Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 4381 - 4400 dari 4790 ayat untuk Sebagai [Pencarian Tepat] (0.000 detik)
Pindah ke halaman: Pertama Sebelumnya 210 211 212 213 214 215 216 217 218 219 220 221 222 223 224 225 226 227 228 229 Selanjutnya Terakhir
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(0.10824445666667) (Mat 3:13) (sh: Menjadi serupa walaupun tidak sama (Minggu, 28 Desember 1997))
Menjadi serupa walaupun tidak sama

Menjadi serupa walaupun tidak sama
Yohanes baru saja menjelaskan bahwa baptisan yang Yesus akan berikan jauh lebih besar dari baptisan yang ia layankan (ayat 11). Tiba-tiba justru sesudah itu Yesus minta dibaptis olehnya. Kalau Dia tidak berdosa (berarti tidak perlu bertobat seperti yang disimbolkan dalam baptisan), mengapa Dia harus dibaptis? Dia dibaptis untuk "menggenapkan seluruh kehendak Allah" (ayat 15). Dia jelas tidak berdosa, tetapi mengambil bagian dalam hal yang seharusnya dijalani dan dilakukan orang berdosa. Tindakan-Nya itu konsekuen dan serasi dengan tindakan-Nya menjelma menjadi manusia. Dia menjadi serupa dengan manusia dalam segala hal, walau Dia tetap adalah Yang Suci tanpa dosa!

Mewakili manusia. Tindakan yang Yesus lakukan itu secara terbatas telah juga dilakukan oleh para hamba Tuhan, nabi-nabi Perjanjian Lama. Tatkala Musa, Nehemia, Ezra, Daniel berdoa bagi umat Allah yang berdosa, mereka berdiri di hadapan Allah mewakili umat Israel. Mereka berdoa mengakui dosa-dosa umat. Hal yang sama dilakukan juga oleh para imam. Tentu saja ketika mereka mengakui dosa tersebut, mereka bukan saja mewakili umat mengakui dosa publik. Sebagai orang berdosa pun mereka sendiri bertobat dan mengakui dosa-dosa pribadi mereka. Itulah bedanya Yesus sang Hamba Allah dari hamba-hamba Allah lainnya. Ia mewakili manusia dalam kekudusan dan kesempurnaan-Nya. Ia dibaptiskan bukan karena perlu tetapi karena rela. Ia mengambil tempat manusia yang berdosa supaya ketidakberdosaan-Nya dapat memberikan kebebasan bagi manusia dari dosa.

Renungkan: Orang yang merasa diri benar hanya bisa melakukan tindakan agama yang seremonial saja. Tuhan Yesus yang sungguh benar tanpa dosa, sanggup membenarkan kita dari lubuk hati terdalam.

Doa: Agar sungguh menghayati arti baptisan yang kita terima dalam Yesus Kristus.

(0.10824445666667) (Mat 4:1) (sh: Strategi menghadapi tawaran Iblis (Kamis, 30 Desember 2004))
Strategi menghadapi tawaran Iblis

Strategi menghadapi tawaran Iblis. Jika Anda ditawari untuk memiliki segalanya di dunia ini, tetapi kehilangan nyawa. Apakah Anda bersedia?

Tuhan Yesus pun mengalami tawaran yang berasal dari Iblis. Tawaran Iblis ditujukan kepada Yesus dengan tujuan menggagalkan misi Yesus untuk mengorbankan diri-Nya bagi penebusan dosa manusia. Iblis memakai kesempatan pada saat Yesus lapar setelah berpuasa untuk mengajukan tawarannya (ayat 2). Iblis mengira jika Yesus lapar maka Ia akan melakukan tindakan yang Iblis harapkan, yang dapat dimanfaatkan Iblis sebagai "pintu" penaklukan Iblis terhadap diri Yesus. Oleh karena itu, Iblis melancarkan tiga kali penawaran yang dibalut tampilan menyenangkan. Pertama, penawaran kebutuhan jasmani yang masuk melalui kebutuhan hidup Yesus (ayat 3). Kedua, penawaran untuk demonstrasi kekuasaan Yesus kepada dunia (ayat 5-6). Ketiga, penawaran peralihan kepemilikan dunia dari Iblis kepada Yesus (ayat 8-9). Ketiga penawaran Iblis itu dipatahkan Yesus dengan mengutip firman Tuhan yang dilandasi atas kebergantungan mutlak kepada Bapa-Nya (ayat 4, 7, 10). Jawaban Yesus kepada tiga penawaran Iblis itu memiliki tingkatan yang berbeda yaitu ay. 4 mengutip firman Tuhan; ay. 7 mengutip firman Tuhan sekaligus dengan tegas menyatakan identitas diri-Nya; ay. 10 dengan firman Tuhan menghardik Iblis dengan keras untuk menjauh dari-Nya!

Setiap hari kita dihadapkan berbagai tawaran yang terlihat menarik, tetapi ternyata menyesatkan. Tawaran seperti ini sulit ditanggulangi jika kita mengandalkan kekuatan diri sendiri dan melupakan Tuhan yang sanggup memberikan jalan keluar (ayat 1Kor. 10:13). Biasanya tawaran ini diselubungi atau pun disamarkan dalam bentuk yang indah, ajaran filsafat duniawi, gaya hidup bebas, kesempatan yang menarik, kebutuhan hidup, kegiatan rohani, dll. Apakah setiap tawaran harus ditolak? Tergantung tujuannya. Apakah sesuai dengan firman Tuhan? Bagaimana menyiasatinya? Mengenali tujuan setiap tawaran, lalu memakai kebenaran firman Tuhan dengan disertai sikap tegas menolaknya.

Renungkan: Kalahkan Iblis dengan berpegang pada firman Tuhan.

(0.10824445666667) (Mat 5:38) (sh: Sifat kristiani yang meneladani Bapa (Sabtu, 8 Januari 2005))
Sifat kristiani yang meneladani Bapa

Sifat kristiani yang meneladani Bapa. Ajaran lex talionis (mata ganti mata, gigi ganti gigi, dst.) pada dasarnya mencegah pembalasan yang berlebihan. Hukum yang penting di Taurat ini dimaksudkan supaya umat Allah tidak main hakim sendiri, melainkan menyerahkannya kepada lembaga keimaman yang mendapatkan wewenang untuk hal itu.

Dari penjelasan Yesus kita mendapati bahwa sebagai pengikut-Nya, kita dituntut untuk melakukan lebih daripada yang biasa dilakukan orang lain. Membalas orang yang menyakiti kita merupakan hal yang biasa dilakukan orang lain, tetapi kita dituntut untuk berbuat lebih daripada itu. Tidak membalas perlakuan jahat orang lain kepada kita pun bukan merupakan sikap yang langka, dan kita pun dituntut untuk bersikap lebih dari itu. Yesus menuntut setiap anak Tuhan untuk mampu menyatakan kebaikan Allah Bapa kepada setiap orang, bahkan kepada orang-orang yang jahat (ayat 39-42). Yesus menuntut anak-anak Tuhan menyatakan berkat kepada mereka yang mengutuk dan menganiaya (ayat 43-44).

Ada dua alasan mengapa kita dituntut bukan hanya mengampuni tetapi juga memberkati orang yang jahat kepada kita. Pertama, karena kita sudah mendapatkan pengampunan dari Bapa atas dosa-dosa kita, bahkan lebih daripada itu Ia memberkati kita dengan limpahnya. Kesalahan orang lain kepada kita, betapa pun besarnya tidak pernah dapat melampaui keberdosaan kita di hadapan-Nya. Kedua, Bapa memberikan berkat yang sama kepada orang baik dan orang jahat, maka kita pun wajib menjadi saluran berkat yang sama untuk mereka (ayat 45). Tuntutan Tuhan Yesus adalah kesempurnaan dalam kasih sama seperti kasih Bapa sempurna.

Bila dunia hidup dengan prinsip mengalahkan dan menguasai, anak-anak Tuhan harus hidup dengan prinsip ilahi, yakni menjadi berkat bagi sesama.

Renungkan: Waktu kita menyatakan kasih kepada sesama, kita sedang mencurahkan kasih Bapa ke hati-hati yang gersang.

(0.10824445666667) (Mat 6:1) (sh: Rahasia Kristen (Senin, 15 Januari 2001))
Rahasia Kristen

Rahasia Kristen. Dalam perikop-perikop ini Matius menekankan kerahasiaan dalam melakukan kewajiban agama serta ibadah, dan hanya Allah Bapa yang ada di tempat tersembunyi yang melihat dan membalasnya. Apakah pengajaran ini tidak bertentangan dengan pengajaran sebelumnya tentang garam dan terang dunia? Bukankah telah diajarkan bahwa terang kita harus bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatan kita yang baik dan memuliakan Allah di surga?

Yesus menegaskan bahwa hakikat hubungan Kristen dengan Allah adalah hubungan yang dekat, rahasia, dan pribadi. Karena itulah setiap kewajiban yang timbul dari hubungan itu bukanlah suatu tindakan pamer. Banyak contoh di masyarakat dimana memberi bantuan dipakai sebagai sarana untuk mengejar prestise dan popularitas. Penghargaan ini penting bagi manusia karena akan menaikkan pamor mereka di mata masyarakat dan memberikan dampak positif bagi karier mereka. Kristen harus bebas dari praktik demikian, karena Kristen justru harus memberi dengan motivasi menaati Allah dan berbelaskasihan kepada sesama.

Ibadah juga bisa bertujuan pamer, seperti berpuasa (ayat 16-18). Yesus tidak mengkritik puasa yang mereka laksanakan namun Ia mengkritik mereka yang memamerkan bahwa mereka sedang berpuasa. Banyak Kristen pergi ke gereja dan aktif dalam berbagai kegiatan pelayanan hanya untuk memamerkan dan memberikan kesan bahwa dirinya adalah seorang yang taat beribadah. Namun ia sendiri tidak mempunyai persekutuan pribadi dan khusus dengan Allah. Yesus menekankan bahwa sebagai warga negara Kerajaan Allah, Kristen harus mempunyai hubungan dengan Allah secara nyata dan pribadi, bukan hubungan yang bersifat sandiwara. Apa pun yang Kristen lakukan bagi Allah, harus ditujukan kepada Allah dan bukan kepada manusia.

Renungkan: Pengajaran ini tidak bertentangan tetapi justru melengkapi ajaran tentang garam dan terang dunia, karena untuk menjadi garam dan terang dunia, berbuat baik saja belum memadai. Masih ada sikap lain yang dituntut yang tidak dilihat orang lain dan inilah yang disebut rahasia Kristen. Bagaimanakah rahasia Kristen yang ada pada diri Anda selama ini ketika Anda memberi bantuan kepada orang lain, bantuan pembangunan gereja, atau melayani sebagai majelis, pengurus, atau aktivis dalam gereja? Hanya Allah dan Anda yang tahu.

(0.10824445666667) (Mat 7:1) (sh: Jadilah saudara, bukan hakim sesamamu! (Kamis, 13 Januari 2005))
Jadilah saudara, bukan hakim sesamamu!

Jadilah saudara, bukan hakim sesamamu! Tuhan Yesus tidak saja mengajar para pengikut-Nya tentang relasi dengan Allah dan sikap terhadap harta. Ia ingin para murid-Nya memiliki relasi yang benar dengan sesamanya.

Tuhan Yesus melarang kita menghakimi (ayat 1). Maksud Tuhan bukan berarti kita tidak usah memedulikan kesalahan orang lain dan membiarkan ia hidup dalam kesalahan. Ia juga tidak bermaksud bahwa Allah melarang adanya lembaga peradilan. Maksud Tuhan, kita tidak boleh menghakimi dengan menggunakan ukuran yang keras dan tidak bertujuan untuk memulihkan. Ia juga melarang kita menghakimi dengan standar ganda: ukuran yang lunak dan rendah untuk diri sendiri, ukuran yang keras dan terlalu tinggi untuk orang lain (ayat 3-4). Ayat 5 jelas menunjukkan bahwa kita perlu menggunakan kapasitas penilaian kita dengan baik, asal tidak munafik.

Tuhan Yesus juga realistis tentang keinginan baik kita dalam membangun relasi dengan sesama. Bila tadi Ia menentang orang yang terlalu membesarkan masalah orang akibat mengenakan standar terlalu berat, kini Ia menentang orang yang terlalu menganggap enteng masalah sebab menggunakan ukuran yang terlalu rendah. Tuhan keras sekali menyebut bahwa ada orang yang bagaikan anjing atau babi (ayat 6) keduanya menekankan kondisi najis dan bebal yang tidak responsif kepada-Nya.

Penggunaan standar ganda sering kita jumpai masa kini, baik dalam masyarakat luas maupun dalam kalangan gereja. Entah kita cenderung meringankan kesalahan diri sendiri dan memberatkan kesalahan orang lain, atau kita menilai orang dengan memandang kedudukannya. Keduanya tidak Tuhan perkenan atau izinkan. Tuhan Yesus ingin agar kita bertindak sebagai saudara terhadap sesama kita, bukan menjadi hakim apalagi algojo.

Responsku: Aku harus menjadikan sifat dan sikap Allah mengujud penuh dalam sikapku terhadap sesamaku.

(0.10824445666667) (Mat 7:7) (sh: Minta, cari, ketok! (Jumat, 14 Januari 2005))
Minta, cari, ketok!

Minta, cari, ketok! Apakah yang membuat permohonan doa kita dijawab? Kesungguhan kita berdoakah, atau kebaikan Allah yang ingin memberikan yang terbaik untuk kita? Tuhan Yesus mengajar kita bahwa keduanya tidak bertentangan tetapi saling menunjang. Kita berdoa dengan penuh kesungguhan bukan karena Allah perlu "dipaksa" oleh klaim-klaim kita, tetapi karena kita percaya Allah baik adanya.

Tuhan Yesus menegaskan kesungguhan dan ketekunan berjalan seiring dengan keyakinan bahwa doa kita disambut oleh Bapa Surgawi yang baik. Ia melukiskan hal berdoa itu dengan tiga kata kerja: minta, cari, ketok (ayat 7). Melalui ketiga kata kerja itu Ia menegaskan dua hal penting tentang doa. Pertama, posisi pendoa ada dalam posisi orang yang berkebutuhan sedangkan Tuhan dalam posisi penjawab dan pemenuh kebutuhan. Dalam posisi demikian, yang menentukan bukan pendoa tetapi sang Penjawab doa.

Kedua, ketiga kata kerja itu menekankan keserasian antara kegiatan berdoa dan sikap bersungguh serta bertekun dalam doa. Kesungguhan dan ketekunan berdoa itu lahir dari keyakinan bahwa Allah baik adanya dan pasti akan menjawab doa-doa kita sesuai dengan sifat baik sempurna-Nya sebagai Bapa Surgawi. Yesus mempertentangkan Bapa Surgawi dengan bapak duniawi. Bila bapak duniawi yang jahat saja tahu memberi yang baik kepada anak-anaknya, alangkah lebih baik lagi sikap dan tindakan Bapa Surgawi kita (ayat 11). Keyakinan akan kebaikan Allah bukan saja berdampak pada kehidupan doa kita, tetapi juga berdampak pada sikap sosial kita (ayat 12). Seperti Bapa Surgawi memberikan yang terbaik untuk kita, kita juga mau memberikan yang terbaik untuk sesama kita.

Ingat: Berdoa berarti menundukkan diri kepada kehendak Allah. Jangan menjadikan doa alat untuk mengatur atau memaksa Tuhan. Yakinlah bahwa Allah baik dan akan memberi yang terbaik bagi kita. Jangan berdoa asal-asalan sebab itu berarti menyepelekan kebaikan Tuhan.

(0.10824445666667) (Mat 7:13) (sh: Hanya dua kemungkinan (Sabtu, 15 Januari 2005))
Hanya dua kemungkinan

Hanya dua kemungkinan. Ucapan Tuhan Yesus ini sangat mengejutkan, terutama untuk kebanyakan pendengar-Nya yaitu orang Yahudi. Ada semacam anggapan dasar pada mereka bahwa karena mereka keturunan Abraham, mereka pasti umat Allah, milik Allah (band. 3:9-10). Untuk sebagian kita pun mengejutkan, tetapi karena alasan yang berbeda. Karena pengaruh pola pikir modern dan pluralitas agama-agama Timur, ada anggapan bahwa banyak jalan menuju ke Tuhan. Kepercayaan dan kehidupan yang seperti apa pun, akhirnya akan membawa orang ke surga. Tuhan Yesus menentang keras anggapan sesat itu.

Hidup diumpamakan-Nya seperti memasuki gerbang (ayat 13), menjalani jalan (ayat 14), mengeluarkan buah (ayat 17), dan mengalaskan bangunan (ayat 24-27). Hanya ada dua kemungkinan perjalanan dan akhir hidup manusia dalam evaluasi ilahi. Pintu, jalan, buah, dasar yang bagaimana yang kita putuskan untuk menjadi sifat hidup kita kini, akan menentukan nasib kekal kita. Sayangnya yang banyak diminati orang adalah jalan lebar menuju kebinasaan (ayat 13). Orang lebih suka disesatkan dan menyesatkan daripada tunduk kepada kebenaran Allah. Jalan menuju ke kebinasaan memang mudah sebab tinggal mengikuti saja arus dunia yang didorong oleh dosa.

Aktif dalam kegiatan rohani, melakukan banyak pelayanan termasuk membuat mukjizat, fasih melantunkan kalimat-kalimat teologis dan pujian kepada Tuhan bukan jaminan seseorang sungguh di pihak Tuhan. Tanda satu-satunya yang menjamin bahwa kita terhisab ke dalam Kerajaan Surga adalah kita tidak dievaluasi Tuhan sebagai "pembuat kejahatan" (ayat 23). Dengan kata lain, bila hidup kita menunjukkan adanya perjuangan konsisten untuk hidup kudus dengan pertolongan anugerah-Nya, barulah kita memiliki jaminan sah keselamatan kita.

Renungkan: Keselamatan bukan hasil usaha tetapi akibat kita sungguh mengizinkan anugerah-Nya membebaskan kita dari pola hidup berdosa.

(0.10824445666667) (Mat 7:24) (sh: Siap diterpa badai? (Minggu, 16 Januari 2005))
Siap diterpa badai?

Siap diterpa badai? Ucapan Yesus ini mengakhiri khotbah-Nya di bukit yang ditujukan untuk para murid-Nya. Dengan tekanan serius kini Yesus mengingatkan mereka bahwa hidup tiap orang suatu saat kelak akan diterpa badai. Badai itu akan sedemikian dahsyat dan pasti berakibat kekal. Badai itu akan membongkar kenyataan fondasi hidup macam apakah yang telah seseorang pakai untuk membangun kehidupannya.

Hanya ada dua macam fondasi hidup. Fondasi batu karang teguh adalah sikap dan praktik hidup saat demi saat mematutkan hidup sesuai firman (ayat 24). Orang sedemikian disebut Tuhan bijaksana sebab kehidupan taat firman membuatnya tahan terpaan badai. Fondasi pasir adalah sikap dan praktik hidup yang mendengar firman dan ajaran Yesus, tetapi tidak melakukannya (ayat 26). Orang seperti itu bodoh sebab rumah kehidupannya pasti akan tersapu bersih oleh terpaan badai dan banjir dahsyat (ayat 27). Apakah badai dan banjir itu? Mengacu ke konteks sebelum ini, pastilah yang Tuhan maksudkan dengan badai itu adalah hari penghakiman akhir. Dengan ucapan-Nya yang penuh kuasa itu, Yesus mendesak para pendengar-Nya untuk merespons Dia dengan ketaatan dan kesetiaan agar luput dari penghukuman itu.

Dari dulu sampai kini tidak ada penganjur agama mana pun seberani dan seberdaulat Yesus memaparkan soal hidup kekal dan tuntutan untuk percaya dan taat kepada-Nya sebagai syarat masuk hidup kekal. Ketika Yesus mengakhiri pengajaran-Nya, banyak orang mengakui kuasa kata-kata Yesus itu (ayat 28-29). Akan tetapi, yang Tuhan tuntut terus menerus sampai zaman ini juga, bukan saja mengagumi Dia melainkan mengikut dan menaati Dia. Dia tidak hanya menyampaikan klaim kosong sebab kelahiran, kehidupan, kematian, dan kebangkitan-Nya menunjukkan bahwa Ia memang kelak akan menghakimi dan menentukan nasib kekal kita.

Ingat: Hidup yang singkat ini hanya awal dari hidup kelak. Bagaimana keadaan hidup kita kelak dalam kekekalan tergantung pada pilihan kita di hadapan Yesus.

(0.10824445666667) (Mat 8:18) (sh: Keputusan salah membawa malapateka (Minggu, 11 Januari 1998))
Keputusan salah membawa malapateka

Keputusan salah membawa malapateka
Keputusan mengikut Yesus harus tegas. Sekarang dan tidak boleh ditunda-tunda dengan alasan apapun juga. Kalau kesempatan berbuat baik datang, kita tidak boleh menunda-nunda melakukannya. Laksanakan segera bila Anda tidak ingin kesempatan dari Tuhan itu sama sekali berlalu dari Anda. Malapetaka bisa datang setiap saat. Keputusan untuk mengikut Yesus Kristus adalah keputusan terpenting dalam hidup ini. Itu akan menentukan bukan saja nasib kekal kita tetapi juga mutu hidup, kepribadian, pengalaman Anda dalam waktu hidup ini. Meski keputusan tidak boleh ditunda, Tuhan juga tidak ingin kita mengambil keputusan yang membabi-buta. Keputusan yang mantap lahir dari pertimbangan akan semua resiko dan konsekuensi yang terlibat, bukan dari ketergesaan. Tuhan ingin kita memutuskan dengan hati terbuka, juga pikiran, dan mata terbuka.

Yesus adalah Tuhan. Yesus yang meneduhkan angin ribut adalah objek iman para murid. Itu sebabnya, kegoncangan dalam iman mereka yang lebih dulu Tuhan tegur dan diamkan. Yesus ingin agar mereka tidak saja tahu bahwa kondisi hidup dapat ditenangkan Yesus, tetapi lebih dari itu adalah iman kepadaYesus sebagai Tuhan tanpa harus tergantung sedikit pun pada keadaan. Seluruh kondisi hidup sepenuhnya diatur oleh-Nya. Fokus perhatian dan usaha kita para pengikut-Nya bukanlah pada persoalan hidup dan jalan keluarnya, tetapi pada Dia dan kehendak-Nya untuk hidup ini.

Gereja di tengah dunia. Gereja harus mengajarkan dan menyadarkan seluruh warganya bahwa Tuhan menginginkan Gereja-Nya ada dalam dunia. Untuk melayani Dia, untuk dibentuk melalui dunia oleh-Nya. Di dalam dunia inilah kita akan menjumpai berbagai penegasan dari Kristus bahwa Dia sungguh Tuhan. Bukan saja atas intern orang beriman tetapi juga atas dunia dengan segala kejadian di dalamnya.

Renungkan: Bila Tuhan tidak lagi menjadi fokus satu-satunya kehidupan Gereja, dunia beserta segala kekuatirannya akan masuk membanjiri dan menenggelamkan Gereja.

(0.10824445666667) (Mat 8:18) (sh: Mengikut, percaya, motifnya apa? (Selasa, 18 Januari 2005))
Mengikut, percaya, motifnya apa?

Mengikut, percaya, motifnya apa? Beberapa peristiwa yang berurutan dicatat Matius dalam perikop ini. Dengan mudah dapat kita lihat bahwa pesannya masih menyambung perikop yang kita renungkan kemarin. Perikop ini mencatat peristiwa yang kembali menyangkut mukjizat (ayat 23-27), didahului oleh percakapan soal arti dan syarat mengikut Yesus (ayat 18-22). Jadi, peristiwa mukjizat itu adalah dalam rangka mengajar kita tentang arti mengikut Yesus.

Dua macam sikap orang dan dua macam respons Yesus tentang orang yang mengikut Dia, muncul dalam peristiwa pertama. Kepada yang ingin mengikut Dia, dengan tegas Yesus memintanya memperhitungkan konsekuensi menderita bersama Dia (ayat 20). Jangan mengira dengan mengikut Yesus ia akan mendapat keuntungan besar. Kemungkinan besar motivasi ahli Taurat ini justru mencari pengaruh sosial melalui Yesus. Kepada murid-Nya sendiri yang perhatiannya terbagi dua oleh urusan keluarga, Yesus menuntut sikap mendahulukan-Nya di atas semua urusan lain (ayat 22).

Melalui peristiwa ini kita disadarkan bahwa mengikut dan percaya Yesus secara mutlak tanpa motivasi salah adalah hal yang patut kita berikan kepada Yesus. Ia sungguh patut menerima ketaatan dan kesetiaan mutlak itu sebab Ia adalah Tuhan yang berdaulat atas anasir-anasir alam (ayat 23-27). Dalam perikop yang akan kita pelajari esok, anasir-anasir jahat yang membahayakan hidup manusia pun tunduk oleh kuasa-Nya (ayat 28-34). Dia adalah Tuhan atas segala-galanya.

Kepada orang-orang yang ingin mengikut Dia, Yesus dengan sabar dan kasih menegur mereka dan membentuk komitmen mereka. Ia ingin agar para pengikut-Nya bermotivasi benar, berkomitmen kuat, dan memercayai Dia dengan sungguh dalam mengikut Dia sebagai Tuhan dan Juruselamat.

Responsku: Tidak ada hal yang tidak dapat ditundukkan Yesus oleh wibawa-Nya. Aku ingin ikut dan dekat Dia selalu agar Ia sepenuhnya hidup dalam hidupku.

(0.10824445666667) (Mat 9:9) (sh: Sukacita karena anugerah (Minggu, 24 Januari 2010))
Sukacita karena anugerah

Judul: Sukacita karena anugerah
Mengapa Matius mengungkapkan kisah pemanggilan dirinya dan mengaitkan peristiwa itu dengan kritik murid-murid Yohanes terhadap Yesus dan para murid-Nya yang tidak berpuasa? Matius sadar bahwa menjadi murid Tuhan adalah anugerah semata maka anugerah itu harus direspons dengan sukacita.

Orang Farisi tidak dapat menerima Yesus makan bersama dengan pemungut cukai dan orang berdosa lain. Bagi mereka dan masyarakat Yahudi pada umumnya, pemungut cukai punya dosa tiga rangkap. Dianggap pengkhianat bangsa karena mau menjadi antek-antek penjajah dengan memungut pajak dari bangsanya untuk kepentingan bangsa penjajah. Dalam pandangan Taurat, ia seorang yang najis (Im. 20:5). Ia se-orang yang bergaul dengan orang-orang berdosa (ayat 10) sehingga patut dikucilkan oleh orang-orang Yahudi yang mengaku saleh. Ketika Yesus masuk ke rumah Matius dan makan bersama-sama dengan kelompok orang berdosa, Ia dianggap sudah mencederai kehormatan pemimpin Yahudi. Tujuan Yesus jelas, Ia datang untuk memanggil orang berdosa pulang. Maka ketika orang-orang seperti Matius merespons panggilan Yesus, sesungguhnya Kerajaan Surga sedang ditegakkan!

Terhadap kritik murid-murid Yohanes, jawaban Yesus justru konsisten dengan misi-Nya. Yesus datang membawa pembaruan bagi orang berdosa, maka kedatangan-Nya paling tepat direspons dengan bersukacita, bukan berpuasa. Orang yang tidak bisa bersukacita ketika melihat orang lain bertobat adalah orang yang belum pernah mengalami anugerah Tuhan. Dia adalah orang yang masih terjebak pada pemahaman lama yang salah, ibarat kantung anggur tua yang jebol karena tidak sanggup menerima anggur baru.

Seperti Matius kita juga tidak layak di hadapan Allah. Tuhan Yesus menerima kita apa adanya, bahkan sudah mati bagi kita agar kita hidup. Tugas kita sekarang adalah mewartakan kabar baik kepada semua orang yang sama tidak layaknya dengan kita.

(0.10824445666667) (Mat 9:14) (sh: Yang baru meniadakan yang lama (Jumat, 21 Januari 2005))
Yang baru meniadakan yang lama

Yang baru meniadakan yang lama. Pada malam hari orang menyalakan lampu atau lilin supaya tidak kegelapan. Bila matahari sudah terbit semua alat penerang itu tidak lagi diperlukan. Demikian juga dengan semua upacara agama yang biasa dipraktikkan orang-orang Farisi, para ahli Taurat, termasuk murid-murid Yohanes pembaptis. Pada dasarnya peraturan-peraturan itu, misalnya berpuasa (ayat 14), dibuat untuk menolong orang mengharapkan kedatangan Mesias. Akan tetapi, Yesus Sang Mesias sudah hadir di tengah-tengah mereka. Mereka seharusnya berhenti menanti, dan mulai menikmati sukacita kehadiran-Nya (ayat 15).

Tuhan Yesus ingin menyatakan bahwa Ia datang bukan untuk sekadar menambalkan atau menambahkan sesuatu yang baru kepada ajaran agama yang lama. Kata "lama" (Yun.: palaios) berarti aus atau usang karena pemakaian. Ajaran Yahudi telah menjadi begitu tidak fleksibel karena akumulasi dari tradisi-tradisi nonalkitabiah selama berabad-abad. Ajaran Yahudi tersebut sudah berubah menjadi upacara semata-mata yang malah menjauhkan mereka dari Allah. Tuhan Yesus bukan sedang menambahkan ajaran baru ke dalam wadah yang lama itu. Ia sedang menyatakan bahwa masa yang baru (neos) dan kerajaan yang baru (kainos) sudah tiba dengan kehadiran-Nya. Dengan demikian, mereka yang ingin berbagian dalam kerajaan yang baru itu harus meninggalkan semua pemahaman agama dan sikap hidup yang lama lalu menerima Kristus dan hidup dalam kebenaran-Nya.

Apakah pesan Yesus ini dapat diartikan sebagai menolak tradisi rohani orang Kristen masa kini? Ya dan tidak. Kita tetap perlu bergereja, berdoa, membaca Firman, dsb. Namun, semua kebiasaan rohani tersebut menjadi sia-sia kalau kita tidak intim dengan Tuhan Yesus.

Renungkan: Jika Tuhan Yesus hadir dalam hidup dan ibadah kita, pasti suasananya adalah kesukaan dan bukan kedukaan.

(0.10824445666667) (Mat 10:16) (sh: Mengikut Yesus? Keputusanku (Senin, 24 Januari 2005))
Mengikut Yesus? Keputusanku

Mengikut Yesus? Keputusanku. Hidup di tengah-tengah musuh yang siap sedia mengintai dan menerkam sangat menakutkan setiap orang. Gambaran inilah yang Yesus berikan kepada pengikut-Nya. Mereka bagaikan domba-domba yang diutus ke tengah-tengah serigala. Dalam mengemban tugas, ada kemungkinan mereka ditangkap, diadili, dibenci, bahkan dibunuh. Untuk itu Yesus berpesan agar mereka cerdik namun tulus (ayat 16).

Yesus meminta mereka untuk waspada terhadap: majelis agama yang adalah serigala yang bengis (ayat 17); pemerintah, dengan otoritas yang dimilikinya dapat menindas dengan cara yang halus tapi menyakitkan (ayat 18-19); keluarga yang seharusnya menjadi tempat yang aman bagi kita namun bisa menjadi musuh dalam selimut (ayat 22). Semuanya dapat membenci (ayat 22), mengancam (ayat 26), bahkan membunuh tubuh meskipun tidak dapat membinasakan jiwa (ayat 28). Lalu, perlukah para murid takut dan kuatir menghadapi semua ancaman tersebut? Yesus menggambarkan bahwa Allah sangat peduli terhadap mereka karena mereka lebih berharga di mata-Nya dibandingkan dengan burung pipit (ayat 29-31). Oleh karena itu, mereka tidak perlu takut dan kuatir menghadapi kesulitan dan ancaman. Dia berjanji akan memperlengkapi dengan kekuatan, kemampuan, dan perlindungan karena mereka sangat berharga di mata-Nya. Namun, tidak berarti Allah akan mencegah terjadinya kesulitan dalam diri kita. Itu adalah ujian bagi kita sebagai pengikut Yesus yang sejati untuk bertahan menghadapi tekanan hidup sehari-hari.

Sampai saat ini pun mengikut dan menaati Yesus serta memberitakan Dia selalu membangkitkan berbagai perlawanan. Mengingat tugas dan tantangan berat yang harus dihadapi, maka kesetiaan dan keberanian mutlak diperlukan. Mereka yang menghadapi segala kesulitan dan bertahan sampai akhir akan menerima penghargaan yang mulia dari Allah.

Tekadku: Walau tekanan menghadang, aku akan bertahan sampai akhir dengan anugerah Allah.

(0.10824445666667) (Mat 10:34) (sh: Paradoks mengikut Yesus (Jumat, 25 Januari 2013))
Paradoks mengikut Yesus

Judul: Paradoks mengikut Yesus
Injil adalah pedang yang bemata dua. Di satu sisi, pemberitaannya memberi dampak pertobatan dan hidup baru bagi yang merespons dengan positif. Di sisi lain penolakan terhadap Injil menghasilkan permusuhan dan kebinasaan. Perikop hari ini menyambung perikop sebelumnya tentang peringatan Yesus mengenai tantangan yang dihadapi dalam menunaikan tugas pemberitaan Injil.

Ketajaman berita Injil bagaikan pedang, mengoyak-ngoyak keluarga oleh karena tuntutannya. Tuntutan Injil adalah percaya Yesus dan menjadikan-Nya utama. Berarti ikatan keluarga, suami-istri, orangtua-anak, kakak-adik, dst. tidak boleh menghalangi ikatan keluarga kerajaan surga. Pemisahan, perpecahan dan permusuhan akan terjadi di tengah keluarga karena iman kepada Tuhan Yesus (34-36). Yesus dan bukan keluarga harus menjadi yang utama bagi para pengikut-Nya (37).

Perikop ini juga berbicara mengenai kesungguhan seseorang mengikut Yesus. Seorang pengikut Yesus juga harus siap memikul salib (38). Memikul salib artinya siap menyerahkan nyawa agar berita Injil digemakan di seluruh dunia. Kesiapan menyerahkan nyawa merupakan bukti bahwa nyawanya sudah menjadi milik Tuhan, bukan milik sendiri (39).

Pedang Injil tidak selalu mengoyak dan memisahkan keluarga. Banyak orang bahkan keluarga yang merespons Injil dengan keterbukaan (bnd. Kis. 16:31-33). Duta Injil adalah utusan Yesus. Menerimanya sama dengan menerima Yesus. Memberikan dukungan sekecil apa pun (42) sama dengan mempersembahkannya kepada Yesus.

Seorang duta Injil adalah orang kepercayaan Tuhan. Hidupnya milik Yesus. Maka tuntutan Tuhan agar duta Injil memikul salib tidak berlebihan. Memprioritaskan Yesus dari semua ikatan lain di dunia ini memang tidak mudah. Namun, ingatlah bahwa kasih Kristus melampaui kekerasan kepala dan hati orang berdosa. Kalau Anda sedang bergumul dengan anggota keluarga yang belum mau percaya, berdoalah kepada Tuhan Yesus. Minta belas kasih-Nya agar seisi keluarga Anda diselamatkan.

Diskusi renungan ini di Facebook:
http://apps.facebook.com/santapanharian/home.php?d=2013/01/25/

(0.10824445666667) (Mat 12:38) (sh: Bukan tanda yang dibutuhkan, tetapi keterbukaan hati (Sabtu, 3 Februari 2001))
Bukan tanda yang dibutuhkan, tetapi keterbukaan hati

Bukan tanda yang dibutuhkan, tetapi keterbukaan hati. Masih perlukah tanda bagi ahli Taurat dan orang Farisi yang tidak mau percaya kepada Yesus? Banyak tanda dan mukjizat telah dibuat Yesus, namun ternyata hati mereka semakin keras membatu. Mereka menganggap diri paling benar, sehingga mereka senantiasa menjebak Yesus untuk mencari kesalahan- Nya.

Saat itu mereka memanggil Yesus sebagai Guru (Rabbi), suatu panggilan awal yang sopan untuk menyelubungi maksud yang jahat. Mereka senantiasa mencari cara yang mereka anggap paling jitu untuk menjebak Yesus. Dalam bacaan ini, mereka meminta tanda dan bukan mukjizat, karena tanda merupakan pengesahan yang bersifat illahi. Mereka berpikir bahwa Yesus tidak mungkin memberikan tanda karena Ia adalah manusia biasa, anak seorang tukang kayu. Mereka berharap ketika Yesus tidak mampu memberikan tanda, maka terbukti bahwa apa yang dikatakan-Nya selama ini tidak benar. Bagaimana respons Yesus? Ternyata Yesus tidak terpancing dengan tantangan mereka, Ia tidak membuktikan Keillahian-Nya dengan cara manusia, tetapi dengan kuasa Illahi Ia menyingkapkan siapa mereka dan siapa Diri-Nya.

Dengan kata-kata sangat keras dan pedas Yesus menegur mereka sebagai angkatan yang jahat dan tidak setia, karena mereka tidak mau terbuka kepada kebenaran-Nya. Kepada mereka Yesus tidak menunjukkan tanda yang spektakuler, tetapi Ia memfokuskan kepada misi kedatangan Anak Manusia ke dunia, seperti tanda nabi Yunus. Yesus menyebut Diri-Nya sebagai Anak Manusia, karena sebutan Kemanusiaan-Nya inilah yang diterima mereka. Namun Yesus jauh melebihi nabi Yunus. Orang-orang Niniwe bertobat karena pemberitaan Yunus, tetapi orang- orang yang mendengar dan mau percaya, bertobat, karena Ia sendiri jalan keselamatan itu. Kemudian Yesus mengkaitkannya dengan kedatangan ratu Syeba dari ujung bumi untuk melihat keagungan dan kekayaan raja Salomo. Ia jauh melebihi Salomo, karena itu banyak orang dari segala penjuru akan datang kepada-Nya untuk mendapatkan keselamatan daripada-Nya.

Renungkan: Tanda apa pun tidak dibutuhkan bagi orang yang mengeraskan hati kepada kebenaran-Nya. Hanya hati yang mau terbuka yang akan melihat bahwa segala perbuatan Yesus merupakan bukti bahwa Dialah Mesias sejati.

(0.10824445666667) (Mat 14:1) (sh: Dikejar bayang-bayang ketakutan (Jumat, 9 Februari 2001))
Dikejar bayang-bayang ketakutan

Dikejar bayang-bayang ketakutan. Kesalahan besar sampai meniadakan nyawa orang lain akan menjadi bayang-bayang ketakutan seumur hidup. Seorang ayah yang begitu kasar dan kejam tak dapat menahan emosinya ketika untuk kesekian kalinya seorang putranya yang masih kecil menanyakan mengapa ayahnya jarang di rumah. Dalam keadaan mabuk, ia segera mengambil pisau dan menghujamkannya ke tubuh putranya. Selama hidupnya, ayah ini selalu dikejar bayang-bayang ketakutan karena telah membunuh anaknya yang tidak bersalah.

Demikian pula dengan raja Herodes Antipas. Ketika ia mendengar ada Seorang yang telah melakukan banyak mukjizat segera ia teringat Yohanes Pembaptis, maka seluruh peristiwa yang mengakibatkan kematian Yohanes Pembaptis kembali segar diingatannya. Sebenarnya apa yang dilakukan Yesus berbeda dengan Yohanes karena ia tidak pernah membuat tanda atau mukjizat (Yoh. 10:41). Namun karena pada zaman itu Yohanes terkenal sebagai nabi, maka Herodes langsung menghubungkan Yesus dengan Yohanes (ayat 2). Peristiwanya berawal dari kebencian Herodes karena Yohanes pernah memperingatkannya ketika mengambil Herodias, bekas istri saudara tirinya, menjadi istrinya. Kelumpuhan nati nurani membuat Herodes tidak mau mendengar peringatan Yohanes, bahkan ia telah menyuruh menangkap, membelenggu, dan memenjarakan Yohanes. Keinginannya untuk membunuh Yohanes ditangguhkan karena takut kepada orang banyak. Namun keinginan ini akhirnya terpaksa terlaksana karena sumpahnya sendiri kepada anak perempuan Herodias di hari ulang tahunnya. Demikianlah ia telah membunuh seorang nabi yang tidak bersalah, karena kelumpuhan hati nuraninya terhadap dosa.

Manusia berdosa cenderung menolak segala peringatan yang mencegahnya menikmati hidup dalam dosa, sehingga mengalami kelumpuhan hati nurani. Kenikmatan dalam dosa membuat manusia hidup dalam bayang-bayang ketakutan yang terselubung, yang sebenarnya ada namun berusaha ditutupi dengan pernyataan: "hanya sekali tidak apa-apa", "semua orang juga melakukannya", "pengampunan tersedia bagi yang memohon", "demi kebaikan bersama", "Tuhan tahu maksud kita baik", dll.

Renungkan: Terlebih indah membereskan bayang-bayang ketakutan di hadapan-Nya dan jangan biarkan kelumpuhan hati nurani menyerang Anda.

(0.10824445666667) (Mat 15:1) (sh: Penafsiran yang salah (Minggu, 11 Februari 2001))
Penafsiran yang salah

Penafsiran yang salah. Penafsiran yang salah membawa pengaruh besar bahkan cenderung sangat berbahaya. Seorang yang menafsirkan bahwa Alkitab adalah benda keramat, akan lebih menghargai Alkitab sebagai benda dan bukan firman-Nya yang berkuasa. Demikianlah yang terjadi pada orang-orang Farisi dan ahli Taurat yang salah menafsirkan makna dan peran perintah Allah dan tradisi.

Mereka sengaja mengkhususkan waktu dan tujuan untuk datang dari Yerusalem menjumpai Yesus. Mereka mempermasalahkan tentang murid-murid-Nya yang tidak membasuh tangan sebelum makan. Mereka yakin bahwa Yesus menjunjung tradisi ini, bukan untuk kepentingan kesehatan tetapi makna upacara pembasuhan yang biasa dilakukan para imam sebelum melayani. Mereka menafsirkan bahwa bila tangan untuk makan sudah bersih maka makanan yang masuk pun bersih, demikian pula seorang imam yang akan melayani harus mencuci tangannya (dan kaki) supaya bersih. Apakah ini makna sesungguhnya dari upacara pembasuhan?! Yesus memperingatkan mereka dengan keras karena salah menafsirkan tradisi dan hukum Allah. Mereka lebih mementingkan hal-hal yang tampak di luar dan mengabaikan kemurnian hati dalam melakukannya. Mereka tampak rajin beribadah dan lebih meninggikan ketaatan kepada Allah daripada kepada manusia (ayat 5-6), namun sesungguhnya hati mereka tidak pernah menyembah Allah, betapa munafiknya mereka.

Seringkali Kristen salah menafsirkan firman-Nya dan mementingkan hal-hal lahiriah: rajin beribadah, memberikan persepuluhan, berdiakonia, dan penginjilan; padahal ketika kita melakukannya hati kita tidak tertuju kepada Allah.

Renungkan: penafsiran yang salah seperti orang Farisi dan ahli Taurat membuat kita lelah memikul beban kemunafikan.

Bacaan untuk Minggu Epifania 6

Imamat 13:1-2, 44-46

I Korintus 10:31-11:1

Markus 1:40-45

Mazmur 32

Lagu: Kidung Jemaat 370

PA 6 Matius 15:1-20

Dapatkah kita bayangkan bagaimana orang Farisi sebagai pemuka agama yang buta kebenaran, kemudian menuntun kaum awam untuk melihat kebenaran? Kebenaran apakah yang akan diajarkan dan kemudian diterima oleh kaum awam? Seperti pepatah mengatakan jika orang buta menuntun orang buta, pasti keduanya jatuh ke dalam lobang.

Bagaimana bila seorang Guru Sekolah Minggu mengajarkan kepada anak-anak Sekolah Minggu bahwa sekarang bukan zamannya lagi menghormati orang- tua, karena yang lebih penting adalah rajin ke Sekolah Minggu? Bagaimana reaksi orang-tua mendengar hal ini?

Kita menyadari betapa berbahayanya pemimpin yang demikian. Yesus menegur mereka dan menegaskan bahwa Kekristenan bukanlah agama legalitas tetapi relasi istimewa Allah dan umat-Nya.

Pertanyaan-pertanyaan pengarah:

1. Masalah apakah yang sebenarnya mau diangkat oleh orang Farisi tentang kesalahan murid-murid-Nya? Apakah masalah ini hanya sekadar masalah kebersihan dan kesehatan? Masalah kehidupan sehari- hari Yesus dan murid-murid-Nya pun tak luput dari pemandangan mereka, apa yang dapat kita pelajari dari sikap mereka?

2. Bagaimana reaksi Yesus? Bandingkan kesalahan murid- murid menurut orang Farisi dengan kesalahan orang Farisi yang diungkapkan Yesus! Apakah maksud Yesus mengatakan bahwa mereka adalah orang munafik? Bagaimana seharusnya memahami firman Tuhan dan tradisi?

3. Apakah dapat kita katakan bahwa ibadah orang Farisi hanya sebagai pameran? Jelaskan dan berikan contoh yang relevan masa kini!

4. Perhatikan respons murid-murid di ayat 12! Mengapa mereka berespons demikian? Apakah mereka mengerti perkataan Yesus? Jelaskan! Menurut Yesus apa yang seharusnya dibersihkan: penampilan luar atau penampilan dalam? Manakah yang dilihat dan dinilai Allah?

5. Pernahkah Anda menjumpai Kristen yang menjadikan ibadah sebagai pameran? Berikan contoh konkrit! Bagaimana sikap Anda meresponi hal ini? Menyadari betapa berbahayanya pemimpim rohani yang `buta', bagaimana seharusnya kita menjaga hidup kita?

(0.10824445666667) (Mat 15:21) (sh: Yesus berkuasa (Minggu, 14 Februari 2010))
Yesus berkuasa

Judul: Yesus berkuasa
Kita semua tahu bahwa Yesus adalah Tuhan yang berkuasa, tetapi sejauh mana kita mengamini dan mengalami kuasa itu di dalam hidup kita. Misal ketika kita sedang menghadapi pencobaan, kesulitan, atau masalah lain. Jangan-jangan kita malah meragukan penyertaan dan campur tangan Tuhan di dalam kehidupan kita pada saat demikian.

Bacaan hari ini memperlihatkan tiga mukjizat yang menyatakan kuasa Yesus atas segala sesuatu. Pertama, Yesus berkuasa atas setan. Kuasa Yesus ini dinyatakan melalui iman seorang perempuan Kanaan. Ia adalah orang kafir yang belum mengenal Allah. Maka Yesus terlebih dulu menguji apakah ia sungguh-sungguh memiliki iman. Dimulai dengan tidak mempedulikan dan bahkan murid-murid ingin mengusirnya (ayat 23). Lalu Yesus menekankan tujuan misi-Nya (ayat 24), dan membandingkan perempuan itu dengan `anjing'. Namun perempuan itu tidak putus asa (ayat 22, 25) dan tidak marah. Sebaliknya dengan rendah hati ia merespons perkataan Yesus secara positif (ayat 27) serta mengimani Yesus sebagai Tuhan (ayat 27), bukan lagi anak Daud (ayat 22). Kedua, Yesus berkuasa atas segala penyakit (ayat 29-31). Kita dapat menyerahkan masalah penyakit kepada-Nya. Ia akan menolong dan menyembuhkan kita menurut kehendak-Nya. Ketiga, Yesus berkuasa atas kuantitas. Belas kasihan-Nya terhadap kebutuhan fisik orang banyak telah mendorong Yesus menyatakan kuasa-Nya dengan memperbanyak jumlah (kuantitas) dari hanya tujuh roti dan beberapa ikan sehingga mampu memberi makan empat ribu laki-laki (diperkirakan seluruhnya berjumlah sepuluh ribu lebih orang) dan masih tersisa tujuh bakul penuh.

Tuhan memang berkuasa, marilah kita memercayai dan menyerahkan seluruh kesulitan, penderitaan, dan permasalahan hidup kita kepada-Nya. Ia akan memberikan jalan keluar dan menolong kita karena tidak ada yang mustahil bagi Dia. Kita tidak perlu kuatir atas hidup kita. Datanglah ke hadapan Tuhan dalam doa yang tidak jemu-jemu dan penuh iman.

(0.10824445666667) (Mat 19:13) (sh: Motivasi mengikut Yesus (Jumat, 18 Februari 2005))
Motivasi mengikut Yesus

Motivasi mengikut Yesus. Pada umumnya, orang datang ke gereja dengan kerinduan ingin bertemu Tuhan. Namun, ada juga mereka yang mengikut Tuhan karena kepentingan tertentu.

Terdapat tiga motivasi mengikut Yesus yang tampil di nas ini. Pertama, menganggap diri paling layak mengikut Tuhan, yang diwakili oleh sikap para murid Yesus. Mereka menganggap diri sebagai pengikut-Nya yang paling baik, paling tinggi rohaninya, paling berkuasa, sampai-sampai merasa berhak menentukan siapa yang boleh mendekati Yesus (ayat 13-15). Kedua, menganggap diri paling baik. Ini diwakili oleh seorang muda yang kaya. Pemuda ini merasa dirinya telah menjalankan semua perintah Allah dan mengikuti tata peraturan agama (ayat 16, 18, 20). Oleh karena itu, ia ini yakin bahwa dia pasti masuk surga. Pertanyaannya kepada Yesus bukan lahir dari ketulusan melainkan pameran kebaikan di hadapan orang lain. Ketiga, merasa paling banyak berkorban, diwakili Petrus. Bukankah harga sudah dibayar, tentu hasil melimpah harus diraup dan dinikmati (ayat 27).

Terhadap motivasi keliru ini Yesus menjawab tegas bahwa Dia melihat hati! Dia mengetahui siapa yang tulus hati seperti anak kecil sehingga beroleh anugerah Kerajaan Surga (ayat 14). Orang yang rendah hati, tidak terikat pada kekayaan adalah orang yang dikaruniai Kerajaan Surga (ayat 21). Sedangkan orang yang telah meninggalkan segala sesuatu untuk mengikut Yesus, akan mendapatkan dirinya diperkaya dengan keluarga besar Allah (ayat 28-29). Sebaliknya mereka yang bertahan dalam motivasi keliru, kehilangan semuanya (ayat 30).

Gereja banyak berisikan orang-orang yang bermotivasi keliru dalam mengikut Yesus. Yang dicari bukan kemuliaan Tuhan, tetapi nama, kehormatan, dan keuntungan pribadi. Tuhan mengenal hati setiap anak-Nya. Hanya mereka yang tulus di hadapan-Nya akan menerima kasih karunia menikmati Kerajaan Surga.

Yang kulakukan: Menjaga motivasi diri tetap murni mengikut Tuhan.

(0.10824445666667) (Mat 19:16) (sh: Kekayaan dapat membawa duka (Jumat, 23 Februari 2001))
Kekayaan dapat membawa duka

Kekayaan dapat membawa duka. Kekayaan seringkali menjadi dambaan insan demi kebahagiaan. Namun seringkali pula realita berbicara sebaliknya, bahwa kekayaan membawa duka: ketidakharmonisan, retaknya persahabatan, rela menjual kejujuran dan ketulusan, dan kehancuran diri. Terlebih lagi bila kekayaan telah menjadi dewa dalam kehidupan seseorang, sehingga segala sesuatu diukur dengan kekayaan. Inilah yang terjadi dalam diri sang pemuda kaya yang malang.

Strategi pemuda kaya dalam mengajukan pertanyaan (ayat 16) menunjukkan bahwa sesungguhnya ia tidak sedang bertanya, tetapi memamerkan kesalehannya (ayat 20). Ketika ia menganggap bahwa semua yang baik telah dilakukannya, Yesus menegaskan bahwa hanya Satu yang baik (ayat 17), yakni Tuhan. Bagaimana pun baiknya manusia tetaplah manusia berdosa, yang tidak mungkin mencapai standar kebaikan Allah. Maka Yesus mengatakan bahwa untuk memperoleh hidup kekal, manusia harus datang kepada Allah (ayat 17), dan tidak mungkin dengan usaha atau perbuatan baik manusia. Namun pemuda tersebut menilai kehidupan kekal hanya sejauh usaha manusia (ayat 20). Mungkinkah seorang dapat melakukan semua perintah Allah dengan sempurna, bukan dengan standar manusia tetapi dengan standar Allah?! Bila benar bahwa pemuda tersebut telah melakukan semuanya demi kasihnya kepada Allah, maka ketika Yesus menyuruhnya menjual segala miliknya dan membagikan kepada orang miskin, tidak akan membuatnya sedih, tetapi dengan sepenuh hati ia akan melakukannya. Namun ia gagal karena kekayaan telah menjeratnya.

Ketidakmengertian murid-murid, menyebabkan Yesus harus menjelaskan bahwa orang kaya sulit masuk surga, bukan karena kekayaannya, tetapi karena pemahaman yang salah, sehingga tidak menyadari bahwa keselamatan adalah anugerah, yang sesungguhnya tidak dapat diukur dan diupayakan dengan materi. Demikian pula pemahaman mereka tentang apa yang didapatkan sebagai balasan dari kerelaan meninggalkan segala sesuatu untuk mengikut Yesus (ayat 27). Mereka pun mengukur segala sesuatu dengan neraca untung-rugi. Bagi mereka kehidupan kekal masih merupakan sesuatu yang abstrak, maka titik tolak pembicaraan mereka berkisar hal materi.

Renungkan: Kekayaan manakah yang lebih berarti, yang bersifat sementara ataukah yang bersifat kekal walau tak nampak wujudnya kini?



TIP #15: Gunakan tautan Nomor Strong untuk mempelajari teks asli Ibrani dan Yunani. [SEMUA]
dibuat dalam 0.05 detik
dipersembahkan oleh YLSA