Resource > Jurnal Pelita Zaman >  Volume 7 No. 1 Tahun 1992 >  KEMATIAN YESUS KRISTUS > 
MENGAPA KEMATIAN? 

Tidak seorangpun dapat membantah pernyataan bahwa kematian adalah universal, tak terelakkan. Kita tidak mempunyai kemampuan apapun untuk mencegah apalagi mengenyahkannya. Usaha terbesar yang manusia bisa lakukan hanyalah menunda kedatangannya. Tetapi; acapkali juga mempercepat kedatangannya. Tidak seorangpun bertanya, "Adakah kematian setelah kehidupan?" Pertanyaan yang sering kita tanyakan adalah mengapa. Mengapa setiap manusia harus menghadapi kematian, apa yang menyebabkannya? Umumnya kita mengkategorikan empat cara mati: eksekusi (legal dan illegal), bunuh diri, kecelakaan, dan kematian "alamiah". Tetapi semua ini tidak menjawab pertanyaan mengapa melainkan bagaimana. Jika pertanyaannya adalah "Mengapa manusia mati?", Alkitab memberi kita jawaban bahwa kematian disebabkan oleh dosa.

Kata "mati" pertama kali disebutkan dalam Alkitab pada bagian awal sekali, tetapi bukan dari awal sejarah manusia. Pada mulanya manusia, yang diciptakan menurut gambar Allah, hidup dalam kondisi moral dan rohani yang sempurna, tinggal dalam dunia yang sempurna, serta mempunyai persekutuan yang harmonis dengan Allah, Penciptanya. Tetapi kondisi ini adalah kondisi bersyarat, yaitu selama mereka taat kepada Allah. Untuk petunjuk ketaatan itulah Allah menempatkan pohon pengetahuan baik dan jahat serta memerintahkan, "Semua pohon dalam taman ini boleh kau makan buahnya dengan bebas, tetapi pohon pengetahuan yang baik dan yang jahat itu, janganlah kau makan buahnya sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati" (Kej 2:16-17). Inilah pertama kalinya manusia mendengar kata "mati".

Apapun alasan di balik adanya "pohon pengetahuan yang baik dan jahat", yang penting adalah Allah menempatkannya untuk menjadi petunjuk apakah manusia bersedia taat atau tidak kepadaNya. Ternyata manusia telah gagal untuk taat sepenuhnya kepada Allah, dengan menyerahkan dirinya kepada pencobaan si jahat (Kej 3:6).

Ketidaktaatan manusia membawa mereka kepada kematian. Kematian di dalam Alkitab tidaklah berarti terminasi, tetapi separasi. Alkitab menunjukkan bukan hanya kematian fisik (separasi roh dari tubuh), tetapi juga kematian rohani (separasi roh dari Allah). Dengan pemahaman seperti ini, kita dengan mudah mengerti akan apa yang Adam dan Hawa alami ketika mereka jatuh dalam dosa. Mereka mengalami kematian rohani; hubungan mereka dengan Allah hancur. Mendengar suara Allah tidak lagi membuat mereka keluar menyambutNya, melainkan lari bersembunyi dalam ketakutan (Kej 3:8). Tetapi itu belum semuanya: dari saat dosa pertama ini dilakukan, tubuh mereka menjadi takluk kepada sakit penyakit, kebusukan, dan kemerosotan. Kematian rohani dengan segera dialami sedangkan kematian fisik dapat dihindari.

Kisah ini bukan sekedar kisah purba, tetapi sebuah kisah yang terus-menerus relevan, karena Adam mewariskan natur, status dan karakter berdosanya kepada generasi manusia berikutnya. Kita berbagian dalam kesalahan dan kejatuhan Adam, karena Adam merupakan figur representatif umat manusia. Rasul Paulus menekankan kebenaran mengerikan ini dalam suratnya kepada jemaat Roma. Dikatakannya bahwa, "Dosa telah masuk ke dalam dunia oleh satu orang, dan oleh dosa itu juga maut, demikianlah maut itu telah menjalar kepada semua orang, karena semua orang telah berbuat dosa" (5:12). Penekanan yang sama kita jumpai pada ayat 15, 16 dan 18. Melalui dosanya, Adam telah menghancurkan semua orang yang diwakilinya, dan bukti kematian rohani manusia adalah tak terhindarkannya ia dari kematian fisik.

Kaitan antara dosa dan kematian sangat mudah kita jumpai di seluruh Alkitab (lih. mis. Yeh 18:20; Ams 11:19; Rm 6:23; Yak 1:15). Kaitan kedua hal ini disebut Alkitab sebagai "hukum dosa dan hukum maut" (Rm 8:2). Hukum ini merupakan hukum yang pasti. Kematian merupakan hukuman Allah yang adil dan tak terelakkan terhadap dosa manusia.



TIP #18: Centang "Hanya dalam TB" pada Pencarian Universal untuk pencarian teks alkitab hanya dalam versi TB [SEMUA]
dibuat dalam 0.03 detik
dipersembahkan oleh YLSA