Sebagai penutup dari pembahasan ini, menurut saga, maksud yang ingin Rasul Paulus sampaikan melalui surat II Timotius 2:2 ini adalah apa yang kita sebut sebagai multiplikasi rohani atau pelipatgandaan murid. Rasul Paulus telah memuridkan Timotius, dan sekarang Timotius diperintahkan juga untuk melakukan apa yang telah Paulus lakukan pada dirinya, kepada orang lain. Dengan cara, semangat dan motivasi yang sama Timotius harus juga memuridkan orang lain. Perhatikan di sini bukan hanya sekedar mengajarkan kebenaran kepada orang lain, tetapi menjadikan orang yang kita ajarkan itu murid Kristus. Maka tidak heran Paulus menasihatkan Timotius untuk mencari orang-orang yang kepadanya akan dipercayakan `harta yang indah' itu adalah orang-orang yang setia, dapat dipercaya dan yang juga cakap mengajar orang lain. Karena pekerjaan pemuridan yang dilakukan Timotius tidak berhenti pada menghasilkan murid, tetapi juga memproduksi guru. Hal ini persis seperti yang dilakukan Paulus kepada Timotius, yaitu menjadikan dia sekaligus murid juga guru.
Dewasa ini kalau kita mau menengok ke dalam gereja-gereja Tuhan. bukankah hal ini yang sering diabaikan oleh para pemimpin-pemimpin gereja? Hampir boleh dikatakan bahwa program-program pembinaan di dalam rencana gereja sangat sedikit sekali. Kalaupun ada program-program pembinaan warga jemaat yang disusun hanya terbatas pada menghasilkan murid tetapi tidak menghasilkan guru yang mampu mengajar orang lain. Akibatnya di dalam gereja sangat sedikit sekali terdapat orang-orang yang dapat mengajar orang lain. Akhirnya pekerjaan mengajar jemaat hanya diembankan di pundak para hamba Tuhan.
Di lain pihak ada begitu banyak jemaat rang tidak bersedia diajar, apalagi dijadikan murid yang sanggup memuridkan orang lain. Mereka cukup seminggu sekali ke gereja, menyanyi, mendengar khotbah, memberi persembahan, lalu pulang. Cukup! Kalau orang-orang Kristen mempunyai sikap dan konsep ibadah yang demikian, bagaimanakah Injil Kristus dapat disebarluaskan? Gereja tidak mungkin bisa bertumbuh. Kebenaran Injil Kristus tidak mungkin dapat diteruskan dari generasi ke generasi. Mungkin generasi sekarang masih kuat dan bila mempertahankan kemurnian firman Tuhan tetapi apakah yang akan terjadi pada gereja Tuhan sesudah sepuluh, duapuluh tahun mendatang? Masih dapatkah Alkitab dipercaya dan diakui sebagai standar moral dan mempunyai otoritas yang tertinggi? Seiring dengan kemajuan zaman. bertambah juga aliran-aliran sesat, New age Movement pluralisme agama dan sebagainya. Cara-cara berpikir `ilah zaman' ini pada dasarnya sama dengan apa yang terjadi di zaman Paulus. Timotius diperintahkan untuk mempertahankan kemurnian kebenaran firman Tuhan dan mengajarkannya kepada orang-orang yang dapat dipercaya dan yang juga cakap mengajar orang lain, bagaimana dengan kita sebagai calon-calon hamba yang nantinya akan menjadi pemimpin-pemimpin gereja? Apakah perintah Rasul Paulus kepada Timotius juga berlaku untuk kita yang hidup pada zaman ini?
Akhirnya kita harus mengaminkan apa yang dikatakan oleh John Stott. bahwa pada zaman ini generasi baru dari Timotius-Timotius muda sangat diperlukan untuk memelihara keaslian Injil yang suci itu. memberitakannya dengan tegas. bersedia menderita demi Injil itu. dan siap sedia meneruskan Injil itu tanpa penyelewengan, murni dan utuh, kepada generasi yang akan datang.703