Resource > Jurnal Pelita Zaman >  Volume 11 No. 2 Tahun 1996 > 
COMMON GRACE: SUATU DISKUSI TEOLOGIS DI KALANGAN REFORMED 

Bagian Pertama

Rudyanto{*}

(Rudyanto adalah mahasiswa STT Bandung tingkat ketiga.)

 PENGANTAR

Konsep tentang anugerah umum (common grace) memberikan kontribusi penting dalam pemikiran Reformed. Secara positif, pertama doktrin ini merupakan alternatif jawaban atas tension antara ajaran Reformed tentang kerusakan radikal hakekat manusia yang tidak atau belum dilahirkan kembali oleh Roh Kudus (total depravity) dengan kenyataan melimpahnya prestasi-prestasi luhur dalam moralitas, sains, kesenian, dan kemasyarakatan yang dihasilkannya.1004 Kedua, doktrin ini memberikan penjelasan bagi terus berlangsungnya alam semesta dan kebaikan-kebaikan Allah di dalamnya sementara alam semesta sudah berada di bawah kutuk Allah akibat dosa manusia.1005 Dan ketiga, doktrin ini menjelaskan bahwa Allah mengasihi seluruh umat manusia, meskipun anugerah keselamatan hanya diberikanNya kepada umat pilihanNya.1006

Secara negatif, konsep ini menimbulkan kontroversi yang cukup hebat di kalangan Reformed, khususnya Reformed Belanda, baik di Amerika maupun di Negeri Belanda. Di Amerika Serikat. Herman Hoeksema dan Henry Danhoff, pendeta-pendeta Christian Reformed Church (CRC) menolak konsep anugerah umum. Menurut mereka konsep tersebut tidak alkitabiah. Pada tabun 1924, Sinode CRC of North America menolak ketidaksetujuan Hoeksema dan Danhoff, serta meneguhkan konsep anugerah umum sebagai doktrin Reformed yang ortodoks. Akibatnya, kedua pendeta itu, bersama pengikut mereka, keluar dari CRC dan mendirikan Protestant Reformed Church in America.1007

Di Negeri Belanda, sekitar 1930-1940-an, Klaas Schilder, seorang profesor dogmatika di Seminari Teologi Gereja-gereja Reformed di Negeri Belanda (Gereformeerde Kerken in Nederland) mengkritik konsep anugerah umum yang dipertahankan Abraham Kuyper. Penolakan profesor Schilder memunculkan diskusi dan perdebatan yang luas. Hal ini menyebabkan Sinode Umum Gereforineerde Kerken bersidang (1940-43) membicarakannya. Hasilnya, sinode menolak keberatan Schilder dan meneguhkan doktrin anugerah umum.1008

Sebagai pecinta Teologi Reformed, penulis melihat isu sebenarnya yang mendasari diskusi tentang konsep anugerah umum adalah apakah konsep tersebut konsisten dengan Historic Reformed Faith (yang tercermin dalam ajaran konfesi-konfesi Reformed dan ajaran teolog-teolog representatif dari masa ke masa), dan terutama apakah Alkitab mengajarkannya. Penulis berniat menyajikan diskusi tentang topik ini dalam empat bagian. Bagian pertama membicarakan definisi dan perkembangan konsep anugerah umum dengan mengacu kepada teolog-teolog yang menurut penulis representatif. Bagian kedua membahas kontroversi yang timbul di seputar konsep ini. Bagian ketiga menggali konfesi-konfesi Reformed dan ajaran Alkitab. Dan bagian keempat menyajikan kesimpulan umum dan relevansi pembicaraan ini dengan kehidupan konkret

 DEFINISI

Kita perlu lebih dulu menyamakan persepsi sebelum berdiskusi supaya arah dan makna pembicaraan kita jelas. Penyamaan persepsi hendaknya dicari dalam definisi. Oleh karena itu, kita mulai dengan definisi anugerah umum. Sebagai perbandingan sekilas, penulis menyajikan dua definisi. Penulis mengutip definisi anugerah umum dari P.E. Hughes dan John Murray. Penulis melihat keduanya menyajikan definisi berikut penjelasan ringkasnya.

P.E. Hughes:

Common grace is so called because it is common to all mankind. Its benefits are experienced by the whole human race without discrimination between one person to another.1009

Hughes menjelaskan kalimat pertama dengan kalimat kedua. Apakah artinya anugerah tersebut umum bagi semua manusia? Artinya, kebaikan-kebaikan dari anugerah itu dialami oleh seluruh bangsa manusia tanpa perbedaan (discrimination) antara pribadi yang satu dengan yang lain. Dengan kata lain tiap-tiap pribadi, yang mewujudkan keseluruhan bangsa manusia, sama-sama mengalami kebaikan-kebaikan dari anugerah umum.

Anugerah umum ini, menurut Hughes, dinyatakan dalam tatanan penciptaan yang mencerminkan pikiran dan kepedulian Sang Pencipta. Ia menopang apa yang telah dibuatNya, misalnya pergantian musim, adanya waktu menabur dan waktu menuai. Hughes menyamakannya dengan providensi ilahi.1010

Anugerah umum juga menyangkut pemeritahan ilahi dan kendali alas masyarakat manusia. Maksudnya, masyarakat manusia, yang ada dalam kondisi berdosa, dikendalikan oleh Allah sehingga tidak merosot menjadi kacau sama sekali karena dosa. Bahkan umat manusia menikmati kebaikan-kebaikan dalam masyarakat (baik dalam lingkup setempat maupun internasional). Itu berkat kebaikan pemerintahan Allah.1011

Dan, anugerah umum juga dinyatakan dalam diri manusia, yakni tetap adanya suatu kesadaran akan perbedaan benar salah, adil - tidak adil, serta keinsyafan bahwa manusia bertanggungjawab bukan hanya kepada sesamanya, tetapi juga dan terutama kepada Allah, Penciptanya.1012

John Murray:

...the term 'common grace' should rather be defined as every favour of whatever kind or degree, falling short of salvation, which this undeserving and sin-cursed world enjoys at the hand of God.1013

Definisi Murray terdiri dari tiga bagian. Pembagian ini mengisyaratkan aspek-aspek anugerah umum.

Aspek pertama anugerah umum adalah kemurahan dengan jenis dan tingkatan tertentu. Murray menjelaskan bahwa kata "umum" (common) di sini tidak berarti setiap kemurahan tertentu diberikan kepada semua orang tanpa perbedaan (discrimination and distinction). Tetapi, menurut Murray, kemurahan-kemurahan tersebut dengan jenis dan tingkatan yang berbeda-beda dicurahkan atas dunia yang terkutuk dan berdosa ini.1014

Aspek kedua, anugerah umum tidak mencapai keselamatan. Artinya, hakekat dan efeknya tidak membawa keselamatan bagi orang berdosa.1015 Hakekat dan efek penyelamatan terdapat dalam anugerah khusus.

Aspek ketiga, anugerah umum berasal dari Allah. Anugerah itu dinikmati oleh dunia yang berdosa dan terkutuk.1016 Dunia yang dimaksud adalah manusia dan alam. Dunia telah dikutuk Allah karena manusia sebagai mandataris Allah atas alam telah berdosa. Jadi sebenarnya dunia tidak layak mendapatkan anugerah Allah. Kalau begitu hanya karena kemurahan Allahlah dunia dapat menikmati anugerah umumNya.

Selanjutnya Murray menunjukkan hakekat anugerah umum. Menurut Murray, hakekat anugerah umum adalah pengendalian (restraint) dan pencurahan dan perkembangan kebaikan (bestowal of Good and Excitation to good).

Sebagai pengendali, anugerah umum mengendalikan dosa1017, keburukan-keburukan di dalam alam1018, dan menunda murka Allah.1019

Sebagai pemberian dan penumbuh kebaikan, anugerah umum menjadikan dunia sebagai penerima kebaikan ilahi;1020 menjadikan orang-orang yang tidak atau belum dilahirbarukan (unregenerates) sebagai penerima kemurahan dan kebaikan ilahi;1021 bahkan mereka dapat melakukan kebaikan relatif1022 dan menjadi penerima karya Roh Kudus,1023 meskipun tidak diselamatkan; serta mewujudkan pemerintahan sipil dengan tujuan membatasi kejahatan dan mengupayakan kebaikan dalam masyarakat.1024

Jika kita membandingkan definisi dan uraian singkat konsep mereka tentang anugerah umum, kita menemukan kesamaan dan perbedaan. Kesamaan mereka terutama terletak dalam beberapa produk anugerah umum, yaitu yang berurusan dengan alam dan pemerintahan sipil. Mengenai kesadaran moral dan pertanggungan jawab, Hughes kelihatannya berbeda dengan Murray, yang menyatakan bahwa orang-orang yang tidak atau belum dilahirbarukan pun dapat melakukan kebaikan sekalipun kebaikan relatif.

Tetapi menurut penulis perbedaan yang paling mendasar di antara keduanya terletak dalam kejelasan. Definisi Murray lebih komprehensif dan ketat tinimbang Hughes.

Pertama, Murray tegas-tegas menyatakan adanya perbedaan (discrimination and distinction) dalam pemberian anugerah umum. Hughes menyatakan pemberian itu tanpa perbedaan (discrimination) dengan tidak menjelaskannya lebih lanjut.

Kedua, Murray menyatakan bahwa anugerah umum berlaku alas dunia berdosa (yang terdiri dari manusia dan alam), sedangkan Hughes melihatnya berlaku atas manusia (tanpa menunjukkan keberdosaannya).

Ketiga, Murray menegaskan bahwa anugerah umum tidak mencapai keselamatan, sementara Hughes tidak menyinggungnya.

Keempat, Murray menyatakan penerima anugerah umum adalah dunia yang berdosa dan terkutuk, dan dengan demikian menekankan ketidaklayakan penerima dan meninggikan kemurahan Allah. Hughes tidak melakukannya. Maka, definisi yang diberikan John Murray lebih komprehensif dan ketat.

Menurut penulis, sesuai dengan kontribusi positif konsep anugerah umum dalam Teologi Reformed, definisi yang diberikan John Murray lebih dapat diterima tinimbang P. E. Hughes. Definisi Murray lebih komprehensif dan ketat sehingga dapat menampung persoalan yang didiskusikan dan diperdebatkan di kalangan Reformed. Kalau begitu, kita mendefinisikan anugerah umum atau common grace menurut definisi yang diberikan John Murray:

every favour of whatever kind or degree, falling short of salvation, which this undeserving and sin-cursed world enjoys at the hand of God.

Setelah penyamaan persepsi, kita akan menelusuri diskusi tentang konsep anugerah umum dalam Teologi Reformed. Sambil terus mengingat definisi di atas, sekilas kita akan menyimak pemikiran Yohanes Calvin, Jonathan Edwards, William G. T. Shedd, Charles dan Archibald Alexander Hodge, Herman Bavinck, dan Abraham Kuyper.

Yohanes Calvin (1509-1564)1025

John Murray mengatakan bahwa dalam penyelidikan tentang anugerah umum, tidak ada nama yang layak memiliki andil lebih besar daripada Yohanes Calvin, reformator itu.1026 Bahkan Anthony Hoekema mengatakan bahwa Calvin memelopori pemikiran teologis tentang konsep ini.1027

Calvin begitu sadar akan kerusakan hakekat manusia secara menyeluruh oleh dosa.1028 Ia juga sadar akan akibatnya, yaitu jika tidak ditolong hakekat manusia tidak akan mampu menghasilkan sesuatu yang baik.1029 Dengan kesadaran ini ia menjelaskan adanya kebaikan di luar anugerah penyelamatan dengan kehadiran suatu anugerah yang umum bagi semua orang, yang dinikmati dalam tingkatan tertentu.1030

Kita akan menyimak ajaran Calvin dalam Institutio-nya.1031 Penulis mengambil bagian-bagian dari Institutio yang secara langsung berkaitan dengan diskusi kita: II.2. 9, 12, 14, 15, 16, 17, II.3.3, 4; III.14. 2, 3.1032

Berkouwer mencatat bahwa Calvin menangani doktrin ini dalam hubungan langsung dengan doktrin kerusakan radikal hakekat manusia.1033 Kebanyakan ia mendiskusikannya dalam pasal yang di dalamnya ia berupaya memperlihatkan bahwa hakekat manusia tidak menghasilkan apapun selain apa yang layak untuk dihukum (11. 2). Semua manusia berdosa dan pendosa. Ia mendasarkan pandangan ini pada kesaksian Alkitab. Ia menemukan Paulus mengutuk seluruh umat manusia karena dosa-dosa mereka (Rom 3:10). Bahkan, meskipun tidak setiap dosa diwujudkan dalam kehidupan tiap orang, setiap keburukan berada di dalam hati mereka.1034 Dengan latar belakang doktrin ini, ternyata Calvin masih mengakui kenyataan adanya kebaikan pada manusia: kebajikan, tatanan masyarakat, kepandaian dan keindahan. Sepintas kelihatannya Calvin menghadapi kesulitan serius: jika kebaikan itu diakui, bukankah itu mengandaikan ia telah memutuskan untuk melunakkan doktrin kerusakan radikalnya?1035

Ternyata Calvin, dengan mengakui kenyataan hadirnya kebaikan itu, tidak memperlunak doktrin kerusakan radikalnya. Hal ini mungkin baginya mengingat sifat teologinya yang teosentris. Menurutnya kebaikan itu semata-mata berasal dari Allah.

 KEBAJIKAN

Calvin menulis:

In every age there have been some who, under the guidance of nature, were all their lives devoted to virtue... by the mere study of virtue, they evinced that there was some purity in their nature.1036

Sepintas ini mengejutkan, apalagi ia menambahkan:

Such examples, when, seem to warn us against supposing that nature of man is utterly vicious, since under its guidance, some have not only excelled in illustrious deeds, but conducted themselves most honourably through the whole course of their lives.1037

Tapi Calvin menjelaskan hal ini menurut teologinya yang teosentris. Menurutnya, masih ada ruang bagi anugerah ilahi di dalam kerusakan hakekat manusia. Secara negatif, dapat dikatakan, anugerah itu tidak memurnikan hakekat, tapi menjadi kendali internal baginya. Dengan kata lain, Allah tidak membiarkan sama sekali manusia dalam kerusakan radikal hakekatnya. Jika Allah membiarkannya, tidak seorangpun yang tidak akan menunjukkan bahwa hakekatnya sanggup melakukan semua kejahatan moral.1038

Allah melakukannya dengan memberikan rasa malu, ketakutan kepada hukum, hasrat akan keinginan untuk hidup jujur, atau minat untuk mengatasi hawa nafsu.1039

Secara positif, kebajikan luar biasa yang menandai hidup orang-orang tertentu (bukan umat pilihan) merupakan karunia khusus ilahi, dan bukan bakat alami. Atas dasar inilah dapat dikatakan ada orang yang baik, dan ada yang jahat.1040

Calvin juga mengutip Bapa-bapa Gereja. Menurutnya, meskipun bapa-bapa Gereja, kecuali Augustinus, sering terlihat ambivalen dalam pandangan mereka tentang keberdosaan manusia, mereka tidak menilai tinggi, bahkan tidak memperhitungkan kebajikan manusia.1041 Mereka mengasalkan seluruh nilai dari kebajikan itu kepada Roh Kudus. Mereka ingin mengajar manusia supaya sepenuhnya membuang keyakinan akan diri sendiri dan menaruh kekuatannya hanya kepada Allah.1042

Tapi Calvin juga menyatakan bahwa semua kebajikan itu tidak memiliki motivasi untuk memuliakan Allah. Padahal, menurutnya, itu merupakan hal yang prinsip bagi Allah.1043 Kebajikan dengan motivasi memuliakan Allah adalah kebenaran sejati yang seharusnya dilakukan manusia. Kebajikan tanpa motivasi memuliakan Allah hanyalah gambaran luar dari kebenaran sejati. Di hadapan pengadilan Allah kebajikan seperti itu tidak memiliki nilai sama sekali, dan dengan demikian pelakunya tidak dapat disebut orang benar.1044 Mungkin mereka melakukannya dengan motivasi ambisi pribadi, cinta diri, dan sebagainya yang pada dasarnya bukan kasih kepada Allah dan kesungguhan untuk melayani Dia.1045 Dengan demikian, mengikuti Augustinus, betapapun mengagumkannya kebajikan mereka, hukuman lebih layak mereka terima tinimbang pahala. Jika semasa mereka di dunia Allah memberikan pahala kepada mereka, itu bukan karena mereka layak menerimanya. Allah memberikannya dengan tujuan menunjukkan bahwa Ia berkenan akan kebenaran sejati dan tidak membiarkan gambaran luar dari kebenaran itu terwujud tanpa pahala sama sekali.1046

 TATANAN MASYARAKAT, KEPANDAIAN, DAN KEINDAHAN

Menurut Calvin, manusia, karena kejatuhannya, memiliki rasio yang lemah, rusak sedemikian rupa sehingga kehilangan kepandaiannya (dalam arti ketajaman dan kejernihan dalam mengerti kebenaran).1047 Tapi Calvin tetap mengakui kenyataan adanya tatanan dalam masyarakat, kepandaian dalam filsafat dan sains, serta keindahan yang pada gilirannya mendatangkan manfaat bagi umat manusia.1048

Calvin membedakan dua macam arah usaha manusia, yaitu superior objects dan inferior objects (pen. hal-hal yang lebih tinggi dan hal-hal yang lebih rendah). Yang pertama disebut hal-hal sorgawi, dan yang kedua duniawi (earthly things).1049

Dalam hal-hal yang pertama, keberhasilannya hanya sedikit.1050 Allah telah memberikan manusia suatu pengertian tentang keilahianNya, sehingga tidak bisa tidak manusia mengenal keilahianNya. Beberapa filsuf misalnya, dapat mengerti sesuatu tentang hakekat Allah dengan akurat (meskipun dilihat secara keseluruhan pandangan mereka tentang Allah keliru). Tapi manusia tidak dapat mengenal anugerah kebapaanNya yang menyelamatkan.1051

Dalam hal-hal yang kedua, manusia rupanya lebih berhasil. Hal ini dapat dilihat dari berbagai hal:

Pertama, dari terwujud dan terpeliharanya tatanan masyarakat

Calvin mengakui bahwa manusia merupakan makhluk sosial. Di dalam pikiran manusia terdapat gagasan tentang tatanan masyarakat. Setiap individu mengerti bahwa masyarakat harus diatur dengan seperangkat hukum. Merekapun mengerti prinsip-prinsip hukum tersebut, meskipun tidak semua merupakan ahli hukum. Maka manusia cenderung untuk memelihara dan membina masyarakat.1052 Hal ini tidak tersanggah dengan adanya perang, pengacau masyarakat, ataupun ketidaksetujuan tentang rincian-rincian hukum tertentu. Sebab, gagasan dan kecenderungan akan tatanan masyarakat ada pada semua orang. Perang dan kerusuhan hanya memperlihatkan kebencian terhadap gagasan tersebut, sedangkan perselisihan tentang hukum hanya memperlihatkan kelemahan pikiran manusia.

Kedua, dari kesenian, filsafat, dan sains

Calvin mengakui, meskipun tingkat kepandaian orang berbeda-beda, jarang sekali ada orang yang tidak menunjukkan kecerdasannya dalam hal tertentu dari ketiga hal tersebut. Semua yang memiliki bakat tertentu, dengan belajar sesuai dengan bakatnya, akan menampilkan kemahiran dalam bidangnya. Rupanya bakat ini secara alami tertanam dalam pikiran manusia.1053 Calvin mengacu kepada prestasi luar biasa dari orang-orang di zaman kuno, baik sebagai ahli hukum, filsuf, guru, dokter, matematikus, dan sastrawan. Usaha-usaha mereka memperlihatkan kebenaran, ketekunan, faedah, dan keindahan.1054

Gagasan tentang tatanan masyarakat dan bakat-bakat di berbagai bidang seni, filsafat, dan sains memang tertanam secara alami dalam pikiran manusia. Kenyataan universal ini, menurut Calvin harus memimpin tiap orang untuk mengakui hal itu sebagai suatu pemberian khusus dari Allah.1055 Artinya, itu merupakan bakat alami yang tidak Ia cabut meskipun manusia sudah jatuh ke dalam dosa. Ia tidak membiarkan rasio yang jatuh itu betul-betul hampa. Dengan kata lain, dalam kepelbagian karunia itu kita melihat sisa-sisa gambar Allah. yang membedakan manusia dari makhluk lainnya.1056

Allah memberikan bakat-bakat alami itu sehingga rasio masih dapat memancarkan terangnya dalam hal-hal yang lebih rendah. Jika rasio mereka yang tidak atau belum dilahirbarukan dapat mencapai kebenaran dan kemudian menampilkannya, itu merupakan pemberian Sang Pencipta. Roh Kudus adalah sumbernya, sehingga kita tidak boleh menghina kebenaran yang muncul dari mereka.1057 Demikian juga halnya dengan ketekunan, faedah, dan keindahan yang mereka tunjukkan dan hasilkan. Semua yang agung dan terpuji itu berasal dari tangan Allah.1058 Itu semua mengajar kita akan betapa banyaknya karunia yang Tuhan berikan kepada manusia, meskipun hakekatnya telah kehilangan kebaikan sejati.1059

Allah bermaksud, dengan bakat-bakat alami, memberikan kebaikan (benefit) yang umum kepada umat manusia. Dan setiap orang diberikan kekhususan dari bakat itu sesuai dengan panggilannya, yaitu menjadi berkat bagi umat manusia. Bahkan ada yang diberikan bakat yang luar biasa.

Pendeknya, melalui hal-hal itu Ia memberkati umat manusia.1060 Bahkan Allah, melalui RohNya bukan hanya memberikan karunia-karunia itu kepada manusia, tapi berkarya sehingga muncul kebaikan dari bakat itu.1061

Tapi, di hadapan Allah, kecerdasan dengan bakat-bakat yang agung itu sia-sia jika tidak berdasar kukuh di atas kebenaran.1062 Tetap adanya bakat-bakat itu menunjukkan bahwa oleh kemurahan Allah, pemberontakan manusia tidak membawa kemusnahan total pada karunia kodratinya. Tapi akibat kejatuhan itu karunia kodrati beserta bakat-bakatnya tercemar dan lumpuh.1063

Kesimpulannya, Calvin memandang kebaikan manusia semata-mata merupakan anugerah Allah. Kebaikan dalam rupa kebajikan dihasilkan oleh anugerah yang membatasi kuasa merusak dosa. Kebajikan yang luar biasa dihasilkan oleh anugerah, meski bersifat lebih khusus (hanya bagi orang-orang tertentu dari mereka yang tidak terpilih untuk keselamatan). Kebaikan dalam bentuk filsafat, sains, dan seni juga merupakan produk anugerah Allah. Kebaikan itu dilihat dari tetap adanya bakat alami manusia yang sudah jatuh dari pemakaiannya untuk kebaikan umat manusia. Anugerah yang tidak menyelamatkan itu mengambil tempat dalam hakekat manusia sebagai gambar Allah. Dengan anugerahNya gambar itu tidak sama sekali lenyap, balikan dapat memunculkan kebaikan. Karena itu kita tidak boleh menghina kebaikan mereka. Tapi kebaikan manusia tetap menunjukkan kerusakan radikal hakekat manusia yang belum atau tidak dilahirbarukan, karena manusia mengerjakannya dengan motivasi yang salah, bahkan menyalahgunakannya. Inilah anugerah umum yang Calvin pahami dalam tension kerusakan radikal hakekat manusia dan kebaikan yang masih dapat dihasilkannya. Ajaran ini pun direfleksikan dalam penjelasan Murray bahwa anugerah umum mengendalikan dosa dan menjadikan orang-orang yang tidak atau belum dilahirkan kembali sebagai penerima kemurahan dan kebaikan ilahi, bahkan dapat melakukan kebaikan relatif.



TIP #18: Centang "Hanya dalam TB" pada Pencarian Universal untuk pencarian teks alkitab hanya dalam versi TB [SEMUA]
dibuat dalam 0.03 detik
dipersembahkan oleh YLSA