Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 1 - 14 dari 14 ayat untuk hidup-hidup [Pencarian Tepat] (0.025 detik)
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(1.00) (Mzm 119:17) (ende: aku akan hidup)

Hidup disini dan dalam banjak ajat lain dari mazmur ini ialah bukannja hidup djasmani sadja, melainkan pada chususnja hidup menurut Taurat, hidup beragama jang baik.

(0.83) (Why 19:20) (ende: Nabi palsu)

ialah binatang kedua dalam bab 13 (Wah 13:11).

Kedua binatang itu ditangkap lalu ditjampakkan hidup-hidup dalam "lautan api", dan pengikut-pengikut mereka dibunuh.

(0.58) (Bil 22:22) (jerusalem: bangkitlah murka Allah) Ini bertentangan dengan izin yang diberikan dalam Bil 22:20. Jelaslah penggubah di sini memulai memungut sebuah tradisi lain, bdk Bil 22:2+. Tradisi ini lebih hidup-hidup dan kerakyatan dari pada yang tercantum dalam Bil 22:2-21 dan kiranya berasal dari tradisi Yahwista. Binatang-binatang dapat berbicara, sama seperti dalam Kej 3:1 dst.
(0.33) (Yoh 17:3) (full: HIDUP YANG KEKAL. )

Nas : Yoh 17:3

Hidup yang kekal bukanlah sekedar hidup yang tanpa akhir. Hidup kekal merupakan suatu kualitas hidup yang kita terima selaku orang percaya apabila kita mengambil bagian dalam hakikat hidup Allah melalui Kristus. Kenyataan ini mengizinkan kita mengenal Allah dalam pengetahuan dan persekutuan yang makin bertambah dengan Bapa, Anak, dan Roh Kudus. Dalam PB hidup kekal digambarkan sebagai:

  1. 1) Suatu realitas masa kini (Yoh 5:24; 10:27-28). Memiliki hidup kekal sekarang menuntut adanya iman yang hidup. Hidup yang kekal tidak diperoleh dan dipertahankan hanya dengan suatu tindakan pertobatan dan iman yang dilakukan pada masa lampau

    (lihat cat. --> Yoh 5:24).

    [atau ref. Yoh 5:24]

    Hidup yang kekal juga meliputi suatu persekutuan dan persatuan yang hidup sekarang ini dengan Kristus (1Yoh 5:12); tidak ada hidup yang kekal terlepas dari Dia (Yoh 10:27 dst; Yoh 11:25 dst; 1Yoh 5:11-13).
  2. 2) Harapan di masa depan. Hidup kekal dikaitkan dengan kedatangan Kristus untuk umat-Nya yang setia

    (lihat cat. --> Yoh 14:3;

    [atau ref. Yoh 14:3]

    bd. Mr 10:30; 2Tim 1:1,10; Tit 1:2; 3:7) dan tergantung pada tetap hidup di dalam Roh (Rom 8:12-17; Gal 6:8).
(0.29) (Ul 34:1) (sh: Lukisan hidup (Kamis, 22 Juli 2004))
Lukisan hidup

Perikop ini berbicara tentang kematian Musa. Mungkin kita pernah mendengar pepatah yaitu "Gajah mati meninggalkan gading. Harimau mati meninggalkan belang. Manusia mati meninggalkan hutang". Bagaimana dengan Musa? Kenangan dan pengaruh macam apa yang ia tinggalkan sesudah kematiannya?

Tuhan tidak mengizinkan Musa memasuki tanah perjanjian karena ia gagal mempercayai Tuhan (Bil 20:12). Tuhan masih mengizinkan Musa naik ke atas gunung Nebo dan melihat negeri perjanjian itu (ayat hidup-hidup&tab=notes&exact=on" ver="">1-4). Musa mati dalam keadaan mata yang belum kabur dan kekuatan yang belum hilang (ayat hidup-hidup&tab=notes&exact=on" ver="">5-8). Ia meninggal dalam usia 120 tahun. Bangsa Israel berkabung atas kematiannya selama 30 hari. Ini adalah peringatan kematian yang panjang, karena biasanya hanya selama 7 hari. Hal ini membuktikan bahwa Musa adalah seorang nabi Tuhan yang agung yang pernah hidup di Israel. Namun demikian, sekaligus kita diingatkan bahwa bukan Musa dan Taurat dapat membawa orang masuk ke dalam perhentian kekal. Hanya sang Pemimpin hidup sejati, sang Hidup itu sendiri yang dapat menuntun kita masuk ke tanah perjanjian kekal. Ialah Yesus Kristus, dan Injil-Nya yang berkuasa mengubah hidup. Hidup Musa seperti goresan di atas kanvas yang menghasilkan sebuah lukisan indah. Dari penggembala domba Allah menjadikannya pemimpin umat dan penyampai perjanjian dan hukum Allah. Semua yang ia sampaikan tentang kepemilikan Allah atas Israel bukan teori, tetapi penghayatan hidupnya sendiri. Ia dan Pentateukh (lima kitab Musa) seolah menjadi satu, sebab Allah sungguh hidup di dalamnya. Tidak inginkah kita juga menjadi manifestasi kebenaran dan kemuliaan-Nya dalam tiap goresan hidup kita hari lepas hari?

Hidup kita bagaikan lukisan, musik, karya seni indah yang berpotensi mempengaruhi banyak orang dan kelak memainkan peran dalam liturgi yang memuliakan Allah. Firman dan Roh-Nya akan membentuk kita kepada kualitas hidup demikian.

Tekadku: Aku rindu hidupku menjadi lukisan karya Allah yang indah, supaya melalui hidupku orang menemukan Allah.

(0.29) (Mzm 40:1) (sh: Penantian belum berakhir (Kamis, 5 Juni 2003))
Penantian belum berakhir

Bagi sebagian orang, menanti adalah pekerjaan yang sulit dan membosankan karena menuntut kesabaran dan disiplin diri yang besar. Bagi orang beriman menanti berhubungan erat dengan kedewasaan mental spiritual. Sehubungan dengan "menanti", umat Tuhan dikenal sebagai orang-orang yang menanti-nantikan Tuhan. Orang beriman yang belajar menanti, tidak akan diperbudak oleh hal-hal yang mendesak sebab tahu apa yang hakiki dan penting. Iman, harap, dan kasihlah yang membuat kita mampu menempatkan semua hal dalam hidup ini dalam nilai dan perspektif ilahi.

Dalam Mazmur ini, pemazmur melukiskan pengalaman hidupnya ketika ia jatuh ke dalam jerat dosa, dan menanti-nantikan Tuhan. Bagi pemazmur dosa seumpama lumpur hidup yang menghisap orang yang jatuh ke dalamnya untuk mati terbenam hidup-hidup. Semakin keras orang itu meronta berusaha melepaskan diri, semakin ia akan tersedot oleh lumpur itu. Hanya jika ada pertolongan dari luar sajalah, orang itu dapat diselamatkan. Inilah penantian yang sekaligus menunjukkan bahwa usaha manusia jelas tak mampu menyelesaikan masalah dosa. Allah tidak hanya mendengar teriakan pemazmur minta tolong. Ia bahkan menjenguk dan mengangkat si pemazmur dari lubang kebinasaan.

Banyak sekali kebaikan dan perbuatan Allah untuk kita, orang beriman. Kebaikan Allah mencapai klimaksnya pada kedatangan pertama sang Juruselamat. Ini menunjukkan bahwa Allah menggenapi janji keselamatan yang dinantikan manusia. Penggenapan janji Allah ini tidak berhenti sampai di sini, karena penggenapan pertama ini justru memasukkan kita pada penantian yang terbesar yaitu kedatangan-Nya yang kedua kali.

Renungkan: Belajarlah hidup dalam penantian kedatangan Tuhan sebab itu akan membuat kita mengutamakan kasih, kesucian, keadilan dan kebenaran.

(0.29) (Yer 20:7) (sh: Teladan Yeremia (Minggu, 1 Oktober 2000))
Teladan Yeremia

Sepintas Yeremia nampak seperti orang yang tidak menyenangkan karena selalu cemberut, selalu mengeluh, dan selalu memberitakan penghukuman. Ketika kita membaca kata-kata Yeremia kepada Allah setelah ia dipasung oleh imam Pasyur, hampir selalu terdengar sungut-sungut atau keluhan di dalam perkataannya. Puncak keluhan Yeremia terjadi ketika ia mengharapkan ibunya melakukan aborsi saat ia masih dalam kandungan (17) dan menyesali mengapa ia keluar dari kandungan ibunya hidup-hidup (18).

Harus diakui bahwa kehadiran orang yang selalu mengeluh akan membuat kita lelah dan jengkel. Namun demikian dari keluhan-keluhan Yeremia kita bisa mendapatkan 2 pengajaran. Pertama, segala sesuatu yang dikeluhkan berdasarkan kenyataan. Dia sungguh-sungguh kesakitan dan didera berbagai kesulitan. Bila dibandingkan dengan kehidupan Yeremia, kehidupan kita bagaikan kebun bunga mawar. Seandainya kita berada dalam posisi Yeremia, kita pun pasti melakukan apa yang ia lakukan. Yeremia memberikan teladan yang indah buat kita yaitu meskipun banyak mengeluh karena sering mengalami depresi dan tekanan mental, ia tetap setia kepada Allah. Ia tetap memberitakan firman-Nya meskipun ia tahu bahwa mereka tidak akan mendengarkan, bahkan akan semakin mengalami kesulitan dan kesakitan. Yeremia tetap berkomitmen kepada Allah walaupun masalah menggunung. Kedua, ketika Yeremia mengeluh, Allah mendengarkan. Allah tidak menjadi marah atau kehilangan kesabaran sehingga menganggap sepi keluhannya.

Renungkan: Situasi dan kondisi bangsa kita berpotensi untuk menyebabkan Kristen mengalami apa yang dialami oleh Yeremia. Karena itu, ketika kita mengalami kepedihan dan kesakitan carilah telinga Allah. Ketika sesama kita yang mengalami kepedihan dan kesakitan,

jadilah telinga Allah bagi mereka.

Bacaan untuk Minggu ke-16 sesudah Pentakosta Yehezkiel 33:7-9 Roma 13:8-10 Matius 18:15-20 Mazmur 119:33-40 Lagu: Kidung Jemaat 438

(0.29) (Mat 25:14) (sh: Mempertanggungjawabkan hidup (Minggu, 19 April 1998))
Mempertanggungjawabkan hidup

Hidup ini sangat berharga. Ada banyak alasan untuk kita tiba pada kesimpulan tersebut. Pertama, karena hidup ini adalah karunia Tuhan. Kedua, apa yang berasal dari Tuhan pastilah baik dan istimewa. Hidup ini berpotensi untuk kita isi dan jalani bersama Tuhan sehingga di dalamnya Tuhan hadir memancarkan sifat-sifat-Nya melalui kita. Ketiga, hanya satu kali kita bisa memiliki hidup ini. Kesempatan yang telah lalu tak akan bisa kembali. Hanya kita yang memiliki hidup kita. Kita tidak bisa merasakan atau menjalani hidup orang lain, demikian juga orang lain tidak dapat merasakan atau menjalani hidup kita. Jadi hidup kita bukan saja berharga tetapi juga unik. Keunikan kita ialah bahwa kita diciptakan sebagai makhluk moral yang diberi kemungkinan untuk memilih hidup bermakna atau hidup sia-sia. Sifat sedemikian mulia itulah yang membuat tiap orang berkewajiban mempertanggungjawabkan hidupnya di hadapan Tuhan.

Konsekuensi kekal. Apa yang kita lakukan terhadap dan di dalam hidup yang fana ini ternyata berkonsekuensi kekal. Hal masuk tidaknya seseorang ke dalam Kerajaan Allah, ditentukan oleh bagaimana ia meresponi karunia Tuhan. Tuhan Yesus tidak memperjelas apa yang dimaksud-Nya dengan talenta. Mungkin berarti kesempatan, potensi, waktu, intelektualitas, kondisi emosional, dlsb. Tentu bukan maksudnya bahwa usaha memajukan potensi intelektual dan kondisi moral membuat kita layak masuk surga. Orang tidak selamat karena perbuatan-Nya, bukan? Tetapi penghakiman yang menentukan apakah kita layak ambil bagian dalam Kerajaan Bahagia Kekal Tuhan itu ialah apakah kita memperlihatkan sifat yang bertanggungjawab terhadap hidup karunia Tuhan ini. Hidup yang bertanggungjawab itulah bukti adanya iman yang melahirkan perbuatan berkonsekuensi kekal.

Renungkan: Bukan saja orang yang merasa dirinya hebat susah masuk surga, orang yang merasa dirinya tak berarti pun terhalang masuk surga.

Doa: Tolong kami menghargai karunia InjilMu dengan mengungkapkan hidup penuh syukur bagi kemuliaanMu.

(0.29) (Kis 22:30) (sh: Kebangkitan Kristus membuat Kristen berbeda (Senin, 3 Juli 2000))
Kebangkitan Kristus membuat Kristen berbeda

Paulus yang telah melalui saat-saat yang sulit dan genting, mengalami kemerosotan fisik dan psikis. Karena itulah ia sempat kehilangan kontrol emosi setelah mendapat tamparan pada mulutnya, sehingga ia membalas tamparan itu dengan kutukan. Pernyataan Paulus (1) adalah hujatan kepada Allah, karena menurut Yudaisme, jika seorang yang mengaku Yahudi namun mengikuti ajaran Yesus, ia adalah seorang pendosa besar di hadapan Allah.

Hanya sesaat Paulus kehilangan kontrol. Begitu menyadari bahwa ia berhadapan dengan Imam Besar, ia pun mengakui kesalahannya. Tindakan ini mempunyai dua implikasi sebab-akibat yang dalam. Pertama, Paulus masih mentaati tradisi Yahudi yang begitu menghormati seorang pemimpin bangsanya. Kedua, ini merupakan penegasan tidak langsung dari Paulus bahwa persengketaan yang terjadi antara dia dan orang-orang Yahudi bukanlah permasalahan tradisi, kebudayaan, ataupun etnis. Ada persoalan yang lebih hakiki. Karena itulah, tanpa membuang waktu, Paulus segera mengungkapkan alasan utama penangkapan dirinya. Paulus hanya melihat bahwa hadirnya 2 partai besar (Farisi dan Saduki) ditambah dengan wakil pemerintah Romawi dalam satu sidang merupakan kesempatan berharga bagi Paulus untuk menyatakan kebenaran fundamental Kekristenan yaitu kebangkitan Kristus yang menjadi dasar bagi kebangkitan orang mati. Sebab Saduki mempunyai pengaruh yang cukup dominan di dalam Mahkamah Agama. Sedangkan Farisi mempunyai suara yang lebih dominan di masyarakat.

Bahkan bagi Paulus kebangkitan Kristus bukan sekadar kebenaran yang ia yakini namun kebenaran yang ia alami sebab kuasa kebangkitan Kristus senantiasa hadir dan menguatkannya. Setelah diselamatkan untuk yang kedua kalinya oleh tentara Romawi, adalah wajar jika dia cemas dan bertanya-tanya tentang masa depannya. Harapan untuk meninggalkan Yerusalem hidup-hidup apalagi kesempatan untuk pergi ke Roma sangat kecil.

Renungkan: Kristen berbeda dengan orang lain bukan karena perbedaan etnis, ras, ataupun latar belakang budaya. Kristen beda karena Yesus dan kuasa kebangkitan-Nya yang senantiasa hadir di dalam kita, apa yang perlu kita takutkan?

(0.29) (1Yoh 2:12) (sh: Cinta dunia atau cinta Allah? (Senin, 1 Desember 2003))
Cinta dunia atau cinta Allah?

Yohanes memberi peringatan kepada orang Kristen tentang adanya ancaman yang dapat merusak persekutuan dengan Allah, yaitu cinta kepada dunia. Yohanes memberi dua alasan. Pertama, bahwa kasih pada dunia tidak berasal dari Allah (ayat hidup-hidup&tab=notes&exact=on" ver="">16). Dunia yang dimaksud bukanlah bumi yang kita huni, juga bukan manusia yang tinggal di bumi. Dunia menurut Yohanes adalah semua hal yang melawan Allah. Kedua, bahwa dunia yang dikasihi manusia tidak bersifat kekal (ayat hidup-hidup&tab=notes&exact=on" ver="">17). Sungguh merupakan kebodohan jika kita mengasihi hal-hal yang tidak kekal. Akan tetapi manusia tidak menyadarinya. Manusia lebih mencintai hal yang kelihatan yang bersifat sementara.

Bagaimana karakteristik cinta dunia? Yohanes menyebutkan tiga ciri khas cinta dunia:

[1] keinginan daging. Perlu dipahami bahwa wajar dan manusiawi jika manusia memiliki keinginan. Masalah timbul jika keinginan bercampur dengan daging membentuk keinginan daging. Istilah daging dalam ayat hidup-hidup&tab=notes&exact=on" ver="">16 menunjuk pada semua hal yang menentang Allah. Misalnya, keinginan seksual. Keinginan tersebut tidaklah keliru, yang keliru adalah jika perwujudan keinginan tersebut bertentangan dengan kehendak Allah. Keinginan seksual hanya boleh dilakukan dalam koridor perkawinan;

[2] keinginan mata. Misalnya, mata melihat milik orang lain dan menginginkannya. Mata membangkitkan nafsu rakus. Jika nafsu berahi dan nafsu rakus bersatu akan mengarah pada dosa perselingkuhan;

[3] keangkuhan hidup. Hidup adalah karunia Tuhan, tetapi ketika hidup disandingkan dengan keangkuhan ia menjadi dosa. Keangkuhan hidup merupakan pernyataan penolakan kehadiran Allah. Manusia angkuh melihat benda, properti, uang, karir cemerlang yang dimilikinya adalah prestasi bukan berkat Allah. Manusia angkuh merasa tidak perlu bergantung pada Allah dalam hidupnya.

Renungkan: Jika kasih pada Allah sudah mulai dingin, maka ini menjadi tanda bahwa kita sudah mengasihi dunia ini.

(0.25) (1Yoh 5:16) (full: HENDAKLAH IA BERDOA KEPADA ALLAH DAN DIA AKAN MEMBERIKAN HIDUP KEPADANYA. )

Nas : 1Yoh 5:16

Yohanes menunjuk kepada semacam doa yang sesuai dengan kehendak Allah sehingga kita yakin bahwa doa kita akan terjawab (bd. ayat 1Yoh 5:14-15), yaitu doa bagi orang percaya yang lemah rohaninya yang memerlukan dukungan doa umat Allah untuk memberikan hidup dan kasih karunia kepada mereka. Syarat-syarat bagi doa semacam itu adalah sebagai berikut:

  1. 1) Orang yang membutuhkan doa itu haruslah seorang saudara seiman yaitu orang percaya yang telah berbuat dosa dengan tidak sengaja dan dosa itu tidak meliputi suatu pemberontakan yang terencana terhadap kehendak Allah

    (lihat cat. --> Yoh 5:17 berikutnya).

    [atau ref. Yoh 5:17]

    Jadi, mereka belum melakukan dosa sehingga menghasilkan kematian rohani (bd. Rom 8:13); mereka masih memiliki kehidupan rohani tetapi lemah. Mereka sudah bertobat dan ingin bebas dari segala sesuatu yang tidak disenangi oleh Allah, namun memerlukan pertolongan dalam mengalahkan kuasa Iblis dan dosa.
  2. 2) Bagi orang semacam itu gereja harus berdoa agar Allah berkenan memberikan "hidup". "Hidup" di sini berarti pemulihan kekuatan rohani dan kasih karunia Allah

    (lihat art. IMAN DAN KASIH KARUNIA),

    yang terancam oleh dosa (bd. Rom 8:6; 2Kor 3:6; 1Pet 3:7). Allah berjanji untuk menjawab doa itu.
  3. 3) Bagi orang yang pernah percaya dan telah melakukan dosa "yang mendatangkan maut" (yaitu kematian rohani), gereja tidak dapat berdoa dengan keyakinan bahwa Allah akan memberikan hidup dan kasih karunia lagi. Jenis dosa ini meliputi pelanggaran terencana yang disebabkan oleh suatu penolakan yang sengaja untuk tidak taat kepada-Nya

    (lihat art. PERBUATAN-PERBUATAN DOSA DAN BUAH ROH).

    Orang yang sudah mati rohani ini hanya dapat diberikan hidup, jika ia bertobat dan berbalik kepada Allah

    (lihat cat. --> Rom 8:13).

    [atau ref. Rom 8:13]

    Kita harus berdoa supaya Allah akan mengatur kehidupan mereka sedemikian hingga ada kesempatan untuk sekali lagi menerima keselamatan Allah di dalam Kristus.
(0.25) (1Raj 14:21) (sh: Zaman keemasan itu telah berlalu (Rabu, 23 Februari 2000))
Zaman keemasan itu telah berlalu

Putra mahkota penerus kerajaan Israel adalah Rehabeam. Dicatat di awal dan akhir pasal ini bahwa Rehabeam adalah putra Salomo dengan Naama, perempuan Amon. Bangsa Amon, meski keturunan Lot, sangat memusuhi Israel. Lebih dari itu bangsa Amon adalah penyembah dewa-dewa, antara lain dewa Milkon dan Molokh. Dewa-dewa itu sangat menjijikkan Tuhan. Berulang kali Tuhan telah melarang umat pilihan-Nya menerima apalagi melakukan perkawinan dengan bangsa Amon (Ul. 23). Tetapi justru Salomo menikahi Naama dan ikut dalam penyembahan para dewa Amon.

Sampai setelah alih generasi, penyembahan kepada dewa-dewa Amon tetap dilakukan. Ia mendirikan tempat-tempat pengorbanan untuk membakar anak hidup-hidup agar dewa Molokh memberikan berkat-berkat yang diinginkan. Pelacuran bakti, ibadah kepada dewa-dewi yang dilakukan bangsa Kanaan. Ibadah yang disertai tindakan pelacuran ini memohon kepada para dewa agar tanah, ternak, dan hasil panen berlimpah ruah. Berpaling kepada dewa- dewa berarti membelakangi atau menolak Allah. Maka kehancuran demi kehancuran terus terjadi, kerajaan diserang, perisai emas dan perbendaharaan rumah Tuhan dijarah. Rehabeam mengalami krisis politik dan ekonomi yang dahsyat. Tak ada lagi perisai emas, simbol kejayaan dan kekayaan kerajaan, perang saudara terus meletus, rumah Tuhan yang menjadi simbol kehadiran Tuhan pun rusak. Ini memperlihatkan bahwa Tuhan tidak lagi berkenan dan memberkati umat-Nya.

Sumber hancurnya sebuah kerajaan/negara bilamana ibadah kepada Tuhan tidak lagi menjadi yang utama. Akibatnya terjadi kehancuran moral baik dalam hidup bermasyarakat sampai pada seksualitas. Kebenaran dan keadilan tidak lagi disuarakan. Bahkan yang menyuarakan kebenaran dan memperjuangkan keadilan dibungkam dan dihabisi hak-haknya, sampai nyawa pun melayang. Bukankah ini juga terjadi di Indonesia? Meski masih banyak orang pergi ke gereja, namun kuasa ibadah itu tak mampu "menyeruak" ke luar dari gedung gereja. Akibatnya krisis yang dialami makin berkepanjangan, perang saudara terus-menerus dan Indonesia makin terpuruk.

Renungkan: Hanya dengan pertobatan, reformasi sejati pasti terjadi baik di dalam diri maupun dalam tindakan, dan akan membuahkan tatanan masyarakat dan pemerintahan yang diberkati Tuhan.

(0.25) (Yer 6:1) (sh: Gereja dan penyakit sosial masyarakat (Selasa, 5 September 2000))
Gereja dan penyakit sosial masyarakat

Hans Kung - seorang teolog Roma Katolik pernah mengatakan: 'Jika Gereja tidak taat kepada Kepala Gereja dan firman-Nya, Gereja tidak dapat bertumbuh Pertumbuhan sejati di dalam Gereja terjadi ketika Kristus memasuki dunia melalui pelayanan Gereja-Nya di dalam sejarah'. Walaupun kita tidak setuju terhadap keseluruhan teologinya, apa yang Hans Kung katakan tentang pertumbuhan Gereja itu adalah benar.

Bangsa Yehuda mengalami kehancuran bukan semata-mata disebabkan oleh kekuatan, kedahsyatan serangan, dan siasat dari bangsa-bangsa lain (1, 5-6), namun karena ketidaktaatan mereka kepada Allah dan firman-Nya (6, 8, 11-12, 19-21). Mereka tidak memperhatikan, tidak taat, bahkan melecehkan dan menjadikan firman Tuhan sebagai bahan tertawaan (10). Secara sengaja dan sadar mereka menutup telinga, menentang, dan menolak firman yang Allah sampaikan melalui hamba-hamba-Nya (16-17, 19). Padahal ketaatan kepada firman-Nya merupakan bukti mutlak dari ketaatan kepada Allah dan persembahan yang paling harum di mata Tuhan (20). Bangsa Yehuda menderita penyakit dan luka-luka sosial masyarakat yang sudah kronis (7, 14). Sementara itu para pemimpin rohani mereka tidak berusaha mengobati justru membiarkan dan meninabobokan mereka dengan khotbah-khotbah yang enak di telinga dan hati yaitu Damai sejahtera! Damai sejahtera!

Penyakit dan luka sosial masyarakat zaman kini berbeda dengan zaman bangsa Yehuda. Kerusuhan yang berkepanjangan di Ambon, Aceh, dan Poso merupakan bukti bahwa manusia sudah tidak lagi menghargai sesamanya. Demi ideologi, golongan, dan agama, manusia akan memangsa sesamanya. Amukan massa yang membakar hidup-hidup pencuri sepeda motor merupakan bukti jauh di dalam masyarakat tersembunyi gejolak emosi dan amarah yang siap meledak setiap saat untuk menghancurkan dan membinasakan sesama dan segala harta benda. Belum lagi tayangan sinetron lokal maupun barat yang selalu mengagungkan harta dan kemewahannya dalam kehidupan manusia, membuat masyarakat Indonesia berlomba mendapatkan kekayaan secara cepat dan mudah.

Renungkan: Apakah gereja hanya akan mengkhotbahkan: 'Damai sejahtera bagi bumi! Damai sejahtera bagi bangsa Indonesia' sementara penyakit sosial masyarakat tetap menjalar?

(0.25) (Yoh 20:30) (sh: Tujuan penulisan Injil (Kamis, 4 April 2002))
Tujuan penulisan Injil

Alkitab, yang di dalamnya termuat Injil, bukan bacaan favorit. Ia sering menjadi penghuni lemari yang hanya seminggu sekali dibaca. Kewibawaan Alkitab sering dirongrong oleh pendapat bahwa Alkitab hanya tulisan manusia biasa, bukan buku yang datang dari Allah, Atau bahwa ada bagian-bagian Alkitab yang ternyata tidak cocok dengan nalar dan ilmu.

Yohanes menyatakan bahwa Injil (termasuk juga Injil-injil sinoptis) memang bukan laporan lengkap tentang hidup dan karya Yesus, tetapi suatu kesaksian yang bertujuan mengajak orang untuk mempercayai Yesus sebagai Juruselamat. Seperti lukisan, dan bukan seperti potret yang merekam suatu pemandangan secara rinci dan lengkap, Injil memuat nuansa-nuansa pribadi penulisnya yang ingin menanamkan kesan khusus bagi pembacanya. Maksud lukisan Injil menurut Yohanes adalah “supaya kamu percaya bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah dan supaya kamu oleh imanmu memperoleh hidup yang sejati” (ayat hidup-hidup&tab=notes&exact=on" ver="">31).

Ada dua hal penting tersirat dalam pernyataan penting ini, pertama tentang isi dan arah iman, kedua tentang hasil iman. Isi iman menurut Yohanes adalah mempercayai Yesus sebagai Mesias dan Anak Allah. Yesus adalah Mesias yang dijanjikan Allah untuk menggenapi janji-janji-Nya. Yesus adalah penggenapan sempurna dan lengkap dari janji mesianis sebab Dia sendiri adalah Anak Allah; di dalam-Nya Allah hadir dan bekerja secara sempurna. Iman yang benar adalah iman yang hidup, yaitu yang tidak hanya berisi kepercayaan pada konsep kebenaran, tetapi yang mempercayai Yesus dalam arti mengikuti Dia, menaati kehendak-Nya, merajakan Dia di dalam arah hati dan seluruh gerak hidup. Sebagai hasil dari iman yang sedemikian, orang beroleh hidup. Hidup ini bukan hasil dari iman sebagai balasan Allah, tetapi sebagai hasil dari orang memiliki hubungan yang benar dengan Allah di dalam Yesus. Hidup tersebut adalah hidup Allah sendiri yang ada di dalam Yesus dan yang, karena kita berada di dalam Dia dan Dia di dalam kita, hadir juga di dalam kita. Karena hidup itu adalah hidup-Nya maka yang memiliki hidup dari-Nya akan memancarkan ciri-ciri hidup-Nya di dalam hidup yang bersangkutan.

Renungkan: Kebangkitan Yesus membuktikan bahwa Dia sungguh kebenaran dan hidup. Karena itu, hiduplah di dalam-Nya.



TIP #03: Coba gunakan operator (AND, OR, NOT, ALL, ANY) untuk menyaring pencarian Anda. [SEMUA]
dibuat dalam 0.07 detik
dipersembahkan oleh YLSA