Resource > Jurnal Pelita Zaman >  Volume 7 No. 1 Tahun 1992 >  DWI SIFAT DASAR KEILAHIAN DAN KEINSANIAN KRISTUS > 
KEUNIKAN RELASI DARI KEDUA SIFAT DASAR 

Konsep ke-Allah-an orang Kristen memang unik dan khas. Trinitas tidak saja menunjuk pada satu hakekat (esensi) Allah yang mahaesa namun juga menyatakan adanya tiga Person Allah (Bapa, Anak dan Roh Kudus) yang setara satu dengan yang lainnya dalam segala sifat dasar, atribut dan posisiNya.173 Di antara Bapa, Tuhan Yesus dan Allah Roh Kudus, Kristus sebagai Person kedua dari Allah Tritunggal mempunyai natur yang lebih unik lagi. Dia adalah sang Pengantara yang esa (tunggal dan satu-satunya) antara Allah dan manusia, demikian disebutkan dalam I Timotius 2:5. Sebagai sang Mediator antara Khalik dan makhluk yang diciptakan segambar dan serupa dengan Allah sendiri, Yesus tentu memiliki dwi sifat dasar yang menyatu pada satu Pribadi. Kedua sifat dasar ini adalah keilahian dan keinsanianNya. Namun harus benar-benar ditekankan di sini bahwa Yesus sama sekali bukan termasuk kategori makhluk ciptaan. Dia adalah Allah sejati yang lahir menjadi Manusia sejati pula.

Di dalam sejarah gereja abad-abad permulaan (pertama hingga keenam) kita senantiasa menyaksikan terjadinya proses kristalisasi iman Kristen yang ortodoks; khususnya berkenaan dengan doktrin Trinitas, Kristologi, Soteriologi, Bibliologi dan lain sebagainya. Banyak ajaran-ajaran sesat yang bermunculan pada waktu itu; namun seiring dan sezaman dengannya juga bangkit bapa-bapa Gereja, para teolog dan apologet yang mencoba mempertahankan dogma yang benar. Sementara itu juga diselenggarakan beberapa kali Konsili atau semacam sidang pertemuan raya gerejawi untuk membahas dan merumuskan kembali berbagai permasalahan teologis kontemporer pada masa tersebut. Dari keenam kali konsili besar dalam kurun waktu 325 sampai 681 Masehi, lima di antaranya membahas isu-isu Kristologis.174 Hal ini membuktikan bahwa perdebatan dan perjuangan untuk memahami doktrin Kristologi yang paling ortodoks adalah demikian panjang dan berat. Konsili Chalcedon pada tahun 451 M. telah berhasil merumuskan suatu kredo yang hingga hari ini tetap menjadi standar bagi ortodoksi Kristologis.

Kutipan selengkapnya dari kredo Chalcedon berikut ini berisi pernyataan-pernyataan yang paling definitif mengenai dwi sifat dasar Kristus

Karena itu, sesuai dengan (pandangan) bapa-bapa suci, kami sepakat untuk mengajarkan bahwa kami mengakui Tuhan kita, Yesus Kristus, sebagai Putera yang satu dan sama, yang sama sempurnanya dalam ke-Allah-an dan yang sama sempurnanya dalam kemanusiaan, Allah yang sejati dan manusia yang sejati, yang mempunyai jiwa dan tubuh rasional yang sama (dengan manusia), berkonsubstansi (homoousios) dengan Bapa dalam keilahian dan berkonsubstansi (homoousios) dengan kita (manusia) dalam keinsanian, sama seperti kita dalam segala sesuatu kecuali dosa; dilahirkan dari Bapa sebelum (ada) segala zaman (apabila itu) menyangkut keilahian-Nya, dan pada hari-hari yang terakhir, Ia dilahirkan dari perawan Maria, Theotokos, oleh karena kita dan demi keselamatan kita, (apabila itu dipandang dari) keinsanianNya: Kristus yang satu dan yang sama, Putera, Tuhan, yang hanya dilahirkan, dikenal dalam dua tabiat tanpa percampuran, tanpa perubahan, tanpa pemisahan, tanpa pembagian, (diantara dwi sifat dasar itu), perbedaan di antara dua tabiat itu sama sekali tidak ditiadakan oleh adanya kesatuan, tetapi sifat dari masing-masing tabiat itu dipeliharakan dan digabungkan dalam satu Pribadi (Prosopon) dan satu hypostasis, tidak dibagi-bagi atau dipisah-pisahkan ke dalam dua Pribadi (Prosopa), tetapi Putera yang sama dan satu-satunya, yang hanya dilahirkan, Kalam ilahi, Tuhan Yesus Kristus, sebagaimana nabi-nabi Perjanjian Lama dan Yesus Kristus sendiri mengajarkannya kepada kita mengenai Dia dan pengakuan iman bapa-bapa (suci) diturunkan (kepada kita)."175

Apa yang telah dirumuskan dan kemudian dibakukan dalam Konsili Chalcedon ini memberikan Gereja suatu jawaban yang mantap terhadap isu-isu Kristologis di seputar pertanyaan siapakah Yesus Kristus itu. Karena Kristus adalah satu Pribadi dengan dwi sifat dasar, maka selanjutnya muncul pertanyaan lain apakah Dia memiliki satu atau dua kehendak. Konsili Constantinople III (tahun 680-681 M.) menetapkan:

In our Lord, Jesus Christ, there are two natural wills, and, two natural operations, indivisibly, inconvertibly, unseparably, without any fusion, as the holy fathers have taught, and that these two natural wills are not contrary, as wicked heretics have said.176

Sehubungan dengan ajaran-ajaran yang menyimpang dari keyakinan yang benar terhadap Kristologi, dapat disebutkan beberapa bidat yang menyesatkan. Mereka ini antara lain adalah:

1. Apollinarianisme, yang mengajarkan bahwa Logos-lah yang bersifat ilahi itu telah menggantikan roh manusia Yesus sehingga dengan demikian menyangkal sifat dasar insaniNya yang utuh.

2. Gnostisisme, yang menganut paham bahwa kemanusiaan Tuhan bergabung dengan keilahian-Nya sementara waktu saja di dalam penampakan (antara baptisan dan kematian-Nya). Sesungguhnya Yesus bukanlah Theantropos yang sejati.

3. Eutychianisme, yang menyatakan bahwa sifat dasar insani Kristus terserap oleh Logos. Jikalau tidak demikian tentulah pada saat inkarnasi terjadi natur yang ketiga. Sesudah inkarnasi tubuh Yesus menjadi satu (monofisis).

4. Nestorianisme, yang menetapkan bahwa Logos mendiami Person Yesus dan membuat Yesus menjadi Allah yang menyandang manusia, daripada sebagai Allah Manusia. Jadi kesatuanNya bersifat mekanis daripada organis.

5. Adopsionisme, yang beranggapan bahwa Roh Allah masuk ke dalam manusia Yesus mulai pada saat baptisanNya. Dengan demikian tatkala Allah sang Logos mendiami tubuh Yesus, Dia menjadi manusia yang berbeda dengan lainnya.

6. Ebionisme, yang mempertahankan bahwa Yesus adalah pilihan Allah, nabi yang sejati, namun bukan bersifat ilahi. Mereka menolak kelahiran Yesus lewat perawan, ke-Anak-an dan praeksistensiNya.

7. Docetisme, yang meniadakan humanitas Yesus. Jadi kemanusiaan Yesus dan penderitaan-Nya tidaklah riil, melainkan hanya bersifat fantasi. Dikatakan bahwa sebelum meninggal, Kristus sudah meninggalkan manusia Yesus.

8. Monothelitisme, yang mengatakan bahwa Kristus tidak mempunyai kehendak manusiawi, melainkan hanya memiliki satu kehendak ilahi. Jadi paham ini mengurangi keutuhan sifat dasar keinsanian Yesus Kristus.

9. Monophisitisme, yang berpandangan bahwa Kristus hanya memiliki satu natur (sifat dasar); sehingga tak rela menerima natur manusia Kristus yang impersonal. Diajarkan bahwa Dia hanya mempunyai satu hakikat ilahi insani.

10. Arianisme, yang menyimpulkan bahwa sang Logos harus termasuk kelompok makhluk ciptaan; jadi Dia tidaklah kekal, sehingga sebagai suatu makhluk ciptaan ada suatu waktu di mana Dia (Kristus) pernah tidak eksis.

Dari sederetan ajaran-ajaran menyimpang tersebut di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa salah satu faktor penyebabnya adalah ketidakteguhan atau ketidakkonsistenan dalam memegang kepada keutuhan, keunikan, kesatuan, keharmonisan dan keseimbangan ajaran Kristologis yang sehat dan benar. Biasanya penekanan kepada salah satu dari dwi sifat dasar Kristus akan melemahkan atau malah mengabaikan yang lainnya.



TIP #26: Perkuat kehidupan spiritual harian Anda dengan Bacaan Alkitab Harian. [SEMUA]
dibuat dalam 0.03 detik
dipersembahkan oleh YLSA