| (0.37740767857143) | (Yl 2:28) |
(sh: Di balik karya kebangkitan Kristen (Senin, 18 Juni 2001)) Di balik karya kebangkitan KristenDi balik karya kebangkitan Kristen. Mendengar dan menyaksikan kebangkitan Kristen di beberapa bagian dunia ini, menyadarkan kita bahwa ada kuasa di balik karya kebangkitan Kristen, yakni Roh Kudus. Banyak pula hati yang dahulunya dingin terhadap Injil namun kini dikobarkan api penginjilan, karena karya Roh Kudus. Nubuatan nabi Yoel yang kita baca hari ini memaparkan bahwa janji pencurahan Roh Kudus telah dinyatakan Allah ribuan tahun lalu dan telah digenapi zaman Perjanjian Baru (Kis. 2:14-21) dan yang akan terus berkarya. Karunia pencurahan Roh Kudus yang dalam zaman Perjanjian Lama hanya bagi segelintir orang, kini telah terbuka bagi setiap Kristen zaman Perjanjian Baru. Janji pencurahan nubuatan nabi Yoel dinyatakan bagi setiap orang: semua lapisan usia dan semua lapisan sosial (28- 29). Roh Kudus memperlengkapi Kristen menembus batas akal manusia agar menangkap visi kekal Allah bagi keselamatan umat manusia, kemudian menyatakan rencana- Nya bagi dunia yang tidak mampu mengerti dan mengimani karya-karya-Nya. Melalui berbagai cara, Roh Kudus menyatakan hal-hal dari Allah kepada umat-Nya: nubuat, mimpi, dan penglihatan. Ini merupakan pengajaran bagi Kristen bahwa Allah mencurahkan Roh-Nya kepada siapa pun dan dengan cara apa pun. Mengiringi janji pencurahan Roh Kudus, Ia pun akan mengadakan banyak tanda mukjizat dan ajaib di langit dan bumi ciptaan-Nya, sebelum hari kedatangan-Nya (30- 31). Benarkah bahwa tanda-tanda mukjizat dalam nubuatan ini membawa malapetaka dan bukan berkat? Jawabannya: ya dan tidak. Ciptaan yang biasanya memberi manfaat dan perlindungan bagi manusia justru berfungsi terbalik: mengerikan dan membahayakan (31). Kegemparan, kekacaubalauan, dan kengerian akan meliputi seluruh alam semesta. Namun semuanya ini akan menghasilkan respons yang berbeda: ada yang berseru dan datang kepada Kristus – Sion, namun ada pula yang mencari keselamatannya sendiri (32). Respons inilah yang membedakan apakah hari Tuhan menjadi malapetaka ataukah berkat. Renungkan: Karya Roh Kudus membuka tabir rahasia keselamatan di dalam Kristus dan memampukan Kristen yang telah berespons iman untuk mewartakan berita keselamatan ini kepada orang lain supaya bersama-sama menyambut hari kedatangan Tuhan dengan penuh kemenangan. |
| (0.37740767857143) | (Mat 21:12) |
(sh: Kegagalan rohani: hidup tapi mati! (Selasa, 27 Februari 2001)) Kegagalan rohani: hidup tapi mati!Kegagalan rohani: hidup tapi mati! Di sebuah gereja, ada pemudi Kristen yang sangat rajin beribadah dan melayani Tuhan, sepertinya tidak sedikit pun noda dalam pelayanannya. Banyak orang mengira bahwa ia adalah seorang Kristen yang dekat dengan Tuhan. Ternyata apa yang nampak di luar tidak selalu mencerminkan apa yang ada di dalam. Baginya terlebih penting melayani daripada persekutuan pribadi dengan Tuhan. Sekian tahun ia melayani, tetapi mengalami kegagalan rohani, karena ia hanya melayani dirinya sendiri. Dua perikop yang kita baca mencerminkan betapa kerasnya Yesus menegur segala macam bentuk kegagalan rohani. Pertama, Bait Allah, tempat umat- Nya berdoa dan bertemu Allah, telah mereka jadikan tempat perdagangan yang menghasilkan untung. Mereka bukan sekadar menyalahgunakan fungsi Bait Allah sebagai tempat berdagang, tetapi kemarahan- Nya yang sedemikian meluap dikarenakan umat-Nya yang seharusnya menjaga kekudusan dan kekhidmatan rumah Allah telah menggeser: tujuan bagi Allah menjadi tujuan bagi manusia. Bait Allah adalah rumah yang disediakan bagi umat untuk memprioritaskan Allah, tetapi mereka telah menjadikan tempat untuk memprioritaskan materi. Dua respons yang bertolakbelakang: respons orang buta dan orang timpang, dan respons imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat (ayat 14-16) mencerminkan bagaimana keadaan saleh tampak luar tidak menjamin kemurnian hati mereka meresponi pekerjaan Allah. Imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat hidup dalam kebenaran mereka sendiri, sehingga hati mereka dipenuhi kejengkelan menyaksikan mukjizat Allah. Hal yang kedua, Yesus mengutuk pohon ara yang hanya menghasilkan daun-daun dan tidak menghasilkan buah. Apa gunanya daun tanpa buah? Manakah yang dinikmati orang: daun atau buah? Yesus menggunakan contoh ini untuk menegur orang-orang Yahudi yang mengaku sebagai umat Tuhan tetapi tidak mengalami persekutuan dengan Tuhan. Apa gunanya nampak saleh jikalau rohaninya mati? Jikalau Tuhan berkunjung ke rumah Kristen, ke gereja, ke kantor dimana Kristen berada, adakah Ia pun kecewa karena hanya menemukan daun dan bukan buah? Renungkan: Kristen yang tidak memprioritaskan persekutuan dengan Tuhan akan mengalami kegagalan rohani, walaupun nampaknya hidup, pada hakikatnya mati. |
| (0.37740767857143) | (Mat 22:1) |
(sh: Bukan sekadar perjamuan kawin (Jumat, 2 Maret 2001)) Bukan sekadar perjamuan kawinBukan sekadar perjamuan kawin. Sebagian besar orang akan merasa terhormat dan tidak akan melewatkan kesempatan berharga bila termasuk tamu undangan suatu perjamuan besar yang diadakan tokoh besar, apalagi bila perjamuan tersebut diadakan oleh seorang raja bagi pernikahan anaknya. Tetapi hal ini tidak terjadi dalam perumpamaan yang kita baca hari ini. Apa saja keanehan yang terjadi? Dapat dikatakan bahwa respons para tamu undangan benar-benar mengecewakan raja, walaupun raja mengundangnya beberapa kali dengan suguhan yang menggiurkan (3-4). Tak terpikir oleh kita bagaimana mungkin orang-orang tidak mengindahkan undangan raja yang biasanya dipadati para pengunjung dari segala pelosok, yang ingin menyaksikan betapa meriah, kemilau, dan sesuatu yang lain dari pada pesta biasa. Betapa mengherankan respons tidak mengindahkan mereka hanya karena bisnis dan aktivitas sehari-hari mereka, sampai mereka bertindak kejam dan sadis untuk menggagalkan segala rencana raja (5-6). Hal ini menunjukkan betapa degilnya hati manusia, karena tidak seorang pun mencari Allah, bahkan undangan Allah yang telah berinisiatif mencari manusia pun, ditolak oleh manusia. Namun kita lihat akhirnya betapa fatalnya keadaan orang yang tidak membuka sedikit pun hatinya bagi undangan Allah (7). Undangan-Nya berkali-kali didengungkan tetapi memiliki batas waktu yang tidak mungkin ditawar manusia, hanya Dia yang tahu kapan saat berakhirnya undangan tersebut. Ketidakhadiran para tamu undangan tidak menyebabkan kegagalan pesta tersebut, karena raja mengundang orang- orang yang dianggap tidak layak oleh manusia tetapi dilayakkan hadir oleh raja (9-10). Namun bagi mereka pun tetap ada persiapan untuk menghadiri pesta raja (11- 12), apa artinya? Mereka pun harus mempersiapkan diri untuk menghadiri perjamuan tersebut, dengan pakaian yang layak. Hal ini mencerminkan bagaimana respons kita terhadap undangan-Nya. Ketika kita menyambut undangan- Nya, maka kita pun harus membayar harga, berani meninggalkan gaya hidup lama yang bersifat duniawi dan mengenakan manusia baru. Renungkan: Hal duniawi apakah yang selama ini telah menghalangi respons kita terhadap undangan Allah yang bukan sekadar perjamuan kawin, tetapi perjamuan sukacita surgawi yang bersifat kekal? |
| (0.37740767857143) | (Luk 5:12) |
(sh: Misi kepada pribadi dan komunitas (Rabu, 5 Januari 2000)) Misi kepada pribadi dan komunitasMisi kepada pribadi dan komunitas. Banyak penderita kusta kita temui, tidak hanya di zaman Tuhan Yesus, di zaman PL pun sudah ada. Pada umumnya kita merasa ngeri dan berusaha menghindari si penderita kusta, karena takut tertular. Penyakit ini sangat mengerikan karena si penderita lambat laun akan kehilangan bagian-bagian tubuhnya, terutama jari kaki dan tangannya. Itulah sebabnya mereka hidup terisolasi, tidak boleh berada di tengah masyarakat. Dalam perikop yang kita baca, kita melihat bagaimana sikap Yesus terhadap orang yang berpenyakit kusta ini. Ketika orang ini datang dengan satu tujuan ingin disembuhkan, ia memberanikan diri masuk kota untuk bertemu dengan Yesus. Tampak sekali bagaimana sikap dan permohonannya kepada Yesus yang amat sangat menaruh pengharapan. Tetapi sama sekali tidak memaksa. Ia menyerahkan sepenuhnya kepada kehendakYesus. Yesus mengulurkan tangannya dan menyentuhnya, artinya Ia menyatakan perhatian dan wujud misi pembebasan-Nya, sehinggga si penderita kembali dipulihkan, baik fisik, sosial, psikis, dan rohaninya. Ia harus memperlihatkan kepada imam, sebagai pengesahan kesembuhannya. Lengkaplah sudah pemulihan yang Yesus kerjakan dalam dirinya. Dalam kejadian selanjutnya, Yesus juga menyentuh dan memenuhi kebutuhan si lumpuh dan teman-temannya. Yesus mengetahui iman keempat orang teman yang mengusung si lumpuh, yang tampak dari kegigihan mereka membawa si lumpuh ke hadapan Yesus. Misi-Nya kepada pribadi menjawab kebutuhan si lumpuh dan teman-temannya. Si lumpuh dapat berjalan kembali dan teman-temannya pun mendapatkan sukacita besar karena berpengharapan akan kesembuhan temannya terkabulkan. Bagaimana dengan orang Farisi dan ahli Taurat serta orang banyak? Sesungguhnya Yesus juga menyatakan misi pelayanan-Nya bagi mereka, tetapi orang Farisi dan ahli Taurat tetap mengeraskan hati. Kebenaran dan penyataan diri sudah didemonstrasikan-Nya, baik melalui pengajaran akan kebenaran-Nya dan kuasa penyembuhan-Nya. Berbeda dengan respons orang banyak yang mau terbuka dan percaya kepada kebenaran-Nya, mereka memuliakan Allah. Renungkan: Misi Yesus kepada pribadi dan komunitas. Bagi yang percaya akan menerima berkat dan kuasa-Nya, tetapi bagi yang mengeraskan hati, tidak akan menerima apa pun dari-Nya. |
| (0.37740767857143) | (Yoh 12:37) |
(sh: Demi kehormatan (Kamis, 28 Februari 2008)) Demi kehormatanJudul : Demi kehormatan Demikianlah akhir bagian Injil Yohanes yang dikenal para penafsir dengan nama "kitab tanda-tanda". Penulis Injil menyusun Injil ini sedemikian rupa sehingga tanda-tanda mukjizat Yesus ditempatkan paruh pertama, beriringan dengan tema respons, dan akhirnya penolakan para pemimpin Yahudi. Semuanya kini jelas. Setelah berbagai tanda yang dilakukan Yesus, mereka jelas-jelas menolak-Nya. Alasannya, demi kehormatan manusiawi (ayat 43). Kehormatan sangatlah penting bagi masyarakat abad pertama dan juga masyarakat kita kini. Sebagai orang Asia, 'kehilangan muka' merupakan sesuatu yang sangat ditakuti. Bahkan, jika kita kaitkan dengan tema kemarin, banyak orang lebih rela menderita ketimbang kehilangan muka. Menjadi murid Yesus punya potensi lebih dahsyat lagi. Tidak hanya menderita, pada saat yang bersamaan seorang murid juga bisa sekaligus kehilangan kehormatan di hadapan manusia lainnya. Tapi yang dipentingkan nas ini adalah kehormatan dari Allah, yaitu kesempatan untuk menyaksikan karya Allah dan menaati firman-Nya. Makna inilah yang tercakup dalam frasa "percaya kepada Yesus". Seharusnya, bagi seorang murid sejati, anugerah ini adalah kehormatan yang paling tinggi. Inilah tantangan kita sekarang sebagai murid-murid Kristus masa kini. Ada begitu banyak dosa yang jika dilakukan justru membuat pelakunya sangat dihormati. Tapi kehormatan seperti ini jauh dari hidup yang kekal dan bertentangan dengan firman Allah. Nas ini seharusnya membuat kita bertanya, apakah kehormatan yang kita peroleh saat ini adalah anugerah Allah yang memungkinkan kita melayani dan memuliakan nama-Nya, atau justru wujud penolakan kita terhadap Allah. Sebagai murid Tuhan, kehormatan jenis terakhir harus sepenuhnya ditanggalkan. Menolak Yesus berarti menolak Allah Bapa yang mengutus-Nya (ayat 48-49). Tidak hanya itu, menikmati kehormatan seperti itu berarti menolak Yesus, Sang Kebangkitan dan Hidup. |
| (0.37740767857143) | (Yak 1:19) |
(sh: Mendengar tanpa melakukan tidak ada artinya (Senin, 4 Juni 2001)) Mendengar tanpa melakukan tidak ada artinyaMendengar tanpa melakukan tidak ada artinya. "Jika padaku ditanyakan apa akan kusampaikan dalam dunia yang penuh dengan cobaan. Aku bersaksi dengan kata, tapi juga dengan karya menyampaikan kasih Allah yang sejati”. Syair lagu yang dimuat dalam Kidung Jemaat 432 ini mengingatkan tentang hal yang sesungguhnya harus Kristen lakukan, yaitu menjadi pendengar sekaligus pelaku firman Tuhan. Yakobus memberi penjelasan penting lainnya tentang arti berbahagia yang sesungguhnya. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa tidak semua Kristen "berbahagia" mendengar penjelasan ini. Ketidakbahagiaan ini lebih disebabkan oleh sikap penolakan diri untuk menjadi pelaku firman Tuhan dalam kehidupan sehari-hari. Penolakan ini bukan disebabkan oleh ketidakmampuan melakukan tetapi karena ketidakmauan! Orang-orang yang seperti ini lebih senang menuruti kehendak hati dan kebenaran dalam persepsi diri sendiri daripada menuruti kehendak dan kebenaran Allah. Menjadi pendengar atau pelaku bukanlah merupakan pilihan bagi Kristen dan hal ini tidak dapat dipisahkan dari sumbernya, yakni firman Tuhan. Jadi dapat dipastikan bahwa pernyataan dan peringatan Yakobus ini berhubungan erat dengan tema: “Kristen dan Firman-Nya”. Bagaimana Kristen tahu kebenaran dan prinsip-prinsip hidup Kristen yang sesuai dengan firman-Nya, selain dari membaca dan mendengar firman-Nya. Namun apa gunanya pengetahuan tanpa aplikasi? Tidak ada! Jika demikian pengetahuan tentang kebenaran ini seharusnya nyata dalam tindakan-tindakan dan perilaku yang bercermin dan mencerminkan firman-Nya. Kedua proses ini tidak berlaku sebaliknya atau dapat dipisahkan. Mendengar tanpa berbuat seperti orang yang bercermin tapi kemudian lupa apa yang dilihatnya. Sebaliknya tanpa membaca dan mendengar firman-Nya, orang tidak tahu apa yang harus dilakukannya. Menjadi pendengar dan pelaku firman akan membongkar sifat lama dan dosa yang masih menempel, dan menggantinya dengan sifat baru dan buah Roh. Renungkan: Bagaimana kehidupan kekristenan Anda, berapa kali Anda bercermin kepada kebenaran firman-Nya namun kemudian melupakannya. Firman yang Anda baca, renungkan, dan gali setiap hari, sampai dimanakah fungsi kebenaran- Nya? Respons ketaatan yang akan membuka kesempatan agar kuasa firman-Nya menyempurnakan kita. |
| (0.31450641071429) | (Kis 17:1) |
(sh: Hukum, politik, dan kuasa Allah (Sabtu, 17 Juni 2000)) Hukum, politik, dan kuasa AllahHukum, politik, dan kuasa Allah. Di Indonesia, banyak Kristen yang buta permasalahan hukum dan politik. Konsekuensinya: (1)Kristen seringkali dilecehkan oleh pihak lain, (2) Gereja tidak berdaya untuk memberdayakan jemaatnya berkiprah di bidang ini, (3) Gereja 'mengagungkan' kuasa Tuhan secara ekstrim sehingga mengharamkan segala bentuk pemberdayaan intelektual demi kepentingan gereja. Paulus memberikan teladan bagi gereja dalam mengkombinasikan kuasa Allah yang menyertainya dengan hukum dan politik yang ia kuasai. Paulus dan Silas dijebloskan ke dalam penjara di Filipi karena kelicikan para tuan hamba perempuan yang sudah bertobat itu, yang mengangkat hukum sebagai isu utama untuk menutupi isu ekonomi (21). Dakwaan yang dijatuhkan sudah memenuhi aspek legal, karena hukum Romawi melarang warga negaranya menjalankan tata ibadah sebuah agama yang belum disahkan oleh pemerintah setempat, namun biasanya ada toleransi sejauh agama itu tidak menimbulkan gejolak sosial dan politik (20-21). Di penjara, Paulus dan Silas tetap berdoa seperti yang diajarkan oleh Yesus (Luk. 18:1) dan memuji Tuhan sebagai tanda sukacita. Kesukacitaan di tengah penderitaan yang tidak seharusnya dialami, memanifestasikan keselamatan sejati yang selalu mengatasi segala keadaan. Kuasa kesaksian mereka diperkuat oleh Allah dengan gempa bumi yang mendobrak pintu penjara dan belenggu mereka. Peristiwa ini dan firman Tuhan yang diberitakan Paulus membawa kepala penjara dan seluruh keluarganya kepada keselamatan. Mengapa mereka tidak segera keluar dan mengapa baru sekarang mereka menggugat (37)? (1) mereka ingin menegaskan bahwa kuasa Allah melebihi segala kekuatan hukum yang dimilikinya sebagai warga negara Romawi, yang tidak boleh didera dan dipenjara tanpa proses pengadilan. (2) ia ingin mengajar para pejabat pemerintah bahwa orang Kristen tidak bisa diremehkan dan dilecehkan begitu saja secara hukum dan politik karena mereka 'melek' hukum. (3) agama Kristen bukanlah agama 'murahan' karena dianut oleh warga negara Romawi yang terhormat. Renungkan: Nyatakanlah bahwa Kristen Indonesia tidak bisa dilecehkan secara hukum dan politik. Wartakanlah bahwa agama Kristen bukanlah agama kelas 'kacangan' yang dianut oleh orang-orang yang mudah dilecehkan. Budaya instant dan Alkitab. Budaya 'instant' (mau serba cepat) nampaknya tidak hanya merambah bidang pangan (fast food) dan keuangan (ATM), namun juga sudah merambah ke dalam Kekristenan. Salah satu manifestasinya dapat dilihat dari cara Kristen membaca dan merenungkan firman Tuhan. Kecenderungan yang terjadi adalah mereka enggan membaca, merenungkan, dan memahami Alkitab sampai menemukan kebenaran-kebenaran Ilahi. Mereka lebih memilih buku renungan yang tersedia banyak di toko buku kristen, membaca uraian yang ada di dalamnya, yang biasanya berisi kesaksian dan pengalaman Kristen lainnya. Secara singkat dan tanpa susah payah mereka telah menemukan 'kebenaran'. Pertanyaannya adalah apakah mereka benar-benar menemukan kebenaran itu? Apakah cerita dan kesaksian orang lain mempunyai kuasa sama seperti firman Tuhan? Jika demikian, apakah orang Kristen dapat menghadapi pergumulan hidup? Bagaimana orang-orang Tesalonika bertobat dan bagaimana mereka sebagai jemaat yang masih muda bertahan terhadap penyiksaan? Hanya ada satu jawaban yaitu firman Tuhan. Selama tiga hari Sabat berturut-turut Paulus menerangkan dan menunjukkan kepada mereka kebenaran firman Tuhan. Hingga akhirnya mereka percaya dan memutuskan untuk bertobat. Keyakinan dan keputusan mereka tidak berdasarkan pemahaman firman yang dangkal dan tanpa pemikiran. Sebaliknya mereka bersusah-payah dan menghabiskan waktu yang tidak sebentar. Firman Tuhan yang dipahami dengan cara demikian ternyata juga bermanfaat sebagai sumber kekuatan dan kemampuan yang menguatkan dan memampukan Kristen menghadapi segala tantangan dan ancaman, sehingga mereka tetap kokoh dalam iman. Yason adalah seorang Kristen yang mengalami kuasa firman Tuhan. Ketika ia menghadapi penduduk kota yang sedang makar dan ingin menghabisi Paulus dan Silas, ia rela bertindak sebagai penjamin Paulus dan Silas. Mungkin ia akan mengalami hukuman yang berat jika Paulus dan Silas tidak keluar Tesalonika. Sikap dan tindakan Yason merupakan manifestasi dari kuasa firman yang bekerja di dalam dirinya. Renungkan: Rindukah Anda mengalami kuasa itu? Tinggalkan cara baca Alkitab Anda yang mempraktekkan budaya 'instant' dan dapatkanlah kebenaran firman Tuhan melalui penggalian dan pemahaman. |

