Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 1 - 20 dari 23 ayat untuk bekal (0.000 detik)
Pindah ke halaman: 1 2 Selanjutnya
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(1.00) (Hak 7:8) (endetn: dari)

diperbaiki. Tertulis: "bekal rakjat".

(0.71) (2Taw 2:9) (endetn: bekal)

diperbaiki menurut terdjemahan2 kuno. Tertulis: "pukulan2".

(0.57) (1Sam 17:18) (ende)

Tanda bukti ialah tanda (keterangan), bahwa mereka sudah menerima bekal itu.

(0.57) (Yos 9:4) (endetn: menjediakan bekal)

diperbaiki menurut beberapa naskah Hibrani. Tertulis: "membungkus bagi dirinja?".

(0.57) (Luk 6:38) (jerusalem: ribaanmu) Lipatan jubah atau mantol dipakai sebagai saku atau kantung buat menyimpan bekal.
(0.50) (Yos 9:4) (jerusalem: menyediakan bekal) Kata Ibrani yang dipakai tidak dapat dimengerti dan diperbaiki sesuai dengan Yos 9:11-12.
(0.43) (Yos 9:14) (jerusalem: orang-orang Israel) Terjemahan Yunani menjelaskan: orang-orang terkemuka. Dengan memakan bekal orang Gibeon para pemuka Israel masuk perjanjian dengan mereka, Kej 31:46 dst.
(0.29) (Rm 15:24) (ende: Menolong aku kesitu)

Ungkapan asli dengan tjorak-artinja sukar diterdjemahkan dengan suatu ungkapan jang agak tepat. Jang tertjakup dalam ungkapan asli ialah: mentjari kapal, mengurus segala persediaan, melengkapi segala keperluan seperti bekal dan lain-lain, kadang-kadang djuga menghantar atau menemani.

(0.22) (Mrk 6:1) (sh: Gaya hidup kemuridan (Sabtu, 8 Maret 2003))
Gaya hidup kemuridan

Gaya hidup (lifestyle) menentukan arah hidup. Pola pikir yang terbalik ini telah merasuk di sekitar kita, terutama yang tinggal di kota besar. Indera kita dibombardir dengan pesan- pesan: inilah gaya hidup orang sukses, dengan mobil merek A, handphone cap B, tinggal di kompleks C, nasabah bank D, makan malam di E, berprestasi dalam bidang F dst. Arah hidup banyak orang akhirnya berbelok menjadi bagaimana memperoleh dan memelihara simbol-simbol tadi. Keputusan-keputusan hidup yang penting pun didasarkan, dan selalu merujuk kepada pemenuhan gaya hidup yang diidealisasikan.

Nas bacaan kita menunjukkan bagaimana hidup yang dijalani Yesus dan para murid-Nya sebagai pemberita. Yesus mengalami penolakan dari orang-orang sekampung-Nya (ayat 3) karena ketidak-percayaan mereka (ayat 6). Yesus menyimpulkan ini bagi murid-murid-Nya (termasuk kita) bahwa seorang pemberita harus siap mengalami penolakan, bahkan oleh orang-orang yang dekat dengannya (ayat 4). Inilah risiko, "salib", yang harus siap diterima para pengikut-Nya.

Tidak hanya yang bersifat insidentil, Yesus juga mengajarkan para murid untuk tidak membawa bekal apa-apa dalam perjalanan penginjilan mereka. Perintah ini bersifat kontekstual hanya untuk pengutusan waktu itu saja (sudut pandang Markus menyatakan para murid kemudian memiliki bekal makanan [6:38]). Yang penting adalah penekanan yang mendasari perintah Yesus. Tiadanya bekal yang dibawa menunjukkan kegentingan -- Injil perlu diberitakan sesegera mungkin -- dan kebergantungan penuh kepada Allah untuk mencukupi mereka. Bagaimana memenuhi panggilan dari Allah, itulah yang harus menjadi penentu gaya hidup tiap Kristen.

Renungkan: Gaya hidup Kristen bukanlah menurut kategori-kategori kaya atau miskin, rohani atau sekuler, tetapi gaya hidup akibat mengikut panggilan dan kehendak Allah, apapun konsekuensinya.

(0.21) (1Sam 17:1) (ende)

Dalam bagian ini dua tradisi muntjul mengenai tjara Dawud datang dalam istana Sjaul. Menurut 1Sa 17:1-11, jang meneruskan 1Sa 16:14-23, Dawud dipanggil sebagai biduan, jang lalu menjertakan Sjaul dalam pertempuran dan mengalahkan Goljat (1Sa 17:32-53). Menurut 1Sa 17:12-30 Dawud adalah seorang gembala muda, jang membawa bekal kepada kakak2nja dimedan perang. lalu muntjul raksasa Felesjet dan tradisi ini menjusul tradisi jang pertama (1Sa 17:32-53). Lalu baru ia dipanggil kedalam istana (1Sa 17:55-18:2).

(0.20) (Mat 2:13) (sh: Kejutan di balik kehormatan. (Jumat, 26 Desember 1997))
Kejutan di balik kehormatan.

Yusuf dan Maria tidak pernah bermimpi menerima kehormatan menjadi orang tua Anak Allah, Mesias sudah lama ditunggu-tunggu. Maria dikejutkan karena harus hamil sebelum menikah. Yusuf pun tak kurang terkejut atas kehamilan tunangannya. Mereka dikejutkan oleh kunjungan para majusi. Muncul kejutan lagi. Mereka harus ke luar negeri, di malam hari dengan segala ketergesaan. Peristiwa kejutan ironis yang berkebalikan dari peristiwa keluar dari Mesir. Dulu umat Israel diselamatkan dari Mesir, kini Juruselamat dunia harus mengungsi ke Mesir karena kejahatan raja Israel. Natal yang asli bukan saja semarak nyanyian malaikat, tetapi juga sesak ratapan para ibu yang bayi-bayinya dibantai.

Persiapan dan penyediaan ilahi. Manusia terkejut diperhadapkan perbuatan besar Allah. Lebih-lebih peristiwa Natal yang telah Tuhan siapkan dan sediakan sejak kekekalan, dengan mengatur perjalanan sejarah seisi dunia. Tatkala Yusuf dan Maria harus mengungsi, timbul masalah. Bagaimana bekal dan keamanan bagi kedua orang dan bayi tak berdaya ke tanah asing? Allah menyediakan banyak bekal! Dia memimpin para majusi sebagai pemeliharaan-Nya.

Doa: Terima kasih Tuhan Engkau perhatikan kebutuhan sementara dan kebutuhan kekalku.

(0.19) (1Raj 2:1) (sh: Mental, firman, dan tidak setengah-setengah (Rabu, 26 Januari 2000))
Mental, firman, dan tidak setengah-setengah

Dalam masyarakat Indonesia, program asuransi mulai menjamur. Salah satu program asuransi yang paling diminati adalah asuransi bersifat tabungan bagi masa depan anak-anak. Artinya, orangtua membeli sebuah program asuransi yang dapat memberikan bekal bagi masa depan anaknya, baik untuk sekolah maupun keperluan lainnya. Sesungguhnya ini bukan tindakan yang berdosa atau meragukan pemeliharaan Allah. Namun jika yang diutamakan adalah bekal uang bagi masa depan anak-anak, itu berarti menempatkan anak-anak kita pada jalur yang licin dan mengarah kepada jurang kehancuran, karena bekal uang saja tidaklah cukup. Anak-anak perlu sesuatu yang lebih penting daripada sekadar uang, yang mampu menjamin bahwa masa depan mereka menuju kepada kebahagiaan sejati.

Daud pasti juga meninggalkan kekayaan yang besar kepada Salomo. Namun dalam perikop ini hanya nasihat-nasihat Daud kepada Salomo yang dicatat. Hal ini menekankan bahwa nasihat-nasihat Daud jauh lebih berharga dan bermakna bagi Salomo, dibandingkan kekayaan. Di dalam nasihat Daud terdapat sebuah kunci untuk membuka sumber kebahagiaan dan keberhasilan di dalam pemerintahannya dan dinasti selanjutnya (ayat 3-4). Ini menandakan bahwa pemilihan Allah atas Salomo adalah tanpa syarat, namun berkat Allah selanjutnya bersyarat. Berkat ini jauh melebihi harta kekayaan, karena di dalamnya Allah terlibat untuk merealisasikan kebahagiaan dan keberhasilan.

Kunci itu secara khusus terdapat di dalam sikap mental yang kuat dan kokoh dalam mengikut Dia, tidak mudah terombang-ambing dan tergoda (ayat 2), ketaatan terhadap firman Tuhan dalam kehidupannya (ayat 3), dan menuntaskan perkara-perkara yang dapat mengganggu masa depan (ayat 5-10). Dengan kata lain kunci itu meliputi 3 area penting yaitu mental, firman, dan tidak setengah-setengah.

Renungkan: Sudahkah ketiga area di atas menjadi fokus utama bagi kita dalam mempersiapkan anak-anak sebagai generasi penerus, agar mereka memiliki masa depan yang terjamin dan menuju kebahagiaan sejati? Contoh: untuk taat pada firman selalu diperlukan mental yang kuat, namun mental yang kuat juga memerlukan firman. Kemudian mental yang kuat akan membuat tindakan kita tidak setengah-tengah dalam menaati firman-Nya.

(0.14) (1Sam 21:1) (sh: Dampak nama dan kuasa. (Sabtu, 31 Januari 1998))
Dampak nama dan kuasa.

Tanpa pilihan, persiapan matang, ataupun bekal makanan dan senjata, Daud memulai pengembaraannya. Nekad namun berani! Ia harus siap menghadapi kondisi alam yang tidak ramah, "yang kuat, yang menang. Dengan mengatasnamakan Saul, Imam Ahimelekh menerimanya (ayat 2). Dengan menyebut nama seorang penguasa, segalanya berjalan lancar. Roti sajian disantapnya dan pedang Goliath menjadi senjata. Namun, jangan cepat menghakimi Daud, seolah ia telah menyalahgunakan kuasa, jabatan, dan kekuatan yang dimiliki. Ia berbuat demikian untuk melanjutkan perjuangannya dalam Tuhan.

Keajaiban tangan Tuhan. Kematian Goliath, telah membekaskan dendam tak berkesudahan di hati raja-raja Filistin terhadap Daud. Daud tahu hal itu. Dengan akal yang kurang populer tetapi mengena (ayat 13), Daud terlepas dari perhatian raja Akhis. Apakah semua ini usaha tunggal Daud? Adakah peranan Tuhan di dalamnya? Kelepasan yang dialami Daud bukan karena keampuhan akalnya, melainkan sentuhan keajaiban tangan Tuhan (bdk. Mzm. 34).

Renungkan: Makanan bukanlah sumber hidup tetapi sarana agar hidup karunia Tuhan ini dapat ditunjang.

Doa: Pertolongan bagi kami hanyalah daripada-Mu, Tuhan.

(0.14) (Mzm 49:1) (sh: Utamakan yang terutama. (Senin, 22 Desember 1997))
Utamakan yang terutama.

Siapakah yang benar-benar berhikmat dan berpengertian? Mereka adalah orang-orang yang tidak menggantungkan apalagi memegahkan hidupnya pada harta benda atau kekayaannya. Kekayaan memang memberikan berbagai kemudahan, tetapi apabila disalahperlakukan dapat menjadi penyebab kegelisahan. Berulangkali disebutkan bahwa harta, kemegahan, dan kemasyhuran tidak menjamin keselamatan pemiliknya. Harta kekayaan duniawi tidak dapat menebus perbudakan dan akibat dosa. Juga tidak merupakan modal kita ke surga.

Allah Penebus kita. Di pasar budak zaman dahulu, para budak harus ditebus untuk dimerdekakan. Karena itu seseorang harus membayarnya (ayat 49:7,8,15" context="true" vsf="TB">8,9,16). Segala kekayaan tidak mungkin dapat menebus kita dari cengkeraman maut dan Iblis! Bila perhatian Anda terpusat pada soal harta, sekaranglah saatnya mencari Tuhan untuk memberikan arti hidup sejati. Tuhan Yesus meninggalkan kekayaan surgawi-Nya untuk mencari Anda. Sudahkah Anda meresponi Dia dengan benar?

Renungkan: Orang yang menjadikan hal-hal kekal sebagai bekal hidup utama, orang itu akan mampu mengatur hal-hal sementara dengan benar.

Doa: Mampukanku menyerahkan mamon dan mengutamakan-Mu.

(0.13) (Ul 23:15) (sh: Peduli pada orang lain dan diri sendiri (Jumat, 2 Juli 2004))
Peduli pada orang lain dan diri sendiri

Ada orang rela berkorban untuk kepentingan orang lain tetapi mengabaikan diri sendiri dan keluarganya. Apa artinya pengorbanan diri bagi orang lain, kalau hidup pribadi dan hidup keluarganya berantakan? Keduanya harus diberikan perhatian yang sama.

Pesan-pesan dari perikop ini dapat dilihat sebagai pesan kepedulian terhadap orang lain dan kepada diri sendiri. Peduli kepada orang lain, yaitu: Pertama, peduli terhadap nasib budak yang melarikan diri mungkin sekali lari dari penindasan majikannya (ayat 15-16). Kedua, peduli terhadap sesama saudara dengan tidak memungut bunga pinjaman darinya (ayat 19-20). Hanya kepada orang asing mereka diizinkan mengenakan bunga pinjaman. Kebanyakan orang asing datang untuk berdagang, sementara sebagian besar penduduk Israel adalah petani. Ketiga, peduli kepada sesama yang membutuhkan makanan di dalam perjalanannya (ayat 24-25). Peraturan ini dirancang untuk orang-orang yang dalam perjalanan jauh tidak sempat membawa bekal makanan.

Peduli terhadap diri sendiri dan keluarga diwujudkan dengan cara: Pertama, peduli terhadap kesucian hidup sehingga tidak membiarkan diri atau anggota keluarganya terjebak dalam pelacuran bakti dan semburit bakti (= persetubuhan sesama lelaki), walaupun hasilnya dipersembahkan untuk Tuhan (band. dengan upaya pencucian uang [money laundry] melalui persembahan di gereja) (ayat 17-18). Kedua, peduli terhadap integritas pribadi sehingga tidak sembarangan bernazar. Bila sudah bernazar, yang bernazar harus menepatinya dengan sungguh-sungguh (ayat 21-23). Peduli terhadap diri sendiri dengan menjaga kesucian hidup dan integritas pribadi berarti menghormati Tuhan. Peduli pada orang lain dan diri sendiri harus diberikan porsi yang seimbang. Peduli pada orang lain adalah wujud kasih Kristiani. Peduli terhadap diri sendiri dan keluarga adalah wujud penghormatan kita pada Kristus. Keduanya harus berjalan bersama.

Tekadku: Menjadi berkat bagi sesama, pelindung bagi keluarga dan menjaga diri dari kenajisan, itulah kewajibanku.

(0.13) (Mzm 64:1) (sh: Peperangan Rohani (Minggu, 26 April 1998))
Peperangan Rohani

Setiap orang percaya selalu perlu siap masuk peperangan rohani. Orang-orang yang berpihak kepada Allah dan mentaati-Nya dimusuhi dan diperangi oleh iblis. Musuh dahsyat itu disebut oleh Paulus sebagai pemerintah-pemerintah, penguasa-penguasa, penghulu-penghulu dunia yang gelap (Ef. 6:10-20). Tidak selalu jelas bagaimana perwujudan musuh itu, namun ia dapat bekerja melalui persepakatan orang jahat, kerusuhan, isu-isu pemecah belah, kekacauan, kebingungan ataupun serangan lain yang lebih rinci. (Baca lagi Mzm.64:1-6). Bukankah iblis juga dapat menyerang secara tersembunyi dari dalam dan dari luar kita?

Skema penjahat dan iblis. Semua upaya si jahat dan si iblis itu gagal, meskipun dalam jangka pendek mereka kelihatan berhasil. Allah akan menembak si jahat itu dengan panah. Sekonyong-konyong mereka akan terluka (ayat 8). Setiap kali Allah menembak, selalu kena sasarannya. Tak pernah anak panah Allah melesat atau luncas. Penghukuman selalu menimpa niat orang jahat. Allah selalu mengatasi dan mengungguli rancangan kecurangan hati orang (ayat 7). Kebenaran ini menolong kita untuk melihat dengan kacamata wawasan Allah yang kekal. Ini pandangan supra jangka panjang. Mengarah ke masa yang kekal dengan bekal iman percaya kepada Kristus, itulah wawasan kita.

Perlengkapan Rohani. Orang percaya perlu kuat di dalam Tuhan. Kristen perlu mengambil perlengkapan senjata Allah yang lengkap dan memakainya. Senjata-senjata itu ialah: ikat pinggang kebenaran, baju zirah keadilan, kasut kerelaan Injil, perisai iman, ketopong keselamatan, pedang Firman; dan semuanya baru efektif bila dipakai dalam doa. Allah sendiri membuat Daud bersukacita. Manakala musuh-musuh menyerangnya, Allah memberi perlindungan. Pada saat orang memasang perangkap, ia menghindar. Pada waktu rancangan kecurangan diadakan, ia telah mempunyai rencana yang lebih baik.

Renungkan: Berperanglah bersama Tuhan. Kita pasti menang sebab Kristus sudah mengalahkan Iblis dan segenap pengikutnya yang jahat.

Doa: Supaya kami siaga dengan senjata lengkap Allah.

(0.13) (Luk 22:24) (sh: Hidup dalam Perjanjian Baru oleh darah-Nya. (Minggu, 16 April 2000))
Hidup dalam Perjanjian Baru oleh darah-Nya.

Setelah mendeklarasikan Perjanjian Baru antara Dia dan murid-murid-Nya    berdasarkan darah-Nya, Yesus memberikan pembinaan terakhir bagi    mereka untuk hidup dalam Perjanjian Baru. Mereka harus    meninggalkan konsep dunia tentang kepemimpinan yang cenderung    mendominasi sesamanya, kemudian mengikuti teladan Yesus yang    menggunakan prinsip pemimpin-hamba (ayat 24-27).

Hubungan yang baru juga mewarnai orang percaya dan dunia namun    dengan dampak negatif bagi para murid, karena mereka akan    mengalami berbagai pencobaan dan penderitaan. Bahkan ada di    antara mereka yang hampir jatuh. Namun sumber kehidupan yang    vital bagi iman mereka di dalam Juruselamat ditopang oleh doa    syafaat Yesus sendiri. Ini dimungkinkan karena Perjanjian Baru    di dalam darah-Nya telah menciptakan hubungan baru antara orang    percaya dan Kristus. Hasilnya Yesus tidak hanya mampu    mengalahkan si Iblis, namun juga mampu menggunakan serangan    Iblis sebagai sarana untuk menyempurnakan murid-murid-Nya (31-    34).

Perjanjian Baru ini pun telah membuat hubungan  baru antara    dunia dan Kristus, karena Ia dipandang sebagai pemberontak (ayat 37).    Namun demikian misi untuk dunia harus terus dilanjutkan.    Konsekuensinya mereka tidak lagi bisa berharap bahwa bangsa-    bangsa yang menjadi target misi  akan menyediakan segala    keperluan mereka seperti dulu (9:1-6; 10:1-16). Sebaliknya    mereka harus membawa bekal dan berjuang sendiri.  Hidup dalam    Perjanjian Baru oleh darah-Nya membawa dampak bagi hubungan    antara orang percaya dengan Allah dan orang percaya dengan    dunia.

Renungkan: Hubungan dengan Allah merupakan hak istimewa    sedangkan hubungan dengan dunia merupakan harga yang harus    dibayar. Keduanya tidak dapat saling  dikompromikan, tanpa    mengkompromikan hakikat dari Injil Kristus. Siapkah Anda?

   Bacaan  untuk Minggu Sengsara 7:    Keluaran 12:1-8, 11-14    I Korintus 11:23-32    Yohanes 13:1-15    Mazmur 116:12-19

   Lagu: Kidung Jemaat 286

(0.13) (Kis 18:24) (sh: Terus belajar (Jumat, 3 Juni 2005))
Terus belajar


Ibarat padi semakin berisi semakin tunduk, demikianlah orang yang semakin pintar semakin rendah hati. Prinsip yang sama seharusnya berlaku pada para hamba Tuhan. Semakin banyak dipercaya melayani, seharusnya semakin rendah hati untuk belajar agar dapat melayani dengan lebih baik. Sayangnya, tidak banyak pemimpin Kristen yang mau diajar karena merasa gengsi dan sudah tahu segala sesuatu.

Jarang kita jumpai pemimpin seperti Apolos. Ia seorang terpelajar akan agama Yahudi dari Aleksandria. Waktu itu, kota Aleksandria merupakan pusat agama Yahudi di Mesir. Apolos menguasai Perjanjian Lama dengan baik dan ia pandai mengajar (ayat 24). Setelah menjadi Kristen, ia dengan bersemangat mengabarkan Injil kepada orang-orang Yahudi (ayat 25). Ia seorang pemimpin yang cemerlang. Namun, Apolos juga rendah hati. Ia bersedia diajar oleh Priskila dan Akwila, pemimpin umat di Efesus, supaya semakin mengenal kebenaran. Bukan hanya bersedia diajar, ia juga bersedia diutus untuk praktik pelayanan di Akhaya (Korintus) bagaikan mahasiswa teologi yang sedang PKL (ayat 26-27). Kesediaannya untuk diajar menghasilkan sukacita umat Tuhan. Hal ini terbukti dengan kehadirannya yang menjadi berkat bagi jemaat Korintus. Dengan bekal pengajaran yang benar dan dengan penuh semangat Apolos mengajar dan memberitakan Injil kepada orang-orang Yahudi (ayat 28).

Sikap rendah hati dan mau belajar adalah kunci pertumbuhan rohani anak Tuhan agar dapat dipakai-Nya memberitakan kebenaran. Gereja harus menyediakan wadah atau memberi kesempatan bagi para hamba Tuhan untuk belajar memperlengkapi dan meningkatkan diri agar pelayanan mereka efektif. Setiap hamba Tuhan juga harus selalu memelihara kerinduan bersedia dibina dan diajar agar pelayanannya mampu menjawab kebutuhan umat di dunia modern ini.

Renungkan: Pengajar kebenaran yang efektif adalah murid Kristus yang tidak berhenti belajar pada-Nya.

(0.13) (Why 1:1) (sh: Pesan penting di masa gawat (Senin, 21 Oktober 2002))
Pesan penting di masa gawat

Di tengah badai aniaya yang melanda umat-Nya, Tuhan Yesus memberikan wahyu kepada hamba-Nya, Yohanes untuk menghibur dan meneguhkan mereka. Dengan setia Yohanes bersaksi tentang wahyu yang telah diterimanya. Ia menuliskannya bagi ‘hamba-hamba Kristus’ (ayat 1) yang sedang menjalani masa uji dalam rangka pemurnian menjelang pemuliaan. Bagi “ia yang membacakan dan mereka yang mendengarkan kata-kata nubuat ini, dan yang menuruti apa yang ada tertulis di dalamnya” disebut berbahagia atau terberkati. Maksudnya jelas, menekuni dan mengamalkan Kitab Wahyu akan mendatangkan berkat bagi orang percaya dan jemaat, yakni ketangguhan menjalani masa uji yang penuh penderitaan, dan kemuliaan surgawi sebagai orang-orang yang menang.

Penghiburan dan peneguhan yang Tuhan Yesus sampaikan kepada umat-Nya, bertitik tolak dari hubungan antara Allah dengan umat-Nya, dengan mengedepankan kedaulatan karya-Nya. Kasih karunia, yang menjadi pokok keselamatan kita, dikatakan ‘menyertai kamu’ (ayat 4). Ungkapan ini menyiratkan kebenaran mendasar dalam keselamatan kita, bahwa sekali kita berada dalam kasih karunia Allah, selamanya kita berada dalam kasih karunia tersebut. Damai sejahtera, yang berarti kedamaian dan kesentosaan jiwa karena kepastian telah diperolehnya demai dengan Allah, juga dikatakan beserta umat-Nya. Itu berarti, bagi orang-orang yang berada dalam kasih karunia Allah, damai sejahtera hadir, dan di saat-saat topan kesengsaraan mengamuk, kedua hal itu menjadi bekal sekaligus titik berangkat pengharapan.

Pendeknya, dengan ‘kasih karunia dan damai sejahtera’ bagi umat-Nya, Allah bersama-sama dengan umat-Nya dalam menghadapi masa uji yang paling berat sekalipun. Ya, Allah mengasihi umat-Nya dan tidak membiarkan mereka berjuang sendirian. Allah sendiri tampil sebagai titik tekan penghiburan dan peneguhan itu.

Renungkan: Jaminan kemenangan bagi orang percaya yang sedang mengalami pergumulan mahadahsyat akan dikuatkan dan diteguhkan dengan pernyataan Tuhan Allah yang kekal berdaulat, Pencipta dan Penggenap sejarah umat manusia.

(0.11) (2Raj 24:18) (sh: Kebodohan pembawa kehancuran (Jumat, 21 Juli 2000))
Kebodohan pembawa kehancuran

Tahukah Anda arti pepatah 'keledai tidak akan jatuh di lubang yang sama'? Binatang sebodoh keledai diyakini tidak akan melakukan kesalahan yang sama karena ia dapat dan mau belajar dari kesalahan yang lampau. Manusia, sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang paling tinggi, mempunyai kepandaian jauh di atas keledai. Dengan kata lain seharusnya manusia tidak akan begitu mudah melakukan kesalahan karena ia dapat berpikir, menganalisa, bahkan mengevaluasi setiap tindakan yang akan dilakukan. Apalagi jika ia sudah dibekali dengan petunjuk dan nasihat.

Zedekia ternyata lebih bodoh dari keledai. Tentunya ia sudah melihat sebuah contoh hidup mengapa Allah menghukum Yoyakim, saudara kandungnya. Namun anehnya, ia mengulangi apa yang Yoyakim lakukan (19). Ketika, ia bersekongkol dengan Mesir dan bangsa-bangsa lainnya untuk menentang Babel, bukankah Allah sudah memberikan petunjuk dan nasihat untuk tidak melakukannya (Yer. 27:3-8; Yeh. 17:11-21). Contoh hidup dan petunjuk dari Allah sebenarnya merupakan bekal yang cukup bagi Zedekia untuk tidak melakukan kesalahan. Namun inilah kebodohan Zedekia yang melebihi keledai.

Akibatnya sebagai pribadi ia harus membayar dengan harga yang sangat mahal (7). Sebuah pemandangan yang tidak akan pernah ia lupakan selama ia hidup dan sebuah penghukuman yang sangat kejam hingga perlu untuk disebutkan secara khusus dalam kitab tentang raja-raja Israel dan Yehuda. Sebagai bangsa, Yehuda semakin terpuruk dan tersungkur (9-17). Yehuda sudah hancur-lebur. Kehidupan sosial, politik, dan ekonomi tidak mungkin dibangun lagi karena yang dibiarkan hidup bukan lagi orang lemah namun orang-orang miskin, itu pun hanya beberapa saja (12 bandingkan dengan 24:14). Kalau pun yang tersisa berhasrat bangkit dan mulai membangun dari kehidupan rohani mereka, itu juga tidak mungkin sebab para pemimpin rohani mereka juga dibunuh (18-21). Tidak ada yang tersisa. Tidak ada lagi yang berharga.

Renungkan: Bukankah kebodohan Zedekia adalah gambaran kebodohan manusia pada umumnya? Ia dapat dengan mudah ditemukan di sekitar kita atau mungkin dalam diri kita sendiri. Misalnya, tahu narkoba berbahaya tetapi mengapa peminatnya semakin meningkat? Mampukah kita memeranginya?



TIP #27: Arahkan mouse pada tautan ayat untuk menampilkan teks ayat dalam popup. [SEMUA]
dibuat dalam 0.11 detik
dipersembahkan oleh YLSA