Tak seorang pun menyangkal perbedaan yang tiba-tiba antara Periode Chalcolithic dan Periode Perunggu Purba. Beberapa tel dari zaman ini menunjukkan bahwa kota-kota yang berdiri di tempat-tempat ini telah dibinasakan di antara Periode Chalcolithic dan Perunggu Purba. Bukti satu-satunya tentang sifat orang-orang yang membinasakan kota-kota tersebut adalah kebiasaan baru mereka untuk memakamkan orang. Mereka mempraktikkan pemakaman bersama dalam ruangan-ruangan tunggal, dengan mendorong tulang-tulang berbagai generasi sebelumnya ke dinding ketika orang yang baru meninggal dunia itu "dikumpulkan kepada kaum leluhurnya."
Agaknya jelas bahwa para penyerbu ini membawa cara hidup yang baru. Mereka bukan pengembara yang secara berangsur-angsur menetap (seperti yang banyak kali kita lihat di Yerikho zaman Neolitik). Hal ini tampak jelas dari kecenderungan mereka untuk lebih menyukai dataran daripada daerah perbukitan, dan batu bata daripada batu (bahkan di daerah perbukitan yang berlimpah-limpah batunya). Pola permukiman yang jarang dari daerah perbukitan ini berlangsung sepanjang Zaman Perunggu Tengah berikutnya sampai jauh ke dalam zaman permukiman orang Israel.
Siapakah kaum penyerbu ini? Tanpa catatan tertulis kita tidak dapat memastikannya. Dengan menyebut mereka "penduduk Kanaan", para arkeolog Israel menganjurkan bahwa mereka serumpun dengan bangsa-bangsa yang tinggal di Kanaan pada waktu orang Israel menyerbunya. Mungkin sekali hal itu benar, tetapi tidak semua orang menyetujuinya. Dan seberapa banyak dari pengaruh budaya para penyerbu ini yang masih tinggal sesudah penyerbuan orang Amori dan Hur pada Zaman Perunggu Tengah? Nama-nama geografis di negeri itu hampir semuanya dari bahasa Semit, yang menunjukkan bahwa bangsa-bangsa Semit pasti sudah berpengaruh dari zaman purbakala. Tetapi kapan tarikhnya? Dan apakah asal atau identitas orang-orang yang mula-mula memperkenalkannya? Sebagian dari kaum penyerbu ini tinggal sepanjang pesisir Laut Tengah pada sasrawarsa ke-4 sM, dan para arkeolog biasanya menganggap bahwa penyerbuan itu bergerak ke selatan sepanjang daerah pantai. Mungkin inilah permulaan dari suatu pola yang berlaku sepanjang sebagian besar zaman alkitabiah - yaitu, bahwa istilah Kanaan mengacu kepada suatu subbagian atau perluasan di selatan dari kebudayaan Fenisia yang umum sepanjang daerah pantai. Bagaimanapun juga, banyak aspek dari kebudayaan Kanaan mulai terbentuk pada masa ini.
Di antara aspek-aspek ini terdapat pola Kanaan untuk perencanaan kota. Kebanyakan bangunan di dalam tembok-tembok kota Kanaan adalah bangunan pemerintah; kebanyakan rakyat jelata tinggal dalam gubuk-gubuk di luar tembok kota, barangkali bekerja atau berdagang di dalam kota dan mengungsi ke kota demi keamanan pada masa perang. Di antara gedung-gedung pemerintah yang paling penting di Kanaan adalah kuil-kuil atau bangunan yang berhubungan dengannya, yang membuktikan bahwa dari purbakala orang Kanaan mempunyai upacara agama dan keimaman yang sangat maju. Banyak petunjuk dari kurun waktu ini menunjukkan hubungan perdagangan Palestina dengan Mesir dan Mesopotamia. Kita tidak tahu apakah pengaruh budaya Mesir pada waktu yang dini ini disertai sedikit pengawasan politis. Selama kurun waktu ini orang Kanaan memulaikan hutan-hutan dari bukit-bukit Palestina. Juga, lampu-lampu muncul dalam kurun waktu ini.