Akhir-akhir ini semakin disadari bahwa manusia modern berada di tengah-tengah kebingungan, krisis, kemelut dan berbagai tumpukan permasalahan hidup. Pada penghujung milenium kedua ini banyak yang limbung atau goyah. Hal inilah yang menyebabkan sebagian masyarakat tertentu mencari topangan atau pegangan hidup seperti kuasa-kuasa adi kodrati (entah kekuatan batin ataupun langsung berkiblat kepada Iblis dan sebagainya) demi mendapatkan harapan kepastian. Tak mengherankan bila paranormal tampaknya semakin digandrungi, baik oleh kalangan eksekutif, para pengusaha maupun kelompok penguasa tertentu; pun juga tak terkecuali oleh kebanyakan rakyat berpendidikan rendah, bahkan tergolong mereka yang masih hidup di bawah garis kemiskinan. Buktinya praktika tenaga prana, perdukunan (santet dan motif lainnya), astrologi, peramalan serta rupa-rupa aplikasi fengshui bertambah marak saja di mana-mana.
Tidakkah gejala mistik praktis ini perlu segera kita antisipasi dengan sigap dan tepat, agar jangan sampai menggoyahkan sendi-sendi keimanan dan kesaksian jemaat Tuhan? Apabila kita dengan cermat menilai dan menganalisa secara kritis, ternyata tidak jarang bahwa di balik semua bentuk praktek-praktek tersebut tadi bercokollah sang Iblis dengan segala tipudayanya. Ia tidak saja mendalangi, menggoda dan menarik banyak korban, tetapi juga memanfaatkan dan dimanfaatkan; entah menunggangi atau ditunggangi.
Adalah tanggung jawab kita sekalian selaku umat Kristen untuk memberikan telaah yang jitu serta perlu bersikap tegas, jelas dan bertindak tuntas di dalam memberantas praktek-praktek tersebut yang nyata-nyata ditentang Tuhan. Untuk maksud itulah JPZ pada edisi kali ini mengetengahkan beberapa tulisan yang bersentuhan langsung dengannya. Kebanyakan dari artikel ini adalah hasil studi di seputar "dunia" gelap yang dikaji dari perspektif teologia, psikologis, pastoral - praktis bahkan misiologis. Tentu saja masih banyak segi lain yang belum terkupas secara menyeluruh, tapi sebagian pembaca sebagai langkah strategi lanjutan dalam rangka upaya memperkokoh sistem pertahanan iman Krisiani kita sekalian.
di seputar "dunia" gelap yang di kaji dari perspektif teologis, psikologis, pastoral - praktis bahkan misiologis. Tentu saja masih banyak segi lain yang belum terkupas secara menyeluruh, tapi setidak-tidaknya ini merupakan suatu permulaan ataupun bagi sebagian pembaca sebagai langkah strategi lanjutan dalam rangka upaya memperkokoh sistem pertahanan iman Kristiani kita sekalian.
Perlu diketahui bahwa semula tema yang ditentukan adalah "Teologia dan Pelayanan Kristen bagi Masyarakat Masa Depan". Hal ini ditangguhkan dulu mengingat pada bulan Mei yang lalu Yayasan Pengembangan Pelayanan Kristen Pelita Zaman bekerja sama dengan Christian Centre of Church Studies telah menyelenggarakan Minister Convention '94 tentang "Gereja, Teologi dan Masyarakat". Karena banyak bahan masukan yang juga tercakup dalam tema di atas, maka kami memutuskan untuk menerbitkan tersendiri dalam edisi khusus mendatang. Hanya dukungan dan urun sumbang saran saudara sekalian tetap kami harapkan. Terima kasih!
Penelitian terhadap kerasukan setan dan tindakan pengusiran adalah masalah yang sulit, yang menampakkan banyak fenomena dengan berbagai konklusi. Tema ini demikian problematis, sehingga banyak yang memperdebatkannya. Di antaranya J B. Cortes dan F M. Gatti dalam bukunya The Case Against Possessions and Exorcism menyatakan bahwa:
The biblical descriptions of possession and exorcism should use the language of accommodation. Theologically, this approach is preferable to the view that Jesus taught and acted in ignorance of the real nature of possession. Furthermore, our Lord could hardly have spoken about possession.395
Di satu sisi, masalah kerasukan dengan pengusiran setan memiliki dukungan Alkitab. Tak seorang pun yang memegang Alkitab sebagai patokan yang berotoritas mengabaikan pengajaran demonologis. Di sisi lain, beberapa laporan dari dunia kontemporer dengan manifestasi gejala yang mirip dengan Alkitab, masih perlu didiskusikan.
Nats Alkitab: Mrk 5:1-20; Luk 8:26-39
Pada masa Tuhan Yesus melayani di dunia ini, kegiatan setan lebih banyak berkiprah di daerah Galilea, Sidon, dan sekitarnya. Sedang orang dirasuk setan tidak pernah dijumpai di Yerusalem, ini suatu hal yang perlu diperhatikan. Karena di Yerusalem terdapat Bait Allah dan kota di mana raja bertakhta, maka sepertinya Iblis dan setan tidak berani mengadakan kegiatan di sana.
Pada waktu dahulu, di kota besar kebudayaan maju dengan pesat dan tempat di mana Injil telah disampaikan, di sana jarang ditemukan kasus orang dirasuk setan. Namun tempat di mana banyak orang dirasuk setan adalah tempat-tempat di mana kebudayaan masih terbelakang, daerah hutan belantara, tempat-tempat terpencil dan takhayul masih merajalela. Namun pada masa kini astrologi, ilmu nujum, perdukunan dan hubungan dengan setan sangat merajalela, karena manusia membuka pintu bagi setan, dengan sendirinya ia tanpa permisi akan hadir dan masuk ke tempat tersebut.
Bagaimana membedakan antara orang yang dirasuk setan (demon possession) dengan orang sakit jiwa (mental disease)? Alkitab Perjanjian Baru mencatat tentang hal setan lebih 80 kali, lebih dari sepuluh kali dicatat di dalam keempat kitab Injil. Dan di sana dibedakan antara orang yang dirasuk setan dengan orang yang sakit jiwa. Yaitu, Mat 4:24; 8:16; 10:8; Mrk 1:32; 6:13; 16:17-18; Luk 4:40-41; 9:1; 13:32, dan sebagainya.
Contoh paling konkrit, tercatat dalam Mrk. 7:31-37, di mana Tuhan Yesus menyembuhkan seorang bisu yang "sakit", dengan memasukkan jari tangan ke dalam telinganya dan dengan ludah-Nya meraba lidahnya, kemudian berkata "Terbukalah!" maka dengan segera orang itu menjadi sembuh. Namun dalam Markus 9, menghadapi seorang anak yang bisu tuli, Yesus mengetahui dengan jelas bahwa hal ini akibat dari kerasukan setan, maka Dia menghardik setan itu dan berkata: "Hai kau roh yang menyebabkan orang menjadi bisu tuli, Aku perintahkan engkau keluar dari anak ini dan jangan memasukinya lagi!" Maka keluarlah roh itu sambil berteriak dan menggoncang-goncangkan anak itu anak itu dengan hebatnya.
Orang sakit jiwa sangat menakutkan manusia, demikian pula halnya dengan orang yang dirasuk setan. Apabila kita tidak lebih dahulu membedakan, tetapi keliru memutuskan maka sulit untuk menolongnya, bahkan kalau dibiarkan terlalu lama akan mencelakakan orang tersebut. Oleh sebab itu langkah pertama yang terpenting adalah memeriksa dengan seksama. Di bawah ini ada sepuluh petunjuk yang bisa dipakai sebagai informasi untuk membedakan keduanya.
Berbicara tentang pekabaran Injil dan kuasa kegelapan berarti kita sedang melihat dua kekuatan yang saling bertentangan. Di satu pihak adalah kekuatan "penguasa kerajaan angkasa" yang berusaha membunuh dan membinasakan, di pihak lain adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan dan memberikan hidup yang berkelimpahan kepada manusia.
Dalam tulisan ini, saya tidak tidak perlu meyakinkan lagi para pembaca akan usaha penyerangan kuasa kegelapan dalam pekabaran Injil. Karena asumsi saya, bahwa usaha apapun yang menyangkut pekerjaan Tuhan atau sesuatu yang baik dari Tuhan, pasti mendapat perlawanan dari Iblis.455 Di sini saya hanya menyoroti pola strategi dan bentuk-bentuk usaha perlawanan Iblis yang ditujukannya terhadap usaha-usaha pekabaran Injil.
Agar persepsi kita sama, maka perlu saya jelaskan bahwa yang dimaksud dengan pekabaran Injil itu tidak lain adalah aktivitas misi gereja untuk menyampaikan berita kesukaan, yakni Yesus Kristus sebagai mana yang diceritakan oleh Alkitab, dalam kuasa Roh Kudus dan menyerahkan hasilnya kepada Tuhan.
Unsur yang sangat penting dari pengertian di atas adalah berita tentang Yesus. Seringkali orang kabur tentang berita ini. Memang, moral merupakan bagian yang penting dalam kehidupan Kristen, namun bukan itu yang inti dalam pemberitaan Injil. Demikian pula halnya dengan pelayanan sosial. Kalaupun ada usaha-usaha pelayanan sosial, itu tidak lebih dari "jembatan" dalam pengertian luas dan taktis strategis untuk pekabaran Injil.
Tentu Yesus yang dimaksud adalah Yesus yang dikisahkan oleh Alkitab. Yesus yang disaksikan oleh Alkitab adalah Yesus yang mati dan bangkit pada hari yang ketiga.456
Dalam penginjilan kita juga tidak mengabaikan kuasa Roh Kudus. Pemberitaan Injil merupakan pekerjaan Allah. Kuasa-kuasa kegelapan selalu berada pada posisi menyerang pada setiap pekerjaan Allah. Kita tidak mampu melawan kuasa-kuasa kegelapan itu. Hanya Roh Allah yang mampu menghadapinya. Kalau dalam kegiatan-kegiatan penginjilan itu kita melihat akan keberhasilannya, maka semuanya itu adalah kuasa Roh Kudus.
Unsur berikutnya adalah keterlibatan dengan gereja. Tugas pelaksanaan Amanat Agung Tuhan Yesus itu tidak dapat dilepaskan dari konteks gereja. David J. Bosch dalam International Bulletin of Missionary Research menegaskan bahwa pekabaran Injil merupakan dimensi dan aktivitas misi gereja.457 Seorang yang percaya dan menerima Yesus harus menjadi salah satu dari anggota tubuh Kristus yang terwujud di dalam keanggotaannya di sebuah gereja lokal. Sebuah usaha penginjilan yang tidak bermuara kepada gereja, maka hal itu akan mengurangi salah satu aspek dalam keselamatan.
Bank BCA Cabang Pasar Legi Solo - No. Rekening: 0790266579 - a.n. Yulia Oeniyati
Kontak | Partisipasi | Donasi