Resource > Jurnal Pelita Zaman >  Volume 3 No. 1 Tahun 1988 > 
MANUSIA ROHANI 
Penulis: Ny. Magda Pranata S.

Sebuah tema yang menarik, namun ini mungkin dinilai sebagai sesuatu yang tidak realistis menurut penilaian beberapa orang. Siapakah manusia rohani itu? Adakah manusia rohani di muka bumi ini? Setelah merenungkan kata ini dengan lebih mendalam, Roh Kudus memberikan penerangan kepada saya dengan mengingatkan saya kepada perkataan Tuhan Yesus di dalam Injil Yohanes 17:

"Mereka mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang benar dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus... Mereka itu milik-Mu... dan mereka telah menuruti Firman-Mu... Mereka masih ada di dalam dunia, ...tetapi mereka bukan dari dunia... Kuduskanlah mereka dalam kebenaran... Aku mengutus mereka ke dalam dunia..."46

Jadi siapakah manusia rohani? Dengan menyimpulkan perkataan Tuhan Yesus dalam ayat-ayat ini, maka manusia rohani adalah "orang-orang yang dipanggil ke luar dari dunia yang berdosa untuk memasuki persekutuan dengan Allah yang benar di dalam Yesus Kristus, tetapi yang kemudian diutus ke dalam dunia untuk menyaksikan karya kasih Allah dalam Kristus kepada dunia dengan memelihara kehidupan yang kudus sesuai dengan kebenaran Firman Tuhan." Dengan demikian seorang manusia rohani adalah manusia yang diam di muka bumi namun memberitakan berita Kerajaan Surga dan mempraktekkan hidup surgawi.

Adakah manusia rohani dengan kriteria sedemikian? Apakah yang dimaksudkan dengan kehidupan surgawi itu? Bagaimana kita dapat memastikan suatu perbuatan apakah itu 'made-in' dunia atau 'made-in' Surga? Kalau kita mau menyimak dengan teliti, sebenarnya pernah ada seorang manusia yang hidup di muka bumi ini dengan mempraktekkan kehidupan surgawi, sebab Dia berasal dari Surga, yaitu Yesus Kristus Tuhan kita. Dialah yang disebut sebagai Gambar Allah47, sebab Ialah yang dapat menyatakan Allah yang benar dan seluruh kehidupan-Nya mewujudkan kehidupan Ilahi. Perkataan gambar yang ditujukan kepada pribadi Yesus Kristus, di dalam bahasa Yunani adalah eikon, di dalam bahasa Ibraninya adalah selem, Kata selem ini dipakai dalam Kejadian 1:26 untuk menyatakan bagaimana manusia pertama diciptakan oleh Allah dalam gambar (selem) dan rupa (demut) Allah. Adapun manusia yang diciptakan dalam gambar dan rupa Allah berarti ia memancarkan kemuliaan Allah dan mewujudkan kehidupan yang kudus dan benar di hadapan Allah dalam persekutuan dengan Allah. Namun Adam, sebagai manusia pertama ternyata telah gagal dalam menaati perintah dan Firman Allah. Sejak Adam jatuh dalam dosa, maka seluruh manusia di dunia sebagai keturunan Adam juga jatuh di bawah kuasa dosa. Roma 3:23 menyatakan bahwa akibat dosalah manusia telah kehilangan kemuliaan Allah. Di dalam terjemahan bahasa Inggris dikatakan: "For all have sinned and fall short of the glory of God." Pengertian kata fall short (husteros, Yunani) adalah menjadi kurang, gagal untuk mencapai standar yang ditetapkan. Jadi akibat dosa, manusia yang diciptakan menurut gambar dan rupa Allah, yang seharusnya senantiasa menyatakan dan memancarkan kemuliaan Allah di dalam seluruh kehidupannya, kini telah gagal. Manusia tidak dapat memancarkan kemuliaan Allah. Bahkan sebaliknya manusia mempermalukan dan mendukacitakan hati Allah dengan perbuatan yang jahat, kotor dan terkutuk di hadapan Allah. Alkitab dengan tegas menyatakan betapa manusia hidup di dalam dosa, membenci kebenaran dan melawan Allah (Roma 3:10-12). Demikianlah sejak kejatuhan manusia pertama di dalam dosa, tidak ada seorang pun manusia keturunan Adam menjadi gambar Allah yang benar.

Dengan datangnya Yesus Kristus, Anak Allah, Dialah Gambar Allah yang benar. Kalau Adam yang pertama telah gagal, maka Yesus Kristus sebagai Adam yang kedua di dalam seluruh kehidupan-Nya di dunia menyatakan ketaatan-Nya kepada kehendak Allah Bapa.

"Dan sekali pun Ia adalah Anak, Ia telah belajar menjadi taat dari apa yang telah diderita-Nya, dan sesudah Ia mencapai kesempurnaan-Nya, Ia menjadi pokok keselamatan yang abadi bagi semua orang yang taat kepada-Nya."48

Maka sesuai dengan rencana agung Allah, manusia yang telah jatuh dalam dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah (kurang kemuliaan Allah), di dalam Yesus Kristus dapat dibaharui dan menjadi ciptaan yang baru yang terus-menerus diperbaharui untuk memperoleh pengetahuan yang benar menurut gambar Allah.49 Inilah yang dimaksudkan ketika Tuhan menyatakan dalam surat Roma 8 perihal rencana-Nya atas diri umat yang telah menerima penebusan Kristus, dikatakan:

"Sebab semua orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran AnakNya, supaya Ia, AnakNya itu menjadi yang sulung di antara banyak saudara."50

Dengan demikian, menjadi manusia rohani adalah manusia yang menerima karya penyelamatan Yesus Kristus dan yang seumur hidupnya terus - menerus belajar kepada Kristus, sehingga makin hari hidupnya makin serupa dengan Kristus yang adalah Gambar Allah yang benar. Dengan belajar dari Dia, maka sebagai umat tebusan-Nya kita dapat mengetahui pola hidup surgawi, dan yang lebih penting lagi adalah kita mempraktekkan pola hidup surgawi itu di dalam hidup kita di dunia ini.

Apakah dan Bagaimanakah Pola Hidup Surgawi yang Dinyatakan dalam Kehidupan Kristus untuk Kita Teladani?

Sebagaimana telah dijelaskan dalam Firman Tuhan, sejak dalam rahim Maria Yesus Kristus telah dipenuhi oleh Roh Kudus.51 Di awal pelayanan-Nya dinyatakan bagaimana Roh Kudus turun atas-Nya dan Allah Bapa memproklamirkan Yesus sebagai Anak Allah yang diperkenan di hadapan-Nya. Maka dengan satu kalimat singkat dapat dikatakan bahwa kehidupan Yesus Kristus di dalam dunia adalah kehidupan yang sepenuhnya di dalam Roh Kudus. Hal ini diwujudkan dengan tindakan sebagai berikut:

 1. PENYERAHAN KEPADA KEHENDAK ALLAH

Kegagalan Adam pertama adalah tidak mau menaati kehendak Allah. Ia mempertahankan kehendak diri sendiri dan menolak kehendak Allah. Tetapi Yesus Kristus hanya memiliki satu kehendak yaitu taat pada kehendak Bapa-Nya. Dia mempunyai kehendak dan pilihan dalam diri-Nya sendiri namun Ia senantiasa menempatkan kehendak Bapa-Nya di atas kehendak-Nya. Itulah sebabnya di taman Getsemani, Ia menghendaki untuk tetap dapat bersekutu dengan Bapa-Nya, Ia menghendaki tidak berpisah dengan Bapa-Nya. Sekali pun kehendak-Nya itu baik, Yesus sadar bahwa itu bukan kehendak Bapa. Bapa menghendaki Ia menanggung dosa-dosa manusia di atas diri-Nya, dan oleh sebab itu Allah akan menyatakan murka atas-Nya dan meninggalkan Dia. Betapa pun itu berat, pedih, dan merupakan cawan yang sangat pahit, dengan penuh penyerahan Yesus berkata kepada Bapa-Nya: "Jadilah, kehendakMu."52 Lalu di Golgota, cawan yang pahit itu, cawan murka Allah, telah diminumNya dengan penuh ketaatan.

Sebab untuk itulah Yesus datang, sebagaimana tertulis:

"Karena itu ketika Ia masuk ke dunia, Ia berkata: Sungguh Aku datang; Dalam gulungan kitab ada tertulis tentang Aku untuk melakukan kehendak-Mu, ya Allah-Ku."53

Seluruh kesaksian dalam keempat Injil telah membuktikan bahwa tidak ada satu sisi pun dari kehidupan Yesus Kristus yang tidak menaati kehendak Allah. Yesus Kristus bukan hanya memberitakan kebenaran Firman Allah, tetapi diri-Nya sendiri adalah kebenaran itu.54 HidupNya di dalam dunia telah menerjemahkan makna kebenaran Ilahi. Dia adalah cahaya kemuliaan Allah dan gambar wujud Allah.55

Inilah pola hidup surgawi, pola hidup Ilahi, yang menjadi perwujudan hidup seorang manusia rohani, yaitu penyerahan penuh ketaatan pada kehendak Allah yang telah dinyatakan di dalam Alkitab, Firman Allah.56 Hidup taat sebagaimana kehidupan Kristus yang taat pada kehendak Bapa-Nya, berarti:

- melakukan dengan sungguh-sungguh apa yang Tuhan kehendaki kita lakukan, sekalipun itu mungkin bertentangan dengan keinginan kita pribadi

- melangkah pergi ke tempat yang Tuhan pimpin kita ke sana, sekali pun mungkin hati kita tidak menginginkannya

- menerima dengan sukacita apa yang Tuhan berikan dalam kehidupan untuk kita alami, sekalipun kita tidak mengharapkannya

- meninggalkan dengan penuh kerelaan apa yang tidak berkenan di hadapan Tuhan, sekalipun kita sangat mengasihinya

- mempercayai Tuhan dengan segenap hati kita, sekalipun kita tidak mengerti rencanaNya

- menyerahkan diri kita dalam pendidikan dan pembentukan Tuhan supaya semakin hari karakter, kepribadian dan hati kita semakin menyerupai Yesus Kristus

- menempatkan Firman Tuhan sebagai yang terutama dalam seluruh aspek kehidupan.

 2. PERSEKUTUAN DENGAN ALLAH

Mungkin seseorang bekerja dengan giat untuk gereja dan pekerjaan Tuhan, namun tanpa hubungan secara pribadi dalam persekutuan rohani dengan Allah. Maka apa yang dilakukannya tidak mempunyai nilai apa pun di hadapan Tuhan. Sebab semua itu dilakukan bukan berdasarkan pimpinan dan kehendak Tuhan melainkan atas keinginan manusiawinya.

Ketika Yesus Kristus ada di dalam dunia, Ia senantiasa memiliki persekutuan secara pribadi dengan Bapa-Nya. Sekali pun Ia diletihkan oleh sedemikian padat pelayanan-pelayanan, namun setiap hari Ia tidak pernah meninggalkan saat bertemu dengan Bapa. Murid-murid Yesus sedemikian terkesan dengan kehidupan doa Yesus dan mereka juga paham tempat-tempat khusus di mana Yesus Kristus bersekutu dengan Bapa-Nya.57

Belajar dari kehidupan Yesus Kristus yang sedemikian mementingkan persekutuan dengan Bapa, Ia sungguh-sungguh mengerti kehendak Bapa dan dapat melakukan kehendak Bapa di dalam hidupNya. Sebagai manusia rohani yang telah dipanggil keluar dari dunia yang berdosa untuk memasuki persekutuan dengan Allah dan dengan AnakNya Yesus Kristus maka sejak di dalam dunia sekarang ini, kita sudah memulai dan menjadikannya sebagai bagian hidup kita. Sejak sekarang ini kita sudah dan senantiasa bersekutu dengan Tuhan. Itu bukan merupakan suatu keharusan tetapi merupakan hal yang seharusnya.

Di dalam hidup beribadah yang kita lakukan minimal setiap minggu satu kali, adakah kita benar-benar bertemu dengan Allah? Apakah kita dapat menikmatinya sebagai suatu persekutuan yang indah dan penuh dengan sukacita? Di dalam doa-doa yang kita panjatkan setiap saat, adakah kita bercakap-cakap dengan Allah dan Dia sedang mendengarkan kita? Mengadakan waktu khusus untuk merenungkan Firman Tuhan dan berdoa secara teratur minimal satu kali dalam satu hari, menyanyikan pujian rohani dan ucapan syukur atas kasih dan kemurahan Tuhan, menyembah Allah yang Maha Kasih dan Mulia dengan segenap hati dan jiwa kita, ...adakah hal itu menjadi bahagian dalam kehidupan kita?

"Bagianku ialah Tuhan, aku telah berjanji untuk berpegang pada Firman-firmanMu. Betapa kucintai TauratMu, aku merenungkannya sepanjang hari. Pagi-pagi buta aku bangun dan berteriak minta tolong; aku berharap kepada Firman-Mu. Tujuh kali dalam sehari aku memuji-muji Engkau."58

Di dalam persekutuan dengan Tuhan, seorang manusia rohani tidak akan meninggikan diri-Nya di hadapan Tuhan maupun sesamanya. Sebaliknya di dalam persekutuannya dengan Tuhan, ia semakin menyadari kerendahan dan ketidaklayakan dirinya di hadapan Allah. Maka ia akan makin meninggikan dan memuliakan Allah dalam kehidupannya sehari-hari, makin dekat dalam persekutuan dengan Allah, makin mengerti hati Tuhan, dan makin dikuatkan untuk mewujudkan kehidupan yang sungguh mengasihi dan menaati Dia. Inilah yang dimaksudkan oleh Yesus Kristus, ketika Ia mengatakan dalam perumpamaan pokok anggur mengenai persekutuan antara diri-Nya dan murid-murid-Nya:

"Akulah pokok anggur yang benar... Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu... Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak... Dalam hal inilah Bapa-Ku dipermuliakan, yaitu jika kamu berbuah banyak dan dengan demikian kamu adalah murid-murid-Ku."59

Kehidupan seorang manusia rohani, yang memelihara persekutuannya secara pribadi dengan Allah, pasti akan menghasilkan buah-buah rohani yang bernilai kekal dan akan mendatangkan kemuliaan bagi nama Allah Bapa.

Ada sesuatu peringatan yang tegar dari Tuhan Yesus:

"Di luar Aku, kamu tidak dapat berbuat apa-apa."60

Peringatan ini serius bagi kita. Sebab mungkin kita dapat berbuat banyak hal yang menurut anggapan kita telah kita lakukan untuk Tuhan. Namun bila itu kita lakukan tanpa memelihara persekutuan kita dengan Tuhan, maka Tuhan menyatakan semuanya itu bukan apa-apa dan kita tidak berbuat apa-apa bagi Tuhan.

Kembali kepada pemahaman kita tentang manusia rohani yang memberitakan berita Kerajaan Surga dan mempraktekkan hidup surgawi. Nah, hal itu hanya dapat diwujudkan apabila seseorang tetap mempunyai hubungan dan ikatan yang sangat erat dengan Allah di Surga.

 3. PELAYANAN MENURUT PIMPINAN ROH KUDUS

Sejak mula pelayanan Yesus Kristus, Alkitab mencatat bahwa Dia menaati pimpinan Roh Kudus dalam setiap pelayanan-Nya. Dia tahu apa yang harus dilakukannya dan saat untuk melakukannya sesuai dengan kehendak Bapa, menurut pimpinan Roh Kudus.61

Tuhan Yesus dengan jelas memberitahukan kepada murid-murid-Nya bahwa Ia datang untuk melakukan kehendak Bapa dan menyelesaikan pekerjaan-Nya. Ada satu tujuan hidup yang sudah jelas. Yesus Kristus memandang hidup-Nya di dunia ini untuk menyelesaikan pekerjaan yang sudah ditetapkan oleh Bapa dalam diriNya.62 Di atas salib Kristus telah menyelesaikan pekerjaan itu dengan sempurna, dan Ia berkata: "Sudah selesai."63

Mempunyai satu tujuan hidup yang pasti dan mengerti pimpinan Roh Kudus dalam setiap pelayanan bagi Tuhan adalah hal yang utama dalam kehidupan seorang manusia rohani. Dapatkah seseorang mengetahui dengan pasti pelayanan apakah yang Tuhan percayakan kepadanya? Mungkinkah seseorang mengerti dengan baik sehingga ia dapat meyakini bahwa hal yang sedang dikerjakannya sekarang ini merupakan pimpinan Roh Kudus?

Jawabnya ada dalam Injil Yohanes 16:13,

"Tetapi apabila Ia datang, yaitu Roh Kebenaran, Ia akan memimpin kamu ke dalam seluruh kebenaran,"

Roh Kudus akan menyatakan pimpinanNya kepada setiap umat beriman, walau tidak setiap umat beriman mengerti dengan baik. Tetapi manusia rohani akan mengerti baik, sebab ia senantiasa mendengar suara Roh Kudus dalam saat-saat persekutuannya secara pribadi dengan Allah. Manusia rohani akan memiliki visi yang jelas dalam setiap pelayanan yang ia lakukan. Sama seperti pengalaman rasul Paulus dalam Kisah Rasul 16:6-10, ketika Roh Kudus mencegah rasul Paulus untuk memberitakan Injil ke Asia. Rasul Paulus mengetahuinya dengan jelas. Juga ketika Roh Kudus menghendaki rasul Paulus untuk memberitakan Injil ke Makedonia, dengan jelas Paulus memahami dan taat. Rasul Paulus adalah manusia rohani yang setiap saat dalam pelayanannya bagi Tuhan mengetahui pimpinan Roh Kudus, sehingga sekali pun dalam pelayanannya ia dihadapkan dengan berbagai macam kesulitan bahkan aniaya, sama sekali ia tidak undur. Rasul Paulus sungguh meyakini bahwa pelayanan yang sedang dikerjakannya adalah pimpinan Tuhan di dalam hidupnya. Itulah sebabnya ketika tiba saatnya ia akan meninggalkan dunia ini dan kembali kepada Bapa di Surga, dengan penuh kemenangan ia berkata:

"Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman."64

Demikian pula dengan Stefanus, di tengah hujan batu yang menimpa dan menghancurkan tubuhnya, dengan tabah ia menyerahkan nyawanya kepada Tuhan. Sebab ia tahu tugasnya di dunia ini telah selesai dan Tuhan Yesus telah menanti kedatangannya di dalam kemuliaan surgawi.65

Tidak setiap umat tebusan Kristus dipanggil untuk hidup melayani Tuhan sebagaimana rasul Paulus dan Stefanus, namun setiap umat tebusan dipanggil untuk hidup sesuai dengan rencana Allah yang khusus dalam hidup setiap pribadi. Tuhan Allah akan menyatakan rencana itu melalui Roh Kudus, sehingga setiap umat tebusan dapat mengerti bagaimana kehidupan, bakat, karunia dan kemampuan yang dimilikinya sebagai anugerah Tuhan boleh dipakai untuk memuliakan Tuhan, kita bukan hanya bersyukur karena pernah ada dalam sejarah tokoh-tokoh manusia rohani yang hidupnya dipakai Allah untuk menjadi berkat bagi sesamanya dan membawa banyak jiwa untuk Kerajaan Surga. Tetapi kita juga bertanya kepada diri kita masing-masing. Jika Tuhan pernah bertanya kepada Musa: "Apakah yang di tanganmu itu?"66 Maka hari ini Ia juga bertanya kepada kita: "Apakah yang ada padamu?" Dengan gentar Musa menjawab pertanyaan Tuhan: "Aku hanya memiliki tongkat ini, aku hanyalah gembala domba yang sederhana." Namun ketika tongkat itu diserahkannya kepada Tuhan, ia mampu membelah laut Teberiau dan membuka jalan kebebasan bagi umat Israel. Demikian juga ketika Musa sebagai gembala domba yang sederhana, ia menyerahkan dirinya untuk dibimbing ke mana Gembala Agung itu menuntunnya. Maka selama hampir empatpuluh tahun, Tuhan Sang Gembala Agung itu telah berkenan memakai Musa untuk menggembalakan umat Israel dalam perjalanan menuju ke tanah Kanaan.

Sekarang, apakah jawab kita kepada Tuhan? Rindukah kita menjadi seorang manusia rohani yang seumur hidup bersedia menaati kehendak Allah? Di dalam persekutuan yang indah dengan Tuhan setiap hari, kita siap untuk melayani Tuhan sesuai dengan seluruh kemampuan yang ada dalam diri kita demi kebesaran nama Tuhan dan demi keselamatan jiwa-jiwa yang belum mengenal kasih Tuhan.

Kita memang masih ada di dalam dunia ini, tetapi kita dipanggil untuk memberitakan berita Kerajaan Surga dan mempraktekkan kehidupan surgawi (pola Hidup Ilahi). Adakah panggilan-Nya kita jawab dengan segenap hati?



TIP #23: Gunakan Studi Kamus dengan menggunakan indeks kata atau kotak pencarian. [SEMUA]
dibuat dalam 0.04 detik
dipersembahkan oleh YLSA