Resource > Jurnal Pelita Zaman >  Volume 6 No. 1 Tahun 1991 >  GERAKAN ZAMAN BARU (NEW AGE MOVEMENT) > 
GERAKAN PENGEMBANGAN PRIBADI 

Gerakan Pengembangan Pribadi merupakan salah satu bentuk Gerakan Zaman Baru yang dikenal dalam berbagai-bagai nama seperti New Consciousness Movement, Human Potential Movement, Creative Imagination, Self Motivation, Self Actualization, Self Realization, Self Esteem, Transformation Movement, Mind Power, Positive Thinking, Possibility Thinking, Possibility Confession, Success Motivation, Personal Development, New Humanism, dan lain-lain.

Pada prinsipnya gerakan-gerakan pengembangan pribadi itu mengajak orang-orang untuk menyadari kemampuannya yang tidak terbatas/terhingga, untuk mencapai kehidupan yang damai, sukacita, cinta, dan kelimpahan di bumi ini, dan bahkan dikatakan bahwa "pencerahan rohani merupakan kunci sukses perusahaan". Dengan adanya janji janji demikian dapat dimaklumi kalau banyak perusahaan melatih karyawan-karyawannya ke arah praktek demikian, dan dunia profesional diisi dengan seminar-seminar yang mempopulerkan falsafah demikian.

Perkembangan dari gerakan-gerakan pengembangan pribadi ini tidak terlepas dari perkembangan psikologi modern/baru yang menonjolkan Self Actualization (aktualisasi diri), dan yang merupakan bagian dari self-centered philosophy atau ME Generation (generasi Aku), suatu cabang ilmu jiwa yang berpusatkan diri manusia yang belakangan ini populer dan banyak dianut orang.

Memang gerakan-gerakan pengembangan pribadi tidak secara eksplisit mengacu pada agama-agama kebatinan tertentu, juga tidak menggunakan istilah-istilah agama, pengajarannya juga tidak diberikan di kelenteng atau vihara, bahkan dikembangkan dengan baju ilmu pengetahuan modern seperti psikologi modern. Tetapi, sekalipun demikian, ternyata gerakan-gerakan ini mempunyai pandangan yang prinsipnya sama sekalipun diajarkan oleh badan-badan yang menamakan dirinya universitas, institut, pusat, atau dalam bentuk seminar-seminar motivasi.

Di Amerika gerakan ini dipopulerkan melalui seminar-seminar seperti yang diselenggarakan dengan nama Esalen Institute (Erhard Seminar Training), Lifespring, Forum dan sebagainya. Dalam bentuknya yang dikaitkan dengan Kekristenan, kita jumpai seminar-seminar dengan nama Positive Thinking (Norman Vincent Peale), Possibility Thinking (Robert Schuller), dan Positive Confession (Kenneth Hagin) di Amerika, dan di Korea dikenal Iman Dimensi Ke Empat (Jonggi Cho) yang dipopulerkan di dalam dan di luar Kekristenan.

Pengaruh seminar-seminar pengembangan pribadi dalam bentuknya yang lebih ringan, populer, dan praktis dapat dijumpai misalnya dalam bentuk seminar pengembangan pribadi yang diadakan oleh Dynamic Life (dari Singapore), John Robert Powers dan Dale Carnegie (keduanya berpusat di Amerika Serikat). Seminar-seminar mana telah dipopulerkan pula di Indonesia.

Pada dasarnya, gerakan-gerakan pengembangan pribadi mempercayai adanya kekuatan (power), pikiran (mind) atau potensi alam semesta atau yang disebut sebagai Universal Power, Universal Mind, atau Universal Self. Mereka percaya bahwa manusia memiliki sebagian dari kekuatan semesta yang disebut dengan nama antara lain: human potential, human power, human mind dan the power of the self. Manusia dianggap mempunyai potensi atau kekuatan demikian yang tidak terhingga. Jadi, tugas manusia adalah untuk menggali kekuatan atau potensi diri itu semaksimal mungkin (self actualization/self realization) untuk mencapai kemanusiaan yang penuh (New Humanity).

Pada umumnya bila dalam gerakan kebatinan jalan itu dicapai dengan meditasi, latihan pernafasan, atau gerak tubuh, maka dalam gerakan pengembangan pribadi dilakukan dengan kekuatan atau kemampuan pikiran dan mental (mind and mental power), jadi merupakan usaha rasionalisasi faham kebatinan. Tetapi, sering juga usaha-usaha pengembangan pribadi ini dicampur dengan praktek-praktek meditasi (teknik relaksasi) dan pengaturan pernafasan (breathing control).

Memang gerakan-gerakan pengembangan pribadi menarik untuk diikuti termasuk oleh orang Kristen, sebab sering tidak menunjukkan ciri agama kebatinan tertentu, dan sifatnya praktis dan menarik. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kemampuan diri sendiri tanpa bantuan orang lain. Jadi berarti bahwa manusia adalah subjek kemajuan dirinya sendiri (anthroposentris); manusia menjadi juruselamat bagi dirinya sendiri, dan manusia pada dasarnya sama dengan hakekat semesta, yaitu universal power mind itu.

Oleh karena tidak teras terang membawa misi agama kebatinan, dan sifatnya yang seolah-olah ilmiah dan netral, maka penyebarannya lebih mudah diterima umum termasuk orang-orang beragama dan orang-orang Kristen. Tetapi, kalau dilihat lebih mendalam, sifatnya sama yaitu mengalihkan pandangan iman Kristen seseorang dari Tuhan kepada dirinya sendiri, dari anugerah Allah kepada usaha manusia (humanisme), dan lebih dari itu bahkan melatih orang membebaskan dirinya dari otoritas luar, manusia dapat membebaskan dirinya sendiri dari kelemahan diri, dan manusia mempunyai potensi/kekuatan untuk menentukan masa depan dan tujuan hidupnya sendiri. Hakekat realita dosa dalam diri manusia diabaikan, dan hanya dianggap sebagai ketidakseimbangan pribadi atau belum digalinya potensi diri manusia saja.



TIP #17: Gunakan Pencarian Universal untuk mencari pasal, ayat, referensi, kata atau nomor strong. [SEMUA]
dibuat dalam 0.05 detik
dipersembahkan oleh YLSA