Resource > Jurnal Pelita Zaman >  Volume 11 No. 1 Tahun 1996 > 
TINJAUAN BUKU 
 JUDUL: ABORTION; A RATIONAL LOOK AT AN EMOTIONAL ISSUE

Pengarang: R.C. Sproul

Penerbit: Navpress, 1990

Tebal: 207

"If we don't know, then shouldn't we morally opt on the side that is life? If you came upon an immobile body and you yourself could not determine whether it was dead or alive, I think that you would decide to consider it alive until someone could prove it was dead. You wouldn't get a shovel and start covering it up. And I think we should do the same thing with regard to abortion." Kata-kata ini diucapkan oleh mantan presiden Ronald Reagan, mengungkapkan kepeduliannya terhadap kehidupan. Penerusnya, George Bush juga dikenal sebagai tokoh anti aborsi (pro-life). Namun Bill Clinton rupanya menyatakan sikap sebagai pro-choice -- istilah yang berarti dukungan terhadap hak wanita untuk memilih apakah meneruskan kehamilan atau tidak. Pro-choice sesungguhnya istilah halus untuk pro aborsi.

Sebagai pelayan Tuhan, teolog dan dosen yang berpaham Injili, Sproul dengan tegas membela hak hidup janin dalam kandungan. Pendekatannya rasional. Itu tidak berarti ia melepaskan sama sekali Alkitab dalam bahasannya. Dengan pendekatan demikian, Sproul memperlihatkan bahwa aborsi bertentangan dengan hukum Allah, hukum alam, dan akal budi.

Dalam penyajiannya yang terdiri dari tiga bagian, Sproul memaparkan argumentasi-argumentasi dari kedua pihak. Bahasannya dimulai dengan satu pertanyaan yang paling pokok yang menjadi inti isu aborsi -- yaitu, apakah aborsi adalah pembunuhan? Pendukung pro-choice tidak mengatakan bahwa hak-hak wanita dan kebebasan individual berarti mencakup hak untuk membunuh. Kalau mereka sadar bahwa aborsi adalah pembunuhan, pasti mereka akan menolaknya. Lagipula, walaupun mereka berdalih bahwa janin itu tidak dikehendaki -- oleh sebab itu boleh dienyahkan -- orang yang sama tidak menyetujui pembunuhan bayi-bayi yang baru lahir (infanticide). Alasannya jelas.. Dalam pikiran mereka, janin tidak termasuk manusia (yang hidup). Jadi, debat aborsi adalah bukan mengenai apakah pembunuhan dapat dilegalisasi, tetapi apakah aborsi adalah pembunuhan.

Sproul melanjutkan dengan mengajukan satu pertanyaan yang sulit: Kapan kehidupan mulai? Secara eksplisit Alkitab tidak memberikan jawaban, tetapi secara implisit, Alkitab mendukung ide bahwa kehidupan mulai saat pembuahan. (bdk. Mzm 139:13-16, Yes 49:1-15, Yer 1:4-5, Lk 1:40-44). Sproul mengadakan pendekatan dari sudut kematian pula. Dalam kasus bayi yang lahir dalam keadaan mati, apakah bayi itu bayi mati atau bayi yang pernah hidup? Dokter biasanya mengatakan bahwa bayi itu bayi yang telah mati.

{**}{*}

Di bagian kedua, Sproul menyangkal berbagai argumentasi yang diajukan pendukung pro-choice. Ada yang mengatakan bahwa undang-undang melindungi hak pribadi seseorang. Pertanyaannya, apakah hak pribadi itu hak yang absolut? Apakah Allah juga memberi hak, misalnya untuk menghujat Dia? Apakah saya berhak membunuh orang lain atau merusak miliknya sepanjang melakukannya dalam privacy? Tentunya tidak. Hak pribadi (privacy) seseorang ada batasnya. Demikian pula, wanita tidak memiliki hak absolut atas tubuhnya. Hak atas hidup (yang dimiliki janin) melebihi hak pribadi (wanita). Lagipula, walaupun berada dalam tubuhnya, janin itu bukan bagian dari tubuhnya yang dapat diperlakukan semaunya.

Sproul meneruskan bantahannya terhadap argumentasi: Kalau aborsi ilegal, tetap akan ada yang melakukannya dengan sembunyi-sembunyi dan menempuh cara yang berbahaya Argumentasi lainnya, orang yang anti aborsi sebenarnya bermuka dua sebab mereka menentang aborsi tetapi mendukung hukuman mati terhadap para kriminal (pro-capital punishment). Bukankah itu juga pembunuhan?

Sproul tidak selesai sampai suatu debat saja. Di akhir buku ini ia mengatakan bahwa Allah menyediakan pengampunan bagi orang-orang yang dengan hati hancur mau bertobat dari dosa-dosanya -- bahkan dosa aborsi. Buku ini juga memuat lampiran daftar LSM-LSM di Amerika Serikat yang pro-life dengan harapan bahwa orang yang sedang bimbang dengan kehamilannya dapat menghubungi mereka.

{**}{*}

Sproul terkenal sebagai pengarang buku yang dapat menjangkau semua lapisan pembaca, dari teolog hingga orang awam. Bahasanya enak dibaca. Tidak Salah jika John MacArthur mengatakan: "R.C. Sprould covers the issues candidly and objectively--without the emotion and demagoguery that so often pervade the abortion debate. Your are the jury; you decide the verdict." Cakupan isu yang dibahasnya luas dan lengkap. Ia memandang aspek-aspek yang melatarbelakangi aborsi, misalnya masalah ekonomi, pemerkosaan, dan lain-lain. Ia membukakan wawasan terhadap isu-isu ini.

Seandainya, dalih-dalih pendukung pro-choice yang dibahas tidak hanya tiga -- terlebih jika ia menyelidiki dan memperhitungkan kondisi di luar Amerika -- pasti sajian buku ini akan lebih menarik lagi.

Yang patut disayangkan -- walaupun sudah beredar enam tahun -- buku yang bagus ini belum menarik minat penerbit di Indonesia untuk menerjemahkannya. Padahal, umat Kristen di Indonesia amat mengharapkan pandangan rasional dan tidak emosional terhadap aborsi sebagaimana yang ditulis Sproul. (San-Bun).

{**}{*}

 JUDUL: EVANGELISM AND THE SOVEREIGNITY OF GOD

Pengarang: J. I. Packer

Penerbit: Inter Varsity Press, 1979

Tebal: 126 hal.

Berangkat dari keyakinan bahwa kedaulatan Allah sama sekali tidak menghambat penginjilan (seterusnya disingkat PI), J. 1. Packer menyusun suatu teologi PI alkitabiah dengan pola Rasul Paulus dan pelaksanaannya dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai seorang Reformed, J. I. Packer memegang teguh doktrin kedaulatan Allah yang diajarkan Alkitab. Ia juga menunjuk pada pengalaman sehari-hari, yang di dalamnya orang Kristen mengakui kedaulatan Allah. Seorang Kristen pasti mengucap syukur kepada Allah atas keselamatan yang diterimanya. Ia juga berdoa supaya orang lain yang diinjilinya diselamatkan. Orang Kristen pun selalu berdoa bagi kehidupannya sehari-hari. Hal-hal ini jelas menunjukkan pengakuan iman orang Kristen terhadap kedaulatan Allah.

Bagian pertama dan kedua dari buku ini membicarakan kedaulatan Allah hubungannya dengan kehidupan Kristen dan juga kebebasan manusia. (er memperingatkan adanya kecenderungan yang menyesatkan seputar masalah kedaulatan Allah dan tanggung jawab manusia. Ekstrim yang satu selalu menekankan tanggung jawab manusia, sehingga mengabaikan kedaulatan Allah. Dalam konteks PI anggapan semacam ini mengakibatkan makna PI melulu berpusat pada manusia dan kehebatannya menarik orang datang kepada Kristus: Ekstrim yang kedua justru terlalu menekankan kedaulatan Allah, sehingga menyangkal tanggung jawab manusia. Akibatnya, diabaikan karena toh Allah sanggup menyelamatkan manusia berdosa apa perlu adanya PI. Packer, sejalan dengan Teologi Reformed, mempertahankan kedua hal itu, meskipun tak mungkin menjelaskannya sampai tuntas. Ia menegaskan kedua hal itu sebagai antinomi Alkitab, yaitu hal yang bagi kita manusia bertentangan, tapi bagi Allah tidak Antinomi kedaulatan Allah dan tanggung jawab manusia diajarkan Alkitab, meskipun Alkitab tidak berusaha mengharmonisasikannya secara tuntas.

Berdasarkan pola Rasul Paulus, Packer menyajikan teologi PI. PI menurut Rasul Paulus adalah menjalankan tugas seorang Kristen sebagai pelayan, perantara, dan duta besar bagi Tuhan Yesus. Tujuan utamanya adalah untuk mengajarkan kebenaran tentang Tuhan Yesus. Sasaran mutlaknya adalah untuk mempertobatkan orang kepada iman dalam Tuhan Yesus. Packer menyimpulkan bahwa PI menurut Rasul Paulus adalah "going out in love, as rist's agent in the world, to teach sinners the truth of the gospel with a w to converting and saving them." Pesan Injil harus memuat empat hal oma, Injil merupakan suatu pesan tentang Allah Sang Pencipta yang dus dan berdaulat; tentang dosa manusia yang memisahkannya dari Allah dan dengan demikian ia layak untuk dihukum; tentang pribadi dan karya Tuhan Yesus, satu-satunya juruselamat manusia; dan seruan kepada orang berdosa untuk percaya kepada Tuhan Yesus dan bertobat. Packer juga menandaskan, bahwa motivasi PI yang terutama adalah untuk memuliakan Allah, dan juga mengasihi sesama manusia dengan kerinduan untuk melihatnya diselamatkan. Dengan anggapan ini, bagi Packer (yang cenderung pada PI pribadi) PI memerlukan dasar persahabatan dengan orang yang akan diinjili. PI pribadi bersifat menghargai, menerima orang yang diinjili sebagai pribadi yang utuh. Mengenai metode PI, menurut Packer hanya satu, yaitu menjelaskan dan mengaplikasikan Injil Tuhan Yesus dengan lengkap dan setia. Pertimbangan-pertimbangan yang harus ada dalam segala langkah PI kita adalah apakah kita setia menunjukkan bahwa Injil adalah firman dari Allah, menunjukkan firman Allah dengan jelas kepada pemikiran, menyampaikan ajaran Injil dengan utuh (yaitu isi pesan Injil), menyerukan aplikasi sepenuhnya dari Injil (yaitu iman dan pertobatan), yang semuanya harus dilakukan dengan serius.

Di bab yang terakhir dengan panjang lebar Packer menghubungkan kedaulatan Allah dan PI. Ada tiga hal penting: pertama, kedaulatan anugerah Allah tidak berpengaruh terhadap apa yang kita katakan tentang tugas PI. Kedaulatan Allah tidak mempengaruhi keniscayaan PI (Rm 10:12, Mt 22:1). urgensinya (Luk 13:3, 5; Kol 1:28), keaslian dan kebenaran janji Allah (Rm 10:13, Yoh 6:37, 38), dan tanggung jawab orang berdosa atas reaksinya terhadap Injil (Yeh 18:31; Yoh 5:40; 3:19). Kedua, kedaulatan Allah menjadi jaminan bagi keberhasilan penginjilan kita. Dan ketiga, kedaulatan Allah membentuk sikap yang benar dalam PI, yaitu berani bersaksi, sabar, dan tekun berdoa. Buku ini sangat baik. Ditulis dari perspektif Reformed, dan dengan dasar teologis yang sangat jelas, Packer menunjukkan isi Injil secara menyeluruh. Ia juga mengajak kita menjadi pemberita-pemberita Injil yang setia kepada kebenaran utuh dari Injil. Kesetiaan itu mencakup isi berita dan pendekatan kepada orang yang diinjili. (Rudiyanto)



TIP #02: Coba gunakan wildcards "*" atau "?" untuk hasil pencarian yang leb?h bai*. [SEMUA]
dibuat dalam 0.03 detik
dipersembahkan oleh YLSA