Resource > Jurnal Pelita Zaman >  Volume 2 No. 1 Tahun 1987 > 
SEKITAR BISNIS 
Penulis: Ir. Andi Gunawan Mulia. M. Eng.30

Pada tahun 1984 kampus kami, Asian Institute of Technology, mendapat kunjungan dari seorang alumnus yang kini telah menjadi pendeta di suatu gereja di Bangkok. Kami mendoakan berbagai negara di Asia, termasuk Indonesia. Saya terkejut akan doa sang alumnus bagi negara kita yang rupanya menjadi negara dengan tingkat korupsi tertinggi di dunia.

 TANTANGAN

Tantangan yang paling nyata terhadap orang Kristen di Indonesia kini adalah tantangan untuk mempraktekkan etika Kristen di dunia bisnis. Apakah mungkin orang Kristen konsisten di dalam bisnisnya terhadap apa yang dipercayainya di dalam Kristus? Bukankah masih terlalu banyak ketidakadilan dan ketidakdisiplinan di Indonesia? Apabila tak mungkin, apakah orang Kristen tidak boleh terjun atau mendekati dunia bisnis? Selain itu dunia etika Kristen pun mendapat beberapa tantangan dengan adanya golongan ekstrim antinomian yang tidak mau menuruti aturan, dan golongan legalistik yang hanya berpegang pada peraturan saja. Kemudian muncullah teori baru yang nampaknya menarik; Etika Situasi ala J.A.T. Robinson dan Joseph Fletcher, sejak dua dekade yang lalu.

Di dalam semua tantangan itulah pemikir-pemikir dan pemimpin-pemimpin Kristen harus bekerja keras dan memberi teladan yang baik.

 PRINSIP PENILAIAN

Penulis sendiri paling menyukai prinsip-prinsip yang tertulis di dalam I Korintus 9:19-11:1 sebagai jawab dari segala tantangan dunia bisnis bagi orang Kristen di Indonesia. Sama seperti halnya makan, bekerja pun merupakan hal yang harus dilakukan dan bersifat netral. Lain halnya dengan berbohong, berbohong dengan cara semanis apa pun, sudah pasti salah. Demikianlah Salah satu prinsip Etika Injili yang tidak kenal kompromi.

Bekerja di dalam dunia bisnis rupanya termasuk hal yang netral dan untuk menentukan Salah benarnya suatu keputusan bisnis harus ditinjau MOTUCASIAnya. MOTUCASIA adalah Motif, Tujuan, Cara, Situasi dan Akibat. Kelima hal itu dapat dibedakan tetapi jangan dipisahkan. Etika Kristen Injili menuntut kelima faktor itu benar dan baik.

 MOTIF

Suatu tindakan yang sama, seperti memberi uang kepada seseorang, dapat mempunyai arti yang sangat berlainan. Hal ini bergantung kepada motif masing-masing. Yang satu dapat memberi uang dengan motif menolong, sedang yang lain dapat memberi uang dengan motif menyogok.

Sebagaimana rasul Paulus menjawab dalam I Korintus 10:31, "Jika engkau makan atau jika engkau minum, atau jika engkau melakukan sesuatu yang lain, lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah". Motif universal seorang Kristen adalah untuk memuliakan Allah dan melakukan kehendakNya. Motif ini harus menjadi motif utama; bukan sekedar motif sampingan.

 TUJUAN

Bila motif merupakan pendorong dan penyebab suatu tindakan, maka tujuan adalah arah dan target yang akan dicapai. Tujuan juga dapat memberi semangat dan memotivasi bagi seseorang untuk bekerja dengan antusias. Setelah Paulus melukiskan sikap dan cara pelayanannya kepada bermacam-macam orang, ia kembali menegaskan tujuannya: "... supaya aku boleh memenangkan sebanyak mungkin orang, ...karena Injil..., supaya mereka beroleh selamat." (1 Kor 9:19, 22; 10:33).

Tujuan wajar di dalam dunia bisnis atau perdagangan adalah mencari untung. Kita bekerja adalah sesuai dengan perintah Allah untuk memakai seluruh talenta kita dan melipatgandakan apa, yang kita punya. Jadi mencari untung adalah tujuan yang benar dan normal dari dunia bisnis. Cukup banyak orang Kristen Indonesia yang merasa risih. Mereka merasa pedagang atau bussinessmen itu adalah golongan masyarakat kelas dua dan motif mencari untung itu motivasi yang rendah. Pendapat semacam ini perlu dikoreksi, karena dapat menghambat pembangunan. Pedagang-pedagang yang ulung selalu mencari nilai-nilai komoditi yang tinggi. Merekalah yang menjembatani kebutuhan masyarakat dengan produsen.

Tetapi apabila tujuan mencari untung menjadi tujuan akhir, sehingga untung diidentikkan sebagai hal yang benar sedangkan rugi adalah salah, maka itu menjadi etika buta: Materialisme. Bussinessman Kristen terpanggil untuk mendemonstrasikan tindak tanduknya yang bertujuan untuk memenangkan banyak orang, dengan tujuan memberitakan Injil Yesus Kristus.

 CARA

Selain motif dan tujuan cara pelaksanaan pun harus benar. Kita menolak pendapat Machiavelli yang menyatakan bahwa tujuan menghalalkan cara.

Rasul Paulus sendiri menyatakan ada empat cara pendekatan, sesuai dengan orangnya, untuk melayani empat golongan orang:

a. Orang Yahudi (I Kor. 9:20)

b. Orang yang hidup di bawah hukum Taurat (I Kor. 9:20)

c. Orang yang hidup tidak di bawah hukum Taurat (I Kor. 9:21)

d. Orang yang lemah (I Kor. 9:22).

Cara, strategi dan teknologi dalam dunia bisnis memiliki peran yang sangat penting, terutama dalam suasana bersaing. Metode-metode yang lampau haruslah dikaji lagi dan disempurnakan sebaik-baiknya sesuai dengan konteksnya. Seorang kawan bercerita dengan bangga bagaimana ia dapat menambah keuntungan perusahaannya dengan cara membujuk operator alat berat dengan, melaporkan jumlah jam pemakaian alat berat itu lebih sedikit daripada yang sesungguhnya. Tentunya ia berhasil membujuk karena hasil manipulasi itu di bagi dua, yang jumlahnya lebih besar daripada gaji bulanannya. Dalam hal ini jelas caranya adalah salah. Meskipun sepihak ia tidak merugikan perusahaannya sendiri, tetapi ia telah merugikan perusahaan lain.

 SITUASI

Ada hukum-hukum yang mutlak dan universal sehingga selalu berlaku dalam situasi apa pun. Contohnya adalah The Golden Rule of Jesus: "Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka... (Mat. 7:12)", yang senantiasa dapat dipakai di dalam dunia bisnis. Selain itu, ada juga peraturan-peraturan aplikasi yang dapat berubah sesuai dengan situasi dan zaman yang berubah. Contohnya adalah peraturan mengenai perempuan yang harus menudungi kepalanya dalam I Kor. 11:6. Pada zaman itu adalah hal yang janggal apabila seorang perempuan berdoa tanpa tudung kepala (I Kor. 11:13). Peraturan itu tidak cocok lagi dengan keadaan di zaman sekarang, meskipun hukum berdoa kepada Allah dengan hormat dan sepatutnya masih tetap berlaku. Masalah makan daging pada jemaat di Korintus sangat tergantung dari situasi makan tersebut. Secara prinsip orang Kristen boleh makan daging yang dijual di pasar daging, meskipun ada resiko daging itu berasal dari persembahan untuk berhala. Karena "bumi serta segala isinya adalah milik Tuhan" (I Kor. 10:26). Tetapi apabila ada orang yang berkeberatan atau hal itu menjadi batu sandungan bagi orang lain, kalau perlu Paulus tak akan makan daging untuk selama-lamanya. (I Kor. 8:13; 10:28-32). Dalam praktek, keputusan-keputusan semacam ini menjadi sukar. Misalnya saja dalam suatu pesta; tindakan kita diamati oleh dua golongan orang yang senang kita makan daging itu dan yang tidak senang kita makan daging itu. Keputusan kita hanya dua macam: makan daging itu atau tidak. Berarti ada ketidakmungkinan untuk memuaskan semua orang dengan pendapat yang beraneka ragam itu. Di sinilah kita patut mendapat hikmat Roh Kudus dalam mengambil keputusan dan dalam menjelaskannya kepada orang lain dasar keputusan kita itu. Dalam dunia bisnis situasi sangat menekan seseorang, untuk terbawa arus melakukan cara-cara duniawi. Misalnya dalam mempromosikan perusahaan orang biasanya melukiskan keadaan perusahaannya lebih baik dari pada yang sesungguhnya. Apabila promosi perusahaan kita kalah kuat dengan mereka, kita dapat memberikan kesan yang keliru. Dalam hal ini penulis biasanya tetap mempromosikan keadaan sebenarnya dengan catatan promosi kita adalah promosi yang jujur, dengan tidak merendahkan yang lain. Dunia bisnis sangat menuntut kepekaan kita untuk mengetahui situasi dan "pasaran". Dalam banyak hal sebagian budget harus disisihkan hanya untuk mengerti keadaan situasi sekarang.

 AKIBAT

Meskipun segala motif, tujuan, cara dan situasi telah dipertimbangkan masak-masak dengan hasil yang baik, akibat dari keputusan kita pun harus dipertimbangkan. Ada seorang pengusaha yang membuat sebuah pasar swalayan (supermarket). Tujuan dan motifnya baik yaitu untuk memperlancar distribusi dan melayani kebutuhan masyarakat di sekitarnya dengan baik, praktis dan murah. Cara membuat izin dan pembangunannya pun dilakukan dengan baik. Situasi di daerah itu sangat strategis karena belum ada pasar swalayan serupa. Setelah pasar swalayan itu berjalan beberapa bulan, datanglah beberapa pedagang kecil yang mengadukan merosotnya omset perdagangan mereka akibat adanya pasar swalayan itu. Dalam hal ini si pengusaha harus mempertimbangkan segala akibat yang ditimbulkan atas usahanya itu. Ia tak perlu menutup pasar swalayannya, tetapi ia harus mengevaluasi kebijaksanaannya dan memikirkan kebutuhan pedagang-pedagang lain juga. Akhir-akhir ini penulis ditempatkan dalam suatu proyek di daerah yang agak terpencil. Di kampung itu tidak ada gereja, mungkin juga tak ada orang Kristen disana. Ketika saya pertama kali, berada disana, saya berdoa agar Tuhan menolong dan membuka jalan bagi masuknya Injil di kampung itu dan masyarakat disana yang terkebelakang dan miskin dapat maju. Itulah motif saya bekerja disana. Sungguh sukar sekali bekerja di daerah itu, pencurian terus-menerus terjadi meskipun sudah meminta jagoan-jagoan dari penduduk setempat itu sebagai petugas keamanan. Sebagai staff teknik kontraktor, tentu saya mempunyai tujuan membangun dengan sebaik-baiknya, cepat dan ekonomis. Pada waktu proyek yang serupa sebelumnya, rapat desa menuntut tiga alternatif sumbangan untuk diizinkan bekerja di daerah itu; membangun balai desa, atau dua yang lain, yang tidak sesuai dengan motif dan iman penulis. Kontraktor terdahulu sudah memilih pembangunan balai desa. Kini tiba giliran proyek kami ditawarkan untuk 2 alternatif sisanya. Dalam situasi ini saya mengusulkan alternatif lain untuk membangun sistem pengolahan air bersih. Agar pembangunan tidak terhambat kemudian kontraktor menempuh cara menyumbang dalam bentuk uang sekedarnya kepada desa itu agar diperbolehkan bekerja. Saya berdoa dan berharap, kiranya dalam keputusan pemilik proyek itu ada lagi orang Kristen yang dapat memberikan alternatif lain untuk menyumbang desa itu. Demikianlah bisnis orang Kristen perlu mempertimbangkan MOTUCASIA, motif, tujuan, cara, situasi dan akibat tindakannya. Dan jelas diharapkan akan lebih banyak lagi orang-orang Kristen yang sungguh-sungguh mencintai Tuhan menjadi decision maker dalam keputusan-keputusan penting.



TIP #05: Coba klik dua kali sembarang kata untuk melakukan pencarian instan. [SEMUA]
dibuat dalam 0.03 detik
dipersembahkan oleh YLSA