
Teks -- Matius 16:19 (TB)





Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus



kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per frasa)
Full Life -> Mat 16:19
Full Life: Mat 16:19 - KUNCI KERAJAAN SORGA.
Nas : Mat 16:19
Yang dimaksudkan dengan "kunci" dalam ayat ini adalah kekuasaan yang
diberikan Allah kepada Petrus dan gereja. Dengan kunci ini mer...
Nas : Mat 16:19
Yang dimaksudkan dengan "kunci" dalam ayat ini adalah kekuasaan yang diberikan Allah kepada Petrus dan gereja. Dengan kunci ini mereka
- (1) dapat menegur dosa serta melaksanakan disiplin gerejani (Mat 18:15-18);
- (2) berdoa dengan efektif bagi terjadinya kehendak Allah di bumi ini (Mat 18:19-20);
- (3) mengikat kuasa-kuasa setan serta membebaskan orang yang tertawan
(lihat art. KUASA ATAS IBLIS DAN SETAN-SETAN);
- (4) memberitahukan kesalahan dosa, standar kebenaran Allah dan hukuman yang akan datang (Kis 2:23; 5:3,9);
- (5) memberitakan keselamatan dan pengampunan dosa bagi semua orang yang bertobat dan percaya kepada Kristus (Yoh 20:23; Kis 2:37-40; Kis 15:7-9).
Jerusalem: Mat 16:19 - kunci Kerajaan Sorga Sama seperti Alam Maut, demikianpun dunia Allah ada pintu gerbangnya. Hanya mereka yang layak, diizinkan masuk; bdk Mat 23:13 dsj; Petrus mendapat "ku...
Sama seperti Alam Maut, demikianpun dunia Allah ada pintu gerbangnya. Hanya mereka yang layak, diizinkan masuk; bdk Mat 23:13 dsj; Petrus mendapat "kunci-kuncinya". Maka Petrus bertugas membuka atau menutup pintu gerbang Gereja

Jerusalem: Mat 16:19 - kauikat...kaulepaskan Kedua kata ini merupakan istilah yang dipakai para rabi Yahudi. Pertama-tama istilah itu mengenai tata tertib jemaat: orang dapat dikucilkan sehingga ...
Kedua kata ini merupakan istilah yang dipakai para rabi Yahudi. Pertama-tama istilah itu mengenai tata tertib jemaat: orang dapat dikucilkan sehingga orang "terikat", atau diperbolehkan masuk lagi (dilepaskan dari pengucilan). Tetapi selanjutnya istilah itu juga dipakai sehubungan dengan keputusan di bidang ajaran atau hukum, lalu artinya: melarang (ajaran, tindakan), (mengikat), atau mengizinkannya (melepaskan). Petrus sebagai kepala (kunci merupakan lambang jabatan itu, bdk Yes 22:22) Keluarga Allah, mendapat kekuasaan di bidang tata tertib untuk mengizinkan orang masuk atau mengeluarkannya kalau dianggap baik; iapun membimbing jemaat dengan mengambil keputusan di bidang ajaran dan akhlak. Tindakan dan keputusan semacam itu oleh Allah di Sorga disahkan. Para ahli tafsir katolik berpendapat bahwa janji-janji Yesus kepada Petrus itu juga mengenai para penggantinya. Kesimpulan itu memang tidak langsung dapat diambil dari perkataan Kristus itu, namun kesimpulan itu dapat dibenarkan, oleh karena Yesus dengan mengangkat Petrus jelas bermaksud menjamin masa depan jemaatNya melalui sebuah lembaga, yang tidak dilenyapkan dengan kematian Petrus. Ada dua ayat lain, Luk 22:31 dst; Yoh 21:15 dst., yang menonjolkan bahwa jabatan Petrus sebagai kepala terutama mengenai bidang kepercayaan dan bahwa Petrus tidak hanya kepala jemaat di masa depan saja, tetapi juga kepala rasul-rasul lain.
Ende: Mat 16:19 - Kuntji Menjerahkan kuntji-kuntji melambangkan menjerahkan kekuasaan penuh
kepada seorang wakil.
Menjerahkan kuntji-kuntji melambangkan menjerahkan kekuasaan penuh kepada seorang wakil.

Ende: Mat 16:19 - Mengikat "melepaskan". Istilah-istilah asli dalam bahasa ketatanegaraan dan
kehakiman berarti: mewadjibkan atau melarang orang dan melepaskan mereka dari
ikata...
"melepaskan". Istilah-istilah asli dalam bahasa ketatanegaraan dan kehakiman berarti: mewadjibkan atau melarang orang dan melepaskan mereka dari ikatan-ikatan itu pula, mendjatuhkan hukuman atas seseorang, dan membebaskannja dari hukuman itu pula, dengan membenarkannja atau memberi ampun, dan djuga berarti menetapkan undang-undang dan membatalkannja.
Ref. Silang FULL -> Mat 16:19

buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry -> Mat 16:13-20
Matthew Henry: Mat 16:13-20 - Percakapan Kristus dengan Murid-murid-Nya Percakapan Kristus dengan Murid-murid-Nya (16:13-20)
Di sini diceritakan tentang percakapan pribadi Kristus dengan murid-murid-Nya perihal diri-Nya...
Percakapan Kristus dengan Murid-murid-Nya (16:13-20)
- Di sini diceritakan tentang percakapan pribadi Kristus dengan murid-murid-Nya perihal diri-Nya. Peristiwa ini terjadi di tepi pantai Kaisarea, Filipi, wilayah perbatasan paling utara tanah Kanaan. Di sanalah, di sudut yang terpencil itu, tidak banyak orang yang berbondong mengikuti-Nya dibandingkan dengan di tempat lain, dan ini memberikan waktu luang bagi-Nya untuk bercakap-cakap secara pribadi dengan murid-murid-Nya. Perhatikanlah, ketika para hamba Tuhan tidak banyak melayani orang banyak, mereka harus berusaha lebih banyak melayani di tengah keluarga sendiri.
- Di sinilah Kristus mengajar murid-murid-Nya dengan cara bertanya jawab.
- I. Ia menanyakan pendapat orang-orang lain mengenai diri-Nya, Kata orang, siapakah Anak Manusia itu?
- . Ia menyebut diri-Nya Anak Manusia, yang dapat diartikan:
- (1) Sebagai sebuah gelar umum bagi-Nya sama seperti bagi orang lain. Ia disebut Anak Allah, karena demikianlah Ia adanya (Luk. 1:35). Walaupun begitu, Ia pun menyebut diri-Nya sendiri sebagai Anak Manusia, sebab Ia benar-benar dan sungguh-sungguh "Manusia, yang lahir dari seorang perempuan." Dalam hal hormat-menghormati, biasanya ada aturan untuk membedakan orang berdasarkan gelar tertinggi mereka, namun, Kristus mengosongkan diri-Nya sendiri, meskipun Ia adalah Anak Allah, dan lebih dikenal dengan gaya dan gelar sebagai Anak Manusia. Untuk menjaga supaya dirinya tetap rendah hati, Yehezkiel sering disebut orang seperti itu. Tetapi, Kristus menyebut diri-Nya sendiri demikian untuk menunjukkan bahwa Ia memang rendah hati adanya. Atau,
- (2) Sebuah gelar khusus bagi-Nya sebagai Sang Pengantara. Di dalam penglihatan Daniel, Ia diperkenalkan sebagai Anak Manusia (Dan. 7:13). Akulah Mesias, Anak Manusia yang dijanjikan itu. Tetapi:
- . Ia bertanya, apa yang dikatakan orang banyak tentang diri-Nya: "Siapakah Aku ini menurut kata orang? Anak Manusiakah?" (Begitulah menurut pendapat saya kalimat ini sebaiknya dibaca.) "Apakah mereka mengakui bahwa Aku ini Mesias?" Ia tidak bertanya, "Siapakah Aku ini menurut ahli-ahli Taurat dan orang Farisi?" Mereka berprasangka buruk terhadap-Nya dan berkata bahwa Ia adalah seorang penipu dan bersekutu dengan Iblis. Sebaliknya, Ia bertanya, "Siapakah Aku ini menurut kata orang?" Kristus menunjuk kepada orang kebanyakan yang dipandang rendah oleh orang-orang Farisi. Kristus menanyakan hal ini, bukan karena Ia tidak tahu jawabannya. Ia mengetahui apa yang dipikirkan manusia, apa lagi yang mereka ucapkan. Ia juga bukan seorang gila hormat yang ingin mendengar pujian orang tentang diri-Nya sendiri. Tetapi, Ia ingin membuat murid-murid-Nya memikirkan dengan penuh perhatian apakah mereka berhasil dalam mengajarkan orang tentang Dia, apakah mereka berhasil menunjukkan kepada orang lain mengenai siapakah Dia? Orang kebanyakan lebih merasa akrab untuk bergaul dengan murid-murid daripada dengan Guru mereka. Jadi, dari merekalah Ia dapat lebih mengetahui apa kata orang banyak itu. Kristus belum memberitahukan orang lain secara terus terang siapa diri-Nya, Ia membiarkan orang menyimpulkan sendiri dari pekerjaan-pekerjaan-Nya (Yoh. 10:24-25). Sekarang Ia ingin mengetahui apa kesimpulan yang ditarik orang berdasarkan pengajaran murid-murid itu dan dari mujizat-mujizat yang dibuat oleh mereka di dalam nama-Nya.
- . Murid-murid-Nya memberikan jawaban atas pertanyaan ini (ay. 14), Ada yang mengatakan Yohanes Pembaptis, dan seterusnya. Ada juga yang mengatakan bahwa Dia adalah Anak Daud (12:23), dan Nabi Besar (Yoh. 6:14). Akan tetapi, tidak ada pendapat lain yang diberikan murid-murid selain daripada pendapat-pendapat tersebut, yang mereka kumpulkan dari orang-orang negeri mereka, dan semuanya jauh menyimpang dari kebenaran.
- Perhatikanlah:
- (1) Ada pendapat yang berbeda-beda. Sebagian berkata begini, yang lainnya begitu. Kebenaran hanya ada satu, dan kalau semua orang berbeda dari kebenaran yang satu itu, maka pasti mereka akan saling berbeda. Demikianlah, pada akhirnya Kristus datang untuk membawa pertentangan (Luk. 12:51). Karena sudah menjadi seorang yang terkenal, setiap orang pasti akan menyatakan pendapatnya mengenai Dia, dan kalau sudah begini, "Banyak orang, banyak pikiran," akibatnya, yang tidak mau mengakui Dia sebagai Kristus, pikirannya akan terus mengembara tanpa ujung dan diburu-buru dengan macam-macam terkaan dan dugaan liar mengenai Dia.
- (2) Pendapat-pendapat itu adalah pendapat yang memberi rasa hormat kepada-Nya, yang mencerminkan penghargaan mereka kepada-Nya, sesuai dengan penilaian terbaik yang dapat mereka berikan. Ini bukanlah pendapat musuh-musuh-Nya, tetapi pendapat yang keluar dari akal sehat dan kebijaksanaan orang-orang yang mengikuti-Nya dengan penuh kasih dan rasa kagum. Perhatikanlah, orang bisa saja memiliki pikiran-pikiran yang baik tentang Kristus, namun belum tentu benar. Mungkin saja mereka memberikan pendapat yang tinggi tentang Dia, namun masih belum cukup tinggi
- (3) Mereka semua menganggap bahwa Kristus adalah salah seorang yang bangkit dari antara orang mati. Pemikiran ini mungkin muncul akibat pemahaman yang keliru mengenai kebangkitan Mesias, yang mengira itu terjadi sebelum Dia mengajar di depan umum, seperti yang terjadi dengan Nabi Yunus. Atau pemahaman mereka mungkin muncul akibat terlalu menilai tinggi kebesaran zaman dulu, yang seolah-olah menganggap mustahil ada seorang yang sangat luar biasa bisa dihasilkan dalam zaman mereka kini, kecuali kalau salah satu dari nenek moyang mereka hidup kembali di masa kini.
- (4) Semua itu adalah pendapat yang salah, yang dibangun di atas dasar yang keliru, bahkan kekeliruan yang disengaja. Pengajaran dan mujizat Kristus menunjukkan bahwa Ia adalah Pribadi yang luar biasa. Tetapi, karena penampilan-Nya begitu sederhana dan berbeda dari apa yang mereka harapkan, mereka tidak mau mengakui-Nya sebagai Mesias, dan hanya mau menghargai-Nya dengan kedudukan yang agak kurang dari Mesias.
- [1] Ada yang mengatakan, Engkau adalah Yohanes Pembaptis. Herodes juga berkata demikian (14:2), dan semua orang yang ada di sekitarnya juga cenderung demikian. Pendapat ini diperkuat lagi oleh pendapat mereka sendiri yang mengatakan bahwa orang yang mati sebagai martir akan dibangkitkan kembali di hadapan orang banyak. Pendapat itu merujuk kepada pemikiran putra kedua dari tujuh bersaudara yang memberikan jawaban kepada Antiokhus, sebagaimana dicatat dalam Kitab Makabe yang kedua [salah satu kitab dalam Deuterokanonika -- ed.], Raja alam semesta akan membangkitkan kami untuk kehidupan kekal, oleh karena kami mati demi hukum-hukum-Nya (2Mak. 7:9).
- [2] Ada juga yang mengatakan, Elia. Tak pelak lagi, kesimpulan ini diambil dari nubuat Maleakhi (Mal. 4:5), Sesungguhnya Aku akan mengutus Nabi Elia kepadamu. Terlebih lagi, karena Elia (sebagaimana Kristus) melakukan banyak mujizat, dan pengangkatan dirinya sendiri secara hidup-hidup ke sorga merupakan mujizat terbesar dari semuanya.
- [3] Ada pula yang mengatakan, Yeremia. Mereka memperhatikan nabi itu, mungkin karena ia adalah nabi yang sering meratap, dan Kristus pun sering berurai air mata. Atau karena Allah telah mengangkat dia atas bangsa-bangsa dan kerajaan-kerajaan (Yer. 1:10), yang mereka pikir sesuai dengan gagasan mereka tentang Sang Mesias.
- [4] Atau salah seorang dari para nabi. Hal ini menunjukkan betapa mereka menghormati para nabi, meskipun mereka adalah keturunan dari mereka yang telah menyiksa dan membunuh nabi-nabi itu (23:29). Bukannya menghargai Yesus dari Nazaret, orang sebangsa mereka, sebagai Pribadi yang luar biasa seperti tampak dari pekerjaan-pekerjaan-Nya, mereka malah berkata, "Itu bukan Dia, Ia hanyalah salah seorang dari para nabi dahulu kala."
- II. Ia menanyakan apa pendapat murid-murid itu sendiri tentang diri-Nya, "Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?" (ay. 15). Kamu telah mengatakan kepada-Ku apa kata orang lain tentang Aku, namun sekarang, dapatkah kamu mengatakan yang lebih baik daripada itu?
- . Karena kedekatan mereka dengan Kristus, para murid telah mendapatkan pengajaran yang lebih baik dan memiliki kesempatan lebih besar untuk memperoleh pengetahuan dibandingkan orang lain. Perhatikanlah, mereka yang menikmati pengetahuan dan anugerah lebih banyak daripada orang lain seharusnya memiliki pengetahuan yang lebih jelas dan berbeda tentang perkara-perkara Allah daripada orang lain. Mereka yang lebih mengenal Kristus seharusnya memiliki pendapat yang lebih benar tentang Dia, dan dapat memberikan penilaian yang lebih baik tentang Dia dibandingkan orang lain.
- . Murid-murid telah dilatih untuk mengajar orang lain, oleh karenanya sangat diharapkan mereka dapat memahami sendiri kebenaran itu: "Kamu yang bertugas memberitakan Injil Kerajaan itu, apa pendapatmu tentang Dia yang mengutus kamu?" Perhatikanlah, para pelayan Tuhan harus diuji terlebih dahulu sebelum mereka diutus, khususnya tentang apa pendapat mereka mengenai Kristus, dan siapa sebenarnya Kristus menurut mereka, karena bagaimana mungkin mereka dapat diakui sebagai hamba Kristus, jika mereka sendiri tidak tahu siapa Dia atau memiliki pendapat yang keliru tentang Dia? Inilah pertanyaan yang harus sering kita tanyakan kepada diri kita sendiri, "Siapakah Tuhan Yesus itu menurut pendapat kita? Apakah Ia sungguh berharga bagi kita? Apakah menurut pandangan kita, Ia mencolok mata di antara selaksa orang? Apakah Ia menjadi buah hati kita?" Keadaan kita akan menjadi baik atau buruk tergantung pada apakah pikiran kita benar atau salah mengenai Yesus Kristus.
- Jadi, inilah pertanyaannya, dan sekarang mari kita perhatikan:
- (1) Jawaban Petrus atas pertanyaan ini (ay. 16). Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan mengenai pendapat orang banyak tentang Kristus, beberapa murid memberikan jawaban, sesuai dengan apa yang mereka dengar dari pembicaraan orang banyak. Tetapi khusus untuk pertanyaan ini, Petrus tampil memberikan jawaban mewakili murid-murid yang lain, dan teman-temannya yang lain menyetujui dan mendukung jawaban tersebut. Perangai Petrus sering kali membuat ia selalu tampil di depan untuk berbicara di semua kesempatan, kadang-kadang ia mampu berbicara dengan baik dan adakalanya ia membuat kekeliruan. Di setiap kumpulan manusia, selalu ada orang-orang yang bersemangat, berani, dan suka bicara lebih dahulu. Dan Petrus tergolong orang seperti itu. Namun, kita juga menemukan murid-murid lain yang berbicara sebagai penyambung lidah teman-temannya, seperti Yohanes (Mrk. 9:38), Tomas, Filipus, dan Yudas, yang bukan Iskariot (Yoh. 14:5, 8, 22). Kenyataan ini memberi bukti bahwa Petrus tidaklah lebih hebat dan lebih unggul daripada rekan-rekannya yang lain, seperti yang selalu dianggap oleh gereja tertentu. Murid-murid memerlukan dia sebagai penilai, itulah yang paling bisa mereka lakukan mengenai dia. Dia ditunjuk mewakili yang lainnya untuk memberikan penilaian mereka, dan pro hâc vide -- hanya sekali ini saja, bukan sebagai diktator atau juru bicara abadi bagi semua, tetapi hanya untuk kesempatan ini saja. Jawaban Petrus singkat saja, tetapi bermakna, benar dan mencapai sasarannya, "Engkau adalah Mesias, Anak Allah Yang Hidup." Ini adalah pengakuan percaya orang Kristen yang ditujukan kepada Kristus, dan merupakan suatu tindakan penyembahan. Jawaban ini merupakan sebuah pengakuan bahwa Allah yang benar itu adalah Allah yang Hidup, berlawanan dengan berhala yang bisu dan mati, dan bahwa Yesus Kristus diutus oleh-Nya untuk memperkenalkan kehidupan kekal. Inilah kesimpulan dari seluruh masalah ini.
- [1] Orang-orang menyebut Dia, seorang Nabi, Nabi itu (Yoh. 6:14), tetapi para murid mengakui-Nya sebagai Kristus, Yang Diurapi, Nabi Besar, Imam Besar, Raja Jemaat, Mesias sejati yang telah dijanjikan kepada nenek moyang mereka, dan yang mereka percaya sebagai Ia yang akan datang. Sungguh suatu hal yang luar biasa bagi murid-murid saat itu untuk memercayai seseorang yang penampilan luarnya sangat berlawanan dari pemikiran orang Yahudi pada umumnya mengenai Mesias.
- [2] Ia menyebut diri-Nya sendiri Anak Manusia, tetapi murid-murid-Nya mengakui Dia sebagai Anak Allah yang Hidup. Orang banyak berpendapat bahwa Ia adalah penjelmaan dari seseorang yang telah lama mati, Elia atau Yeremia, tetapi para murid mengetahui dan memercayai bahwa Ia adalah Anak Allah yang Hidup, yang memiliki hidup di dalam diri-Nya sendiri, dan telah menunjukkan Anak-Nya supaya memiliki hidup itu di dalam diri-Nya sendiri, dan untuk kemudian menjadi Hidup untuk dunia ini. Jika Ia adalah Anak Allah yang Hidup, pasti Ia memiliki sifat yang sama dengan Allah, meskipun sifat ilahi-Nya kini tertutup oleh tabir kedagingan yang dikenakan-Nya. Namun, orang-orang yang dapat melihat menembus tubuh jasmani itu akan melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran. Sekarang, dapatkah kita dengan penuh keyakinan iman memeluk pengakuan ini? Kalau memang dapat, marilah kita dengan sepenuh hati dan penyembahan yang sungguh-sungguh datang kepada Kristus, dan berkata kepada-Nya, "Tuhan Yesus, Engkaulah Kristus, Anak Allah Yang Hidup."
- (2) Persetujuan Kristus akan jawaban Petrus (ay. 17-19). Dalam jawabannya itu, Petrus bertindak sebagai orang percaya dan sebagai seorang rasul.
- [1] Sebagai seorang percaya (ay. 17). Kristus menunjukkan rasa senangnya terhadap pengakuan Petrus, yang sangat jelas dan langsung, tanpa kata-kata keraguan atau persyaratan; begitulah kata kita. Perhatikanlah, Kristus sangat berkenan dengan murid-murid yang penuh pengetahuan dan anugerah. Kristus menunjukkan kepada Petrus dari mana pengetahuan tentang kebenaran itu didapatnya. Masa-masa ketika Injil baru diberitakan, penemuan kebenaran ini sungguh merupakan suatu hal yang sangat besar. Tidak semua orang memiliki pengetahuan ini, kecuali dia memiliki iman.
- Namun:
- Pertama-tama, sungguh beruntunglah Petrus. Berbahagialah engkau Simon bin Yunus. Kristus mengingatkannya tentang kelahiran dan asal usulnya, sebagai keturunan orang kebanyakan, ketidakjelasan silsilah asal usulnya. Ia adalah anak Yunus -- anak merpati, begitulah kata beberapa orang. Hendaknya ia mengingat gunung batu yang dari padanya ia terpahat, supaya ia melihat bahwa ia tidak dilahirkan untuk kemuliaan ini tetapi dijadikan demikian oleh perkenanan ilahi. Hanya karena anugerah yang cuma-cuma, ia dijadikan berbeda. Orang-orang yang telah menerima Roh Allah harus mengingat siapakah Bapa mereka (1Sam. 10:12). Sesudah mengingatkan Petrus akan hal ini, Ia membuat Petrus menyadari kebahagiaannya yang besar sebagai seorang percaya, Berbahagialah engkau. Perhatikanlah, orang-orang yang sungguh percaya kepada Kristus benar-benar berbahagia. Orang-orang yang dinyatakan Kristus berbahagia akan sungguh-sungguh berbahagia. Ia berkata mereka berbahagia, maka terjadilah demikian. "Petrus, engkau sungguh seorang yang berbahagia, yang tahu bersorak sorai" (Mzm. 89:16). Berbahagialah matamu (13:16). Kebahagiaan penuh akan menyertai setiap pengenalan yang benar akan Kristus.
- Kedua, kemuliaan hanya bagi Allah, "Sebab bukan manusia yang menyatakan itu kepadamu. Kamu mendapatkan hal itu bukan karena akal budimu atau kepandaianmu, juga bukan karena pengajaran atau keterangan dari orang lain. Jelas bahwa hal ini bukan berasal dari diri sendiri atau pendidikan, tetapi dari Bapa di sorga."
- Perhatikanlah:
- . Agama Kristen adalah agama yang diwahyukan, berasal dari sorga. Ini adalah agama yang datang dari atas, diwahyukan oleh Allah, bukan berasal dari ajaran para ahli filsafat, juga bukan berasal dari ilmu politik para negarawan.
- . Iman yang menyelamatkan merupakan pemberian dari Allah, dan di mana pun hal itu terjadi, semuanya dikerjakan oleh Dia, sebagai Bapa dari Tuhan Yesus Kristus, untuk kepentingan-Nya, dan karena pengantaraan-Nya (Flp. 1:29). Oleh karena itu, kamu berbahagia, karena Bapa-Ku telah menyatakan hal itu kepadamu. Perhatikanlah, pengungkapan mengenai Kristus kepada kita dan di dalam diri kita merupakan bukti atau tanda luar biasa mengenai kehendak baik Allah. Pengungkapan ini juga merupakan dasar yang kokoh untuk memperoleh kebahagiaan sejati. Berbahagialah mereka yang diberkati Allah secara istimewa.
- Mungkin Kristus melihat semacam kesombongan atau sikap mencari kemuliaan yang sia-sia dalam pengakuan Petrus, sebuah dosa yang sangat halus dan tersembunyi, yang mudah terselip ketika kita melakukan kewajiban-kewajiban kita yang baik. Sulit bagi orang baik untuk membandingkan dirinya dengan orang lain dan tidak merasa sombong mengenai diri sendiri. Untuk mencegah hal ini, sebaiknya kita menyadari bahwa kita terpilih dari antara orang lain bukanlah karena hasil usaha kita sendiri, tetapi oleh karena pemberian cuma-cuma kepada kita melalui anugerah Allah. Karena itu, tidak ada yang dapat kita bangga-banggakan (Mzm. 115:1; 1Kor. 4:7).
- [2] Kristus menanggapi pernyataan Petrus dengan memperlakukan Petrus sebagaimana layaknya seorang rasul atau pelayan Kristus (ay. 18-19). Dengan mengatasnamakan jemaat, Petrus telah mengakui Kristus; karena itulah, janji yang dimaksudkan untuk jemaat ditujukan pula kepadanya. Perhatikanlah, tidak ada ruginya untuk menjadi yang terdepan dalam mengakui Kristus, sebab siapa yang menghormati Dia, akan dihormati-Nya.
- Pada kesempatan ini, saat Kristus diagungkan dengan pengakuan ini, yang memperlihatkan penghormatan dan kesetiaan jemaat, Ia mengesahkan dan mengumumkan piagam Kerajaan-Nya, sebuah piagam ilahi, dan dengan ini pula dibentuklah lembaga pemerintahan jemaat. Seperti itulah hubungan Kristus dengan jemaat-Nya, Sang Mempelai Laki-laki dengan pengantin perempuan, diatur. Sejak semula, jemaat di dunia ini adalah milik Allah, dan jemaat itu didirikan di atas batu karang Benih keturunan yang dijanjikan (Kej. 3:15). Tetapi sekarang, Benih keturunan yang dijanjikan itu sedang datang, sehingga jemaat memerlukan sebuah piagam perjanjian yang baru sebagai jemaat Kristen, dan berdiri di atas dasar hubungan Kristus yang telah tiba. Sekarang, di sini kita telah mendapatkan piagam perjanjian tersebut. Namun, sayang seribu kali sayang, bahwa perkataan Kristus yang menjadi pendukung utama Kerajaan Kristus ini diputarbalikkan dan disalahgunakan untuk melayani Antikristus. Iblis telah menggunakan kecerdikannya untuk memutarbalikkan perkataan itu, seperti yang dilakukannya terhadap janji Tuhan yang ada di dalam Mazmur 91:11, yang diputarbalikkan untuk mencapai maksudnya sendiri (4:6). Mungkin kedua ayat tadi dan firman-Nya yang disampaikan kepada Petrus ini diputarbalikkannya karena mereka menghalangi jalannya, sehingga ia membenci mereka.
- Sekarang, makna piagam perjanjian ini adalah:
- Pertama, untuk menetapkan keberadaan jemaat-Nya, Aku pun berkata kepadamu. Kristuslah yang memberikan hak tersebut, karena Ia adalah Kepala Jemaat, Pemimpin Umat, yang kepada-Nya segala penghakiman diberikan, dan yang dari-Nya segala kuasa berasal. Ia melakukannya sesuai dengan kewenangan yang diterima-Nya dari Bapa dan janji-Nya untuk menyelamatkan mereka yang terpilih. Perjanjian ini diberikan kepada Petrus, "Aku berkata kepadamu." Janji-janji di dalam Perjanjian Lama yang berkaitan dengan jemaat-Nya diberikan langsung kepada orang-orang tertentu, yang bersungguh-sungguh dalam iman dan kekudusan, seperti kepada Abraham dan Daud. Namun, janji-janji tersebut tidak memberikan suatu jabatan tertinggi kepada orang-orang tersebut, apa lagi kepada para pengganti mereka. Demikian halnya dengan piagam Perjanjian Baru ini, walaupun disampaikan kepada Petrus sebagai seorang pelaksana, ditujukan untuk digunakan dan dimanfaatkan oleh jemaat di segala zaman, sesuai dengan tujuan yang diuraikan dan terkandung di dalam piagam perjanjian tersebut.
- Sekarang, inilah yang dijanjikan di sini:
- . Bahwa Kristus akan mendirikan jemaat-Nya di atas batu karang. Lembaga pemerintahan jemaat ini dibentuk sesuai rancangan dan nama Jemaat Kristus. Jemaat ini ini terdiri atas sejumlah anak manusia yang dipanggil keluar dari dunia ini, dipisahkan dari dunia, dan dipersembahkan kepada Kristus. Ini bukan jemaat-mu tetapi jemaat-Ku. Petrus mengingat hal ini, ketika ia memperingatkan para pelayan Tuhan untuk tidak berbuat seolah-olah memerintah atas orang-orang yang dipercayakan kepada mereka. Jemaat itu khusus milik Kristus, dan hanya untuk Dia. Dunia ini adalah milik Allah, termasuk mereka yang ada di dalamnya, tetapi jemaat adalah sisa umat terpilih, yaitu orang-orang yang memiliki hubungan dengan Allah melalui Kristus sebagai Sang Pengantara. Jemaat itu membawa citra dan nama-Nya.
- (1) Pendiri dan Pembentuk jemaat adalah Kristus sendiri; Aku akan mendirikan jemaat-Ku. Jemaat adalah sebuah Bait Allah yang didirikan oleh Kristus (Za. 6:11-13). Dalam hal ini, Salomo melambangkan Kristus, begitu juga Koresy (Yes. 44:28). Semua bahan bangunan dan pekerja adalah milik-Nya. Melalui karya Roh-Nya di dalam pemberitaan firman-Nya, Ia menambahkan jiwa-jiwa ke dalam jemaat-Nya, dan dengan begitu Ia membangun bait itu dengan batu-batu hidup (1Ptr. 2:5). Kamu adalah bangunan Allah, dan membangun adalah suatu pekerjaan yang terus-menerus berlangsung. Jemaat di dunia ini barulah dalam tahap in fieri -- dalam pembentukan, seumpama sebuah rumah yang sedang dibangun. Sungguh menjadi penghiburan besar bagi semua orang yang mengharapkan hal-hal yang baik bagi jemaat, bahwa Kristuslah, yang memiliki hikmat dan kuasa ilahi, yang bertanggung jawab untuk membangunnya.
- (2) Dasar yang di atasnya bangunan tersebut didirikan adalah Batu Karang ini. Arsitek boleh saja berusaha semampu-mampu dia, tetapi jikalau dasar bangunan itu buruk, maka bangunan itu tidak akan dapat berdiri. Karena itu marilah kita lihat seperti apa dasar bangunan itu, dan tidak bisa tidak, yang dimaksud dengan dasar itu adalah Kristus sendiri, karena tidak ada lagi dasar lain yang bisa diletakkan orang (Yes. 28:16).
- [1] Jemaat-Nya dibangun di atas batu karang, sebuah dasar yang kokoh, kuat, dan tahan lama, tidak akan lekang oleh waktu, juga tidak akan runtuh karena beratnya bangunan. Kristus tidak akan membangun jemaat-Nya di atas pasir, karena Ia tahu angin ribut dan badai akan datang. Batu karang itu tinggi (Mzm. 61:3), jemaat Kristus tidak dibangun sama tinggi dengan dunia ini. Batu karang itu besar dan membentang jauh, demikian juga dasar bangunan jemaat, semakin besar akan semakin kokoh. Orang-orang yang bukan sahabat Kristus akan berusaha menyempitkan dasar bangunan jemaat.
- [2] Jemaat itu dibangun di atas batu karang ini, engkau adalah Petrus, yang berarti batu atau batu karang. Kristus memberinya nama itu, ketika pertama kali Ia memanggilnya (Yoh. 1:42), dan sekarang Ia menegaskannya, "Petrus, seperti arti namamu, engkau adalah seorang murid yang kuat, penting, kokoh dan berpendirian, serta seorang yang menjadi andalan orang lain. Petrus adalah namamu, kekuatan dan keteguhan ada padamu. Kamu tidak akan terguncang oleh gelombang pendapat orang banyak yang meragukan keberadaan-Ku, engkau tetap teguh dalam kebenaran yang telah kamu terima sekarang ini" (lihat 2Ptr. 1:12). Demikianlah, dengan menyebut nama yang sungguh bermakna ini, Kristus memakai perumpamaan membangun di atas batu karang, dan ada beberapa tafsiran mengenainya:
- Pertama, dengan perumpamaan batu karang ini, sebagian orang memahami Petrus sebagai seorang rasul, ketua, meskipun bukan seorang raja, dari kedua belas murid ini. Ia yang paling senior dari antara mereka, namun bukan berarti lebih tinggi atau lebih unggul daripada yang lainnya. Jemaat didirikan di atas dasar para rasul itu (Ef. 2:20). Batu-batu pertama dari bangunan itu diletakkan di dalam dan melalui pelayanan mereka. Karena itulah nama-nama mereka dikatakan sebagai tertulis pada dasar-dasar dari kota Yerusalem baru (Why. 21:14). Sekarang, Petrus menjadi rasul yang meletakkan batu pertama bagi jemaat yang ada, baik dalam memenangkan orang Yahudi (Kis. 2), maupun orang bukan-Yahudi (Kis. 10). Dalam pengertian tertentu, ia dikatakan sebagai batu karang yang di atasnya jemaat itu didirikan. Tampaknya, Kefas merupakan seorang sokoguru jemaat (Gal. 2:9). Namun, kedengarannya sangatlah tidak enak untuk menyebut seorang manusia yang hanya meletakkan batu pertama dari bangunan tersebut sebagai dasar dari bangunan yang didirikan itu sendiri, padahal ia hanya melakukan suatu tindakan yang bersifat sementara saja, sedangkan yang menjadi dasar itu haruslah sesuatu yang tetap sifatnya. Jika memang benar, maka pendapat ini tidak mendukung pernyataan untuk menjadikannya sebagai Uskup Roma, karena dia tidak mengklaim haknya untuk menduduki jabatan tersebut, apa lagi memberikannya kepada orang lain sebagai penggantinya. Apakah mereka layak untuk menggantikannya juga masih merupakan suatu pertanyaan, tetapi menurut kebenaran Kristen, penggantian seperti ini tidaklah benar.
- Kedua, sebagian lagi memahami batu karang ini sebagai Kristus, "Engkau Petrus, namamu berarti batu, tetapi di atas batu karang ini, sambil menunjuk kepada diri-Nya sendiri, Aku akan membangun jemaat-Ku." Mungkin Yesus meletakkan tangan-Nya di atas dada-Nya, sama seperti ketika Ia berkata, "Rombak Bait Allah ini" (Yoh. 2:19). Ketika itu, yang dimaksudkan-Nya sebagai Bait Allah ialah tubuh-Nya sendiri. Ketika itu, Ia sedang berada di Bait Allah dan menggunakan kesempatan itu untuk berbicara mengenai diri-Nya, sehingga membuat sebagian orang salah memahami-Nya. Begitu pula di sini, ketika sedang berbicara mengenai Petrus, Ia mengambil kesempatan itu untuk berbicara mengenai diri-Nya sendiri sebagai Batu Karang itu, dan ini membuat sebagian orang salah mengartikan Dia sebagai Petrus. Namun, hal ini dapat dijelaskan oleh sejumlah ayat Kitab Suci yang berbicara tentang Kristus sebagai satu-satunya Dasar Jemaat (1Kor. 3:11; 1Ptr. 2:6). Kristus adalah Pendiri dan juga Dasar Bangunan. Ia menarik jiwa-jiwa dan membawa mereka kepada-Nya; kepada-Nya mereka dipersatukan, dan pada-Nya mereka beristirahat dan bergantung terus.
- Ketiga, ada sebagian orang lagi yang mengartikan batu karang ini sebagai pengakuan yang dibuat Petrus mengenai Kristus, dan dengan sendirinya ini berarti Kristuslah yang dimaksudkan dengan batu karang itu. Sungguh suatu pengakuan baik yang disaksikan Petrus, Engkau adalah Kristus, Anak Allah Yang Hidup. Murid-murid yang lain pun menyetujui pendapat itu. "Sekarang," kata Kristus, "di atas kebenaran yang luar biasa inilah, Aku akan mendirikan jemaat-Ku."
- . Singkirkan kebenaran itu, maka semua jemaat di seluruh dunia ini akan runtuh. Jika Kristus bukan Anak Allah, maka Kekristenan adalah suatu kebohongan, dan jemaat hanyalah khayalan belaka; sia-sialah pemberitaan kami dan sia-sialah juga kepercayaan kamu dan kamu masih hidup dalam dosamu (1Kor. 15:14-17). Jika Yesus bukanlah Kristus, maka orang-orang yang mengakui Dia, bukanlah jemaat, tetapi hanyalah kumpulan penipu dan orang yang tertipu.
- . Coba singkirkan iman dan pengakuan akan kebenaran ini dari suatu jemaat, maka jemaat ini tidak akan lagi menjadi bagian dari jemaat Kristus, dan kembali kepada keadaan dan watak ketidaksetiaan. Inilah yang disebut articulus stantis et cadentis ecclesia -- dengan pengakuan atau penyangkalan itu, jemaat akan bangkit atau runtuh; "pada engsel utama inilah pintu keselamatan berputar." Siapa yang mengabaikan hal ini, ia tidak berpegang pada dasar bangunan itu, dan kalau sudah begini, meskipun mereka menyebut diri orang Kristen, sebenarnya mereka sedang membohongi diri sendiri, karena jemaat adalah kumpulan orang kudus, dipersatukan berdasarkan kepastian dan keyakinan akan kebenaran yang agung ini. Agunglah dan jayalah kebenaran pengakuan iman kita ini.
- . Di sini, Kristus berjanji untuk memelihara dan melindungi jemaat-Nya ketika jemaat itu dibangun; Alam maut tidak akan menguasainya, tidak akan sanggup melawan kebenaran ini, dan tidak akan dapat melawan jemaat yang dibangun di atasnya.
- (1) Ini menyiratkan bahwa jemaat memiliki musuh yang berperang melawannya dan berusaha meruntuhkannya sampai hancur lebur, yang di sini diwakili oleh alam maut, yaitu, kota neraka (yang secara langsung berlawanan dengan kota sorgawi, yaitu kota Allah yang hidup). Inilah yang menjadi tujuan Iblis di antara anak-anak manusia. Alam maut merupakan kekuasaan dan pemerintahan kerajaan Iblis, tanduk dan kepala naga, yang dengannya dia berperang melawan Anak Domba. Semua ini berasal dari alam maut, disusun dan dirancang di sana. Peperangan melawan jemaat dilakukan dengan menentang kebenaran Injil, merusak ketetapan Injil, menganiaya pelayan-pelayan dan orang-orang Kristen yang baik, menarik atau mengendalikan, membujuk dengan tipu daya atau memaksakan dengan kejam pengajaran-pengajaran yang bertentangan dengan kemurnian hidup beragama. Inilah rancangan alam maut, untuk melenyapkan nama Kekristenan (Mzm. 83:5), untuk menyesatkan seluruh dunia (Why. 12:9), untuk meratakan kota ini dengan tanah.
- (2) Hal ini meyakinkan kita bahwa musuh-musuh jemaat tidak akan berhasil melaksanakan maksud dan rancangan mereka. Selama dunia masih ada, Kristus akan tetap memiliki jemaat di dalamnya. Di dalam jemaat-Nya kebenaran dan ketetapan-Nya akan selalu diakui dan dipelihara, meskipun banyak perlawanan dari kuasa kegelapan. Mereka tidak akan menguasainya, (Mzm. 129:1-2). Namun, hal ini tidaklah berarti bahwa semua jemaat akan aman-aman saja, bahwa tidak akan ada penguasa gereja atau jemaat yang tidak akan berbuat salah, tidak akan pernah murtad atau dihancurkan. Yang benar adalah bahwa di mana saja, agama Kristen itu pasti ada, meskipun tidak selalu ada pada tingkat kemurnian dan kemuliaan yang sama. Dengan demikian, warisan jemaat itu tidak akan pernah dapat dihentikan sama sekali. Perempuan itu tetap terpelihara, meskipun berada di padang gurun (Why. 12:14), dihempaskan namun tidak binasa (2Kor. 4:9). Kejahatan memang menyedihkan, penganiayaan sungguh menyusahkan, namun tidak satu pun yang dapat membinasakan. Jemaat akan dikalahkan di dalam beberapa kesempatan tertentu, namun di dalam peperangan yang menentukan, jemaat akan muncul lebih dari pada orang yang menang. Orang-orang percaya secara istimewa dan luar biasa akan terpelihara dalam kekuatan Allah karena iman mereka dalam menantikan keselamatan (1Ptr. 1:5).
- Kedua, bagian lain dari piagam perjanjian ini menetapkan peraturan dan pemerintahan jemaat (ay. 19). Ketika sebuah kota atau masyarakat dibentuk, ditunjuklah sejumlah pejabat dan diberi wewenang untuk bertindak demi kebaikan bersama. Sebuah kota tanpa pemerintahan akan kacau. Sekarang, pembentukan pemerintahan jemaat ini dinyatakan melalui penyerahan kunci, dan bersama dengan itu, pemberian kuasa untuk mengikat dan melepaskan. Hal ini tidak boleh diartikan sebagai kuasa khusus yang diberikan kepada Petrus, seolah-olah ia adalah satu-satunya penjaga Kerajaan Sorga dan memiliki kunci Daud yang hanya boleh dimiliki oleh Anak Daud. Tidak, kekuasaan ini juga diberikan kepada semua rasul dan para penggantinya, suatu kuasa pelayanan untuk membimbing dan memerintah jemaat Kristus sesuai dengan ketentuan Injil, seperti yang kita lihat ada di dalam suatu perkumpulan jemaat atau gereja. Claves regni cælorum in B. Petro apostolo cuncti suscepimus sacerdote -- Kami semua yang adalah imam-imam menerima kunci Kerajaan Sorga melalui Rasul Petrus yang terkasih (dikutip dari Ambrosius [338-397], Uskup Milan). Petrus hanya menjadi orang pertama yang menerima kunci tersebut, karena dialah orang pertama yang membuka pintu iman bagi orang-orang bukan-Yahudi (Kis. 10:28). Seperti halnya seorang raja, yang dalam penyerahan piagam perjanjian kepada sebuah lembaga pemerintahan, memberikan wewenang kepada para pejabat pelaksana undang-undang untuk menyelenggarakan pengadilan atas namanya, memeriksa perkara, dan memutuskan perkara hukum yang berlaku, dengan menyadari bahwa apa yang ia laksanakan seolah-olah juga dilaksanakan di mahkamah agung, demikian juga halnya dengan Kristus, setelah membentuk jemaat-Nya, Ia juga membentuk lembaga pelayanan untuk memelihara ketertiban dan pemerintahan, serta untuk memastikan bahwa hukum-hukum-Nya dilaksanakan sebagaimana mestinya, Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Sorga. Ia tidak berkata, "Kepadamu telah Kuberikan kunci," atau "Kepadamu Kuberikan sekarang kunci," tetapi "Kepadamu akan Kuberikan kunci," yang berarti akan diberikan setelah kebangkitan-Nya; tatkala Ia naik ke tempat tinggi, Ia memberikan pemberian-pemberian kepada manusia (Ef. 4:8). Kemudian, kuasa ini benar-benar diberikan, bukan hanya kepada Petrus, tetapi kepada semua yang lain (28:19-20; Yoh. 20:21). Ia tidak berkata, "Kunci akan diberikan," tetapi, "Aku akan memberikan"; karena para pelayan mendapatkan wewenang mereka dari Kristus, dan seluruh kuasa mereka digunakan dalam nama-Nya (1Kor. 5:4).
- Sekarang:
- . Kuasa yang diberikan di sini adalah kuasa rohani. Kuasa ini berkaitan dengan Kerajaan Sorga, tepatnya jemaat-Nya, yang merupakan bagian dari Kerajaan-Nya itu, yang giat bekerja di sini, di bumi ini, untuk memberitakan Injil. Hal ini sepenuhnya berkaitan dengan kuasa kerasulan dan pelayanan. Kuasa yang diberikan di sini bukanlah kekuasaan negara atau duniawi, karena Kerajaan Kristus bukan dari dunia ini. Karena itu, pengajaran mereka adalah hal-hal yang berkaitan dengan Kerajaan Allah (Kis. 1:3).
- . Yang diberikan di sini adalah kuasa dari kunci-kunci itu, yang mengacu kepada kebiasaan pemberian kuasa kepada orang-orang di suatu tempat dengan memberikan mereka kunci atas tempat itu. Ini seperti seorang tuan rumah yang memberikan kunci kepada hambanya, yaitu kunci gudang tempat menyimpan persediaan makanan, supaya ia dapat memberikan makanan kepada semua hamba di rumah pada waktunya (Luk. 12:42), atau menolak memberikannya sesuai dengan peraturan keluarga itu. Hamba-hamba Kristus adalah orang yang kepadanya dipercayakan rahasia Allah (1Kor. 4:1; Tit. 1:7). Elyakim, yang memegang kunci rumah Daud, adalah kepala istana (Yes. 22:22).
- . Ini adalah suatu kuasa untuk mengikat dan melepas, artinya (mengikuti kiasan tentang kunci) untuk menutup dan membuka. Yusuf, yang menjadi tuan atas istana Firaun dan kuasa atas segala harta kepunyaannya, memiliki kuasa untuk memberikan petunjuk kepada para pembesarnya dan mengajarkan hikmat kepada kepada para tua-tuanya (Mzm. 105:21-22). Ketika gudang-gudang penyimpanan makanan dan harta telah ditutup dari siapa pun, maka mereka diikat, interdico tibi aquâ et igne -- Aku melarang engkau memakai api dan air; ketika tempat-tempat penyimpanan tersebut dibuka lagi bagi mereka, mereka dilepaskan dari ikatan itu, bebas dari penghakiman, dan dipulihkan kebebasannya.
- . Ini adalah kuasa yang telah dijanjikan Kristus kepada murid-murid-Nya untuk digunakan dalam pemerintahan jemaat. Ia akan mengesahkan penghukuman yang dijatuhkan para pelayan-Nya dengan bukti pengesahan dari Dia sendiri, akan terikat di sorga, dan terlepas di sorga. Tidak berarti Kristus mewajibkan diri-Nya untuk menyetujui semua penghukuman jemaat sebagai benar atau salah, tetapi apa yang mereka perkatakan itu harus sesuai dengan perkataan-Nya, clave non errante -- kunci tersebut memutar ke arah yang benar, supaya dengan demikian perkataan mereka itu dimeteraikan di sorga. Artinya, perkataan Injil yang ada di dalam mulut para pelayan yang setia, akan diperhatikan dengan sungguh-sungguh, bukan sebagai perkataan manusia, tetapi sebagai firman Allah, dan akan diterima sebagaimana mestinya (1Tes. 2:13; Yoh. 12:20).
- Sekarang, yang dimaksud dengan kunci Kerajaan Sorga adalah:
- (1) Kunci pengajaran, yang disebut kunci pengetahuan. "Tugasmu adalah menjelaskan kepada dunia ini kehendak Allah, baik sebagai kebenaran maupun sebagai kewajiban, dan untuk melaksanakan tugas ini, kamu akan memiliki kuasa perutusan, hak untuk menggunakan kuasa dan perintah penuh untuk mengikat dan melepaskan." Ini adalah istilah umum yang digunakan oleh bangsa Yahudi pada masa itu untuk melarang dan memperbolehkan; mengajar atau menyatakan sesuatu sebagai melanggar hukum berarti mengikat, sedangkan benar menurut hukum berarti melepaskan. Sekarang para rasul memiliki kuasa yang luar biasa untuk melakukan hal seperti ini; beberapa hal yang dulunya dilarang oleh hukum Musa kini diperbolehkan, seperti larangan memakan makanan tertentu. Beberapa hal yang dulunya diperbolehkan oleh hukum Musa, kini dilarang, misalnya perceraian. Para rasul juga diberikan kuasa penuh untuk menyatakan hal ini kepada seluruh dunia, dan orang boleh memercayai dan menaati perkataan mereka. Ketika Petrus pertama kali mengajar dirinya dan kemudian mengajar orang lain untuk tidak menyebut sesuatu sebagai najis atau tidak tahir, kuasa ini diterapkan. Juga ada kuasa biasa yang diberikan kepada semua pelayan Tuhan, yaitu untuk memberitakan Injil sebagai pejabat-pejabat yang ditunjuk untuk itu, untuk memberi tahu banyak orang di dalam nama Allah dan sesuai dengan Kitab Suci, mengenai apa yang baik dan apa yang Tuhan kehendaki dari mereka, dan: mereka yang memberitakan seluruh maksud Allah, harus menggunakan kunci-kunci ini dengan baik (Kis. 20:27).
- Beberapa orang mengaitkan tindakan pemberian kunci dengan kebiasaan bangsa Yahudi dalam melantik seorang ahli Taurat, yaitu dengan meletakkan kunci kotak tempat menyimpan kitab Taurat ke dalam tangan orang bersangkutan. Penyerahan kunci ini menunjukkan bahwa ia diberi kuasa untuk mengambil dan membacanya. Sedangkan mengikat dan melepas menunjuk kepada kebiasaan yang mereka lakukan terhadap kitab-kitab mereka, yang berbentuk gulungan. Mereka menutup kitab itu dengan cara mengikatnya dengan seutas tali, dan melepaskan ikatan tali itu bila membukanya. Kristus memberikan kuasa kepada para rasul-Nya untuk menutup atau membuka kitab Injil bagi banyak orang, sesuai kebutuhan. Lihatlah penggunaan kuasa ini (Kis. 13:46; 18:6). Ketika para pelayan Tuhan memberitakan pengampunan dan pendamaian kepada mereka yang mau bertobat, serta memberitakan murka dan kutuk kepada orang yang menolak bertobat, mereka menggunakan kuasa ini di dalam nama Kristus, untuk mengikat dan melepaskan.
- (2) Kunci penertiban atau pendisiplinan, yaitu penerapan pengajaran kepada orang-orang tertentu berdasarkan perkiraan yang tepat tentang watak dan tindakan mereka. Kuasa ini bukanlah kuasa untuk membuat hukum, tetapi kuasa yang berkaitan dengan pengadilan. Seorang hakim tidak membuat hukum, ia hanya menyatakan hukum apa yang berlaku, dan berdasarkan penyelidikan yang adil menjatuhkan hukuman yang sesuai. Seperti itulah kuasa dari kunci-kunci tersebut, di mana pun kuasa itu diterapkan dalam kaitan dengan keanggotaan jemaat dan hak-hak istimewa yang ada di dalamnya.
- [1] Para pelayan Kristus memiliki kuasa untuk mengumumkan di dalam jemaat, "Pergilah, jadikan semua bangsa murid-Ku, baptislah mereka. Mereka yang mengaku percaya kepada Kristus dan menaati Dia, terimalah mereka dan anggota keluarga mereka menjadi anggota jemaat melalui baptisan." Para pelayan harus membiarkan orang-orang yang diundang untuk masuk ke dalam perjamuan kawin, dan mengusir mereka yang terbukti tidak layak untuk mengikuti persekutuan yang begitu kudus.
- [2] Mereka memiliki kuasa untuk mengusir dan melempar keluar orang-orang yang telah kehilangan keanggotaan jemaat, itulah kuasa mengikat. Menolak memberikan janji Injil dan meterai bagi orang-orang yang tidak percaya, dan menyatakan orang seperti itu sebagai empedu yang pahit dan terjerat dalam kejahatan, bahwa mereka tidak memiliki bagian atau hak dalam perkara ini, sebagaimana yang dinyatakan Petrus kepada Simon, si ahli sihir, meskipun ia telah dibaptis. Ini merupakan ikatan yang mendatangkan penghakiman Allah.
- [3] Mereka memiliki kuasa untuk memulihkan dan menerima kembali orang-orang yang telah dibuang, ketika mereka menyesali dosa-dosa mereka. Kuasa itu melepaskan orang-orang yang pernah mereka ikat, dengan menyatakan, bahwa jika penyesalan mereka benar-benar tulus, janji pengampunan akan menjadi milik mereka. Para rasul memiliki karunia mujizat untuk membedakan bermacam-macam roh. Sekalipun tidak tampak dari luar (Kis. 8:21; 1Kor. 5:1; 2Kor. 2:7; 1Tim. 1:20), para pelayan Tuhan masih bisa menilai roh itu, asalkan mereka terampil dan setia.
- Terakhir, inilah perintah yang diberikan Kristus kepada murid-murid-Nya supaya mereka merahasiakan percakapan pribadi tersebut untuk sementara waktu (ay. 20), Mereka tidak boleh memberitahukan kepada siapa pun bahwa Ia adalah Yesus, Sang Mesias. Apa yang telah mereka akui di hadapan-Nya, tidak boleh mereka beri tahukan kepada dunia, karena beberapa alasan:
- . Karena saat itu adalah masa persiapan bagi Kerajaan-Nya. Perkara besar yang diberitakan sekarang adalah, Kerajaan Sorga sudah dekat. Karena itu, ada hal-hal lain yang harus ditegaskan terlebih dahulu untuk membuka jalan yang sesuai bagi Kristus, misalnya, pengajaran tentang pertobatan. Kebenaran yang luar biasa ini belum waktunya untuk diberitakan, karena di dalam-Nya dan dengan-Nya Kerajaan Sorga itu nanti akan didirikan. Segala sesuatu indah pada waktunya, dan inilah sebuah nasihat yang baik, Selesaikanlah pekerjaanmu, baru kemudian dirikanlah rumahmu (Ams. 24:27).
- . Kristus menginginkan keberadaan diri-Nya sebagai Mesias dibuktikan oleh pekerjaan-pekerjaan-Nya. Dan Ia lebih menyukai apabila pekerjaan-pekerjaan itulah yang bersaksi tentang Dia, bukan murid-murid-Nya, karena kesaksian mereka sama seperti kesaksian-Nya juga, dan ini tidak diinginkan-Nya (Yoh. 5:31, 34). Ia merasa sangat yakin akan mujizat-mujizat yang ditunjukkan-Nya, sehingga Ia menghindari adanya kesaksian lain (Yoh. 10:25, 38).
- . Sebab kalau sekiranya mereka mengenal bahwa Ia adalah Mesias, mereka tidak menyalibkan Tuhan yang mulia (1Kor. 2:8).
- . Kristus melarang rasul-rasul-Nya memberitakan hal ini, sampai mereka memiliki bukti paling meyakinkan yang siap untuk menegaskan kebenaran ini. Kebenaran-kebenaran besar dapat menjadi rusak karena diungkapkan terlampau dini sebelum memiliki bukti yang cukup. Sekarang, bukti luar biasa mengenai keberadaan Yesus sebagai Kristus adalah kebangkitan-Nya, karena oleh kebangkitan-Nyalah dinyatakan bahwa Ia adalah Anak Allah yang berkuasa. Itulah sebabnya hikmat ilahi melarang kebenaran ini diberitakan, sampai kebangkitan itu dapat dinyatakan sebagai bukti terhadap kebenaran itu.
- . Para pemberita kebenaran yang begitu agung ini perlu dilengkapi kuasa Roh yang lebih besar daripada yang mereka miliki selama ini. Oleh karena itu, pernyataan secara terbuka tentang kebenaran itu harus ditunda sampai Roh Kudus dicurahkan ke atas mereka. Begitulah, ketika Kristus dimuliakan dan Roh-Nya dicurahkan, kita melihat Petrus memberitakan dari atap rumah, apa yang dibisikkan di sudut kamar (Kis. 2:36), Bahwa Allah telah membuat Yesus, yang kamu salibkan itu, menjadi Tuhan dan Kristus. Jadi, ada waktu untuk berdiam diri, ada waktu untuk berbicara.
SH: Mat 16:13-28 - Iman: kata dan perbuatan. (Jumat, 11 Februari 2005) Iman: kata dan perbuatan.
Pengakuan iman yang benar bersumber dari Allah. Akan tetapi,
pengakuan iman saja tidak cukup. Pengakuan iman itu h...
Iman: kata dan perbuatan.
Pengakuan iman yang benar bersumber dari Allah. Akan tetapi,
pengakuan iman saja tidak cukup. Pengakuan iman itu harus
disertai tindakan pembaruan hidup yang nyata dalam mengikut
Tuhan.
Petrus mengungkapkan pengakuan iman tentang Yesus sebagai Mesias, Anak Allah yang hidup! (ayat 16). Pengakuan Petrus ini benar karena berasal dari Allah Bapa (ayat 17). Oleh sebab itu, Yesus menegaskan bahwa di atas dasar pengakuan iman inilah gereja akan berdiri. Ketika gereja mendasarkan dirinya pada Allah maka gereja menjadi agen Allah untuk rencana keselamatan-Nya bagi manusia (ayat 18). Keselamatan yang ditawarkan Allah inilah kunci Kerajaan Surga yang mampu melepaskan belenggu dosa dan mengikat mereka yang percaya kepada-Nya menjadi bagian dari warga Kerajaan Surga (ayat 19).
Yesus mengingini pengakuan Petrus yang spontan itu diwujudnyatakan dalam tindakan. Itu sebabnya, dituntut kepercayaan mutlak Petrus akan rencana Allah di balik penderitaan Yesus walaupun ia belum mengerti. Sehingga ketika Yesus mengungkapkan bahwa Mesias harus menderita bahkan mati sebelum dibangkitkan, Petrus hanya tunduk dan menerimanya bukan memprotes ataupun menyangkalnya. Tunduk dan menerima kehendak Allah sebagai yang tertinggi dalam hidup pribadi adalah tindakan penyangkalan diri dan memikul salib.
Mengaku Yesus adalah Mesias harus diwujudkan dalam ketaatan menyangkal diri dan mengikut Dia. Apa wujud nyatanya? Gereja harus berani menyangkal untuk tidak menjalin hubungan dengan siapa dan apa pun yang bertujuan demi kuasa dan kenyamanan gereja. Gereja harus tetap menyuarakan kebenaran bahkan ketika yang dihadapinya adalah penguasa! Jalan salib memang selalu melawan cara-cara dunia yang korup.
Renungkan: Iman kepada Yesus berarti menolak cara-cara duniawi!

SH: Mat 16:13-20 - Arti sebuah pengakuan. (Kamis, 15 Februari 2001)
Arti sebuah pengakuan. Seorang ayah bertanya kepada
anaknya yang masih berusia tujuh tahun: "Kata
orang, siapakah ayah?" Setelah berpikir sejenak,
an...
Arti sebuah pengakuan.
Seorang ayah bertanya kepada
anaknya yang masih berusia tujuh tahun: "Kata
orang, siapakah ayah?" Setelah berpikir sejenak,
anak ini menjawab: "Ada yang mengatakan polisi,
ada yang mengatakan Pak RT, ada juga yang
memanggil Pak Broto!" Kemudian ayahnya bertanya
lagi: "Menurut kamu, siapakah ayah?" Dengan wajah
ceria, anak ini menjawab: "Ayahku!" Anak ini
mengenal ayahnya dengan pengenalan yang bersifat
pribadi dan lebih dalam dibandingkan orang lain.
Suatu kali ketika Yesus sedang berada di Kaisarea Filipi, tiba-tiba ia memunculkan pertanyaan yang tidak pernah diduga oleh murid-murid-Nya. Ia menanyakan bagaimana pendapat orang tentang siapakah Anak Manusia. Yesus bertanya terlebih dahulu tentang pendapat orang lain dan bukan pendapat mereka. Maka dengan spontan mereka menjawab bahwa orang mengenal-Nya sebagai Yohanes Pembaptis, seperti pendapat raja Herodes; ada yang mengatakan Elia karena Elia pernah dikatakan akan menampakkan diri lagi (Mal. 4:5); ada pula yang mengatakan Yeremia atau salah seorang dari para nabi. Tokoh-tokoh yang disetarakan dengan Yesus adalah tokoh besar, baik di PL maupun PB; namun mereka hanya memiliki jabatan kemanusiaan. Jadi di antara orang banyak, belum ada yang mengenal Yesus dalam jabatan Keillahian-Nya. Kemudian Yesus mengajukan pertanyaan yang sama kepada murid-murid- Nya. Simon Petrus, murid yang paling cepat berespons mengatakan bahwa Yesus adalah Mesias, Anak Allah yang hidup. Inilah jabatan Keillahian Yesus. Yesus menegaskan bahwa Allah Bapa yang memungkinkan Petrus dapat mengenal Yesus sebagai Mesias.
Pengenalan kita akan Yesus adalah pengenalan yang bersifat pribadi, bukan sekadar kata orang atau menyaksikan perbuatan-Nya bagi orang lain, tetapi karena kita mengalami sendiri hidup bersama-Nya. Ia menginginkan pengakuan yang bukan hanya berdasarkan pengetahuan, tetapi pengakuan yang lahir karena hubungan pribadi dengan Dia. Kita mudah mengatakan bahwa Ia adalah Tuhan yang Maha Kuasa, tetapi sungguhkah kita menyerahkan segala sesuatu kepada-Nya yang Maha Kuasa atau kita sendiri yang masih mengendalikan hidup kita?
Renungkan: Pikirkan arti sebuah pengakuan Anda, siapakah Yesus bagi Anda?

SH: Mat 16:13-28 - Antara pendapat dan sikap. (Minggu, 15 Maret 1998) Antara pendapat dan sikap. Selama perjalanan pelayanan yang Yesus lakukan, pasti muncul dan berkembang berbagai pendapat dan sikap tentang diri dan aj...
Antara pendapat dan sikap.
Selama perjalanan pelayanan yang Yesus lakukan, pasti muncul dan berkembang berbagai pendapat dan sikap tentang diri dan ajaran-Nya. Bagi-Nya itu wajar. Karena itu untuk lebih jelasnya, Yesus terlebih dahulu menanyakan pendapat dan sikap masyarakat tentang diri-Nya. Tujuan Yesus sebenarnya adalah ingin mengetahui pasti pendapat para murid tentang diri-Nya. Pendapat yang muncul bukan karena pengaruh luar, melainkan pendapat yang keluar karena pengenalan yang benar akan Dia. =F4Menurutmu sendiri, siapakah Aku ini? Mungkinkah Anda Kristen karena mewarisi sikap iman orang tua, kekasih, suami atau isteri. Kini sudah saatnya Anda mengenal Dia secara lebih dekat dan pribadi.
Siapakah Anak Manusia itu? Petrus mengakui dengan sejujurnya bahwa Tuhan Yesus, Mesias, Anak Allah yang hidup=F6! Petrus telah memanfaatkan waktu-waktu bersama Yesus untuk untuk mengenal Tuhan. Tidak semua orang dapat tiba pada kesimpulan yang Petrus ucapkan. Petrus yang keras, punya banyak pengalaman oleh karena usianya, adalah Petrus yang mata hatinya dibukakan oleh Roh Kudus. Roh Kudus melembutkan hati dan mengokohkan pengalaman rohani dan materinya pada satu kesimpulan bahwa Mesias itu sudah datang dan berada bersama-sama manusia (bdk. Yoh. 1:14). Roh Kudus adalah harapan banyak Kristen agar setiap manusia di bumi ini dibukakan hatinya untuk melihat terang di dalam Kristus.
Mengikuti teladan Tuhan. Yesus datang kedunia ini untuk menebus kita dengan jalan kematian-Nya di kayu salib. Ketika itu diberitakan-Nya, Petrus menentang. Tidak dapat diterima oleh akal Petrus bahwa Mesias, Anak Allah yang hidup, akan mati. Petrus tidak menangkap bahwa kematian untuk Tuhan bukan berarti kekalahan atau kegagalan. Kematian-Nya justru menalahkan maut dan dosa.
Renungkan: ikut serta dalam kematian-Nya berarti pula ikut ambil bagian dalam kehidupan-Nya.
Topik Teologia -> Mat 16:19
Topik Teologia: Mat 16:19 - -- Kehidupan Kristen: Tanggung Jawab kepada Allah
Beriman kepada Allah
Percaya kepada Allah dan Percayailah Dia
Teladan karena Iman
...
- Kehidupan Kristen: Tanggung Jawab kepada Allah
- Beriman kepada Allah
- Percaya kepada Allah dan Percayailah Dia
- Teladan karena Iman
- Petrus adalah Teladan karena Iman
- Gereja
- Kristus: Kepala dan Penguasa Gereja
- Maz 118:22-23 Mat 12:6,8 Mat 16:18-19 Mat 18:19-20 Mat 21:42-44 Mat 23:8,10 Yoh 13:13-16 Yoh 15:1-16 Kis 2:36 Rom 8:29 Rom 9:5 1Ko 3:11 1Ko 11:3 1Ko 12:5 Efe 1:9-10,20-23 Efe 2:19-22 Efe 4:15 Efe 5:22-32 Kol 1:18 Kol 2:10 Kol 2:19 Kol 3:11 Ibr 3:3-6 1Pe 2:4-8 Wah 1:12-13 Wah 2:1-2 Wah 2:8-9 Wah 2:12-13 Wah 2:18-19 Wah 3:1 Wah 3:7-8 Wah 3:14-15 Wah 5:6-10 Wah 21:22-23 Wah 22:16
TFTWMS -> Mat 16:19-20
TFTWMS: Mat 16:19-20 - Yesus: Kepadamu Akan Kuberikan Kunci Kerajaan Sorga YESUS: " KEPADAMU AKAN KUBERIKAN KUNCI KERAJAAN SORGA" (Matius 16:19, 20)
19 "Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Sorga. Apa yang k...
YESUS: " KEPADAMU AKAN KUBERIKAN KUNCI KERAJAAN SORGA" (Matius 16:19, 20)
19 "Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Sorga. Apa yang kauikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kaulepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga." 20 Lalu Yesus melarang murid-murid-Nya supaya jangan memberitahukan kepada siapapun bahwa Ia Mesias.
Ayat 19. Setelah berjanji akan membangun gereja-Nya (16:18), Yesus lalu menjanjikan Petrus, "Kepadamu akan kuberikan kunci kerajaan sorga." Tampaknya Yesus menggunakan istilah "gereja" dan "kerajaan" secara saling dapat dipertukarkan. Kristus berjanji bahwa kerajaan (gereja) itu akan datang di masa hidup para rasul-Nya (16:28), dan nas-nas lainnya mengacukan kerajaan itu sebagai realitas yang sudah ada pada paruh kedua abad pertama (Kol. 1:13; Ibr. 12:28; Why. 1:9).
Kunci digunakan untuk membuka pintu yang terkunci; kunci adalah sarana untuk masuk ke dalam.25Dalam Kitab Suci, "kunci" sering digunakan secara kiasan untuk melambangkan kuasa dan tanggung jawab seseorang atas suatu wilayah tertentu (Yes. 22:22; Why. 1:18; 3:7; 9:1; 20:1). Pada hari Pentakosta, Petrus menggunakan kunci itu— pemberitaan Injil—untuk membuka pintu kerajaan itu bagi orang-orang Yahudi (Kisah 2:14-42). Beberapa waktu kemudian, ia menggunakan kunci yang sama untuk membuka pintu kerajaan itu bagi orang-orang non-Yahudi (Kisah 10:34-48; 15:7).
Namun begitu, kunci ini bukan wilayah kekuasan pribadi Petrus; rasul-rasul yang lain juga diberi kuasa yang sama (28:18-20; Mrk. 16:15, 16; Luk. 24:47; Kisah 2:14). Selain itu, kunci itu juga digunakan oleh murid-murid yang lain yang membuka jalan ke sorga bagi orang-orang yang mendengarkan mereka memberitakan Injil (Kisah 8:4-13, 26-40; 16:14, 15, 25-34). Kunci itu sekarang sedang digunakan oleh orang Kristen yang setia yang berbagi injil Kristus dengan orang lain di seluruh dunia.
Kuasa memberitakan injil sebagai "kunci" memiliki akarnya pada Yudaisme. Telah diketengahkan bahwa "penyerahan kunci merupakan bagian dari penahbisan ahli Taurat."26Dalam Talmud, kunci adalah simbol otoritas ajaran rabi.27Yesus mengecam ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi yang "menutup [atau, 'mengunci'] kerajaan sorga dari manusia" (23:13). Ia menentang para pengacara itu karena "telah mengambil kunci pengetahuan" (Luk. 11:52). Oleh karena legalisme dan kemunafikan mereka, para pemimpin agama ini mempersulit orang-orang untuk memahami arti sebenarnya Kitab Suci dan untuk menerima kebenaran tentang Yesus. Oleh karena itu, mereka mengecutkan hati orang-orang itu untuk memasuki kerajaan sorga.
Yesus melanjutkan dengan memberitahu Petrus, "Apa yang kauikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kaulepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga." Beberapa waktu kemudian, Tuhan membuat janji serupa kepada semua rasul itu (18:18). Alkitab NASB dengan sangat hidupnya menerjemahkan dua kata kerja perfect tense itu ("akan sudah diikat," "akan sudah dilepas") dalam kedua nas itu. Yesus tidak sedang memberi Petrus dan para rasul lainnya kuasa untuk memulai pemerintahan mereka atas gereja. Sebaliknya, mereka akan diilhami oleh Roh Kudus untuk mengajarkan segala sesuatu yang Yesus telah perintahkan kepada mereka—segala kebenaran yang awalnya Ia sudah terima dari Bapa di sorga (28:20; Yoh. 14:15-17, 26; 15:26, 27; 16:12-15).
"Ikat" dan "lepas" adalah istilah yang familiar di zaman Yesus, sering muncul di berbagai sekolah filsafat Yahudi. Kata-kata ini menjabarkan apa yang diperlukan dan apa yang tidak, apa yang halal (dibolehkan) dan apa yang tidak halal (tidak dibolehkan). Lightfoot mengumpulkan satu daftar contoh dari literatur rabi, dan banyak dari mereka menempatkan sekolah konservatif Samai bertentangan dengan sekolah liberal Hillel. Beberapa dari kutipan-kutipan ini mengatakan, "Sekolah Samai mengikatnya, tapi sekolah Hillel melepaskannya."28
Hal apakah yang sebenarnya diikat dan dilepaskan oleh Petrus dan rasul-rasul lainnya itu? Dimulai dalam Kisah 2, mereka meminta—seperti yang sebelumnya sudah Yesus ajarkan kepada mereka—perlunya iman, pertobatan, dan baptisan untuk menerima pengampunan dosa dan ditambahkan kepada gereja (Kisah 2:38-41). Khotbah para rasul tentang syarat-syarat pengampunan ini menjelaskan nas sulit Yohanes 20:23: "Jikalau kamu mengampuni dosa orang, dosanya diampuni, dan jikalau kamu menyatakan dosa orang tetap ada, dosanya tetap ada." Satu-satunya pengertian di dalam mana mereka mengampuni dosa adalah dengan memberitahu orang-orang itu apa yang Yesus minta untuk keselamatan. Dengan berjalannya waktu, para rasul itu mengajarkan segala sesuatu yang berkaitan dengan gereja dan kehidupan Kristen yang setia. Orang-orang beriman mula-mula mengakui otoritas mereka dan mengabdikan diri mereka kepada "ajaran rasul-rasul" (Kisah 2:42). Ketika ajaran ini dilanggar, rasul-rasul yang terilham juga menjalankan otoritas mereka dalam hal disiplin gereja. Petrus menghadapi Ananias dan Safira karena mereka berbohong kepada Roh Kudus (Kisah 5:1-11) dan Simon karena mencoba untuk membeli kuasa yang bisa melimpahkan karunia mujizatiah (Kisah 8:18-24).
Ayat 20. Setelah percakapan ini, Yesus memerintahkan para pengikut-Nya untuk jangan memberitahukan kepada siapapun bahwa Ia Mesias. Petrus sudah mengakui Yesus sebagai Mesias dan Anak Allah (16:16)—keyakinan yang tentunya dimiliki juga oleh rasul-rasul lainnya (14:33). Namun begitu, ia dan Sebelas Rasul lainnya hanya memiliki pemahaman yang dangkal tentang apa arti pengakuan itu. Yesus belakangan akan mengajar mereka sepenuhnya tentang artinya itu (16:21). Waktu-Nya di bumi semakin akan berakhir, tetapi jika saja identitas sejati-Nya itu diungkapkan sebelum waktu yang telah ditetapkan, maka pelayanan-Nya dalam rencana Allah akan sudah dalam bahaya. Ketika waktunya sudah tepat, Yesus tidak segan-segan untuk mengungkapkan dengan berani siapa Ia sebenarnya (26:63, 64; 27:11).
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: Matius (Pendahuluan Kitab) Penulis : Matius
Tema : Yesus, Raja Mesianis
Tanggal Penulisan: Tahun 60-an TM
Latar Belakang
Injil ini dengan tepat sekali di...
Penulis : Matius
Tema : Yesus, Raja Mesianis
Tanggal Penulisan: Tahun 60-an TM
Latar Belakang
Injil ini dengan tepat sekali ditempatkan pertama sebagai pengantar PB dan "Mesias, Anak Allah yang hidup" (Mat 16:16). Walaupun nama pengarang tidak disebutkan dalam nas Alkitab, kesaksian semua bapa gereja yang mula-mula (sejak kira-kira tahun 130 M) menyatakan bahwa Injil ini ditulis oleh Matius, salah seorang murid Yesus.
Jikalau Injil Markus ditulis untuk orang Romawi (Lihat "PENDAHULUAN INJIL MARKUS" 08165) dan Injil Lukas untuk Teofilus dan semua orang percaya bukan Yahudi (Lihat "PENDAHULUAN INJIL LUKAS" 08169), maka Injil Matius ditulis untuk orang percaya bangsa Yahudi. Latar Belakang Yahudi dari Injil ini tampak dalam banyak hal, termasuk
- (1) ketergantungannya pada penyataan, janji, dan nubuat PL untuk membuktikan bahwa Yesus memang Mesias yang sudah lama dinantikan;
- (2) hal merunut garis silsilah Yesus, bertolak dari Abraham (Mat 1:1-17);
- (3) pernyataannya yang berulang-ulang bahwa Yesus adalah "Anak Daud" (Mat 1:1; Mat 9:27; Mat 12:23; Mat 15:22; Mat 20:30-31; Mat 21:9,15; Mat 22:41-45);
- (4) penggunaan istilah yang khas Yahudi seperti "Kerajaan Sorga" (yang searti dengan "Kerajaan Allah") sebagai ungkapan rasa hormat orang Yahudi sehingga segan menyebut nama Allah secara langsung dan
- (5) petunjuknya kepada berbagai kebiasaan Yahudi tanpa memberikan penjelasan apa pun (berbeda dengan kitab-kitab Injil yang lain).
Sekalipun demikian, Injil ini tidak semata-mata untuk orang Yahudi. Seperti amanat Yesus sendiri, Injil Matius pada hakikatnya ditujukan kepada seluruh gereja, serta dengan saksama menyatakan lingkup universal Injil (mis. Mat 2:1-12; Mat 8:11-12; Mat 13:38; Mat 21:43; Mat 28:18-20).
Tanggal dan tempat Injil ini berasal tidak dapat dipastikan. Akan tetapi, ada alasan kuat untuk beranggapan bahwa Matius menulis sebelum tahun 70 M ketika berada di Palestina atau Antiokia di Siria. Beberapa sarjana Alkitab percaya bahwa Injil ini merupakan Injil yang pertama ditulis, sedangkan ahli yang lain beranggapan bahwa Injil yang ditulis pertama adalah Injil Markus.
Tujuan
Matius menulis Injil ini
- (1) untuk memberikan kepada sidang pembacanya kisah seorang saksi mata mengenai kehidupan Yesus,
- (2) untuk meyakinkan pembacanya bahwa Yesus adalah Anak Allah dan Mesias yang dinubuatkan oleh nabi PL, yang sudah lama dinantikan, dan
- (3) untuk menunjukkan bahwa Kerajaan Allah dinyatakan di dalam dan melalui Yesus Kristus dalam cara yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Matius ingin sekali agar pembacanya memahami bahwa
- (1) hampir semua orang Israel menolak Yesus dan kerajaan-Nya. Mereka tidak mau percaya karena Ia datang sebagai Mesias yang rohani dan bukan sebagai Mesias yang politis.
- (2) Hanya pada akhir zaman Yesus akan datang dalam kemuliaan-Nya sebagai Raja segala raja untuk menghakimi dan memerintah semua bangsa.
Survai
Matius memperkenalkan Yesus sebagai penggenapan pengharapan Israel yang dinubuatkan. Yesus menggenapi nubuat PL dalam kelahiran-Nya (Mat 1:22-23), tempat lahir (Mat 2:5-6), peristiwa kembali dari Mesir (Mat 2:15) dan tinggal di Nazaret (Mat 2:23); Ia juga diperkenalkan sebagai Oknum yang didahului oleh perintis jalan Sang Mesias (Mat 3:1-3); dalam hubungan dengan lokasi utama dari pelayanan-Nya di depan umum (Mat 4:14-16), pelayanan penyembuhan-Nya (Mat 8:17), peranan-Nya selaku hamba Allah (Mat 12:17-21), ajaran-Nya dalam bentuk perumpamaan (Mat 13:34-35), peristiwa memasuki Yerusalem dengan jaya (Mat 21:4-5) dan penangkapan-Nya (Mat 26:56).
Pasal 5-25 (Mat 5:1--25:46) mencatat lima ajaran utama yang disampaikan oleh Yesus dan lima kisahan utama mengenai perbuatan-Nya yang besar sebagai Mesias. Lima ajaran utama itu adalah:
- (1) Khotbah di Bukit (pasal 5-7; Mat 5:1--7:29);
- (2) pengarahan bagi orang yang diutus untuk berkeliling memberitakan Kerajaan itu (pasal 10; Mat 10:1-42);
- (3) perumpamaan tentang Kerajaan Allah (pasal 13; Mat 13:1-30);
- (4) sifat seorang murid sejati (pasal 18; Mat 18:1-35) dan
- (5) ajaran di Bukit Zaitun mengenai akhir zaman (pasal 24-25; Mat 24:1--25:46).
Lima kisah utama dalam Injil ini adalah:
- (1) Yesus mengerjakan tanda ajaib dan mukjizat, yang menegaskan tentang realitas kerajaan itu (pasal 8-9; Mat 8:1--9:38);
- (2) Yesus mempertunjukkan lebih lanjut adanya kerajaan (pasal 11-12; Mat 11:1--12:50);
- (3) Pengumuman kerajaan menimbulkan bermacam-macam krisis (pasal 14-17; Mat 14:1--17:27);
- (4) Yesus berjalan ke Yerusalem dan tinggal di situ pada minggu terakhir (Mat 19:1--26:46);
- (5) Yesus ditangkap, dihakimi, disalibkan dan bangkit dari antara orang mati (Mat 26:47--28:20). Tiga ayat yang terakhir dari kitab Injil ini mencatat "Amanat Agung" Yesus.
Ciri-ciri Khas
Tujuh ciri utama menandai Injil ini.
- (1) Kitab ini merupakan Injil yang mencolok sifat ke-Yahudiannya.
- (2) Ajaran dan pelayanan Yesus di bidang penyembuhan dan pelepasan disajikan secara paling teratur. Karena hal ini, maka pada abad kedua gereja sudah mempergunakan Injil ini untuk membina orang yang baru bertobat.
- (3) Kelima ajaran utama berisi materi yang terluas di dalam keempat Injil yang mencatat pengajaran Yesus
- (a) selama pelayanan-Nya di Galilea dan
- (b) mengenai hal-hal terakhir (eskatologi).
- (4) Injil ini secara khusus menyebutkan peristiwa dalam kehidupan Yesus sebagai penggenapan PL jauh lebih banyak daripada kitab lain di PB.
- (5) Kerajaan Sorga\Kerajaan Allah disebutkan dua kali lebih banyak daripada kitab lain di PB.
- (6) Matius menekankan
- (a) standar-standar kebenaran dari Kerajaan Allah (pasal 5-7; Mat 5:1--7:29);
- (b) kuasa kerajaan itu atas dosa, penyakit, setan-setan, dan bahkan kematian; dan
- (c) kejayaan kerajaan itu di masa depan dalam kemenangan yang mutlak pada akhir zaman.
- (7) Hanya Injil ini yang menyebutkan atau menubuatkan gereja sebagai suatu wadah yang menjadi milik Yesus di kemudian hari (Mat 16:18; Mat 18:17).
Full Life: Matius (Garis Besar) Garis Besar
I. Memperkenalkan Mesias
(Mat 1:1-4:11)
A. Silsilah Yahudi Yesus
(Mat 1:1-17)
B....
Garis Besar
- I. Memperkenalkan Mesias
(Mat 1:1-4:11) - A. Silsilah Yahudi Yesus
(Mat 1:1-17) - B. Kelahiran dan Pengungsian ke Mesir
(Mat 1:18-2:23) - C. Perintis Jalan Sang Mesias
(Mat 3:1-12) - D. Pembaptisan Sang Mesias
(Mat 3:13-17) - E. Pencobaan Sang Mesias
(Mat 4:1-11) - II. Pelayanan Mesianis Yesus di dan sekitar Galilea
(Mat 4:12-18:35) - A. Ringkasan Pelayanan yang Awal di Galilea
(Mat 4:12-25) - B. Ajaran tentang Kemuridan dalam Kerajaan
(Mat 5:1-7:29) - C. Kisahan I: Perbuatan-Perbuatan Luar Biasa dari Kerajaan
(Mat 8:1-9:38) - D. Ajaran tentang Pemberitaan Kerajaan
(Mat 10:1-42) - E. Kisahan II: Kehadiran Kerajaan
(Mat 11:1-12:50) - F. Ajaran tentang Rahasia Kerajaan
(Mat 13:1-58) - G. Kisahan III: Krisis Kerajaan
(Mat 14:1-17:27) - H. Ajaran tentang Keanggotaan dalam Kerajaan
(Mat 18:1-35) - III.Puncak Pelayanan Mesianis Yesus di Yudea/Perea dan Yerusalem
(Mat 19:1-26:46) - A. Perjalanan Yesus ke Yerusalem
(Mat 19:1-20:34) - B. Minggu Terakhir yang dilewatkan Yesus di Yerusalem
(Mat 21:1-26:46) - 1. Masuk Yerusalem dan Penyucian Bait Allah
(Mat 21:1-22) - 2. Perdebatan dengan Orang Yahudi
(Mat 21:23-22:46) - 3. Pengecaman terhadap ahli Taurat dan Orang Farisi
(Mat 23:1-39) - 4. Ajaran di Bukit Zaitun tentang Masa Depan Kerajaan
(Mat 24:1-25:46) - 5. Komplotan untuk Mengkhianati Yesus
(Mat 26:1-16) - 6. Perjamuan Terakhir
(Mat 26:17-30) - 7. Getsemani
(Mat 26:31-46) - IV. Yesus Ditangkap, Diadili dan Disalibkan
(Mat 26:47-27:66) - A. Yesus Ditangkap
(Mat 26:47-56) - B. Yesus Diadili
(Mat 26:57-27:26) - C. Yesus Disalibkan
(Mat 27:27-56) - D. Yesus Dikubur
(Mat 27:57-66) - V. Yesus Bangkit
(Mat 28:1-20) - A. Penemuan Luar Biasa Para Wanita
(Mat 28:1-10) - B. Saksi-Saksi Palsu
(Mat 28:11-15) - C. Amanat Tuhan yang Bangkit
(Mat 28:16-20)
Matthew Henry: Matius (Pendahuluan Kitab) Di hadapan kita terdapat,
I. Perjanjian (wasiat) Baru Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat kita; demikian yang diberikan pada bagian kedua dari...
Di hadapan kita terdapat,
- I. Perjanjian (wasiat) Baru Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat kita; demikian yang diberikan pada bagian kedua dari Alkitab kita, yang juga disebut kovenan baru, karena kata yang digunakan memiliki kedua makna tersebut. Sebenarnya, bila menyinggung tindakan dan perbuatan Kristus, sebagaimana dimaksudkan di sini, maka istilah yang paling tepat adalah wasiat (Inggris: testament), sebab Kristuslah sang Pemberi Wasiat itu, yang berlaku sah melalui kematian-Nya (Ibr. 9:16-17). Tidak seperti suatu kovenan, dalam wasiat tidak terdapat kesepakatan bersama antara pihak-pihak yang terlibat. Dalam wasiat, apa yang dijanjikan itu dianugerahkan, meskipun bersyarat, berdasarkan suatu kehendak, yakni kehendak bebas, maksud baik dari Sang Pemberi Wasiat. Seluruh anugerah yang terdapat di dalam kitab ini bersumber pada Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat kita. Karena itu, jika kita tidak mengakui Dia sebagai Tuhan kita, kita tidak dapat mengharapkan manfaat apa pun dari-Nya sebagai Juruselamat kita. Perjanjian ini disebut perjanjian baru, untuk membedakannya dari perjanjian yang diberikan Musa, namun bukan karena perjanjian Musa ini sudah tidak berlaku; juga untuk menyatakan bahwa perjanjian tersebut harus selalu baru, tidak menjadi usang dan ketinggalan zaman. Kitab-kitab Perjanjian Baru ini bukan saja memuat penemuan seutuhnya akan anugerah yang sudah nyata menyelamatkan semua manusia, tetapi juga merupakan sebuah sarana yang sah yang melaluinya anugerah itu disampaikan dan berdiam atas semua orang percaya. Sudah seyogyanyalah dengan cermat kita memelihara, dan dengan penuh perhatian serta sukacita kita membaca pesan dan wasiat terakhir seorang sahabat, yang melalui wasiat itu telah meninggalkan suatu warisan besar, dan bersama warisan ini pula telah mengungkapkan kasih-Nya yang mendalam kepada kita! Betapa terlebih mulianya wasiat yang diberikan Juruselamat kita yang terberkati itu, yang menjamin seluruh kekayaan-Nya yang tidak terkatakan bagi kita! Ini sungguh wasiat-Nya; meskipun wasiat itu, seperti umumnya surat wasiat, ditulis oleh orang lain (kita tidak memiliki bukti apa pun yang merupakan tulisan Kristus sendiri), namun Dia sendirilah yang menyatakannya; dan pada malam sebelum Ia mati, melalui perjamuan malam, Ia menandatangani, memeteraikan, dan mengumumkannya di hadapan dua belas orang saksi. Sebab, meskipun kitab-kitab ini baru ditulis setelah beberapa tahun kemudian, demi manfaat bagi generasi-generasi selanjutnya, in perpetuam rei memoriam – sebagai suatu peringatan abadi, Perjanjian Baru Yesus, Tuhan kita, sudah ditetapkan, dikukuhkan, dan diberitakan sejak kematian-Nya, sebagai sebuah wasiat lisan, yang tentangnya catatan-catatan dalam kitab-kitab tersebut memiliki kesamaan yang tepat. Hal-hal yang dituliskan oleh Lukas merupakan peristiwa-peristiwa yang telah terjadi di antara orang waktu itu (hal-hal yang diyakini secara pasti, KJV), dan karena itu sudah dikenal baik sebelum ia sendiri menuliskannya. Namun, ketika peristiwa-peristiwa itu dituliskan, tulisan tersebut melampaui dan menyisihkan tradisi lisan, dan tulisan-tulisan ini menjadi perbendaharaan Perjanjian Baru itu. Hal ini ditunjukkan juga dalam judul tambahan yang mengawali banyak salinan Perjanjian Baru bahasa Yunani, Tēs kainēs Diathēkēs Hapanta – Keseluruhan Perjanjian Baru, atau segenap hal mengenainya. Di dalamnya diungkapkan seluruh maksud Allah berkenaan dengan keselamatan kita (Kis. 20:27). Sama sebagaimana hukum Tuhan sempurna adanya, demikian pula halnya dengan Injil Kristus, dan tidak ada lagi yang ditambahkan kepadanya. Kita telah memiliki semuanya, dan tidak ada yang perlu dicari lagi.
- II. Di hadapan kita terdapat Keempat Injil. Injil berarti kabar baik, atau berita kesukaan; dan sejarah kedatangan Kristus ke dalam dunia untuk menyelamatkan orang berdosa ini jelas-jelas merupakan kabar terbaik yang pernah datang dari sorga ke atas bumi; malaikatlah yang memberikan sebutan kesukaan bagi berita itu (Luk. 2:10), Euangelizomai hymin – aku memberitakan kepadamu kesukaan besar; aku memberitakan Injil kepadamu. Nabi pun menubuatkannya (Yes. 52:7; 61:1). Di situ dinubuatkan bahwa pada hari kedatangan Mesias, kesukaan besar itu harus diberitakan. Kata Injil sepadan dengan kata Inggris Gospel yang berasal dari bahasa Sakson kuno [sebuah bahasa Germanik tua – pen.], yang berarti perkataan atau kata Allah (God’s spell atau God’s word); dan Allah dipanggil demikian karena Dia baik, Deus optimus – Allah yang mahabaik, dan karena itu kata Gospel bisa berarti suatu perkataan atau kata yang baik. Bila kita mengambil kata spell dalam artian yang lebih tepat, yaitu charm (carmen), “mantera,” dan memandangnya dari sisi baik, sebagai sesuatu yang menggerakkan dan memengaruhi, tepatnya lenire dolorem – untuk menenangkan hati, atau untuk mengubah hati supaya merasa takjub atau kasih, seperti hal-hal yang umum kita sebut memesonakan atau memikat hati, maka pengertian ini dapat diterapkan pada Injil; sebab di dalamnya sang pembaca mantra menyuarakan manteranya dengan bijak, sekalipun kepada ular tedung tuli (Mzm. 58:5-6). Begitu pula tidak seorang pun yang akan memikirkan adanya mantra lain yang memiliki kuasa seperti keindahan dan kasih Penebus kita. Segenap Perjanjian Baru adalah Injil atau kabar baik itu sendiri. Rasul Paulus menyebut Perjanjian Baru itu Injilnya, sebab ia adalah salah seorang pemberitanya. Alangkah indahnya jika kita juga menjadikannya sebagai Injil kita melalui sambutan hangat dan ketaatan kita terhadap Injil! Lazim keempat kitab yang memuat sejarah tentang Sang Penebus itu kita sebut keempat Injil, dan para penulisnya yang diilhami itu kita sebut pemberita Injil, atau penulis Injil; namun, sebutan ini tidaklah begitu tepat, karena sebutan pemberita Injil menunjuk kepada suatu golongan pengerja atau pelayan tertentu yang menjadi pembantu para rasul: “Dan Ialah yang memberikan baik rasul-rasul maupun ... pemberita-pemberita Injil” (Ef. 4:11). Ajaran mengenai Kristus harus dijalin dengan, dan didasarkan pada, kisah tentang kelahiran, kehidupan, mujizat-mujizat, kematian, dan kebangkitan-Nya; sebab hanya dengan demikianlah doktrin tersebut tampak dalam terangnya yang paling jelas dan kuat. Seperti halnya dengan alam, demikian juga dalam anugerah, penemuan-penemuan yang paling membahagiakan adalah penemuan-penemuan yang timbul berdasarkan gambaran-gambaran tertentu dari halhal yang nyata. Sejarah alam merupakan filsafat terbaik; begitu pula dengan sejarah suci, baik Perjanjian Lama maupun Baru, adalah sarana kebenaran suci yang paling tepat dan mulia. Keempat Injil ini telah ada sejak awal Kekristenan dan telah diterima teguh oleh gereja mula-mula dan dibacakan dalam pertemuan-pertemuan ibadah Kristen, sebagaimana diungkapkan melalui tulisan-tulisan Justin Martyr dan Irenaeus, yang hidup satu abad lebih sedikit setelah kenaikan Kristus ke sorga; mereka menyatakan bahwa empat Injil sajalah, tidak lebih dan tidak kurang, yang diterima oleh gereja. Sekitar masa itu, keselarasan keempat pemberita Injil itu dihimpun oleh Tatian, dengan judul To dia tessarōn – Injil dari keempat Injil. Pada abad ketiga dan keempat muncul injil-injil lain yang dipalsukan oleh bermacam-macam sekte dan diterbitkan dengan menggunakan nama Petrus, ada lagi dengan nama Tomas, Filipus, dan seterusnya. Namun injil-injil ini tidak pernah diakui maupun dihargai oleh gereja, seperti dikatakan cendekiawan Dr. Whitby. Beliau mengajukan alasan tepat mengapa kita harus setia berpegang pada catatan-catatan tertulis ini, sebab tradisi, dengan pernyataan dan dalih apa pun yang terdapat di dalamnya, tidaklah mampu memelihara berbagai hal dengan pasti, dan hal ini pun telah kita ketahui dari pengalaman. Sebab, meskipun Kristus mengatakan dan melakukan banyak hal yang mengesankan, yang tidak tertulis (Yoh. 20:30;21:25), tradisi tidak menyimpan satu pun bagi kita, semuanya lenyap, kecuali apa yang tertulis [dalam keempat Injil – ed.]. Oleh karena itu, yang tertulis inilah, yang harus kita pegang; dan merupakan berkat Allah bahwa kita memilikinya untuk kita patuhi; itulah perkataan sejarah yang pasti.
- III. Di hadapan kita terdapat Injil menurut Matius. Penulisnya lahir sebagai orang Yahudi, dan bekerja sebagai seorang pemungut cukai, sampai Kristus memanggilnya, dan dia pun meninggalkan rumah cukai, untuk mengikut Dia. Dan penulis merupakan salah seorang yang menyertai-Nya, yang senantiasa datang berkumpul dengan ... Tuhan Yesus ... yaitu mulai dari baptisan Yohanes sampai hari Yesus terangkat ke sorga (Kis. 1:21-22). Oleh sebab itu, ia merupakan saksi yang dapat diandalkan sehubungan dengan apa yang telah dicatatnya di sini. Konon ia telah mencatat sejarah ini sekitar delapan tahun setelah kenaikan Kristus ke sorga. Banyak penulis zaman tersebut yang mengatakan bahwa ia menulisnya dalam bahasa Ibrani atau bahasa Aram; namun tradisi ini disangkal oleh Dr. Whitby secara meyakinkan. Tidak diragukan lagi Injil ini ditulis dalam bahasa Yunani, seperti halnya bagian-bagian lain dalam Perjanjian Baru. Jadi, bukan dalam bahasa yang khusus digunakan oleh orang-orang Yahudi, yang baik bait Allahnya maupun negaranya hampir berakhir pada masa itu, namun dalam bahasa yang umum bagi dunia dan yang melaluinya pengetahuan tentang Kristus akan tersiar dengan efektif kepada seluruh bangsa di dunia. Namun bisa saja ada kemungkinan terdapat edisi dalam bahasa Ibrani yang diterbitkan Matius sendiri pada saat yang sama ketika dia menulisnya dalam bahasa Yunani. Edisi bahasa Ibrani itu untuk orang Yahudi, sedangkan edisi Yunani ditulis untuk orang-orang non-Yahudi, ketika dia meninggalkan Yudea untuk memberitakan Injil kepada mereka. Marilah kita memuji Allah karena kita memiliki Injil ini, dan memilikinya dalam bahasa yang kita pahami.
Jerusalem: Matius (Pendahuluan Kitab) INJIL-INJIL SINOPTIK
PENGANTAR
Ada empat kitab dalam Perjanjian Baru yang berisikan "Kabar Yang Baik" (demikianlah arti kata "Euaggelio...
INJIL-INJIL SINOPTIK
PENGANTAR
Ada empat kitab dalam Perjanjian Baru yang berisikan "Kabar Yang Baik" (demikianlah arti kata "Euaggelion" atau "Injil"). Tiga buah kitab pertama dalam daftar Kitab-kitab Suci itu sangat serupa satu sama lain, sehingga dapat ditempatkan dalam tiga lajur yang sejalan dan dirangkum dengan sekilas pandang saja. Karena itulah ketiga kitab itu disebut : (injil-injil) sinoptik (diturunkan dari kata Yunani "sinopsis", artinya sekilas pandang).
Tradisi Gereja Kristen, yang sudah diketemukan dalam karangan-karangan yang ditulis dalam abad II, menyatakan bahwa masing-masing injil dikarang oleh Matius, Markus dan Lukas. Menurut tradisi itu Matius, seorang pemungut cukai yang termasuk dewan Kedua Belas Rasul Mat 9:9; 10:3, yang pertama menulis injilnya buat orang Kristen bekas Yahudi di Palestina. Karyanya yang ditulis dalam bahasa "Ibrani", yaitu Aram, kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani. Yohanes Markus menyusun injilnya di Roma, sesuai dengan pengajaran agama yang diberikan Rasul Petrus. Yohanes Markus itu adalah seorang Kristen dari Yerusalem, Kis 12:12, yang membantu Paulus dalam karya kerasulannya, Kis 12:25;13:5, 13; Flm 24; 2Tim 4:11, dan juga Barnabas, Kis 15:37,39, pamannya, Kol 4:10. Sebagai "juru bicara" atau penterjemah" Markus juga membantu rasul Petrus, 1Ptr 5:13. Seorang murid lain Lukas, mengarang injil yang ketiga. Ia adalah seorang Kristen bekas kafir, Kol 4:10-14, dan dalam hal ini berbeda dengan Matius dan Markus. Ia berasal dari Antiokhia dan seorang tabib, Kol 4:14. Menurut pendapat sementara ahli Lukas menjadi teman seperjalanan Paulus waktu rasul itu menempuh perjalanannya yang kedua (Kis 16:10 dst) dan yang ketiga (Kis 20:5 dst). Iapun menyertai Paulus waktu dalam penahanan di Roma, baik untuk pertama kalinya, Kis 27:1 dst, maupun untuk kedua kalinya, 2Tim 4:11. Karena itu injil ketiga itu dapat dihubungkan dengan Paulus, bdk barangkali 2Kor 8:18, seperti injil Markus dihubungkan dengan Petrus. Lukas ini masih mengarang kitab lain lagi, yaitu Kisah Para Rasul. Baik injil kedua maupun injil ketiga langsung ditulis dalam bahasa Yunani.
Keterangan-keterangan tersebut yang diambil dari tradisi Gereja diteguhkan oleh penyelidikan masing-masing injil sendiri. Tetapi sebelum hal itu dikupas, baiklah terlebih dahulu dibahas hubungan ketiga injil itu satu sama lain ditinjau dari segi sastra. Ini lazimnya disebut sebagai "Masalah Sinoptik".
Masalah Sinoptik itu sudah dipecahkan oleh para ahli dengan macam-macam jalan. Masing-masing pemecahan yang diusulkan tidak mencukupi, tetapi semua mengandung kebenaran juga. Maka pemecahan-pemecahan yang bermacam-mecam itu dapat menolong untuk menyusun suatu keterangan menyeluruh tentang masalah itu. Mungkin sekali dan bahkan pasti bahwa ada suatu tradisi lisan bersama, yang dituliskan masing- masing penginjil dengan tidak bergantung satu sama lain, sehingga ada perbedaan- perbedaan dalam masing-masing karangan Tetapi tradisi bersama itu tidak dapat secukupnya menjelaskan mengapa ada begitu banyak kesamaan yang mengesankan antara ketiga injil itu sampai dengan hal-hal kecil dan dalam urutan bagian- bagiannya. Kesamaan semacam itu kiranya tidak mungkin kalau ketiga injil itu hanya berdasarkan ingatan saja, meski ingatan orang-orang timur di zaman dahulu sekalipun. Kesamaan yang ada itu lebih mudah diterangkan kalau ketiga injil itu berdasarkan satu atau beberapa tradisi tertulis. Tetapi kalau mau dipertahankan bahwa ketiga injil itu mengambil bahannya dari tradisi tertulis dengan tidak bergantung satu sama lain, maka sukar diterangkan mengapa kesamaan perbedaan antara ketiga injil tu memberi kesan bahwa ketiga penginjil saling mengenal, saling menuruti atau bahkan memperbaiki. Maka harus diterima bahwa ketiga injil, entah bagaimana, saling bergantung secara langsung. Jelaslah Lukas bergantung pada Markus. Tetapi kurang pasti bahwa Markus bergantung pada Matius, seperti dahulu lama sekali dianggap orang: ada banyak petunjuk bahwa ketergantungan kedua injil itu harus dibalikkan. Tidak begitu mungkin bahwa Matius langsung bergantung pada Lukas atau Lukas pada Matius. Memang ada kesamaan dan kesejajaran antara Matius dan Lukas, juga di mana kedua penginjil itu tidak menuruti Markus. Tetapi hal ini kiranya harus diterangkan dengan menerima bahwa Matius dan Lukas menggunakan satu atau beberapa sumber bersama, yang lain dari Injil kedua.
Untuk menerangkan duduknya perkara, kritik modern sudah mengajukan yang diistilahkan sebagai "teori kedua sumber". Sumber yang satu ialah Mrk; dalam bagian-bagian yang berupa cerita, Matius dan Lukas bergantung pada Markus. Sebaliknya, sabda dan wejangan (disebut sebagai "Logia") yang hanya sedikit sekali dalam Markus, oleh Matius dan Lukas diambil dari sumber lain. Sumber ini tidak dikenal, tetapi dapat diandalkan; lazimnya diistilahkan sebagai "Q" (huruf pertama dari kata Jerman "Quelle" = Sumber). Meskipun nampaknya sederhana, namun secara menyeluruh teori itu tidak memuaskan, barangkali justru karena kesederhanaannya. Teori itu tidak secukupnya memperhatikan segala sesuatu yang perlu diperhatikan sehubungan dengan masalah yang mau dipecahkan. Baik Markus seperti ada sekarang, maupun sebagaimana disusun oleh pembela teori kedua sumber tersebut, tidak berhasil benar-benar memainkan peranan sebagai sumber, seperti dikatakan pendukung teori itu.
Memang jelaslah Markus kerap kali nampaknya lebih tua dari pada Matius dan Lukas, tetapi juga kebalikannya sering terjadi : Matius dan Lukas nampaknya lebih tua dari pada Markus. Ada kalanya Markus mempunyai ciri yang mencerminkan tahap perkembangan tradisi lebih jauh dari pada yang tercantum dalam Matius dan Lukas, misalnya kadang-kadang terasa pengaruh pikiran Paulus atau usaha untuk menyesuaikan tradisi asli dengan pembaca yang bukan keturunan Yahudi, sedangkan dalam Matius dan Lukas terdapat ciri ketuaan misalnya ungkapan yang berciri Yahudi atau yang mencerminkan keadaan lingkungan di dalam keadaan yang mendahului keadaannya sekarang?
Hipotesa tersebut didukung pertimbangan lain lagi. Ada kalanya Matius dan Lukas bersesuaian satu sama lain, pada hal berbeda dengan Markus dalam bagian-bagian Injil yang sejalan. Ini tidaklah mungkin, seandainya Matius dan Lukas langsung bergantung pada Markus seperti sekarang ada. Kesesuaian Matius dan Lukas satu sama lin itu kerap kali terdapat dan kadang-kadang kesesuaian itu benar-benar mengherankan. Kesesuaian Matius dan Lukas yang berlainan dari Markus itu hendak diterangkan begitu rupa, sehingga teori kedua sumber itu dapat terus dipertahankan juga. Dikatakan bahwa kesesuaian itu berasal dari penyalin- penyalin Kitab Suci, yang menyesuaikan Matius dan Lukas satu sama lain. Kalau demikian kritik teks dapat menghilangkan kesesuaian itu. Dikatakan pula bahwa penginjil-penginjil sendiri menghasilkan kesesuaian itu, dengan jalan sebagai berikut : baik Matius maupun Lukas dengan tidak saling mengenal secara sama memperbaiki teks Markus yang mereka gunakan, sebab teks itu mereka anggap kurang baik. Memanglah keterangan-keterangan semacam itu kadang-kadang berhasil menjelaskan kesesuaian antara Matius dan Lukas yang kedua-duanya menyimpang dari Markus. Tetapi pengandaian-pengandaian serupa itu itu tidak mungkin memecahkan seluruh masalah. Dengan memperhatikan segala unsur yang perlu diperhitungkan, kesesuaian antara Matius dan Lukas itu lebih mudah dapat diterangkan, dengan cara seperti yang disarankan di muka : Matius dan Lukas menggunakan injil Markus dalam keadaan lain dari yang tersedia sekarang. Agaknya injil Markus yang asli itu kemudian disadur lagi. Dan penyaduran kembali itulah yang memberi injil Markus ciri-ciri baru yang memantulkan perkembangan, tradisi lebih jauh. Inipun menyebabkan bahwa Matius dan Lukas berkesuaian satu sama lain, sedangkan berbeda dengan Markus seperti sekarang ada. Sebab Matius dan Lukas dua-duanya memaik teks Markus yang lebih tua dari pada teks saduran tersebut yang sekarang tercantum dalam Kitab Suci.
Sumber "Q" yang diandaikan oleh teori kedua sumber itu juga kurang memuaskan, sekurang-kurangnya sumber "Q" seperti disusun kembali para sumber dipulihkan dengan hasil yang sangat berbeda-beda. Maka tidak dapat diketahui dengan cukup pasti bagaimana sesungguhnya dokumen itu. Bahkan prinsip bahwa ada satu dokumen tidak pasti juga. Sebab "logia-logia" yang dikatakan berasal dari "Q" itu ditemukan dalam Matius maupun dalam Lukas, tetapi dengan cara yang begitu berbeda, sehingga orang mulai menduga adanya dua kumpulan "logia-logia", dan bukan hanya sebuah saja. Di satu pihak logia-logia yang terdapat dalam bagian tengah Luk, yang kadang-kadang disebut "Bagian Perea" (Luk 9:51 -- Luk 18:14), agaknya berasal dari satu sumber, sedangkan "logia-logia" yang ditemukan dalam bagian- bagian Lukas yang lain diambil dari sumber yang berbeda. Baik "Logia-logia" yang terkumpul dalam Lukas 9:51 -- Luk 18:14, maupun yang terdapat di bagian-bagian lain pada umumnya terdapat juga dalam Matius. Tetapi anehnya, logia-logia macam kedua ditemukan dalam Lukas dan Matius dengan urutan yang pada pokoknya sama, pada hal "logia-logia" macam pertama dalam Lukas merupakan suatu keseluruhan sedangkan dalam Matius tersebar dalam seluruh injilnya. Ada kesan bahwa logia-logia macam kedua ini oleh Matius dan Lukas diambil dari sumber yang berbeda-beda. Sumber yang satu ialah sebuah kumpulan logia (yang oleh Vaganay disebut S = sources = sumber). Bagian terbesar itu oleh Lukas ditempatkan di bagian tengah injilnya (Luk 9:51 -- Luk 18:14), sedangkan oleh Matius dipisah-pisahkan sehingga "logia-logia" dari sumber itu tersebar dalam wejangan-wejangan Yesus yang disajikan Matius Sumber kedua ialah injil Matius dalam keadaan lain dari pada keadaan sekarang.
Memang sama seperti halnya dengan Markus, agaknya perlu diterima bahwa Matius dan Lukas juga pernah ada dalam keadaan lain dari pada keadaannya sekarang. Matius dan Lukas yang tercantum dalam Kitab Suci merupakan saduran dari injil- injil Matius dan Lukas yang sudah ada sebelumnya. Analisa Matius dan Lukas -- analisa itu di sini tidak dapat diadakan-membawa kepada kesimpulan bahwa sekurang-kurangnya Markus dan Matius menempuh tiga tahap perkembangan yang berturut-turut. Ada sebuah dokumen dasar, disusul redaksi pertama yang pada gilirannya disadur sampai ke redaksi yang kini tersedia. Dalam ketiga tahap itu Markus dan Matius saling berpengaruh dengan cara yang berbeda-beda, sehingga akhirnya muncul hubungan-hubungan literer, baik kesamaan maupun perbedaan, seperti sekarang ada. Redaksi Markus yang pertama agaknya terpengaruh oleh dokumen dasar Matius. Karena itu Markus mempunyai kesamaan dengan Matius, yakni di mana Markus bergantung pada dokumen dasar Matius itu: tetapi redaksi yang terakhir pada gilirannya mempengaruhi redaksi Matius yang paling akhir, sehingga redaksi Matius ini bergantung pada Markus. Pengaruh timbal-balik semacam itu nampaknya berbelit-belit dan tidak keruan. Memang demikianlah adanya, hanya begitu caranya untuk menjelaskan kenyataan yang berbelit-belit dan tidak keruan! Mustahilah secara sederhana dan mudah memecahkan masalah sinoptik.
Atas dasar pertimbangan-pertimbangan sastra tersebut, dapat disusun suatu keterangan menyeluruh, yang walaupun tidak pasti namun sangat mungkin untuk menjelaskan keadaan ketiga injil pertama. Pada awal mula ada pewartaan lisan oleh para rasul yang berpusatkan pemberitaan atau Kerigma yang memberitakan wafat Yesus yang menebus dan kebangkitan Tuhan. Pewartaan yang ringkasannya terdapat dalam wejangan-wejangan Petrus, yang tercantum dalam Kis itu biasanya dibarengi cerita-cerita yang lebih terperinci. Mula-mula ada kisah sengsara yang agak segera diberi bentuk tetap, sebagaimana dibuktikan kisah sengsara yang ada dalam keempat injil, yang sangat sejalan: kemudian muncul cerita-cerita kecil mengenai riwayat hidup Yesus dengan maksud menyoroti kepribadianNya, perutusan kekuasaan dan pengajaranNya; cerita-cerita itu memuat suatu kejadian atau wejangan yang menarik, sebuah mujizat, sebuah pepatah, perumpamaan dan sebagainya. Kecuali para rasul ada juga orang lain yan gkhususnya bercerita, seperti misalnya "penginjil-penginjil" (salah satu karunia Roh Kudus khusus yang tidak hanya mengenai keempat penginjil kita; bdk Kis 21:8; Ef 4:11; 2 Tim 4:5). Orang-orang inipun menceritakan kenangan-kenangan injili dalam sebuah bentuk yang menjurus ke bentuk tetap karena terus terulang. Tidak lama kemudian, terutama waktu saksi-saksi dari permulaan mulai memikirkan penulisan tradisi itu. Kejadian-kejadian dan sebagainya yang mula-mula diceritakan tersendiri- tersendiri, cenderung menjadi kelompok, yang kadang-kadang disusun menurut urutannya dalam waktu (misalnya pada satu hari di Kapernaum, Mrk 1:16-39), kadang-kadang menurut urutan yang logis (lima pertikaian Mrk 2:1-3:6). Kelompok yang mula-mula kecil saja, kemudian dihimpun di dalam kelompok-kelompok lebih besar.
Salah seorang pengarang (dan tidak ada alasan mengapa tidak disebut rasul Matius sesuai dengan tradisi) lalu menggubah injil yang pertama. Di dalamnya terkumpul kejadian-kejadian dan perkataan-perkataan Yesus menjadi sebuah kisah terus- menerus yang merangkum seluruh karya Yesus, mulai dengan baptisanNya di sungai Yordan sampai dengan kebangkitanNya. Kemudian, sebuah kumpulan lain yang nama penyusunannya tidak kita ketahui, muncul di samping injil yang pertama itu. Di dalamnya terhimpun perkataan-perkataan Tuhan yang lain, ataupun perkataan- perkataan yang sama tapi dengan bentuk lain. Kedua karya yang tertulis dalam bahasa Aram itu, tidak lama kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani: ada berbagai terjemahan yang berbeda-beda. Dengan maksud menyesuaikannya dengan saudara-saudara beriman yang bukan keturunan Yahudi, injil pertama yang menurut hemat kami digubah oleh Matius, diberi rupa yang baru. Injil yang baru itu berupa sebuah dokumen dan menjadi titik pangkal tradisi Markus. Pada kedua bentuk injil asli yang berasal dari Matius itu boleh ditambahkan sebuah injil kuno lain. Injil itu ialah injil yang menjadi dasar bagi kisah-kisah mengenai Penderitaan dan Kebangkitan Yesus yang tercantum dalam Lukas dan Yohanes. Dengan demikian ada empat dokumen-dasar, sebagai tahap pertama dari ketiga tahap pembentukan injil-injil sinoptik seperti disebut di atas. Keempat dokumen itu ialah : Mat Aram, Kumpulan logia-logia I (S). Mat yang baru dalam bahasa Yunani injil tentang Penderitaan dan Kebangkitan Yesus.
Dalam tahap kedua, keempat tulisan tersebut dipungut dan digabung satu sama lain dengan berbagai cara. Tradisi Mrk mengambil bahannya dari Mat pertama itu dan beberapa penyesuaian yang dialami injil itu, khususnya penyesuaian dengan orang- orang Kristen yang bukan Yahudi. Hanya pengolahan itu juga belum redaksi Mrk yang terakhir, seperti yang kita kenal. Redaksi Mrk yang pertama itulah yang dipakai Mat dan Luk dan yang mempengaruhi kedua penginjil itu. Di pihak lain tradisi Mat sudah menghasilkan redaksi baru dari Mat pertama. Di dalamnya tergabung injil Mat dan Kumpulan "logia-logia" (S). Penulis yang mengerjakan penggabungan itu bekerja dengan sangat teliti Perktaan-perkataan Yesus yang terhimpun dalam S disebarkannya dalam seluruh injilnya dan dengannya penulis menyusun wejangan-wejangan Yesus yang cukup luas. Tidak lama kemudian Lukas menangani karyanya. Dengan saksama Lukas menyelidiki segala sesuatunya yang sudah dikerjakan sebelumnya (Luk 1:1-4). Lalu dalam tahap pertama pekerjaannya - semacam pra-Luk-Lukas memanfaatkan dokumen (Mat dengan rupa baru) yang tertuju kepada orang-orang bukan Yahudi dan yang menjadi dasar bagi Mrk; di samping itu Lukas menggunakan Injil Mat yang sudah tergabung dengan S. Tetapi Lukas juga langsung mengenal Kumpulan S itu. Maka perkataan-perkataan yang terhimpun dalam S itu oleh Lukas kelompok ditempatkan di bagian tengah injilnya, sehingga tidak disusun kembali seperti yang diperbuat Mat. Terutama dalam kisah mengenai Penderitaan dan Kebangkitan Yesus, Lukas menggunakan sebuah tulisan lain lagi, yang juga dipakai oleh injil keempat. Itu menyebabkan adanya kesamaan besar antara Luk dan Yoh dalam kisah tentang Penderitaan dan Kebangkitan, sedangkan Luk (dan Yoh) berbeda sekali dengan Mrk dan Mat. Redaksi Luk yang pertama itu (pra-Luk) belum mengenal Mrk, juga dalam redaksi Mrk yang kedua tidak. Baru kemudian Luk memanfaatlam pra-Mrk itu untuk melengkapi injilnya. Dan dengan demikian kita sampai kepada tahap penyusunan injil-injil sinoptik yang ketiga.
Dalam tahap terakhir ini injil yang berasal dari tradisi Mat secara mendalam diolah dan disadur kembali dengan pertolongan Mrk. Hanya Mrk itu bukanlah redaksi Mrk yang kita miliki, melainkan redaksi dahulu yang disebut di muka sebagai tahap kedua dalam penggubahan injil-injil sinoptik. Hanya redaksi Mrk pertama itu juga disadur dan penyadur itu memperhatikan juga redaksi Mat yang mendahului redaksi terakhir. Barangkali ia juga memanfaatkan redaksi Luk yang pertama dan pasti terpengaruh oleh Paulus. Adapun redaksi Luk yang terakhir memanfaatkan redaksi Mrk yang sudah dipergunakan Mat. Dalam rangka redaksi Luk yang pertama disisipkan beberapa bagian dari Mrk (Luk 4:31-6:19; 8:4-9:50; 18:15-21:38). Penyisipan itu benar-benar sebuah tahap dalam karya Luk yang baru kemudian ditempuh. Ini dibuktikan oleh kenyataan bahwa Luk tidak mengambil bahan dari Mrk, bila bahan yang sama, meskipun dengan bentuk lain, sudah dipungutnya dari sumber Mat atau S yang telah dipakainya. Perlu ditambah pula bahwa Lukas sama dengan Mat dan lebih dari Mat memanfaatkan sumber-sumber khusus yang ditemukannya berkat penyelidikan saksama yang diadakannya (Luk 1:3). Dari sumber-sumber khusus itu dipungutnya kisah masa muda Yesus dan beberapa mutiara yang membuat Luk menjadi sebuah injil yang tidak boleh tidak ada disamping Mrk dan Mat (Orang Samaria yang murah hati, Marta dan Maria, Perumpamaan anak yang hilang. Perumpamaan anak yang hilang, Perumpamaan tentang orang Farisi dengan pemungut cukai, dan lain-lain.
Pandangan mengenai kejadian ketiga injil sinoptik, seperti yang disajikan di atas, menghormati serta menggunakan keterangan-keterangam yang disampaikan oleh tradisi dengan hanya memerincikannya lebih jauh. Tetapi tak mungkin lagi menentukan dengan tegas tanggal dituliskannya masing-masing injil. Dan tradisi tidak memberikan petunjuk tegas mengenai masalah itu. Mengingat jangka waktu yang perlu untuk perkembangan tradisi lisan boleh diduga bahwa penggubahan injil paling dahulu dan baru kemudian penggubahan Kumpulan Pelengkap, mungkin terlaksana antara tahun 40 dan 50. Waktu ini bahkan pasti, seandainya dapat dibuktikan bahwa surat-surat Paulus kepada jemaat di Tesalonika yang ditulis sekitar tahun 51/52 menggunakan wejangan Yesus mengenai akhir zaman yang tercantum dalam injil pertama. Markus tentunya mengarang injilnya menjelang akhir hidup Petrus (begitu dikatakan oleh Klemens dari Aleksandria) atau beberapa waktu setelah Petrus mati (begitu dikatakan oleh Irenus) Kalau demikian maka injil kedua harus dikarang sekitar tahun 64, atau paling sedikit sebelum tahun 70, sebab rupanya Mrk belum tahu tentang kemusnahan Yerusalem. Karya Mat (Yunani) dan Luk menyusul Mrk. Tetapi sukar ditentukan waktu lebih lanjut. Injil Lukas mendahului Kisah Para Rasul, Kis 1:1, tetapi waktu Kis juga kurang pasti (bdk Pengantar Kis) dan tidak memberi pegangan yang kokoh-kuat. Hanya baik Mat maupun Luk kiranya tidak tahu tentang kemusnahan Yerusalem (bahkan Luk 19:42-44; 21:20-24 tidak, sebab di sini hanya dipakai cara bicara yang lazim pada para nabi). Tetapi boleh jadi kedua injil itu mendiamkan kemusnahan Yerusalem itu untuk memberi kesan tua dan karena mau menghormati sumber-sumbernya. Kalau demikian maka waktu dituliskannya kedua injil itu boleh ditunda sampai sekitar tahun 80. Tetapi boleh jadi juga bahwa kedua penginjil itu benar-benar tidak tahu-menahu tentang kejadian itu, sehingga karya mereka harus ditempatkan sebelum tahun 70.
Tetapi bagaimanapun juga, asal-usul rasuli, entah secara langsung entah secara tak langsung, dan caranya ketiga injil sinoptik terbentuk menjamin nilai historisnya, lagi pula memungkinkan menentukan bagaimana "nilai historisnya, lagi pula memungkinkan menentukan bagaimana "nilai historis" itu perlu dipahami. Oleh karena berasal dari perwataan lisan yang berawal pada permulaan jemaat purba, maka ketiga injil itu berdasarkan jaminan yang diberikan oleh orang yang dengan mata kepala sendiri menyaksikan segalanya. Sudah barang tentu baik para rasul maupun pewarta injil lain tidak pernah bermaksud menceritakan "sejarah", sebagaimana istilah itu dipahami oleh ahli ilmu sejarah. Maksud mereka bukan maksud profan melainkan teologis. Mereka berbicara untuk mengajak orang bertobat, untuk membina, menanamkan iman dalam hati dan meneranginya atau untuk membela kepercayaan Kristen terhadap para lawan. Tetapi mereka berbuat demikian berdasarkan kesaksian benar yang dapat dikontrol, sebagaimana dituntut baik oleh ketulusan hati nurani mereka sendiri maupun oleh usaha mereka supaya tidak memberi peluang pihak lawan untuk menyerang. Para penggubah injil yang kemudian mengumpulkan kesaksian-kesaksian para pewarta injil itu berbuat demikian dengan obyektivitas jujur yang sungguh menghormati sumber-sumbernya. Ini cukup terbukti oleh kesederhanaan dan ciri usia tua karya-karya mereka, di mana tidak banyak terdapat perkembangan ajaran Kristen di zaman kemudian, misalnya dari perkembangan teologi Paulus; dan sama sekali tidak terdapat dalam ketiga injil sinoptik cerita-cerita yang merupakan buah daya khayal belaka yang kurang masuk akal, sebagaimana banyak terdapat dalam injil-injil apokrip. Walaupun ketiga injil Sinoptik bukan buku "ilmu sejarah" namun maksudnya ialah memberitakan apa yang sungguh-sungguh terjadi.
Namun demikian ciri historis semacam itu belum juga berarti bahwa segala kejadian dan semua perkataan yang dipaparkan berupan sebuah laporan atau rekaman tepat mengenai apa yang dikatakan atau apa yang terjadi. Ketepatan semacam itu tidak boleh diharapkan seperti yang terjadi pada setiap kesaksian manusiawi, apa lagi kalau kesaksian itu disampaikan dari mulut ke mulut. Dan kenyataan injil sendiripun mengingatkan bahwa pendekatan semacam itu tidak tepat. Sebab kita lihat dalam injil-injil sinoptik bahwa cerita atau perkataan yang sama disampaikan dengan cara yang berbeda-beda. Dan apa yang harus dikatakan tentang masing-masing bagian, lebih lagi harus ditekankan sehubungan dengan urutan dan susunan kejadian dan perkataan dalam masing-masing injil. Urutan itu jelas berbeda dalam masing-masing injil, dan begitupun dapat dinantikan mengingat bagaimana injil-injil itu disusun. Unsur-unsurnya mula-mula diceritakan tersendiri, kemudian lama-kelamaan dikumpulkan dan dikelompokkan, didekatkan satu sama lain, atau dilepaskan yang satu dari yang lain atas dasar pertimbangan-pertimbangan yang lebih memperhatikan logika dan sistematik dari pada urutan waktu. Harus diterima bahwa banyak kejadian dan perkataan dalam injil-injil sudah dilepaskan dari tempat di mana atau dikatakan terjadi dan dari rangka waktu aslinya. Salah benar orang yang secara harafiah mengartikan kata penghubung dan ungkapan seperti : kemudian, selanjutnya, lalu, pada waktu itu, dan sebagainya. Tetapi kesemuanya itu tidak merugikan sedikitpun kewibawaan kitab-kitab yang diinspirasikan itu bagi kepercayaan Kristen. Kalau ternyata Roh kudus tidak mendorong ketiga juru-bicaranya itu menjadi sejiwa dan sehati bahkan seragam dalam hal-hal terperinci, maka sebabnya ialah : Roh Kudus tidak menganggap penting bagi kepercayaan, bahwa ada keseragaman materiil semacam itu. Bahkan Roh Kudus menghendaki perbedaan-perbedaan dalam kesaksian. Heraklitus mengatakan : "Kesepakatan diam-diam lebih bernilai dari kesepakatan jelas". Sebuah kejadian yang disampaikan kepada kita melalui tradisi-tradisi yang berbeda-beda dan malah tidak berkesesuaian satu sama lain (misalnya tradisi- tradisi mengenai penampakan-penampakan Yesus yang dibangkitkan dari alam maut) pada pokoknya mendapat suatu isi dan keteguhan yang tidak dapat diberikan oleh berita-berita yang seluruhnya sama bunyinya, tetapi hanya berupa pemberitahuan dan laporan belaka. Dan kalau perbedaan dalam kesaksian tidak hanya disebabkan oleh nasib yang dialami setiap kesaksian, karena disampaikan dari mulut ke mulut, tetapi juga oleh perubahan-perubahan yang disengaja, maka hal inipun masih membawa manfaat juga. Tidak boleh diragukan, bahwa para penggubah injil dengan sengaja menyajikan berita-beritanya dengan cara yang berlain-lainan. Dan sebelum penggubah injil, tradisi lisan sudah menyampaikan bahannya sambil menafsirkannya dan menyesuaikannya dengan keperluan-keperluan kepercayaan Kristen yang hidup dan yang justru diteruskan oleh para penginjil. Tetapi turun tangan jemaat Kristen dalam bentuk tradisinya terjadi di bawah bimbingan mereka yang bertanggung-jawab. Dan hal itu tak perlu membingungkan kita, tetapi sebaliknya sangat menguntungkan kita. Sebab jemaat itu tidak lain kecuali Gereja dan orang-orang yang bertanggung-jawab tersebut merupakan "wewenang mengajar" yang pertama. Roh Kudus yang pada waktunya menginspirasikan para penginjil sudah mengetuai segenap karya pengolahan yang mendahului injil tertulis. Roh itu membimbing pengolahan itu sesuai dengan perkembangan kepercayaan dan Iapun menjamin hasil pengolahan itu dengan karunia "tidak dapat sesat", yang tidak mengenai kejadian-kejadian sebagai kejadian belaka, tetapi berita rohani yang terkandunt dalam kejadian. Dengan jalan itu Roh Kudus menyediakan makanan yang dapat dinikmati oleh kaum beriman. Dan Roh Kuduslah yang memberi kepada ketiga penginjil Sinoptik suatu karunia khusus untuk menyajikan kabar yang sama dengan cara yang merupakan milik khas masing-masing penginjil.
Injil Karangan Matius
Cahaya iman tersebut dan garis-garis besar Mrk mudah diketemukan kembali dalam injil karangan Matius. Tetapi tekanannya berbeda. Rangka Mat berlainan dari rangka Mrk dan lebih berbelit-belit. Ada lima "buku" kecil yang susul- menyusul; masing-masing terdiri atas sebuah wejangan yang didahului dan disiapkan dengan beberapa kejadian yang dipilih dengan tepat. Bersama dengan kisah masa muda Yesus dan kisah sengsara kebangkitan kelima "buku" tersebut menjadi suatu keseluruhan seimbang yang terbagi menjadi tujuh bagian. Boleh jadi kerangka susunan tersebut berasal dari injil Matius dalam bahasa Aram, sebagaimana juga masih terdapat dalam Mrk. Bagaimanapun juga kerangka itu tampil jelas dalam Mat Yunani dengan lebih lengkap menyajikan pengajaran Yesus dengan menekankan "Kerajaan Sorga" sebagai pokok utama, Mat 4:17+. Injil Mat itu boleh dikatakan sebuah "drama" tujuh bab mengenai kedatangan Kerajaan Sorga :
1) persiapannya dalam Mesias yang masih kanak-kanak, 1-;
2) pemakluman rencana Kerajaan Sorga kepada rakyat dan murid dalam "khotbah di Bukit", 3-7;
3) pewartaan Kerajaan itu oleh para utusan yang sama seperti Yesus mengerjakan mujizat-mujizat sebagai "tanda-tanda" yang meneguhkan perkataan mereka; sebuah wejangan khusus memberikan kepada para utusan itu petunjuk-petunjuk sehubungan dengan perutusan mereka, yaitu "Wejangan Perutusan", 8-1;
4) Kerajaan Sorga tidak dapat tidak menghadapi hambatan-hambatan dari pihak manusia, sesuai dengan tata laksana dalam kerendahan dan persembunyian yang dikehendaki Allah, sebagaimana diutarakan dalam "Wejangan Perumpamaan- perumpamaan", Mat 11:1-13:52;
5) permulaan Kerajaan Sorga dalam sekelompok murid yang dikepalai oleh Petrus dan yang merupakan pangkal Gereja yang tata tertibnya dibentangkan dalam "Wejangan perihal Jemaat" Mat 13:53-18:35;
6) kemelut yang menyiapkan kedatangan Kerajaan Sorga yang depinitip; kemelut itu ditimbulkan oleh perlawanan yang semakin sengit dari pihak para pemimpin Yahudi dan dinubuatkan dalam "Wejangan tentang akhir zaman". 19-2;
7) Kedatangan Kerajaan Sorga melalui sengsara dan kemenangan ialah Sengsara dan Kebangkitan Yesus, 26-28.
Kerajaan Allah (= Sorga yang harus menegakkan Pemerintahan yang berdaulat di tengah-tengah manusia yang akhirnya mengakui Allah sebagai Raja, mengabdi dan mencintaiNya itu, sudah dinubuatkan dalam Perjanjian Lama. Maka Matius yang menulis di tengah-tengah orang Yahudi dan Yesus serta karyaNya Kitab Suci digenapi. Pada tiap-tiap titik balik injilnya, Matius mengutip Perjanjian Lama dengan maksud memperlihatkan bahwa Hukum Taurat dan para Nabi digenapi, artinya: tidak hanya dilaksanakan, tetapi juga dibawa ke kesempurnaan yang memahkotai dan melampauinya. Mat mengutip Perjanjian Lama sehubungan dengan Yesus sendiri untuk menyatakanNya sebagai keturunan Daud, Mat 1:1-17, yang lahir dari seorang perawan, Mat 1:23, di kota Betlehem Mat 2:6; hendak menggaris bawahi tinggalNya di negeri Mesir dan menetapkanNya di kota Kapernaum, Mat 4:14-16, serta masukNya ke Yerusalem sebagai Mesias, Mat 21:5, 16. Mat juga mengutip Kitab Suci sehubungan dengan karya Yesus : mujizat-mujizatNya dengan menyembuhkan orang sakit, Mat 11:4-5, pengajaranNya mengenai "penggenapan" hukum Taurat, Mat 5:17 yang terdiri atas peningkatan hukum Taurat, Mat 5:21-48; 19:3-9; 16:21. Tetapi Mat tidak kurang menonjolkan bahwa perendahan diri Yesus dan kegagalan karyaNya juga menggenapi Kitab Suci pula : pembunuhan atas kanak-kanak di Betlehem, Mat 2:17 dst, masa muda Yesus yang bersembunyi di Nazaret, Mat 2:23, kelembutan hati Sang Hamba yang berbelaskasih, Mat 12:17-21; bdk Mat 8:17; 11:29; 12:7; murid-murid yang meninggalkanNya, Mat 26:31, pengkhitanan demi sejumlah uang yang menertawan, Mat 27:9- 10, penahan Yesus, Mat 26:54, penguburanNya untuk jangka waktu tiga hari, Mat 12:40. Kesemuanya itu sesuai dengan rencana Allah sebagaimana terungkap dalam Kitab Suci. Demikianpun halnya dengan ketidak-percayaan orang Yahudi. Mat 13:13-15, yang lekat pada adat istiadat manusiawi, Mat 15:7-9, dan yang hanya dapat diberi pengajaran pengajaran rahasia berupa perumpamaan, Mat 13:14-15, 35; semuanya dinubuatkan dalam Kitab Suci. Tentu saja injil-injil sinoptik lainpun menggunakan Kitab Suci sebagai pembuktian, tetapi kiranya diambil dari Mat Aram, sedangkan Mat Yunani menonjolkan dan mengembangkan pembuktian alkitabiah itu begitu rupa sehingga menjadi ciri khas injilnya. Bersama dengan susunan sistematik justru ciri alkitabiah tersebut menjadikan karya Matius sebuah "Piagam" tata penyelamatan baru yang menggenapi rencana Allah melalui Kristus : Yesus adalah Anak Allah, hal mana lebih ditekankan oleh Mat dari pada oleh Mrk, 14:33; 16:16; 22:2; 27:40, 43; pengajaranNya merupakan Hukum Baru yang menggenapi yang lama; Gereja yang dilandaskanNya atas Petrus, sedangkan Ia sendiri menjadi batu sendinya yang telah dibuang oleh para pembangun, Mat 21:42, tidaklah lain dari jemaat Mesias yang melanjutkan Jemaat Perjanjian Lama sementara memperluas jemaat lama sampai merangkum bangsa manusia seluruhnya, oleh karena Allah telah mengizinkan bahwa mereka yang pertama dipanggil ditolak, Mat 23:34-38; bdk Mat 10:5-6, 23; 15:24, dengan maksud membuka jalan penyelamatan bagi sekalian bangsa, Mat 8:11-12; 21:33-46; 22:1-10; bdk 12:18, 21; 28:19. Dapat dipahami mengapa injil Mat yang lebih lengkap, lebih baik tersusun dan ditulis dalam bahasa yang lebih baik dari bahasa Mrk, walaupun kurang sedap itu, oleh Gereja semula disambut dengan lebih baik dan dipergunakan dengan lebih leluasa dari pada kedua injil sinoptik lain.
Ende: Matius (Pendahuluan Kitab) INDJIL JESUS KRISTUS KARANGAN MATEUS
KATA PENGANTAR
Tentang pengarang Indjil ini
Karangan Indjil ini sedjak semula terkenal sebagai jang pertama, dan ...
INDJIL JESUS KRISTUS KARANGAN MATEUS
KATA PENGANTAR
Tentang pengarang Indjil ini
Karangan Indjil ini sedjak semula terkenal sebagai jang pertama, dan sebagai tertulis oleh Rasul Mateus. Terdapat kutipan-kutipan dari padanja sudah dalam abad pertama, misalnja dalam buku ketjil peladjaran agama jang berdjudul "Didache", dalam surat Bapa Sutji Klemens dari Roma kepada umat Korintus, dan didalam surat-surat termashur Ignatius Martir, uskup Antiochia.
Mengenai pribadi dan riwajat hidup Mateus kita tahu sedikit sadja. Satu-satunja peristiwa tentangnja didalam Kitab Kudus, ialah peristiwa panggilannja, jang ditjeritakan olehnja sendiri dalam 9:9-13, oleh Markus dalam karangan Indjilnja 2:13-17 dan oleh Lukas dalam 5:27-32. Selain itu hanja disebut namanja dalam daftar nama semua rasul. Didalam tjeritera panggilannja ia sendiri menjebut dirinja Mateus, sedangkan Markus dan Lukas menamakannja Levi. Diduga bahwa nama aslinja Levi dan kemudian sebagai rasul ia disebut Mateus.
Dari ketiga tjeritera tersebut kita ketahui, bahwa bapanja Alfeus, dan sebelum dipanggil oleh Jesus ia seorang pemungut bea di Kafarnaum, agaknja sebagai pegawai Herodes. Dalam daftar nama segala rasul (10:5) ia menamakan dirinja ,Mateus, pemungut bea". Djulukan itu bukan gelaran kehormatan, melainkan sebaliknja pangkat pemungut bea sangat dipandang hina oleh orang Jahudi jang "saleh". Mereka digolongkan pada kaum pendosa dan terasa tak halal bergaul agak erat dengan mereka, misalnja makan semedja dengan mereka. Itu antara lain kita batja dalam Mt. 9:11; Mk. 2:16; Lk. 5:30. Dan memang ada alasan untuk bersikap demikian terhadap mereka. Sebab rupanja kebanjakan mereka tidak djudjur, memperkaja dirinja dengan menuntut bea lebih banjak dari pada jang ditentukan dengan resmi. Mengenai hal itu baik batjalah amanat Joanes Pemandi kepada mereka dalam Lk. 3:12-13. Rupanja Zacheuspun, dalam berita Lk. 19:3-10, termasuk golongan jang kurang djudjur itu, sebelum ia bertemu dengan Jesus. Perhatikanlah chususnja ajat Lk. 19:8. Tetapi orang Jahudi chususnja kaum parisi jang menganggap dirinja golongan jang paling saleh, terlalu menjamaratakan. Bahwa ada banjak pemungut bea, jang djudjur dan luhur hati sudah njata sekali dalam tjatatan Mk. 2:15, bahwa sedjumlah besar pemungut bea dan "orang berdosa" turut makan bersama dengan Jesus sebab banjak dari antara mereka sudah mengikuti Jesus. Tentu sadja Mateuspun termasuk golongan ini dan sebab itu sudah mengenal Jesus dan Jesus mengenal dia, sebelum ia dipanggil mendjadi rasul. Dan bahwa ia tidak lekat pada barang duniawi, dan benar-benar menaruh tuntutan pertama untuk masuk kedalam Keradjaan Allah, jaitu roh kemiskinan, terang sekali sebab ia segera bangun meninggalkan segalanja dan mengikuti Jesus. Dan bukan sedikit jang ditinggalkannja, jaitu pangkat jang ringan pekerdjaannja dan banjak penghasilannja, djuga kalau dilakukan dengan djudjur, dan lagipun ia tentu tjukup kaja, sebab mampu mengadakan suatu perdjamuan "besar" (Lk. 5:29) bagi Jesus dan para pengiringnja dan sedjumlah besar undangan-undangan lain lagi.
Tentang hidup Mateus sesudah Pentekosta kita tahu sedikit dari riwajat lisan jang dapat dipertjajai. Menurut itu ia mengadjar dahulu di Palestina dan disinipun menulis Indjilnja, lalu pergi menjebarkan Indjil kepada bangsa-bangsa bukan Jahudi. Seorang murid rasul-rasul bemama Papias telah menulis kira-kira dalam tahun 125, bahwa Mateus telah mengumpulkan setjara teratur "sabda-sabda" Jesus, dalam bahasa lbrani (Aramea), dan Esebius, seorang penulis sedjarah Geredja jang terkemuka, menulis sekitar tahun 300, bahwa Mateus pertama-tama mengadjar orang sebangsanja di Palestina, dan sebelum meninggalkan mereka untuk mengadjar bangsa-bangsa lain, ia mewariskan kepada mereka, sebagai pengganti kehadirannja sendiri, karangan Indjil tertulis dalam bahasa nenek-mojang mereka.
Karangan asli dalam bahasa Aramea itu diduga ada tertulis antara tahun 40 dan 50, dan 10 atau 20 tahun kemudian, sudah diterdjemahkan kedalam bahasa Junani. Menurut Papias beberapa "orang lain menterdjemahkannja, masing-masing sekedar kemampuannja". Djadi waktu Papias sudah ada beberapa terdjemahan, jang agak berbeda satu sama lain. Satu dari terdjemahan-terdjemahan itu kemudian diterima dengan resmi oleh Geredja purba, sebagai karangan Mateus dan sebagai termasuk Kitab Kudus. Menurut keterangan Geredja agak resmi, terdjemahan ini dalam keseluruhannja, jaitu mengenai isinja tjotjok dengan aslinja, demikian rupa sehingga Mateus harus dinamakan pengarangnja. Menurut Papias, Mateus telah mengumpulkan "logia-logia" Jesus. "Logia" itu biasa diterdjemahkan dengan "sabda", tetapi sekurang-kurangnia dewasa itu, arti kata itu lebih luas, sehingga perbuatan-perbuatan dan peristiwa-peristiwa hidup Jesus termasuk padanja djuga.
Rupa-rupanja penterdjemah agak erat mengikuti teks asli, tetapi ada sardjana jang berpendapat atau menduga, bahwa ia sana-sini mengubah susunan asli dan menambah pula bahan dari sumber-sumber jang lain. Soal-soal ilmiah itu tidak mengenai hakekat Indjil dan tidak penting bagi kita. Bagi kita tjukup kepastian, bahwa seluruh karangan Indjil jang kita punjai dalam Kitab Kudus, terdjamin kebenarannja sebagai wahju Allah dan diilham oleh Roh Kudus, oleh djabatan Geredja jang resmi.
Mengenai bahasa dan gaja bahasa, penterdjemah bekerdja dengan sangat bebas. Itu terang sebab bahasanja Junani murni sekali dan rapih teratur menurut tatabahasa Junani. Gaja-bahasapun pada umumnja tidak berbeda dengan jang lazim dewasa itu pada orang Junani. Bahasanja sederhana, tetapi barus dikatakan elok djuga.
Namun demikian masih terdapat bekas-bekas karangan asli berbabasa Aramea djuga, seperti istilah-istilah dan ungkapan-ungkapan Aramea jang tidak diterdjemahkan, lain jang diterangkan artinja dalam bahasa Junani, lain pula jang diterdjemahkan kata-demi-kata, sehingga tetap bertjorak bahasa Jahudi. Hal-hal itu mengesankan, bahwa karangan asli berbahasa Aramea benar. Tetapi jang lebih djelas membuktikan, sepandjang karangan, bahwa pengarang asli sungguh-sungguh seorang Jahudi tulen jang hidup di Palestina, ialah pengetahuannja jang teliti dan luas tentang keadaan dan suasana hidup ditanah itu. Itu misalnja mengenai hal-hal ilmu-bumi, tjorak-tjorak alam, kehidupan keagamaan dan kemasjarakatan, adat-istiadat, partai-partai dan masalah-masalah politik. Pun tentang hal-hal keuangan, dan dalam itu kita barangkali melihat seorang bekas pemungut bea.
Tentang susunan karangan
Tidak seorangpun dari pengarang-pengarang Indjil bermaksud menulis suatu buku sedjarah atau riwajat hidup Jesus. Mateus kurang lagi dari pada pengarang- pengarang jang lain. Ia memang mulai dengan kelahiran Jesus dan mengachirinja dengan wafat dan kebangkitan Jesus, tetapi selain dalam garis besar itu, ia sedikit sekali mengindahkan urutan waktu dalam menjusun pengadjaran-pengadjaran Jesus atau peristiwa-peristiwa jang ditjeritakannja. Njatalah rentjananja menulis satu buku peladjaran agama jang djelas dan mengesankan, tentu sadja sebagai ringkasan pengadjarannja sehari-hari bagi umat. Sebab itu ia mengumpulkan sabda-sabda dan adjaran-adjaran Jesus, jang agak sama isi dan tudjuannja, sehingga mendjadi satu pengadjaran (chotbah) agak pandjang. Demikian misalnja dalam 4:12-7:29; 13: 1-58;19:1-20:34.
Tak lain sikapnja terhadap mukdjizat-mukdjizat atau peristiwa-peristiwa jang lain. la menghubung dengan memandang isi dan tudjuannja. Ia mengindahkan hanja adjaran jang terkandung didalamnja dan sebab itu tjeritera-tjeriteranja pada umumnja ringkas sadja dengan menondjolkan intinja berupa adjaran itu. Haruslah kita perhatikan tjara bekerdja Mateus itu, supaja djangan kita ragu-ragu atau keliru, kalau kita menemukan bahwa tempat dan waktu peristiwa-peristiwa jang diriwajatkan Mateus tidak tjotjok dengan karangan-karangan Indjil lain. Demikian pula harus diperhatikan, bahwa kata-kata penghubung waktu, seperti misalnja "lalu", "kemudian", pada hari (masa) itu" sebenarnja tidak dimaksudkan sebagai penghubung waktu, melainkan merupakan "awal kata" sadja, jaitu unsur gaja bahasa primitip jang tidak berarti, seperti umpamanja dalam bahasa kita dahulu "arkian", "sebermula" dan lain-lain.
Tudjuan karangan Mateus
Telah ditundjuk, bahwa susunan karangan Mateus kurang bersifat sedjarah. Tetapi dalam satu hal ia lebih berwudjud sedjarah dari karangan-karangan lain, jaitu dalam menundjukkan lebih tegas, bahwa Perdjandjian Baru adalah landjutan langsung dan wadjar dari Perdjandjian Lama, malah penjelesaiannja dan bahwa kedua-duanja merupakan satu sedjarah atau djalan penjelamatan manusia, menurut rentjana Allah dari kekal.
Tudjuan chusus pula, dan boleh dikatakan jang utama seluruh karangan, ialah membuktikan, bahwa "Jesus dari Nazaret" benar-benar Mesias jang dinubuatkan sifat-sifat 2dan nasibnja dalam nubuat-nubuat para nabi. la membuktikan itu dengan kutipan-kutipan dari Kitab Kudus sendiri. Sebab itu kita bertemu dengan begitu banjak kutipan-kutipan dari Perdjandjian Lama. Itu tentu pertama-tama bagi umat-umat sendiri, untuk mejakinkan dan menginsjafkan mereka lebih tegas, guna meneguhkan imannja dan menabahkan hatinja terhadap serangan-serangan dari pihak kaum sebangsanja jang belum pertjaja. Mereka terus-menerus, diperolok- olokkan Jahudi kolot itu, diumpat-umpat malah dikutuk seolah-olah mereka telah murtad dari Allah. Tetapi disamping itu Mateus mengharap lagi dengan tulisannja dapat mejakinkan orang-orang baik jang belum sampai pertjaja dan bertobat pula, ataupun tjalon-tjalon jang masih beladjar.
Ada satu persoalan lagi, jang sudah sewadjarnja dan tentu sadja tidak sedikit mengganggu pemikiran dan ketenteraman hati umat muda, maupun tjalon-tjalon jang hendak masuk dan orang-orang lain jang berminat pula, jakni bagaimana mungkin, djustru kalangan-kalangan atasan dan jang tjendekia, seperti para ahli taurat, lagipun orang-orang parisi jang terkenal sebagai golongan jang paling saleh, tidak mengenal Jesus sebagai Mesias, malah bulat menolaknja. Bergandengan pula dengan itu, bagaimana boleh dibiarkan oleh Allah, bahwa kaum Israel, kaum terpilih jang dalam keseluruhannja diberi djandji akan mewarisi Keradjaan Mesias tidak menerimanja. Mateus memberi djawaban jang terang sepandjang seluruh karangan. Inti djawaban itu jakni: nasib mereka adalah akibat kesalahan mereka sendiri. Allah sudah dari kekal mengetahui ketegaran hati mereka, telah menjatakannja dalam nubuat-nubuat para nabi, dan memperhitungkannja dalam rentjana penjelamatan manusia. Mateus selandjutnja menggambarkan pokok dan perkembangan sikap para pemimpin dengan djelas dengan mentjeritakan peristiwa- peristiwa pertemuan mereka dengan Jesus. Pokoknja ialah iri hati mereka terhadap Jesus, sebagaimana segera djuga kentara bagi Pilatus (27:18). Dan dalam segala pertemuan tampak senjata-njatanja, betapa tinggi menondjol keunggulan sikap, keagungan djiwa dan keluhuran hati Jesus diatas kepitjikan, kelemahan dan ketakdjudjuran kaum ahli taurat dan parisi. Setiap kali mereka datang bersoal dengannja, mentjobainja, hendak menangkapnja dalam perkataannja atau menuduhnja, merekalah jang kalah semata-mata didepan orang jang hadir. Malah setjara njata pula mereka setjara moril kalah sama sekali didalam pemeriksaan mahkamah agung dan didepan Pilatus, djuga sepandjang sengsara dan dalam kematian Jesus, achirnja dengan sepenuhnja dalam kebangkitan Jesus, hal mana merekapun tidak dapat menjangkalnja dalam hati mereka. Ingatlah 28:11-15. Kekalahan-kekalahan bertubi-tubi itu, sedangkan "seluruh rakjat mengikuti Jesus", tak boleh tidak mesti menjebabkan iri hati semakin mendjelma mendjadi kebentjian, jang achirnja menghebat sampai mereka mata gelap belaka.
Tetapi selain iri hati, kebentjian dan penolakan terhadap Jesus berpokok lebih dalam lagi, jaitu dalam pertentangan tjita-tjita mereka dengan tjita-tjita Keradjaan Allah jang diandjurkan Jesus. Mereka tidak dapat menerima seorang Mesias jang tidak berminat politik terhadap pendjadjahan Romawi dan tidak pertama-tama berdjandji mendirikan keradjaan David jang baru, jang makmur dan djaja atas segala keradjaan. Sebaliknja Ia menuntut roh kemiskinan, kerendahan hati, penjangkalan diri dan kerelaan memikul salib sebagai dasar keradjaannja.
Dalam 5:20 Jesus telah memperingatkan: Djikalau kebenaranmu tidak melebihi kebenaran para ahli taurat dan orang parisi, kamu tidak akan masuk kedalam Keradjaan Surga. Kemudian Ia berkali-kali dengan setegas-tegasnja membuka kedok kemunafikan dan keburukan hati mereka. la terpaksa, supaja rakjat djelata insjaf dan djangan pertjaja serta mengikuti mereka. Mateus mengumpulkan beberapa utjapan Jesus jang tegas dan agak keras terhadap mereka dalam bab 23 karangannja. Tetapi, betapapun pentingnja menondjolkan apa jang dipaparkan diatas, untuk meneguhkan iman dan menabahkan hati umat muda bangsa Jahudi itu, namun atjara pokok dan tudjuan utama karangan Mateus djauh lebih luas dan umum, jaitu memperkenalkan Jesus seutuh-utuhnja dan merekamkan adjaran-adjaran dan tjita-tjita Jesus sedalam-dalamnja dalam hati umat Jahudi itu, tetapi oleh penjelenggaraan Roh Kudus, kedalam hati seluruh umat manusia untuk segala abad. Tetapi atjara-atjara dan tudjuan-tudjuan jang dibitjarakan diatas itu sebenarnja merupakan unsur-unsur penting atjara pokok dan tudjuan utama tersebut, sebab baik kepribadian Jesus sendiri, maupun kebenaran dan keluhuran adjaran dan tjita-tjita Keradjaan Allah, djustru makin menjolok dalam perlawanannja dengan salah-paham dan sikap buruk para penentang.
Tetapi untuk mendapat gambaran jang lebih utuh, perlu banjak segi-segi lain lagi disoroti. Indjil harus ditulis demikian lengkap, sehingga mendjadi tjermin segenap kebenaran dan pedoman hidup bagi semua orang menghantar mereka kepada keselamatan abadi. Untuk itu Mateus mengumpulkan adjaran-adjaran Jesus, jang diutjapkannja dimuka orang banjak dan kepada murid-murid tersendiri, dalam bentuk utjapan pendek (amsal), perumpamaan atau chotbah. Tetapi pada bentuk pengadjaran Jesus jang paling njata pula, ialah Jesus sendiri, seluruh kepribadian dan kehidupannja. Apa jang diadjarkannja, dilakukannja sendiri dengan sempurna, mendjadi tjontoh dan penundjuk djalan, bagaimana dapat dan harus kitapun mewudjudkan adjaran-adjaran dan tjita-tjita Indjil pada diri kita dan disekeliling kita dalam hidup kemasjarakatan dan keagamaan. Untuk itu Mateus mentjeritakan sadja peristiwa-peristiwa hidup Jesus dan perbuatan-perbuatannja. Pertama-tama untuk menjatakan bahwa Jesus benar-benar Mesias, Putera Allah jang Mahatinggi, penuh berkekuasaan Ilahi, guna membangunkan kepertjajaan jang teguh dan pasti. Dan bagi siapa sadja jang pertjaja dan selandjutnja dengan luhur hati membatja dan merenungkan Indjil, dalam tiap-tiap kalimat, Jesus menondjol sebagai manusia utama, sempurna dalam segala-galanja sehingga mempesona dan menimbulkan hasrat untuk sekedar menjamai kesempurnaan itu. Jesus menondjol sebagai satu-satunja terang dunia sedjati (Jo. 1:5 dan 9;8:12; 12:46) jang tak pernah menjembunjikan diri, melainkan menjinari semua manusia jang hendak mendekatiNja dalam membatja Kitab Kudus, supaja mereka "melihat perbuatan- perbuatannja jang baik dan memuliakan BapaNja jang ada disurga" (Mt. 5:16). Djuga supaja kita memuliakanNja, terlebih dengan mengikuti djedjak Jesus, dalam tjita-tjitaNja serba rohani-abadi, dalam tjintanja tak terhingga kepada BapaNja dan dalam tjinta-kasihNja jang mesra dan kuat kepada semua manusia, sampai mengurbankan Dirinja semata-mata, mengikuti djedjak Jesus djuga sampai berani berkurban, menjangkal diri dan tetap turut memanggul salib kita.
TFTWMS: Matius (Pendahuluan Kitab) Matius: Pelayanan SANG RAJA 16:13-20
Dua Pernyataan Penting
Pengakuan Petrus tentang Kristus sebagai Anak Allah merupakan penanda penting dalam Mati...
Matius: Pelayanan SANG RAJA 16:13-20
Dua Pernyataan Penting
Pengakuan Petrus tentang Kristus sebagai Anak Allah merupakan penanda penting dalam Matius. Catatan Injil itu memulai dengan mengidentifikasi Yesus sebagai Mesias ilahiyat, Anak Daud (1:1, 16, 17, 20, 23). Setelah Yesus dibaptis, Allah mengakui Dia sebagai Anak-Nya (3:17). Yohanes Pembaptis telah membuka jalan bagi Kristus (3:11, 12), tetapi kemudian ia ingin memastikan Yesus adalah benar-benar Mesias (11:2-6). Orang banyak sering kagum dengan pengajaran dan mujizat Yesus (4:24, 25; 7:28, 29; 9:31, 33; 13:54; 15:31). Beberapa orang menolak Dia—terutama di kota-Nya sendiri Nazaret (13:57) dan kalangan pemimpin agama (9:3; 12:24). Yang lainnya mengumumkan Dia sebagai Anak Daud (9:27; 12:23; 15:22). Murid-murid itu sendiri pernah mempertanyakan identitas Yesus setelah Ia meredakan badai: "Orang apakah Dia ini, sehingga angin dan danaupun taat kepada-Nya?" (8:27). Dalam kegembiraan mereka setelah Ia berjalan di atas air, mereka berkata, "Sesungguhnya Engkau Anak Allah" (14:33). Pernyataan ini berfungsi sebagai pertanda bagi pengakuan baik yang Petrus buat, yang terjadi dalam suasana yang lebih tenang.
TFTWMS: Matius (Pendahuluan Kitab) SOSOK YESUS (Matius 16:13-20)
Matius 16:13-20 membahas pertanyaan paling penting tentang siapa Yesus sebenarnya. Sebuah editorial di sebuah koran kea...
SOSOK YESUS (Matius 16:13-20)
Matius 16:13-20 membahas pertanyaan paling penting tentang siapa Yesus sebenarnya. Sebuah editorial di sebuah koran keagamaan berbicara tentang empat "sosok Yesus."29Yesus yang manakah yang kita yakini?Apakah Mesias Pasar Bebas yang untuk kapitalisme global? Apakah Yesus Perdamaian dan Keadilan, orang Nazaret sayap kiri yang menumbangkan status quo dan meninggikan komunitas? Apakah Yesus sang Anak Domba (Allah) Yang Bisu, Kristus milik kaum skeptik yang tetap pergi ke gereja meski meragukan sebagian besar dari apa yang Perjanjian Baru kaitkan kepada Dia? Apakah Penebus Yang Datang Lagi, yang kedatangan-Nya yang kedua merupakan drama paling menggairahkan bagi mereka yang pesimis tentang dunia yang jahat ini yang memberi kesan bahwa Iblis lebih berkuasa daripada Tuhan?
Siapakah tukang kayu dari desa Nazaret yang kumuh ini? Apakah Yesus dari Nazaret itu benar-benar Anak Allah, atau hanya salah seorang dari banyak penipu yang datang setelah Dia? Beberapa orang mencoba berkompromi dengan mengatakan bahwa Ia adalah orang hebat, seorang filsuf agung, guru paling agung dan pemimpin manusia yang pernah hidup, atau mungkin seorang nabi, tetapi bukan Anak Allah. Tidak bisa ada jalan tengah. Jika Yesus bukan seperti segala hal yang Ia akui, maka Ia adalah penipu dan pembohong terburuk yang dunia pernah kenal.
IDENTITAS YESUS (16:13-20)
Bagaimanakah kita mengetahui identitas Yesus?
1. Kesaksian Alkitab Terhadap Pengakuan Kristus. Yohanes Pembaptis bersaksi terhadap Kristus sebagai Pribadi yang ia persiapkan jalan-Nya lewat kedatangannya, bahwa Ia adalah Anak Domba Allah yang menghapus dosa dunia, dan bahwa Ia adalah Anak Allah (Yoh 1:29-34; lihat 5:33-35).
Allah menyatakan Yesus sebagai Anak-Nya pada dua kesempatan: saat baptisan-Nya (3:16, 17), yang merupakan penggenapan nubuatan (Yes. 11:1, 2), dan saat perubahan wujud (17:5; Luk. 9:35). Petrus belakangan menulis tentang peristiwa ini, dengan mengatakan bahwa ia, bersama dengan Yakobus dan Yohanes, "mendengar ucapan ini" (2 Petrus 1:17, 18 [NASB]; lihat Yoh. 5:37, 38).
Yesus berkata bahwa pekerjaan-Nya membuktikan bahwa Ia diutus oleh Bapa (Yoh. 5:36). Saksi yang tidak bisa dibantah, menurut Paulus, adalah kebangkitan-Nya, yang menyatakan Dia sebagai "Anak Allah yang berkuasa" (Rom. 1:4).
2. Penggenapan Nubuatan. Kitab Suci berisi sejumlah nubuatan tentang mesias. Nubuatan ini digenapi dalam Yesus Kristus, seperti yang sering dicatat dalam Matius:
- Seorang pembuka jalan dijanjikan (Yes. 40:3; Mal. 3:1; 4:5; Mat. 3:3).
- Ia akan dilahirkan dari seorang perawan (Yes. 7:14; Mat. 1:18-25).
- Perkiraan waktu kelahiran-Nya diberikan (Dan. 9:25; Luk. 2:1-7).
- Tempat kelahiran-Nya disebutkan (Mik. 5:2; Mat. 2:1-6).
- Sebuah bintang dikaitkan dengan kelahiran-Nya (Bil. 24:17; Mat. 2:2).
- Bangsa (Kej. 12:1-3), suku (Kej. 49:10), dan keluarga (Yes. 11:1; Yer. 23:5) dari mana Ia akan datang semuanya diramalkan (Mat. 1 :1-6).
Semua ini terjadi seperti yang telah diramalkan. Selain itu, banyak peristiwa dalam kehidupan Mesias sudah dinubuatkan:
- Ia akan disebut "keluar dari Mesir" (Hos. 11:1; Mat. 2:15).
- Ia akan melakukan perbuatan-perbuatan besar (Yes. 35:5, 6; Mat. 11:2-5).
- Ia akan ditolak (Yes. 53:3; Yoh. 1:11).
Pelbagai peristiwa di seputar kematian-Nya juga sudah dinubuatkan:
- Harga yang akan dibayarkan untuk pengkhianatan-Nya telah ditentukan, serta apa yang akan dilakukan dengan uang itu (Zak. 11:12, 13; Mat. 27:3-10).
- Perilakunya selama persidangan dan penderitaan-Nya digambarkan (Yes. 53:7-9; Mat. 27:12-14; Kisah 8:32-35).
- Cara Ia akan mati sudah dinubuatkan (Maz. 22:16-18; Mat. 27:35).
- Tak satu pun dari tulang-tulang-Nya akan dipatahkan (Maz. 34:20; Yoh. 19:32, 33).
- Ia akan dimakamkan dalam jenis makam tertentu (Yes. 53:9; Mat. 27:60).
Akhirnya, kebangkitan-Nya (Maz. 16:10; Kisah 2:31) dan kenaikan-Nya (Maz. 68:18; Kisah 1:9, 10; Efe. 4:8) dinubuatkan dan digenapi.
3. Kesaksian Orang Lain. Celsus, musuh awal agama Kristen (abad kedua Masehi), mengakui bahwa Kristus mengadakan pelbagai mujizat, ia hanya mempertanyakan sumber kuasa-Nya.30Justin Martyr (sekitar 100-165 Masehi), berbicara tentang Kristus menggenapi nubuatan Yesaya dengan menyembuhkan segala macam penyakit dan kelemahan. Ia menulis, "Anda dapat mempelajari [bahwa Ia melakukan hal-hal ini] dari Kisah Pontius Pilatus."31Josephus, seorang sejarawan Yahudi, menulis, Sekarang, sekitar waktu ini Yesus, manusia yang bijaksana, jika memang sah untuk menyebut dia manusia, karena ia seorang pembuat pelbagai perbuatan menakjubkan—seorang guru bagi orang-orang seperti itu yang menerima kebenaran dengan senang hati. Ia banyak menarik orang Yahudi, dan banyak orang non-Yahudi kepada diri-Nya. Ia adalah [sang] Kristus; dan ketika Pilatus, atas saran orang-orang terpandang di antara kita, telah menghukum dia untuk disalibkan, orang-orang yang mengasihi dia awalnya tidak meninggalkan dia, karena ia menampakkan diri kepada mereka [dalam keadaan] hidup kembali pada hari ketiga, sebagaimana nabi-nabi ilahi itu sudah meramalkan semua ini dan puluhan ribu hal lainnya yang menakjubkan tentang dia; dan kaum Kristen, dinamakan demikian dari dia, tidak punah pada hari ini.32
Laporan Josephus itu menegaskan bahwa Kristus "berjalan berkeliling sambil berbuat baik" selama hidup-Nya (Kisah 10:38).
TFTWMS: Matius (Pendahuluan Kitab) Siapakah Yesus Orang Nazaret Itu? (Matius 16:13-20)
Jawaban atas pertanyaan Yesus tentang keyakinan kita kepada identitas-Nya masih sangat penting. K...
Siapakah Yesus Orang Nazaret Itu? (Matius 16:13-20)
Jawaban atas pertanyaan Yesus tentang keyakinan kita kepada identitas-Nya masih sangat penting. Kita percaya kepada Yesus, tetapi kepada jenis Yesus apakah kita percaya? Siapakah Manusia dari Galilea itu?
Bukti meneguhkan pelbagai klaim Yesus. Ia mengaku sebagai ilahi (Luk. 22:69, 70; Yoh. 14:7-11). Buktinya terdapat dalam nubuatan yang tergenapi, pelbagai pekerjaan-Nya (11:2-5; Luk. 4:16-21), dan kesaksian banyak orang lain, termasuk Yohanes Pembaptis (Yoh. 1:29-36) dan Allah sendiri (3: 16, 17; 17:5).
Apakah yang akan menjadi akibatnya jika Yesus bukan Anak Allah? Pemberitaan kita akan sia-sia. Semua rasul dan orang Kristen mula-mula yang mengatakan mereka melihat Dia setelah kebangkitan-Nya akan menjadi saksi palsu. Orang-orang yang kita cintai yang meninggal dalam Kristus tidak akan pernah hidup lagi, dan orang Kristen akan menjadi orang yang paling sengsara di bumi. Sebaliknya, Paulus mengatakan bahwa Yesus memang pernah hidup, Ia memang pernah mati, dan Ia sudah dibangkitkan dari antara orang mati, dan Ia masih hidup hari ini (1 Kor. 15:13-19).
TFTWMS: Matius (Garis Besar) Catatan Akhir:
1 Josephus Wars 3.10.7.
2 Bersyeba terletak di Yehuda, bagian selatan Israel.
3 Lihat Hak. 20:1; 1 Sam. 3:20; 2 Sam. 3:10; 17:11...
Catatan Akhir:
- 1 Josephus Wars 3.10.7.
- 2 Bersyeba terletak di Yehuda, bagian selatan Israel.
- 3 Lihat Hak. 20:1; 1 Sam. 3:20; 2 Sam. 3:10; 17:11; 24:2, 15; 1 Raja 4:25; 1 Taw. 21:2; 2 Taw. 30:5.
- 4 Josephus Antiquities 18.2.1; Wars 2.9.1.
- 5 Josephus Wars 3.9.7; 7.2.1.
- 6 Josephus Antiquities 15.10.3.
- 7 Josephus Life 13.
- 8 David Hill, The Gospel of Matthew, The New Century Bible Commentary (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1972), 259-60. Hill mencatat bahwa orang-orang Yahudi menyatakan tradisi seperti itu tentang Musa dan Yesaya dalam The Assumption of Moses and The Ascension of Isaiah.
- 9 2 Esdras 2.18.
- 10 Dalam pelbagai paralel sinoptik, Markus hanya menulis "Mesias" (Mrk. 8:29), sedangkan Lukas menulis "Mesias dari Allah" (Luk. 9:20).
- 11 Satu teks Yahudi di dalam Pseudepigrafa menyatakan, "Lihatlah, Tuhan, dan bangkitkanlah bagi mereka raja mereka, anak Daud, untuk memerintah atas hamba-Mu Israel dalam waktu yang Engkau tetapkan, ya Allah. Topanglah dia dengan kekuatan untuk menghancurkan para penguasa lalim, untuk membersihkan Yerusalem dari orang-orang kafir yang menginjak-injak kota itu sampai hancur" (Psalms of Solomon 17.21, 22).
- 12 John Lightfoot, A Commentary on the New Testament from the Talmud and Hebraica: Matthew-1 Corinthians, vol. 2, Matthew-Mark (Oxford University Press, 1859; reprint, Grand Rapids, Mich.: Baker, 1979), 234. Untuk contoh, lihat Talmud Berakoth 28b.
- 13 Walter Bauer, A Greek-English Lexicon of the New Testament and Other Early Christian Literature, 3d ed., rev. and ed. Frederick W. Danker (Chicago: University of Chicago Press, 2000), 809.
- 14 Ibid.
- 15 Michael J. Wilkins, "Matthew," in Zondervan Illustrated Bible Backgrounds Commentary, vol. 1, Matthew, Mark, Luke, ed. Clinton E. Arnold (Grand Rapids, Mich.: Zondervan, 2002), 102.
- 16 Hill, 262.
- 17 Donald A. Hagner, Matthew 14-28, Word Biblical Commentary, vol. 33B (Dallas: Word Books, 1995), 470.
- 18 Namun begitu, beberapa orang mengartikan "dasar" dalam Efesus 2:20 sebagai mengacu kepada ajaran para rasul daripada kepada para rasul itu sendiri.
- 19 J. W. McGarvey, The New Testament Commentary, vol. 1, Matthew and Mark (N.p., 1875; reprint, Delight, Ark.: Gospel Light Publishing Co., n.d.), 145.
- 20 Meski "jemaat" dan "perhimpunan" digunakan untuk menunjukkan gereja dalam Perjanjian Baru, namun kata-kata ini dapat juga mengacu kepada kelompok orang lain. Dalam Septuaginta, ekklēsia sering berarti "jemaat" Israel (lihat Kisah 7:38).Orang Yunani menggunakan ekklēsia untuk menunjukkan suatu "perhimpunan" warga bebas (lihat Kisah 19:32, 39, 41).
- 21 Robert H. Gundry, Matthew: A Commentary on His Literary and Theological Art (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1982), 331.
- 22 Jack P. Lewis, "'The Gates of Hell Shall Not Prevail Against It' (Matt 16:18): A Study of the History of Interpretation," Journal of the Evangelical Theological Society 38 (September 1995): 353.
- 23 Homer Odyssey 14.156; Iliad 5.646; Aeschylus Agamemnon 1291; Hesiod Theogony 668, 774; Euripides Hippolytus 56-57, 1447; Hecuba 1-2; Diogenes Laertius 10.126.
- 24 Wisdom of Solomon 16:13 (NRSV); lihat 3 Maccabees 5:51.
- 25 Untuk foto-foto kunci pintu kuno dari Palestina, lihat Wilkins, 103.
- 26 Arthur Skevington Wood, "Key," in The International Standard Bible Encyclopedia, rev. ed., ed. Geoffrey W. Bromiley (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1986), 3:10.
- 27 Talmud Shabbath 31ab.
- 28 Lightfoot, 236-41.
- 29 Pelbagai gambaran ini disadur dari Ray Waddle, "Year of Jesus . . . but which one and what beliefs?" The Nashville Tennessean (11 December 2004): B3.
- 30 Origen Against Celsus 1.6. Origen menulis jawaban kepada True Word karya Celcus, sebuah karya tulisan yang masih ada hanya dalam acuan-acuan Origen.
- 31 Justin Martyr Apology 1.48.
- 32 Josephus Antiquities 18.3.3. Meski banyak sarjana percaya bahwa kutipan dari Josephus itu diedit oleh orang Kristen, mereka umumnya mengakui bahwa kutipan itu mengandung kebenaran-kebenaran mendasar yang ditulis oleh sejarawan Yahudi. (Lihat pembahasan dalam Lee Strobel, The Case for Christ [Grand Rapids, Mich.: Zondervan Publishing House, 1998], 78-80.)
Pengarang: Sellers Crain
Hak Cipta © 2013 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
BIS: Matius (Pendahuluan Kitab) KABAR BAIK YANG DISAMPAIKAN OLEH MATIUS
PENGANTAR
Buku Matius menyampaikan kepada kita Kabar Baik bahwa Yesus adalah Raja
Penyelamat yang dijanjikan
KABAR BAIK YANG DISAMPAIKAN OLEH MATIUS
PENGANTAR
Buku Matius menyampaikan kepada kita Kabar Baik bahwa Yesus adalah Raja Penyelamat yang dijanjikan oleh Allah. Melalui Yesus itulah Allah menepati apa yang telah dijanjikan-Nya di dalam Perjanjian Lama kepada umat-Nya. Sekalipun Yesus lahir dari orang Yahudi dan hidup sebagai orang Yahudi, namun Kabar Baik itu bukanlah hanya untuk bangsa Yahudi saja melainkan untuk seluruh dunia.
Buku Matius ini disusun secara teratur; mulai dengan kelahiran Yesus, kemudian mengenai baptisan dan godaan yang dialami-Nya, lalu mengenai karya-Nya di Galilea. Di situ Ia berkhotbah, mengajar dan menyembuhkan orang. Setelah itu buku ini mengisahkan perjalanan Yesus dari Galilea ke Yerusalem, dan apa yang terjadi dengan Yesus dalam minggu terakhir hidup-Nya di dunia ini yang memuncak pada kematian dan kebangkitan-Nya.
Salah satu hal yang dititikberatkan oleh Matius ialah bahwa Yesus adalah Guru yang besar, yang mengajar bahwa Allah memerintah sebagai Raja. Yesus juga mempunyai wibawa untuk menjelaskan arti dari Hukum Allah. Kebanyakan dari ajaran-ajaran Yesus itu dikelompokkan menurut pokok-pokoknya. Ada lima kelompok:
- (1) Khotbah di Bukit yang menyangkut sikap, kewajiban, hak-hak, dan tujuan hidup para anggota umat Allah (pasal 5-7 Mat 5:1-7:28);
- (2) petunjuk-petunjuk kepada kedua belas pengikut Yesus untuk melaksanakan tugas (pasal 10 Mat 10:1-42);
- (3) perumpamaan-perumpamaan tentang keadaan waktu Allah memerintah sebagai Raja (pasal 13 Mat 13:1-58);
- (4) ajaran mengenai makna menjadi pengikut Yesus (pasal 18 Mat 18:1-35); dan
- (5) ajaran tentang akhir zaman dan tentang kedatangan Anak Manusia (pasal 24-25 Mat 24:1-25:46).
Isi
- Daftar asal-usul Yesus Kristus dan kelahiran-Nya
Mat 1:1-2:23 - Pekerjaan Yohanes Pembaptis
Mat 3:1-12 - Baptisan dan godaan terhadap Yesus
Mat 3:13-4:11 - Pelayanan Yesus di tengah-tengah masyarakat Galilea
Mat 4:12-18:35 - Dari Galilea ke Yerusalem
Mat 19:1-20:34 - Minggu terakhir di Yerusalem dan sekitarnya
Mat 21:1-27:66 - Kebangkitan Yesus dan penampakan diri-Nya
Mat 28:1-20
Ajaran: Matius (Pendahuluan Kitab)
Tujuan
Supaya dengan mengenal isi Kitab Injil Matius orang-orang Kristen mengerti,
bahwa Yesus Kristus adalah Mesias, Juruselamat, Raja yang dijanji
Tujuan
Supaya dengan mengenal isi Kitab Injil Matius orang-orang Kristen mengerti, bahwa Yesus Kristus adalah Mesias, Juruselamat, Raja yang dijanjikan, yang diutus Allah sebagai penggenapan nubuatan para nabi dalam Kitab Perjanjian Lama.
Pendahuluan
Penulis : Rasul Matius.
Tahun : Sekitar tahun 61 sesudah Masehi.
Penerima : Orang-orang Kristen keturunan Yahudi, (dan juga setiap orang yang percaya kepada Tuhan Yesus Kristus).
Isi Kitab: Injil Matius terdiri dari 28 pasal. Menyatakan bahwa Yesus orang Nazaret sungguhlah Mesias (Juruselamat), Raja yang dijanjikan, sebagai penggenapan nubuatan para nabi dalam Kitab Perjanjian Lama.
I. Ajaran-ajaran utama dalam Kitab Injil Matius
Pasal 1-4 (Mat 1:1-4:1).
Raja (Juruselamat) yang dinantikan sudah datang
Bagian ini memaparkan keturunan Yesus, dari Abraham, Ishak, dan Yakub, dengan maksud untuk menunjukkan, bahwa Yesus Kristus adalah Juruselamat (Raja) yang diutus Allah sebagai penggenap nubuat-nubuat dalam Perjanjian Lama.
Pendalaman
- Buka dan bacalah pasal Mat 2:1-2, 11-12. Kalau kedatanga Tuhan Yesus disambut dengan persembahan-persembahan, apakah yang tela saudara persembahkan kepada-Nya?
- Buka dan bacalah pasal Mat 4:1-11. Berapa lamakah Tuhan Yesus berpuasa? Tuhan Yesus dicobai. Siapakah yang menang dalam pencobaan ini? Tuhan Yesus menang dalam pencobaan. Itu berart Tuhan Yesus sanggup menolong saudara dalam pencobaan kalau saudara menerima Dia sebagai Raja dalam hidup.
Pasal 4-25 (Mat 4:12-25:46).
Raja (Juruselamat) itu memberikan ajaran-ajaran
Bagian ini berisikan ajaran-ajaran dasar yang menjadi ciri hidup kerajaan-Nya. Dan juga Yesus menunjukkan kuasa-Nya atas alam semesta, atas penyakit-penyakit melalui mujizat-mujizat yang dilakukan-Nya.
Pendalaman
- Buka dan bacalah pasal Mat 5:1-12. Siapakah yang memiliki kebahagiaan?
- Buka dan bacalah pasal Mat 7:24. Apakah yang menjadi dasar kehidupan yang kuat bag setiap pengikut Yesus?
- Buka dan bacalah pasal Mat 11:25-30. Apakah yang akan saudara dapati, kalau mau datang pada Yesu Sang Raja?
- Buka dan bacalah pasal Mat 16:24. Apakah yang menjadi syarat bagi pengikut Yesus?
- Buka dan bacalah pasal Mat 24:24-25. Tuhan Yesus menyatakan, bahwa setelah Ia kembali ke sorga, akan datan Juruselamat yang palsu, karena hanya Yesuslah Juruselamat yang asli. Saudara mau yang mana, yang asli atau yang palsu?
Pasal 26-27 (Mat 26:1-27:66).
Raja (Juruselamat) mengorbankan dirinya untuk keselamatan umat-Nya
Pendalaman
- Buka dan bacalah pasal Mat 26:26-28. Bagian ini menjelaskan, sebelum Raja itu mengorbankan diri-Nya, I terlebih dahulu mengajak murid-murid-Nya untuk mengadakan perjamua suci. Hal ini merupakan lambang daripada pengorbanan-Nya di kay salib. Dan Ia mengamanatkan agar perjamuan yang serupa dilakukan ole murid-murid-Nya, setelah kenaikan-Nya kesorga. Perjamuan ini disebu Perjamuan Kudus. Ini berarti setiap orang yang percaya pada Yesus harus mengikuti upacara Perjamuan Kudus tersebut. _Tanyakan_: Apakah arti Perjamuan Kudus?
- Buka dan bacalah pasal Mat 27:54. Apakah pengakuan dari komandan prajurit Roma tentang Yesus? Bagaimanakah pendapat saudara, siapakah Yesus?
Pasal 28 (Mat 28:1-20).
Raja (Juruselamat) itu memperlihatkan kemenangannya atas segala kuasa di dunia dan di sorga
Bagian ini menjelaskan, bagaimana Raja yang mengorbankan diri-Nya itu berkuasa atas segala kuasa kematian karena Dialah yang mempunyai segala kuasa baik di sorga maupun di dunia.
Pendalaman
- Buka dan bacalah pasal Mat 28:1-10. Bagian ini menjelaskan bahwa Yesus bangkit persis seperti apa yan telah Ia katakan tentang diri-Nya. Siapakah yang menggulingkan bat penutup kuburan, dan memberitakan tentang kebangkitan Yesus? Jad berita kebangkitan Yesus, diterima pertama kali dari manusia atau dar malaikat Allah? Kalau begitu siapakah yang lebih saudara percayai?
- Buka dan bacalah pasal Mat 28:11-15. Berita bohong tentang Yesus tidak bangkit dari kematian itu, dibua oleh manusia. Jadi siapa yang percaya kepada berita itu, berart percaya kepada berita bohong dari manusia dan menjadi pengiku pembohong.
- Buka dan bacalah pasal Mat 28:16-20. Menurut ayat 18 (Mat 28:18) apakah yang diberikan kepada Yesus? Menurut ayat 19 (Mat 28:19) Raja yang naik ke sorga memberikan Amanat Agung aga murid-murid-Nya pergi ke seluruh dunia, untuk menjadika semua bangsa murid-murid-Nya. Amanat Agung ini berlak untuk semua orang yang percaya kepada Tuhan Yesus. Apakah saudara sudah pernah bersaksi tentang Yesus Kristu kepada orang lain? Pada ayat 20, (Mat 28:20) janji apakah yang diberikan-Nya?
II. Kesimpulan
Melalui Injil Matius, jelaslah bahwa Yesus Kristus adalah Raja yang kekal, Juruselamat dan Penebus dosa yang dijanjikan dalam Perjanjian Lama. Yesus Kristus adalah Raja dari segala raja, karena Dialah yang mempunyai segala kuasa, baik di sorga maupun di atas bumi.
Pertanyaan-pertanyaan yang Dapat Digunakan untuk Tanya Jawab
- Siapakah yang menulis Injil Matius?
- Apakah isi singkat Injil Matius?
- Bagaimanakah Yesus membuktikan, bahwa Ia adalah raja da Juruselamat yang dijanjikan dalam Perjanjian Lama?
Intisari: Matius (Pendahuluan Kitab) MENGAPA INJIL INI DITULIS.Matius mempunyai beberapa alasan yang jelas mengapa ia menulis Injil ini:1. Untuk menunjukkan hubungan antara Yesus dengan P
MENGAPA INJIL INI DITULIS.
Matius mempunyai beberapa alasan yang jelas mengapa ia menulis Injil ini:
1. Untuk menunjukkan hubungan antara Yesus dengan Perjanjian Lama.
2. Untuk mencatat ajaran Kristus yang diberikan secara luas pada para murid-Nya.
3. Untuk menjelaskan sikap apa yang diharapkan Kristus dari murid-murid-Nya.
4. Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh sejumlah anggota gereja, misalnya mengenai kehidupan masa muda Yesus dan kedatangan-Nya kembali.
5. Untuk menjelaskan tentang cara mengelola Gereja.
PENULISNYA.
Tidak ada pernyataan dalam Injil ini bahwa Matiuslah penulisnya, tetapi tradisi mula-mula menegaskan demikian. Sedikit saja yang kita ketahui tentang Matius, karena ia hanya disebut dalam Mat 9:9 dan Mat 10:3, yaitu bahwa ia seorang pemungut cukai yang dipanggil secara pribadi oleh Yesus. Namanya berarti "anugerah dari Tuhan". Dalam Injil lain ia dipanggil Lewi (Mar 2:14).
PEMBACA INJIL MATIUS.
Hal-hal yang diperhatikan dalam Injil Matius memberi petunjuk bahwa sebagian besar pembacanya adalah orang Yahudi. Sebagian besar dari mereka mungkin sudah menjadi Kristen, tetapi Matius boleh jadi menulis Injil ini untuk meyakinkan orang Yahudi lainnya bahwa Yesus adalah Mesias yang sudah lama dinanti-nantikan oleh bangsa Yahudi.
Namun demikian, ia sama sekali tidak mengabaikan orang-orang bukan Yahudi dan mungkin juga ia menulis dengan tujuan untuk menjawab beberapa pertanyaan mereka tentang kepercayaan mereka yang bersumber dari kepercayaan Yahudi.
KAPAN INJIL INI DITULIS?
Kita tidak dapat memastikan kapan Injil Matius ditulis. Mungkin Injil ini ditulis setelah Markus menulis Injilnya, karena isinya mirip dengan Injil Markus. Tetapi, Injil ini juga bukan yang terakhir, karena masalah-masalah sehubungan dengan orang-orang Kristen Yahudi yang diperhatikannya berangsur berkurang. Diperkirakan waktunya adalah antara tahun 50 dan 90.
CIRI-CIRI KHUSUS.
1. Injil Matius sangat teratur. Bagian-bagian tentang ajaran Yesus disisipkan di antara penjelasan-penjelasan tentang kegiatan-kegiatan-Nya.
2. Karena ingin menunjukkan bahwa Yesus adalah Mesias Yahudi, ia sering mengutip dari Perjanjian Lama. Ada 65 ayat dalam Matius yang mengacu ke Perjanjian Lama.
3. Matius bicara tentang Kerajaan Surga (33 kali) cocok dengan latar belakangnya sebagai orang Yahudi, sementara Injil-Injil lain bicara tentang Kerajaan Allah.
4. Dari keempat Injil, hanya Matius sendiri yang berbicara mengenai gereja. Ia menulis sebagai seorang gembala yang menangani berbagai masalah dan pertanyaan.
Pesan
1. Yesus adalah Mesias.o Dia berasal dari keturunan Yahudi Mat 1:1-17
o Dia menggenapi nubuatan Perjanjian Lama, misalnya Mat 1:23; 2:6, 18, 23; 4:15, 16 dll.
o Dia datang untuk menyelamatkan manusia dari dosa. Mat 1:21
o Dia pertama-tama datang kepada bangsa Israel. Mat 15:24
o Dia melukiskan sikap-Nya terhadap Perjanjian Lama. Mat 5:17-48
o Dia menantang pemimpin-pemimpin agama yang menyesatkan umat Allah. Mat 16:5-12; 23:1-36.
o Dia kelak akan bertindak sebagai hakim. Mat 25:31-46
2. Yesus berbicara mengenai suatu kerajaan.
o Dia menjelaskan apa sebenarnya Kerajaan Allah itu: bukan suatu tempat, tetapi
Allah secara aktif memerintah dunia ini. Mat 9:35
o Dia sendiri adalah Raja. Mat 2:2, 16:28
o Dia memberitahukan persyaratan revolusioner untuk dapat masuk ke dalamnya.
Mat 5:3,10,20; 7:21; 19:14,23,24
o Kerajaan-Nya sudah hadir saat ini. Mat 12:28
o Kerajaan-Nya yang sempurna masih akan datang. Mat 16:28
o Pertumbuhan Kerajaan-Nya itu pasti, walaupun tersembunyi. Mat 3:1-23
o Kerajaan Allah layak mendapat prioritas utama manusia. Mat 6:33; 13:44-46
3. Yesus menggarisbawahi hukum Taurat.
o Dia memperkuat hukum Taurat. Mat 5:17-48
o Dia merangkum hukum Taurat. Mat 22:37-40
o Dia menafsirkan hukum Taurat. Mat 23:23
4. Yesus mengutus gereja-Nya.
o Menjadi suatu masyarakat yang bermoral tinggi. Mat 5:20
o Menjadi suatu masyarakat yang berdisiplin. Mat 18:15-18
o Menjadi suatu masyarakat yang bersedia mengampuni. Mat 18:21-22
o Menjadi suatu masyarakat yang berdoa. Mat 18:19-20
o Menjadi suatu masyarakat yang bersaksi. Mat 28:19-20
Penerapan
Berita dalam Injil Matius dapat diterapkan pada dua golongan kelompok utama:
1. Kepada orang yang belum percaya.o Orang Yahudi yang belum percaya: Injil ini menunjukkan bahwa Yesus adalah
Mesias yang telah lama mereka nantikan. Kedatangan-Nya sudah dipersiapkan
dengan saksama di sepanjang sejarah dan kini keselamatan tersedia melalui Dia.
o Bangsa bukan Yahudi yang belum percaya: pembebasan dari dosa dan segala
akibatnya juga berlaku bagi orang bukan Yahudi.
Yesus adalah Juruselamat seluruh umat manusia. Dia menyambut siapa saja yang
menyatakan iman mereka kepada-Nya.
2. Kepada orang-orang Kristen.
o Injil ini akan memperlengkapi Anda dengan ajaran dasar yang penting mengenai
kehidupan dan ucapan-ucapan Yesus.
o Injil ini akan menunjukkan kepada Anda nilai Perjanjian Lama.
o Injil ini akan menunjukkan perlunya hidup sesuai dengan hukum yang baru dan
mencapai standar moral yang tinggi.
o Injil ini juga akan memperlihatkan kepada Anda bagaimana harus hidup dengan
sesama Kristen.
o Injil ini akan mendorong Anda untuk ikut ambil bagian dalam tugas misi ke
seluruh dunia.
o Injil ini akan membangkitkan pengharapan Anda akan kedatangan Yesus kembali.
Tema-tema Kunci
Matius menekankan beberapa tema tertentu. Selidikilah berulang kali catatan-catatan berikut ini dan pakailah konkordansi agar mendapatkan referensi lain yang terkait untuk mempelajari secara lebih mendalam.
1. Allah adalah Bapa surgawi kita. Inilah sebutan bagi Allah yang paling disenangi oleh Matius: Mat 5:16,45,48; 6:1,9; 7:11,21; 10:32,33; 12:50; 16:17; 18:10,14,19.
2. Berbagai gambaran mengenai Yesus. Yesus disebut Anak Daud (Mat 1:1), Juruselamat (Mat 1:21), Raja Orang Yahudi (Mat 2:2), Orang Nazaret (Mat 2:23). Sebutan apalagi bagi Yesus yang dapat Anda temukan? 3. Kutipan-kutipan dari Perjanjian Lama. Matius sering mengatakan 'haI itu terjadi supaya genaplah yang difirmankan Tuhan oleh nabi' (Mat 2:15) atau kalimat-kalimat serupa. Carilah referensi lain dan periksalah apa yang mereka ajarkan tentang Yesus.
4. Ajaran Yesus. Lima kali Matius mengatakan 'setelah Yesus mengakhiri perkataan ini' (Mat 7:28; 11:1; 13:53; 19:1; 26:1). Setiap pernyataan itu ditulis pada akhir sekumpulan ajaran Yesus. Buatlah ringkasan dari tiap-tiap 'khotbah' itu. 5. Perumpamaan-perumpamaan Yesus. Yesus mengajar murid-murid-Nya dengan memakai perumpamaan. Tetapi ingatlah, tidak semua orang dapat mengerti makna perumpamaan-perumpamaan itu (Mat 13:10-17). Beberapa perumpamaan terdapat dalam: Mat 7:24-27; 13:3-52; 18:23-35; 20:1-16; 22:1- 14; 25:1-30. Buatlah ringkasan mengenai apa yang diajarkan dalam perumpamaan-perumpamaan di atas dan dalam perumpamaan lain.
6. Mukjizat-mukjizat yang dilakukan Yesus. Matius mencatat banyak mukjizat kesembuhan dan mukjizat-mukjizat lain yang dibuat oleh Yesus untuk menunjukkan bahwa Dia adalah Tuhan atas ciptaan. Dua puluh mukjizat dicatat dalam Injil ini: Mat 8:1-17,23-34; 9:1-8, 18-33; 12:10-13,22; 14:15-33; 15:21-39; 17:14-21; 20:29-34; 21 :18-22. Daftarkanlah semua mukjizat itu dan tulislah dalam satu kalimat tentang apa yang dinyatakan mengenai Yesus dalam tiap-tiap mukjizat.
7. Kerajaan Surga Ungkapan ini menyarikan inti yang penting dalam ajaran Yesus. Pakailah konkordansi untuk mengetahui di mana Yesus mengatakannya dan bayangkan apa yang sebenarnya ingin dikatakan oleh Yesus tentang Kerajaan Surga ini.
Garis Besar Intisari: Matius (Pendahuluan Kitab) [1] KEDATANGAN MESIAS Mat 1:1-4:25
Mat 1:1-17Silsilah keluarga Yesus
Mat 1:18-25Kelahiran Yesus
Mat 2:1-23Kunjungan orang Majus
Mat 3:1-17Pela
[1] KEDATANGAN MESIAS Mat 1:1-4:25
Mat 1:1-17 | Silsilah keluarga Yesus |
Mat 1:18-25 | Kelahiran Yesus |
Mat 2:1-23 | Kunjungan orang Majus |
Mat 3:1-17 | Pelayanan Yohanes Pembaptis |
Mat 4:1-11 | Pencobaan terhadap Yesus |
Mat 4:12-25 | Yesus mulai berkhotbah |
[2] KHOTBAH DI BUKIT Mat 5:1-7:29
Mat 5:1-12 | Ucapan bahagia |
Mat 5:13-16 | Garam dan terang |
Mat 5:17-48 | Sikap Yesus terhadap hukum Taurat |
Mat 6:1-7:29 | Yesus mendorong kehidupan agama yang benar |
[3] KHOTBAH TENTANG KERAJAAN SURGA Mat 8:1-9:38
Mat 8:1-17 | Yesus berkhotbah melalui penyembuhan |
Mat 8:18-22 | Yesus berbicara tentang kemuridan |
Mat 8:23-9:8 | Yesus memperlihatkan kuasa-Nya |
Mat 9:9-13 | Yesus memanggil Matius |
Mat 9:14-17 | Yesus berbicara tentang puasa |
Mat 9:18-38 | Yesus menyembuhkan lagi |
[4] MISI DARI DUA BELAS RASUL Mat 10:1-42
Mat 10:1-15 | Tugas mereka |
Mat 10:16-42 | Masa depan mereka |
[5] TANGGAPAN ORANG BANYAK Mat 11:1-12:50
Mat 11:1-19 | Pertanyaan-pertanyaan Yohanes |
Mat 11:20-30 | Ketidakacuhan orang banyak |
Mat 12:1-50 | Pertentangan dari orang Farisi |
[6] PERUMPAMAAN-PERUMPAMAAN TENTANG KERAJAAN SURGA Mat 13:1-58
[7] PENYATAAN TUHAN YESUS Mat 14:1-17:27
Mat 14:1-12 | Kematian Yohanes Pembaptis |
Mat 14:13-36 | Tuhan atas semesta alam |
Mat 15:1-20 | Sikap Yesus terhadap tradisi |
Mat 15:21-16:4 | Mukjizat dibuat dan dijelaskan |
Mat 16:5-12 | Peringatan terhadap para pemimpin agama |
Mat 16:13-28 | Pengakuan Petrus |
Mat 17:1-13 | Yesus dimuliakan |
Mat 17:14-27 | Kembali ke dunia yang berdosa |
[8] GAYA HIDUP GEREJA Mat 18:1-35
[9] JALAN MENUJU SALIB Mat 19:1-20:34
Mat 19:1-12 | Ajaran yang Yesus berikan |
Mat 19:13-30 | Orang yang Yesus temui |
Mat 20:1-16 | Perumpamaan yang Yesus ceritakan |
Mat 20:17-28 | Penderitaan yang Yesus nubuatkan |
Mat 20:29-34 | Penyembuhan yang Yesus lakukan |
[10] SAAT DI YERUSALEM Mat 21:1-23:39
Mat 21:1-11 | Masuk kota dengan penuh kemenangan |
Mat 21:12-27 | Di Bait Allah |
Mat 21:28-22:46 | Perumpamaan dan pertanyaan |
Mat 23:1-39 | Kecaman Yesus |
[11] KEADAAN MASA DEPAN Mat 24:1-25:46
[12] PUNCAK MISI KRISTUS Mat 26:1-28:20
Mat 26:1-35 | Peristiwa-peristiwa sebelum Getsemani |
Mat 26:36-27:31 | Penangkapan dan penghakiman atas Kristus |
Mat 27:32-66 | Penyaliban |
Mat 28:1-20 | Kebangkitan dan sesudah itu |
Bank BCA Cabang Pasar Legi Solo - No. Rekening: 0790266579 - a.n. Yulia Oeniyati
Kontak | Partisipasi | Donasi