1 Full Life: PERHIASANMU IALAH MANUSIA BATINIAH.
Nas : 1Pet 3:3-4
Perhiasan yang terlalu mencolok atau mahal bertentangan dengan sikap
kesederhanaan yang diinginkan Allah dari seorang istri Kristen
(lihat cat. --> 1Tim 2:9).
[atau ref. 1Tim 2:9]
- 1) Yang dinilai tinggi oleh Allah di dalam diri seorang istri Kristen
ialah sikap yang lemah lembut dan tenang (bd. Mat 11:29; 21:5) yang
berusaha untuk memuliakan Dia dengan menyerahkan dirinya untuk menolong
suami dan keluarganya mencapai kehendak Allah dalam hidup mereka.
- (a) Kata sifat "lembut" menggambarkan suatu sikap sederhana yang
terungkap dalam kerendahan hati yang halus dan kepedulian terhadap
orang lain (bd. Mat 5:5; 2Kor 10:1; Gal 5:23).
- (b) Kata sifat "tenteram" menunjuk kepada suatu sikap yang tidak
riuh dan tidak menimbulkan keributan. Dengan kata lain, Allah
menyatakan bahwa kecantikan yang sejati adalah soal sifat dan bukan
hiasan.
- 2) Istri-istri Kristen harus tetap setia kepada Kristus dan Firman-Nya
di dalam dunia yang dipengaruhi oleh materialisme, gaya-gaya manipulasi,
pengutamaan diri, perhatian berlebihan terhadap seks, dan menganggap
rendah nilai-nilai rumah tangga dan keluarga.
2 Full Life: SUAMI-SUAMI.
Nas : 1Pet 3:7
Petrus menyebutkan tiga hal yang harus diperhatikan oleh para suami
Kristen berkenaan dengan istri mereka.
- 1) Para suami harus bijaksana dan penuh pengertian, hidup dengan istri
mereka di dalam kasih dan keselarasan dengan Firman Allah
(Ef 5:25-33; Kol 3:19).
- 2) Para suami harus menghormati istri sebagai teman pewaris yang setara
dari kasih karunia dan keselamatan Allah. Istri harus dihormati,
dipelihara, dan dilindungi sesuai dengan kebutuhan mereka. "Kaum yang
lebih lemah" kemungkinan menunjuk kepada kekuatan jasmaniah wanita.
Seorang suami harus memuji dan sangat menghargai istrinya sementara
istri berusaha mencintai dan menolongnya sesuai dengan kehendak Allah
(ayat 1Pet 3:1-6;
lihat cat. --> Ef 5:23).
[atau ref. Ef 5:23]
- 3) Para suami harus menghindari perlakuan yang tidak adil dan tidak
senonoh terhadap istrinya. Petrus menunjukkan bahwa seorang suami yang
gagal hidup bersama istrinya dalam cara penuh pengertian dan
penghormatan sebagai sesama anak Allah akan merusak hubungannya dengan
Allah dengan menciptakan suatu penghalang di antara doanya dan Allah
(bd. Kol 3:19).