Judul Buku: Tujuh langkah untuk menerima Roh Kudus.
Oleh: Kenneth E. Hagin
Penerbit: Yayasan Pekabaran Injil "Immanuel" 51 halaman.
Dalam buku ini pengarang menjelaskan tentang bagaimana cara menerima Roh Kudus. Dengan sangat jelas ia menegaskan, bahwa orang yang sudah percaya (lahir baru) masih perlu untuk menerima Roh Kudus. Tanda pertama yang pasti dalam seseorang yang menerima Roh Kudus adalah berbahasa Roh. Bahasa Roh dianggap suatu tanda dan karunia yang sangat penting dalam kehidupan Kristen. Bahasa Roh mutlak diperlukan bagi pertumbuhan iman seseorang.
Pengarang kurang menekankan Roh Kudus sebagai pribadi (oknum) seperti Tuhan Yesus ataupun Allah Bapa yang juga adalah pribadi. Roh Kudus dianggap seperti suatu "barang" pemberian (kado) dari Allah bagi orang-orang percaya yang memintanya. Cara menerima Roh Kudus yang diajarkan, adalah harus bersikap seperti orang yang mau minum air, mulut harus terbuka lebar dan bebas. Katanya, tidak mungkin orang dapat menerima Roh Kudus bila mulutnya tertutup.
Ayat-ayat yang digunakan dalam menjelaskan peranan Roh Kudus diambil secara semaunya tanpa melihat latar belakang kitab yang dikutipnya, arti kata yang terkandung di dalamnya, hubungannya dengan ayat sebelum dan sesudahnya (contextual). Ayat-ayat itu diambil secara sepotong-potong dan tidak lengkap. Ayat-ayat yang dijelaskan terlalu dipaksakan harus sesuai dengan pengalaman yang ada pada golongan sepihak saja. Karena itu jarang sekali suatu ayat dijelaskan secara lengkap.
Misalnya, "Aku mengucap syukur kepada Allah, bahwa aku berkata-kata dengan bahasa roh lebih daripada kamu semua" (1 Kor. 14:18, tetapi 1 Kor. 14:19 tidak diterangkan; menekankan 1 Kor. 14:2, tanpa menerangkan 1 Kor 14:3; menekankan 1 Kor. 14:5a tanpa menekankan 1 Kor. 14:5b dan terutama 1 Kor. 6, 9, 12; menekankan 1 Kor. 14:14, tanpa menjelaskan 1 Kor. 14:15, 16 dan terutama 1 Kor. 14:17). Dalam menjelaskan semuanya ini perlu diperhatikan kata "tetapi" yang selalu diulang-ulang oleh rasul Paulus. Kata "tetapi" berarti menyangkal segala kebolehan yang dibanggakan pada pernyataan yang terdahulu dibandingkan dengan pernyataan yang terkemudian.
Pengalaman-pengalaman pribadi dan peristiwa-peristiwa dalam Alkitab dijadikan suatu doktrin, padahal setiap pengalaman dan peristiwa punya keunikan dan kekhususan tersendiri. Ayat-ayat yang paling banyak dipakai adalah dari kitab I Korintus ps. 12 - 14, yang ternyata ayat-ayat itu semuanya ditulis dalam rangka rasul Paulus mau mengarahkan jemaat Korintus yang begitu ekstrim dan menyalahgunakan karunia bahasa Roh. Dalam. beribadah, jemaat Korintus telah melupakan akal budi yang sehat, yang sebenarnya juga adalah karunia Allah!
Kata-kata yang diucapkan Paulus kebanyakan merupakan kata-kata sindiran agar jemaat Korintus menyadari dan menjadi malu atas perbuatannya yang terlalu melebih-lebihkan karunia bahasa Roh, tetapi tidak menghargai segi-segi lain yang "kelihatannya" kurang berarti.
Malahan menurut Paulus orang-orang yang terlalu (secara berlebihan) mementingkan hal-hal spektakuler seperti karunia-karunia bahasa Roh dan mukjizat, adalah orang yang masih anak-anak (belum dewasa, bnd. I Kor. 13:11; 14:20).
Pengarang buku ini menegaskan, bahwa orang-orang yang percayanya tidak sama seperti keyakinannya terhadap cara bekerjanya Roh Kudus, dianggapnya kurang paham betul akan Alkitab (red. apa tidak ada kemungkinan sebaliknya?) Memang kami (sebagai penanggap buku ini) tidak menyangkal akan adanya bahasa Roh dan karunia-karunia mujizat yang lain dan hal itupun pasti ada gunanya, namun sangat sayang bila ayat-ayat yang dipakai tidak dilihat secara netral, tepat dan obyektif. Kebanyakan ayat-ayat yang dipakai hanya untuk mendukung pengalaman-pengalaman pribadi yang sudah dijalaninya atau dilihatnya. Bagi kami pengalaman-pengalaman itu sepihak saja dan tidak mau menghargai pengalaman orang dari pihak yang lain yang berbeda.