Resource > Jurnal Pelita Zaman >  Volume 6 No. 1 Tahun 1991 >  TEOLOGIA KEBERHASILAN DAN KEMAKMURAN > 
AJARAN-AJARAN TEOLOGIA SUKSES DAN KEMAKMURAN 

Pada akhir abad ini sadar atau tanpa sadar mulai terlihat pengaruh yang tidak dapat diabaikan dari suatu gerakan di kalangan umat Kristen sendiri. Gerakan ini memiliki pandangan dan strategi yang jitu untuk meyakinkan sebagian umat Kristen bahwa menjadi orang Kristen berarti harus sukses dalam segala hal, makmur, kaya raya, tanpa penyakit, tanpa masalah hidup dan sebagainya. Ada yang membedakan antara sukses dan makmur. Dikatakan bahwa sukses berarti keberhasilan usaha, kerja, prestasi, dalam tujuan apapun; sedang makmur bersangkut paut dengan kekayaan, kesehatan, kebahagiaan, tanpa penderitaan, tantangan, kesulitan hidup, dan seterusnya. Namun dua hal tersebut sangat berkaitan erat sehingga kami akan membahasnya dalam satu kesatuan.

Pengajaran tentang Teologia Sukses dan Kemakmuran tumbuh dengan sangat pesat dan subur setelah bangkitnya gerakan kebangunan rohani (abad 18-20). Mereka menganggap bahwa pada zaman akhir ini pekerjaan Allah telah dicurahkan dengan lebih nyata, terbukti dengan dicurahkannya karunia Roh secara berkelimpahan, mujizat kesembuhan, penglihatan-penglihatan dan lain-lain. Pencurahan Roh Kudus dan karuniaNya merupakan tanda atau bukti bahwa Allah telah membuka kesempatan bagi setiap orang percaya untuk mengalami segala kesuksesan dan kemakmuran dalam seluruh aspek kehidupannya.

Dengan munculnya ajaran teologia yang bermacam-macam dari kalangan umat Kristen sendiri, sering orang bertanya mengapa bila Alkitabnya sama, ajarannya bisa saling berbeda dan bahkan bertentangan? Bila kita mau meneliti apa yang menjadi sebab timbulnya perbedaan-perbedaan dalam perkembangan teologia, bahkan sampai timbul pertentangan dan perpecahan dalam gereja, salah satu sumber utamanya adalah cara menafsirkan Alkitab. Tetapi, kebanyakan penganut Teologia Sukses berpendapat bahwa penafsiran tidak ada gunanya, yang penting adalah apa yang Alkitab katakan. Namun, mereka tidak sadar bahwa pada waktu kita membaca bagian apapun dari Alkitab mau tidak mau pasti kita melakukan penafsiran.

Menurut penganut Teologia Kemakmuran, Roh. Kudus adalah penafsir Alkitab yang bebas, tanpa batas. Apapun yang Roh Kudus katakan dalam hati kita (melalui ayat maupun "suara" langsung) adalah kebenaran, meskipun kebenaran tersebut sama sekali lain artinya dari konteks ayat yang sedang dibaca. Mereka beranggapan bahwa kebenaran Allah tidak dibatasi hanya "sebesar" kata-kata dalam Alkitab saja.

Dengan perkataan lain, dalam penafsiran mereka tidak menyelidiki secara konsisten. Mereka condong melakukan penafsiran yang subjektif, tidak memperhatikan latar belakang penulisan kitab yang sedang dibaca, maksud atau tujuan penulis menulis kitab tersebut, arti sebenarnya dari kata-kata dalam ayat yang ditafsirkan (tekstual), hubungan ayat sebelum dan sesudahnya (kontekstual), dan pengertian ayat tersebut dalam kesatuan seluruh ajaran Alkitab (kontekstual). Mereka mempunyai kecondongan yang kuat untuk menafsirkan ayat berdasarkan pada konsep-konsep yang sudah terbentuk dalam pikirannya, atau berdasarkan pada pengalaman-pengalaman pribadinya atau kelompok favoritnya. Kebenaran Alkitab hanya ditekankan pada bagian-bagian tertentu saja, yaitu yang menunjang pendapat, perasaan atau pengalamannya. Di luar itu selalu dihindari, bahkan ada kecondongan untuk ingin memutarbalikkan ayat-ayat dalam firman Tuhan demi membela keyakinannya sendiri. Akibatnya, mereka hanya mau menerima segala yang cocok dan logis menurut analisa pikiran, perasaan dan pengalamannya sendiri, atau menerima segala konsep secara membabi buta dari pimpinan atau tokoh mereka. Dengan perkataan lain, sikap yang timbul adalah selalu memejamkan mata (menutup diri) terhadap segala pendapat atau pengalaman orang yang berbeda dengan dirinya atau di luar kelompoknya; orang yang di luar pendapat dan kelompoknya pasti dianggap kurang rohani, sesat atau bahkan dari setan!

Pada umumnya, penganut Teologia Kemakmuran berpegang pada doktrin Allah dengan atributNya yang tertentu saja. Pertama, yang mereka tekankan adalah bahwa Allah itu adalah Allah yang Mahakasih. Allah yang Mahakasih adalah Allah yang selalu merindukan anak-anakNya berbahagia. Allah tidak ingin melihat anakNya sengsara dan miskin. Tuhan yang Mahabaik dan penuh kasih pasti memberikan apapun yang diminta atau diharapkan oleh anak-anakNya. Jika anak-anakNya tidak mengalami berkat-berkat Allah, maka yang bersalah bukanlah Allah yang tidak mengasihi, tetapi manusia yang tidak mat meminta dan menerima berkat yang datang dari Allah. Menurut mereka, sukses atau tidak sukses, kaya atau miskin, sakit atau sembuh, bukan lagi ditentukan oleh Tuhan, tetapi oleh keputusan dan usaha manusia itu sendiri. Menurut versi mereka, Alkitab mengajarkan bahwa Allah menghendaki anak-anakNya meminta, pasti Allah akan memberinya (Matius 7:7). Permintaan itu harus dengan iman atau keyakinan yang kuat, barulah ada hasilnya (Yakobus 5: 16b). Bila doa itu tidak berhasil, maka kesimpulannya adalah iman orang yang berdoa itu kurang kuat (Yakobus 1:7-8), atau juga masih banyak dosa yang disimpan yang harus diakui saat itu (Yesaya 59:1-2), atau juga masih harus dilepaskan dari ikatan-ikatan dosa tertentu melalui doa pelepasan (Lukas 13:16; II Timotius 2:26).

Selain itu, Teologia Sukses mengajarkan bahwa Allah yang kita sembah bukanlah sekedar Allah yang kasih adanya, yang sama sekali tidak berkuasa menolong kita, tetapi Allah adalah Mahakuasa, apapun dapat dikerjakan dengan kekuatanNya. Allah yang berkuasa juga menghendaki anak-anakNya memiliki kuasa ilahi yang luar biasa seperti kuasaNya. Keberhasilan dalam segala bidang adalah kunci kesuksesan pelayanan pekabaran Injil. Tanpa kekayaan materi, tanpa kesembuhan, tanpa perbuatan supranatural, tanpa kesuksesan dan hidup yang makmur, tidak mungkin terjadi kemenangan dalam pemberitaan Injil. Karena itu, menurut anggapan mereka, setiap orang Kristen yang mau menjadi saksi yang sukses, harus mengalami kuasa Allah, baik di bidang rohani maupun sekuler; ia harus kaya raya, sehat walafiat, berkedudukan tinggi dalam perusahaannya, berhasil dalam dunia bisnis, studi dan sebagainya. Sekarang tinggal kepercayaan orang-orang beriman, apakah mereka mau sungguh-sungguh mengalami kemahakuasaan Allah yang mampu mengubah segalanya, apakah ia mau menjadi saluran kuasa ilahi yang akan diekspresikan dalam setiap peristiwa.

Selanjutnya, Allah yang kita sembah bukanlah sekedar Allah yang kasih, tetapi Allah yang Mahakaya. Jadi tentunya setiap anak Tuhan yang beriman (sebagai ahli warisNya) akan menerima kelimpahan dan kekayaan Allah yang tak terhingga. Kekayaan diartikan bukan hanya dalam lingkup rohani saja, namun termasuk juga dalam kekayaan materi. Karena, menurut mereka, bagaimana kita dapat menjadi saksi, bila kita hanya bisa berteriak-teriak bahwa kita adalah anak Allah yang kaya raya, penuh dengan kelimpahan berkat sorgawi, namun dalam kenyataannya kita miskin secara materi? Allah sama sekali tidak menghendaki kita miskin dalam hal apapun, termasuk dalam materi. Allah tidak ingin anak-anakNya dipermainkan karena kemiskinannya, karena dengan demikian akan mempermalukan Allah sendiri. Menurut mereka, firman Allah banyak menjanjikan kelimpahan dan kekayaan material bagi orang-orang yang mengasihiNya. Justru melalui kekayaan kita dapat menjadi saksi bagi orang yang belum percaya akan kuasa pemeliharaan Allah.

Menurut teologia ini, segala penyakit, kemiskinan dan kesengsaraan berasal dari Iblis. Allah yang baik adalah Allah yang tidak menghendaki anak-anakNya menderita sengsara karena berbagai macam penyakit, problema kehidupan, kecelakaan dan yang lain. Karena itu setiap penyakit, kesusahan dan musibah yang timbul selalu dihubungkan dengan adanya dosa-dosa dari penderita. Menurut mereka, orang yang dekat dengan Allah akan dijauhkan, dibebaskan dari segala bencana dalam hidupnya. Orang yang murtad dari Allah akan menerima hukuman dan kutukan dari Allah.

Buktinya adalah Allah memang memberkati orang-orang yang setia kepadaNya seperti misalnya Abraham dan Salomo yang kaya raya. Kehidupan Abraham dan Salomo yang sukses dalam segala usahanya menjadi asar ajaran bahwa orang yang sungguh-sungguh taat kepada Tuhan adalah orang yang pasti mengalami berkat-berkat materi yang berkelimpahan. Makin ia dekat dengan Tuhan, makin besar berkat materi itu. Abraham disebut bapa orang beriman, sedang Salomo sebagai orang yang paling berhikmat, maka sewajarnyalah berkat materi yang berkelimpahan jatuh pada mereka. Demikian pula halnya dengan Yusuf. Kehidupan Yusuf yang taat kepada Tuhan mengakibatkan ia selalu mengalami keberhasilan, sehingga menduduki tempat yang sangat tinggi dalam pemerintahan di Mesir. Kesuksesan Yusuf ini menjadi landasan ajaran bahwa setiap anak Tuhan yang taat kepada Tuhan akan selalu sukses dalam segala usahanya.

Selain itu, Teologia Sukses juga memberikan contoh dari Elia. Pengalaman Elia (Yakobus 5:16-18) menunjukkan bahwa dengan iman kita dapat melakukan apa saja yang kita inginkan. Hal yang tidak mungkin menjadi kenyataan, hal yang impossible menjadi possible. Segala sesuatu tergantung dengan iman kita. Bila iman kita mengatakan "ya", maka terjadilah. Bila iman kita mengatakan "tidak", maka tidak terjadi juga. Belum lagi apabila kita melihat pada pengalaman Daniel dan teman-temannya, rasul Paulus dan Petrus, serta Tuhan Yesus.



TIP #12: Klik ikon untuk membuka halaman teks alkitab saja. [SEMUA]
dibuat dalam 0.05 detik
dipersembahkan oleh YLSA