
Teks -- Matius 23:13 (TB)





Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus



kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per frasa)
Full Life -> Mat 23:13
Full Life: Mat 23:13 - CELAKALAH KAMU ... ORANG-ORANG FARISI.
Nas : Mat 23:13
Kata-kata Yesus dalam pasal Mat 23:1-39 ini merupakan
kecaman-Nya yang paling pedas. Perkataan-Nya ditujukan kepada para pemimpin
a...
Nas : Mat 23:13
Kata-kata Yesus dalam pasal Mat 23:1-39 ini merupakan kecaman-Nya yang paling pedas. Perkataan-Nya ditujukan kepada para pemimpin agama dan guru palsu yang telah menolak setidak-tidaknya sebagian dari Firman Allah dan menggantikannya dengan gagasan dan penafsiran mereka sendiri (ayat Mat 23:23,28; 15:3,6-9; Mr 7:6-9).
- 1) Sikap Yesus dalam hal ini perlu diperhatikan. Itu bukanlah sikap yang bertoleransi, serta membolehkan, dan ramah dari seorang yang tidak peduli tentang kesetiaan terhadap Allah dan sabda-Nya. Yesus bukanlah seorang pengkhotbah yang lemah yang membiarkan dosa. Karena Ia setia terhadap panggilan-Nya, maka Ia murka terhadap kejahatan (bd. Mat 21:12-17; Yoh 2:13-16) dan mengutuk dosa dan ketidakbenaran di kalangan para pemimpin agama (ayat Mat 23:23,25).
- 2) Begitu besar kasih Yesus akan Alkitab yang terilhamkan sebagai firman Bapa-Nya, dan perhatian-Nya terhadap orang yang akan binasa karena Firman itu diputarbalikkan (lih. Mat 15:2-3; 18:6-7; Mat 23:13,15), menyebabkan Dia menggunakan kata-kata seperti "orang munafik" (ayat Mat 23:15), "orang neraka" (ayat Mat 23:15), "pemimpin-pemimpin buta" (ayat Mat 23:16), "orang bodoh" (ayat Mat 23:17), "penuh rampasan dan kerakusan" (ayat Mat 23:25), "kuburan yang dilabur putih ... yang sebelah dalamnya penuh ... pelbagai jenis kotoran" (ayat Mat 23:27), "penuh ... kedurjanaan" (ayat Mat 23:28), "ular-ular," "keturunan ular beludak" (ayat Mat 23:33) dan "pembunuh" (ayat Mat 23:34). Kata-kata ini, sekalipun keras dan menghukum, namun diucapkan dengan hati yang hancur (ayat Mat 23:37) oleh Dia yang akan mati karena mereka yang dikecam-Nya itu (bd. Yoh 3:16; Rom 5:6,8).
- 3) Yesus menggambarkan watak guru-guru dan pengkhotbah palsu sebagai
orang yang berusaha untuk menjadi orang populer, orang penting, dan
diperhatikan oleh orang lain (ayat Mat 23:5), senang menerima
penghormatan (ayat Mat 23:6) dan berbagai gelar (ayat Mat 23:7),
namun mereka mencegah orang masuk sorga karena injil mereka yang
diputarbalikkan (ayat Mat 23:13;
lihat art. GURU-GURU PALSU).
Mereka merupakan orang beragama yang profesional yang tampaknya rohani dan saleh, tetapi sebenarnya orang berdosa (ayat Mat 23:14,25-27). Mereka menyanjung para pemimpin rohani yang saleh dari masa lampau, namun tidak mengikuti perbuatan atau pengabdian mereka kepada Allah, Firman-Nya dan kebenaran (ayat Mat 23:29-30). - 4) Alkitab mengingatkan orang percaya untuk waspada terhadap para
pemimpin agama yang palsu semacam itu (Mat 7:15; 24:11), memandang
mereka sebagai orang yang tidak percaya
(lihat cat. --> Gal 1:9)
[atau ref. Gal 1:9]
sehingga menolak untuk mendukung pelayanan mereka atau bersekutu dengan mereka (2Yoh 1:9-11). - 5) Orang di dalam gereja yang atas nama kasih, toleransi, dan persatuan, tidak mau mengambil sikap Yesus terhadap orang yang memutarbalikkan ajaran Kristus dan Alkitab (Mat 7:15; Gal 1:6-7; 2Yoh 1:9) sebenarnya ikut terlibat dalam perbuatan jahat para nabi dan guru palsu (2Yoh 1:10,11).
Jerusalem -> Mat 23:13
Jerusalem: Mat 23:13 - kamu rintangi mereka Tuntutan-tuntutan yang dibebankan para rabi membuat pelaksanaan hukum Taurat menjadi mustahil.
Tuntutan-tuntutan yang dibebankan para rabi membuat pelaksanaan hukum Taurat menjadi mustahil.
Ref. Silang FULL -> Mat 23:13
Ref. Silang FULL: Mat 23:13 - orang-orang munafik // yang berusaha · orang-orang munafik: Mat 23:15,23,25,27,29
· yang berusaha: Luk 11:52
· orang-orang munafik: Mat 23:15,23,25,27,29
· yang berusaha: Luk 11:52

buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry -> Mat 23:13-33
Matthew Henry: Mat 23:13-33 - Kejahatan Orang-orang Farisi Kejahatan Orang-orang Farisi (23:13-33)
Di dalam ayat-ayat ini diceritakan tentang delapan seruan celaka yang ditujukan langsung kepada ahli-ahli T...
Kejahatan Orang-orang Farisi (23:13-33)
- Di dalam ayat-ayat ini diceritakan tentang delapan seruan celaka yang ditujukan langsung kepada ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi oleh Tuhan kita Yesus Kristus. Seruan-seruan ini datang bagaikan bunyi guntur bersahutan atau kilatan halilintar sambung-menyambung, dari Gunung Sinai. Tiga seruan celaka saja sudah tampak sangat mengerikan (Why. 8:13; 9:12), apalagi delapan di sini, sebagai lawan dari delapan ucapan bahagia (Mat. 5:3). Injil memiliki seruan celaka dan hukum, dan kutuk Injil merupakan yang terberat dari semua kutukan. Seruan-seruan celaka ini menjadi lebih istimewa, bukan hanya karena otoritas, tetapi juga karena kelemahlembutan dan keramahan dari Dia yang menyerukannya. Ia datang untuk memberkati, karena Ia memang suka memberkati; tetapi bila murka-Nya dibangkitkan, pasti ada penyebabnya. Dan siapa yang akan berdoa untuk orang yang perkaranya ditolak oleh Sang Pengantara Agung ini? Celaka yang dari Kristus adalah celaka yang tidak ada obatnya.
- Inilah beban seruan celaka itu, dan beban itu sangat berat, Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik.
- Perhatikanlah:
- . Ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi adalah orang-orang munafik. Kata munafik ini meringkaskan semua watak buruk yang terkumpul di dalam diri mereka. Ragi inilah yang mengkhamirkan apa yang mereka katakan dan lakukan. Orang munafik adalah pemain drama dalam agama (itulah arti utama dari kata itu). Ia memerankan atau berpura-pura melakukan bagian seseorang yang bukan dirinya atau sesuatu yang bukan seperti dirinya.
- . Orang munafik berada dalam keadaan celaka dan memprihatinkan. Celakalah kamu orang-orang munafik, itulah yang Ia katakan tentang kehidupan mereka yang menyedihkan. Ketika mereka masih hidup, agama mereka hanya mendatangkan kesia-siaan belaka; pada saat mereka mati, kehancuran sangat luar biasa menanti mereka.
- Sekarang, setiap seruan celaka terhadap ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi dilengkapi alasan yang digabungkan dengan jenis kejahatan yang dituduhkan kepada mereka. Tujuannya adalah untuk membuktikan kemunafikan mereka serta membenarkan hukuman yang dijatuhkan Kristus kepada mereka, karena celaka dan kutuk dari-Nya tidak pernah ditimpakan-Nya tanpa alasan.
- I. Mereka semua adalah musuh-musuh bebuyutan terhadap Injil Kristus, dan dengan sendirinya terhadap keselamatan jiwa manusia (ay. 13). Mereka menutup pintu-pintu Kerajaan Sorga di depan orang, artinya, mereka melakukan apa saja yang bisa dilakukan untuk mencegah orang memercayai Kristus, dan dengan begitu mencegah mereka memasuki Kerajaan-Nya. Kristus datang untuk membuka Kerajaan Sorga, artinya, membuka sebuah jalan hidup yang baru untuk kita masuki, dan untuk menjadikan manusia sebagai warga Kerajaan itu. Nah, ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi yang menduduki kursi Musa dan menganggap diri sebagai pemilik kunci pengetahuan itu seharusnya bisa membantu dengan cara membuka ayat-ayat Perjanjian Lama yang menunjuk kepada Mesias dan Kerajaan-Nya. Seharusnya merekalah yang menjelaskan kitab Musa dan para nabi dengan pemahaman yang benar dan tepat, dan menunjukkan kepada orang banyak bagaimana kitab-kitab itu bersaksi tentang Kristus. Mereka seharusnya menjelaskan bahwa minggu-minggu Daniel telah berakhir, dan bahwa tongkat kerajaan telah beranjak dari Yehuda, sehingga sekaranglah saat kedatangan Sang Mesias. Jadi, sebenarnya mereka bisa mendukung karya besar itu dan menolong ribuan orang menuju sorga. Akan tetapi, bukannya melakukan hal-hal ini, mereka malah menutup pintu-pintu Kerajaan Sorga. Mereka suka menekankan hukum yang sekadar bersifat upacara belaka, sesuatu yang sekarang sudah mulai ditinggalkan orang. Mereka memberangus nubuat-nubuat, yang sekarang sedang digenapi. Mereka menanamkan dan menyuburkan prasangka buruk di dalam benak orang banyak untuk menentang Kristus dan ajaran-Nya.
- . Mereka sendiri tidak bersedia masuk, Adakah seorang di antara pemimpin-pemimpin yang percaya kepada-Nya? (Yoh. 7:48). Tidak. Mereka terlampau congkak untuk membungkuk sama rendah dengan kehinaan-Nya, terlampau kaku untuk menyesuaikan diri dengan kesederhanaan-Nya. Mereka tidak menyukai hidup keagamaan yang banyak menekankan kerendahan hati, penyangkalan diri, pengingkaran pada hal-hal duniawi, dan penyembahan yang bersifat rohani. Pertobatan merupakan pintu masuk menuju Kerajaan ini, dan tidak ada yang lebih tidak sepadan bagi orang-orang Farisi yang lebih suka membenarkan dan mengagumi diri sendiri daripada bertobat, yang menghendaki penyalahan, perendahan, dan pembencian terhadap diri sendiri. Oleh karena itu, mereka sendiri tidak masuk. Tetapi itu masih belum semuanya.
- . Mereka merintangi orang-orang yang berusaha untuk masuk. Menjauhkan diri sendiri dari Kristus sudah merupakan hal yang buruk, namun, lebih buruk lagi untuk menjauhkan orang lain dari-Nya. Tetapi, itulah cara-cara orang munafik pada umumnya. Mereka tidak suka melihat ada orang lain melebihi mereka dalam kehidupan beragama atau menjadi lebih baik daripada mereka. Keengganan mereka untuk masuk menjadi hambatan bagi banyak orang, karena mereka adalah panutan masyarakat luas. Begitu banyak orang menolak Injil hanya karena para pemimpin mereka melakukan hal tersebut. Di samping itu, mereka juga menentang, baik cara Kristus mengasihi orang-orang berdosa (Luk. 7:39), maupun cara orang berdosa mengasihi Kristus. Mereka menodai ajaran-Nya, menentang mujizat-mujizat-Nya, berbantah-bantah dengan murid-murid-Nya, dan menjelek-jelekkan Kristus dan prinsip-prinsip serta cara kerja-Nya di hadapan orang-orang dengan cara yang selicik-liciknya dan sejahat-jahatnya. Mereka mengucilkan orang-orang yang percaya kepada Dia, dan dengan sekuat tenaga dan daya upaya melancarkan segala kebencian mereka terhadap Dia. Demikianlah, mereka menutup pintu-pintu Kerajaan Sorga, sehingga mereka yang ingin masuk ke dalam harus menyerongnya (Mat. 11:12) dan berebut memasukinya (Luk. 16:16), menerobos kerumunan besar ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi dengan semua rintangan dan kesulitan besar-besaran yang mereka tempatkan menghalangi jalan orang-orang itu. Beruntunglah kita, bahwa keselamatan kita tidak dipercayakan ke dalam tangan seseorang atau kelompok orang di dunia ini! Jika tidak, binasalah kita semua. Orang bisa saja berusaha menutup pintu gereja dengan maksud untuk menutup pintu sorga bagi orang lain. Tetapi, apa pun, kebencian manusia tidak akan bisa membuat janji Allah kepada orang-orang pilihan-Nya menjadi tidak berlaku. Terpujilah Allah, hal itu tidak akan pernah terjadi.
- II. Mereka menjadikan agama dan bentuk kesalehan sebagai sarana untuk menutupi perbuatan dan hasrat mereka yang penuh kedengkian (ay. 14).
- Perhatikan baik-baik di sini:
- . Perbuatan-perbuatan mereka yang jahat adalah mereka menelan rumah janda-janda, yaitu dengan cara memberi naungan dan menjamu para janda itu untuk menghibur mereka, yang pasti merupakan perbuatan mulia kalau dilakukan oleh orang-orang besar seperti mereka. Atau, mengambil hati janda-janda itu, supaya dengan demikian mereka mendapat kepercayaan dari janda-janda itu atas harta benda mereka. Dengan mudah mereka menjadikan janda-janda itu mangsa empuk mereka, tanpa ada yang berani sembarangan menuduh mereka. Tujuan mereka adalah memperkaya diri sendiri, yang menjadi incaran utama dan tertinggi bagi mereka. Semua pertimbangan keadilan dan kesetaraan dikesampingkan, bahkan rumah janda-janda pun dikorbankan demi tujuan ini. Janda-janda adalah kaum perempuan yang berada dalam keadaan paling lemah, sehingga orang sangat mudah menarik keuntungan dari golongan ini. Karena itu mereka mengincar para janda ini sebagai mangsa mereka. Mereka menelan para janda yang menurut hukum Allah justru harus mereka lindungi, dukung, dan tolong secara khusus. Dalam Perjanjian Lama disebutkan nasib celaka yang akan menimpa orang-orang yang merampas milik janda-janda (Yes. 10:1-2), dan di sini Kristus juga mendukung hal ini dengan menjanjikan nasib celaka yang berasal dari-Nya. Allah adalah hakim bagi para janda itu. Mereka ada dalam perlindungan khusus-Nya. Ia menetapkan batas tanah seorang janda (Ams. 15:25), dan mendukung perkara mereka (Kel. 22:22-23). Namun yang terjadi di sini, orang-orang Farisi malah menelan habis rumah-rumah para janda itu. Betapa rakusnya mereka mengisi perut mereka dengan harta kejahatan! Tindakan menelan ini bukan hanya menunjukkan ketamakan mereka saja, tetapi juga sifat bengis mereka dalam menindas orang, seperti yang digambarkan di dalam Mikha 3:3, Mereka memakan daging dan kulit bangsaku. Tidak diragukan lagi, semuanya ini dilakukan mereka di bawah kedok hukum Taurat, sebab dengan begitu liciknya mereka melakukannya sampai-sampai tidak ada seorang pun yang bisa curiga untuk mengecam mereka, malah sebaliknya, tidak berkurang rasa hormat orang banyak kepada mereka.
- . Yang mereka lakukan untuk menyembunyikan perbuatan jahat adalah mengelabui mata orang banyak dengan doa yang panjang-panjang. Benar-benar panjang. Kalau memang benar apa yang dikatakan oleh beberapa penulis Yahudi bahwa mereka menghabiskan waktu tiga jam langsung setiap kali bermeditasi dan berdoa dan melakukannya tiga kali setiap hari, yang jauh melebihi apa yang dinyatakan dilakukan oleh orang yang berjiwa benar sekalipun. Namun, bagi orang-orang Farisi, melakukan hal yang demikian ini cukup mudah saja, karena memang mereka tidak pernah bermaksud beribadah, mereka hanya mau mencari uang saja dengan melakukannya. Dengan keahlian ini mereka berhasil mendapatkan kekayaan dan mempertahankan kebesaran mereka. Juga, tidak mungkin doa-doa yang panjang itu meluncur otomatis begitu saja dari mulut mereka, sebab kalau memang benar demikian adanya, maka orang-orang Farisi (seperti menurut pengamatan Dr. Baxter) pasti memiliki karunia untuk berdoa melebihi murid-murid Kristus. Jadi, yang lebih tepat adalah bahwa kata-kata yang digunakan dalam doa mereka itu sudah ditetapkan di antara mereka sendiri dan diucapkan seperti sebuah kisah. Di sini Kristus tidak mencela doa-doa yang panjang sebagai sesuatu yang munafik. Sama sekali tidak, kalau memang doa-doa tersebut tidak dimaksudkan untuk sekadar gagah-gagahan dan pamer belaka. Dalam doa-doa seperti ini sangatlah tebal penyamaran yang digunakan untuk menutupi perbuatan yang jahat. Jadi, bukan doa-doa yang panjang itu sendiri yang jadi masalah, karena Kristus sendiri semalam-malaman berdoa kepada Allah, dan kita juga diperintahkan untuk tetap berdoa tanpa henti-hentinya. Ketika banyak dosa harus diakui, banyak kebutuhan yang harus didoakan, dan banyak belas kasihan yang perlu disyukuri, itulah saat yang tepat untuk menaikkan doa-doa yang panjang. Akan tetapi, doa-doa panjang orang Farisi hanya diucapkan berulang-ulang tanpa arti, dan (seperti yang menjadi tujuan mereka) diucapkan untuk pura-pura saja. Dengan doa yang pura-pura inilah mereka mendapat nama baik sebagai orang saleh yang tulus hati, suka berdoa, dan menjadi kesayangan sorga. Dengan cara ini pula orang-orang dibuat percaya bahwa tidak mungkin orang-orang yang demikian akan menipu mereka. Karena itu, berbahagialah janda yang bisa memperoleh seorang Farisi sebagai wali amanat, dan pelindung bagi anak-anaknya! Jadi, sementara mereka tampak membubung tinggi menuju sorga melalui sayap-sayap doa, sesungguhnya mata mereka sama seperti mata burung rajawali yang pada saat yang sama mencari-cari mangsa di atas muka bumi, yakni rumah janda-janda atau apa saja yang menyenangkan hati mereka. Begitulah, sunat dijadikan samaran oleh orang-orang Sikhem untuk menyembunyikan ketamakan mereka (Kej. 34:22-23), pembayaran nazar yang dilakukan di Hebron adalah untuk menutupi pemberontakan Absalom (2Sam. 15:7), puasa yang dimaklumkan di Yizreel harus mendukung pembunuhan Nabot, begitu juga pembantaian para penyembah Baal oleh Yehu hanyalah batu loncatan untuk memenuhi ambisi Yehu. Ada hamba Tuhan yang menyalahgunakan pelayanan mereka untuk memperkaya diri dengan menelan rumah janda-janda dan anak-anak yatim. Jadi, jangan merasa heran kalau melihat bentuk-bentuk kesalehan dipamerkan untuk menutup-nutupi tindakan-tindakan yang sangat jahat. Tetapi, walaupun kesalehan yang berpura-pura tidak dihukum sekarang, pasti di kemudian hari akan dikenai hukuman berlipat ganda, yakni pada hari bilamana Allah akan menghakimi segala sesuatu yang tersembunyi dalam hati manusia.
- . Hukuman yang akan ditimpakan kepada mereka atas kejahatan ini, Sebab itu kamu pasti akan menerima hukuman yang lebih berat.
- Perhatikanlah:
- (1) Terdapat beberapa tingkat hukuman. Ada sebagian orang yang dosanya lebih tidak bisa diampuni, sehingga kehancurannya lebih dahsyat lagi.
- (2) Kepura-puraan dalam hidup beragama, yang dipakai oleh orang-orang munafik untuk menyembunyikan dosa atau sebagai alasan untuk memaafkan dosa mereka sekarang ini, akan lebih memperburuk hukuman mereka tidak lama lagi. Demikianlah yang akan terjadi dengan orang-orang yang suka menipu diri dengan dosa sendiri, mereka berharap akibat dan dosa mereka bisa dijauhkan, tetapi hal ini malah akan berbalik menentang mereka, dan membuat dosa mereka menjadi semakin menjadi-jadi. Sangat menyedihkan bagi si pelaku kejahatan ini, ketika pembelaannya justru terbukti menyerang dia, serta dalih yang diberikan (Kami telah bernubuat demi nama-Mu, dan demi nama-Mu menaikkan doa yang panjang-panjang) justru memperberat dakwaan terhadap dirinya sendiri.
- III. Sementara sangat memusuhi pertobatan jiwa-jiwa untuk memeluk Kekristenan, mereka sangat giat membujuk orang untuk masuk kelompok mereka. Mereka menutup Kerajaan Sorga bagi orang-orang-orang yang berbalik kepada Kristus, dan pada saat yang sama mengarungi lautan dan menjelajah daratan, untuk menobatkan satu orang menjadi penganut agama mereka (ay. 15).
- Perhatikan baik-baik di sini:
- . Dalam usaha membawa orang menjadi penganut agama Yahudi, mereka bukan hanya membawa orang itu sampai ke pintu gerbang, yaitu mengharuskan mereka mematuhi tujuh ajaran anak-anak Nuh, tetapi juga membawanya sampai pada kebenaran, yang mengharuskan mereka mengikuti sepenuhnya berbagai upacara agama Yahudi. Itulah yang dikejar mati-matian oleh orang-orang Farisi. Untuk itu, meskipun hanya demi satu orang saja, mereka bersedia mengarungi lautan dan menjelajah daratan, dengan menggunakan cara-cara licik, menyusun berbagai siasat kotor, berlomba dengan waktu, menulis surat dengan rajin, dan berusaha keras tanpa mengenal lelah. Apa yang menjadi tujuan mereka? Bukan kemuliaan Allah dan kebaikan bagi jiwa-jiwa, melainkan agar mereka mendapat penghargaan karena berhasil membuat orang memeluk agama mereka, dan agar dapat memanfaatkan mereka sebagai mangsa.
- Perhatikanlah:
- (1) Mengajak orang untuk bertobat, bila dilakukan demi kebenaran dan kesalehan yang benar, serta dilakukan dengan suatu rancangan yang baik, tentunya merupakan pekerjaan yang baik dan perlu mendapat perhatian dan usaha besar. Betapa berharganya jiwa-jiwa itu sehingga tidak ada yang bisa dikatakan terlalu banyak untuk dilakukan untuk menyelamatkan satu jiwa dari kematian. Ketekunan orang-orang Farisi di sini memberi peringatan kepada kita, bahwa ada banyak orang yang mau bertindak berdasarkan prinsip-prinsip yang lebih baik tetapi tidak mau berkorban atau bersusah payah untuk mewartakan Injil.
- (2) Untuk membuat satu orang bertobat, lautan harus diarungi dan daratan harus dijelajahi, segala cara dan sarana harus dicoba, pertama dengan suatu cara tertentu, dan kemudian dengan cara yang lain lagi. Semuanya itu bukannya tidak ada harganya, tetapi akan terbayar bila tujuannya tercapai.
- (3) Hati duniawi jarang yang takut bersusah payah demi mencapai tujuan duniawi. Bila usaha menobatkan orang dilakukan untuk mencari imbalan semata, ia akan mengarungi lautan dan menjelajahi daratan untuk mencapai maksudnya itu.
- . Kutuk menimpa mereka atas kejahatan yang mereka lakukan dalam menyalahgunakan orang-orang yang dibawa masuk menganut agama mereka, "Sekarang kamu menjadikannya murid seorang Farisi, dan ia menyerap semua ajaran orang Farisi, dan dengan begitu kamu menjadikan dia orang neraka, yang dua kali lebih jahat dari pada kamu sendiri."
- Perhatikanlah:
- (1) Orang-orang munafik menganggap diri mereka pewaris sorga, namun menurut penilaian Kristus, mereka hanyalah anak-anak neraka belaka. Kemunafikan mereka berasal dari neraka, karena Iblis adalah bapa semua kebohongan. Kemunafikan mereka mengarah menuju neraka, negeri asal mereka, warisan yang akan mereka terima. Mereka disebut anak-anak neraka, karena kebencian mereka yang mendalam terhadap Kerajaan Sorga, sesuai prinsip dan ciri khas ajaran Farisi.
- (2) Meskipun semua yang menentang Injil dengan penuh kebencian adalah anak-anak neraka, namun ada di antara mereka yang kejahatannya dua kali lebih jahat daripada yang lain, lebih beringas, fanatik, dan membahayakan.
- (3) Umumnya orang yang baru masuk sebagai penganut agama sangatlah fanatik. Mereka seperti sarjana yang melebihi guru-guru mereka:
- [1] Dalam hal kegemaran mereka akan upacara. Orang-orang Farisi sendiri melihat kesia-siaan upacara ini. Mereka tersenyum dalam hati melihat sikap taat orang-orang yang mengikuti mereka, sementara orang-orang yang baru masuk memeluk agama juga sangat berhasrat mengikuti mereka. Perhatikanlah, umumnya orang yang pengendalian dirinya lemah suka mengagumi pertunjukan dan upacara yang dianggap tidak bermutu oleh orang-orang bijaksana (namun, mereka tetap menyetujuinya demi kepentingan orang banyak).
- [2] Dalam kemarahan yang sangat terhadap Kekristenan. Orang-orang yang baru menjadi penganut agama mereka ini siap menyerap prinsip-prinsip yang sebenarnya tidak ingin dipegang sendiri oleh para pemimpin mereka yang licik itu. Karena itulah mereka menjadi begitu bersemangat melawan kebenaran. Musuh-musuh paling sengit di semua tempat yang dijumpai para rasul adalah orang-orang Yahudi penganut aliran Helenisme, yang sebagian besar terdiri dari orang-orang yang baru menjadi penganut aliran tersebut (Kis. 13:45; 14:2-19; 17:5; 18:6). Paulus, salah seorang murid orang Farisi, dalam amarah yang meluap-luap mengejar orang-orang Kristen (Kis. 26:11), sementara gurunya, Gamaliel, tampil sebagai sosok yang lebih lunak.
- IV. Pencarian mereka atas keuntungan duniawi dan kehormatan lebih dari kehormatan Allah, membuat mereka membuat pembedaan palsu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan. Dengan kepalsuan itu mereka menuntun banyak orang kepada berbagai kesalahan yang berbahaya, khususnya dalam hal sumpah, yang menjadi bukti keagamaan yang lazim dan dianggap sebagai sesuatu yang keramat oleh semua bangsa (ay. 16), Hai pemimpin-pemimpin buta.
- Perhatikanlah:
- . Betapa sedihnya kalau mengingat begitu banyak orang dipimpin oleh orang-orang buta seperti mereka, yang berusaha menunjukkan jalan yang mereka sendiri tidak mau menjalaninya. Pengawal-pengawal umat-Nya adalah orang-orang buta (Yes. 56:10). Sebaliknya, banyak orang juga sering suka diperlakukan seperti ini, dan mereka berkata kepada penilik, "Jangan menilik." Keadaan akan semakin buruk bila para pemimpin yang mengendalikan mereka adalah penyesat (Yes. 9:15).
- . Meskipun keadaan orang-orang yang dipimpin orang-orang buta ini sangat menyedihkan, sebenarnya para pemimpin buta itulah yang lebih celaka. Kristus menyatakan kutuk celaka-Nya kepada pemimpin-pemimpin buta yang harus mempertanggungjawabkan darah begitu banyak orang.
- Sekarang, untuk membuktikan kebutaan mereka, Kristus menguraikan soal sumpah serta menunjukkan betapa mereka adalah orang-orang munafik yang sangat busuk,
- (1) Kristus menunjukkan ajaran yang mereka ajarkan.
- [1] Mereka memperbolehkan sumpah yang diucapkan demi macam-macam ciptaan, asal hal itu dilakukan sebagai ibadah untuk Allah, dan mereka bertindak sebagai orang yang memiliki hubungan khusus dengan-Nya. Mereka memperbolehkan sumpah diucapkan demi Bait Suci dan mezbah, meskipun keduanya merupakan pekerjaan tangan manusia yang hanya dimaksudkan sebagai alat untuk menjalankan ibadah kepada Allah dan bukannya bagian dari ibadah itu sendiri. Sumpah merupakan suatu seruan kepada Allah, yang ditujukan kepada kemahatahuan dan keadilan-Nya. Karena itu, mengarahkan suatu seruan kepada suatu ciptaan apa pun berarti memperlakukan ciptaan itu sebagai ganti Allah (Ul. 6:13).
- [2] Mereka membedakan antara sumpah demi Bait Suci dan sumpah demi emas Bait Suci; sumpah demi mezbah dan sumpah demi persembahan yang ada di atasnya. Yang disebut terakhir dianggap mengikat, sedangkan yang disebut sebelumnya dianggap tidak.
- Di sini terjadi kejahatan ganda:
- Pertama, bahwa ada beberapa sumpah yang bisa diperingan oleh mereka, dan dengan begitu mereka memperhitungkan bahwa seseorang bisa tidak terikat dengan akibatnya atau tanggung jawab apa pun ketika ia menyatakan suatu kebenaran atau mengucapkan suatu janji. Seharusnya mereka tidak perlu bersumpah demi Bait Suci atau mezbah. Kalaupun mereka telah bersumpah, mereka sudah cukup terikat dengan kata-kata yang mereka ucapkan. Ajaran yang mendukung orang untuk melanggar perintah-Nya, pastilah tidak berasal dari Allah sumber kebenaran. Sumpah adalah sarana terakhir yang tidak boleh dipermainkan.
- Kedua, bahwa mereka lebih menyukai emas daripada Bait Suci, lebih menyukai persembahan daripada mezbah. Karena itu mereka mendorong orang memberikan persembahan kepada mezbah serta emas ke dalam perbendaharaan Bait Suci, dan berharap bisa memperoleh semuanya itu. Mereka yang menjadikan emas sebagai harapan mereka dan yang matanya dibutakan oleh persembahan yang diberikan dengan diam-diam adalah sahabat dekat dari korban persembahan. Keuntungan menjadi ilah mereka, dan dengan berbagai kelicikan mereka berusaha menjadikan agama sebagai budak hasrat duniawi mereka. Para pemimpin jemaat yang jahat ini bisa menentukan apakah suatu hal dianggap sebagai dosa atau bukan sesuai dengan maksud tujuan mereka. Mereka juga lebih menekankan hal-hal yang berkaitan dengan keuntungan mereka daripada hal-hal yang mendatangkan kemuliaan bagi Allah dan kebaikan bagi jiwa-jiwa.
- (2) Tuhan Yesus menunjukkan kebodohan dan tidak masuk akalnya perbuatan mereka yang membeda-bedakan macam-macam sumpah ini (ay. 17-19), Hai kamu orang-orang bodoh dan orang-orang buta. Kristus menyebut mereka orang-orang bodoh bukan sebagai celaan penuh amarah, tetapi sebagai teguran yang memang diperlukan. Cukuplah bagi kita untuk bertindak bijaksana dengan menunjukkan kebodohan pendapat dan perbuatan mereka. Namun, janganlah kita menyerang watak orang secara pribadi, tetapi biarlah kita menyerahkannya kepada Kristus, yang mengetahui apa yang ada dalam diri seseorang. Karena itu Ia melarang kita berkata "Jahil!" kepada seseorang.
- Untuk menyatakan kesalahan mereka yang bodoh, Kristus mengajukan pertanyaan kepada mereka, "Apakah yang lebih penting, emas (perkakas dan hiasan dari emas atau emas yang ada dalam perbendaharaan) atau Bait Suci yang menguduskan emas itu? Apakah yang lebih penting, persembahan atau mezbah yang menguduskan persembahan itu?" Siapa pun akan mengakuinya, Propter quod aliquid est tale. Id est magis tale -- Sesuatu yang dipakai sebagai patokan untuk menilai kelayakan hal-hal lain dengan sendirinya haruslah lebih layak daripada hal-hal lain yang dinilainya itu. Mereka yang bersumpah demi emas Bait Suci menaruh perhatian pada emas itu sebagai sesuatu yang suci, tetapi apa yang menjadikannya suci selain kesucian Bait Suci itu sendiri yang disediakan bagi keperluan ibadah? Oleh karena itu, Bait Suci tidak boleh kurang suci dibandingkan emasnya, tetapi harus lebih suci, karena yang lebih rendah diberkati dan disucikan oleh yang lebih tinggi (Ibr. 7:7). Bait Suci dan mezbah terus-menerus dipersembahkan kepada Allah, sedangkan emas dan persembahan bukanlah yang utama. Kristus adalah mezbah kita (Ibr. 13:10), Bait Suci kita (Yoh. 2:21), karena Dialah yang menguduskan semua persembahan kita dan menentukan kelayakannya (1Ptr. 2:5). Mereka yang menempatkan pekerjaan mereka melebihi kebenaran Kristus, melakukan kesalahan seperti kebodohan orang Farisi yang lebih menyukai persembahan daripada mezbah. Setiap orang Kristen yang benar merupakan Bait Allah yang hidup, dan dengan inilah semua hal lainnya disucikan bagi Dia. Bagi orang suci semuanya suci (Tit. 1:15), dan suami yang tidak beriman itu dikuduskan oleh istrinya yang beriman (1Kor. 7:14).
- (3) Kristus meralat kesalahan itu (ay. 20-22) dengan meluruskan semua sumpah yang mereka ciptakan kepada tujuannya yang sebenarnya, yaitu demi nama Tuhan. Dengan begitu, meskipun sumpah yang dilakukan demi Bait Suci, mezbah, atau sorga secara resmi dianggap keliru, sumpah itu tetap mengikat. Quod fieri non debuit, factum valet -- Kesepakatan yang seharusnya tidak dibuat, namun dibuat juga, akan tetap mengikat. Seseorang tidak boleh mengambil keuntungan dari kesalahannya sendiri.
- [1] Janganlah seseorang yang bersumpah demi mezbah mengira dapat melepaskan diri dari kewajiban sumpah dengan berkata, "Mezbah itu hanya terbuat dari kayu, batu, dan tembaga belaka," karena sumpahnya sangat berkaitan dengan apa yang dikatakannya sendiri. Karena ia patut dihukum, kewajibannya pun patut tetap dipertahankan pemberlakuannya, ut res potius valeat quam pereat--dengan ini kewajiban harus diperkuat dan bukannya dihancurkan. Oleh karena itu, sumpah demi mezbah harus diartikan demi mezbah itu sendiri dan semua yang ada di atasnya, karena apa yang merupakan tambahan biasanya ada bersama-sama dengan yang utama. Persembahan yang ada di atasnya adalah persembahan kepada Allah, karena itu bersumpah demi mezbah dan persembahan berarti meminta Allah sendiri untuk menjadi saksi. Karena mezbah itu adalah milik Allah, dan orang yang pergi ke mezbah Allah pergi menghadap Allah (Mzm. 43:4; 26:6).
- [2] Kalau saja orang mengerti apa yang ia lakukan dengan bersumpah demi Bait Suci, seharusnya ia memahami bahwa dasar penghormatannya bukanlah karena bangunan itu indah, tetapi karena bangunan itu adalah rumah Allah, rumah yang dipersembahkan untuk beribadah kepada-Nya, tempat yang telah dipilih untuk meletakkan nama-Nya. Karena itu, barangsiapa bersumpah demi Bait Suci, ia bersumpah demi Bait Suci dan juga demi Dia, yang diam di situ. Di sanalah Dia berkenan menyatakan diri secara khusus serta membuktikan kehadiran-Nya, sehingga barangsiapa bersumpah demi Bait Suci, juga bersumpah demi Dia yang telah bersabda, "Inilah tempat perhentian-Ku selama-lamanya, di sinilah Aku hendak diam." Orang-orang Kristen sejati adalah bait Allah, dan Roh Allah diam di dalam mereka (1Kor. 3:16; 6:19). Allah menganggap apa yang dilakukan orang terhadap mereka sebagai sesuatu yang dilakukan terhadap diri-Nya sendiri; siapa yang mendukakan hati orang benar, ia juga mendukakan Dia yang tinggal di dalamnya (Ef. 4:30).
- [3] Bila seseorang bersumpah demi langit, ia berdosa (5:34). Walaupung begitu, ia tidak akan terlepas dari kewajiban sumpahnya. Sama sekali tidak akan demikian adanya, karena Allah akan menunjukkan kepadanya bahwa langit yang ia jadikan dasar sumpahnya itu adalah takhta-Nya (Yes. 66:1). Orang yang bersumpah demi takhta-Nya berarti sedang berseru kepada Dia yang duduk di atasnya. Dia akan marah kepada orang yang menghina Dia dalam bentuk sumpah, yaitu yang menghina Dia dengan melanggar sumpahnya sendiri. Kristus tidak akan membenarkan tindakan pengingkaran sumpah walaupun dilakukan dengan alasan yang masuk akal sekalipun.
- V. Mereka sangat ketat dan saksama dalam hal-hal kecil yang ada dalam hukum Taurat, tetapi begitu sembrono dan longgar dalam soal-soal yang penting (ay. 23-24). Mereka memandang bulu dalam pengajaran (Mal. 2:9), memilih-milih tugas sesuai minat atau pamrih mereka. Ketaatan yang tulus itu harus menyeluruh sifatnya, tidak boleh setengah-setengah. Barangsiapa yang dengan prinsip yang benar mau mematuhi suatu hukum Allah, dia juga harus menghormati semua hukum-Nya yang lain tanpa kecuali (Mzm. 119:6). Tetapi orang-orang munafik yang melakukan kegiatan keagamaan untuk dirinya sendiri dan bukan untuk Allah, tidak akan melakukan kegiatan keagamaan yang tidak membawa keuntungan bagi mereka. Dua contoh berikut ini menunjukkan bagaimana ahli-ahli Taurat dan orang Farisi memilih-milih dalam menjalankan ibadah mereka.
- . Mereka memperhatikan kewajiban-kewajiban kecil, tetapi mengabaikan yang penting. Mereka sangat cermat dalam membayar persepuluhan termasuk selasih, adas manis dan jintan. Mereka sangat teliti dalam membayar persepuluhan yang tidak akan terlampau memberatkan mereka, dan hal ini diseru-serukan untuk memuji diri guna memperoleh nama baik dengan cara yang murah. Orang-orang Farisi sangat membanggakan hal ini, aku memberikan sepersepuluh dari segala penghasilanku (Luk. 18:12). Tetapi, mungkin sekali mereka mempunyai pamrih dan pertimbangan sendiri tentang hal itu, karena para imam dan orang-orang Lewi yang menerima pembayaran persepuluhan itu berada di bawah pengaruh mereka, dan mereka tahu cara membalas kebaikan orang-orang Farisi ini. Membayar persepuluhan adalah kewajiban mereka sesuai tuntutan hukum Taurat, dan Kristus memerintahkan mereka agar tidak mengabaikan hal ini. Perhatikanlah, semua orang harus memberikan sumbangan sesuai keadaan mereka untuk mendukung dan memelihara pelayanan yang ada. Menahan persepuluhan disebut menipu Allah (Mal. 3:8-10). Mereka yang menerima pengajaran dalam firman, tetapi tidak membagi segala sesuatu dengan orang yang memberikan pengajaran itu, keadaannya lebih buruk daripada orang-orang Farisi.
- Tetapi yang dicela Kristus di sini adalah, mereka mengabaikan yang terpenting dalam hukum Taurat, yaitu: keadilan, belas kasihan, dan kesetiaan. Ketepatan mereka dalam membayar persepuluhan, kalau bukan untuk memperbaiki kesalahan mereka di hadapan Allah, maka setidaknya adalah untuk menyembunyikan pengabaian mereka atas hal-hal tadi supaya tidak tampak di hadapan manusia. Segala sesuatu yang ada dalam hukum Allah semuanya penting, tetapi yang paling penting adalah kesucian yang ada di dalam hati, yaitu soal penyangkalan diri, menganggap rendah dunia ini, dan ketaatan kepada Allah, sebab di sinilah letak kehidupan beragama. Keadilan dan belas kasihan terhadap sesama manusia serta iman kepada Allah merupakan hal-hal penting di dalam hukum Taurat. Apa yang baik yang dituntut Tuhan (Mi. 6:8) ialah, berlaku adil, mencintai kesetiaan, dan hidup dengan rendah hati dengan iman di hadapan Allah. Inilah ketaatan yang jauh lebih baik daripada mempersembahkan korban atau persepuluhan. Keadilan lebih disukai daripada persembahan korban (Yes. 1:11). Berlaku adil kepada para imam dalam hal persepuluhan, namun menipu dan mencurangi orang, berarti mempermainkan Allah dan menipu diri kita sendiri. Kasih setia juga lebih disukai daripada persembahan korban (Hos. 6:6). Memberi makan mereka yang menggemukkan diri dengan persembahan kepada Tuhan, dan pada saat yang sama menutup pintu belas kasihan kepada seorang saudara atau saudari yang tidak mempunyai pakaian dan kekurangan makanan sehari-hari, membayar persepuluhan dari selasih kepada para imam tetapi tidak bersedia memberikan remah-remah roti kepada Lazarus, berarti berdusta secara terang-terangan tanpa belas kasihan terhadap keadilan. Hal ini benar bagi mereka yang berpura-pura menjalankan keadilan tetapi tidak mau menunjukkan belas kasihan. Keadilan dan belas kasihan juga tidak akan bekerja tanpa iman dalam penyataan ilahi, karena Allah akan dipermuliakan dalam kebenaran-Nya dan juga dalam hukum-hukum-Nya.
- . Mereka menghindari dosa-dosa kecil, tetapi melakukan dosa yang lebih besar (ay. 24), Hai kamu pemimpin-pemimpin buta; begitulah Kristus menyebut mereka sebelumnya (ay. 16), karena ajaran mereka yang merusak. Di sini Ia menyebut mereka demikian karena kehidupan mereka yang rusak, karena keteladanan hidup mereka sebagai pemimpin sama merusaknya seperti ajaran mereka. Dalam hal ini pun mereka buta dan memandang bulu; mereka menapiskan nyamuk dari dalam minuman mereka, tetapi unta yang di dalamnya mereka telan. Mereka menapiskan nyamuk dalam ajaran mereka dengan memperingatkan orang-orang terhadap setiap pelanggaran yang terkecil dari kebiasaan tua-tua. Dalam kehidupan beragama, mereka menapis nyamuk, mengangkatnya dengan wajah ketakutan seolah-olah mereka melakukan dosa besar yang menjijikkan dan merasa sangat ketakutan. Namun, dengan mudahnya mereka melakukan dosa-dosa besar yang jika dibandingkan dengan dosa-dosa kecil, ibarat unta dan nyamuk. Mereka menelan rumah-rumah para janda, mereka benar-benar menelan seekor unta. Ketika mereka memberikan uang darah orang yang tidak bersalah kepada Yudas, mereka melarang mengembalikan uang itu ke dalam peti persembahan (Mat. 27:6). Mereka menolak masuk ke gedung pengadilan karena takut menajiskan diri, namun demikian, mereka berdiri juga di pintu dan berteriak-teriak melawan Yesus yang kudus (Yoh. 18:28). Ketika mereka berbantah-bantah dengan para murid soal makan dengan tangan yang tidak dibasuh, mereka justru mengajar orang untuk melanggar perintah kelima dengan menggunakan uang yang seharusnya dipakai memelihara orangtua untuk membayar korban persembahan. Mereka menapis nyamuk, yaitu hal-hal yang sepele, namun menelan unta. Di sini Kristus tidak menegur soal dosa kecil yang ditapiskan, karena dosa sekecil nyamuk sekalipun harus tetap ditapiskan. Namun, menapis yang kecil lalu menelan unta, itulah yang dicela-Nya. Bersikap seolah-olah saleh pada hal-hal kecil dalam hukum Taurat, tetapi duniawi dengan dosa besar, merupakan kemunafikan yang dicela-Nya di sini.
- VI. Dalam hidup keagamaan, mereka mementingkan hal-hal yang lahiriah atau berada di luar diri, sama sekali bukan yang ada di dalam diri. Mereka lebih berhasrat dan penuh perhatian untuk tampil saleh di hadapan manusia daripada berusaha supaya diterima Allah dengan kesalehan mereka. Keadaan ini digambarkan lewat dua persamaan berikut.
- . Mereka disamakan dengan cawan yang dibasuh bersih sebelah luarnya, tetapi kotor di bagian dalamnya (ay. 25-26). Orang-orang Farisi menempatkan agama hanya sebagai tata krama belaka, misalnya, kebiasaan mencuci cawan (Mrk. 7:4). Mereka sangat memperhatikan perihal menyantap makanan dari cawan dan pinggan yang bersih, tetapi tidak memedulikan suara hati bahwa makanan itu mereka peroleh melalui pemerasan, dan bahwa mereka berfoya-foya dengan makanan itu. Betapa bodohnya orang yang hanya membasuh bagian luar sebuah cawan agar dapat dilihat orang dan membiarkan bagian dalamnya kotor, padahal justru bagian inilah yang digunakan. Mereka hanya menghindari dosa memalukan yang bisa mengganggu nama baik mereka, namun membiarkan diri mereka tenggelam dalam kejahatan hati yang membuat mereka menjadi jijik bagi Allah Yang Mahasuci.
- Berkaitan dengan hal ini, perhatikan baik-baik:
- (1) Perbuatan orang-orang Farisi. Mereka hanya membersihkan hal-hal yang ada di luar diri. Mereka sangat cermat dalam memperhatikan hal-hal yang menjadi perhatian sesama mereka. Mereka akan menggunakan siasat jahat mereka dengan berbagai kelicikan sehingga kejahatan mereka tidak dicurigai. Umumnya orang menganggap mereka sangat baik. Tetapi jauh di dalam relung hati dan hayat mereka yang tersembunyi, mereka penuh pemerasan dan suka melebih-lebihkan sesuatu, penuh pelanggaran dan tidak dapat menahan nafsu. Mereka penuh dengan ketidakadilan dan hal-hal yang melampaui batas. Walaupun mereka tampak saleh, kehidupan mereka sangat jauh dari bijaksana dan berbudi. Batin mereka penuh kebusukan (Mzm. 5:10), padahal bagian dalam inilah yang menentukan siapa kita ini sebenarnya.
- (2) Aturan yang Kristus berikan berlawanan dengan segala perbuatan mereka ini (ay. 26). Aturan-Nya ini ditujukan kepada orang-orang Farisi yang buta itu. Mereka menganggap diri sendiri sebagai pelihat negeri itu, tetapi Kristus (Yoh. 9:39) menyebut mereka orang-orang yang tidak melihat. Perhatikanlah, dalam pandangan Kristus, mereka yang buta (walaupun begitu sangat cepat dalam melihat hal-hal yang lain) tidak mengenal dan tidak memusuhi kejahatan hati mereka. Mereka tidak melihat dosa dan tidak membenci dosa tersembunyi yang bersemayam dalam hati mereka. Sikap tidak peduli dengan diri sendiri merupakan sikap yang paling memalukan dan menyakitkan (Why. 3:17). Aturannya adalah, bersihkanlah dahulu sebelah dalam cawan itu. Perhatikanlah, perhatian utama kita masing-masing haruslah membersihkan hati kita dari kejahatan (Yer. 4:14). Urusan utama seorang Kristen terletak di dalam dirinya, untuk dibersihkan dari semua pencemaran rohani. Perasaan dan kecenderungan yang merusak, nafsu-nafsu rahasia yang tersembunyi di dalam jiwa haruslah menjadi hal pertama untuk dikendalikan dan ditaklukkan. Dosa-dosa ini harus dibuang dengan saksama, karena hanya disaksikan oleh Allah sendiri yang menyelidik hati.
- Perhatikan baik-baik cara yang harus digunakan, Bersihkanlah dahulu sebelah dalam. Bukan hanya sebelah dalam saja, tetapi itulah yang harus dibersihkan dahulu. Karena jika yang sebelah dalam dibersihkan dengan sungguh-sungguh, maka sebelah luarnya juga akan bersih. Alasan-alasan dan dorongan dari luar bisa saja membuat bagian luar menjadi bersih, sementara yang di dalam tetap kotor. Tetapi jika anugerah yang memperbarui dan menguduskan membersihkan yang ada di dalam, pengaruhnya akan sampai di luar, karena ada prinsip yang memerintah di dalamnya. Bila hati dijaga dengan baik, semua akan beres, karena dari situlah terpancar kehidupan, semburannya tentu juga akan menghilang. Jika hati dan roh diperbarui, akan ada pembaruan hidup. Oleh karena itu, di sini kita harus mulai dengan diri sendiri. Pertama, bersihkan yang ada di dalam, pastikan bahwa inilah yang harus dilakukan terlebih dahulu.
- . Mereka disamakan dengan kuburan yang dilabur putih (ay. 27-28).
- (1) Mereka tampak jujur di luar, seperti kuburan, yang tampak indah di luar. Beberapa orang mengaitkan hal ini dengan kebiasaan orang Yahudi untuk mengapur putih kuburan dengan maksud menandai kuburan tersebut. Khususnya bila kuburan itu tidak berada di tempat seharusnya, sehingga dengan tanda itu orang bisa menghindarinya agar tidak menjadi najis. Upacara bisa dianggap tercemar bila orang tersentuh kuburan tersebut (Bil. 19:16). Hal itu menjadi sebagian dari tugas pengawas jalan yang harus melabur ulang bila kuburan tersebut rusak dan pudar. Dengan demikian kuburan harus dibangun dengan baik sekali (2Raj. 23:16-17). Tindakan orang munafik yang hanya mengutamakan segi luar saja, yang dengannya mereka berusaha untuk menunjukkan diri kepada dunia, hanya akan membuat semua orang bijaksana dan baik lebih berhati-hati untuk menghindari mereka, takut kalau-kalau ikut tercemar oleh mereka. Waspadalah terhadap ahli-ahli Taurat (Luk. 20:46). Seruan tersebut lebih ditujukan secara tidak langsung pada kebiasaan mereka melabur putih kuburan-kuburan orang terkenal dengan maksud memperindahnya. Dikatakan di sini (ay. 29), bahwa kebiasaan mereka memperindah tugu orang-orang saleh, mirip dengan kebiasaan kita mendirikan monumen di atas makam orang-orang besar dan menabur bunga di atas makam sahabat-sahabat baik kita. Sekarang, kebenaran ahli-ahli Taurat dan orang Farisi itu disamakan seperti hiasan di atas makam, atau mendandani tubuh yang mati hanya demi pamer belaka. Puncak hasrat hati mereka adalah agar tampak benar di mata orang, dan juga agar dihargai dan dikagumi mereka. Tetapi,
- (2) Mereka jahat di dalam, seperti kuburan, penuh tulang belulang dan pelbagai jenis kotoran. Begitu hinanya tubuh kita ketika roh telah meninggalkannya! Seperti ini pulalah mereka penuh kemunafikan dan ketidakadilan. Kemunafikan adalah kejahatan terburuk dari antara semua kejahatan lainnya. Perhatikanlah, sangat mungkin bagi orang yang hatinya penuh dosa untuk menjalani kehidupan yang tampak bebas dari kesalahan dan untuk kelihatan sebagai orang yang sangat baik. Tetapi apa untungnya bagi kita memperoleh pujian dari sesama rekan kita, jika Tuan kita tidak berkata, "Baik sekali?" Ketika semua kubur terbuka, kubur-kubur yang dilabur ini akan diperiksa, dan tulang belulang orang-orang mati ini serta pelbagai jenis kotorannya akan dikeluarkan dan diserakkan di depan segenap tentara langit (Yer. 8:1-2). Pada hari itulah Allah akan menghakimi, bukan yang kelihatan, tetapi yang tersembunyi dari semua manusia. Dan saat itu tidak akan ada lagi hiburan bagi orang-orang munafik, sebagai ganjaran bagi mereka di neraka, dan mereka akan diiringi tepuk tangan semua tetangga mereka.
- VII. Mereka berpura-pura berbuat banyak kebaikan untuk mengenang para nabi yang telah meninggal dunia, sementara mereka membenci dan menganiaya orang-orang benar yang sekarang ada bersama mereka. Kejahatan ini ditempatkan pada urutan terakhir karena menjadi bagian terburuk dari watak mereka. Allah sangat mengingini dengan cemburu rasa hormat terhadap hukum dan ketetapan-Nya. Ia sangat benci bila hukum dan peraturan-Nya dicemari dan disalahgunakan. Demikian juga Ia sangat mengingini dengan rasa cemburu rasa hormat kepada para nabi dan pelayan-Nya, dan mengganggapnya sebagai kejahatan bila mereka diperlakukan secara tidak adil dan dianiaya. Oleh karena itu, ketika Tuhan Yesus sampai pada bagian ini, Ia berbicara lebih keras dibandingkan bagian lain (ay. 29-37). Karena barangsiapa menyentuh para pelayan-Nya, Ia juga menyentuh yang Diurapi-Nya dan biji mata-Nya.
- Perhatikan baik-baik di sini:
- . Rasa hormat yang pura-pura diberikan ahli-ahli Taurat dan orang Farisi kepada para nabi yang telah meninggal dunia (ay. 29-30). Inilah kepura-puraannya, sehingga dari luar mereka tampak seperti orang benar.
- (1) Mereka menghormati peninggalan para nabi, mereka membangun makam mereka dan memperindahnya. Tampaknya, tempat pemakaman mereka sudah dikenal, makam Daud juga ada di sana (Kis. 2:29). Ada tanda keramat di atas kuburan abdi Allah (2Raj. 23:17), dan Yosia merasa cukup hormat dengan tidak menjamah tulang-tulangnya (ay. 18). Tetapi orang-orang ini ingin berbuat lebih banyak dengan membangun ulang dan memperindah makam-makam itu.
- Sekarang pertimbangkanlah hal-hal ini.
- [1] Sebagai tanda penghormatan kepada para nabi yang telah meninggal dunia, yang pada masa hidup mereka dianggap sebagai sampah masyarakat dalam semua hal dan dikenakan segala macam tuduhan palsu yang jahat. Perhatikanlah, Allah bisa memaksa orang jahat sekalipun untuk memberikan pengakuan dan penghormatan atas kesalehan dan kekudusan. Orang yang menghormati Allah akan dihormati-Nya, dan ada kalanya penghormatan yang diterima-Nya justru berasal dari orang-orang yang dianggap hina (2Sam. 6:22). Kenangan kepada orang benar mendatangkan berkat, sementara nama orang-orang yang membenci dan menganiaya mereka akan diliputi aib. Penghormatan abadi akan diberikan kepada mereka yang tulus dan setia menjalan kewajibannya kepada Allah. Orang yang dinyatakan di hadapan Allah akan dinyatakan juga di dalam hati nurani orang-orang yang ada di sekitar mereka.
- [2] Sebagai contoh kemunafikan ahli-ahli Taurat dan orang Farisi yang menghormati mereka. Perhatikanlah, orang-orang duniawi biasanya mudah mengenang dan menghormati para pelayan Tuhan yang setia yang telah meninggal dunia karena para pelayan ini tidak pernah mencela atau mengganggu mereka soal dosa-dosa mereka. Para nabi yang telah wafat adalah para pelihat yang tidak melihat. Mereka menerima para nabi ini karena tidak bisa lagi mengganggu mereka seperti yang dilakukan para saksi hidup yang memberikan kesaksian tentang mereka viva voce -- dengan suara hidup (Why. 11:10). Mereka bisa menghormati tulisan-tulisan para nabi yang sudah meninggal tentang bagaimana seharusnya mereka hidup, tetapi tidak bisa menghargai teguran-teguran dari para nabi yang masih hidup yang masih bersama mereka yang menunjukkan siapa mereka sebenarnya. Sit divus, modo non sit vivus -- Hendaklah ada orang-orang kudus, tetapi jangan biarkan mereka hidup di sini. Sampai sekarang kadang-kadang masih dilakukan penghormatan berlebihan untuk mengenang orang-orang kudus yang telah meninggal dunia, khususnya para martir, dengan mempersembahkan hari-hari dan tempat bagi nama mereka, menyimpan barang-barang peninggalan mereka dalam tempat khusus, berdoa kepada mereka, dan memberikan persembahan kepada patung-patung mereka.
- (2) Mereka menentang pembunuhan para nabi tersebut (ay. 30), Jika kami hidup di zaman nenek moyang kita, tentulah kami tidak ikut mereka dalam pembunuhan nabi-nabi itu. Mereka tidak akan pernah menyetujui pemberangusan Amos, penjeblosan Mikha ke dalam penjara, pemasungan Hanani, Yeremia yang ditahan di dalam perigi, Zakharia yang dilempari batu sampai mati, penghinaan terhadap semua utusan Tuhan, dan perlakuan kejam terhadap nabi-nabi-Nya. Bukan, bukan mereka. Mereka lebih suka kehilangan tangan kanan daripada melakukan hal-hal semacam itu. Apakah hambamu ini, yang tidak lain daripada anjing? Namun pada saat ini mereka sedang berkomplot hendak membunuh Kristus, padahal, tentang Dialah semua nabi bersaksi. Mereka mengira, seandainya mereka hidup pada zaman nabi-nabi itu, mereka akan mendengarkan dengan sukacita dan menaati mereka. Padahal, sekarang mereka memberontak terhadap terang yang dibawa Kristus ke dunia ini. Yang pasti, akan selalu ada seorang Herodes, dan seorang Herodias bagi Yohanes Pembaptis, seorang Ahab dan seorang Izebel bagi Elia. Perhatikanlah, ketidakjujuran hati orang berdosa sering tampil seperti ini: sementara mereka sedang mengalir mengikuti arus dosa di zaman mereka sendiri, mereka mengkhayal bahwa mereka akan berenang menentang arus dosa zaman sebelumnya sekiranya mereka hidup pada zaman itu. Mereka mengkhayal, seandainya saja mereka diberi kesempatan seperti orang lain, mereka pasti akan memanfaatkan kesempatan itu dengan jauh lebih setia. Mereka mengkhayal, seandainya saja mereka ada dalam godaan seperti orang lain, pastilah mereka sudah akan menolak godaan itu sejadi-jadinya. Padahal, dalam kenyataannya sekarang, justru mereka sendiri tidak memanfaatkan kesempatan yang mereka miliki dan tidak menolak godaan yang datang. Namun, sekarang mereka tidak meningkatkan peluang mereka, dan tidak menolak pencobaan yang mereka alami. Kadang-kadang kita juga tergoda untuk berpikir, seandainya kita hidup pada masa Kristus masih hidup di atas muka bumi, kita pasti sudah hidup mengiring Dia dengan setia ketika itu dan tidak memandang rendah dan menolak Dia seperti yang dilakukan ahli-ahli Taurat dan orang Farisi ini. Namun, sekarang Kristus yang hadir di dalam Roh-Nya, di dalam firman-Nya, di dalam diri para pelayan-Nya, masih saja mendapat perlakuan yang tidak lebih baik.
- . Meskipun hal itu akan membawa kehancuran bagi mereka dan angkatan ini, mereka tetap membenci dan menentang Kristus dan Injil-Nya (ay. 31-33). Perhatikan baik-baik di sini:
- (1) Tuduhan itu terbukti, Kamu bersaksi terhadap diri kamu sendiri. Perhatikanlah, orang-orang berdosa tidak akan bisa berharap lari dari pengadilan Kristus karena kurangnya bukti yang melawan mereka. Sangat mudah menemukan saksi-saksi untuk menentang mereka; selain itu, pembelaan mereka sendiri bukan hanya akan ditolak, tetapi malah akan berbalik melawan pembelaan mereka sendiri, mereka akan tergelincir karena lidah mereka (Mzm. 64:9).
- [1] Mereka mengakui sendiri bahwa membunuh para nabi merupakan kejahatan besar nenek moyang mereka. Mereka mengetahui kesalahan itu, namun, sekarang mereka sendiri bersalah oleh hal yang sama. Perhatikanlah, mereka yang suka menghakimi dosa orang lain, namun melakukan sendiri dosa yang sama atau bahkan yang lebih buruk lagi, sangat tidak bisa diampuni (Rm. 1:32-2:1). Mereka tahu bahwa seharusnya mereka tidak boleh turut mengambil bagian dengan para penyiksa, namun sekarang malah menjadi pengikut mereka. Pertentangan diri semacam ini yang terjadi saat ini akan memuncak menjadi penghakiman terhadap diri sendiri pada hari yang mulia itu. Kristus menunjukkan pengertian lain yang berbeda dengan maksud mereka atas perbuatan mereka dalam membangun makam-makam para nabi, bahwa dengan memperindah makam-makam itu, mereka seolah membenarkan perbuatan para pembunuh nabi-nabi itu (Luk. 11:48), karena ternyata mereka tetap hidup di dalam dosa.
- [2] Mereka mengakui sendiri bahwa para penganiaya yang terkenal ini adalah nenek moyang mereka, kamu adalah keturunan pembunuh nabi-nabi itu. Mereka merasa tidak lebih dari keturunan secara darah dan daging saja, tetapi Kristus mengubah pandangan bahwa mereka lebih dari itu, mereka benar-benar keturunan pembunuh juga secara roh dan watak. Iblislah yang menjadi bapamu dan kamu ingin melakukan keinginan-keinginan bapamu. Mereka itu bapamu, nenek moyangmu, seperti yang kamu katakan, dan kamu sendiri adalah patrizare -- menyerupai bapamu, nenek moyangmu. Dosalah yang mengalir dalam darah di antara kamu. Sama seperti nenek moyangmu, demikian juga kamu (Kis. 7:51). Mereka berasal dari bangsa yang suka menyiksa, keturunan yang jahat-jahat (Yes. 1:4), bangkit ganti bapa-bapamu (Bil. 32:14). Kedengkian, iri hati, dan kekejaman sudah mendarah daging dalam diri mereka. Sebelumnya mereka menganut ini sebagai prinsip mereka, melakukan seperti yang dilakukan oleh nenek moyang mereka (Yer. 44:17). Hal ini bisa diamati di sini (ay. 30), betapa cermatnya mereka menyebut hubungan ini, "Mereka adalah nenek moyang kami, merekalah yang membunuh nabi-nabi itu. Mereka adalah orang yang terhormat dan berkuasa, yang keturunan dan penerusnya adalah kami." Seandainya memang betul mereka membenci kejahatan leluhur mereka, yang seharusnya mereka lakukan, pastilah mereka tidak akan sebangga itu dalam menyebut-nyebut para pembunuh itu sebagai nenek moyang mereka. Sebab, apa untungnya memiliki hubungan darah dengan para penganiaya, meskipun mereka pernah begitu bermartabat dan berkuasa.
- (2) Hukuman yang disampaikan kepada mereka. Kristus selanjutnya:
- [1] Menyerahkan mereka kepada dosa yang tidak bisa diperbaiki (ay. 32), Jadi, penuhilah juga takaran nenek moyangmu! Bila Efraim bersekutu dengan berhala-berhala dan tidak suka dipulihkan, biarkanlah dia, barangsiapa yang cemar, biarlah ia terus cemar. Kristus tahu bahwa mereka sekarang sedang merencanakan kematian-Nya yang dalam beberapa hari lagi akan digenapi. "Baiklah," kata-Nya, "teruskan rencana jahatmu, terimalah nasibmu, turutilah keinginan hatimu dan pandangan matamu, dan lihatlah apa yang akan terjadi nanti. Apa yang hendak kau perbuat, perbuatlah dengan segera. Engkau hanya memenuhi takaran dosa, yang kemudian akan melimpah dalam banjir kemurkaan."
- Perhatikanlah:
- Pertama, ada takaran dosa yang harus dipenuhi sebelum kehancuran akhir menimpa pribadi dan keluarga, jemaat dan bangsa-bangsa. Allah panjang sabar, tetapi akan tiba saatnya Tuhan tidak tahan lagi (Yer. 44:22). Kita membaca tentang takaran yang harus dipenuhi orang Amori (Kej. 15:16), tentang tuaian di bumi yang sudah masak untuk disabit (Why. 14:15-19), dan tentang orang-orang berdosa yang habis menggarong dan sampai pada takarannya untuk digarong sendiri (Yes. 33:1).
- Kedua, anak-anak akan memenuhi takaran dosa nenek moyang mereka yang telah tiada jika mereka tetap melakukan dosa yang sama atau serupa. Dosa suatu bangsa yang membawa kehancuran pada bangsa itu merupakan dosa yang berlangsung berabad-abad lamanya. Takaran akan berjalan terus seiring pergantian masyarakat. Allah menghukum dengan adil dosa-dosa nenek moyang kepada keturunan yang mengikuti jejak dosa mereka.
- Ketiga, menganiaya Kristus, jemaat, dan pelayan-pelayan-Nya merupakan dosa yang lebih cepat memenuhi takaran dosa suatu bangsa dibandingkan dosa-dosa lainnya. Inilah dosa yang mengundang kemurkaan atas nenek moyang tanpa bisa dipulihkan lagi (2Taw. 36:16), serta kemurkaan sepenuhnya kepada keturunan mereka juga (1Tes. 2:16). Inilah yang dimaksud dengan perbuatan jahat yang keempat. Bila kejahatan ini ditambahkan kepada tiga kejahatan sebelumnya, maka Tuhan tidak akan menarik kembali keputusan-Nya (Am. 1:3, 6, 9, 11, 13).
- Keempat, sungguh adil bagi Allah yang menyerahkan mereka pada keinginan hati mereka, yaitu mereka yang dengan keras kepala terus-menerus memenuhi takaran dosa mereka. Orang-orang yang sedang berlari kencang menuju kehancuran, membiarkan batin mereka mengeras. Ini merupakan keadaan yang paling menyedihkan bagi seseorang yang berada di bibir neraka.
- [2] Kristus menyerahkan mereka kepada kehancuran yang tak terpulihkan, yaitu kehancuran pribadi di dunia lain (ay. 33). Hai kamu ular-ular, hai kamu keturunan ular beludak! Bagaimanakah mungkin kamu dapat meluputkan diri dari hukuman neraka? Kata-kata seperti ini sungguh merupakan kata-kata aneh yang muncul dari mulut Kristus, bibir yang biasanya melimpah dengan berkat. Tetapi Ia pun bisa dan akan mengucapkan kata-kata mengerikan itu. Dalam kata-kata ini Ia menjelaskan dan meringkas delapan seruan celaka yang telah Ia sampaikan kepada ahli-ahli Taurat dan orang Farisi tadi.
- Di sini:
- Pertama, gambaran tentang mereka, Hai kamu ular-ular. Apakah Kristus memakai kata cacian? Ya, tetapi ini tidak memberikan izin kepada kita untuk melakukan hal yang serupa. Ia mengetahui dengan mutlak apa yang ada di dalam hati manusia. Ia juga mengenal betapa mereka cerdik seperti ular, melata di atas tanah, dan yang debu tanah menjadi makanannya. Dari luar mereka tampak indah dan menarik, tetapi sangat ganas di dalam, penuh racun di bawah lidah mereka, benih dari si ular tua itu. Mereka adalah keturunan ular beludak. Mereka dan orang-orang yang hidup sebelumnya, mereka dan orang-orang yang bergabung bersama mereka adalah keturunan musuh yang penuh rasa benci, amarah, serta dengki terhadap Kristus dan Injil-Nya. Mereka suka dipanggil Rabi, tetapi Kristus memanggil mereka ular beludak. Ia menyebut watak mereka yang sebenarnya, dan mencela orang-orang sombong.
- Kedua, hukuman mereka. Kristus menggambarkan keadaan mereka sebagai sangat menyedihkan dan membangkitkan rasa putus asa. Bagaimanakah mungkin kamu dapat meluputkan diri dari hukuman neraka? Kristus sendiri memberitakan tentang neraka dan hukuman, berita yang membuat para pelayan-Nya sering kali dicela oleh orang-orang yang tidak ingin mendengarkannya.
- Perhatikanlah:
- . Hukuman neraka akan menjadi akhir yang mengerikan bagi semua orang berdosa yang durhaka. Hukuman yang diberitakan Kristus ini lebih mengerikan dibandingkan hukuman yang pernah disampaikan para nabi dan pelayan-Nya. Karena Ia sendirilah Sang Hakim, di tangan-Nya terletak kunci neraka dan kematian, dan kalau Dia berkata mereka akan dikenai hukuman neraka, maka demikianlah yang akan terjadi dengan mereka.
- . Ada jalan untuk meluputkan diri dari hukuman ini dan hal ini dinyatakan secara tidak langsung di sini, dan karena itu beberapa akan diselamatkan dari murka yang akan datang.
- . Dari semua orang berdosa, mereka yang memiliki roh ahli-ahli Taurat dan orang Farisi yang paling kecil kemungkinannya bisa terlepas dari hukuman ini. Dibutuhkan pertobatan dan iman agar dapat terlepas, dan bagaimana mungkin mereka bisa dibawa sampai ke tahap itu? Bukankah mereka begitu angkuh akan diri sendiri, serta begitu berprasangka terhadap Kristus dan Injil-Nya? Bagaimana mereka bisa disembuhkan dan diselamatkan, bukankah mereka tidak tahan diperiksa luka-lukanya dan juga tidak ingin dioles dengan balsam dari Gilead? Para pemungut cukai dan perempuan sundal yang lebih menyadari penyakit mereka dan menyerahkan diri pada Sang Tabib akan lebih besar kemungkinannya terluput dari hukuman neraka daripada mereka yang begitu yakin sedang menuju sorga, karena dalam kenyataannya justru jalan mulus yang mereka tempuh sedang menuju neraka.
SH: Mat 23:1-15 - Yesus membongkar kepalsuan (Jumat, 4 Maret 2005) Yesus membongkar kepalsuan
Tuhan Yesus kini mempertentangkan orang Farisi dan para pemimpin
agama dengan fakta-fakta kebobrokan mereka. Ia sebena...
Yesus membongkar kepalsuan
Tuhan Yesus kini mempertentangkan orang Farisi dan para pemimpin
agama dengan fakta-fakta kebobrokan mereka. Ia sebenarnya
menghargai posisi ahli Taurat dan orang-orang Farisi. Ia bahkan
menganjurkan para murid-Nya untuk menerima dan melakukan ajaran
mereka (ayat 3). Yang Ia persoalkan di sini adalah sikap hidup
mereka. Pengajar yang benar di hadapan Tuhan adalah mereka yang
bukan hanya mengajar orang lain melainkan juga mengajar diri
sendiri, sehingga totalitas kehidupan mereka menjadi pengajaran
yang hidup. Pengajar yang baik bersedia menanggung beban yang
berat di atas bahu sendiri, bukan justru meletakkannya pada bahu
orang lain.
Orang-orang Farisi itu bukan hanya tidak melakukan apa yang mereka ajarkan (ayat 4), mereka menjalankan segala kegiatan rohani bukan untuk Allah, melainkan untuk dipuji manusia (ayat 5-7). Di balik kegiatan rohani mereka terselubung keinginan untuk beroleh hormat dan pujian (ayat 8). Sikap demikian merusak hakikat agama. Kerohanian dan kegiatan ibadah masih mereka lakukan, namun motivasinya adalah penyembahan diri sendiri. Seharusnya keagamaan yang sejati adalah hidup di hadapan Allah, entah dilihat manusia atau tidak. Hidup demikian menghasilkan penghormatan sejati kepada Allah. Orang demikian tidak akan menyesuaikan kerohanian dengan pendapat manusia.
Pemimpin rohani tidak boleh menuntut disebut Rabi (ayat 8) dan orang yang dipimpin harus menjauhi pemberian hormat berlebihan kepada pemimpin (ayat 9). Pemimpin sejati harus belajar menjadi murid, rendah hati, serta tunduk ke bawah otoritas Allah sebagai kekuatan kepemimpinannya. Kultus individu tidak saja mengancam dunia politik, lebih lagi ia merupakan bahaya laten dalam kerohanian.
Renungkan: Baik pemimpin maupun umat harus menjaga bahwa kehormatan adalah milik Tuhan dan pengaruh dalam kepemimpinan adalah karunia Allah yang harus dijalani dalam sikap hamba bukan sikap tuan.

SH: Mat 23:1-22 - Doktrin tanpa aplikasi adalah pengetahuan yang gersang (1). (Rabu, 7 Maret 2001)
Doktrin tanpa aplikasi adalah pengetahuan yang gersang (1).
Lebih banyak orang pintar daripada orang baik. Demikian
pula di kalangan para pemimpin ro...
Doktrin tanpa aplikasi adalah pengetahuan yang gersang (1).
Lebih banyak orang pintar daripada orang baik. Demikian
pula di kalangan para pemimpin rohani, terlebih mudah
kita mencari hamba Tuhan yang pandai di mimbar daripada
yang kaya teladan hidup rohani. Seringkali kita
mendengar semakin dekat seorang bergaul dengan hamba
Tuhan, semakin ia kecewa dengan kemunafikannya, karena
apa yang diperbuat tidak sesuai dengan apa yang
dikatakan.
Yesus mengenal dengan baik bagaimana kehidupan para pemimpin agama Yahudi: penindas (4), haus pujian (5), gila hormat (6-7), munafik dan batu sandungan (13-15), dan membuat peraturan rohani yang tidak benar (16-22). Mereka yang seharusnya menjadi panutan ternyata memakai topeng kesucian rohani untuk menyelubungi kebobrokan dan kemunafikan. Maka Yesus memperingatkan para murid- Nya untuk tidak mencontoh mereka (3) dan mengajarkan bagaimana seharusnya dedikasi murid-murid-Nya (8-10). Prinsip kebenaran bagi murid-murid-Nya bertolak belakang dengan prinsip dunia yang mengajarkan bahwa semakin tinggi kedudukan semakin dihormati dan ditinggikan (11- 12). Prinsip inilah yang seharusnya mendasari kehidupan para pemimpin rohani, bukan jabatan dunia yang penting tetapi jabatan di mata Allah yang diraih melalui kerendahan hati dan kesediaan direndahkan. Semakin seorang murid belajar bagaimana menyangkal keakuan dan kehormatan diri, maka dia akan semakin meninggikan Yesus, Gurunya. Seorang pelayan menyediakan dirinya melakukan segala pekerjaan demi menyenangkan tuannya, demikianlah seorang pelayan Tuhan yang berdedikasi kerendahan hati.
Tepat sekali bila Yesus berkali-kali menggunakan kata 'celakalah' untuk mengecam para pemimpin agama Yahudi. Sepertinya memang tidak ada lagi kata lain yang lebih tepat. Akibat perbuatan mereka yang paling fatal adalah menghalangi orang-orang masuk Kerajaan Sorga (13), karena mereka bukan membawa orang percaya kepada Yesus tetapi kepada diri mereka sendiri (15). Allah sendiri yang akan menghukum mereka karena penyesatan yang telah mereka lakukan.
Renungkan: Kesombongan rohani karena memiliki pengetahuan doktrin yang mendalam tanpa aplikasi hidup sesuai firman Tuhan, akan membawa jemaat dan diri sendiri tersesat dari jalan kehidupan kekal.

SH: Mat 23:13-24 - Menutup pintu Surga. (Rabu, 1 April 1998) Menutup pintu Surga. Akibat kepemimpinan rohani model Farisi dan ahli Taurat, buruk sekali. Bukan saja mereka sendiri tidak menjadi bagian dari Keraja...
Menutup pintu Surga.
Akibat kepemimpinan rohani model Farisi dan ahli Taurat, buruk sekali. Bukan saja mereka sendiri tidak menjadi bagian dari Kerajaan Surga, mereka pun menyebabkan orang terhambat masuk Kerajaan surga. Dengan keras Tuhan Yesus menelanjangi siapa mereka sebenarnya. Mereka adalah orang-orang munafik. Semangat misi mereka memang tinggi, namun orang yang mereka tobatkan menjadi lebih jahat sebab yang mereka ajarkan hanya penyesuaian diri dengan keagamaan yang tampak.
Kerohanian sejati. Percuma saja memusatkan perhatian dan tenaga untuk hal-hal yang tampak secara lahiriah. Yang harus diperhatikan adalah hati, dari mana mengalir semua kelakuan kita yang tampak secara lahiriah. Yang harus diutamakan ialah hubungan dengan Tuhan yang membuat seluruh kegiatan keagamaan kita sungguh bermakna. Karena tidak memperhatikan prinsip ini, orang Farisi dan ahli Taurat memegang prinsip rohani yang sungsang (ayat 19-22) dan menjalani keagamaan yang dangkal (ayat 23-24).
Renungkan: Allah menghendaki keagamaan yang meliputi hati dan diri kita seutuhnya dalam relasi yang hangat dengan-Nya. Itu ada dalam hidup Yesus dan diberikan-Nya bagi kita dalam penderitaan-Nya.
Doa: Jagai hidup keagamaan kami dari segala kemunafikan.
Topik Teologia -> Mat 23:13
Topik Teologia: Mat 23:13 - -- Pekerjaan-Pekerjaan Allah
Keputusan-keputusan Allah
Kedaulatan Pemerintahan Allah
Pemerintahan Allah (Kerajaan) di Dalam Perjanjia...
- Pekerjaan-Pekerjaan Allah
- Keputusan-keputusan Allah
- Kedaulatan Pemerintahan Allah
- Pemerintahan Allah (Kerajaan) di Dalam Perjanjian Baru
- Pengajaran Yesus tentang Kerajaan
- Kerajaan sebagai Kini
- Dosa
- Dosa-dosa Terhadap Sesama
- Dosa-dosa Penipuan
TFTWMS -> Mat 23:13-14
TFTWMS: Mat 23:13-14 - Celaka Pertama CELAKA PERTAMA (Matius 23:13, 14)
13 Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, karena kamu menutup p...
CELAKA PERTAMA (Matius 23:13, 14)
13 Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, karena kamu menutup pintu-pintu Kerajaan Sorga di depan orang. Sebab kamu sendiri tidak masuk dan kamu merintangi mereka yang berusaha untuk masuk. 14(Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab kamu menelan rumah janda-janda sedang kamu mengelabui mata orang dengan doa yang panjang-panjang. Sebab itu kamu pasti akan menerima hukuman yang lebih berat.)
Ayat 13. Dalam Celaka pertama, seperti halnya dalam sebagian besar celaka lainnya, Yesus mengecam ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi dengan menyebut mereka orang-orang munafik (23:15, 23, 25, 27, 29). Kata Yunani yang diterjemahkan "munafik" (uJpokrith/ß, hupokritēs) digunakan dalam teater untuk seorang "aktor." Kata itu akhirnya berarti orang yang mengenakan topeng untuk memainkan peran yang berlawanan dengan dirinya yang sebenarnya (lihat komentar tentang 6:2, 5). Yesus tahu bahwa para pemimpin agama ini berpura-pura menjadi lebih saleh dibandingkan dengan diri mereka yang sebenarnya.
Tuhan berkata bahwa para pemimpin Yahudi itu menutup pintu-pintu Kerajaan Sorga di depan orang. Kata Yunani yang diterjemahkan "menutup" (klei÷w, kleiō) berarti "tutup," "kunci," atau "halang." Kata itu terkait dengan kata "kunci" (klei÷ß, kleis). Istilah terakhir ini ditemukan dalam janji Yesus bahwa Ia akan memberi Petrus "kunci kerajaan sorga" (16:19). Oleh karena itu, dapat dibuat perbedaan antara para pemimpin Yahudi dan para rasul Yesus. Sementara para ahli Taurat dan orang-orang Farisi merintangi orang masuk ke dalam kerajaan sorga, Petrus dan para rasul lainnya akan membuka pintu kerajaan sorga dan membiarkan orang masuk ke dalamnya (lihat komentar tentang 16:19). Kunci itu melambangkan injil Kristus. Dalam nas yang terkait, Yesus mengecam keras beberapa "pengacara" (ahli kitab) karena mengambil "kunci pengetahuan" (Luk. 11:52). Penolakan mereka terhadap Kristus, bersama dengan tradisi manusia dan pelbagai contoh munafik, mencegah para pencari kebenaran yang jujur menemukan kebenaran.
Yesus menjelaskan pernyataan-Nya dengan mengatakan, "Sebab kamu sendiri tidak masuk dan kamu merintangi mereka yang berusaha untuk masuk." Sungguh suatu tragedi bahwa sebagian besar ahli Taurat dan orang Farisi menolak Kristus dan kerajaan-Nya. Namun begitu, yang bahkan lebih buruk lagi adalah bahwa mereka meracuni pikiran kaum itu terhadap Yesus. Beberapa nas dalam Yohanes mengungkapkan bahwa banyak orang Yahudi percaya kepada Yesus, tetapi mereka takut untuk mengekspresikan iman mereka kepada Dia oleh karena pemimpin mereka akan mengusir mereka dari sinagoga atau menganiaya mereka dengan pelbagai cara lain (Yoh. 7:12, 13; 9:22; 12:42; 19:38).
Ayat 14. Seperti disebut sebelumnya, beberapa naskah menyertakan celaka tambahan yang mungkin dipinjam dari Markus 12:40 atau Lukas 20:47: "Celakalah kamu … yang menelan rumah janda-janda dan yang mengelabui mata orang dengan doa yang panjang-panjang." Bisa jadi para pemimpin Yahudi itu dengan sengaja menipu para janda mengenai lahan mereka. Mungkin mereka telah ditunjuk sebagai pelindung atas lahan tersebut oleh almarhum suami janda itu, dan mereka menggunakan posisi ini untuk memperoleh keuntungan yang berlebihan.3Kemungkinan lainnya adalah bahwa para pemimpin Yahudi ini mengeksploitasi keramahan janda-janda seperti itu.4Orang yang baru saja kehilangan pendamping mungkin sangat rentan terhadap penipuan. Sungguh disesalkan bahwa orang akan mengambil keuntungan dari seorang janda yang sedang berduka, tetapi secara khusus sangat tercela ketika orang itu adalah pemimpin agama.
Orang-orang munafik ini dikenal karena "doa panjang" mereka. Yesus sebelum nya meminta perhatian terhadap kebiasaan mereka berdiri di tempat-tempat yang menyolok dan berdoa panjang, doa yang diulang-ulang (lihat komentar tentang 6:5-7). Pertunjukan kesalehan oleh orang-orang ini terungkap dalam pencurian mereka yang tamak terhadap apa yang menjadi milik anggota masyarakat yang paling rentan.
Pernyataan terakhir dalam ayat ini, sebab itu kamu pasti akan menerima hukuman yang lebih berat, sekali lagi mengingatkan kita kepada pertanyaan tentang derajat hukuman di neraka. Beberapa nas tampaknya mendukung gagasan ini (11:23, 24; Luk. 12:47, 48; 2 Tim. 4:14; Ibr. 2:2, 3; 10:29; Yak. 3:1). Allah akan menjatuhkan hukuman berdasarkan perbuatan setiap orang (Rom. 2:5, 6; 2 Tes. 1:7, 8.). Kesimpulan Kitab Suci tampaknya adalah bahwa mereka yang pantas mendapat hukuman yang lebih berat akan menerimanya, sementara mereka yang layak menerima hukuman yang lebih ringan akan menerima lebih ringan.
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: Matius (Pendahuluan Kitab) Penulis : Matius
Tema : Yesus, Raja Mesianis
Tanggal Penulisan: Tahun 60-an TM
Latar Belakang
Injil ini dengan tepat sekali di...
Penulis : Matius
Tema : Yesus, Raja Mesianis
Tanggal Penulisan: Tahun 60-an TM
Latar Belakang
Injil ini dengan tepat sekali ditempatkan pertama sebagai pengantar PB dan "Mesias, Anak Allah yang hidup" (Mat 16:16). Walaupun nama pengarang tidak disebutkan dalam nas Alkitab, kesaksian semua bapa gereja yang mula-mula (sejak kira-kira tahun 130 M) menyatakan bahwa Injil ini ditulis oleh Matius, salah seorang murid Yesus.
Jikalau Injil Markus ditulis untuk orang Romawi (Lihat "PENDAHULUAN INJIL MARKUS" 08165) dan Injil Lukas untuk Teofilus dan semua orang percaya bukan Yahudi (Lihat "PENDAHULUAN INJIL LUKAS" 08169), maka Injil Matius ditulis untuk orang percaya bangsa Yahudi. Latar Belakang Yahudi dari Injil ini tampak dalam banyak hal, termasuk
- (1) ketergantungannya pada penyataan, janji, dan nubuat PL untuk membuktikan bahwa Yesus memang Mesias yang sudah lama dinantikan;
- (2) hal merunut garis silsilah Yesus, bertolak dari Abraham (Mat 1:1-17);
- (3) pernyataannya yang berulang-ulang bahwa Yesus adalah "Anak Daud" (Mat 1:1; Mat 9:27; Mat 12:23; Mat 15:22; Mat 20:30-31; Mat 21:9,15; Mat 22:41-45);
- (4) penggunaan istilah yang khas Yahudi seperti "Kerajaan Sorga" (yang searti dengan "Kerajaan Allah") sebagai ungkapan rasa hormat orang Yahudi sehingga segan menyebut nama Allah secara langsung dan
- (5) petunjuknya kepada berbagai kebiasaan Yahudi tanpa memberikan penjelasan apa pun (berbeda dengan kitab-kitab Injil yang lain).
Sekalipun demikian, Injil ini tidak semata-mata untuk orang Yahudi. Seperti amanat Yesus sendiri, Injil Matius pada hakikatnya ditujukan kepada seluruh gereja, serta dengan saksama menyatakan lingkup universal Injil (mis. Mat 2:1-12; Mat 8:11-12; Mat 13:38; Mat 21:43; Mat 28:18-20).
Tanggal dan tempat Injil ini berasal tidak dapat dipastikan. Akan tetapi, ada alasan kuat untuk beranggapan bahwa Matius menulis sebelum tahun 70 M ketika berada di Palestina atau Antiokia di Siria. Beberapa sarjana Alkitab percaya bahwa Injil ini merupakan Injil yang pertama ditulis, sedangkan ahli yang lain beranggapan bahwa Injil yang ditulis pertama adalah Injil Markus.
Tujuan
Matius menulis Injil ini
- (1) untuk memberikan kepada sidang pembacanya kisah seorang saksi mata mengenai kehidupan Yesus,
- (2) untuk meyakinkan pembacanya bahwa Yesus adalah Anak Allah dan Mesias yang dinubuatkan oleh nabi PL, yang sudah lama dinantikan, dan
- (3) untuk menunjukkan bahwa Kerajaan Allah dinyatakan di dalam dan melalui Yesus Kristus dalam cara yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Matius ingin sekali agar pembacanya memahami bahwa
- (1) hampir semua orang Israel menolak Yesus dan kerajaan-Nya. Mereka tidak mau percaya karena Ia datang sebagai Mesias yang rohani dan bukan sebagai Mesias yang politis.
- (2) Hanya pada akhir zaman Yesus akan datang dalam kemuliaan-Nya sebagai Raja segala raja untuk menghakimi dan memerintah semua bangsa.
Survai
Matius memperkenalkan Yesus sebagai penggenapan pengharapan Israel yang dinubuatkan. Yesus menggenapi nubuat PL dalam kelahiran-Nya (Mat 1:22-23), tempat lahir (Mat 2:5-6), peristiwa kembali dari Mesir (Mat 2:15) dan tinggal di Nazaret (Mat 2:23); Ia juga diperkenalkan sebagai Oknum yang didahului oleh perintis jalan Sang Mesias (Mat 3:1-3); dalam hubungan dengan lokasi utama dari pelayanan-Nya di depan umum (Mat 4:14-16), pelayanan penyembuhan-Nya (Mat 8:17), peranan-Nya selaku hamba Allah (Mat 12:17-21), ajaran-Nya dalam bentuk perumpamaan (Mat 13:34-35), peristiwa memasuki Yerusalem dengan jaya (Mat 21:4-5) dan penangkapan-Nya (Mat 26:56).
Pasal 5-25 (Mat 5:1--25:46) mencatat lima ajaran utama yang disampaikan oleh Yesus dan lima kisahan utama mengenai perbuatan-Nya yang besar sebagai Mesias. Lima ajaran utama itu adalah:
- (1) Khotbah di Bukit (pasal 5-7; Mat 5:1--7:29);
- (2) pengarahan bagi orang yang diutus untuk berkeliling memberitakan Kerajaan itu (pasal 10; Mat 10:1-42);
- (3) perumpamaan tentang Kerajaan Allah (pasal 13; Mat 13:1-30);
- (4) sifat seorang murid sejati (pasal 18; Mat 18:1-35) dan
- (5) ajaran di Bukit Zaitun mengenai akhir zaman (pasal 24-25; Mat 24:1--25:46).
Lima kisah utama dalam Injil ini adalah:
- (1) Yesus mengerjakan tanda ajaib dan mukjizat, yang menegaskan tentang realitas kerajaan itu (pasal 8-9; Mat 8:1--9:38);
- (2) Yesus mempertunjukkan lebih lanjut adanya kerajaan (pasal 11-12; Mat 11:1--12:50);
- (3) Pengumuman kerajaan menimbulkan bermacam-macam krisis (pasal 14-17; Mat 14:1--17:27);
- (4) Yesus berjalan ke Yerusalem dan tinggal di situ pada minggu terakhir (Mat 19:1--26:46);
- (5) Yesus ditangkap, dihakimi, disalibkan dan bangkit dari antara orang mati (Mat 26:47--28:20). Tiga ayat yang terakhir dari kitab Injil ini mencatat "Amanat Agung" Yesus.
Ciri-ciri Khas
Tujuh ciri utama menandai Injil ini.
- (1) Kitab ini merupakan Injil yang mencolok sifat ke-Yahudiannya.
- (2) Ajaran dan pelayanan Yesus di bidang penyembuhan dan pelepasan disajikan secara paling teratur. Karena hal ini, maka pada abad kedua gereja sudah mempergunakan Injil ini untuk membina orang yang baru bertobat.
- (3) Kelima ajaran utama berisi materi yang terluas di dalam keempat Injil yang mencatat pengajaran Yesus
- (a) selama pelayanan-Nya di Galilea dan
- (b) mengenai hal-hal terakhir (eskatologi).
- (4) Injil ini secara khusus menyebutkan peristiwa dalam kehidupan Yesus sebagai penggenapan PL jauh lebih banyak daripada kitab lain di PB.
- (5) Kerajaan Sorga\Kerajaan Allah disebutkan dua kali lebih banyak daripada kitab lain di PB.
- (6) Matius menekankan
- (a) standar-standar kebenaran dari Kerajaan Allah (pasal 5-7; Mat 5:1--7:29);
- (b) kuasa kerajaan itu atas dosa, penyakit, setan-setan, dan bahkan kematian; dan
- (c) kejayaan kerajaan itu di masa depan dalam kemenangan yang mutlak pada akhir zaman.
- (7) Hanya Injil ini yang menyebutkan atau menubuatkan gereja sebagai suatu wadah yang menjadi milik Yesus di kemudian hari (Mat 16:18; Mat 18:17).
Full Life: Matius (Garis Besar) Garis Besar
I. Memperkenalkan Mesias
(Mat 1:1-4:11)
A. Silsilah Yahudi Yesus
(Mat 1:1-17)
B....
Garis Besar
- I. Memperkenalkan Mesias
(Mat 1:1-4:11) - A. Silsilah Yahudi Yesus
(Mat 1:1-17) - B. Kelahiran dan Pengungsian ke Mesir
(Mat 1:18-2:23) - C. Perintis Jalan Sang Mesias
(Mat 3:1-12) - D. Pembaptisan Sang Mesias
(Mat 3:13-17) - E. Pencobaan Sang Mesias
(Mat 4:1-11) - II. Pelayanan Mesianis Yesus di dan sekitar Galilea
(Mat 4:12-18:35) - A. Ringkasan Pelayanan yang Awal di Galilea
(Mat 4:12-25) - B. Ajaran tentang Kemuridan dalam Kerajaan
(Mat 5:1-7:29) - C. Kisahan I: Perbuatan-Perbuatan Luar Biasa dari Kerajaan
(Mat 8:1-9:38) - D. Ajaran tentang Pemberitaan Kerajaan
(Mat 10:1-42) - E. Kisahan II: Kehadiran Kerajaan
(Mat 11:1-12:50) - F. Ajaran tentang Rahasia Kerajaan
(Mat 13:1-58) - G. Kisahan III: Krisis Kerajaan
(Mat 14:1-17:27) - H. Ajaran tentang Keanggotaan dalam Kerajaan
(Mat 18:1-35) - III.Puncak Pelayanan Mesianis Yesus di Yudea/Perea dan Yerusalem
(Mat 19:1-26:46) - A. Perjalanan Yesus ke Yerusalem
(Mat 19:1-20:34) - B. Minggu Terakhir yang dilewatkan Yesus di Yerusalem
(Mat 21:1-26:46) - 1. Masuk Yerusalem dan Penyucian Bait Allah
(Mat 21:1-22) - 2. Perdebatan dengan Orang Yahudi
(Mat 21:23-22:46) - 3. Pengecaman terhadap ahli Taurat dan Orang Farisi
(Mat 23:1-39) - 4. Ajaran di Bukit Zaitun tentang Masa Depan Kerajaan
(Mat 24:1-25:46) - 5. Komplotan untuk Mengkhianati Yesus
(Mat 26:1-16) - 6. Perjamuan Terakhir
(Mat 26:17-30) - 7. Getsemani
(Mat 26:31-46) - IV. Yesus Ditangkap, Diadili dan Disalibkan
(Mat 26:47-27:66) - A. Yesus Ditangkap
(Mat 26:47-56) - B. Yesus Diadili
(Mat 26:57-27:26) - C. Yesus Disalibkan
(Mat 27:27-56) - D. Yesus Dikubur
(Mat 27:57-66) - V. Yesus Bangkit
(Mat 28:1-20) - A. Penemuan Luar Biasa Para Wanita
(Mat 28:1-10) - B. Saksi-Saksi Palsu
(Mat 28:11-15) - C. Amanat Tuhan yang Bangkit
(Mat 28:16-20)
Matthew Henry: Matius (Pendahuluan Kitab) Di hadapan kita terdapat,
I. Perjanjian (wasiat) Baru Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat kita; demikian yang diberikan pada bagian kedua dari...
Di hadapan kita terdapat,
- I. Perjanjian (wasiat) Baru Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat kita; demikian yang diberikan pada bagian kedua dari Alkitab kita, yang juga disebut kovenan baru, karena kata yang digunakan memiliki kedua makna tersebut. Sebenarnya, bila menyinggung tindakan dan perbuatan Kristus, sebagaimana dimaksudkan di sini, maka istilah yang paling tepat adalah wasiat (Inggris: testament), sebab Kristuslah sang Pemberi Wasiat itu, yang berlaku sah melalui kematian-Nya (Ibr. 9:16-17). Tidak seperti suatu kovenan, dalam wasiat tidak terdapat kesepakatan bersama antara pihak-pihak yang terlibat. Dalam wasiat, apa yang dijanjikan itu dianugerahkan, meskipun bersyarat, berdasarkan suatu kehendak, yakni kehendak bebas, maksud baik dari Sang Pemberi Wasiat. Seluruh anugerah yang terdapat di dalam kitab ini bersumber pada Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat kita. Karena itu, jika kita tidak mengakui Dia sebagai Tuhan kita, kita tidak dapat mengharapkan manfaat apa pun dari-Nya sebagai Juruselamat kita. Perjanjian ini disebut perjanjian baru, untuk membedakannya dari perjanjian yang diberikan Musa, namun bukan karena perjanjian Musa ini sudah tidak berlaku; juga untuk menyatakan bahwa perjanjian tersebut harus selalu baru, tidak menjadi usang dan ketinggalan zaman. Kitab-kitab Perjanjian Baru ini bukan saja memuat penemuan seutuhnya akan anugerah yang sudah nyata menyelamatkan semua manusia, tetapi juga merupakan sebuah sarana yang sah yang melaluinya anugerah itu disampaikan dan berdiam atas semua orang percaya. Sudah seyogyanyalah dengan cermat kita memelihara, dan dengan penuh perhatian serta sukacita kita membaca pesan dan wasiat terakhir seorang sahabat, yang melalui wasiat itu telah meninggalkan suatu warisan besar, dan bersama warisan ini pula telah mengungkapkan kasih-Nya yang mendalam kepada kita! Betapa terlebih mulianya wasiat yang diberikan Juruselamat kita yang terberkati itu, yang menjamin seluruh kekayaan-Nya yang tidak terkatakan bagi kita! Ini sungguh wasiat-Nya; meskipun wasiat itu, seperti umumnya surat wasiat, ditulis oleh orang lain (kita tidak memiliki bukti apa pun yang merupakan tulisan Kristus sendiri), namun Dia sendirilah yang menyatakannya; dan pada malam sebelum Ia mati, melalui perjamuan malam, Ia menandatangani, memeteraikan, dan mengumumkannya di hadapan dua belas orang saksi. Sebab, meskipun kitab-kitab ini baru ditulis setelah beberapa tahun kemudian, demi manfaat bagi generasi-generasi selanjutnya, in perpetuam rei memoriam – sebagai suatu peringatan abadi, Perjanjian Baru Yesus, Tuhan kita, sudah ditetapkan, dikukuhkan, dan diberitakan sejak kematian-Nya, sebagai sebuah wasiat lisan, yang tentangnya catatan-catatan dalam kitab-kitab tersebut memiliki kesamaan yang tepat. Hal-hal yang dituliskan oleh Lukas merupakan peristiwa-peristiwa yang telah terjadi di antara orang waktu itu (hal-hal yang diyakini secara pasti, KJV), dan karena itu sudah dikenal baik sebelum ia sendiri menuliskannya. Namun, ketika peristiwa-peristiwa itu dituliskan, tulisan tersebut melampaui dan menyisihkan tradisi lisan, dan tulisan-tulisan ini menjadi perbendaharaan Perjanjian Baru itu. Hal ini ditunjukkan juga dalam judul tambahan yang mengawali banyak salinan Perjanjian Baru bahasa Yunani, Tēs kainēs Diathēkēs Hapanta – Keseluruhan Perjanjian Baru, atau segenap hal mengenainya. Di dalamnya diungkapkan seluruh maksud Allah berkenaan dengan keselamatan kita (Kis. 20:27). Sama sebagaimana hukum Tuhan sempurna adanya, demikian pula halnya dengan Injil Kristus, dan tidak ada lagi yang ditambahkan kepadanya. Kita telah memiliki semuanya, dan tidak ada yang perlu dicari lagi.
- II. Di hadapan kita terdapat Keempat Injil. Injil berarti kabar baik, atau berita kesukaan; dan sejarah kedatangan Kristus ke dalam dunia untuk menyelamatkan orang berdosa ini jelas-jelas merupakan kabar terbaik yang pernah datang dari sorga ke atas bumi; malaikatlah yang memberikan sebutan kesukaan bagi berita itu (Luk. 2:10), Euangelizomai hymin – aku memberitakan kepadamu kesukaan besar; aku memberitakan Injil kepadamu. Nabi pun menubuatkannya (Yes. 52:7; 61:1). Di situ dinubuatkan bahwa pada hari kedatangan Mesias, kesukaan besar itu harus diberitakan. Kata Injil sepadan dengan kata Inggris Gospel yang berasal dari bahasa Sakson kuno [sebuah bahasa Germanik tua – pen.], yang berarti perkataan atau kata Allah (God’s spell atau God’s word); dan Allah dipanggil demikian karena Dia baik, Deus optimus – Allah yang mahabaik, dan karena itu kata Gospel bisa berarti suatu perkataan atau kata yang baik. Bila kita mengambil kata spell dalam artian yang lebih tepat, yaitu charm (carmen), “mantera,” dan memandangnya dari sisi baik, sebagai sesuatu yang menggerakkan dan memengaruhi, tepatnya lenire dolorem – untuk menenangkan hati, atau untuk mengubah hati supaya merasa takjub atau kasih, seperti hal-hal yang umum kita sebut memesonakan atau memikat hati, maka pengertian ini dapat diterapkan pada Injil; sebab di dalamnya sang pembaca mantra menyuarakan manteranya dengan bijak, sekalipun kepada ular tedung tuli (Mzm. 58:5-6). Begitu pula tidak seorang pun yang akan memikirkan adanya mantra lain yang memiliki kuasa seperti keindahan dan kasih Penebus kita. Segenap Perjanjian Baru adalah Injil atau kabar baik itu sendiri. Rasul Paulus menyebut Perjanjian Baru itu Injilnya, sebab ia adalah salah seorang pemberitanya. Alangkah indahnya jika kita juga menjadikannya sebagai Injil kita melalui sambutan hangat dan ketaatan kita terhadap Injil! Lazim keempat kitab yang memuat sejarah tentang Sang Penebus itu kita sebut keempat Injil, dan para penulisnya yang diilhami itu kita sebut pemberita Injil, atau penulis Injil; namun, sebutan ini tidaklah begitu tepat, karena sebutan pemberita Injil menunjuk kepada suatu golongan pengerja atau pelayan tertentu yang menjadi pembantu para rasul: “Dan Ialah yang memberikan baik rasul-rasul maupun ... pemberita-pemberita Injil” (Ef. 4:11). Ajaran mengenai Kristus harus dijalin dengan, dan didasarkan pada, kisah tentang kelahiran, kehidupan, mujizat-mujizat, kematian, dan kebangkitan-Nya; sebab hanya dengan demikianlah doktrin tersebut tampak dalam terangnya yang paling jelas dan kuat. Seperti halnya dengan alam, demikian juga dalam anugerah, penemuan-penemuan yang paling membahagiakan adalah penemuan-penemuan yang timbul berdasarkan gambaran-gambaran tertentu dari halhal yang nyata. Sejarah alam merupakan filsafat terbaik; begitu pula dengan sejarah suci, baik Perjanjian Lama maupun Baru, adalah sarana kebenaran suci yang paling tepat dan mulia. Keempat Injil ini telah ada sejak awal Kekristenan dan telah diterima teguh oleh gereja mula-mula dan dibacakan dalam pertemuan-pertemuan ibadah Kristen, sebagaimana diungkapkan melalui tulisan-tulisan Justin Martyr dan Irenaeus, yang hidup satu abad lebih sedikit setelah kenaikan Kristus ke sorga; mereka menyatakan bahwa empat Injil sajalah, tidak lebih dan tidak kurang, yang diterima oleh gereja. Sekitar masa itu, keselarasan keempat pemberita Injil itu dihimpun oleh Tatian, dengan judul To dia tessarōn – Injil dari keempat Injil. Pada abad ketiga dan keempat muncul injil-injil lain yang dipalsukan oleh bermacam-macam sekte dan diterbitkan dengan menggunakan nama Petrus, ada lagi dengan nama Tomas, Filipus, dan seterusnya. Namun injil-injil ini tidak pernah diakui maupun dihargai oleh gereja, seperti dikatakan cendekiawan Dr. Whitby. Beliau mengajukan alasan tepat mengapa kita harus setia berpegang pada catatan-catatan tertulis ini, sebab tradisi, dengan pernyataan dan dalih apa pun yang terdapat di dalamnya, tidaklah mampu memelihara berbagai hal dengan pasti, dan hal ini pun telah kita ketahui dari pengalaman. Sebab, meskipun Kristus mengatakan dan melakukan banyak hal yang mengesankan, yang tidak tertulis (Yoh. 20:30;21:25), tradisi tidak menyimpan satu pun bagi kita, semuanya lenyap, kecuali apa yang tertulis [dalam keempat Injil – ed.]. Oleh karena itu, yang tertulis inilah, yang harus kita pegang; dan merupakan berkat Allah bahwa kita memilikinya untuk kita patuhi; itulah perkataan sejarah yang pasti.
- III. Di hadapan kita terdapat Injil menurut Matius. Penulisnya lahir sebagai orang Yahudi, dan bekerja sebagai seorang pemungut cukai, sampai Kristus memanggilnya, dan dia pun meninggalkan rumah cukai, untuk mengikut Dia. Dan penulis merupakan salah seorang yang menyertai-Nya, yang senantiasa datang berkumpul dengan ... Tuhan Yesus ... yaitu mulai dari baptisan Yohanes sampai hari Yesus terangkat ke sorga (Kis. 1:21-22). Oleh sebab itu, ia merupakan saksi yang dapat diandalkan sehubungan dengan apa yang telah dicatatnya di sini. Konon ia telah mencatat sejarah ini sekitar delapan tahun setelah kenaikan Kristus ke sorga. Banyak penulis zaman tersebut yang mengatakan bahwa ia menulisnya dalam bahasa Ibrani atau bahasa Aram; namun tradisi ini disangkal oleh Dr. Whitby secara meyakinkan. Tidak diragukan lagi Injil ini ditulis dalam bahasa Yunani, seperti halnya bagian-bagian lain dalam Perjanjian Baru. Jadi, bukan dalam bahasa yang khusus digunakan oleh orang-orang Yahudi, yang baik bait Allahnya maupun negaranya hampir berakhir pada masa itu, namun dalam bahasa yang umum bagi dunia dan yang melaluinya pengetahuan tentang Kristus akan tersiar dengan efektif kepada seluruh bangsa di dunia. Namun bisa saja ada kemungkinan terdapat edisi dalam bahasa Ibrani yang diterbitkan Matius sendiri pada saat yang sama ketika dia menulisnya dalam bahasa Yunani. Edisi bahasa Ibrani itu untuk orang Yahudi, sedangkan edisi Yunani ditulis untuk orang-orang non-Yahudi, ketika dia meninggalkan Yudea untuk memberitakan Injil kepada mereka. Marilah kita memuji Allah karena kita memiliki Injil ini, dan memilikinya dalam bahasa yang kita pahami.
Jerusalem: Matius (Pendahuluan Kitab) INJIL-INJIL SINOPTIK
PENGANTAR
Ada empat kitab dalam Perjanjian Baru yang berisikan "Kabar Yang Baik" (demikianlah arti kata "Euaggelio...
INJIL-INJIL SINOPTIK
PENGANTAR
Ada empat kitab dalam Perjanjian Baru yang berisikan "Kabar Yang Baik" (demikianlah arti kata "Euaggelion" atau "Injil"). Tiga buah kitab pertama dalam daftar Kitab-kitab Suci itu sangat serupa satu sama lain, sehingga dapat ditempatkan dalam tiga lajur yang sejalan dan dirangkum dengan sekilas pandang saja. Karena itulah ketiga kitab itu disebut : (injil-injil) sinoptik (diturunkan dari kata Yunani "sinopsis", artinya sekilas pandang).
Tradisi Gereja Kristen, yang sudah diketemukan dalam karangan-karangan yang ditulis dalam abad II, menyatakan bahwa masing-masing injil dikarang oleh Matius, Markus dan Lukas. Menurut tradisi itu Matius, seorang pemungut cukai yang termasuk dewan Kedua Belas Rasul Mat 9:9; 10:3, yang pertama menulis injilnya buat orang Kristen bekas Yahudi di Palestina. Karyanya yang ditulis dalam bahasa "Ibrani", yaitu Aram, kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani. Yohanes Markus menyusun injilnya di Roma, sesuai dengan pengajaran agama yang diberikan Rasul Petrus. Yohanes Markus itu adalah seorang Kristen dari Yerusalem, Kis 12:12, yang membantu Paulus dalam karya kerasulannya, Kis 12:25;13:5, 13; Flm 24; 2Tim 4:11, dan juga Barnabas, Kis 15:37,39, pamannya, Kol 4:10. Sebagai "juru bicara" atau penterjemah" Markus juga membantu rasul Petrus, 1Ptr 5:13. Seorang murid lain Lukas, mengarang injil yang ketiga. Ia adalah seorang Kristen bekas kafir, Kol 4:10-14, dan dalam hal ini berbeda dengan Matius dan Markus. Ia berasal dari Antiokhia dan seorang tabib, Kol 4:14. Menurut pendapat sementara ahli Lukas menjadi teman seperjalanan Paulus waktu rasul itu menempuh perjalanannya yang kedua (Kis 16:10 dst) dan yang ketiga (Kis 20:5 dst). Iapun menyertai Paulus waktu dalam penahanan di Roma, baik untuk pertama kalinya, Kis 27:1 dst, maupun untuk kedua kalinya, 2Tim 4:11. Karena itu injil ketiga itu dapat dihubungkan dengan Paulus, bdk barangkali 2Kor 8:18, seperti injil Markus dihubungkan dengan Petrus. Lukas ini masih mengarang kitab lain lagi, yaitu Kisah Para Rasul. Baik injil kedua maupun injil ketiga langsung ditulis dalam bahasa Yunani.
Keterangan-keterangan tersebut yang diambil dari tradisi Gereja diteguhkan oleh penyelidikan masing-masing injil sendiri. Tetapi sebelum hal itu dikupas, baiklah terlebih dahulu dibahas hubungan ketiga injil itu satu sama lain ditinjau dari segi sastra. Ini lazimnya disebut sebagai "Masalah Sinoptik".
Masalah Sinoptik itu sudah dipecahkan oleh para ahli dengan macam-macam jalan. Masing-masing pemecahan yang diusulkan tidak mencukupi, tetapi semua mengandung kebenaran juga. Maka pemecahan-pemecahan yang bermacam-mecam itu dapat menolong untuk menyusun suatu keterangan menyeluruh tentang masalah itu. Mungkin sekali dan bahkan pasti bahwa ada suatu tradisi lisan bersama, yang dituliskan masing- masing penginjil dengan tidak bergantung satu sama lain, sehingga ada perbedaan- perbedaan dalam masing-masing karangan Tetapi tradisi bersama itu tidak dapat secukupnya menjelaskan mengapa ada begitu banyak kesamaan yang mengesankan antara ketiga injil itu sampai dengan hal-hal kecil dan dalam urutan bagian- bagiannya. Kesamaan semacam itu kiranya tidak mungkin kalau ketiga injil itu hanya berdasarkan ingatan saja, meski ingatan orang-orang timur di zaman dahulu sekalipun. Kesamaan yang ada itu lebih mudah diterangkan kalau ketiga injil itu berdasarkan satu atau beberapa tradisi tertulis. Tetapi kalau mau dipertahankan bahwa ketiga injil itu mengambil bahannya dari tradisi tertulis dengan tidak bergantung satu sama lain, maka sukar diterangkan mengapa kesamaan perbedaan antara ketiga injil tu memberi kesan bahwa ketiga penginjil saling mengenal, saling menuruti atau bahkan memperbaiki. Maka harus diterima bahwa ketiga injil, entah bagaimana, saling bergantung secara langsung. Jelaslah Lukas bergantung pada Markus. Tetapi kurang pasti bahwa Markus bergantung pada Matius, seperti dahulu lama sekali dianggap orang: ada banyak petunjuk bahwa ketergantungan kedua injil itu harus dibalikkan. Tidak begitu mungkin bahwa Matius langsung bergantung pada Lukas atau Lukas pada Matius. Memang ada kesamaan dan kesejajaran antara Matius dan Lukas, juga di mana kedua penginjil itu tidak menuruti Markus. Tetapi hal ini kiranya harus diterangkan dengan menerima bahwa Matius dan Lukas menggunakan satu atau beberapa sumber bersama, yang lain dari Injil kedua.
Untuk menerangkan duduknya perkara, kritik modern sudah mengajukan yang diistilahkan sebagai "teori kedua sumber". Sumber yang satu ialah Mrk; dalam bagian-bagian yang berupa cerita, Matius dan Lukas bergantung pada Markus. Sebaliknya, sabda dan wejangan (disebut sebagai "Logia") yang hanya sedikit sekali dalam Markus, oleh Matius dan Lukas diambil dari sumber lain. Sumber ini tidak dikenal, tetapi dapat diandalkan; lazimnya diistilahkan sebagai "Q" (huruf pertama dari kata Jerman "Quelle" = Sumber). Meskipun nampaknya sederhana, namun secara menyeluruh teori itu tidak memuaskan, barangkali justru karena kesederhanaannya. Teori itu tidak secukupnya memperhatikan segala sesuatu yang perlu diperhatikan sehubungan dengan masalah yang mau dipecahkan. Baik Markus seperti ada sekarang, maupun sebagaimana disusun oleh pembela teori kedua sumber tersebut, tidak berhasil benar-benar memainkan peranan sebagai sumber, seperti dikatakan pendukung teori itu.
Memang jelaslah Markus kerap kali nampaknya lebih tua dari pada Matius dan Lukas, tetapi juga kebalikannya sering terjadi : Matius dan Lukas nampaknya lebih tua dari pada Markus. Ada kalanya Markus mempunyai ciri yang mencerminkan tahap perkembangan tradisi lebih jauh dari pada yang tercantum dalam Matius dan Lukas, misalnya kadang-kadang terasa pengaruh pikiran Paulus atau usaha untuk menyesuaikan tradisi asli dengan pembaca yang bukan keturunan Yahudi, sedangkan dalam Matius dan Lukas terdapat ciri ketuaan misalnya ungkapan yang berciri Yahudi atau yang mencerminkan keadaan lingkungan di dalam keadaan yang mendahului keadaannya sekarang?
Hipotesa tersebut didukung pertimbangan lain lagi. Ada kalanya Matius dan Lukas bersesuaian satu sama lain, pada hal berbeda dengan Markus dalam bagian-bagian Injil yang sejalan. Ini tidaklah mungkin, seandainya Matius dan Lukas langsung bergantung pada Markus seperti sekarang ada. Kesesuaian Matius dan Lukas satu sama lin itu kerap kali terdapat dan kadang-kadang kesesuaian itu benar-benar mengherankan. Kesesuaian Matius dan Lukas yang berlainan dari Markus itu hendak diterangkan begitu rupa, sehingga teori kedua sumber itu dapat terus dipertahankan juga. Dikatakan bahwa kesesuaian itu berasal dari penyalin- penyalin Kitab Suci, yang menyesuaikan Matius dan Lukas satu sama lain. Kalau demikian kritik teks dapat menghilangkan kesesuaian itu. Dikatakan pula bahwa penginjil-penginjil sendiri menghasilkan kesesuaian itu, dengan jalan sebagai berikut : baik Matius maupun Lukas dengan tidak saling mengenal secara sama memperbaiki teks Markus yang mereka gunakan, sebab teks itu mereka anggap kurang baik. Memanglah keterangan-keterangan semacam itu kadang-kadang berhasil menjelaskan kesesuaian antara Matius dan Lukas yang kedua-duanya menyimpang dari Markus. Tetapi pengandaian-pengandaian serupa itu itu tidak mungkin memecahkan seluruh masalah. Dengan memperhatikan segala unsur yang perlu diperhitungkan, kesesuaian antara Matius dan Lukas itu lebih mudah dapat diterangkan, dengan cara seperti yang disarankan di muka : Matius dan Lukas menggunakan injil Markus dalam keadaan lain dari yang tersedia sekarang. Agaknya injil Markus yang asli itu kemudian disadur lagi. Dan penyaduran kembali itulah yang memberi injil Markus ciri-ciri baru yang memantulkan perkembangan, tradisi lebih jauh. Inipun menyebabkan bahwa Matius dan Lukas berkesuaian satu sama lain, sedangkan berbeda dengan Markus seperti sekarang ada. Sebab Matius dan Lukas dua-duanya memaik teks Markus yang lebih tua dari pada teks saduran tersebut yang sekarang tercantum dalam Kitab Suci.
Sumber "Q" yang diandaikan oleh teori kedua sumber itu juga kurang memuaskan, sekurang-kurangnya sumber "Q" seperti disusun kembali para sumber dipulihkan dengan hasil yang sangat berbeda-beda. Maka tidak dapat diketahui dengan cukup pasti bagaimana sesungguhnya dokumen itu. Bahkan prinsip bahwa ada satu dokumen tidak pasti juga. Sebab "logia-logia" yang dikatakan berasal dari "Q" itu ditemukan dalam Matius maupun dalam Lukas, tetapi dengan cara yang begitu berbeda, sehingga orang mulai menduga adanya dua kumpulan "logia-logia", dan bukan hanya sebuah saja. Di satu pihak logia-logia yang terdapat dalam bagian tengah Luk, yang kadang-kadang disebut "Bagian Perea" (Luk 9:51 -- Luk 18:14), agaknya berasal dari satu sumber, sedangkan "logia-logia" yang ditemukan dalam bagian- bagian Lukas yang lain diambil dari sumber yang berbeda. Baik "Logia-logia" yang terkumpul dalam Lukas 9:51 -- Luk 18:14, maupun yang terdapat di bagian-bagian lain pada umumnya terdapat juga dalam Matius. Tetapi anehnya, logia-logia macam kedua ditemukan dalam Lukas dan Matius dengan urutan yang pada pokoknya sama, pada hal "logia-logia" macam pertama dalam Lukas merupakan suatu keseluruhan sedangkan dalam Matius tersebar dalam seluruh injilnya. Ada kesan bahwa logia-logia macam kedua ini oleh Matius dan Lukas diambil dari sumber yang berbeda-beda. Sumber yang satu ialah sebuah kumpulan logia (yang oleh Vaganay disebut S = sources = sumber). Bagian terbesar itu oleh Lukas ditempatkan di bagian tengah injilnya (Luk 9:51 -- Luk 18:14), sedangkan oleh Matius dipisah-pisahkan sehingga "logia-logia" dari sumber itu tersebar dalam wejangan-wejangan Yesus yang disajikan Matius Sumber kedua ialah injil Matius dalam keadaan lain dari pada keadaan sekarang.
Memang sama seperti halnya dengan Markus, agaknya perlu diterima bahwa Matius dan Lukas juga pernah ada dalam keadaan lain dari pada keadaannya sekarang. Matius dan Lukas yang tercantum dalam Kitab Suci merupakan saduran dari injil- injil Matius dan Lukas yang sudah ada sebelumnya. Analisa Matius dan Lukas -- analisa itu di sini tidak dapat diadakan-membawa kepada kesimpulan bahwa sekurang-kurangnya Markus dan Matius menempuh tiga tahap perkembangan yang berturut-turut. Ada sebuah dokumen dasar, disusul redaksi pertama yang pada gilirannya disadur sampai ke redaksi yang kini tersedia. Dalam ketiga tahap itu Markus dan Matius saling berpengaruh dengan cara yang berbeda-beda, sehingga akhirnya muncul hubungan-hubungan literer, baik kesamaan maupun perbedaan, seperti sekarang ada. Redaksi Markus yang pertama agaknya terpengaruh oleh dokumen dasar Matius. Karena itu Markus mempunyai kesamaan dengan Matius, yakni di mana Markus bergantung pada dokumen dasar Matius itu: tetapi redaksi yang terakhir pada gilirannya mempengaruhi redaksi Matius yang paling akhir, sehingga redaksi Matius ini bergantung pada Markus. Pengaruh timbal-balik semacam itu nampaknya berbelit-belit dan tidak keruan. Memang demikianlah adanya, hanya begitu caranya untuk menjelaskan kenyataan yang berbelit-belit dan tidak keruan! Mustahilah secara sederhana dan mudah memecahkan masalah sinoptik.
Atas dasar pertimbangan-pertimbangan sastra tersebut, dapat disusun suatu keterangan menyeluruh, yang walaupun tidak pasti namun sangat mungkin untuk menjelaskan keadaan ketiga injil pertama. Pada awal mula ada pewartaan lisan oleh para rasul yang berpusatkan pemberitaan atau Kerigma yang memberitakan wafat Yesus yang menebus dan kebangkitan Tuhan. Pewartaan yang ringkasannya terdapat dalam wejangan-wejangan Petrus, yang tercantum dalam Kis itu biasanya dibarengi cerita-cerita yang lebih terperinci. Mula-mula ada kisah sengsara yang agak segera diberi bentuk tetap, sebagaimana dibuktikan kisah sengsara yang ada dalam keempat injil, yang sangat sejalan: kemudian muncul cerita-cerita kecil mengenai riwayat hidup Yesus dengan maksud menyoroti kepribadianNya, perutusan kekuasaan dan pengajaranNya; cerita-cerita itu memuat suatu kejadian atau wejangan yang menarik, sebuah mujizat, sebuah pepatah, perumpamaan dan sebagainya. Kecuali para rasul ada juga orang lain yan gkhususnya bercerita, seperti misalnya "penginjil-penginjil" (salah satu karunia Roh Kudus khusus yang tidak hanya mengenai keempat penginjil kita; bdk Kis 21:8; Ef 4:11; 2 Tim 4:5). Orang-orang inipun menceritakan kenangan-kenangan injili dalam sebuah bentuk yang menjurus ke bentuk tetap karena terus terulang. Tidak lama kemudian, terutama waktu saksi-saksi dari permulaan mulai memikirkan penulisan tradisi itu. Kejadian-kejadian dan sebagainya yang mula-mula diceritakan tersendiri- tersendiri, cenderung menjadi kelompok, yang kadang-kadang disusun menurut urutannya dalam waktu (misalnya pada satu hari di Kapernaum, Mrk 1:16-39), kadang-kadang menurut urutan yang logis (lima pertikaian Mrk 2:1-3:6). Kelompok yang mula-mula kecil saja, kemudian dihimpun di dalam kelompok-kelompok lebih besar.
Salah seorang pengarang (dan tidak ada alasan mengapa tidak disebut rasul Matius sesuai dengan tradisi) lalu menggubah injil yang pertama. Di dalamnya terkumpul kejadian-kejadian dan perkataan-perkataan Yesus menjadi sebuah kisah terus- menerus yang merangkum seluruh karya Yesus, mulai dengan baptisanNya di sungai Yordan sampai dengan kebangkitanNya. Kemudian, sebuah kumpulan lain yang nama penyusunannya tidak kita ketahui, muncul di samping injil yang pertama itu. Di dalamnya terhimpun perkataan-perkataan Tuhan yang lain, ataupun perkataan- perkataan yang sama tapi dengan bentuk lain. Kedua karya yang tertulis dalam bahasa Aram itu, tidak lama kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani: ada berbagai terjemahan yang berbeda-beda. Dengan maksud menyesuaikannya dengan saudara-saudara beriman yang bukan keturunan Yahudi, injil pertama yang menurut hemat kami digubah oleh Matius, diberi rupa yang baru. Injil yang baru itu berupa sebuah dokumen dan menjadi titik pangkal tradisi Markus. Pada kedua bentuk injil asli yang berasal dari Matius itu boleh ditambahkan sebuah injil kuno lain. Injil itu ialah injil yang menjadi dasar bagi kisah-kisah mengenai Penderitaan dan Kebangkitan Yesus yang tercantum dalam Lukas dan Yohanes. Dengan demikian ada empat dokumen-dasar, sebagai tahap pertama dari ketiga tahap pembentukan injil-injil sinoptik seperti disebut di atas. Keempat dokumen itu ialah : Mat Aram, Kumpulan logia-logia I (S). Mat yang baru dalam bahasa Yunani injil tentang Penderitaan dan Kebangkitan Yesus.
Dalam tahap kedua, keempat tulisan tersebut dipungut dan digabung satu sama lain dengan berbagai cara. Tradisi Mrk mengambil bahannya dari Mat pertama itu dan beberapa penyesuaian yang dialami injil itu, khususnya penyesuaian dengan orang- orang Kristen yang bukan Yahudi. Hanya pengolahan itu juga belum redaksi Mrk yang terakhir, seperti yang kita kenal. Redaksi Mrk yang pertama itulah yang dipakai Mat dan Luk dan yang mempengaruhi kedua penginjil itu. Di pihak lain tradisi Mat sudah menghasilkan redaksi baru dari Mat pertama. Di dalamnya tergabung injil Mat dan Kumpulan "logia-logia" (S). Penulis yang mengerjakan penggabungan itu bekerja dengan sangat teliti Perktaan-perkataan Yesus yang terhimpun dalam S disebarkannya dalam seluruh injilnya dan dengannya penulis menyusun wejangan-wejangan Yesus yang cukup luas. Tidak lama kemudian Lukas menangani karyanya. Dengan saksama Lukas menyelidiki segala sesuatunya yang sudah dikerjakan sebelumnya (Luk 1:1-4). Lalu dalam tahap pertama pekerjaannya - semacam pra-Luk-Lukas memanfaatkan dokumen (Mat dengan rupa baru) yang tertuju kepada orang-orang bukan Yahudi dan yang menjadi dasar bagi Mrk; di samping itu Lukas menggunakan Injil Mat yang sudah tergabung dengan S. Tetapi Lukas juga langsung mengenal Kumpulan S itu. Maka perkataan-perkataan yang terhimpun dalam S itu oleh Lukas kelompok ditempatkan di bagian tengah injilnya, sehingga tidak disusun kembali seperti yang diperbuat Mat. Terutama dalam kisah mengenai Penderitaan dan Kebangkitan Yesus, Lukas menggunakan sebuah tulisan lain lagi, yang juga dipakai oleh injil keempat. Itu menyebabkan adanya kesamaan besar antara Luk dan Yoh dalam kisah tentang Penderitaan dan Kebangkitan, sedangkan Luk (dan Yoh) berbeda sekali dengan Mrk dan Mat. Redaksi Luk yang pertama itu (pra-Luk) belum mengenal Mrk, juga dalam redaksi Mrk yang kedua tidak. Baru kemudian Luk memanfaatlam pra-Mrk itu untuk melengkapi injilnya. Dan dengan demikian kita sampai kepada tahap penyusunan injil-injil sinoptik yang ketiga.
Dalam tahap terakhir ini injil yang berasal dari tradisi Mat secara mendalam diolah dan disadur kembali dengan pertolongan Mrk. Hanya Mrk itu bukanlah redaksi Mrk yang kita miliki, melainkan redaksi dahulu yang disebut di muka sebagai tahap kedua dalam penggubahan injil-injil sinoptik. Hanya redaksi Mrk pertama itu juga disadur dan penyadur itu memperhatikan juga redaksi Mat yang mendahului redaksi terakhir. Barangkali ia juga memanfaatkan redaksi Luk yang pertama dan pasti terpengaruh oleh Paulus. Adapun redaksi Luk yang terakhir memanfaatkan redaksi Mrk yang sudah dipergunakan Mat. Dalam rangka redaksi Luk yang pertama disisipkan beberapa bagian dari Mrk (Luk 4:31-6:19; 8:4-9:50; 18:15-21:38). Penyisipan itu benar-benar sebuah tahap dalam karya Luk yang baru kemudian ditempuh. Ini dibuktikan oleh kenyataan bahwa Luk tidak mengambil bahan dari Mrk, bila bahan yang sama, meskipun dengan bentuk lain, sudah dipungutnya dari sumber Mat atau S yang telah dipakainya. Perlu ditambah pula bahwa Lukas sama dengan Mat dan lebih dari Mat memanfaatkan sumber-sumber khusus yang ditemukannya berkat penyelidikan saksama yang diadakannya (Luk 1:3). Dari sumber-sumber khusus itu dipungutnya kisah masa muda Yesus dan beberapa mutiara yang membuat Luk menjadi sebuah injil yang tidak boleh tidak ada disamping Mrk dan Mat (Orang Samaria yang murah hati, Marta dan Maria, Perumpamaan anak yang hilang. Perumpamaan anak yang hilang, Perumpamaan tentang orang Farisi dengan pemungut cukai, dan lain-lain.
Pandangan mengenai kejadian ketiga injil sinoptik, seperti yang disajikan di atas, menghormati serta menggunakan keterangan-keterangam yang disampaikan oleh tradisi dengan hanya memerincikannya lebih jauh. Tetapi tak mungkin lagi menentukan dengan tegas tanggal dituliskannya masing-masing injil. Dan tradisi tidak memberikan petunjuk tegas mengenai masalah itu. Mengingat jangka waktu yang perlu untuk perkembangan tradisi lisan boleh diduga bahwa penggubahan injil paling dahulu dan baru kemudian penggubahan Kumpulan Pelengkap, mungkin terlaksana antara tahun 40 dan 50. Waktu ini bahkan pasti, seandainya dapat dibuktikan bahwa surat-surat Paulus kepada jemaat di Tesalonika yang ditulis sekitar tahun 51/52 menggunakan wejangan Yesus mengenai akhir zaman yang tercantum dalam injil pertama. Markus tentunya mengarang injilnya menjelang akhir hidup Petrus (begitu dikatakan oleh Klemens dari Aleksandria) atau beberapa waktu setelah Petrus mati (begitu dikatakan oleh Irenus) Kalau demikian maka injil kedua harus dikarang sekitar tahun 64, atau paling sedikit sebelum tahun 70, sebab rupanya Mrk belum tahu tentang kemusnahan Yerusalem. Karya Mat (Yunani) dan Luk menyusul Mrk. Tetapi sukar ditentukan waktu lebih lanjut. Injil Lukas mendahului Kisah Para Rasul, Kis 1:1, tetapi waktu Kis juga kurang pasti (bdk Pengantar Kis) dan tidak memberi pegangan yang kokoh-kuat. Hanya baik Mat maupun Luk kiranya tidak tahu tentang kemusnahan Yerusalem (bahkan Luk 19:42-44; 21:20-24 tidak, sebab di sini hanya dipakai cara bicara yang lazim pada para nabi). Tetapi boleh jadi kedua injil itu mendiamkan kemusnahan Yerusalem itu untuk memberi kesan tua dan karena mau menghormati sumber-sumbernya. Kalau demikian maka waktu dituliskannya kedua injil itu boleh ditunda sampai sekitar tahun 80. Tetapi boleh jadi juga bahwa kedua penginjil itu benar-benar tidak tahu-menahu tentang kejadian itu, sehingga karya mereka harus ditempatkan sebelum tahun 70.
Tetapi bagaimanapun juga, asal-usul rasuli, entah secara langsung entah secara tak langsung, dan caranya ketiga injil sinoptik terbentuk menjamin nilai historisnya, lagi pula memungkinkan menentukan bagaimana "nilai historisnya, lagi pula memungkinkan menentukan bagaimana "nilai historis" itu perlu dipahami. Oleh karena berasal dari perwataan lisan yang berawal pada permulaan jemaat purba, maka ketiga injil itu berdasarkan jaminan yang diberikan oleh orang yang dengan mata kepala sendiri menyaksikan segalanya. Sudah barang tentu baik para rasul maupun pewarta injil lain tidak pernah bermaksud menceritakan "sejarah", sebagaimana istilah itu dipahami oleh ahli ilmu sejarah. Maksud mereka bukan maksud profan melainkan teologis. Mereka berbicara untuk mengajak orang bertobat, untuk membina, menanamkan iman dalam hati dan meneranginya atau untuk membela kepercayaan Kristen terhadap para lawan. Tetapi mereka berbuat demikian berdasarkan kesaksian benar yang dapat dikontrol, sebagaimana dituntut baik oleh ketulusan hati nurani mereka sendiri maupun oleh usaha mereka supaya tidak memberi peluang pihak lawan untuk menyerang. Para penggubah injil yang kemudian mengumpulkan kesaksian-kesaksian para pewarta injil itu berbuat demikian dengan obyektivitas jujur yang sungguh menghormati sumber-sumbernya. Ini cukup terbukti oleh kesederhanaan dan ciri usia tua karya-karya mereka, di mana tidak banyak terdapat perkembangan ajaran Kristen di zaman kemudian, misalnya dari perkembangan teologi Paulus; dan sama sekali tidak terdapat dalam ketiga injil sinoptik cerita-cerita yang merupakan buah daya khayal belaka yang kurang masuk akal, sebagaimana banyak terdapat dalam injil-injil apokrip. Walaupun ketiga injil Sinoptik bukan buku "ilmu sejarah" namun maksudnya ialah memberitakan apa yang sungguh-sungguh terjadi.
Namun demikian ciri historis semacam itu belum juga berarti bahwa segala kejadian dan semua perkataan yang dipaparkan berupan sebuah laporan atau rekaman tepat mengenai apa yang dikatakan atau apa yang terjadi. Ketepatan semacam itu tidak boleh diharapkan seperti yang terjadi pada setiap kesaksian manusiawi, apa lagi kalau kesaksian itu disampaikan dari mulut ke mulut. Dan kenyataan injil sendiripun mengingatkan bahwa pendekatan semacam itu tidak tepat. Sebab kita lihat dalam injil-injil sinoptik bahwa cerita atau perkataan yang sama disampaikan dengan cara yang berbeda-beda. Dan apa yang harus dikatakan tentang masing-masing bagian, lebih lagi harus ditekankan sehubungan dengan urutan dan susunan kejadian dan perkataan dalam masing-masing injil. Urutan itu jelas berbeda dalam masing-masing injil, dan begitupun dapat dinantikan mengingat bagaimana injil-injil itu disusun. Unsur-unsurnya mula-mula diceritakan tersendiri, kemudian lama-kelamaan dikumpulkan dan dikelompokkan, didekatkan satu sama lain, atau dilepaskan yang satu dari yang lain atas dasar pertimbangan-pertimbangan yang lebih memperhatikan logika dan sistematik dari pada urutan waktu. Harus diterima bahwa banyak kejadian dan perkataan dalam injil-injil sudah dilepaskan dari tempat di mana atau dikatakan terjadi dan dari rangka waktu aslinya. Salah benar orang yang secara harafiah mengartikan kata penghubung dan ungkapan seperti : kemudian, selanjutnya, lalu, pada waktu itu, dan sebagainya. Tetapi kesemuanya itu tidak merugikan sedikitpun kewibawaan kitab-kitab yang diinspirasikan itu bagi kepercayaan Kristen. Kalau ternyata Roh kudus tidak mendorong ketiga juru-bicaranya itu menjadi sejiwa dan sehati bahkan seragam dalam hal-hal terperinci, maka sebabnya ialah : Roh Kudus tidak menganggap penting bagi kepercayaan, bahwa ada keseragaman materiil semacam itu. Bahkan Roh Kudus menghendaki perbedaan-perbedaan dalam kesaksian. Heraklitus mengatakan : "Kesepakatan diam-diam lebih bernilai dari kesepakatan jelas". Sebuah kejadian yang disampaikan kepada kita melalui tradisi-tradisi yang berbeda-beda dan malah tidak berkesesuaian satu sama lain (misalnya tradisi- tradisi mengenai penampakan-penampakan Yesus yang dibangkitkan dari alam maut) pada pokoknya mendapat suatu isi dan keteguhan yang tidak dapat diberikan oleh berita-berita yang seluruhnya sama bunyinya, tetapi hanya berupa pemberitahuan dan laporan belaka. Dan kalau perbedaan dalam kesaksian tidak hanya disebabkan oleh nasib yang dialami setiap kesaksian, karena disampaikan dari mulut ke mulut, tetapi juga oleh perubahan-perubahan yang disengaja, maka hal inipun masih membawa manfaat juga. Tidak boleh diragukan, bahwa para penggubah injil dengan sengaja menyajikan berita-beritanya dengan cara yang berlain-lainan. Dan sebelum penggubah injil, tradisi lisan sudah menyampaikan bahannya sambil menafsirkannya dan menyesuaikannya dengan keperluan-keperluan kepercayaan Kristen yang hidup dan yang justru diteruskan oleh para penginjil. Tetapi turun tangan jemaat Kristen dalam bentuk tradisinya terjadi di bawah bimbingan mereka yang bertanggung-jawab. Dan hal itu tak perlu membingungkan kita, tetapi sebaliknya sangat menguntungkan kita. Sebab jemaat itu tidak lain kecuali Gereja dan orang-orang yang bertanggung-jawab tersebut merupakan "wewenang mengajar" yang pertama. Roh Kudus yang pada waktunya menginspirasikan para penginjil sudah mengetuai segenap karya pengolahan yang mendahului injil tertulis. Roh itu membimbing pengolahan itu sesuai dengan perkembangan kepercayaan dan Iapun menjamin hasil pengolahan itu dengan karunia "tidak dapat sesat", yang tidak mengenai kejadian-kejadian sebagai kejadian belaka, tetapi berita rohani yang terkandunt dalam kejadian. Dengan jalan itu Roh Kudus menyediakan makanan yang dapat dinikmati oleh kaum beriman. Dan Roh Kuduslah yang memberi kepada ketiga penginjil Sinoptik suatu karunia khusus untuk menyajikan kabar yang sama dengan cara yang merupakan milik khas masing-masing penginjil.
Injil Karangan Matius
Cahaya iman tersebut dan garis-garis besar Mrk mudah diketemukan kembali dalam injil karangan Matius. Tetapi tekanannya berbeda. Rangka Mat berlainan dari rangka Mrk dan lebih berbelit-belit. Ada lima "buku" kecil yang susul- menyusul; masing-masing terdiri atas sebuah wejangan yang didahului dan disiapkan dengan beberapa kejadian yang dipilih dengan tepat. Bersama dengan kisah masa muda Yesus dan kisah sengsara kebangkitan kelima "buku" tersebut menjadi suatu keseluruhan seimbang yang terbagi menjadi tujuh bagian. Boleh jadi kerangka susunan tersebut berasal dari injil Matius dalam bahasa Aram, sebagaimana juga masih terdapat dalam Mrk. Bagaimanapun juga kerangka itu tampil jelas dalam Mat Yunani dengan lebih lengkap menyajikan pengajaran Yesus dengan menekankan "Kerajaan Sorga" sebagai pokok utama, Mat 4:17+. Injil Mat itu boleh dikatakan sebuah "drama" tujuh bab mengenai kedatangan Kerajaan Sorga :
1) persiapannya dalam Mesias yang masih kanak-kanak, 1-;
2) pemakluman rencana Kerajaan Sorga kepada rakyat dan murid dalam "khotbah di Bukit", 3-7;
3) pewartaan Kerajaan itu oleh para utusan yang sama seperti Yesus mengerjakan mujizat-mujizat sebagai "tanda-tanda" yang meneguhkan perkataan mereka; sebuah wejangan khusus memberikan kepada para utusan itu petunjuk-petunjuk sehubungan dengan perutusan mereka, yaitu "Wejangan Perutusan", 8-1;
4) Kerajaan Sorga tidak dapat tidak menghadapi hambatan-hambatan dari pihak manusia, sesuai dengan tata laksana dalam kerendahan dan persembunyian yang dikehendaki Allah, sebagaimana diutarakan dalam "Wejangan Perumpamaan- perumpamaan", Mat 11:1-13:52;
5) permulaan Kerajaan Sorga dalam sekelompok murid yang dikepalai oleh Petrus dan yang merupakan pangkal Gereja yang tata tertibnya dibentangkan dalam "Wejangan perihal Jemaat" Mat 13:53-18:35;
6) kemelut yang menyiapkan kedatangan Kerajaan Sorga yang depinitip; kemelut itu ditimbulkan oleh perlawanan yang semakin sengit dari pihak para pemimpin Yahudi dan dinubuatkan dalam "Wejangan tentang akhir zaman". 19-2;
7) Kedatangan Kerajaan Sorga melalui sengsara dan kemenangan ialah Sengsara dan Kebangkitan Yesus, 26-28.
Kerajaan Allah (= Sorga yang harus menegakkan Pemerintahan yang berdaulat di tengah-tengah manusia yang akhirnya mengakui Allah sebagai Raja, mengabdi dan mencintaiNya itu, sudah dinubuatkan dalam Perjanjian Lama. Maka Matius yang menulis di tengah-tengah orang Yahudi dan Yesus serta karyaNya Kitab Suci digenapi. Pada tiap-tiap titik balik injilnya, Matius mengutip Perjanjian Lama dengan maksud memperlihatkan bahwa Hukum Taurat dan para Nabi digenapi, artinya: tidak hanya dilaksanakan, tetapi juga dibawa ke kesempurnaan yang memahkotai dan melampauinya. Mat mengutip Perjanjian Lama sehubungan dengan Yesus sendiri untuk menyatakanNya sebagai keturunan Daud, Mat 1:1-17, yang lahir dari seorang perawan, Mat 1:23, di kota Betlehem Mat 2:6; hendak menggaris bawahi tinggalNya di negeri Mesir dan menetapkanNya di kota Kapernaum, Mat 4:14-16, serta masukNya ke Yerusalem sebagai Mesias, Mat 21:5, 16. Mat juga mengutip Kitab Suci sehubungan dengan karya Yesus : mujizat-mujizatNya dengan menyembuhkan orang sakit, Mat 11:4-5, pengajaranNya mengenai "penggenapan" hukum Taurat, Mat 5:17 yang terdiri atas peningkatan hukum Taurat, Mat 5:21-48; 19:3-9; 16:21. Tetapi Mat tidak kurang menonjolkan bahwa perendahan diri Yesus dan kegagalan karyaNya juga menggenapi Kitab Suci pula : pembunuhan atas kanak-kanak di Betlehem, Mat 2:17 dst, masa muda Yesus yang bersembunyi di Nazaret, Mat 2:23, kelembutan hati Sang Hamba yang berbelaskasih, Mat 12:17-21; bdk Mat 8:17; 11:29; 12:7; murid-murid yang meninggalkanNya, Mat 26:31, pengkhitanan demi sejumlah uang yang menertawan, Mat 27:9- 10, penahan Yesus, Mat 26:54, penguburanNya untuk jangka waktu tiga hari, Mat 12:40. Kesemuanya itu sesuai dengan rencana Allah sebagaimana terungkap dalam Kitab Suci. Demikianpun halnya dengan ketidak-percayaan orang Yahudi. Mat 13:13-15, yang lekat pada adat istiadat manusiawi, Mat 15:7-9, dan yang hanya dapat diberi pengajaran pengajaran rahasia berupa perumpamaan, Mat 13:14-15, 35; semuanya dinubuatkan dalam Kitab Suci. Tentu saja injil-injil sinoptik lainpun menggunakan Kitab Suci sebagai pembuktian, tetapi kiranya diambil dari Mat Aram, sedangkan Mat Yunani menonjolkan dan mengembangkan pembuktian alkitabiah itu begitu rupa sehingga menjadi ciri khas injilnya. Bersama dengan susunan sistematik justru ciri alkitabiah tersebut menjadikan karya Matius sebuah "Piagam" tata penyelamatan baru yang menggenapi rencana Allah melalui Kristus : Yesus adalah Anak Allah, hal mana lebih ditekankan oleh Mat dari pada oleh Mrk, 14:33; 16:16; 22:2; 27:40, 43; pengajaranNya merupakan Hukum Baru yang menggenapi yang lama; Gereja yang dilandaskanNya atas Petrus, sedangkan Ia sendiri menjadi batu sendinya yang telah dibuang oleh para pembangun, Mat 21:42, tidaklah lain dari jemaat Mesias yang melanjutkan Jemaat Perjanjian Lama sementara memperluas jemaat lama sampai merangkum bangsa manusia seluruhnya, oleh karena Allah telah mengizinkan bahwa mereka yang pertama dipanggil ditolak, Mat 23:34-38; bdk Mat 10:5-6, 23; 15:24, dengan maksud membuka jalan penyelamatan bagi sekalian bangsa, Mat 8:11-12; 21:33-46; 22:1-10; bdk 12:18, 21; 28:19. Dapat dipahami mengapa injil Mat yang lebih lengkap, lebih baik tersusun dan ditulis dalam bahasa yang lebih baik dari bahasa Mrk, walaupun kurang sedap itu, oleh Gereja semula disambut dengan lebih baik dan dipergunakan dengan lebih leluasa dari pada kedua injil sinoptik lain.
Ende: Matius (Pendahuluan Kitab) INDJIL JESUS KRISTUS KARANGAN MATEUS
KATA PENGANTAR
Tentang pengarang Indjil ini
Karangan Indjil ini sedjak semula terkenal sebagai jang pertama, dan ...
INDJIL JESUS KRISTUS KARANGAN MATEUS
KATA PENGANTAR
Tentang pengarang Indjil ini
Karangan Indjil ini sedjak semula terkenal sebagai jang pertama, dan sebagai tertulis oleh Rasul Mateus. Terdapat kutipan-kutipan dari padanja sudah dalam abad pertama, misalnja dalam buku ketjil peladjaran agama jang berdjudul "Didache", dalam surat Bapa Sutji Klemens dari Roma kepada umat Korintus, dan didalam surat-surat termashur Ignatius Martir, uskup Antiochia.
Mengenai pribadi dan riwajat hidup Mateus kita tahu sedikit sadja. Satu-satunja peristiwa tentangnja didalam Kitab Kudus, ialah peristiwa panggilannja, jang ditjeritakan olehnja sendiri dalam 9:9-13, oleh Markus dalam karangan Indjilnja 2:13-17 dan oleh Lukas dalam 5:27-32. Selain itu hanja disebut namanja dalam daftar nama semua rasul. Didalam tjeritera panggilannja ia sendiri menjebut dirinja Mateus, sedangkan Markus dan Lukas menamakannja Levi. Diduga bahwa nama aslinja Levi dan kemudian sebagai rasul ia disebut Mateus.
Dari ketiga tjeritera tersebut kita ketahui, bahwa bapanja Alfeus, dan sebelum dipanggil oleh Jesus ia seorang pemungut bea di Kafarnaum, agaknja sebagai pegawai Herodes. Dalam daftar nama segala rasul (10:5) ia menamakan dirinja ,Mateus, pemungut bea". Djulukan itu bukan gelaran kehormatan, melainkan sebaliknja pangkat pemungut bea sangat dipandang hina oleh orang Jahudi jang "saleh". Mereka digolongkan pada kaum pendosa dan terasa tak halal bergaul agak erat dengan mereka, misalnja makan semedja dengan mereka. Itu antara lain kita batja dalam Mt. 9:11; Mk. 2:16; Lk. 5:30. Dan memang ada alasan untuk bersikap demikian terhadap mereka. Sebab rupanja kebanjakan mereka tidak djudjur, memperkaja dirinja dengan menuntut bea lebih banjak dari pada jang ditentukan dengan resmi. Mengenai hal itu baik batjalah amanat Joanes Pemandi kepada mereka dalam Lk. 3:12-13. Rupanja Zacheuspun, dalam berita Lk. 19:3-10, termasuk golongan jang kurang djudjur itu, sebelum ia bertemu dengan Jesus. Perhatikanlah chususnja ajat Lk. 19:8. Tetapi orang Jahudi chususnja kaum parisi jang menganggap dirinja golongan jang paling saleh, terlalu menjamaratakan. Bahwa ada banjak pemungut bea, jang djudjur dan luhur hati sudah njata sekali dalam tjatatan Mk. 2:15, bahwa sedjumlah besar pemungut bea dan "orang berdosa" turut makan bersama dengan Jesus sebab banjak dari antara mereka sudah mengikuti Jesus. Tentu sadja Mateuspun termasuk golongan ini dan sebab itu sudah mengenal Jesus dan Jesus mengenal dia, sebelum ia dipanggil mendjadi rasul. Dan bahwa ia tidak lekat pada barang duniawi, dan benar-benar menaruh tuntutan pertama untuk masuk kedalam Keradjaan Allah, jaitu roh kemiskinan, terang sekali sebab ia segera bangun meninggalkan segalanja dan mengikuti Jesus. Dan bukan sedikit jang ditinggalkannja, jaitu pangkat jang ringan pekerdjaannja dan banjak penghasilannja, djuga kalau dilakukan dengan djudjur, dan lagipun ia tentu tjukup kaja, sebab mampu mengadakan suatu perdjamuan "besar" (Lk. 5:29) bagi Jesus dan para pengiringnja dan sedjumlah besar undangan-undangan lain lagi.
Tentang hidup Mateus sesudah Pentekosta kita tahu sedikit dari riwajat lisan jang dapat dipertjajai. Menurut itu ia mengadjar dahulu di Palestina dan disinipun menulis Indjilnja, lalu pergi menjebarkan Indjil kepada bangsa-bangsa bukan Jahudi. Seorang murid rasul-rasul bemama Papias telah menulis kira-kira dalam tahun 125, bahwa Mateus telah mengumpulkan setjara teratur "sabda-sabda" Jesus, dalam bahasa lbrani (Aramea), dan Esebius, seorang penulis sedjarah Geredja jang terkemuka, menulis sekitar tahun 300, bahwa Mateus pertama-tama mengadjar orang sebangsanja di Palestina, dan sebelum meninggalkan mereka untuk mengadjar bangsa-bangsa lain, ia mewariskan kepada mereka, sebagai pengganti kehadirannja sendiri, karangan Indjil tertulis dalam bahasa nenek-mojang mereka.
Karangan asli dalam bahasa Aramea itu diduga ada tertulis antara tahun 40 dan 50, dan 10 atau 20 tahun kemudian, sudah diterdjemahkan kedalam bahasa Junani. Menurut Papias beberapa "orang lain menterdjemahkannja, masing-masing sekedar kemampuannja". Djadi waktu Papias sudah ada beberapa terdjemahan, jang agak berbeda satu sama lain. Satu dari terdjemahan-terdjemahan itu kemudian diterima dengan resmi oleh Geredja purba, sebagai karangan Mateus dan sebagai termasuk Kitab Kudus. Menurut keterangan Geredja agak resmi, terdjemahan ini dalam keseluruhannja, jaitu mengenai isinja tjotjok dengan aslinja, demikian rupa sehingga Mateus harus dinamakan pengarangnja. Menurut Papias, Mateus telah mengumpulkan "logia-logia" Jesus. "Logia" itu biasa diterdjemahkan dengan "sabda", tetapi sekurang-kurangnia dewasa itu, arti kata itu lebih luas, sehingga perbuatan-perbuatan dan peristiwa-peristiwa hidup Jesus termasuk padanja djuga.
Rupa-rupanja penterdjemah agak erat mengikuti teks asli, tetapi ada sardjana jang berpendapat atau menduga, bahwa ia sana-sini mengubah susunan asli dan menambah pula bahan dari sumber-sumber jang lain. Soal-soal ilmiah itu tidak mengenai hakekat Indjil dan tidak penting bagi kita. Bagi kita tjukup kepastian, bahwa seluruh karangan Indjil jang kita punjai dalam Kitab Kudus, terdjamin kebenarannja sebagai wahju Allah dan diilham oleh Roh Kudus, oleh djabatan Geredja jang resmi.
Mengenai bahasa dan gaja bahasa, penterdjemah bekerdja dengan sangat bebas. Itu terang sebab bahasanja Junani murni sekali dan rapih teratur menurut tatabahasa Junani. Gaja-bahasapun pada umumnja tidak berbeda dengan jang lazim dewasa itu pada orang Junani. Bahasanja sederhana, tetapi barus dikatakan elok djuga.
Namun demikian masih terdapat bekas-bekas karangan asli berbabasa Aramea djuga, seperti istilah-istilah dan ungkapan-ungkapan Aramea jang tidak diterdjemahkan, lain jang diterangkan artinja dalam bahasa Junani, lain pula jang diterdjemahkan kata-demi-kata, sehingga tetap bertjorak bahasa Jahudi. Hal-hal itu mengesankan, bahwa karangan asli berbahasa Aramea benar. Tetapi jang lebih djelas membuktikan, sepandjang karangan, bahwa pengarang asli sungguh-sungguh seorang Jahudi tulen jang hidup di Palestina, ialah pengetahuannja jang teliti dan luas tentang keadaan dan suasana hidup ditanah itu. Itu misalnja mengenai hal-hal ilmu-bumi, tjorak-tjorak alam, kehidupan keagamaan dan kemasjarakatan, adat-istiadat, partai-partai dan masalah-masalah politik. Pun tentang hal-hal keuangan, dan dalam itu kita barangkali melihat seorang bekas pemungut bea.
Tentang susunan karangan
Tidak seorangpun dari pengarang-pengarang Indjil bermaksud menulis suatu buku sedjarah atau riwajat hidup Jesus. Mateus kurang lagi dari pada pengarang- pengarang jang lain. Ia memang mulai dengan kelahiran Jesus dan mengachirinja dengan wafat dan kebangkitan Jesus, tetapi selain dalam garis besar itu, ia sedikit sekali mengindahkan urutan waktu dalam menjusun pengadjaran-pengadjaran Jesus atau peristiwa-peristiwa jang ditjeritakannja. Njatalah rentjananja menulis satu buku peladjaran agama jang djelas dan mengesankan, tentu sadja sebagai ringkasan pengadjarannja sehari-hari bagi umat. Sebab itu ia mengumpulkan sabda-sabda dan adjaran-adjaran Jesus, jang agak sama isi dan tudjuannja, sehingga mendjadi satu pengadjaran (chotbah) agak pandjang. Demikian misalnja dalam 4:12-7:29; 13: 1-58;19:1-20:34.
Tak lain sikapnja terhadap mukdjizat-mukdjizat atau peristiwa-peristiwa jang lain. la menghubung dengan memandang isi dan tudjuannja. Ia mengindahkan hanja adjaran jang terkandung didalamnja dan sebab itu tjeritera-tjeriteranja pada umumnja ringkas sadja dengan menondjolkan intinja berupa adjaran itu. Haruslah kita perhatikan tjara bekerdja Mateus itu, supaja djangan kita ragu-ragu atau keliru, kalau kita menemukan bahwa tempat dan waktu peristiwa-peristiwa jang diriwajatkan Mateus tidak tjotjok dengan karangan-karangan Indjil lain. Demikian pula harus diperhatikan, bahwa kata-kata penghubung waktu, seperti misalnja "lalu", "kemudian", pada hari (masa) itu" sebenarnja tidak dimaksudkan sebagai penghubung waktu, melainkan merupakan "awal kata" sadja, jaitu unsur gaja bahasa primitip jang tidak berarti, seperti umpamanja dalam bahasa kita dahulu "arkian", "sebermula" dan lain-lain.
Tudjuan karangan Mateus
Telah ditundjuk, bahwa susunan karangan Mateus kurang bersifat sedjarah. Tetapi dalam satu hal ia lebih berwudjud sedjarah dari karangan-karangan lain, jaitu dalam menundjukkan lebih tegas, bahwa Perdjandjian Baru adalah landjutan langsung dan wadjar dari Perdjandjian Lama, malah penjelesaiannja dan bahwa kedua-duanja merupakan satu sedjarah atau djalan penjelamatan manusia, menurut rentjana Allah dari kekal.
Tudjuan chusus pula, dan boleh dikatakan jang utama seluruh karangan, ialah membuktikan, bahwa "Jesus dari Nazaret" benar-benar Mesias jang dinubuatkan sifat-sifat 2dan nasibnja dalam nubuat-nubuat para nabi. la membuktikan itu dengan kutipan-kutipan dari Kitab Kudus sendiri. Sebab itu kita bertemu dengan begitu banjak kutipan-kutipan dari Perdjandjian Lama. Itu tentu pertama-tama bagi umat-umat sendiri, untuk mejakinkan dan menginsjafkan mereka lebih tegas, guna meneguhkan imannja dan menabahkan hatinja terhadap serangan-serangan dari pihak kaum sebangsanja jang belum pertjaja. Mereka terus-menerus, diperolok- olokkan Jahudi kolot itu, diumpat-umpat malah dikutuk seolah-olah mereka telah murtad dari Allah. Tetapi disamping itu Mateus mengharap lagi dengan tulisannja dapat mejakinkan orang-orang baik jang belum sampai pertjaja dan bertobat pula, ataupun tjalon-tjalon jang masih beladjar.
Ada satu persoalan lagi, jang sudah sewadjarnja dan tentu sadja tidak sedikit mengganggu pemikiran dan ketenteraman hati umat muda, maupun tjalon-tjalon jang hendak masuk dan orang-orang lain jang berminat pula, jakni bagaimana mungkin, djustru kalangan-kalangan atasan dan jang tjendekia, seperti para ahli taurat, lagipun orang-orang parisi jang terkenal sebagai golongan jang paling saleh, tidak mengenal Jesus sebagai Mesias, malah bulat menolaknja. Bergandengan pula dengan itu, bagaimana boleh dibiarkan oleh Allah, bahwa kaum Israel, kaum terpilih jang dalam keseluruhannja diberi djandji akan mewarisi Keradjaan Mesias tidak menerimanja. Mateus memberi djawaban jang terang sepandjang seluruh karangan. Inti djawaban itu jakni: nasib mereka adalah akibat kesalahan mereka sendiri. Allah sudah dari kekal mengetahui ketegaran hati mereka, telah menjatakannja dalam nubuat-nubuat para nabi, dan memperhitungkannja dalam rentjana penjelamatan manusia. Mateus selandjutnja menggambarkan pokok dan perkembangan sikap para pemimpin dengan djelas dengan mentjeritakan peristiwa- peristiwa pertemuan mereka dengan Jesus. Pokoknja ialah iri hati mereka terhadap Jesus, sebagaimana segera djuga kentara bagi Pilatus (27:18). Dan dalam segala pertemuan tampak senjata-njatanja, betapa tinggi menondjol keunggulan sikap, keagungan djiwa dan keluhuran hati Jesus diatas kepitjikan, kelemahan dan ketakdjudjuran kaum ahli taurat dan parisi. Setiap kali mereka datang bersoal dengannja, mentjobainja, hendak menangkapnja dalam perkataannja atau menuduhnja, merekalah jang kalah semata-mata didepan orang jang hadir. Malah setjara njata pula mereka setjara moril kalah sama sekali didalam pemeriksaan mahkamah agung dan didepan Pilatus, djuga sepandjang sengsara dan dalam kematian Jesus, achirnja dengan sepenuhnja dalam kebangkitan Jesus, hal mana merekapun tidak dapat menjangkalnja dalam hati mereka. Ingatlah 28:11-15. Kekalahan-kekalahan bertubi-tubi itu, sedangkan "seluruh rakjat mengikuti Jesus", tak boleh tidak mesti menjebabkan iri hati semakin mendjelma mendjadi kebentjian, jang achirnja menghebat sampai mereka mata gelap belaka.
Tetapi selain iri hati, kebentjian dan penolakan terhadap Jesus berpokok lebih dalam lagi, jaitu dalam pertentangan tjita-tjita mereka dengan tjita-tjita Keradjaan Allah jang diandjurkan Jesus. Mereka tidak dapat menerima seorang Mesias jang tidak berminat politik terhadap pendjadjahan Romawi dan tidak pertama-tama berdjandji mendirikan keradjaan David jang baru, jang makmur dan djaja atas segala keradjaan. Sebaliknja Ia menuntut roh kemiskinan, kerendahan hati, penjangkalan diri dan kerelaan memikul salib sebagai dasar keradjaannja.
Dalam 5:20 Jesus telah memperingatkan: Djikalau kebenaranmu tidak melebihi kebenaran para ahli taurat dan orang parisi, kamu tidak akan masuk kedalam Keradjaan Surga. Kemudian Ia berkali-kali dengan setegas-tegasnja membuka kedok kemunafikan dan keburukan hati mereka. la terpaksa, supaja rakjat djelata insjaf dan djangan pertjaja serta mengikuti mereka. Mateus mengumpulkan beberapa utjapan Jesus jang tegas dan agak keras terhadap mereka dalam bab 23 karangannja. Tetapi, betapapun pentingnja menondjolkan apa jang dipaparkan diatas, untuk meneguhkan iman dan menabahkan hati umat muda bangsa Jahudi itu, namun atjara pokok dan tudjuan utama karangan Mateus djauh lebih luas dan umum, jaitu memperkenalkan Jesus seutuh-utuhnja dan merekamkan adjaran-adjaran dan tjita-tjita Jesus sedalam-dalamnja dalam hati umat Jahudi itu, tetapi oleh penjelenggaraan Roh Kudus, kedalam hati seluruh umat manusia untuk segala abad. Tetapi atjara-atjara dan tudjuan-tudjuan jang dibitjarakan diatas itu sebenarnja merupakan unsur-unsur penting atjara pokok dan tudjuan utama tersebut, sebab baik kepribadian Jesus sendiri, maupun kebenaran dan keluhuran adjaran dan tjita-tjita Keradjaan Allah, djustru makin menjolok dalam perlawanannja dengan salah-paham dan sikap buruk para penentang.
Tetapi untuk mendapat gambaran jang lebih utuh, perlu banjak segi-segi lain lagi disoroti. Indjil harus ditulis demikian lengkap, sehingga mendjadi tjermin segenap kebenaran dan pedoman hidup bagi semua orang menghantar mereka kepada keselamatan abadi. Untuk itu Mateus mengumpulkan adjaran-adjaran Jesus, jang diutjapkannja dimuka orang banjak dan kepada murid-murid tersendiri, dalam bentuk utjapan pendek (amsal), perumpamaan atau chotbah. Tetapi pada bentuk pengadjaran Jesus jang paling njata pula, ialah Jesus sendiri, seluruh kepribadian dan kehidupannja. Apa jang diadjarkannja, dilakukannja sendiri dengan sempurna, mendjadi tjontoh dan penundjuk djalan, bagaimana dapat dan harus kitapun mewudjudkan adjaran-adjaran dan tjita-tjita Indjil pada diri kita dan disekeliling kita dalam hidup kemasjarakatan dan keagamaan. Untuk itu Mateus mentjeritakan sadja peristiwa-peristiwa hidup Jesus dan perbuatan-perbuatannja. Pertama-tama untuk menjatakan bahwa Jesus benar-benar Mesias, Putera Allah jang Mahatinggi, penuh berkekuasaan Ilahi, guna membangunkan kepertjajaan jang teguh dan pasti. Dan bagi siapa sadja jang pertjaja dan selandjutnja dengan luhur hati membatja dan merenungkan Indjil, dalam tiap-tiap kalimat, Jesus menondjol sebagai manusia utama, sempurna dalam segala-galanja sehingga mempesona dan menimbulkan hasrat untuk sekedar menjamai kesempurnaan itu. Jesus menondjol sebagai satu-satunja terang dunia sedjati (Jo. 1:5 dan 9;8:12; 12:46) jang tak pernah menjembunjikan diri, melainkan menjinari semua manusia jang hendak mendekatiNja dalam membatja Kitab Kudus, supaja mereka "melihat perbuatan- perbuatannja jang baik dan memuliakan BapaNja jang ada disurga" (Mt. 5:16). Djuga supaja kita memuliakanNja, terlebih dengan mengikuti djedjak Jesus, dalam tjita-tjitaNja serba rohani-abadi, dalam tjintanja tak terhingga kepada BapaNja dan dalam tjinta-kasihNja jang mesra dan kuat kepada semua manusia, sampai mengurbankan Dirinja semata-mata, mengikuti djedjak Jesus djuga sampai berani berkurban, menjangkal diri dan tetap turut memanggul salib kita.
TFTWMS: Matius (Pendahuluan Kitab) Matius: Minggu Sengsara SANG RAJA 23:13-39
Tujuh Ucapan Celaka-Nya Dan Ratapan-Nya Atas Yerusalem
Pada titik ini dalam ceramah umumnya di bait suci,...
Matius: Minggu Sengsara SANG RAJA 23:13-39
Tujuh Ucapan Celaka-Nya Dan Ratapan-Nya Atas Yerusalem
Pada titik ini dalam ceramah umumnya di bait suci, Yesus mengucapkan serangkaian "celaka" ke atas para pemimpin Yahudi yang menolak Dia dan yang menuntun orang banyak itu ke arah yang salah. Kata Yunani "celaka" (oujai, ouai) setara dengan istilah Ibrani (yoh, hoy) sering digunakan oleh para nabi (Yes. 5:8-23; Hab. 2:6-19). Kata itu dapat menyiratkan kesedihan, kesakitan, kemarahan, kepedihan, penyesalan, atau ketakutan seseorang akan kehilangan nyawanya. John MacArthur, Jr, menulis bahwa itu "bukan kata dalam pengertian biasa seperti kata seru yang menyiratkan kata yang diacukan."1Dengan kata lain, kata itu menimbulkan suara yang dramatis, ekspresif. Yesus mengucapkan beberapa kata "celaka" lainnya selama pelayanan-Nya (11:21; 18:7; 24:19; 26:24). Istilah "celaka" berlawanan dengan istilah "diberkati" (Luk. 6:17-26).
Jumlah celaka yang Yesus nyatakan pada kesempatan ini dipertanyakan. Delapan celaka ditemukan dalam Alkitab KJV. Delapan juga tercantum dalam Alkitab NASB, meski celaka yang di ayat 14 ditempatkan dalam tanda kurung. Tujuh celaka tercantum dalam Alkitab NIV, karena ayat 14 diturunkan menjadi catatan kaki. Alasan bahwa terjemahan yang lebih baru memperlakukan ayat itu dengan cara ini adalah bahwa kata itu tidak terdapat di dalam naskah yang paling awal. Selanjutnya, para saksi yang menyertakan ayat itu menempatkan ayat itu sebelum atau sesudah ayat 13. Oleh karena itu, kritik tekstual baru-baru ini berpendapat bahwa ayat itu dipinjam dari ayat paralel dalam Markus 12:40 atau Lukas 20:47, di mana perkataan itu tidak terbantahkan. 2
Bukti tekstual tampaknya mendukung hanya tujuh celaka dalam bagian Matius ini, yang akan melambangkan sebuah bilangan yang lengkap (lihat Why. 5:1; 8:2; 10:3; 15:1; 16:1). Penyisipan ayat 14 sebenarnya mengganggu pembahasan tentang pengaruh orang-orang Farisi terhadap orang lain yang ditemukan dalam ayat 13 dan 15. Meski mungkin tidak termasuk dalam jumlah celaka itu, namun di sini ayat 14 dibahas bersama tujuh celaka lainnya.
TFTWMS: Matius (Garis Besar) Catatan Akhir:
1 John MacArthur, Jr., The MacArthur New Testament Commentary: Matthew 16-23 (Chicago: Moody Press, 1988), 375.
2 2 Bruce M. Metzg...
Catatan Akhir:
- 1 John MacArthur, Jr., The MacArthur New Testament Commentary: Matthew 16-23 (Chicago: Moody Press, 1988), 375.
- 2 2 Bruce M. Metzger, A Textual Commentary on the Greek New Testament, 2d ed. (Stuttgart: German Bible Society, 1994), 50.
- 3 Lihat Talmud Gittin 52ab.
- 4 Lihat Testament of Moses 7.6.
- 5 Josephus Antiquities 14.7.2.
- 6 Ibid., 20.2.3, 4; Tacitus Histories 5.5; Horace Satires 1.4.142, 143.
- 7 Demikian pula, Yudas disebut "anak kebinasaan" (Yoh. 17:12). Selain itu, Talmud berisi ungkapan "anak-anak Gehinnom" (Talmud Rosh ha-SháNah 17a). Sebuah ungkapan yang berlawanan adalah "anak-anak kerajaan" (13:38).
- 8 David E. Garland, "Oaths and Swearing," in Dictionary of Jesus and the Gospels, ed. Joel B. Green and Scot McKnight (Downers Grove, Ill.: Inter-Varsity Press, 1992), 578.
- 9 Josephus Wars 5.5.6.
- 10 Josephus Antiquities 14.4.4; 14.7.1, 2; Against Apion 2.7.
- 11 Alan Hugh McNeile, The Gospel According to St. Matthew (London: Macmillan and Co., 1938), 334.
- 12 Donald A. Hagner, Matthew 14-28, Word Biblical Commentary, vol. 33B (Dallas: Word Books, 1995), 669.
- 13 Mishnah Shebuoth 4.13.
- 14 Douglas R. A. Hare, Matthew, Interpretation (Louisville: John Knox Press, 1993), 269.
- 15 Orang-orang Lewi, pada gilirannya, akan memberikan sepersepuluh kepada para imam (Bil. 18:25-32).
- 16 Mishnah Maaseroth 4.5.
- 17 Menurut Mishnah, pohon Ruta tidak perlu dikenakan persepuluhan karena pohon itu tumbuh liar. (Mishnah Shebiith 9.1.)
- 18 Suatu bentuk kata Yunani yang sama digunakan sebelumnya dalam pasal ini untuk beban "berat" (23:4).
- 19 Mishnah Aboth 2.1; 4.2.
- 20 Lihat Talmud Shabbath 12a.
- 21 Hagner, 670-71; R. T. France, The Gospel According to Matthew, The Tyndale New Testament Commentaries (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1985), 329.
- 22 Mishnah Shabbath 20.1, 2; Talmud Hullin 67a.
- 23 Mishnah Kelim 25.7, 8. Para rabi berbeda pendapat dalam pandangan mereka tentang bagaimana kebersihan satu bagian cawan mempengaruhi bagian lainnya. (Tohoroth 8,7; Parah 12,8.) Untuk informasi lebih lanjut, lihat Jacob Neusner, , "First Cleanse the Inside," New Testament Studies 22 (July 1976): 486-95.
- 24 Mishnah Shekalim 1.1; Moed Qatan 1.2; Maaser Sheni 5.1. Penafsiran alternatif mengartikan "makam" ( ta÷foß, taphos) untuk mengacu kepada "wadah tulang." Lihat Samuel T. Lachs, "On Matthew 23:27-28," Harvard Theological Review 68 (July-October 1975): 385-88. Beberapa wadah tulang ada yang penuh ornamen dan indah, tetapi wadah ini menampung tulang-tulang orang mati setelah dagingnya membusuk.
- 25 Karena itu saat adalah Paskah, makam-makam ini telah dicat putih untuk terlihat baik. Tidak diragukan lagi sebagian besar orang dari para pendengar Yesus baru-baru ini telah melihat beberapa dari makam-makam itu.
- 26 William Hendriksen, New Testament Commentary: Exposition of the Gospel According to Matthew (Grand Rapids, Mich.: Baker Book House, 1973), 835.
- 27 Talmud Berakoth 28a.
- 28 Walter Bauer, A Greek-English Lexicon of the New Testament and Other Early Christian Literature, 3d ed., rev. and ed. Frederick W. Danker (Chicago: University of Chicago Press, 2000), 654-55. Istilah mnēmeion hampir selalu mengacu kepada "makam" dalam Perjanjian Baru (8:28; 27:52, 53, 60; 28:8; Mrk. 5:2, 3; 6:29; 15:46; 16:2-8; Luk. 11:44; 23:55; 24:2, 9, 12, 22, 24; Yoh. 5:28; 11:17, 31, 38; 12:17; 19:41, 42; 20:1-11; Kisah 13:29).
- 29 W. F. Albright and C. S. Mann, Matthew, The Anchor Bible (Garden City, N.Y.: Doubleday & Co., 1971), 281-82.
- 30 1 Maccabees 13:27-29 (NRSV).
- 31 1 Josephus Antiquities 16.7.1. Makam Daud disebut dalam Kisah 2:29.
- 32 Leon Morris, The Gospel according to Matthew, Pillar Commentary (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1992), 586.
- 33 Alexander Balmain Bruce, "The Gospel According to Matthew," in The Expositor's Greek Testament, vol. 1, The Synoptic Gospels -The Gospel of St. John (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1951), 285.
- 34 Hendriksen, 835.
- 35 Dalam Matius 23, Yesus mungkin sedang berbicara di hadapan beberapa orang yang masih menjadi anggota mahkamah agama ketika Stefanus dilempari batu.
- 36 Kisah 13:45, 50; 14:2, 5, 6, 19; 17:5, 13; 18:12; 19:8, 9; 20:3; 21:27; 23:12; 24:1-9; 25:2, 3; 2 Kor. 11:23-26.
- 37 Gary M. Burge, "Zechariah," in The International Standard Bible Encyclopedia, 4:1182-83.
- 38 Josephus Wars 4.5.4.
- 39 Nabi kecil Zakharia disebut "anak Berekhya, putra Ido" (Zak. 1:1) dan hanya "anak Ido" (Ezra 6:14).
- 40 France, 331.
- 41 Hagner, 681.
- 42 MacArthur, 384-85.
Pengarang: Sellers Crain
Hak Cipta © 2013 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
TFTWMS: Matius (Pendahuluan Kitab) AGAMA SEJATI (Matius 23)
Matius 23 sering disebut "Pasal Celaka" oleh karena Yesus menggunakan istilah itu (23:13, 14, 15, 16, 23, 25, 27, ...
AGAMA SEJATI (Matius 23)
Matius 23 sering disebut "Pasal Celaka" oleh karena Yesus menggunakan istilah itu (23:13, 14, 15, 16, 23, 25, 27, 29). Kata oujai (ouai), yang diterjemahkan "celaka," menunjukkan kesedihan Tuhan atas keadaan rohani dari para pemimpin Yahudi, serta penghakiman yang dijanjikan yang akan menimpa mereka. Ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi yang adalah orang yang agamis dan sangat giat, tapi mereka tidak memi- liki pelbagai kualitas yang berkenan kepada Allah. Lima pelajaran tentang agama sejati dapat diperoleh dari pasal ini.
- 1. Sebuah tindakan bisa saja agamis namun tidak benar (23:1-12). Orang-orang Farisi melakukan banyak tindakan agama, tapi seringkali hal ini dilakukan hanya untuk dilihat oleh manusia. Mereka melebarkan tali-tali sembahyang mereka dan memperpanjang jumbai pakaian mereka. Mereka menyukai jabatan mengajar yang memiliki kuasa dan semua fasilitas yang dihasilkan dari jabatan itu, termasuk tempat terhormat dan gelar-gelar kehormatan. Motif di balik tindakan mereka itu mementahkan pelbagai tindakan itu.
- 2. Suatu tindakan bisa saja agamis namun tidak bermanfaat (23:13, 15). Nyatanya, tindakan seperti itu bahkan mungkin berbahaya. Orang-orang Farisi memberikan upaya besar dalam menghasilkan banyak mualaf. Namun begitu, hasil akhirnya adalah para mualaf ini bahkan lebih korup daripada orang yang menjadikan mereka mualaf.
- 3. Suatu tindakan bisa jadi agamis namun tidak memadai (23:23). Yesus tidak mencela orang-orang Farisi karena setia kepada hal-hal kecil. Bagi orang Yahudi, persepuluhan dari selasih, adas manis dan jintan adalah hal yang baik. Sebaliknya, Ia mengecam mereka karena mengutamakan hal-hal yang kecil. Sementara menekankan hal-hal terkecil, mereka mengabaikan hal-hal yang lebih penting; keadilan, belas kasihan, dan kesetiaan.
- 4. Suatu tindakan mungkin saja menjangkau masa depan dan idealis secara agama namun tidak berguna jika tidak dilakukan (23:29-36). Orang-orang Farisi menghormati makam-makam para nabi, yang telah dibunuh oleh nenek moyang mereka; tetapi, mereka belum merubah hati mereka. Mereka juga menganiaya dan membunuh orang-orang yang diutus oleh Allah pada zaman mereka—Yesus dan murid-murid-Nya.
- 5. Mereka yang terlibat dalam tindakan agama yang salah tidak harus tetap salah selamanya (23:37-39). Mereka bisa bertobat dan menjadi benar dengan Allah. Kesalahan yang menakutkan adalah jika seseorang menolak Tuhan selamanya, tapi tidak ada orang yang harus tetap dalam keadaan tidak diselamatkan.18
Orang-orang Farisi (Pasal 23)
Tujuan awal orang-orang Farisi adalah melestarikan ketaatan kepada hukum Taurat di tengah-tengah serangan budaya Yunani. Nama "Farisi" atau "Orang-Orang Yang Dipisahkan" itu sendiri menyiratkan pemisahan dari dosa. Mereka yang menganut konsep memulihkan dan melestarikan agama Kristen Perjanjian Baru tentunya dapat menghargai visi mulia mereka. Namun demikian, Yesus menegur mereka karena beberapa alasan. Kita harus berhati-hati supaya kita tidak melakukan kesalahan serupa.
- 1. Mereka tidak mempraktikkan apa yang mereka khotbahkan (23:2, 3).
- 2. Mereka mengikatkan pelbagai tradisi mereka kepada orang lain seolah-olah tradisi itu adalah perintah Allah (23:4; lihat 15:1-9).
- 3. Mereka lebih peduli dengan reputasi mereka di tengah-tengah manusia daripada reputasi mereka dengan Allah (23:5-7).
- 4. Mereka mengubah hidup manusia kepada kelompok mereka, bukan mengubah hidup manusia kepada Allah (23:13, 15).
- 5. Mereka merasa wajib menepati kata-kata mereka hanya ketika hal itu nyaman bagi mereka (23:16-22).
- 6. Mereka adalah ahli dalam ritual ibadah tapi pemula dalam "agama yang murni dan tak bercacat" (23:23, 24; lihat 25:34-46; Yak. 1:27).
- 7. Mereka terlihat saleh secara lahiriah tetapi tidak mengalami pembaharuan rohaniah (23:25-28).
- 8. Mereka secara membabi buta mengulangi dosa-dosa nenek moyang mereka (23:29-36).
BIS: Matius (Pendahuluan Kitab) KABAR BAIK YANG DISAMPAIKAN OLEH MATIUS
PENGANTAR
Buku Matius menyampaikan kepada kita Kabar Baik bahwa Yesus adalah Raja
Penyelamat yang dijanjikan
KABAR BAIK YANG DISAMPAIKAN OLEH MATIUS
PENGANTAR
Buku Matius menyampaikan kepada kita Kabar Baik bahwa Yesus adalah Raja Penyelamat yang dijanjikan oleh Allah. Melalui Yesus itulah Allah menepati apa yang telah dijanjikan-Nya di dalam Perjanjian Lama kepada umat-Nya. Sekalipun Yesus lahir dari orang Yahudi dan hidup sebagai orang Yahudi, namun Kabar Baik itu bukanlah hanya untuk bangsa Yahudi saja melainkan untuk seluruh dunia.
Buku Matius ini disusun secara teratur; mulai dengan kelahiran Yesus, kemudian mengenai baptisan dan godaan yang dialami-Nya, lalu mengenai karya-Nya di Galilea. Di situ Ia berkhotbah, mengajar dan menyembuhkan orang. Setelah itu buku ini mengisahkan perjalanan Yesus dari Galilea ke Yerusalem, dan apa yang terjadi dengan Yesus dalam minggu terakhir hidup-Nya di dunia ini yang memuncak pada kematian dan kebangkitan-Nya.
Salah satu hal yang dititikberatkan oleh Matius ialah bahwa Yesus adalah Guru yang besar, yang mengajar bahwa Allah memerintah sebagai Raja. Yesus juga mempunyai wibawa untuk menjelaskan arti dari Hukum Allah. Kebanyakan dari ajaran-ajaran Yesus itu dikelompokkan menurut pokok-pokoknya. Ada lima kelompok:
- (1) Khotbah di Bukit yang menyangkut sikap, kewajiban, hak-hak, dan tujuan hidup para anggota umat Allah (pasal 5-7 Mat 5:1-7:28);
- (2) petunjuk-petunjuk kepada kedua belas pengikut Yesus untuk melaksanakan tugas (pasal 10 Mat 10:1-42);
- (3) perumpamaan-perumpamaan tentang keadaan waktu Allah memerintah sebagai Raja (pasal 13 Mat 13:1-58);
- (4) ajaran mengenai makna menjadi pengikut Yesus (pasal 18 Mat 18:1-35); dan
- (5) ajaran tentang akhir zaman dan tentang kedatangan Anak Manusia (pasal 24-25 Mat 24:1-25:46).
Isi
- Daftar asal-usul Yesus Kristus dan kelahiran-Nya
Mat 1:1-2:23 - Pekerjaan Yohanes Pembaptis
Mat 3:1-12 - Baptisan dan godaan terhadap Yesus
Mat 3:13-4:11 - Pelayanan Yesus di tengah-tengah masyarakat Galilea
Mat 4:12-18:35 - Dari Galilea ke Yerusalem
Mat 19:1-20:34 - Minggu terakhir di Yerusalem dan sekitarnya
Mat 21:1-27:66 - Kebangkitan Yesus dan penampakan diri-Nya
Mat 28:1-20
Ajaran: Matius (Pendahuluan Kitab)
Tujuan
Supaya dengan mengenal isi Kitab Injil Matius orang-orang Kristen mengerti,
bahwa Yesus Kristus adalah Mesias, Juruselamat, Raja yang dijanji
Tujuan
Supaya dengan mengenal isi Kitab Injil Matius orang-orang Kristen mengerti, bahwa Yesus Kristus adalah Mesias, Juruselamat, Raja yang dijanjikan, yang diutus Allah sebagai penggenapan nubuatan para nabi dalam Kitab Perjanjian Lama.
Pendahuluan
Penulis : Rasul Matius.
Tahun : Sekitar tahun 61 sesudah Masehi.
Penerima : Orang-orang Kristen keturunan Yahudi, (dan juga setiap orang yang percaya kepada Tuhan Yesus Kristus).
Isi Kitab: Injil Matius terdiri dari 28 pasal. Menyatakan bahwa Yesus orang Nazaret sungguhlah Mesias (Juruselamat), Raja yang dijanjikan, sebagai penggenapan nubuatan para nabi dalam Kitab Perjanjian Lama.
I. Ajaran-ajaran utama dalam Kitab Injil Matius
Pasal 1-4 (Mat 1:1-4:1).
Raja (Juruselamat) yang dinantikan sudah datang
Bagian ini memaparkan keturunan Yesus, dari Abraham, Ishak, dan Yakub, dengan maksud untuk menunjukkan, bahwa Yesus Kristus adalah Juruselamat (Raja) yang diutus Allah sebagai penggenap nubuat-nubuat dalam Perjanjian Lama.
Pendalaman
- Buka dan bacalah pasal Mat 2:1-2, 11-12. Kalau kedatanga Tuhan Yesus disambut dengan persembahan-persembahan, apakah yang tela saudara persembahkan kepada-Nya?
- Buka dan bacalah pasal Mat 4:1-11. Berapa lamakah Tuhan Yesus berpuasa? Tuhan Yesus dicobai. Siapakah yang menang dalam pencobaan ini? Tuhan Yesus menang dalam pencobaan. Itu berart Tuhan Yesus sanggup menolong saudara dalam pencobaan kalau saudara menerima Dia sebagai Raja dalam hidup.
Pasal 4-25 (Mat 4:12-25:46).
Raja (Juruselamat) itu memberikan ajaran-ajaran
Bagian ini berisikan ajaran-ajaran dasar yang menjadi ciri hidup kerajaan-Nya. Dan juga Yesus menunjukkan kuasa-Nya atas alam semesta, atas penyakit-penyakit melalui mujizat-mujizat yang dilakukan-Nya.
Pendalaman
- Buka dan bacalah pasal Mat 5:1-12. Siapakah yang memiliki kebahagiaan?
- Buka dan bacalah pasal Mat 7:24. Apakah yang menjadi dasar kehidupan yang kuat bag setiap pengikut Yesus?
- Buka dan bacalah pasal Mat 11:25-30. Apakah yang akan saudara dapati, kalau mau datang pada Yesu Sang Raja?
- Buka dan bacalah pasal Mat 16:24. Apakah yang menjadi syarat bagi pengikut Yesus?
- Buka dan bacalah pasal Mat 24:24-25. Tuhan Yesus menyatakan, bahwa setelah Ia kembali ke sorga, akan datan Juruselamat yang palsu, karena hanya Yesuslah Juruselamat yang asli. Saudara mau yang mana, yang asli atau yang palsu?
Pasal 26-27 (Mat 26:1-27:66).
Raja (Juruselamat) mengorbankan dirinya untuk keselamatan umat-Nya
Pendalaman
- Buka dan bacalah pasal Mat 26:26-28. Bagian ini menjelaskan, sebelum Raja itu mengorbankan diri-Nya, I terlebih dahulu mengajak murid-murid-Nya untuk mengadakan perjamua suci. Hal ini merupakan lambang daripada pengorbanan-Nya di kay salib. Dan Ia mengamanatkan agar perjamuan yang serupa dilakukan ole murid-murid-Nya, setelah kenaikan-Nya kesorga. Perjamuan ini disebu Perjamuan Kudus. Ini berarti setiap orang yang percaya pada Yesus harus mengikuti upacara Perjamuan Kudus tersebut. _Tanyakan_: Apakah arti Perjamuan Kudus?
- Buka dan bacalah pasal Mat 27:54. Apakah pengakuan dari komandan prajurit Roma tentang Yesus? Bagaimanakah pendapat saudara, siapakah Yesus?
Pasal 28 (Mat 28:1-20).
Raja (Juruselamat) itu memperlihatkan kemenangannya atas segala kuasa di dunia dan di sorga
Bagian ini menjelaskan, bagaimana Raja yang mengorbankan diri-Nya itu berkuasa atas segala kuasa kematian karena Dialah yang mempunyai segala kuasa baik di sorga maupun di dunia.
Pendalaman
- Buka dan bacalah pasal Mat 28:1-10. Bagian ini menjelaskan bahwa Yesus bangkit persis seperti apa yan telah Ia katakan tentang diri-Nya. Siapakah yang menggulingkan bat penutup kuburan, dan memberitakan tentang kebangkitan Yesus? Jad berita kebangkitan Yesus, diterima pertama kali dari manusia atau dar malaikat Allah? Kalau begitu siapakah yang lebih saudara percayai?
- Buka dan bacalah pasal Mat 28:11-15. Berita bohong tentang Yesus tidak bangkit dari kematian itu, dibua oleh manusia. Jadi siapa yang percaya kepada berita itu, berart percaya kepada berita bohong dari manusia dan menjadi pengiku pembohong.
- Buka dan bacalah pasal Mat 28:16-20. Menurut ayat 18 (Mat 28:18) apakah yang diberikan kepada Yesus? Menurut ayat 19 (Mat 28:19) Raja yang naik ke sorga memberikan Amanat Agung aga murid-murid-Nya pergi ke seluruh dunia, untuk menjadika semua bangsa murid-murid-Nya. Amanat Agung ini berlak untuk semua orang yang percaya kepada Tuhan Yesus. Apakah saudara sudah pernah bersaksi tentang Yesus Kristu kepada orang lain? Pada ayat 20, (Mat 28:20) janji apakah yang diberikan-Nya?
II. Kesimpulan
Melalui Injil Matius, jelaslah bahwa Yesus Kristus adalah Raja yang kekal, Juruselamat dan Penebus dosa yang dijanjikan dalam Perjanjian Lama. Yesus Kristus adalah Raja dari segala raja, karena Dialah yang mempunyai segala kuasa, baik di sorga maupun di atas bumi.
Pertanyaan-pertanyaan yang Dapat Digunakan untuk Tanya Jawab
- Siapakah yang menulis Injil Matius?
- Apakah isi singkat Injil Matius?
- Bagaimanakah Yesus membuktikan, bahwa Ia adalah raja da Juruselamat yang dijanjikan dalam Perjanjian Lama?
Intisari: Matius (Pendahuluan Kitab) MENGAPA INJIL INI DITULIS.Matius mempunyai beberapa alasan yang jelas mengapa ia menulis Injil ini:1. Untuk menunjukkan hubungan antara Yesus dengan P
MENGAPA INJIL INI DITULIS.
Matius mempunyai beberapa alasan yang jelas mengapa ia menulis Injil ini:
1. Untuk menunjukkan hubungan antara Yesus dengan Perjanjian Lama.
2. Untuk mencatat ajaran Kristus yang diberikan secara luas pada para murid-Nya.
3. Untuk menjelaskan sikap apa yang diharapkan Kristus dari murid-murid-Nya.
4. Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh sejumlah anggota gereja, misalnya mengenai kehidupan masa muda Yesus dan kedatangan-Nya kembali.
5. Untuk menjelaskan tentang cara mengelola Gereja.
PENULISNYA.
Tidak ada pernyataan dalam Injil ini bahwa Matiuslah penulisnya, tetapi tradisi mula-mula menegaskan demikian. Sedikit saja yang kita ketahui tentang Matius, karena ia hanya disebut dalam Mat 9:9 dan Mat 10:3, yaitu bahwa ia seorang pemungut cukai yang dipanggil secara pribadi oleh Yesus. Namanya berarti "anugerah dari Tuhan". Dalam Injil lain ia dipanggil Lewi (Mar 2:14).
PEMBACA INJIL MATIUS.
Hal-hal yang diperhatikan dalam Injil Matius memberi petunjuk bahwa sebagian besar pembacanya adalah orang Yahudi. Sebagian besar dari mereka mungkin sudah menjadi Kristen, tetapi Matius boleh jadi menulis Injil ini untuk meyakinkan orang Yahudi lainnya bahwa Yesus adalah Mesias yang sudah lama dinanti-nantikan oleh bangsa Yahudi.
Namun demikian, ia sama sekali tidak mengabaikan orang-orang bukan Yahudi dan mungkin juga ia menulis dengan tujuan untuk menjawab beberapa pertanyaan mereka tentang kepercayaan mereka yang bersumber dari kepercayaan Yahudi.
KAPAN INJIL INI DITULIS?
Kita tidak dapat memastikan kapan Injil Matius ditulis. Mungkin Injil ini ditulis setelah Markus menulis Injilnya, karena isinya mirip dengan Injil Markus. Tetapi, Injil ini juga bukan yang terakhir, karena masalah-masalah sehubungan dengan orang-orang Kristen Yahudi yang diperhatikannya berangsur berkurang. Diperkirakan waktunya adalah antara tahun 50 dan 90.
CIRI-CIRI KHUSUS.
1. Injil Matius sangat teratur. Bagian-bagian tentang ajaran Yesus disisipkan di antara penjelasan-penjelasan tentang kegiatan-kegiatan-Nya.
2. Karena ingin menunjukkan bahwa Yesus adalah Mesias Yahudi, ia sering mengutip dari Perjanjian Lama. Ada 65 ayat dalam Matius yang mengacu ke Perjanjian Lama.
3. Matius bicara tentang Kerajaan Surga (33 kali) cocok dengan latar belakangnya sebagai orang Yahudi, sementara Injil-Injil lain bicara tentang Kerajaan Allah.
4. Dari keempat Injil, hanya Matius sendiri yang berbicara mengenai gereja. Ia menulis sebagai seorang gembala yang menangani berbagai masalah dan pertanyaan.
Pesan
1. Yesus adalah Mesias.o Dia berasal dari keturunan Yahudi Mat 1:1-17
o Dia menggenapi nubuatan Perjanjian Lama, misalnya Mat 1:23; 2:6, 18, 23; 4:15, 16 dll.
o Dia datang untuk menyelamatkan manusia dari dosa. Mat 1:21
o Dia pertama-tama datang kepada bangsa Israel. Mat 15:24
o Dia melukiskan sikap-Nya terhadap Perjanjian Lama. Mat 5:17-48
o Dia menantang pemimpin-pemimpin agama yang menyesatkan umat Allah. Mat 16:5-12; 23:1-36.
o Dia kelak akan bertindak sebagai hakim. Mat 25:31-46
2. Yesus berbicara mengenai suatu kerajaan.
o Dia menjelaskan apa sebenarnya Kerajaan Allah itu: bukan suatu tempat, tetapi
Allah secara aktif memerintah dunia ini. Mat 9:35
o Dia sendiri adalah Raja. Mat 2:2, 16:28
o Dia memberitahukan persyaratan revolusioner untuk dapat masuk ke dalamnya.
Mat 5:3,10,20; 7:21; 19:14,23,24
o Kerajaan-Nya sudah hadir saat ini. Mat 12:28
o Kerajaan-Nya yang sempurna masih akan datang. Mat 16:28
o Pertumbuhan Kerajaan-Nya itu pasti, walaupun tersembunyi. Mat 3:1-23
o Kerajaan Allah layak mendapat prioritas utama manusia. Mat 6:33; 13:44-46
3. Yesus menggarisbawahi hukum Taurat.
o Dia memperkuat hukum Taurat. Mat 5:17-48
o Dia merangkum hukum Taurat. Mat 22:37-40
o Dia menafsirkan hukum Taurat. Mat 23:23
4. Yesus mengutus gereja-Nya.
o Menjadi suatu masyarakat yang bermoral tinggi. Mat 5:20
o Menjadi suatu masyarakat yang berdisiplin. Mat 18:15-18
o Menjadi suatu masyarakat yang bersedia mengampuni. Mat 18:21-22
o Menjadi suatu masyarakat yang berdoa. Mat 18:19-20
o Menjadi suatu masyarakat yang bersaksi. Mat 28:19-20
Penerapan
Berita dalam Injil Matius dapat diterapkan pada dua golongan kelompok utama:
1. Kepada orang yang belum percaya.o Orang Yahudi yang belum percaya: Injil ini menunjukkan bahwa Yesus adalah
Mesias yang telah lama mereka nantikan. Kedatangan-Nya sudah dipersiapkan
dengan saksama di sepanjang sejarah dan kini keselamatan tersedia melalui Dia.
o Bangsa bukan Yahudi yang belum percaya: pembebasan dari dosa dan segala
akibatnya juga berlaku bagi orang bukan Yahudi.
Yesus adalah Juruselamat seluruh umat manusia. Dia menyambut siapa saja yang
menyatakan iman mereka kepada-Nya.
2. Kepada orang-orang Kristen.
o Injil ini akan memperlengkapi Anda dengan ajaran dasar yang penting mengenai
kehidupan dan ucapan-ucapan Yesus.
o Injil ini akan menunjukkan kepada Anda nilai Perjanjian Lama.
o Injil ini akan menunjukkan perlunya hidup sesuai dengan hukum yang baru dan
mencapai standar moral yang tinggi.
o Injil ini juga akan memperlihatkan kepada Anda bagaimana harus hidup dengan
sesama Kristen.
o Injil ini akan mendorong Anda untuk ikut ambil bagian dalam tugas misi ke
seluruh dunia.
o Injil ini akan membangkitkan pengharapan Anda akan kedatangan Yesus kembali.
Tema-tema Kunci
Matius menekankan beberapa tema tertentu. Selidikilah berulang kali catatan-catatan berikut ini dan pakailah konkordansi agar mendapatkan referensi lain yang terkait untuk mempelajari secara lebih mendalam.
1. Allah adalah Bapa surgawi kita. Inilah sebutan bagi Allah yang paling disenangi oleh Matius: Mat 5:16,45,48; 6:1,9; 7:11,21; 10:32,33; 12:50; 16:17; 18:10,14,19.
2. Berbagai gambaran mengenai Yesus. Yesus disebut Anak Daud (Mat 1:1), Juruselamat (Mat 1:21), Raja Orang Yahudi (Mat 2:2), Orang Nazaret (Mat 2:23). Sebutan apalagi bagi Yesus yang dapat Anda temukan? 3. Kutipan-kutipan dari Perjanjian Lama. Matius sering mengatakan 'haI itu terjadi supaya genaplah yang difirmankan Tuhan oleh nabi' (Mat 2:15) atau kalimat-kalimat serupa. Carilah referensi lain dan periksalah apa yang mereka ajarkan tentang Yesus.
4. Ajaran Yesus. Lima kali Matius mengatakan 'setelah Yesus mengakhiri perkataan ini' (Mat 7:28; 11:1; 13:53; 19:1; 26:1). Setiap pernyataan itu ditulis pada akhir sekumpulan ajaran Yesus. Buatlah ringkasan dari tiap-tiap 'khotbah' itu. 5. Perumpamaan-perumpamaan Yesus. Yesus mengajar murid-murid-Nya dengan memakai perumpamaan. Tetapi ingatlah, tidak semua orang dapat mengerti makna perumpamaan-perumpamaan itu (Mat 13:10-17). Beberapa perumpamaan terdapat dalam: Mat 7:24-27; 13:3-52; 18:23-35; 20:1-16; 22:1- 14; 25:1-30. Buatlah ringkasan mengenai apa yang diajarkan dalam perumpamaan-perumpamaan di atas dan dalam perumpamaan lain.
6. Mukjizat-mukjizat yang dilakukan Yesus. Matius mencatat banyak mukjizat kesembuhan dan mukjizat-mukjizat lain yang dibuat oleh Yesus untuk menunjukkan bahwa Dia adalah Tuhan atas ciptaan. Dua puluh mukjizat dicatat dalam Injil ini: Mat 8:1-17,23-34; 9:1-8, 18-33; 12:10-13,22; 14:15-33; 15:21-39; 17:14-21; 20:29-34; 21 :18-22. Daftarkanlah semua mukjizat itu dan tulislah dalam satu kalimat tentang apa yang dinyatakan mengenai Yesus dalam tiap-tiap mukjizat.
7. Kerajaan Surga Ungkapan ini menyarikan inti yang penting dalam ajaran Yesus. Pakailah konkordansi untuk mengetahui di mana Yesus mengatakannya dan bayangkan apa yang sebenarnya ingin dikatakan oleh Yesus tentang Kerajaan Surga ini.
Garis Besar Intisari: Matius (Pendahuluan Kitab) [1] KEDATANGAN MESIAS Mat 1:1-4:25
Mat 1:1-17Silsilah keluarga Yesus
Mat 1:18-25Kelahiran Yesus
Mat 2:1-23Kunjungan orang Majus
Mat 3:1-17Pela
[1] KEDATANGAN MESIAS Mat 1:1-4:25
Mat 1:1-17 | Silsilah keluarga Yesus |
Mat 1:18-25 | Kelahiran Yesus |
Mat 2:1-23 | Kunjungan orang Majus |
Mat 3:1-17 | Pelayanan Yohanes Pembaptis |
Mat 4:1-11 | Pencobaan terhadap Yesus |
Mat 4:12-25 | Yesus mulai berkhotbah |
[2] KHOTBAH DI BUKIT Mat 5:1-7:29
Mat 5:1-12 | Ucapan bahagia |
Mat 5:13-16 | Garam dan terang |
Mat 5:17-48 | Sikap Yesus terhadap hukum Taurat |
Mat 6:1-7:29 | Yesus mendorong kehidupan agama yang benar |
[3] KHOTBAH TENTANG KERAJAAN SURGA Mat 8:1-9:38
Mat 8:1-17 | Yesus berkhotbah melalui penyembuhan |
Mat 8:18-22 | Yesus berbicara tentang kemuridan |
Mat 8:23-9:8 | Yesus memperlihatkan kuasa-Nya |
Mat 9:9-13 | Yesus memanggil Matius |
Mat 9:14-17 | Yesus berbicara tentang puasa |
Mat 9:18-38 | Yesus menyembuhkan lagi |
[4] MISI DARI DUA BELAS RASUL Mat 10:1-42
Mat 10:1-15 | Tugas mereka |
Mat 10:16-42 | Masa depan mereka |
[5] TANGGAPAN ORANG BANYAK Mat 11:1-12:50
Mat 11:1-19 | Pertanyaan-pertanyaan Yohanes |
Mat 11:20-30 | Ketidakacuhan orang banyak |
Mat 12:1-50 | Pertentangan dari orang Farisi |
[6] PERUMPAMAAN-PERUMPAMAAN TENTANG KERAJAAN SURGA Mat 13:1-58
[7] PENYATAAN TUHAN YESUS Mat 14:1-17:27
Mat 14:1-12 | Kematian Yohanes Pembaptis |
Mat 14:13-36 | Tuhan atas semesta alam |
Mat 15:1-20 | Sikap Yesus terhadap tradisi |
Mat 15:21-16:4 | Mukjizat dibuat dan dijelaskan |
Mat 16:5-12 | Peringatan terhadap para pemimpin agama |
Mat 16:13-28 | Pengakuan Petrus |
Mat 17:1-13 | Yesus dimuliakan |
Mat 17:14-27 | Kembali ke dunia yang berdosa |
[8] GAYA HIDUP GEREJA Mat 18:1-35
[9] JALAN MENUJU SALIB Mat 19:1-20:34
Mat 19:1-12 | Ajaran yang Yesus berikan |
Mat 19:13-30 | Orang yang Yesus temui |
Mat 20:1-16 | Perumpamaan yang Yesus ceritakan |
Mat 20:17-28 | Penderitaan yang Yesus nubuatkan |
Mat 20:29-34 | Penyembuhan yang Yesus lakukan |
[10] SAAT DI YERUSALEM Mat 21:1-23:39
Mat 21:1-11 | Masuk kota dengan penuh kemenangan |
Mat 21:12-27 | Di Bait Allah |
Mat 21:28-22:46 | Perumpamaan dan pertanyaan |
Mat 23:1-39 | Kecaman Yesus |
[11] KEADAAN MASA DEPAN Mat 24:1-25:46
[12] PUNCAK MISI KRISTUS Mat 26:1-28:20
Mat 26:1-35 | Peristiwa-peristiwa sebelum Getsemani |
Mat 26:36-27:31 | Penangkapan dan penghakiman atas Kristus |
Mat 27:32-66 | Penyaliban |
Mat 28:1-20 | Kebangkitan dan sesudah itu |
Bank BCA Cabang Pasar Legi Solo - No. Rekening: 0790266579 - a.n. Yulia Oeniyati
Kontak | Partisipasi | Donasi