Hakim-hakim 17:1-4
Patung sembahan Mikha
17:1 Ada seorang dari pegunungan Efraim, Mikha
1 namanya.
17:2 Berkatalah ia kepada ibunya: "Uang perak yang seribu seratus itu, yang diambil orang dari padamu dan yang karena itu kauucapkan kutuk--aku sendiri mendengar ucapanmu itu--memang uang itu ada padaku, akulah yang mengambilnya." Lalu kata ibunya: "Diberkatilah
kiranya anakku oleh TUHAN."
17:3 Sesudah itu dikembalikannyalah uang perak yang seribu seratus itu kepada ibunya. Tetapi ibunya berkata: "Aku mau menguduskan uang itu bagi TUHAN, aku menyerahkannya untuk anakku, supaya dibuat patung pahatan dan patung tuangan
dari pada uang itu. Maka sekarang, uang itu kukembalikan kepadamu."
17:4 Tetapi orang itu mengembalikan uang itu kepada ibunya, lalu perempuan itu mengambil dua ratus uang perak dan memberikannya kepada tukang perak, yang membuat patung pahatan dan patung tuangan
dari pada uang itu; lalu patung itu ditaruh di rumah Mikha.
1 Full Life: MIKHA.
Nas : Hak 17:1
Sejarah kronologis kitab ini berakhir dengan pasal Hak 16:1-31.
Mulai dengan episode Mikha, bagian terakhir kitab Hakim-Hakim
(Hak 17:1-21:25) menguraikan standar-standar moral yang rendah,
upacara-upacara keagamaan yang sesat, dan tatanan sosial yang kacau di
Israel selama periode hakim-hakim. Contoh-contoh ini menunjukkan bahwa
jikalau firman Allah dan prinsip-prinsip moral yang benar diabaikan, maka
baik individu maupun masyarakat secara keseluruhan akan dibinasakan (bd.
Ams 14:34; 21:7). Dua kali penulis mengatakan bahwa "setiap orang
berbuat apa yang benar menurut pandangannya sendiri" (Hak 17:6; 21:25;
bd. Ams 14:12). Jalan Allah ditolak sehingga mengakibatkan
keputusasaan, kekacauan, dan kematian.