sikap memberontak terhadap Allah dan Firman-Nya, akan membuat kita dijatuhi hukuman dan kematian rohani kecuali kita mengakuinya dan bertobat melalui iman yang dibaharui kepada pendamaian Kristus (Ibr 2:3; 10:26,31; 2Pet 2:20-21).
(0.22) (Ayb 42:1) (sh: Wawasan yang baru (Rabu, 21 Agustus 2002))
Wawasan yang baru

Ayat 3a dan 4 jelas bukan perkataan Ayub. Kelihatannya Ayub mengingat lagi kata-kata Yahweh dalam 38:2 dan 38:3b waktu akan memberikan jawaban kepada Yahweh. Peristiwa yang mengharukan ini menunjukkan bahwa pada akhirnya Ayub luluh di dalam sikap menyerangnya. Akhirnya Ayub puas. Yang menarik adalah, Ayub puas bukan karena telah mendapatkan jawaban, tetapi karena wawasan yang baru bahwa hak-hak manusia bukanlah yang terpenting di dalam desain Allah. Kehendak dan kedaulatan Allah, itulah yang terpenting.

Dalam jawaban pertamanya kepada Yahweh (ayat 39:37-38), ia telah mengakui kehinaannya dan kesia-siaan untuk mengadili Allah. Kini ia mengulanginya lagi (ayat 2). Dalam ayat 3, mengulangi 38:2, ia kini mengakui bahwa ia telah berbicara dalam ketidaktahuan mengenai karya-karya ajaib yang sekarang telah disingkapkan Yahweh kepadanya. Karya-karya itu tetap melampaui pengertiannya. Dengan demikian, respons Ayub telah berubah, dari mengakui kehinaannya sampai menarik kasusnya - mengakui hal itu sebagai kekeliruan. Perlu dicatat bahwa sampai akhir kitab Ayub pun tidak disinggung mengenai kebersalahan atau ketidakber-salahan Ayub. Allah tidak melihat hak dan kedudukan manusia sebagai yang sentral.

Ayat 4-5 berbicara mengenai dua model pengetahuan. Pertama adalah mendengar. Ini bisa berarti mendengar melalui telinga, semacam berita yang belum tentu kebenarannya. Kedua adalah melihat. Setelah Ayub melihat Allah, maka barulah ia memahami Dia. Ia masuk ke dalam wawasan baru, bukan sekadar menerima tradisi, tetapi mengalami penyingkapan-penyingkapan yang mencerahkan pikiran dan hatinya.

Ayat 6 menyatakan pertobatan Ayub. Ia mengubah pikirannya dan mencabut kasusnya. Ayub duduk dalam debu dan abu, menunjukkan kerendahan hati dan menghinakan diri sendiri karena ketidakmengertiannya.

Renungkan: Segala sesuatu ada waktunya. Badai pasti berlalu. Hidup berjalan terus. Lihatlah cakrawala baru dari Allah dan temukan keindahan dalam misteri Ilahi.

(0.22) (Luk 20:1) (sh: Awas! Penyalahgunaan kekuasaan dalam Gereja. (Senin, 10 April 2000))
Awas! Penyalahgunaan kekuasaan dalam Gereja.

Tindakan pengusiran para pedagang dari rumah ibadah yang dilakukan oleh    Yesus membuka aib para imam kepala, ahli Taurat, serta para    pemuka bangsa Israel. Selama ini merekalah yang berkuasa atas    seluruh aktifitas dan penggunaan bait Allah. Karena itulah dalam    usahanya untuk memberikan serangan balasan, mereka mengajukan    pertanyaan: "Siapa yang memberimu kuasa untuk melakukan semua    itu?" (20:2) Menurut pandangan mereka Yesus tidak mempunyai    kekuasaan yang resmi. Jika Ia mengakui, maka mudah bagi mereka    untuk menangkap Yesus.

Pertanyaan mereka itu mengungkapkan konsep kekuasan mereka yang    salah, yaitu mereka lebih menghargai kekuasaan lembaga.    Pertanyaan yang ditujukan kepada Yesus seharusnya adalah:    "Apakah tindakan penyucian bait Allah secara moral dan rohani    benar?; dan "Apakah tindakan-Nya berdasarkan firman-Nya?"    (19:46; Yes. 56:7) Yesus menjawab mereka dengan sebuah    pertanyaan yang berhubungan dengan baptisan Yohanes. Karena    tidak mau memberikan jawaban yang sebenarnya, mereka mengatakan    tidak tahu (ayat 5-7). Sekarang jika benar mereka tidak mempunyai    kemampuan secara moral dan rohani untuk memutuskan perkara yang    sangat penting (baptisan Yohanes), berarti mereka tidak    mempunyai kualifikasi untuk memimpin. Namun ketidaktahuan mereka    hanyalah pura-pura, dan ini berarti mereka mengingkari secara    sengaja tugas suci sebagai pemuka agama yang resmi. Pertimbangan    mereka hanyalah untuk mempertahankan kedudukan dan kekuasaannya.    Agama hanya dijadikan kendaraan politik.

Yesus meresponi kepura-puraan mereka dengan sebuah perumpamaan    (ayat 9-19). Inti perumpamaan Yesus mengingatkan masyarakat Yahudi    bahwa pemimpin mereka mulai melakukan penyalahgunaan    kekuasaannya, dengan mengatakan bahwa penggarap yang diberikan    wewenang untuk mengolah tanah justru sepakat untuk    menyalahgunakan kekuasaannya demi mendapatkan kekuasaan yang    lebih tinggi dengan membunuh anak pemilik kebun anggur sendiri.

Renungkan: Wewenang yang kita miliki baik di dalam gereja    maupun dalam lembaga lain haruslah memberikan kita kebebasan    untuk menyatakan kebenaran berdasarkan firman-Nya. Jika tidak,    maka telah terjadi penyalahgunaan kekuasaan.

(0.22) (Yoh 20:1) (sh: Kasih timbal balik (Minggu, 31 Maret 2002))
Kasih timbal balik

Dua pasal terakhir Injil Yohanes amat penting karena merangkumkan seluruh maksud kedatangan Yesus, yaitu agar orang percaya kepada- Nya. Pasal 20 mencatat bagaimana para murid diteguhkan imannya. Pasal 21 diakhiri dengan mandat agar para pengikut-Nya bermisi (perumpamaan menjala) dan meneguhkan iman dengan kepemimpinan yang baik (perumpamaan menggembala). Dalam kedua pasal ini pun kita menyaksikan bagaimana kasih Yesus menuntun mereka keluar dari rintangan iman seperti ketakutan, kebimbangan, kesedihan, dan ketidaktahuan.

Pagi-pagi benar saat masih gelap (ayat 1), sekitar jam 03.00–06.00, Maria sudah berada di makam Tuhan Yesus. Ia ke sana bukan karena iman bahwa Yesus bangkit, tetapi karena ingin menunjukkan penghormatan dan kasihnya. Maria adalah yang pertama mengetahui fakta kubur kosong itu. Ia menduga tubuh Tuhan Yesus telah dicuri orang. Maka, ia lari kepada Petrus dan murid yang lain, mungkin Yohanes (ayat 2). Petrus dan Yohanes segera pergi ke kubur itu. Yohanes berlari mendahului Petrus dan menjadi yang pertama melihat kosongnya kain kafan pembungkus mayat Yesus. Sesudah masuk, keduanya percaya oleh saksi bisu kain kafan yang kosong dalam kubur itu. Penuturan ini tidak dimaksudkan mengutamakan kasih Yohanes atas Petrus. Mungkin sekali Petrus tertinggal oleh Yohanes karena kasih Petrus tertindih oleh rasa bersalahnya telah menyangkali Tuhan.

Kasih memainkan peranan yang luar biasa. Maria dan Yohanes dalam kasih mereka kepada Yesus menjadi yang pertama percaya akan kebangkitan Yesus. Kasih membuka mata hati dan pikiran mereka.

Renungkan: Menjadi murid Yesus tidak statis, tetapi merupakan proses dalam pengenalan akan Dia. Apakah Anda mengalaminya?

Bacaan untuk Hari Paskah

Keluaran 15:1-11

I Korintus 15:20-26

Lukas 24:13-35

Mazmur 118:1-2,14-24

Lagu:

Kidung Jemaat 314

PA 4 Yohanes 18;28-38a

Kayafas, si Imam Besar Yahudi, mengirimkan Yesus kepada Pilatus agar diadili. Pilatus adalah penguasa yang ditempatkan oleh pemerintah Romawi untuk wilayah itu. Jabatannya adalah gubernur yang wilayah kekuasaannya meliputi Yudea, Samaria, dan Idumea. Waktu itu seorang gubernur juga dapat bertindak sebagai hakim yang memutuskan perkara, khususnya perkara besar. Karena Israel waktu itu adalah jajahan Roma, Kayafas tidak berhak memutuskan hukuman atas Yesus. Maka, Pilatuslah yang dimintakan menjadi hakimnya.

Sebagai Imam Besar, Kayafas memutuskan perkara berdasarkan hukum Taurat. Pilatus tidak menguasai hukum Taurat, dan dia juga bukan seorang Yahudi sehingga tidak tunduk pada hukum Taurat. Namun, sebagai penguasa tertinggi, dia mempunyai kuasa untuk memutuskan hukuman bagi Yesus. Tetapi, bagi orang Yahudi, Pilatus sebetulnya bukan orang yang mereka senangi, bahkan sebagai penjajah ia disamakan dengan orang berdosa. Itulah sebabnya orang-orang Yahudi tidak mau masuk ke gedung pengadilan, tempat Pilatus mengadili, sebab masuk ke situ mereka anggap menajiskan diri. Cuma, anehnya, mereka mau meminta penghakiman dari suatu tempat yang mereka anggap najis demi untuk mensahkan niat jahat mereka.

Pertanyaan-pertanyaan pengarah:

Mengapa orang Yahudi mau meminta Pilatus menghakimi Yesus padahal mereka sendiri tidak senang dan menganggap najis para penjajah bangsa Romawi? Apakah tuduhan bahwa Yesus adalah seorang penjahat (ayat 29) adalah tuduhan yang benar?

Apakah benar bahwa hukum Taurat melarang membunuh orang (ayat 31)? Lih. Im. 24:14-16; Bil. 15:32-36 yang dengan jelas mengatakan bahwa orang yang menghujat Tuhan dan melanggar sabat harus dirajam sampai mati. Mengapa sekarang mereka mengatakan bahwa mereka tidak boleh membunuh orang menurut hukum Taurat mereka?

Apakah arti jawaban Pilatus dalam ayat 35 dalam hubungannya dengan pertanyaannya sendiri tentang apakah Yesus raja orang Yahudi (ayat 33)?

Kebenaran apakah yang Anda lihat dalam penghakiman Yesus ini tentang dosa dan tentang jalan Allah menaklukkan kejahatan?

(0.22) (Kis 3:11) (sh: Bukan "barang" baru (Jumat, 13 Juni 2003))
Bukan "barang" baru

Yesus Kristus sebenarnya bukanlah hal baru bagi orang-orang Yahudi di Yerusalem. Ketika orang banyak heran melihat mukjizat yang dilakukan Petrus, ia menyatakan bahwa hanya kepercayaan kepada Nama Yesus yang telah menyebabkan mukjizat itu terjadi. Bukan karena kuasa dari dirinya sendiri (ayat 12,16-17). Karena itu Petrus menegaskan fakta-fakta berikut. Pertama, Yesus adalah Sang Hamba (ayat 13,26), Sang Mesias (ayat 14,18. "Yang Kudus dan Benar" adalah sebutan lain untuk Mesias, bdk. Mzm. 16:10, Yes. 53:11 dll.), dan kedua, sang nabi (ayat 22-23) yang diutus Allah sendiri sesuai dengan nubuat Musa dan para nabi, pertama- tama kepada Israel (ayat 20,26). Tetapi Israel, bangsa-Nya sendiri, justru menolak dan menyalibkan-Nya (ayat 14). Namun, Yesus dibangkitkan dari kematian (ayat 15) dan tinggal di surga sampai waktu-Nya tiba (ayat 21). Terakhir, Petrus menyerukan kepada bangsanya, yang sebelumnya menolak Yesus karena ketidaktahuan mereka (ayat 17), agar mau bertobat, memberi diri dipimpin Yesus, dan berbalik dari kejahatan mereka (ayat 19- 20,26).

Kepada siapakah kesempatan pertobatan masih terbuka dan ditawarkan? Kecuali hujatan terhadap Roh Kudus (Luk. 12:10), tawaran pertobatan terbuka kepada semua orang, bahkan orang-orang Yahudi yang pernah menolak dan membunuh Tuhan Yesus sendiri! Bertobat berarti berbalik dari sikap penolakan dan tindakan kejahatan mereka semula dan percaya bahwa Yesus adalah Tuhan dan Mesias. Seruan pertobatan dan percaya bukan hal baru, karena pintu pertobatan telah Allah sediakan sejak dulu, dan terutama kini melalui Yesus Kristus. Ketiadaan pertobatan sejati pada seseorang, yaitu berbalik dari kehidupan lama dan percaya kepada Kristus, berarti penghukuman (ayat 23).

Renungkan: Bertobat berarti berbalik dari kehidupan lama dan beriman bahwa Kristus adalah Juruselamat dan Pemimpin kepada hidup sejati.

(0.22) (1Tim 2:8) (sh: Hidup dan beribadah dengan layak (Senin, 10 Juni 2002))
Hidup dan beribadah dengan layak

Bertolak dari nasihat Paulus kepada Timotius dan jemaat dalam melakukan tugas menaikkan permohonan, doa syafaat, dan ucapan syukur (ayat 1), Paulus kini membahas masalah sikap yang pantas dalam ibadah, terutama bagi kaum laki-laki dan perempuan. Semuanya harus dilakukan dengan cara yang tidak mencemarkan kesaksian jemaat.

Ada banyak perdebatan mengenai bagaimana menafsirkan ayat-ayat yang membahas kaum perempuan. Untuk itu, ada satu hal penting yang perlu diperhatikan, 1Tim. 2:8-15 paling baik ditafsirkan sebagai bagian yang ditujukan kepada kondisi khusus yang dialami pada waktu itu oleh jemaat Efesus, dan Timotius sebagai gembala jemaat. Para pengajar sesat (lih. ps. 1) rupanya memanfaatkan ketidaktahuan para jemaat perempuan di Efesus. Akibat pengajaran mereka, tindakan para perempuan ini menjadi batu sandungan bagi lingkungan sekitar (ayat 9-10), dan menimbulkan masalah di dalam jemaat (ayat 11-12). Situasi ini menuntut Paulus bertindak.

Para laki-laki dituntut untuk hidup dalam kasih persaudaraan (ayat 8). Amarah dan perselisihan akan menjadi batu sandungan, dan mencemarkan doa mereka (menadahkan tangan adalah sikap doa yang lazim pada masa itu). Bagi kaum perempuan, mengingat peliknya situasi, Paulus menegaskan beberapa hal. Pertama, perempuan hendaknya berdandan dengan pantas. Ayat ini tidak bermaksud untuk melarang kaum perempuan untuk mengenakan perhiasan apa pun. Yang perlu diperhatikan adalah, bahwa rincian hiasan di ay. 9, waktu itu di Efesus, biasa mencirikan para pelacur. Kedua, mengingat apa yang telah terjadi, para perempuan diwajibkan untuk belajar kembali dengan patuh (ayat 11). Juga tidak lagi mengajar, apalagi memaksa untuk mengambil alih otoritas pengajaran karena merasa diri benar (ayat 11-12).

Renungkan: Ibadah dan kehidupan jemaat tidak boleh seperti kelas yang bising karena para murid menyanyi dan beraktivitas sesuka hatinya. Tiap-tiap pribadi dalam jemaat haruslah hidup dan beribadah dengan cara yang layak dan bertanggung jawab di hadapan Tuhan dan sesama, sehingga menjadi paduan orkes yang harmonis, indah, dan menarik hati orang yang mendengarkannya.



TIP #08: Klik ikon untuk memisahkan teks alkitab dan catatan secara horisontal atau vertikal. [SEMUA]
dibuat dalam 0.05 detik
dipersembahkan oleh YLSA