Alkitab SABDA
alkitab.sabda.org

Kenajisannya melekat pada ujung kainnya; ia tak berpikir akan akhirnya, sangatlah dalam ia jatuh, tiada orang yang menghiburnya. "Ya, TUHAN, lihatlah sengsaraku, karena si seteru membesarkan dirinya!"

Jalan-jalan ke Sion diliputi dukacita, karena pengunjung-pengunjung perayaan tiada; sunyi senyaplah segala pintu gerbangnya, berkeluh kesahlah imam-imamnya; bersedih pedih dara-daranya; dan dia sendiri pilu hatinya.

Dengarlah bagaimana keluh kesahku, sedang tiada penghibur bagiku; seteru-seteruku mendengar tentang kecelakaanku, mereka gembira karena Engkau yang mendatangkannya! Datanglah kiranya hari yang telah Engkau umumkan itu, dan biarlah mereka menjadi seperti aku!

Terkenanglah Yerusalem, pada hari-hari sengsara dan penderitaannya, akan segala harta benda yang dimilikinya dahulu kala; tatkala penduduknya jatuh ke tangan lawan, dan tak ada penolong baginya, para lawan memandangnya, dan tertawa karena keruntuhannya.

Air mataku terus-menerus bercucuran, dengan tak henti-hentinya,

Karena tidak untuk selama-lamanya Tuhan mengucilkan.

Tak berkesudahan kasih setia TUHAN, tak habis-habisnya rahmat-Nya,

Bapak-bapak kami berbuat dosa, mereka tak ada lagi, dan kami yang menanggung kedurjanaan mereka.

TUHAN sendiri mencerai-beraikan mereka, tak mau lagi Ia memandang mereka. Para imam tidak mereka hormati, dan orang-orang tua tidak mereka kasihani.

Pelayan-pelayan memerintah atas kami; yang melepaskan kami dari tangan mereka tak ada.

Siapa berfirman, maka semuanya jadi? Bukankah Tuhan yang memerintahkannya?

Kami telah mendurhaka dan memberontak, Engkau tidak mengampuni.

Pemimpin-pemimpin digantung oleh tangan mereka, para tua-tua tidak dihormati.

Ia menutup segala jalan ke luar bagiku, Ia mengikat aku dengan rantai yang berat.

Engkau menyelubungi diri-Mu dengan murka, mengejar kami dan membunuh kami tanpa belas kasihan.

Seperti burung aku diburu-buru oleh mereka yang menjadi seteruku tanpa sebab.

Lidah bayi melekat pada langit-langit karena haus; kanak-kanak meminta roti, tetapi tak seorangpun yang memberi.

Kami dikejar dekat-dekat, kami lelah, bagi kami tak ada istirahat.

Para tua-tua tidak berkumpul lagi di pintu gerbang, para teruna berhenti main kecapi.

Selalu mata kami merindukan pertolongan, tetapi sia-sia; dari menara penjagaan kami menanti-nantikan suatu bangsa yang tak dapat menolong.