Resource > Jurnal Pelita Zaman >  Volume 9 No. 2 Tahun 1994 >  GEREJA DALAM ERA POST MODERNISME > 
SATU PADUKAN DIRI, LAKSANAKANLAH MISI ALLAH 

Kita harus bertobat dari semangat sektarian dan primordial yang tidak pernah dikehendaki Tuhan. Gereja sebagai Tubuh Kristus tidak dapat dan tidak boleh tercabik-cabik. Kita perlu memahami dan menghayati kesatuan dalam kepelbagian kita.

Betapa gereja di mana-mana menjadi diperlemah dan dipermiskin oleh sikap kita yang picik dan mau benar sendiri! Perhatikan bagaimana Paulus mendoakan gereja Efesus;

"Oleh sebab itulah saya berlutut di hadapan Bapa. Dari Dialah setiap keluarga di surga dan di bumi menerima sifatnya yang khusus. Saya berdoa semoga Allah yang Mahamurah berkenan untuk menguatkan batinmu dengan RohNya. Semoga karena kalian percaya kepada Kristus, Kristus tinggal di dalam hatimu, dan hidupmu didasarkan dan dikuasai oleh kasih. Saya berdoa semoga bersama-sama dengan semua umat Allah, kalian dapat menyelami betapa luasnya dan panjangnya serta tingginya dan dalamnya kasih Kristus, yang dengan akal manusia tidak dapat dipahami sedalam-dalamnya. Semoga kalian mengenal kasih Kristus itu, sehingga kalian penuh dengan kepribadian Allah yang sempurna." (Ef 3:14-19 BIS)

Tubuh Kristus sudah terlalu lama dicabik-cabik oleh berbagai pengelompokan. "Main-line denominations" dengan "free churches", presbiterial dengan konsegrasional, ekumenikal dengan evengelikal. Kharismatik dengan non kharismatik, Pentakosta dengan neo pentakosta dan lain sebagainya.

"Mungkinkah dua orang bepergian bersama-sama tanpa berunding terlebih dulu?" (Am 3:3)

Kita sudah lama berperang, dan peperangan yang kita alami akan terus menjadi kian seru dan kian kejam. Bagaimana mungkin kita dapat berperang secara efektif apabila kita masih saling curiga dan bertentangan di antara kita sendiri?

Gereja merupakan satu-satunya lembaga yang didirikan bukan semata-mata hanya untuk kepentingan para anggotanya! Apabila gereja sudah tidak berguna untuk masyarakat dimana dia berada, jangan heran apabila Tuhan akan (terpaksa) memakai alat(alat)-Nya yang lain!

Gereja tidak mungkin lagi menutup mata dari berbagai masalah riil yang berkecamuk di sekitarnya. Dan jangan kita menipu diri kita sendiri. Memang benar: "Apa untungnya bagi seseorang, kalau seluruh dunia ini menjadi miliknya, tetapi ia kehilangan hidupnya?" (Mrk 8:36 BIS). Tetapi kita semua tahu bahwa perut yang lapar tidak bisa dikenyangkan oleh khotbah yang betapapun baiknya. ketelanjangan dan kemiskinan, juga kebodohan tidak mungkin diselesaikan dengan berbagai seminar dan konvensi pendeta. Janganlah kita lupa bahwa setelah orang bertobat dan diselamatkan, semua masih harus tinggal dan hidup di dunia nyata ini dengan berbagai masalahnya yang kian komplek.

Kalau kita mau jujur, kita harus merasa malu karena Alkitab secara konsisten menegur kita dengan keras! "Celakalah kamu, kamu yang memutarbalikkan keadilan dan memperkosa hak orang! Kamu membenci orang yang menentang ketidakadilan dan yang berbicara benar dalam pengadilan. Kamu menindas orang miskin dan gandumnya kamu rampas... Aku tahu betapa besar kejahatanmu dan betapa banyak dosamu. Kamu menindas orang baik; kamu menerima uang sogok dan membiarkan orang miskin diperlakukan tidak adil di pengadilan. Karena perbuatanmu itu, maka orang-orang bijaksana merasa lebih baik diam saja pada masa yang jahat seperti itu... Aku benci dan muak melihat perayaan-perayaan agamamu! Kalau kamu membawa korban...aku tidak akan menerimanya... Hentikan nyanyian-nyanyianmu yang membisingkan itu; aku tak mau mendengarkan permainan kecapimu. Lebih baik, berusahalah supaya keadilan mengalir seperti air, dan kejujuran seperti sungai yang tak pernah kering." (Am 5:7,10-13,21-24 BIS)

"Apakah yang harus kita persembahkan kepada Tuhan, Allah di sorga, apabila kita datang untuk beribadat kepadaNya? ... Apakah Tuhan akan senang kalau kita membawa kepadaNya beribu-ribu domba atau berlimpah-limpah minyak zaitun? Haruskah kita mempersembahkan kepadaNya anak sulung kita ... ? Tidak! Tuhan telah menyatakan kepada kita apa yang baik. Yang dituntutNya dari kita ialah supaya kita berlaku adil, selalu mengamalkan cinta kasih, dan dengan rendah hati hidup bersatu dengan Allah kita." (Mi 6:6- 8 BIS)

"Celakalah kalian guru-guru agama dan orang-orang Farisi! Kalian tukang berpura-pura. Rempah-rempah seperti selasih, adas manis, dan jintan pun kalian beri sepersepuluhnya kepada Tuhan. Padahal hal-hal yang terpenting dalam hukum-hukum agama, seperti misalnya: keadilan, belas kasihan, dan kesetiaan, tidak kalian hiraukan. Padahal itulah yang seharusnya kalian lakukan, tanpa melalaikan yang lain-lainnya juga. Kalian pemimpin-pemimpin yang buta! Lalat dalam minumanmu kalian saring, padahal unta kalian telan!" (Mat 23:23-24 BIS)

Apakah kita merasa gelisah dengan teguran-teguran di atas? Apakah kita khawatir bahwa kita sebagai gereja mulai melakukan apa yang semestinya bukan menjadi urusan kita? Kita perlu menyimak apa yang dengan tegas dinyatakan oleh Petrus dalam khotbahnya di Kisah Para Rasul 10:38:

"Kalian tahu bahwa Allah sudah memilih Yesus orang Nazaret itu dan memberikan kepada-Nya Roh Allah dan kuasa. Kalian tahu juga bahwa Yesus itu pergi ke mana-mana untuk berbuat baik; Ia menyembuhkan semua orang yang dikuasai oleh Iblis; sebab Allah menyertai Dia."

Bagaimana gereja Tuhan bisa berbuat lain daripada Tuhan gerejanya? Bagaimana seandainya kita semua mau dengan kejujuran dan dengan kerendahan hati memahami Amanat Agung yang penting itu bukan saja dari Injil Sinopsis tetapi juga dari Injil Yohanes?

"Seperti Bapa sudah mengutus Aku ke dunia, begitu juga Aku mengutus mereka ke dunia." (Yoh 17:18 BIS)

"Salam sejahtera bagimu. Seperti Bapa mengutus Aku, begitu juga Aku mengutus kalian." (Yoh 20:21 BIS)

Sebagai gereja dan sebagai hamba-hamba Tuhan kita harus mengalami pertobatan dan pembaharuan. Kita harus bersatu padu. Bersatu padu bukan hanya demi untuk persatuan itu sendiri. Tetapi kita membutuhkan persatuan bahkan harus bersatu padu agar pelayanan dan kesaksian kita menjadi lebih efektif dan efisien!

Bukan tujuan kami untuk menutup mata terhadap perbedaan perbedaan yang ada, bahkan yang pasti akan tetap ada pada kita. Memang masing-masing kita unik, sebagaimana ibu jari tidak sama dengan kelingking, mata tidak sama dengan telinga, tangan bukanlah kaki. Tetapi marilah kita belajar untuk menerima satu dengan yang lain, menghargai orang lain, dan mensyukuri perbedaan yang ada. Memang, kita bukan hanya menekankan dan mengutamakan kesamaan-kesamaan yang ada saja, kita bahkan tidak boleh meremehkan perbedaan-perbedaan yang ada. Tetapi kita tidak boleh lupa bahwa pada diri kita sendiri-sendiri, secara terpisah-pisah (apa lagi saling berlawanan), bukan saja menjadikan kita tidak lengkap bahkan telah membuat kita kurang mampu dan kurang berdaya untuk menjawab berbagai tantangan masyarakat pos-mo.

Untuk itu, marilah kita menjadi lebih dewasa. Bila perlu kita harus setuju untuk tidak setuju dalam beberapa hal. Sementara itu, ketidaksetujuan kita jangan sampai melumpuhkan kita untuk dapat bergandengan tangan dan merapatkan barisan untuk melakukan misi Allah yang telah dipercayakan kepada gereja-Nya.



TIP #06: Pada Tampilan Alkitab, Tampilan Daftar Ayat dan Bacaan Ayat Harian, seret panel kuning untuk menyesuaikan layar Anda. [SEMUA]
dibuat dalam 0.04 detik
dipersembahkan oleh YLSA