(1.00) |
(Mzm
4:1)
|
(sh: Tahu berbicara dan berdiam diri (Rabu, 8 Januari 2003)) Tahu berbicara dan berdiam diri
Mazmur ini adalah mazmur ratapan yang lebih tepat disebut mazmur
keyakinan iman di dalam kesesakan. Beberapa bagian dari mazmur
ini menunjukkan ungkapan bersifat pribadi (ayat 2-4), beberapa
lagi seolah menunjukkan ungkapan ajaran imam kepada umat tentang
pokok kesesakan (ayat 5-6). Sebagian besar mazmur ini adalah
ungkapan orang beriman kepada Allah, sementara bagian lainnya
adalah ungkapan yang ditujukan kepada pihak yang menjadi sumber
kesesakan itu (ayat 3-4). Di bagian akhir barulah keyakinan iman
itu terungkap dari pengalaman kesesakan (ayat 7-9).
Pihak pertama kepada siapa kita harus berbicara adalah Tuhan. Allah
saja satu-satunya yang benar yang pasti akan membenarkan dan
yang mampu memberikan kelegaan orang yang tersesak demi
kebenaran (ayat 2b). Secara teoretis kita tahu ini, sebab Allah
saja pertolongan terpercaya. Namun, mazmur ini mengejutkan kita
sebab ungkapan di dalamnya terasa sangat mendesak, memakai
bentuk perintah kepada Allah. "Tuhan, jawablah aku, benarkan
aku, kasihani aku, dengarkan doaku!" Ini bukan sikap kurang
ajar, tetapi justru sikap wajar orang yang sungguh serius
tentang realitas Tuhan dalam segala pengalaman hidupnya.
Pihak kedua kepada siapa kita harus berbicara adalah orang-orang
yang menyebabkan kesesakan. Ungkapan "berapa lama lagi" kini
tidak ditujukan kepada Allah, tetapi kepada orang yang
menyebabkan penderitaan orang beriman. Ucapan ini diikuti oleh
klaim bahwa orang beriman dipilih, dikasihi, dan pasti akan
dibela oleh Allah (ayat 4). Dengan demikian, "berapa lama lagi"
ini merupakan peringatan keras agar mereka tidak berlama-lama
berdosa melawan Allah dan umat-Nya.
Renungkan:
Di dalam kesesakan, orang beriman tidak harus merasa terpojok,
melainkan sanggup bersikap pemenang di dalam Tuhan.
|