Resource > Jurnal Pelita Zaman >  Volume 9 No. 2 Tahun 1994 >  GEREJA DALAM ERA POST MODERNISME > 
PROGRAM BERSAMA 

Di mana mungkin, kita perlu - bukan hanya apabila sudah terjepit dan terpaksa - mengadakan program bersama. Kita membutuhkan program pengkaderan, pelatihan, evaluasi, dan konsolidasi bersama. Dan program-program tadi sebaiknya diadakan bagi semua aras dan jajaran, bagi anak-anak, remaja, pemuda, wanita, pria. Bahkan ada program khusus yang lebih bersifat kategorial.

Agar lebih realistis, sebaiknya program-program tadi diselenggarakan dalam skala regional bahkan jikalau kebutuhan memang mendesak, dapat dilaksanakan secara lokal lewat lembaga-lembaga yang disetujui bersama (misalnya: Badan Kerjasama Antar Gereja).

Di tengah-tengah berkembangnya kebutuhan tenaga-tenaga hamba-hamba Tuhan yang "qualified" yang dirasakan makin mendesak, jangan kita lupa akan kebutuhan peran serta para sarjana Kristiani di segala bidang untuk ikut menanggulangi tantangan pos-mo. Bukan hanya mereka yang harus kita perhatikan dan layani. Bagaimana pula dengan tempat dan peranan kaum perempuan, termasuk juga perempuan karir? Kita harus mewaspadai bahaya-bahaya, baik yang potensial maupun yang aktual, yang kian mengancam dan menggerogoti kekurangterikatan dan kekurangpengabdian (less committed and less dedicated) para pakar dan inteligensia Kristiani dan wanita karir dalam hidup pelayanan di tengah-tengah masyarakat, bahkan juga di gereja.

Kelompok yang terakhir tadi (para intelegensia dan wanita karir) menjadi demikian karena mimbar-mimbar kita pada umumnya kurang dapat memenuhi kebutuhan mereka, sehingga waktu "senggang" mereka yang main sempit tidak akan diprioritaskan lagi dalam kehidupan bergereja (gereja bukan lagi "their second home"). Sebaliknya, mereka akan kian tersedot dalam berbagai kelembagaan lainnya (bukannya hal itu tidak ada gunanya! Di situpun mereka harus dapat fungsional sebagai garam dan terang dunia!).

Jangan kita menutup mata pula terhadap erosi iman yang mereka alami. Pada gilirannya keutuhan, kerukunan, dan kebahagiaan rumah tangga (justru pada keluarga para tokoh Kristiani di masyarakat yang rupanya rentan dan rawan) menjadi kian rapuh.

Sudah makin jelas bahwa tugas yang monumental dan kolosal ini tidak pernah mungkin dapat dihadapi dan ditanggulangi oleh kelompok manapun juga. Dan Tuhan gereja memang tidak pernah mengharapkan demikian.

Ingat, kita dipilih, dipanggil, dan dipersiapkan bukan agar kita menjadi keranjingan untuk membangun kerajaan kita masing-masing!

"Aku, Tuhan, memanggil dan menugaskan mengaku untuk menjalankan keadilan. Engkau kubimbing dan ku pelihara untuk menjadi perjanjian bagi umat manusia, dan cahaya bagi semua bangsa. Untuk membuka mata orang buta, dan membebaskan orang dari kegelapan penjara. Akulah Tuhan, itulah nama-Ku; keagungan-Ku tidak Kuberikan kepada siapapun; kemasyhuran-Ku tidak Kuserahkan kepada patung." (Yes 42:6-8 BIS)



TIP #16: Tampilan Pasal untuk mengeksplorasi pasal; Tampilan Ayat untuk menganalisa ayat; Multi Ayat/Kutipan untuk menampilkan daftar ayat. [SEMUA]
dibuat dalam 0.04 detik
dipersembahkan oleh YLSA