Resource > Jurnal Pelita Zaman >  Volume 2 No. 1 Tahun 1987 > 
DI DALAM DUNIA TETAPI BUKAN DARI DUNIA (BEBERAPA CATATAN PEMIKIRAN) 
Penulis: DR. Imam Santoso

Gereja hidup di dalam dunia tapi bukan dari dunia (Yoh. 17:15). Gereja adalah persekutuan orang-orang yang dipanggil keluar dari, dan sekaligus juga diutus ke dalam dunia (Yoh. 20:21). Gereja karenanya berada di bawah pemerintahan kerajaan Allah tapi juga diutus untuk hidup di dalam "kerajaan dunia." Orang Kristen diharapkan untuk kudus tetapi sekaligus relevan terhadap dunianya. Terpisah tetapi sekaligus masuk ke dalam dunianya.

Dalam situasi seperti ini, gereja karenanya tidak dapat melepaskan diri dari ketegangan-ketegangan. Di satu segi ia harus dapat memberikar aoa vang kaisar punya, di- segi -lainnya, ia jcga herus memberikan apa yang Allah punya (Mt. 20: 21). Untuk dapat menghasilkan keputusan yang bijaksana pada masa kini, berguna sekali kalau kita dapat melihat kembali beberapa pergumulan dan pengalaman gereja masa lalu.

 GEREJA MULA-MULA

Kisah para rasul menceritakan bahwa persekutuan orang percaya setelah kenaikan Yesus ke sorga, dimulai dalam kelompok doa di Yerusalem yang mengalami pencurahan Roh Kudus, dan melalui kotbah Petrus, 3000 orang bertobat. Kemudian gereja berkembang terus. Pada masa rasul telah ada kelompok orang percaya di Siria, Asia Kecil, Yunani dan Italia. Menurut tradisi, rasul Tomas bahkan sampai ke India.

Sungguhpun demikian, di dalam kekaisaran Romawi yang sangat luas itu, persekutuan baru itu masih sangat kecil di tengah-tengah lautan manusia dengan keyakinan lain.

Orang percaya punya perbedaan khusus dengan yang tidak percaya. Mereka tidak menyembah yang lain kecuali Allah di dalam Yesus Kristus. Mereka karenanya juga tidak memberikan persembahan kepada dewa lain, menqakibatkan kerugian pembuat patung mengakibatkan disekwilibrium di dalam tatanan masyarakat waktu itu (Kis 19:23-40). Mereka juga menjauhkan diri pula dari perbuatan yang korup dan melacur dalam masyarakat.

Ketidak sediaan mereka untuk "mendewakan" penguasa Romawi tertentu mengakibatkan konflik selanjutnya. Pengakuan gereja bahwa Yesus adalah Penguasa tertinggi (Tuhan), menyatakan bahwa kekuatan masyarakat dan kekuasaan para penguasa dunia ada batasnya. Pengakuan itu juga menyatakan kepada pemimpin masyarakat dan pejabatpejabat pemerintahan bahwa Yesus yang Tuhan itu memiliki kuasa diatas kuasa manapun dan bahwa segala keputusan dan tindakan mereka bertanggung jawab kepada Tuhan yang mengaruniakan kuasa dan wibawa itu kepada mereka.

Keengganan gereja untuk mengikuti dunia dan menyerahkan tempat Kristus kepada para penguasanya, tidak berarti dengan itu bahwa anggota-anggota gereja berontak terhadap hukum-hukum negara. Gereja malah mendoakan raja-raja dan para pembesar (1 Tim. 2:2, 3). Dengan kesadaran perlunya pengaturan agar keadilan dan kebenaran dapat dijalankan, anggota-anggota gereja diperintahkan untuk menundukkan diri kepada negara karena Tuhan (Roma 13:1-5). Gereja percaya bahwa pemerintah adalah lembaga dari Tuhan untuk menghukum kejahatan dan melindungi kebaikan (Roma 13:5).

Konflik dengan interest yang berkuasa sering mengakibatkan gereja dianiaya. Banyak anggota gereja mati sahid, tapi darah para penyaksi setia itu justru merupakan benih lebih lanjut bagi pertumbuhan gereja. Memang, kehidupan kelompok minoritas di tengah mayoritas tidak percaya tidaklah mudah. Sungguh berat hidup melawan arus umum dari masyarakat luas. Dapat disalah mengerti, dibenci dan dapat dikambinghitamkan untuk segala macam kejadian dalam masyarakat.

 GEREJA SESUDAH MASA KONSTANTIN AGUNG

Sesudah Konstantin Agung merebut tahta Roma (312 Masehi), keadaan gerejapun berubahlah. Mulai dengan pengakuan negara terhadap gereja sampai kepada gereja negara. Agama Kristen menjadi agama negara. Rakyat banyak masuk agama Kristen, sedangkan Kaisar adalah kepala gereja. Kemudian dengan pengembangan kePausan, Pauslah kepala gereja. Gereja menjadi kaya dan kuat secara duniawi tapi bersamaan dengan itu dunia juga masuk ke dalam gereja.

Kuasa rohani gerejapun menjadi lemah. Tradisi gereja lebih berkuasa dari Firman Raja gereja itu sendiri. Kuasa dan pemerintahan Kristus dalam segala bidang kehidupan melalui Firman dan RohNya, ditafsirkan sebagai pemerintahan gereja melalui pemimpin-pemimpinnya.

 GEREJA REFORMASI

Gereja Reformasi melepaskan gereja dari pemerintahan tradisi gereja, mengembalikan gereja kepada kuasa Firman saja, keselamatan hanya karena anugerah.

Luther mengajarkan gereja reformasi untuk meninggalkan pedang duniawi, bahwa gereja harus menundukkan diri pada kekuasaan Firman Tuhan sebagai satu-satunya otoritas rohani.

Calvin membukakan penglihatan gereja akan pentingnya pengakuan kedaulatan Tuhan dalam segala lapangan hidup. Dalam bukunya, Iman Kristen dan Politik, O. Notohamidjojo menulis,

Calvinisme mengajarkan, bahwa juga penguasa wajib menundukkan diri kepada Tuhan dan bahwa penguasa itu terikat kepada Firman dan Hukumnya. Dengan demikian Calvinisme menolak segala kemahakuasaan negara dan pen-dewa-dewaan raja.

Lain daripada itu Calvinisme mengakui, bahwa penguasa itu suatu lembaga Tuhan, yang di samping gereja mempunyai kewajiban sendiri.

Menurut faham Calvin, gereja dan negara itu masing-masing mempunyai tempat dan panggilan dalam dunia. Keduanya wajib saling menghormati kewajiban dan batas masing-masing. Negara tidak tunduk kepada gereja; gereja tidak tunduk kepada negara. Negara dan gereja ke-dua-duanya tunduk kepada Tuhan dan kedua-duanya sederajat. Selanjutnya Calvin mengakui hak-hak penguasa bawahan. Ia menolak segala macam diktator, dan menuntut, supaya penguasa atasan mengakui hak-hak penguasa bawahan, dan supaya penguasa atasan dan bawahan itu saling mengawasi.

Lagi pula ia menuntut pengaruh rakyat yang sehat terhadap pemerintahan. Rakyat harus mengingatkan penguasa akan kewajibannya. Dipimpin oleh Firman Tuhan, rakyat wajib mengajak penguasa supaya patuh kepada Firman itu dan untuk menjamin hak-hak dan kebebasan asasi rakyat. Di Indonesia ini kehidupan politik dalam beberapa hal bercirikan Calvinisme (1972: 22).

 BERITA UNTUK KITA SEKARANG

Gereja bukan dari dunia, tapi hidup di dalam dunia. Orang-orang percaya adalah warga Kerajaan Allah yang sedang menanti kepenuhanNya pada masa Raja itu datang kembali, tetapi juga mereka itu warga dari negara dalam dunia ini.

Dalam dunia yang kompleks dan saling bergantung ini, orang-orang percaya di Indonesia makin tidak dapat memisahkan diri dari kehidupan ekonomi, sosial dan politik yang juga menyangkut kehidupan para warga gereja.

Para warga gereja dipanggil untuk terlibat, berpartisipasi di dalam pembangunan bangsa dan dengan itu menjadi garam dan terang Tuhan. Pemasyhuran kabar baik tidak dapat terpisah dari kesaksian pribadi dan kesaksian bersama dart beban dan kasih orang-orang Kristen kepada seluruh bangsa.

Bukan dari dunia, tapi hidup di dalam dunia tentunya akan terus mengakibatkan ketegangan-ketegangan, baik gereja minoritas ataupun gereja yang sepertinya mempunyai kuasa dunia dan mempunyai banyak anggota. Dikatakan dalam 2 Tim. 3:12 bahwa setiap orang yang mau hidup beribadah dalam Kristus Yesus akan menderita aniaya. Dan ayat ini berada dalam konteks pembicaraan rasul Paulus tentang keadaan manusia pada akhir jaman.

Keadaan lemah dan tantangan berat tidak harus ada sesuatu yang salah. Malah seringkali kondisi ini melahirkan ide-ide yang besar dan orang-orang yang matang. Ini juga konditi para rasul yang diutus Tuhan Yesus dalam memasyhurkan Injil (Mat. 10:16). Ini juga pengalaman rasul yang paling banyak suratnya dikumpulkan dalam perjanjian baru. Dalam pergumulannya yang berat, rasul ini melihat suatu rahasia besar. Dalam 2 Kor. 12:9,10, Ia menulis jawab Tuhan atas pergumulannya sebagai berikut,

Tetapi jawab Tuhan kepadaku: "Cukuplah kasih karuniaKu bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasaKu menjadi sempurna." Sebab itu terlebih suka aku bermegah atas kelemahanku, supaya kuasa Kristus turun menaungi aku. Karena itu aku senang dan rela di dalam kelemahan, di dalam siksaan, di dalam kesukaran, di dalam penganiayaan dan kesesakan oleh karena Kristus. Sebab jika aku lemah, maka aku kuat.

Kalau begitu, bagi persekutuan orang percaya yang ingin lebih dari segalanya supaya Yesus nyata dalam kehidupan di dunia ini, tidaklah ada sesuatu yang lebih tepat daripada hidup di dalam dunia tetapi bukan dari dunia. Untuk hidup dalam kehadiran Allah, Dia sebagai Raja, tapi di segi lain tidak memisahkan diri dari dunia ini, supaya terus dapat menjadi alat Allah dalam misiNya yang sempurna itu.

 RUANG POLA HIDUP KRISTEN

Dalam penerbitan Jurnal Pelita Zaman ke-2 yang bertemakan Etika injili ini, maka redaksi menampilkan sebuah ruang khusus yaitu Pola Hidup Kristen. Ruang ini kami isi dengan wawancara dengan 4 orang tokoh masyarakat yang mempunyai kesaksian hidup dan pelayanan yang baik dimana ke 4 nya berasal dari profesi yang berbeda yaitu: seorang pegawai negeri, seorang dokter, seorang olah ragawan, dan seorang pedagang. Tujuan ruang khusus ini adalah untuk mendorong setiap orang Kristen bisa menjadi garam dan terang di dalam bidangnya masing-masing, dan hidup berpegang pada prinsip Firman Tuhan. Dari wawancara dengan ke 4 orang tersebut juga membuktikan bahwa kalau kita berdiri di atas kebenaran, sekalipun sulit dan seolah-olah menentang arus tetapi kenyataan justru sebaliknya karena Tuhan akan menyertai dan memberikan jalan keluar yang baik bagi orang benar. Wawancara dilakukan di Jakarta dan Surabaya, pada beberapa kesempatan yang berbeda oleh beberapa anggota Pelita Zaman secara terpisah.

Bapak Benyamin Drajat adalah salah seorang pimpinan Bank pemerintah di Jakarta. Wawancara dilangsungkan pada akhir tahun 1986 di rumahnya (Muara Karang) oelh saudara Rickseir Widjaja.

Dr. Singgih Wijaya adalah Dosen Unair, memperdalam Medical Genetics Wawancara dilangsungkan pada bulan Maret 1987 di rumahnya (Dharmahusada Indah Surabaya) oleh Ir. Andi Halim.

Rudy Hartono adalah seorang olah ragawan yang sudah tidak asing lagi bagi masyarakat Indonesia, 8 kali menjuarai All England. Wawancara dilangsungkan pada bulan Pebruari 1987 di Pelatnas Senayan oleh Ev. Gideon Ang dan Ev. Daniel Lucas.

Bapak. Leo Sutanto adalah seorang pedagang yang bergerak dalam bidang Aerometik, ketua Yayasan Pelayanan Bagi Yesus. Wawancara dilangsungkan pada awal April 1987 di rumahnya. (Ngagel Jaya Barat Surabaya) oleh Ev. Henry Efferin.

Selanjutnya Redaksi Pelita Zaman disingkat PZ, Bapak Benyamin Drajat BD, dr. Singgih Wijaya SW, Rudy Hartono RH, Bapak Leo Sutanto LS.

Pertanyaan 1

PZ: Bagaimanakah perubahan hidup bapak sesudah menjadi Kristen, atau lebih khusus lagi sesudah kelahiran baru?

Jawab:

BD: Saya sebenarnya termasuk orang yang selalu terlambat, tetapi ada orang mengatakan lebih baik terlambat dari pada tidak sama sekali. (It's better to late than never). Sebenarnya saya menjadi orang Kristen sudah lama, tetapi saya masih seperti orang yang belum tahu apa-apa. Namanya orang Kristen tapi tidak mengerti Alkitab yang diberikan pada waktu pernikahan. Apalagi saya orang jawa yang mempunyai simpanan keris, saya anggap menyimpan Alkitab sama seperti saya menyimpan keris. Tetapi memang Tuhan itu sungguh ajaib, didalam kehidupan saya Dia banyak membuka jalan antara lain, Dia mengenalkan saya dengan seorang hamba Tuhan yaitu Bapak. Lukito, dimana saya mulai tertarik akan Kekristenan. Kemudian ketika saya dinas di Medan, disana saya ditarik jadi majelis, walaupun sebenarnya saya tidak tahu apa-apa. Sesudah saya pindah ke Jakarta, saya mencoba ke gereja Sion karena anak-anak tertarik kepada mimbarnya yang antik, tetapi kemudian ada seorang yang menunjukkan kepada kami sebuah gereja GKI Muara Karang. Dan ketika ada pergantian majelis, saya juga dicalonkan. Padahal saya orang baru, lalu saya bilang saya tidak bisa, tapi dikatakan jawabannya tidak boleh demikian, nanti Tuhan yang akan melengkapi. Dan disitu saya juga mulai belajar, ada pembinaan, ada para muda-muda yang juga memberikan pembinaan. Pada mulanya saya agak heran, tetapi setelah agak lama saya mulai belajar dan saya juga membaca buku rohani. Jadi bukan Alkitab saja, disitu saya mulai sungguh-sungguh digerakkan. Kadang-kadang saya membaca buku-buku tersebut sampai saya bisa mengeluarkan air mata, sehingga saya mulai mengalami suatu perubahan di dalam arti perubahan hidup yang sesungguhnya.

SW: Memang tadinya saya tidak percaya apa-apa, klentengpun saya tidak percaya. Saya hanya percaya adanya Allah yang tidak saya kenal dan atas perbuatan diri saya sendiri. Jadi hukum karma itu saya pegang, apa yang kita tabur kita tuai. Kalau saya tidak berbuat dosa, saya juga tidak usah takut karena saya tidak pernah ke tempat-tempat yang tidak-tidak. Saya bekerja sebagai seorang dokter dengan jujur. Tapi sebetulnya mengapa saya demikian, karena tidak ada orang yang memberitahu bahwa kita semua sudah berdosa dihadapan Allah dan hanya karya Kristus di atas kayu salib yang dapat menghapus dosa manusia. Kita menerima pengampunan dosa dan keselamatan hanya semata-mata anugerah, bukan oleh karena perbuatan baik kita. Dan itulah sebagai satu titik tolak yang sekarang saya gunakan untuk menyadarkan orang yang belum percaya pada Tuhan Yesus. Memang ada suatu peristiwa juga yang membuat saya lebih merenungkan hubungan saya dengan Tuhan. Tuhan memanggil istri saya lebih dahulu (tahun 1978) dalam kelahiran baru. Melalui dia saya mendengar Firman Tuhan. Dan disitulah saya mulai memikirkan sungguh-sungguh. Yang saya sesali adalah penjelasan dari orang-orang, mungkin guru-guru di sekolah juga kadang-kadang kurang jelas bahwa kalau kita tidak menerima Tuhan Yesus kita tidak diselamatkan. Jadi kita perlu diberi penjelasan tentang arti keselamatan yang sebenarnya. Dan sekarang saya memang mempunyai suatu keyakinan bahwa kalau kita percaya pada Yesus Kristus, kita mendapat suatu janji kelak dimana kita dapat hidup kekal. Terutama dalam hidup ini bahwa Allah manunggal dengan kita melalui Roh KudusNya. Ia berkarya melalui kita. Perubahan yang saya alami, kalau dulu saya mengandalkan kekuatan sendiri, sekarang saya tahu ada kekuatan Ilahi yang memimpin hidup kita. Hingga ke kuatiran akan hari depan hilang dalam beriman pada Tuhan Yesus Kristus. Damai sejahteraNya saya alami.

Sebelumnya memang saya tidak mengetahui, saya kira Kristen itu suatu agama atau ajaran bahwa kita harus hidup lebih baik dengan cara-cara ajaran itu sendiri. Tetapi sesudah kita mengetahui arti yang sebenarnya, maka itu merupakan suatu hadiah atau anugerah yang tidak semua orang mendapatkan dan itu merupakan suatu berkat yang lebih baik dari pada apa saja yang kita peroleh selama kita hidup. Perubahan yang saya rasakan adalah suatu kegembiraan yang luar biasa, karena tidak semua orang bisa memperoleh anugerah. Jadi pada waktu itulah saya baru mengetahui apa arti dari pada manusia seutuhnya, dimana kita diberikan anugerah untuk bisa berkomunikasi dengan Tuhan. Juga sebagai manusia kita mengharapkan suatu jaminan untuk masa yang akan datang. Jadi jangkauan yang terlalu singkat ini merupakan suatu beban dalam kehidupan sebagai manusia yang hidup di dunia ini. Nah di dalam dunia saya, di dalam olah ragawan atau bisnis dan sebagainya itu agak berbeda, tetapi intinya sama yaitu, kita membutuhkan suatu jaminan. Apakah kita bisa berhasil, nah dari situlah timbul kekuatiran. Sesudah menyadari bahwa hidup tidak sesingkat itu dan Tuhan memberikan suatu kekekalan jaminan yang pasti bagi kita. Maka saya juga percaya bahwa Tuhan bisa memakai manusia melalui kemampuannya untuk menjadi berkat bagi orang banyak maupun bagi pengikut Tuhan.

LS: Kami dilahirkan dari keluarga setengah Kristen, papa belum Kristen, dan mama sudah. Sedangkan kami sendiri melalui suatu kebaktian yang dilayani oleh seorang misionaris yang bernama Stockwell B. Sears, disitu kami diyakinkan keadaan kami melalui 10 hukum. Sehingga kami mengetahui keadaan diri kami, bahwa kami adalah orang berdosa. Kemudian melalui panggilan itu kami menerima Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat yang hidup, kira-kira terjadi pada tahun 1951, dan pada tahun 1952 kami dibaptis. Tetapi sesudah itu kami tidak merasakan suatu perubahan dalam kehidupan kami. Yang kami tahu adalah bahwa kami adalah orang Kristen. Baru tahun 1967 terjadi suatu peristiwa yang besar di dalam kehidupan saya yaitu melalui suatu KKR yang dilayani Pdt. George H Sanders, Saya diyakinkan dan diterangi oleh Firman Tuhan, kemudian saya sadar apa yang Tuhan kehendaki. Dan sejak itu kami merasakan bahwa kami dilahirkan baru oleh Roh Kudus. Dan ada suatu perubahan yang total di dalam kehidupan kami. Kami mempunyai kesukaan baru, jikalau dahulu segala sesuatu yang kami kerjakan yaitu hanya bersifat untuk keuntungan diri kami sendiri. Jadi apa yang untung untuk kami, kami mau, tetapi jikalau tidak ada keuntungan ya tidak mau. Tetapi sesudah itu suatu mujizat terjadi dalam kehidupan kami yaitu kami mau bekerja sesuatu bukan untuk keuntungan diri sendiri, tetapi untuk kemuliaan Tuhan dan jiwa-jiwa yang dikasihi oleh Tuhan. Di dalam pelayanan, saya tidak mencari hal-hal yang besar, yang dapat menambahkan popularitas kami saja, sehingga kami bisa menjadi orang yang lebih berkuasa dan berpengaruh, tidak. Tetapi saya juga rela dibawa Tuhan ketempat-tempat yang paling jorok misalnya, dikalangan orang bambungan, PI di pinggir kota, bahkan mungkin harus melewati barisan WC yang berbau busuk, lebih-lebih kalau hujan. Dan juga kami tidak menerima honorarium, tetapi yang kami terima yaitu kesukaan, karena apa yang Tuhan kehendaki dapat kami genapi. Sehingga melalui pemberitaan itu banyak orang diselamatkan oleh Tuhan. Juga ada satu hal yang terjadi, yang tidak mungkin kalau kami tidak dilahirkan baru yaitu: kami rela berkorban apa saja untuk kemuliaan nama Tuhan dan jiwa-jiwa yang dikasihi oleh Tuhan. Apakah itu dana, apakah itu tenaga, dan juga mengenai persoalan hidup masyarakat di kota Surabaya, banyak orang yang datang untuk konsultasi kepada kami.

Pertanyaan 2

PZ: Menurut bapak apakah konsep, tujuan, motto hidup ini?

Jawab:

BD: Bagi saya hidup ini adalah, kita harus berusaha menyatakan Kristus di dalam setiap kehidupan kita, di dalam kehidupan pribadi, di dalam kehidupan keluarga, di dalam pekerjaan, maupun di dalam masyarakat, motto saya adalah suatu pola hidup berserah kepada Tuhan. Di dalam mengikut Tuhan ini memang kadang-kadang ada juga gelombang iman, kesusahan yang melanda, tetapi kalau kita berserah kepadaNya pasti Tuhan akan memimpin. Saya teringat suatu cerita yang saya baca, tentang seorang beriman, dikatakan bahwa seorang tersebut melalui suatu pantai berpasir yang menggambarkan perjalanan hidupnya, lalu ketika ia sedang melewati pasir tersebut, ia menoleh kebelakang. Dilihat bahwa suatu saat kelihatan 2 pasang kaki, tetapi kadang-kadang hanya 1 kaki. Dan orang tersebut kemudian mengingat-ingat bahwa ketika dalam keadaan susah hanya ada 1 pasang kaki saja. Padahal Tuhan menjanjikan bahwa Dia senantiasa menyertai kita, tetapi kenapa kenyataannya hanya 1 pasang kaki saja yaitu kaki saya sendiri. Lalu orang tersebut menuntut jawaban dari Tuhan dan Tuhan mengatakan tidak, pada waktu susah itu Aku ada. Pada saat itu Aku sedang menggendong engkau. Jadi 1 pasang kaki itu justru adalah kaki Tuhan, bukan kaki orang tersebut. Nah dari kisah tersebut saya belajar untuk berserah. Tuhan juga mengajarkan satu pengalaman dalam kehidupan saya, dimana dalam suatu pengalaman natal, saya sudah menjanjikan kepada anak-anak untuk memberikan suatu hadiah. Nah hadiah tersebut saya akan diperoleh dan saya mengandalkan seseorang yang reputasinya sangat baik dalam kehidupannya. Tetapi sesudah hari natal itu semakin dekat, ternyata orang tersebut tidak kunjung tiba dan janjinya juga tidak kunjung menjadi kenyataan, sehingga saya menjadi gelisah sekali. Saya terus berdoa dan sesudah makin dekat dengan natal itu, saya teringat satu lagu yang mengatakan bahwa "aku tahu Dia pasti buka jalan". Saya selalu menyanyikan lagu itu sampai ke kantor, dan ternyata mujizat Tuhan terjadi. Tiba-tiba ada seseorang yang sama sekali tidak saya kenal sebelumnya menghadap, dan dia memberikan sesuatu kepada saya sejumlah uang yang rupanya saya butuhkan. Saya pikir apakah dia tidak keliru, mungkin ada nama Benyamin yang lain, tetapi memang di kantor tidak ada nama Benyamin yang lain. Jadi disitu saya belajar bahwa janganlah bersandar kepada manusia, tetapi bersandar dan berharap pada Tuhan saja. Inilah yang menjadi motto hidup ini bagi saya.

SW: Usia saya lebih dari 50 tahun, dan saya tahu bahwa saya harus melayani, tetapi saya tidak bisa kotbah dan tidak ada latar belakang didikan seperti itu. Jadi saya berusaha melayani di dalam bidang kedokteran saya. Misalnya dengan memberikan kesaksian kepada mahasiswa waktu memberikan kuliah. Disitu saya masukkan beberapa ayat Alkitab dengan background Medical Genetic saya. Waktu saya di Honolulu juga saya dibimbing seorang pendeta Baptist yang sangat evangelistic yaitu Rev. Brad Barshaw. Saya diberi banyak literatur yang bisa memberikan kesaksian dan sebagainya. Disamping itu tatkala kami mengobati orang sakit, kami juga berusaha berbuat sesuatu yang terbaik bagi Tuhan. Jadi dalam bentuk kesaksian hidup, menolong dan saya juga mau aktif di dalam gerakan Kekristenan. Misalnya ada gerakan di Gunung Wilis. Di situ kami mengobati orang-orang Kristen tanpa pungutan biaya. Jadi pelayanan dan kesaksian itulah yang bisa saya berikan untuk memuliakan Tuhan.

RH: Yang jelas bahwa tujuan hidup kita setelah menyadari dan mengetahui bahwa hidup kita bukan hanya makan untuk hidup atau hidup untuk makan. Karena kita telah diberikan anugerah, maka kita juga harus melalui kemampuan kita bisa memberikan atau membalas, supaya anugerah yang telah diberikan tidak disia-siakan dengan percuma hanya untuk memikirkan diri sendiri. Tuhan jelas memberitahukan bahwa kita harus manyembah Dia dengan akal budi. Itu tujuan kita ke atas, sedangkan sesama kita yang horisontal. Alangkah baiknya apabila ke 2 motto itu bisa dipakai atau menjadi pegangan. Walaupun memang harus diakui bahwa prakteknya tidak semudah itu, karena manusia mempunyai batas kekuatan untuk melaksanakan itu dengan sempurna. Tapi sebagaimana dikatakan dalam Matius 6:33 yang berbunyi: Carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu. Ya memang kita semua manusia berkeinginan hidup lebih baik, tentram, tentu akan mencari Kerajaan Allah. Tetapi Kerajaan Allah jangan semata-mata dianggap merupakan tempat berkat, karena itu mempunyai arti yang sangat dalam sekali.

LS: Yang jelas motto hidup kami tidak seperti dulu sebelum dilahirkan baru. Dahulu kami hanya mencari uang, hidup mewah, bersenang-senang untuk diri sendiri. Tetapi sekarang motto hidup kami tidak lagi untuk diri kami sendiri, tetapi untuk Tuhan. Tuhan menjadi hal yang utama dalam hidup kami, yang kedua keluarga, dan yang ketiga adalah mencari uang. Saya menyadari bahwa manusia yang sudah mendapat anugerah dari Tuhan untuk ditempatkan di dalam dunia ini mempunyai 3 tanggung jawab

1. Kami bertanggung jawab atas pelayanan yang Tuhan percayakan.

2. Kami bertanggung jawab dan mengasihi serta mendidik keluarga yang dipercayakan Tuhan.

3. Sebagai karunia yang Tuhan berikan dalam bisnis, kami juga bertanggung jawab untuk mengembangkannya.

Selain itu juga ada perubahan di dalam pergaulan. Dahulu kami tidak ada seleksi, kami bergaul dengan siapa saja asal mendapatkan keuntungan, dan sebagai akibat pergaulan yang tanpa seleksi itu banyak mendatangkan persoalan yang rumit, yang tidak sesuai dengan kehendak Tuhan. Tetapi sekarang Tuhan mempertemukan kami dengan orang-orang yang berlainan. Itulah yang kami maksudkan dengan orang-orang pilihan yang diizinkan bertemu dengan kami. Walaupun kami juga mengalami berbagai kesulitan, tetapi tidak seperti dahulu yang begitu fatal. Di dalam bisnis kami sekarang juga tidak memakai cara-cara yang seperti dahulu, curang, main sogok, wanita, hotel, dan sebagainya. Tetapi kami dengan cara yang benar yang diperkenankan Tuhan. Nah memang banyak kesulitan juga yang timbul dalam hal ini, tetapi melaluinya bakal menambah kami bisa lebih pintar dan bijaksana untuk melaksanakan hal yang akan datang, dan membawa kemuliaan bagi nama Tuhan.

Pertanyaan 3

PZ: Orang Kristen yang mau konsekwen menerapkan Kekristenannya dalam kehidupan sehari-hari, khususnya di dalam abad komputer yang makin sekuler ini, pasti harus memikul salib. Apakah bapak setuju dengan pendapat ini? Apakah salib dalam kehidupan bapak sendiri?

Jawab:

BD: Ya, salib itu tentu ada di dalam kehidupan saya, apalagi saya selalu berusaha menyatakan Kristus di dalam kehidupan saya. Jadi pernah misalnya 1 kali saya ditawari untuk ganti mobil oleh atasan saya, tetapi saya merasa cukup puas dengan mobil yang saya pakai sekarang. Dan saya pikir mungkin itu merupakan satu cobaan dalam kehidupan saya. Di dalam menginjili, saya juga ada kesulitan, tetapi saya selalu berdoa supaya Tuhanlah yang mengunjungi dan mendahului orang yang akan saya PI tersebut. Nah, namun di atas semua itu secara keseluruhan saya melihat bahwa Tuhan selalu campur tangan di dalam kehidupan saya. Terutama misalnya di dalam jabatan saya ini. Kalau saya perhitungkan masa kerja saya dengan kenaikan saya, lebih cepat dari semestinya. Padahal saya tidak terlalu menginginkan hal itu. Saya berpikir bahwa yang penting saya bisa bekerja baik dan bersyukur. Jadi seringkali Tuhan memberi, tapi kita belum sadar, seperti dalam lagu Hitung berkat satu-satulah nanti engkau akan melihat hasilnya.

SW: Sebagai dosen seringkali saya menerima tantangan dari mereka yang belum menerima Kristus. Tetapi saya anggap itu tidak merupakan apa-apa, dan saya terus saja menyaksikan Tuhan Yesus yang memang seharusnya. Saya kira mereka tidak bisa menyalibkan kita. Jadi saya anggap hal itu adalah ringan. Saya bisa bertahan untuk menghadapi semua itu. Dan saya tidak terlalu menderita kalau memang itu perlu bagi Tuhan. Saya berusaha hidup menurut kehendak Tuhan yaitu sesuai Firman Tuhan di dalam zaman yang makin sekuler ini. Mempertahankan kesucian tidak berat bagi saya oleh karena background saya.

RH: Jelas kita sebagai manusia yang sudah menerima Tuhan sebagai Juruselamat di dalam kehidupan kita sehari-hari. Tuhan mengatakan, kita harus memikul salib. Setiap orang harus berjuang di dalam kehidupannya. Apalagi kalau kita mau mencoba menerapkan konsep sesuai dengan Firman Tuhan yang paling tepat. Karena di dunia ini tidak ada yang pro semua, pasti ada kontranya. Jelas yang pro itu adalah positif dan kontranya tentu gangguan-gangguan yang tidak sesuai dengan dunia. Memang berat, sebab kata sempurna itu tidak mungkin bisa dicapai kalau kita tidak benar-benar berpegang pada Firman Tuhan. Dan kita mungkin bisa dihingungkan, kalau kita mengikuti aliran-aliran dalam Kekristenan itu sendiri yang begitu banyak. Tetapi semua itu bagi saya adalah hal yang wajar, sebab hidup di dunia ini kita percaya kalau yang positif itu dari Tuhan dan yang negatif itu dari diri kita sendiri. Jadi harus diterima dengan lapang. Yang penting kita harus memberikan sesuatu yang bijaksana. Jadi di dalam kesaksian misalnya teman baik saya, dia belum tentu hari ini mau bertobat, tentu saja melalui proses terlebih dahulu. Mungkin pada waktu tuanya baru menerima Tuhan, mungkin waktu dia hampir meninggal dunia. Jadi itu merupakan kekecewaan pasti ada, kenapa tidak sekarang. Tapi sekali lagi kita perlu membutuhkan suatu kebijaksanaan untuk menerima semua itu.

Yang pertama, salib bagi dunia itu adalah dianggap suatu kebodohan. Misalnya peristiwa yang dialami Tuhan Yesus, itu dianggap kebodohan oleh dunia. Dan orang yang percaya dengan peristiwa itu dianggap bodoh. Dahulu saya juga menganggap itu semua sebagai mitos. Tetapi sesudah saya dilahirkan baru, saya tahu bahwa salib itu adalah kebenaran Allah. Dan melalui salib Kristus kita dibenarkan dan dihapuskan segala dosa-dosa kami. Itulah dasar pola hidup kami sesuai dengan kebenaran Allah. Dan itu merupakan salib kalau kita mau melakukannya. Jadi kalau kita mau melaksanakan kebenaran itu, kita mungkin akan mengalami penderitaan. Tetapi itu tidak sia-sia, karena itu benar dan bahkan salib menjadi dasar kekuatan dan keberanian bagi kami untuk menyatakan kebenaran. Misalnya dalam pergaulan, khususnya di dalam bidang perdagangan. Seperti yang kami katakan tadi, orang-orang bisa memakai sogok, tetapi kami tidak. Mereka memakai jalan yang lebar, sedangkan kami memakai jalan yang sempit. Justru di dalam kesempitan itu menambah pengalaman, kekuatan dan keberanian kami yang akhirnya mendatangkan suatu kebahagiaan. Tidak saja bagi kami, tetapi juga bagi orang lain, karena pernyataan salib di dalam kehidupan kami. Jalan yang lebar memang suatu alternatif, tetapi mungkin karena mereka tidak tahu dibelakang kesempitan itu ada apa. Ya, kebiasaan masyarakat sekarang yang penting pokoknya nikmati dulu, untung dulu, urusan belakang. Itu jalan lebar, enak saja masuk. Tetapi jalan sempit merupakan salib, harus menderita, berkorban, tetapi akhirnya kita bisa menikmati dan mendapatkan kelegaan dari hal ini. Walaupun terkadang tidak sukses, namun kami senantiasa bersuka cita karena mendapatkan pengalaman yang lebih banyak dan mempunyai suatu pengharapan untuk diterapkan dikesempatan yang akan datang.

Pertanyaan 4

PZ: Kita dituntut menjadi garam dan terang di dunia. Bagaimana bapak menerapkan Firman Tuhan itu? misalnya usaha-usaha atau cara-cara apakah yang bapak lakukan untuk bersaksi atau memenangkan jiwa dalam profesi bapak?

Jawab:

BD: Tuhan tidak pernah mengatakan bahwa Dia akan memanggulkan salib kita, melainkan Dia berkata kuk yang dipasangkan kepada kita itu adalah enak (Matius 11:28-29). Nah saya selalu berusaha belajar bertumbuh dan mencoba menyatakan suatu kesaksian hidup di dalam pertumbuhan saya, sehingga dapat dilihat, dirasakan oleh keluarga, istri maupun dilingkungan pekerjaan. Nah untuk menjadi saksi Kristus di dalam lingkungan pekerjaan, saya mengadakan persekutuan di dalam kantor. Tantangannya terlalu berat, tetapi saya mempunyai keyakinan sebagaimana janji Tuhan, kalau pintu terbuka, tidak akan ada suatu kekuatan lain yang dapat menutup. Dengan keyakinan teguh ini saya tetap berjalan. Saya tidak merasa rugi kalau toh menghadapi tantangan di dalam menjadi pengikut Kristus yang konsekwen. Juga proses izin tersebut saya berdoa sungguh-sungguh minta kepada atasan saya untuk mengadakan persekutuan. Saya kuatir pada mulanya, tetapi ternyata tidak apa-apa bahkan beliau dengan senang hati mengizinkan persekutuan itu. Saya pernah dipanggil oleh atasan saya tentang pekerjaan sampai +/- 2 jam, bahkan di dalam waktu tersebut saya mempunyai kesempatan untuk menyaksikan iman saya kepada dia. Ya, inilah yang dapat saya saksikan.

SW: Kalau dalam kedokteran semua itu saya alihkan atau saya pusatkan ke Medical Genetic sebagai senjata. Saya tarik kesitu dan mulia ada kolega yang mendengarkan keajaiban Tuhan. Saya percaya walaupun dalam pengetahuan yang modern, injil tetap berlaku. Disitulah letak kekuatannya. Banyak sekali relevansi antara injil dan Medical Genetic, yang tadinya orang tidak tahu tentang kromosom, misalnya di dalam Yeremia pasal I dikatakan bahwa kamu sudah dikenal sebelum di dalam kandungan ibu. Menurut kedokteran, sebelum dalam kandungan Ibu berarti di dalam sperma dan ovum, yang di dalam setiapnya terdiri dari inti. Kemudian kromosom yang membawa sifat-sifat manusia itu ada di dalam inti-inti tersebut. Jadi sudah di kenal di dalam sperma dan ovum. Kami mempunyai pemikiran, kalau begitu ovum dan sperma mana yang bertemu itu susah untuk diprogram di dalam komputer. Tidak mungkin, tapi Tuhan tahu bahwa ovum ini akan bertemu dengan sperma itu. Dan kalau sudah bertemu, kita analisa, maka kita tahu bahwa arang itu akan jadi apa, perempuan atau laki, cacat atau tidak; Jadi itu cocok dengan Firman Tuhan, sudah dikenal sebelum di dalam kandungan ibu. Memang dahulu saya agak ragu-ragu belajar Medical Genetic, karena saya kuatir melalui diagnose kami bagaimana kalau sampai ada pengguguran. Karena di dalam bidang kami, kami bisa misalnya ada seorang Ibu yang sedang hamil muda, kami ambil cairan ketubannya dan kami ketahui apakah anak itu nanti akan menderita mental retardatior misalnya. Dan kalau kami utarakan pada orang tuanya, lalu kalau dia sampai mengadakan aborsi bagaimana? Apakah kami berdosa? Tetapi melalui doa Tuhan jawab, kami justru diyakinkan bahwa kami perlu belajar ini. Kalau tidak, kalau itu sampai jatuh ke tangan orang yang tidak takut akan Tuhan bagaimana. Dan justru itulah, makin kami belajar Medical Genetic ini, Tuhan memberikan saya akal budi, dan juga hikmat. Sehingga justru banyak mendukung kesaksian kami. Misalnya saja tentang teori Darwin, saya berani katakan bahwa tidak mungkin manusia itu bila berasal dari kera. Banyak relevansi antara ilmu genetic dan ayat-ayat Firman Tuhan.

RH: Profesi saya yang paling dikenal yaitu bahwa saya adalah bekas olah ragawan yang beberapa kali telah berhasil dalam kejuaraan-kejuaraan. Mempunyai nama dalam bidang bulu tangkis. Jelas semua keberhasilan ini adalah karena berkat. Jadi saya mempunyai kesempatan bersaksi kepada teman-teman sendiri tentang kebesaran Tuhan yang harus kita pegang di dalam kehidupan kita, juga kalau saya diundang dalam kebaktian atau kebangunan rohani. Namun semua itu tidak semulus dan segampang apa yang kita pikirkan dan harapkan untuk dapat menarik jiwa-jiwa. Yang paling penting di dalam kehidupan saya. saya memberikan apa yang saya mampu. Mungkin sekarang hanya sampai disini, tetapi kalau saya lebih berani lagi untuk mengikuti petunjuk Tuhan, itu lebih baik. Di dalam Thomas Cup beberapa tahun yang lalu, saya juga bersaksi. Jadi yang jelas kita perlu minta pimpinan Tuhan dalam profesi kami. Memang banyak tantangan, tetapi kita perlu cerdik dan bijaksana untuk bisa memenangkan jiwa-jiwa dari para olah ragawan itu.

LS: Yesus berkata bahwa Aku ini adalah terang dunia, barang siapa yang mengikut Aku, ia tidak akan berjalan di jalan yang gelap. Nah, sesudah peristiwa yang kami alami pada tahun 1967 yaitu kelahiran baru, pada mulanya saya mempunyai kerinduan untuk menjadi hamba Tuhan. Sesudah saya bergumul sekitar 2 tahun, Tuhan mempunyai kehendak yang lain dan kami ditempatkan bekerja di dalam sebuah kantor perusahaan asing. Disitu saya tahu tujuan yang Tuhan mau di dalam kehidupan saya untuk menjadi terang, menjadi teladan dan kami berusaha menginjili rekan-rekan sekantor. Memang sulit, sebab umumnya di dalam perdagangan yang berliku-liku, cara yang kotor, dan kami tidak bisa melakukan hal itu karena prinsip itu tidak sama. Dasar mereka dan dasar kami sangat berbeda. Nah, tetapi kami mempunyai cara lain lagi yaitu kami senantiasa berdoa dan menyatakan kwalitas kerja kami lebih dari pada mereka. Jikalau kami dikenal sebagai orang Kristen, suka melayani, tetapi di dalam kantor kami tidak mempunyai kwalitas, misalnya datang tidak tepat, di dalam mencari order tidak ada prestasi yang baik, bagaimana bisa menjadi terang. Roh Kudus selalu memimpin kami untuk berdoa sebelum mengerjakan segala sesuatu. Dan ternyata Tuhan mendengar, memimpin, sehingga kami bisa mendapat prestasi yang besar. Misalnya suatu kali ketika perusahaan kami sedang resesi, justru di dalam departemen saya mendapat keuntungan yang besar, sehingga bisa menutup ongkos perusahaan yang lain. Nah, melalui hal ini mereka melihat prestasi kami dan lama-lama kami bisa menjadi pembimbing disitu. Kami terapkan kursus pembimbingan yang kami dapat bilamana mereka mengalami problema, baik dalam rumah tangga, bisnis, mereka datang kepada kami. Dan di dalam hal ini kami tidak malu-malu menyatakan Kristus, You must be born again. Akhirnya Tuhan memberkati pelayanan kami, sehingga satu persatu mereka dimenangkan. Sekarang sudah ada yang aktif di dalam gereja. Kesimpulan kami yaitu tidak kompromi dengan dunia gelap.

Pertanyaan 5

PZ: Bagaimana cara bapak menerapkan pendidikan Kristen dalam keluarga?

Jawab:

BD: Ya, kami selalu berusaha mengajar dan meyakinkan kepada anak-anak kami, bahwa pemeliharaan Tuhan itu baik. Di dalam segala sesuatu kita harus mendahulukan Tuhan. Misalnya saja kami disini membiasakan anak-anak, apapun yang dihadapi, misalnya besok ada ulangan banyak dan sebagainya. Tetapi mereka tetap harus membiasakan diri dengan membaca Firman. Pada mulanya mereka memang protes, besok ada ulangan bagaimana, tetapi justru dari hal itu mereka juga belajar membagi waktu dan melihat pertolongan Tuhan. Nah, di dalam membaca Firman pada mulanya mereka membaca sesuai dengan kemampuan mereka. Hari pertama misalnya mereka membaca, lalu pada hari kedua saya ingin tahu apakah yang dipelajari itu dapat dimengerti, apakah mereka sudah membaca dengan betul. Nah dengan demikian saya juga mau tidak mau harus membaca terlebih dahulu, kalau tidak anak-anak tanya kepada kami bagaimana. Saya juga minta kepada istri saya untuk membaca. Suatu sore saya pergi dan saya bilang, tolong anak-anak nanti cerita sama kamu. Sadar atau tidak sadar, saya juga mendorong istri saya untuk membaca. Akhirnya istri saya juga membaca, sehingga keluarga kami menjadi keluarga yang membaca Alkitab. Dengan suatu pemikiran dan keyakinan bahwa Alkitab adalah Firman Allah.

SW: Terus terang untuk mempunyai suatu waktu bersama dengan keluarga memang agak sulit. Misalnya dalam suatu persekutuan yang formal, tetapi saya selalu mendorong mereka untuk membaca dan merenungkan Firman Tuhan dengan ibunya. Dan kami ajak bersekutu ke gereja bersama. Kalau terlebih dari itu memang saat ini saya belum mampu, karena saya sangat minim di dalam pengetahuan theologia. Istri saya selalu berkumpul dengan anak-anak dalam persekutuan keluarga dan berdoa dengan mereka. Puji Tuhan, anak-anak kami 3 puteri dan 2 putera sudah mengenal Tuhan Yesus Kristus secara pribadi dan punya pengalaman-pengalaman yang indah, dimana Tuhan memimpin mereka secara konkrit dan ajaib.

RH: Keluarga saya, istri saya sendiri telah memberikan sedikit kegiatannya untuk bekerja diladang Tuhan. Tetapi sedikit dalam arti masih kurang sebab di dalam kehidupan berkeluarga kita harus mendidik, memberitakan Firman, menceritakan tentang Tuhan. Bagaimana kita mengisi, mendidik anak-anak dengan Firman Tuhan, karena itu adalah kewajiban yang dibutuhkan anak-anak. Saya yakin memberikan Firman Tuhan kepada anak adalah salah satu yang terbaik buat mereka. Setiap hari meluangkan waktu untuk menceritakan tentang Tuhan, supaya dasar iman mereka itu jelas. Dan sebagai keluarga Kristen tentunya kita beribadah ke gereja, lalu mereka dibaptiskan dan sabagainya. Melalui proses semua ini kami mengharap supaya anak-anak menjadi anak Tuhan dan menerima Tuhan Yesus sebagai Juruselamat pribadi sebab keberhasilan tidak diukur dari sekarang, tetapi bagaimana anak-anak kami menjadi anak-anak Tuhan yang setia.

LS: Pendidikan kami terhadap keluarga yang pertama, kami sebagai kepala keluarga bertanggung jawab menanamkan kebenaran Firman Tuhan di dalam keluarga. Misalnya istri dan anak-anak, juga sering ikut tatkala kami kotbah di gereja. Nah, hal ini menjadi tantangan bagi kami, karena tidak saja berkotbah di atas mimbar dengan kata-kata yang muluk-muluk, tetapi akhirnya sampai di rumah sama sekali tidak sesuai, maka disinilah pekerjaan Roh Kudus senantiasa mengingatkan dengan apa yang sudah kami kotbahkan. Sebelum kami berkotbah, kami pelajari terlebih dahulu. Apakah itu cocok dengan kami, apakah kami sudah sampai disitu dan mengalami. Dan melalui apa yang kami terapkan itu, keluarga kami melihat. Yang mereka lihat yang pertama kami tidak ada kompromi dengan dunia. Dalam hal ini mereka juga melihat kesungguhan kami untuk berdiri teguh atas kebenaran Firman Tuhan. Misalnya di rumah ada penawaran untuk nggantol listrik, saya tidak terima itu. Jadi prinsip ini menjadi dasar di dalam kehidupan kami, dan mereka bisa melihat suatu kenyataan yang jelas. Yang kedua mereka juga merasakan perubahan di dalam hidup kami, yang tadinya kami seperti Hitler, suara yang begitu keras, kala yang tajam, sikap yang berkuasa di rumah. Tetapi sesudah kami bertobat; mereka melihat perubahan yaitu suaru kelemah-lembutan dan kasih yang dalam terhadap mereka. Sehingga kami seisi rumah merasa berbahagia karena Tuhan beserta dan memimpin kami menjadi saksi bagi masyarakat dimana kami berada. Di rumah kami selalu ada persekutuan family altar. Memang kadang-kadang secara formal agak susah, tetapi kami gunakan biasanya pada waktu makan. Kita berdoa bersama, sharing, membagikan pengalaman masing-masing dan memecahkan suatu masalah bersama-sama. Walaupun kami sebagai ayah, kami juga bisa menjadi teman yang baik terhadap mereka, sehingga tidak ada gap. Kami bebas untuk sharing dan juga kalau ada kesulitan dalam bisnis, minta dukungan mereka dalam doa dan mereka dengan senang hati berdoa bersama-sama. Juga masalah-masalah tentang doktrin theologia, dahulu kami ada kesulitan juga, bagaimana mempunyai suatu keyakinan doktrin yang sama. Tetapi puji Tuhan, melalui perpustakaan yang ada di rumah, melalui koleksi bacaan buku yang kami baca, dan juga yang mereka baca, maka kami dipersatukan juga di dalam doktrin theologia maupun pelayanan.

Pertanyaan 6

Sebagai orang sibuk, adalah bapak masih meluangkan waktu untuk pelayanan dan penuntutan kerohanian secara pribadi? Bagaimana bapak mengaturnya?

Jawab:

BD: Ya, saya mempunyai satu konsep pelayanan sendiri. Saya mengartikan bahwa kalau orang mengatakan mau mengadakan penginjilan harus pergi kepedalaman Irian, Kalimantan, dan sebagainya. Tetapi saya tidak sependapat, sebab ladang itu ada dimana-mana. Misalnya mengunjungi jemaat atau seperti di kantor ada pegawai staf saya yang sering kali konsultasi dengan saya, bahkan saudara-saudara lain juga berkonsultasi. Tuhan sendiri yang sudah mengatur semuanya. Tidak ada alasan tidak ada ladang. Jadi ladang bagi saya itu berjalan secara wajar di dalam kehidupan saya sehari-hari.

SW: Saya selalu, berbicara tentang Tuhan, dimana ada kemungkinan, misalnya di fakultas dimana saya mengajar. Disamping itu saya juga ada aktivitas di persekutuan Berea. Tentang penuntutan kerohanian pribadi, saya selalu berusaha disiplin di dalam membaca Firman Tuhan setiap pagi hari, renungan harian, saat teduh, berdoa dan sebagaimana sudah saya jelaskan di atas. Saya selalu mencoba mencocokkan atau menyesuaikan, mencari dasar-dasar ilmu yang saya pelajari dengan apa yang terdapat di dalam Firman Tuhan. Saya berusaha koleksi sebanyak mungkin kebenaran yang saya bisa pakai untuk kesaksian.

RH: Di dalam kesibukan, kita harus tetap meluangkan waktu untuk Tuhan. Kalau kita sebagai manusia diberikan keberanian atau karunia untuk melayani Tuhan secara full time, saya tidak heran. Apalagi orang-orang yang berpendidikan Ir, dr, dan lain-lain kemudian menjadi hamba Tuhan. Nah saya sendiri setiap pagi membaca Firman, berdoa bersama dengan istri saya dan setiap 2 minggu sekali mengadakan persekutuan keluarga, dimana kita bisa saling membagi berkat. Tuhan memberi banyak kegiatan kepada saya tetapi terus terang saya belum berani untuk melangkah terlalu jauh.

LS: Saya kira dalam hal ini mutlak sekali bagi setiap kita untuk membagi waktu. Waktu itu adalah milik Tuhan, dan kita bertanggung jawab untuk memanfaatkan setiap waktu. Jadi tidak ada barang yang mustahil untuk dilakukan. Waktu untuk melayani Tuhan, untuk keluarga, untuk bisnis dan untuk pertumbuhan rohani. Waktu kami selalu terperinci dan terjadwal. Kalau dahulu kami bangun jam 07.00 pagi atau jam 07.30, kemudian buru-buru pergi ke kantor. Sekarang kami bangun lebih pagi, rata-rata kami pakai waktu jam 05.30 sampai jam 07.30 untuk mempelajari Firman Tuhan dan juga persiapan pelayanan kami, dan sesudah itu kami berhenti. Lalu dari jam 08.00 sampai jam 14.00, kadang-kadang sampai jam 15.00 atau jam 17.00 kami bekerja. Nah, salama 1 minggu kami khususkan ada 1 hari untuk berekreasi dengan keluarga. Dan pada hari minggu sepenuhnya kami gunakan untuk melayani Tuhan. Terkadang pada malam hari ada rapat-rapat, juga persiapan untuk pekabaran injil. Tapi yang penting kuncinya adalah membagi waktu dan bekerja secara sistimatik. Membuat jadwal teperinci, terkadang yang kami jadwalkan bisa meleset. Tetapi melalui doa, Tangan Tuhan juga memberikan kekuatan untuk kami bisa memenuhi apa yang sudah kami jadwalkan tadi.

Pertanyaan 7

PZ: Sebagai tambahan terakhir, adakah pesan yang ingin bapak sampaikan kepada orang-orang Kristen seprofesi bapak di Indonesia? Kepada gereja dan orang-orang Kristen di Indonesia dari tinjauan orang awam.

Jawab:

BD: Yang pertama bagi orang-orang yang merasa dirinya terlibat dengan suatu kesibukan, peraturan dan sebagainya. Jangan merasa bahwa Tuhan itu tidak menyediakan waktu, karena Tuhan pasti memberikan kesempatan, memberikan kabar suka cita dan keselamatan. Hanya yang menjadi masalah adalah dari orang itu sendiri. Seringkali kurang peka sebagai pimpinan, apakah pimpinan kantor, ataukah pimpinan dimana saja, kita dituntut untuk peka. Orang itu sendiri harus menggunakan waktu dengan baik. Bagi gereja, perlu untuk membuka pintu, bukan berarti memasukkan segala yang ada di luar, tetapi di dalam pengertian bahwa prinsip yang diajarkan menjadi tugas sebagai gereja. Yaitu organisasi yang pada hakekatnya adalah merupakan wadah persekutuan orang-orang yang telah ditebus harus cepat tanggap dengan situasi yang ada di luar. Sehingga di dalam membuka diri tidak serampangan. Gereja perlu mempunyai prinsip, doktrin, identitas, tetapi kita juga perlu mempunyai keberanian untuk keluar. Kenyataannya apabila gereja berbicara memang mereka ingin maju, tetapi mereka lupa bahwa kemajuan berarti ada perubahan. Di dalam perubahan dengan sendirinya memerlukan pengorbanan dan mungkin ada yang terlibat dalam pengorbanan tersebut.

SW: Sebagai dokter Kristen saya ingin sekali kalau semua rekan-rekan seprofesi saya dapat memberikan kesaksian yang baik bagi orang lain. Kita tidak memberikan contoh yang jelek atau menjadi batu sandungan. Saya juga menjadi pengurus dari ikatan dokter. Jadi kami selalu menganjurkan misalnya, supaya dokter tidak merokok di depan pasien. Kalau tidak bagaimana, hal itu bisa menjadi batu sandungan. Nah, bagi gereja supaya gereja memberikan kemungkinan lebih banyak bagi kami, orang-orang di dalam bidang profesi ini untuk lebih aktif. Jadi bukan saja ke gereja terus pulang. Beberapa waktu yang lalu ada rapat rumah sakit Kristen seluruh Indonesia di Patrajasa. Itu sebelum kami berangkat ke Amerika, yaitu pelayanan Kristen di dalam bidang medis. Waktu itu memang kami juga mengajukan usul, seolah-olah yang mendapatkan kesempatan hanya mereka atau dokter dokter yang bekerja di rumah sakit saja. Nah, kami usul biar tembok ini dibuka, kami yang di fakultas ini jangan dieksklusifkan. Memang di dalam fakultas kadang-kadang keaktifan kurang, karena hanya pengetahuan melulu. Sedangkan di rumah sakit masih bila bergerak. Nah, kalau kita bisa bergerak bersama, kami menyadari bahwa kami mempunyai potensi yang besar sekali untuk membawa orang kepada Tuhan. Jangan kita membuang waktu, namun sebaliknya, setiap kesempatan kita gunakan untuk pelayanan. Pesan saya kepada rekan-rekan seprofesi adalah: Matius 6:33 dan I Korintus 15:58.

RH: Terus terang saja tingkat kerohanian saya belum seberapa. Jadi kesan-kesan itu tidaklah bijaksana, tetapi yang jelas tiap orang menyadari, setelah diberikan keselamatan, bagaimana langkah-langkah kita selanjutnya. Tuhan berfirman, jadikanlah semua orang didunia ini muridKu. Kalau jadi murid, itu berarti harus menurut gurunya. Hal ini tidak mudah, karena kita hidup penuh dengan tantangan. Saya sendiri mempunyai kerinduan untuk membawa seseorang menjadi murid, tetapi apakah saya sudah menjadi seorang murid yang benar. Kita harus awas dengan diri sendiri, wajar kalau setiap orang saling menegur dengan etikat yang baik. Tuhan telah memberikan berkat kepada kita. Melalui itulah kita memberikan atau membalas kebaikan Tuhan. Keselamatan yang kita peroleh tidak boleh kita pakai untuk diri sendiri. Kita perlu bagikan kepada orang-orang yang terdekat dengan kita, orang tua, dan orang-orang yang belum percaya.

LS: Pesan kami kepada rekan-rekan, saudara seiman dan gereja, khususnya seperti apa yang kami lihat keadaan dunia sekarang ini sungguh parah. Manusia menderita akibat dosa, baik di Asia, Eropa, Amerika, Afrika, dimana saja. Penderitaan ini berbagai macam, contohnya mengenai perkembangan Aids yang dalam waktu 9 bulan, angka penderita sudah berlipat ganda, Betapa menderitanya mereka, saya tidak bisa membayangkan. Kemudian mengenai masalah-masalah lain, pergerakan dari agama-agama lain misalnya yang saya saksikan sendiri di Eropa. Banyak sekali negara-negara yang sudah membuka fasilitas-fasilitas untuk saudara-saudara Islam, mereka juga mengadakan solat umum di Amsterdam. Lalu juga crusade-crusade yang seperti kita adakan, yang dihadiri 2 atau 3 ribu orang. Juga ada fasilita melalui pengajaran TV yang khusus. Juga ada banyak orang-orang kulit putih sudah menganut agama Budha. Di Inggris mungkin berjumlah sekitar 500.000 orang.

Seperti anak kami yang ada di Belgia, dengan saksi mata sendiri melihat, bagaimana orang-orang kulit putih yang berpakaian seperti hwesio. Tetapi ada juga hal, dimana kami bersyukur bahwa setelah RRC membuka pintu, maka Vatikan segera memakai kesempatan dengan mengutus 7 mesionari dari (tali masuk ke Tiongkok dan mengadakan misa secara umum, yang dihadiri oleh 3.000 orang. Manusia juga menderita akibat peperangan saudara, narkotika. Banyak sekali ibu-ibu yang menjerit menangisi anak-anaknya yang masih dibawah umur sudah terlibat dalam narkotika, perzinahan, banyak hal yang tidak bisa kami ceritakan. Tapi masalahnya siapa kah yang dapat menolong mereka, apakah ahli sisiologi, filsafat, ahli jiwa, ahli hukum, ekonomi, polisi, tetapi buktinya sampai sekarang mereka tidak tertolong. Misalnya di Malaysia, hukuman terhadap narkotika sangat berat, hukuman mati. Tetapi toh jumlahnya tidak berkurang. Jadi hendaknya setiap orang di dalam profesinya masing-masing merangkul mereka, misalnya kalau ada orang Kristen di dalam bidang hukum atau di bidang lain, supaya mereka bisa tertolong dan bisa dimenangkan bagi Tuhan. Di dalam waktu yang masih ada ini dan masih dipercaya akan oleh Tuhan, mari kita gunakan untuk memuliakan Tuhan dan menolong sesama kita. Sudah bukan waktunya sekarang kita bertengkar antara denominasi atau golongan atau sekte, tetapi khususnya sesama saudara seiman, marilah kita bergandeng tangan menegakkan Injil Kristus dan bersaksi bagi kemuliaan Tuhan serta jiwa-jiwa yang dikasihi Tuhan. Karena tidak ada jalan lain, hanya jalan ini untuk melepaskan mereka dari belenggu dosa dan akibat dari penderitaan dimana dunia tidak mampu melepaskan.



TIP #02: Coba gunakan wildcards "*" atau "?" untuk hasil pencarian yang leb?h bai*. [SEMUA]
dibuat dalam 0.03 detik
dipersembahkan oleh YLSA