Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 141 - 160 dari 338 ayat untuk Jesus (0.055 detik)
Pindah ke halaman: Sebelumnya 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 Selanjutnya
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(0.41) (Yoh 21:17) (ende: Pada ketiga kalinja)

Petrus tentu merasa sedih sebab rupa-rupanja Jesus sangsi akan kesetiaannja, dengan mengingat akan penjangkalannja jang tiga kali itu. Tetapi njata sekali bahwa dosa itu telah diampuni sama sekali dan tidak diperhitungkan lagi, malah tidak mengurangkan eratnja hubungan Jesus dengan dia.

(0.41) (Kis 1:7) (ende)

Jesus rupanja merasa tak perlu mendjawab pertanjaan murid-murid tadi. Tak lama lagi Roh Kudus akan mendjawab dengan memberi pengertian jang benar. Jesus hanja mengulangi amanatNja bahwa mereka bertugas memberi kesaksian akan kebenaran Indjil sampai keperbatasan bumi, jaitu bahwa keradjaan Mesias meliputi seluruh bumi.

(0.41) (Kis 2:38) (ende: Permandian dalam nama Jesus Kristus)

Dapat diartikan : "atas nama J.K.", jaitu menurut pesanan J.K.; atau djuga mendjadi milik Kristus dalam kesatuan dengan Dia. Untuk upatjara resmi menerimakan sakramen permandian, dari semula tak kenal rumusan lain selain jang tertjantum dalam amanat Jesus, Mat 28:19.

(0.41) (Kis 18:5) (ende: Bahwa Jesus adalah Mesias)

Atjara pokok dan utama segala pembitjaraan Paulus - dan rasul-rasul jang lain - kepada orang Jahudi, ialah membuktikan dari nubuat-nubuat Perdjandjian Lama, bahwa Jesus sebenar-benarnja Mesias jang didjandjikan dan ditunggukan kedatanganNja.

(0.41) (Kis 25:11) (ende: Aku naik apel kepada Kaisar)

Akibatnja Paulus tidak boleh diserahkan lagi kepada suatu pengadilan Jahudi dan Paulus mendapat kesempatan untuk pergi ke Roma. Paulus ketika itu tentu teringat akan pernjataan Jesus, bahwa ia harus memberi kesaksian akan Jesus disitu. (Ingatlah Kis 23:11).

(0.41) (Rm 10:6) (ende)

Dalam ajat-ajat ini Paulus rupanja hendak menerangkan kepada (atau tantang) orang Jahudi, bahwa mereka keliru, kalau mereka menunggu lagi seorang Mesias lain dari Jesus. Jesus benar-benar Mesias dan hal itu dapat diketahui berdasarkan buku-buku sutji mereka sendiri.

(0.41) (1Kor 6:7) (ende: Kekalahan)

mereka terletak dalam hal, bahwa mereka membanggakan kebidjaksanaannja, jaitu keunggulan mereka dalam mengerti dan melakukan Indjil, pada hal dengan saling menggugat mereka memperkosa asas-asas dan tjita-tjita Indjil, seperti jang terkandung dalam pernjataan Jesus Mat 5:39-42. Kedua pertanjaan Paulus tentu sadja dimaksudkan sebagai peringatan akan adjaran Jesus itu.

(0.41) (Flp 3:10) (ende: Mengenali)

jaitu dengan sepenuh-penuhnja dan semesra-mesranja, tetapi selandjutnja mengandung arti "mengalami".

(0.41) (Flm 1:1) (ende)

SURAT RASUL PAULUS KEPADA PILEMON

KATA PENGANTAR

Isi surat pendek ini sangat sederhana dan tertindjau sepintas lalu, perkara remeh sadja, bersifat pribadi pula, sehingga dapat mengherankan, bahwa ia diterima masuk Kitab Kudus. Tetapi kalau ditindjau lebih dalam ia bukan remeh dan bukan pula bernilai pribadi sadja. Seorang budak belian, bernama Onesimus, pernah tjurang terhadap madjikannja, bernama Pilemon, dan melarikan diri lalu bertemu dengan Paulus di Roma. Disitu ia dipermandikan Paulus dan tinggal beberapa lama melajaninja. Pilemon adalah seorang terkemuka di Kolose, dipermandikan oleh Paulus, rupanja di Efesus, kemudian rumahnja di Kolose mendjadi satu pusat perkumpulan umat.

Pada kesempatan Paulus mengutus Tichikus untuk menghantar "surat kepada umat Kolose" kepada umat tersebut, ia bermaksud mengirim Onesimus bersama dengan dia kembali kepada madjikannja jang sah itu. Bdl. Kol. 4:9.

Paulus mengirimkan surat ini bagi Pilemon. Isinja pembelaan terhadap Onesimus dan dorongan halus, supaja ia mengampuninja dan menerimanja dengan baik sebagai saudara.

Memang didalam surat ini tidak diuraikan suatu adjaran besar, namun seluruh surat dengan isi dan suasananja merupakan satu pengadjaran jang tepat sekali bagi tiap-tiap orang beriman. Ia setjara berwudjud mentjerminkan perasaan persaudaraan dan sikap tjinta-kasih, jang harus mendjiwai tiap-tiap orang jang sungguh-sungguh berminat mewudjudkan tjita-tjita Indjil jang tertinggi. Paulus jang berdjiwa besar dalam segala-galanja, disinipun menundjukkan kebesaran djiwa, dalam hormat dan tjinta-kasihnja jang mesra terhadap seorang jang berkedudukan budak-belian, tetapi bermartabat agung sebagai anak Allah dan saudara dalam Kristus. Surat ini mendjadi suatu tjontoh klasik, bagaimana tjinta-kasih Kristus harus diwudjudkan terhadap tiap-tiap "saudara Kristus", jang terketjil sekalipun, bagaimana harus dia dipandang dan diperlakukan sebagai saudara sedjati, semartabat dan sederadjat. Paulus menuntut perasaan dan tjinta- kasih jang demikian dari Pilemon. Ia harus menerima Onesimus sebagai saudara tertjinta, jang terhapus salahnja, dan jang dahulu sebagai budak, baru sekarang bernilai besar sebagai saudara baginja.

Tetapi tjinta-kasih Paulus pada hakekatnja ataskodrati semata-mata dan diimbangi dengan kebidjaksanaan. la samar-samar berharap supaja Pilemon memberi kebebasan kepada Onesimus, malah menjuruhnja kembali kepada Paulus, tetapi ia tidak menuntut hal itu.

Pandangan dan sikap Paulus terhadap bal perbudakan sudah kita tahu dari 1Kor 7:20-24 dan Kol. 3:22 - 4:1. Baik kalau dibatja tjatatan-tjatatan disitu. Keadaan kemasjarakatan itu tidak dibenarkan oleh Paulus, tetapi tidak dapat diberantas begitu sadja tanpa kerusakan hidup kemasjarakatan dan bahaja-bahaja bagi budak-budak sendiri djuga. Jang dituntut Paulus ialah keadilan dan perlakuan jang baik dari pihak madjikan, dan kalau dia seorang beriman penghormatan dan tjinta-kasih persaudaraan dengan tidak memandang bulu.

(0.41) (1Yoh 3:15) (ende: Kebentjian)

adalah djenis/matjam pembunuhan, jang diachiri kematian.

Ingatlah sadja, setan karena membentji Jesus, lalu merasuki Judas, dan Judas jang mengchianati Jesus, hingga mati. Kebentjian bertentangan dengan kasih. Siapa membentji berarti dia tidak mengasihi. Dan jang tidak mengasihi, mati terhadap hidup rohani, berarti tak memiliki hidup abadi.

(0.41) (1Yoh 5:6) (ende)

St. Joanes mengenangkan kembali peristiwa disalib, tatkala Jesus disalibkan, Jesus menjerahkan RohNja lalu mati, setelah mati, air jang djuga lambang Roh, keluar dari lambungNja, lalu bertjampur dengan darah jang telah ditumpahkan. Roh, air dan darah inilah jang memberi kesaksian tentang Kristus. Ketiganja satu sebab mempunjai satu tudjuan, jaitu memberi kesaksian tentang Kristus.

(0.38) (Mat 4:2) (ende: Berpuasa)

Jesus sebagai manusia hendak menjediakan diri untuk melaksanakan tugasNja, dengan berdoa dan memperkuat doa-doaNja dengan berpuasa, guna memperoleh berkat atas pekerdjaanNja dan kekuatan hati untuk bertahan dalam mengurbankan Diri sampai mati disalib. Sikap Jesus disini dapat dibandingkan dengan sikapNja di Getsemani.

"Digoda". Rupa-rupanja setan hendak membudjukNja untuk menampakkan Diri sebagai manusia dan Putera Allah dalam seluruh kemuliaan dan kekuasaanNja, jaitu sebagai seorang Mesias seperti jang diharapkan oleh orang-orang Jahudi. Sikap Jesus dimaksudkan mendjadi tjontoh-teladan bagi kita.

(0.38) (Mat 19:1) (ende)

Beralasan soal chusus jang diadjukan oleh parisi tentang pertjeraian perkawinan, maka Jesus membitjarakan soal itu tertindjau hanja dari segi chusus itu pula. Berdasarkan wahju lama dalam I Mos. (Kej 2:24) Jesus menerangkan, bahwa tiap-tiap pertjeraian perkawinan jang sah adalah bertentangan dengan maksud Pentjipta. Dan dengan kewibawaanNja sendiri Ia menafsirkan dan menetapkan, bahwa orang jang telah bertjerai, lalu kawin dengan seorang lain, berbuat zinah. Djadi hal itu terlarang setjara mutlak. Dari penetapan Jesus ini pula harus disimpulkan, bahwa perkawinan dimaksudkan Allah sebagai monogam, artinja seorang laki-laki boleh beristeri hanja seorang sadja.

(0.38) (Luk 15:7) (ende: Jang tidak perlu bertobat)

Utjapan Jesus ini mengandung sindiran terhadap kaum Parisi, jang menganggap dirinja sutji dan benar.

Maksud Jesus dengan ketiga perumpamaan ini, ialah mengemukakan penghargaan dan belaskasihan Allah kepada orang berdosa, jang memang hatinja masih baik, dan besarnja tjinta Allah kepada orang berdosa jang bertobat. Maksudnja dalam itu selandjutnja, ialah menundjuk salah sikap orang parisi jang hanja tahu menghinakan dan menghukum orang-orang jang mereka sangka berdosa. Tetapi jang terpenting: Jesus hendak menimbulkan dalam hati semua orang berdosa rasa hargadiri dan harapan kepada Allah, supaja mereka djangan putusasa, melainkan dengan penuh kepertjatjaan bertobat dan pulang kepada Bapanja.

(0.38) (Luk 22:24) (ende: Perselisihan)

Agak aneh bahwa rasul-rasul pada ketika ini memperbintjangkan deradjat kedudukannja dalam Keradjaan Kristus kelak. Tentu sadja hal ini telah terdjadi lebih dahulu, barangkali ketika Jesus menentukan tempat duduk pada perdjamuan ini bagi rasul-rasul masing-masing. Mungkin karena mereka melihat bahwa Joanes mendapat tempat kehormatan dimuka Jesus. Jesus memberi djawab kepada mereka dengan membasuh kaki mereka dan sabda-sabda jang bersangkutan, jang separuhnja dikutip disini oleh Lk; dan lebih landjut kita tahu dari Yoh 13. Lk. disini, seperti ditempat-tempat lain djuga, melepaskan urutan waktu dan lebih mengindahkan gaja karangan dalam menjusun tjeriteranja. Mengenai gaja bahasa masing-masing pengarang Indjil ada kebebasannja.

(0.38) (Yoh 14:6) (ende: Aku ini djalan)

Jesus dengan sikap hidup, perkataan dan perbuatan-perbuatanNja menundjukkan djalan jang menudju keselamatan abadi. Boleh dikatakan pula, bahwa kepertjajaan akan Jesus adalah satu-satunja djalan untuk mentjapai kehidupan abadi.

(0.38) (Yoh 17:1) (ende)

Doa Jesus dalam bab ini sedjak beberapa abad biasa disebut "Doa Imam-agung", atau doa sebagai Imam-agung. Dan memang doa ini keseluruhannja bertjorak dan bersuasana suatu doa persembahan, jang diutjapkan Jesus mendjelang dan ketika Ia mengurbankan Dirinja disalib. Jesus berbitjara seolah-olah Ia merasa Dirinja sedang berada dalam peralihan dari dunia ini kedalam kemuliaan surgawi.

(0.38) (Kis 11:20) (ende: Antiochia)

Ialah ibu-kota propinsi Siria, berkebudajaan Junani dan beragama "kafir". Ia dewasa itu "kota ketiga" dalam kekaisaran Roma karena keindahan, besarnja (penduduknja setengah djuta) dan kemakmurannja, lagi sebagai pusat kebudajaan.

(0.36) (Ul 21:22) (ende)

Majat seorang hukuman mengotori kekudusan tanah. Tanah itu tidak boleh dibiarkan tertandai oleh adanja kutuk: maka tanda kutuk itupun tak boleh menodai tanah sesudah hari berachir. Lihat penerapan. Paulus pada wafat Jesus disalib dalam Gal 3:13.

(0.36) (Mat 1:1) (ende)

INDJIL JESUS KRISTUS KARANGAN MATEUS

KATA PENGANTAR

Tentang pengarang Indjil ini

Karangan Indjil ini sedjak semula terkenal sebagai jang pertama, dan sebagai tertulis oleh Rasul Mateus. Terdapat kutipan-kutipan dari padanja sudah dalam abad pertama, misalnja dalam buku ketjil peladjaran agama jang berdjudul "Didache", dalam surat Bapa Sutji Klemens dari Roma kepada umat Korintus, dan didalam surat-surat termashur Ignatius Martir, uskup Antiochia.

Mengenai pribadi dan riwajat hidup Mateus kita tahu sedikit sadja. Satu-satunja peristiwa tentangnja didalam Kitab Kudus, ialah peristiwa panggilannja, jang ditjeritakan olehnja sendiri dalam 9:9-13, oleh Markus dalam karangan Indjilnja 2:13-17 dan oleh Lukas dalam 5:27-32. Selain itu hanja disebut namanja dalam daftar nama semua rasul. Didalam tjeritera panggilannja ia sendiri menjebut dirinja Mateus, sedangkan Markus dan Lukas menamakannja Levi. Diduga bahwa nama aslinja Levi dan kemudian sebagai rasul ia disebut Mateus.

Dari ketiga tjeritera tersebut kita ketahui, bahwa bapanja Alfeus, dan sebelum dipanggil oleh Jesus ia seorang pemungut bea di Kafarnaum, agaknja sebagai pegawai Herodes. Dalam daftar nama segala rasul (10:5) ia menamakan dirinja ,Mateus, pemungut bea". Djulukan itu bukan gelaran kehormatan, melainkan sebaliknja pangkat pemungut bea sangat dipandang hina oleh orang Jahudi jang "saleh". Mereka digolongkan pada kaum pendosa dan terasa tak halal bergaul agak erat dengan mereka, misalnja makan semedja dengan mereka. Itu antara lain kita batja dalam Mt. 9:11; Mk. 2:16; Lk. 5:30. Dan memang ada alasan untuk bersikap demikian terhadap mereka. Sebab rupanja kebanjakan mereka tidak djudjur, memperkaja dirinja dengan menuntut bea lebih banjak dari pada jang ditentukan dengan resmi. Mengenai hal itu baik batjalah amanat Joanes Pemandi kepada mereka dalam Lk. 3:12-13. Rupanja Zacheuspun, dalam berita Lk. 19:3-10, termasuk golongan jang kurang djudjur itu, sebelum ia bertemu dengan Jesus. Perhatikanlah chususnja ajat Lk. 19:8. Tetapi orang Jahudi chususnja kaum parisi jang menganggap dirinja golongan jang paling saleh, terlalu menjamaratakan. Bahwa ada banjak pemungut bea, jang djudjur dan luhur hati sudah njata sekali dalam tjatatan Mk. 2:15, bahwa sedjumlah besar pemungut bea dan "orang berdosa" turut makan bersama dengan Jesus sebab banjak dari antara mereka sudah mengikuti Jesus. Tentu sadja Mateuspun termasuk golongan ini dan sebab itu sudah mengenal Jesus dan Jesus mengenal dia, sebelum ia dipanggil mendjadi rasul. Dan bahwa ia tidak lekat pada barang duniawi, dan benar-benar menaruh tuntutan pertama untuk masuk kedalam Keradjaan Allah, jaitu roh kemiskinan, terang sekali sebab ia segera bangun meninggalkan segalanja dan mengikuti Jesus. Dan bukan sedikit jang ditinggalkannja, jaitu pangkat jang ringan pekerdjaannja dan banjak penghasilannja, djuga kalau dilakukan dengan djudjur, dan lagipun ia tentu tjukup kaja, sebab mampu mengadakan suatu perdjamuan "besar" (Lk. 5:29) bagi Jesus dan para pengiringnja dan sedjumlah besar undangan-undangan lain lagi.

Tentang hidup Mateus sesudah Pentekosta kita tahu sedikit dari riwajat lisan jang dapat dipertjajai. Menurut itu ia mengadjar dahulu di Palestina dan disinipun menulis Indjilnja, lalu pergi menjebarkan Indjil kepada bangsa-bangsa bukan Jahudi. Seorang murid rasul-rasul bemama Papias telah menulis kira-kira dalam tahun 125, bahwa Mateus telah mengumpulkan setjara teratur "sabda-sabda" Jesus, dalam bahasa lbrani (Aramea), dan Esebius, seorang penulis sedjarah Geredja jang terkemuka, menulis sekitar tahun 300, bahwa Mateus pertama-tama mengadjar orang sebangsanja di Palestina, dan sebelum meninggalkan mereka untuk mengadjar bangsa-bangsa lain, ia mewariskan kepada mereka, sebagai pengganti kehadirannja sendiri, karangan Indjil tertulis dalam bahasa nenek-mojang mereka.

Karangan asli dalam bahasa Aramea itu diduga ada tertulis antara tahun 40 dan 50, dan 10 atau 20 tahun kemudian, sudah diterdjemahkan kedalam bahasa Junani. Menurut Papias beberapa "orang lain menterdjemahkannja, masing-masing sekedar kemampuannja". Djadi waktu Papias sudah ada beberapa terdjemahan, jang agak berbeda satu sama lain. Satu dari terdjemahan-terdjemahan itu kemudian diterima dengan resmi oleh Geredja purba, sebagai karangan Mateus dan sebagai termasuk Kitab Kudus. Menurut keterangan Geredja agak resmi, terdjemahan ini dalam keseluruhannja, jaitu mengenai isinja tjotjok dengan aslinja, demikian rupa sehingga Mateus harus dinamakan pengarangnja. Menurut Papias, Mateus telah mengumpulkan "logia-logia" Jesus. "Logia" itu biasa diterdjemahkan dengan "sabda", tetapi sekurang-kurangnia dewasa itu, arti kata itu lebih luas, sehingga perbuatan-perbuatan dan peristiwa-peristiwa hidup Jesus termasuk padanja djuga.

Rupa-rupanja penterdjemah agak erat mengikuti teks asli, tetapi ada sardjana jang berpendapat atau menduga, bahwa ia sana-sini mengubah susunan asli dan menambah pula bahan dari sumber-sumber jang lain. Soal-soal ilmiah itu tidak mengenai hakekat Indjil dan tidak penting bagi kita. Bagi kita tjukup kepastian, bahwa seluruh karangan Indjil jang kita punjai dalam Kitab Kudus, terdjamin kebenarannja sebagai wahju Allah dan diilham oleh Roh Kudus, oleh djabatan Geredja jang resmi.

Mengenai bahasa dan gaja bahasa, penterdjemah bekerdja dengan sangat bebas. Itu terang sebab bahasanja Junani murni sekali dan rapih teratur menurut tatabahasa Junani. Gaja-bahasapun pada umumnja tidak berbeda dengan jang lazim dewasa itu pada orang Junani. Bahasanja sederhana, tetapi barus dikatakan elok djuga.

Namun demikian masih terdapat bekas-bekas karangan asli berbabasa Aramea djuga, seperti istilah-istilah dan ungkapan-ungkapan Aramea jang tidak diterdjemahkan, lain jang diterangkan artinja dalam bahasa Junani, lain pula jang diterdjemahkan kata-demi-kata, sehingga tetap bertjorak bahasa Jahudi. Hal-hal itu mengesankan, bahwa karangan asli berbahasa Aramea benar. Tetapi jang lebih djelas membuktikan, sepandjang karangan, bahwa pengarang asli sungguh-sungguh seorang Jahudi tulen jang hidup di Palestina, ialah pengetahuannja jang teliti dan luas tentang keadaan dan suasana hidup ditanah itu. Itu misalnja mengenai hal-hal ilmu-bumi, tjorak-tjorak alam, kehidupan keagamaan dan kemasjarakatan, adat-istiadat, partai-partai dan masalah-masalah politik. Pun tentang hal-hal keuangan, dan dalam itu kita barangkali melihat seorang bekas pemungut bea.

Tentang susunan karangan

Tidak seorangpun dari pengarang-pengarang Indjil bermaksud menulis suatu buku sedjarah atau riwajat hidup Jesus. Mateus kurang lagi dari pada pengarang- pengarang jang lain. Ia memang mulai dengan kelahiran Jesus dan mengachirinja dengan wafat dan kebangkitan Jesus, tetapi selain dalam garis besar itu, ia sedikit sekali mengindahkan urutan waktu dalam menjusun pengadjaran-pengadjaran Jesus atau peristiwa-peristiwa jang ditjeritakannja. Njatalah rentjananja menulis satu buku peladjaran agama jang djelas dan mengesankan, tentu sadja sebagai ringkasan pengadjarannja sehari-hari bagi umat. Sebab itu ia mengumpulkan sabda-sabda dan adjaran-adjaran Jesus, jang agak sama isi dan tudjuannja, sehingga mendjadi satu pengadjaran (chotbah) agak pandjang. Demikian misalnja dalam 4:12-7:29; 13: 1-58;19:1-20:34.

Tak lain sikapnja terhadap mukdjizat-mukdjizat atau peristiwa-peristiwa jang lain. la menghubung dengan memandang isi dan tudjuannja. Ia mengindahkan hanja adjaran jang terkandung didalamnja dan sebab itu tjeritera-tjeriteranja pada umumnja ringkas sadja dengan menondjolkan intinja berupa adjaran itu. Haruslah kita perhatikan tjara bekerdja Mateus itu, supaja djangan kita ragu-ragu atau keliru, kalau kita menemukan bahwa tempat dan waktu peristiwa-peristiwa jang diriwajatkan Mateus tidak tjotjok dengan karangan-karangan Indjil lain. Demikian pula harus diperhatikan, bahwa kata-kata penghubung waktu, seperti misalnja "lalu", "kemudian", pada hari (masa) itu" sebenarnja tidak dimaksudkan sebagai penghubung waktu, melainkan merupakan "awal kata" sadja, jaitu unsur gaja bahasa primitip jang tidak berarti, seperti umpamanja dalam bahasa kita dahulu "arkian", "sebermula" dan lain-lain.

Tudjuan karangan Mateus

Telah ditundjuk, bahwa susunan karangan Mateus kurang bersifat sedjarah. Tetapi dalam satu hal ia lebih berwudjud sedjarah dari karangan-karangan lain, jaitu dalam menundjukkan lebih tegas, bahwa Perdjandjian Baru adalah landjutan langsung dan wadjar dari Perdjandjian Lama, malah penjelesaiannja dan bahwa kedua-duanja merupakan satu sedjarah atau djalan penjelamatan manusia, menurut rentjana Allah dari kekal.

Tudjuan chusus pula, dan boleh dikatakan jang utama seluruh karangan, ialah membuktikan, bahwa "Jesus dari Nazaret" benar-benar Mesias jang dinubuatkan sifat-sifat 2dan nasibnja dalam nubuat-nubuat para nabi. la membuktikan itu dengan kutipan-kutipan dari Kitab Kudus sendiri. Sebab itu kita bertemu dengan begitu banjak kutipan-kutipan dari Perdjandjian Lama. Itu tentu pertama-tama bagi umat-umat sendiri, untuk mejakinkan dan menginsjafkan mereka lebih tegas, guna meneguhkan imannja dan menabahkan hatinja terhadap serangan-serangan dari pihak kaum sebangsanja jang belum pertjaja. Mereka terus-menerus, diperolok- olokkan Jahudi kolot itu, diumpat-umpat malah dikutuk seolah-olah mereka telah murtad dari Allah. Tetapi disamping itu Mateus mengharap lagi dengan tulisannja dapat mejakinkan orang-orang baik jang belum sampai pertjaja dan bertobat pula, ataupun tjalon-tjalon jang masih beladjar.

Ada satu persoalan lagi, jang sudah sewadjarnja dan tentu sadja tidak sedikit mengganggu pemikiran dan ketenteraman hati umat muda, maupun tjalon-tjalon jang hendak masuk dan orang-orang lain jang berminat pula, jakni bagaimana mungkin, djustru kalangan-kalangan atasan dan jang tjendekia, seperti para ahli taurat, lagipun orang-orang parisi jang terkenal sebagai golongan jang paling saleh, tidak mengenal Jesus sebagai Mesias, malah bulat menolaknja. Bergandengan pula dengan itu, bagaimana boleh dibiarkan oleh Allah, bahwa kaum Israel, kaum terpilih jang dalam keseluruhannja diberi djandji akan mewarisi Keradjaan Mesias tidak menerimanja. Mateus memberi djawaban jang terang sepandjang seluruh karangan. Inti djawaban itu jakni: nasib mereka adalah akibat kesalahan mereka sendiri. Allah sudah dari kekal mengetahui ketegaran hati mereka, telah menjatakannja dalam nubuat-nubuat para nabi, dan memperhitungkannja dalam rentjana penjelamatan manusia. Mateus selandjutnja menggambarkan pokok dan perkembangan sikap para pemimpin dengan djelas dengan mentjeritakan peristiwa- peristiwa pertemuan mereka dengan Jesus. Pokoknja ialah iri hati mereka terhadap Jesus, sebagaimana segera djuga kentara bagi Pilatus (27:18). Dan dalam segala pertemuan tampak senjata-njatanja, betapa tinggi menondjol keunggulan sikap, keagungan djiwa dan keluhuran hati Jesus diatas kepitjikan, kelemahan dan ketakdjudjuran kaum ahli taurat dan parisi. Setiap kali mereka datang bersoal dengannja, mentjobainja, hendak menangkapnja dalam perkataannja atau menuduhnja, merekalah jang kalah semata-mata didepan orang jang hadir. Malah setjara njata pula mereka setjara moril kalah sama sekali didalam pemeriksaan mahkamah agung dan didepan Pilatus, djuga sepandjang sengsara dan dalam kematian Jesus, achirnja dengan sepenuhnja dalam kebangkitan Jesus, hal mana merekapun tidak dapat menjangkalnja dalam hati mereka. Ingatlah 28:11-15. Kekalahan-kekalahan bertubi-tubi itu, sedangkan "seluruh rakjat mengikuti Jesus", tak boleh tidak mesti menjebabkan iri hati semakin mendjelma mendjadi kebentjian, jang achirnja menghebat sampai mereka mata gelap belaka.

Tetapi selain iri hati, kebentjian dan penolakan terhadap Jesus berpokok lebih dalam lagi, jaitu dalam pertentangan tjita-tjita mereka dengan tjita-tjita Keradjaan Allah jang diandjurkan Jesus. Mereka tidak dapat menerima seorang Mesias jang tidak berminat politik terhadap pendjadjahan Romawi dan tidak pertama-tama berdjandji mendirikan keradjaan David jang baru, jang makmur dan djaja atas segala keradjaan. Sebaliknja Ia menuntut roh kemiskinan, kerendahan hati, penjangkalan diri dan kerelaan memikul salib sebagai dasar keradjaannja.

Dalam 5:20 Jesus telah memperingatkan: Djikalau kebenaranmu tidak melebihi kebenaran para ahli taurat dan orang parisi, kamu tidak akan masuk kedalam Keradjaan Surga. Kemudian Ia berkali-kali dengan setegas-tegasnja membuka kedok kemunafikan dan keburukan hati mereka. la terpaksa, supaja rakjat djelata insjaf dan djangan pertjaja serta mengikuti mereka. Mateus mengumpulkan beberapa utjapan Jesus jang tegas dan agak keras terhadap mereka dalam bab 23 karangannja. Tetapi, betapapun pentingnja menondjolkan apa jang dipaparkan diatas, untuk meneguhkan iman dan menabahkan hati umat muda bangsa Jahudi itu, namun atjara pokok dan tudjuan utama karangan Mateus djauh lebih luas dan umum, jaitu memperkenalkan Jesus seutuh-utuhnja dan merekamkan adjaran-adjaran dan tjita-tjita Jesus sedalam-dalamnja dalam hati umat Jahudi itu, tetapi oleh penjelenggaraan Roh Kudus, kedalam hati seluruh umat manusia untuk segala abad. Tetapi atjara-atjara dan tudjuan-tudjuan jang dibitjarakan diatas itu sebenarnja merupakan unsur-unsur penting atjara pokok dan tudjuan utama tersebut, sebab baik kepribadian Jesus sendiri, maupun kebenaran dan keluhuran adjaran dan tjita-tjita Keradjaan Allah, djustru makin menjolok dalam perlawanannja dengan salah-paham dan sikap buruk para penentang.

Tetapi untuk mendapat gambaran jang lebih utuh, perlu banjak segi-segi lain lagi disoroti. Indjil harus ditulis demikian lengkap, sehingga mendjadi tjermin segenap kebenaran dan pedoman hidup bagi semua orang menghantar mereka kepada keselamatan abadi. Untuk itu Mateus mengumpulkan adjaran-adjaran Jesus, jang diutjapkannja dimuka orang banjak dan kepada murid-murid tersendiri, dalam bentuk utjapan pendek (amsal), perumpamaan atau chotbah. Tetapi pada bentuk pengadjaran Jesus jang paling njata pula, ialah Jesus sendiri, seluruh kepribadian dan kehidupannja. Apa jang diadjarkannja, dilakukannja sendiri dengan sempurna, mendjadi tjontoh dan penundjuk djalan, bagaimana dapat dan harus kitapun mewudjudkan adjaran-adjaran dan tjita-tjita Indjil pada diri kita dan disekeliling kita dalam hidup kemasjarakatan dan keagamaan. Untuk itu Mateus mentjeritakan sadja peristiwa-peristiwa hidup Jesus dan perbuatan-perbuatannja. Pertama-tama untuk menjatakan bahwa Jesus benar-benar Mesias, Putera Allah jang Mahatinggi, penuh berkekuasaan Ilahi, guna membangunkan kepertjajaan jang teguh dan pasti. Dan bagi siapa sadja jang pertjaja dan selandjutnja dengan luhur hati membatja dan merenungkan Indjil, dalam tiap-tiap kalimat, Jesus menondjol sebagai manusia utama, sempurna dalam segala-galanja sehingga mempesona dan menimbulkan hasrat untuk sekedar menjamai kesempurnaan itu. Jesus menondjol sebagai satu-satunja terang dunia sedjati (Jo. 1:5 dan 9;8:12; 12:46) jang tak pernah menjembunjikan diri, melainkan menjinari semua manusia jang hendak mendekatiNja dalam membatja Kitab Kudus, supaja mereka "melihat perbuatan- perbuatannja jang baik dan memuliakan BapaNja jang ada disurga" (Mt. 5:16). Djuga supaja kita memuliakanNja, terlebih dengan mengikuti djedjak Jesus, dalam tjita-tjitaNja serba rohani-abadi, dalam tjintanja tak terhingga kepada BapaNja dan dalam tjinta-kasihNja jang mesra dan kuat kepada semua manusia, sampai mengurbankan Dirinja semata-mata, mengikuti djedjak Jesus djuga sampai berani berkurban, menjangkal diri dan tetap turut memanggul salib kita.



TIP #22: Untuk membuka tautan pada Boks Temuan di jendela baru, gunakan klik kanan. [SEMUA]
dibuat dalam 0.11 detik
dipersembahkan oleh YLSA