Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per frasa)
Full Life -> Mat 12:31
Full Life: Mat 12:31 - HUJAT TERHADAP ROH KUDUS.
Nas : Mat 12:31
Hujat terhadap Roh Kudus adalah penolakan terus-menerus dan dengan
sengaja terhadap kesaksian Roh Kudus mengenai Kristus, Firman-Ny...
Nas : Mat 12:31
Hujat terhadap Roh Kudus adalah penolakan terus-menerus dan dengan sengaja terhadap kesaksian Roh Kudus mengenai Kristus, Firman-Nya dan karya-Nya yang menginsafkan orang akan dosa (bd. Yoh 16:7-11). Orang yang menolak dan melawan suara Roh Kudus ini menjauhkan diri sendiri dari satu-satunya kekuatan yang dapat membawanya kepada pengampunan dosa. Proses yang membawa kepada hujat terhadap Roh Kudus adalah sebagai berikut:
- 1) Mendukakan Roh (Ef 4:30), apabila diteruskan akan membuat orang menentang Roh Kudus (Kis 7:51);
- 2) Menentang Roh Kudus akan membawa kepada memadamkan api Roh (1Tes 5:19);
- 3) Memadamkan api Roh membuat seseorang mengeraskan hatinya (Ibr 3:8-13);
- 4) Mengeraskan hati menghasilkan pikiran yang rusak sehingga yang benar
dikatakan salah dan yang salah dikatakan benar (Yes 5:20; Rom 1:28).
Pada saat pengerasan hati ini telah mencapai tingkatan tertentu, yang
ditetapkan oleh Allah saja, maka Roh Kudus tidak lagi akan berusaha
untuk menuntun orang itu kepada pertobatan (bd. Kej 6:3;
lihat cat. --> Ul 29:18-21;
lihat cat. --> 1Sam 2:25;
lihat cat. --> Ams 29:1).
[atau ref. Ul 29:18-21; 1Sam 2:25; Ams 29:1]
Bagi orang yang khawatir mengenai kemungkinan telah melakukan dosa yang tidak bisa diampuni ini, kenyataan bahwa ia ingin memperoleh pengampunan dosa dan kesediaan untuk bertobat dari dosa adalah bukti bahwa ia tidak melakukan dosa yang tak terampuni ini(lihat art. KEMURTADAN PRIBADI).
BIS -> Mat 12:31
mengucap penghinaan: atau mengucap penghinaan terhadap Allah.
Ref. Silang FULL -> Mat 12:31
· akan diampuni: Mr 3:28,29; Luk 12:10
buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry -> Mat 12:22-37
Matthew Henry: Mat 12:22-37 - Dosa terhadap Roh Kudus Dosa terhadap Roh Kudus (12:22-37)
Dalam ayat-ayat ini diceritakan tentang:
I. Penaklukan Kristus atas Iblis secara gemilang, yaitu melalui tin...
Dosa terhadap Roh Kudus (12:22-37)
- Dalam ayat-ayat ini diceritakan tentang:
- I. Penaklukan Kristus atas Iblis secara gemilang, yaitu melalui tindakan penyembuhan yang mulia atas seseorang yang, atas seizin Allah, dikuasai dan dirasuki oleh Iblis (ay. 22). Perhatikanlah di sini:
- . Keadaan orang itu sangatlah menyedihkan; ia kerasukan setan. Pada waktu Kristus berada di dunia ini, masalah-masalah seperti itu lebih banyak muncul daripada biasanya, agar dengan menentang dan mengusir Iblis, kuasa Kristus dapat lebih dimuliakan dan tujuan-Nya lebih nyata terungkap. Juga, agar tampak lebih jelas lagi bahwa Ia datang untuk membinasakan pekerjaan-pekerjaan Iblis. Orang malang yang kerasukan itu buta dan bisu. Sungguh menyengsarakan! Ia tidak bisa melihat untuk membantu dirinya sendiri, dan berbicara kepada orang lain untuk minta bantuan. Jiwa yang dikuasai Iblis dan yang diperbudak olehnya buta terhadap perkara-perkara Allah dan bisu di hadapan takhta anugerah. Ia tidak dapat melihat dan berkata apa pun untuk mendapatkan semuanya ini. Iblis membutakan mata iman dan mengatupkan bibir untuk berdoa.
- . Kesembuhan yang dialaminya sangatlah aneh, dan semakin aneh lagi sebab terjadinya tiba-tiba; Yesus menyembuhkannya. Perhatikanlah, setelah Iblis ditaklukkan dan diusir dari jiwa, maka jiwa itu akan mengalami kesembuhan. Karena penyebabnya sudah disingkirkan, maka akibatnya pun langsung berhenti; si bisu dan buta itu berkata-kata dan melihat. Perhatikanlah, belas kasihan Kristus sangatlah bertentangan dengan kejahatan Iblis, dan pertolongan-Nya begitu berlawanan dengan kekejian Iblis. Ketika kuasa Iblis dihancurkan di dalam jiwa, mata menjadi terbuka untuk melihat kemuliaan Allah, dan bibir terbuka untuk memuji-Nya.
- II. Pengaruh kuat yang ditimbulkan peristiwa ini terhadap orang banyak, pada sekalian orang banyak itu: mereka takjub. Kristus sudah mengadakan banyak mujizat seperti ini sebelumnya: namun demikian perbuatan-perbuatan-Nya tetap menakjubkan dan tidak berkurang kekaguman orang kepadanya, meskipun sudah sering diulangi. Dari kejadian itu, orang banyak mengambil kesimpulan, "Ia ini agaknya Anak Daud (KJV; "Bukankah Ia ini Anak Daud?"). Bukankah Ia Mesias yang dijanjikan yang akan muncul dari keturunan Daud? Bukankah Ia ini yang akan datang?" Kita dapat memandang pertanyaan ini:
- . Sebagai pertanyaan yang diajukan untuk mencari tahu. Mereka bertanya, "Bukankah Ia ini Anak Daud?" Namun demikian, sesudah mengajukan pertanyaan itu mereka tidak tetap tinggal untuk mendapatkan jawabannya. Kesan-kesan yang mereka dapat sangat kuat, namun cepat menghilang. Mereka sudah memulai dengan pertanyaan yang baik, namun pertanyaan itu segera berlalu begitu saja dan tidak ditindaklanjuti. Keyakinan-keyakinan seperti ini seharusnya dimasukkan ke dalam kepala, dan setelah itu disimpan di dalam hati. Atau,
- . Sebagai pertanyaan yang diajukan untuk menguatkan. Bukankah Ia ini Anak Daud? "Ya, ini pasti Dia, tiada lain dan tiada bukan. Mujizat-mujizat seperti ini dengan jelas menunjukkan bahwa kerajaan Mesias sedang didirikan sekarang." Orang banyaklah, yakni orang-orang biasa yang melihat kejadian itu, yang menyimpulkan hal ini dari mujizat-mujizat Kristus. Orang yang tidak percaya kepada Tuhan akan berkata, "Orang-orang ini bisa berkesimpulan seperti ini karena mereka tidak bisa berpikir dalam-dalam seperti orang-orang Farisi." Oh, tidak demikian. Kejadiannya sangat jelas dan tidak menuntut banyak penyelidikan. Sebaliknya, ini karena orang banyak itu tidak terlalu berprasangka atau memiliki pikiran duniawi yang macam-macam. Begitu jelas dan mudahnya jalan yang disediakan untuk mengetahui kebenaran agung bahwa Kristus adalah Mesias dan Juruselamat dunia ini sehingga orang biasa pun pasti bisa memahami jalan itu. Orang-orang pandir tidak akan mengembara di atasnya (Yes. 35:8). Jalan itu ditemukan oleh orang-orang yang mencarinya. Ini merupakan gambaran bagaimana anugerah ilahi merunduk untuk meraih orang banyak, sehingga hal-hal yang tersembunyi bagi orang pandai dan orang bijak dinyatakan kepada orang kecil. Dunia oleh hikmatnya tidak mengenal Allah, dan orang-orang bijak menjadi bingung karena hal-hal yang bodoh.
- III. Keberatan yang menghujat yang diucapkan orang-orang Farisi (ay. 24). Kaum Farisi adalah kaum yang mengaku-ngaku lebih mengenal dan mencintai hukum Allah daripada orang lain, namun justru merekalah yang menjadi musuh paling keji bagi Kristus dan ajaran-Nya. Mereka bangga dengan nama baik yang mereka miliki di kalangan orang banyak. Nama baik itu membuat mereka semakin sombong, menopang kekuasaan mereka, dan membuat dompet mereka semakin tebal. Jadi, ketika mendengar orang berkata, "Bukankah Ia ini Anak Daud?", mereka menjadi sangat jengkel. Perkataan ini membuat mereka lebih jengkel daripada melihat mujizat itu sendiri. Perkataan tersebut membuat mereka iri terhadap Yesus Tuhan kita, dan membuat mereka takut kalau kehormatan-Nya semakin bertambah di mata orang, dan tentu saja kehormatan mereka semakin pudar dan menghilang. Oleh sebab itu, mereka dengki terhadap-Nya, seperti Saul dengki terhadap Daud, bapa-Nya, ketika ia mendengar apa yang dinyanyikan wanita-wanita Yahudi tentang Daud (1Sam. 18:7-8). Perhatikanlah, bila orang menggantungkan kebahagian mereka pada pujian dan sanjungan orang lain, mereka akan merasa gelisah setiap kali mendengar perkataan-perkataan yang memuji orang lain. Bayang-bayang kehormatan mengikuti Kristus, tetapi Kristus sendiri menghindar darinya; di lain pihak, bayang-bayang itu sendiri menjauh dari orang-orang Farisi, yang justru sangat ingin mendapatkannya. Karena itu, orang Farisi berkata, "Dengan Beelzebul, penghulu setan, Ia mengusir setan dan karena itu Ia bukan Anak Daud." Perhatikanlah:
- . Bagaimana mereka menyebut Kristus dengan begitu merendahkan. Mereka memanggil-Nya: orang ini (KJV), seolah-olah nama-Nya yang mulia itu, yang seperti minyak wangi harum semerbak, tidak layak diucapkan bibir mereka. Ini merupakan gambaran dari kesombongan dan keangkuhan mereka, serta rasa iri mereka yang keji, sehingga semakin tinggi orang memuliakan Kristus, semakin giat mereka menjelek-jelekkan-Nya. Tidaklah baik menghina orang yang baik hanya karena mereka miskin.
- . Bagaimana mereka mengucapkan perkataan hujat tentang mujizat-mujizat-Nya. Mereka tidak bisa menyangkal kenyataan yang sebenarnya, sebab apa yang terjadi itu sangatlah terang, seterang matahari, yaitu bahwa setan-setan diusir oleh perkataan Kristus. Mereka juga tidak dapat menyangkal bahwa kejadian itu sungguh luar biasa dan bersifat adikodrati. Karena terpaksa harus mengakui bukti-bukti yang telah tampak ini, mereka tidak bisa mengelak dari kebenaran yang bisa disimpulkan dari bukti-bukti ini bahwa Ia adalah Anak Daud. Dan karena tidak bisa mengelak, mereka menghasut bahwa Kristus mengusir setan dengan Beelzebul, bahwa ada suatu perjanjian antara Kristus dan Iblis, dan bahwa dengan mengikuti perjanjian itu, setan-setan sebenarnya tidak diusir, melainkan hanya mengundurkan diri dengan sukarela untuk kembali nanti sesuai dengan kesepakatan dan rencana yang sudah diatur. Atau, seolah-olah melalui persetujuan dengan penghulu setan, Ia berkuasa mengusir setan-setan yang lebih rendah. Tidak ada anggapan yang lebih keliru dan lebih kejam daripada anggapan ini, yaitu bahwa Dia, yang adalah Kebenaran itu sendiri, dituduh bersekongkol dengan bapa dari segala dusta untuk menipu dunia. Anggapan ini merupakan suatu jalan terakhir untuk menyelamatkan diri, atau suatu penipuan untuk mengelak, atau juga merupakan suatu bentuk ketidaktaatan yang sudah mengeras, yang dipakai untuk melawan keyakinan-keyakinan hati yang begitu jelas. Perhatikanlah, setan-setan mempunyai penghulu, yang memimpin mereka untuk murtad dari Allah dan memberontak terhadap-Nya. Penghulu ini bernama Beelzebul, yang berarti dewa lalat atau dewa kotoran. Betapa dalamnya engkau terjatuh, hai Lucifer! Engkau yang dulunya malaikat terang kini menjadi dewa lalat! Namun demikian, dia juga adalah penghulu setan, ketua gerombolan roh ganas dari neraka.
- IV. Tanggapan Kristus terhadap tuduhan yang menghina ini (ay. 25-30). Yesus mengetahui pikiran mereka. Perhatikanlah, Yesus Kristus tahu apa yang kita pikirkan pada segala waktu. Ia tahu apa yang ada dalam diri manusia, dan Ia mengetahui pikiran-pikiran kita dari jauh. Tampaknya orang-orang Farisi merasa malu untuk mengatakannya terang-terangan, dan hanya menyimpannya dalam pikiran mereka saja. Mereka tentu tidak dapat berharap orang akan puas dengan tuduhan mereka itu, dan karenanya mereka hanya menyimpan pikiran mereka ini untuk mengusir keyakinan-keyakinan di dalam hati nurani mereka sendiri. Perhatikanlah, banyak orang tidak mau melakukan kewajiban mereka karena ada sesuatu yang malu untuk mereka akui dalam diri mereka; namun, hal ini tidak bisa mereka sembunyikan dari Yesus Kristus. Tetapi mungkin juga orang-orang Farisi saling berbisik mengenai pikiran mereka ini, untuk membantu mengeraskan hati sesama mereka. Namun demikian, dalam ayat-ayat di atas dikatakan bahwa jawaban Kristus itu ditujukan kepada pikiran-pikiran mereka, karena Ia tahu dengan pemikiran dan prinsip apa mereka mengatakannya, yaitu bahwa mereka tidak asal-asalan saja dalam mengucapkannya, melainkan bahwa perkataan itu merupakan buah dari suatu kejahatan yang sudah berurat akar.
- Kristus menjawab tuduhan ini dengan bantahan yang kuat dan panjang lebar, supaya setiap mulut tersumbat dengan nalar dan akal budi, sebelum tersumbat nanti dengan siksaan api neraka. Berikut ini tiga bantahan yang digunakan-Nya untuk menunjukkan bagaimana perkataan mereka itu sangat tidak masuk akal.
- . Sangatlah aneh, dan juga tidak mungkin, bahwa Iblis diusir melalui perjanjian seperti itu, sebab dengan demikian kerajaan Iblis akan terbagi-bagi dan melawan dirinya sendiri, dan ini sungguh tidak dapat dibayangkan sebab kita tahu bagaimana liciknya Iblis itu (ay.25-26).
- (1) Dalam bantahan-Nya ada suatu aturan yang sudah umum diketahui, yaitu bahwa untuk masyarakat apa saja, kehancuran merupakan akibat dari perpecahan yang terjadi di dalamnya. Setiap kerajaan yang terpecah-pecah pasti binasa, demikian juga dengan setiap rumah tangga: Quæ enim domus tam stabilis est, quæ tam firma civitas, quæ non odiis atque dissidiis funditus everti possit? -- "Sebab keluarga manakah yang begitu kuat dan masyarakat manakah yang begitu kokoh yang tidak bisa digulingkan oleh permusuhan dan perpecahan?" (Cic. Læl. 7). Perpecahan biasanya berakhir dengan kebinasaan. Jika kita bentrok, maka kita akan hancur, jika kita saling terpecah-belah, maka kita akan menjadi mangsa empuk bagi musuh kita bersama, apalagi jika kita saling menggigit dan saling menelan, pastilah kita akan saling membinasakan (Gal. 5:15). Banyak gereja dan negara mengetahui hal ini dengan baik melalui pengalaman yang menyedihkan.
- (2) Penerapannya pada masalah yang sedang dibicarakan (ay. 26). Kalau Iblis mengusir Iblis, kalau penghulu setan berselisih dengan setan-setan bawahannya, maka seluruh kerajaan beserta kepentingannya akan segera hancur. Bahkan, jika Iblis membuat suatu perjanjian dengan Kristus, maka ini hanya akan menyebabkan kehancuran bagi dirinya sendiri, sebab rancangan dan kuasa nyata yang dibawa ajaran Kristus beserta mujizat-mujizat-Nya adalah untuk menghancurkan kerajaan Iblis, sebagai kerajaan kegelapan, kejahatan, dan permusuhan terhadap Allah, dan untuk mendirikan, di atas kehancuran itu, suatu kerajaan terang, kekudusan, dan kasih. Pekerjaan-pekerjaan Iblis, yang memberontak terhadap Allah dan menguasai jiwa manusia, dihancurkan oleh Kristus. Oleh sebab itu, sungguh suatu hal yang sangat mustahil dibayangkan bahwa Beelzebul mau menyetujui rancangan seperti itu, atau mau menjadi bagian di dalamnya. Jika ia akan jatuh oleh Kristus, bagaimanakah kerajaannya dapat bertahan? Itu artinya ia sendiri turut mengakibatkan kehancuran kerajaannya. Perhatikanlah, Iblis mempunyai kerajaan, yang di dalamnya pengikut-pengikutnya bersama-sama menentang Allah dan Kristus, dan ia berusaha dengan segenap kekuatan untuk tetap berdiri, dan tidak akan pernah mau ambil bagian dalam kepentingan-kepentingan Kristus. Iblis harus ditaklukkan dan dihancurkan oleh Kristus. Jadi, ia tidak bisa tunduk dan berlutut kepada-Nya. Bagaimana mungkin bisa ada persamaan atau persekutuan antara terang dan gelap, Kristus dan Belial, Kristus dan Beelzebul? Kristus akan menghancurkan kerajaan Iblis, tetapi Ia tidak perlu melakukannya dengan cara dan rancangan murahan seperti membuat perjanjian rahasia dengan Beelzebul ini. Oh tidak, kemenangan ini harus diraih dengan cara-cara yang lebih mulia. Biarpun penghulu setan mengumpulkan segala kekuatannya, sekalipun ia mengerahkan segala kuasa dan kelicikannya dan bersekutu seerat-eratnya dengan pengikut-pengikutnya, namun Kristus masih terlalu tangguh untuk gabungan seluruh kekuatannya sekalipun, dan kerajaannya pasti tidak akan bertahan.
- . Sama sekali tidak mengherankan, atau mustahil, bahwa setan-setan diusir dengan Roh Allah, sebab:
- (1) Dengan kuasa siapakah pengikut-pengikutmu mengusirnya?
- Dalam kalangan Yahudi ada sebagian orang yang terkadang mengusir setan dengan memanggil nama Allah yang mahatinggi, atau Allah Abraham, Ishak, dan Yakub. Sejarawan Josephus menceritakan tentang sebagian orang pada masanya yang melakukan hal ini. Selain itu kita juga dapat membaca kisah tentang tukang jampi Yahudi (Kis. 19:13), dan tentang sebagian orang yang mengusir setan demi nama Kristus, walaupun mereka bukan pengikut-Nya (Mrk. 9:38), atau tidak setia kepada-Nya (Mat. 7:22). Orang-orang Farisi tidak mengecam mereka, melainkan memandang bahwa Roh Allah-lah yang bekerja di dalam mereka, dan hal ini menjadi kebanggaan bagi diri dan bangsa mereka. Oleh sebab itu, hanya karena iri dan dengki terhadap Kristuslah mereka mau mengakui bahwa orang lain mengusir setan dengan Roh Allah, sedangkan Ia mengusirnya melalui perjanjian dengan Beelzebul. Perhatikanlah, orang jahat, terutama mereka yang menganiaya Kristus dan Kekristenan, biasanya mengecam suatu hal yang dilakukan oleh orang-orang yang mereka benci, tetapi mendukung dan memuji hal yang sama yang dilakukan oleh orang-orang yang mereka sukai. Jika orang sudah merasa iri, maka ia akan menilai bukan dengan berdasar pada apa yang dilakukan, melainkan siapa yang melakukannya, bukan dengan akal budi, melainkan dengan prasangka. Tetapi mereka yang ketika membuat penghakiman hanya melihat wajah orang, dan tidak melihat hal-hal lain, tidaklah pantas untuk duduk di kursi Musa. Sebab itu, hal-hal inilah yang akan menjadi hakimmu, "Pertentangan yang kamu buat ini akan bangkit melawanmu pada hari penghakiman besar, dan akan menghakimimu." Perhatikanlah, pada hari penghakiman, bukan hanya setiap dosa, melainkan juga setiap kesalahan yang diakibatkannya, akan diadili, dan sebagian pemikiran kita yang benar dan baik akan dihadapkan sebagai bukti yang melawan kita, yang mempersalahkan kita karena telah bertindak berat sebelah.
- (2) Pengusiran setan ini merupakan suatu pertanda dan petunjuk pasti mengenai mendekatnya kedatangan Kerajaan Allah (ay. 28). "Tetapi jika Aku mengusir setan dengan kuasa Roh Allah, seperti yang memang Aku lakukan, maka kamu harus menyimpulkan bahwa, walaupun kamu tidak rela menerimanya, Kerajaan Mesias akan segera didirikan di tengah-tengah kamu." Mujizat-mujizat lain yang diadakan Kristus membuktikan bahwa Ia diutus Allah, tetapi mujizat ini membuktikan bahwa Ia diutus Allah untuk menghancurkan kerajaan Iblis dan pekerjaan-pekerjaannya. Sekaranglah janji yang besar itu dengan jelas digenapi, yaitu bahwa keturunan wanita itu akan meremukkan kepala ular (Kej. 3:15). "Oleh karena itu, zaman mulia Kerajaan Allah, yang sudah lama dinantikan itu, dimulai sekarang. Kalau kamu meremehkannya, kamu akan binasa sendiri." Perhatikanlah:
- [1] Penghancuran kuasa Iblis dikerjakan oleh Roh Allah. Roh yang bekerja untuk membuat orang taat dalam iman memusnahkan pekerjaan roh yang bekerja di antara orang-orang durhaka dan tidak taat.
- [2] Pengusiran setan menandai awal mula berdirinya Kerajaan Allah. Pekerjaan Iblis di dalam jiwa tidak bisa dihilangkan hanya melalui adat kebiasaan atau pengendalian diri, ia harus dibenamkan dan dihancurkan oleh Roh Allah, yaitu Roh yang menguduskan, supaya dengan demikian datanglah Kerajaan Allah itu kepada jiwa itu, datanglah kerajaan anugerah, kerajaan yang sungguh dipenuhi kemuliaan.
- . Dengan membandingkan mujizat-mujizat Kristus, terutama mujizat pengusiran setan ini beserta ajaran-Nya, dan rancangan serta kuasa agama kudus yang dibawa-Nya, terbuktilah bahwa Ia sama sekali tidak bersekutu dengan Iblis, dan bahwa Ia justru secara terang-terangan bermusuhan dan bertentangan dengannya (ay. 29). Bagaimanakah orang dapat memasuki rumah seorang yang kuat dan merampas harta bendanya, dan kemudian membawanya, apabila tidak diikatnya dahulu orang kuat itu? Sesudah itu barulah dapat ia merampok rumah itu. Sebelumnya, dunia, yang diam dalam kegelapan dan tergeletak dalam kejahatan, ada dalam kepemilikan dan kuasa Iblis. Dunia seperti sebuah rumah yang dimiliki dan dikuasai oleh orang kuat itu. Begitu pula dengan setiap jiwa yang tidak diperbarui, di dalamnya Iblis tinggal, dan di dalamnya ia memerintah. Nah:
- (1) Rancangan Injil Kristus adalah untuk merampas rumah Iblis itu, yang dimilikinya di dunia ini sebagai orang kuat, supaya orang berbalik dari kegelapan kepada terang, dari dosa kepada kekudusan, dari dunia ini kepada dunia yang lebih baik, dan dari kuasa Iblis kepada Allah (Kis. 26:18), serta untuk mengambil alih hak kepemilikan atas jiwa-jiwa.
- (2) Sesuai dengan rancangan tersebut, Kristus mengikat orang kuat itu ketika Ia mengusir roh-roh najis dengan perkataan-Nya. Dengan demikian, Ia merampas pedang dari tangan Iblis supaya Ia bisa merampas tongkat kerajaan darinya. Kristus mengajar kita bagaimana kita harus memandang mujizat-mujizat-Nya. Ketika Ia menunjukkan bagaimana Ia dengan begitu mudah mengusir setan dari tubuh manusia, Ia mendorong semua orang percaya untuk berharap bahwa, sehebat apa pun kekuatan yang dipakai Iblis untuk menjerat jiwa-jiwa manusia, Kristus dengan anugerah-Nya pasti akan menghancurkannya. Ia akan menghancurkannya, karena kita tahu bahwa Ia dapat mengikatnya. Ketika bangsa-bangsa berbalik dari beribadah kepada berhala menjadi beribadah kepada Allah yang hidup, dan ketika sebagian dari orang-orang yang paling berdosa dikuduskan dan dibenarkan, dan menjadi orang-orang yang paling kudus, maka pada saat itulah Kristus telah menghancurkan rumah Iblis, dan Ia akan menghancurkannya dengan lebih dahsyat lagi.
- . Dalam hal ini juga ditunjukkan bahwa peperangan yang kudus ini, yang dengan penuh semangat dikobarkan Kristus melawan Iblis dan kerajaannya, adalah peperangan yang tidak mengizinkan sikap tidak memihak (ay. 30), siapa tidak bersama Aku, ia melawan Aku. Jika ada perbedaan-perbedaan kecil yang timbul di antara murid-murid Kristus sendiri, kita diajar untuk tidak membesar-besarkan masalah yang ada, dan untuk berusaha mencari jalan damai, dengan menganggap orang-orang yang tidak melawan kita, berada di pihak kita (Luk. 9:50). Tetapi dalam pertempuran hebat antara Kristus dan Iblis, kita tidak boleh mencari jalan damai atau bersikap tidak peduli terhadap masalah itu. Barangsiapa tidak sungguh-sungguh bersama Kristus, ia dipandang benar-benar melawan-Nya, barangsiapa bersikap dingin-dingin saja terhadap kepentingan-Nya, dipandang sebagai musuh-Nya. Apabila permusuhan yang terjadi adalah antara Allah dan Baal, maka kita harus memilih salah satu dari keduanya (1Raj. 18:21). Kita tidak bisa bersikap tidak memihak dalam permusuhan antara Kristus dan Belial, sebab kerajaan Kristus, yang selamanya bertentangan dengan kerajaan Iblis, juga akan selamanya menang atas kerajaan Iblis. Oleh karena itu, dalam pertentangan ini kita tidak boleh duduk diam melihat tentara Gilead di seberang Sungai Yordan atau tentara Sisera di tepi laut (Hak. 4:16-17). Kita harus berada di pihak Kristus dengan setia, dengan sepenuhnya, dan dengan tidak tergoyahkan, sebab inilah pihak yang benar, dan yang pada akhirnya akan menjadi pihak pemenang (Kel. 32:26).
- Kalimat berikut yang diucapkan Kristus juga mempunyai arti tersirat yang sama, "Siapa tidak mengumpulkan bersama Aku, ia mencerai-beraikan." Perhatikanlah:
- (1) Tugas Kristus datang ke dunia ini adalah untuk mengumpulkan, mengumpulkan sebagai hasil panen-Nya, mengumpulkan orang-orang yang sudah diberikan Bapa kepada-Nya (Yoh. 11:52; Ef. 1:10).
- (2) Kristus mengharapkan dan mengharuskan orang-orang yang bersama-Nya untuk mengumpulkan bersama Dia, dan bukan hanya mereka sendiri yang harus berkumpul dengan-Nya, melainkan juga mereka harus berbuat semampu mungkin untuk mengumpulkan orang-orang lain kepada-Nya, dan dengan demikian mereka turut bekerja memajukan kepentingan kerajaan-Nya.
- (3) Orang yang tidak bersedia dan tidak bertindak untuk memajukan kerajaan Kristus akan dipandang dan diperlakukan sebagai orang yang berusaha menghambatnya. Jika kita tidak mengumpulkan bersama Kristus, maka kita menceraiberaikan. Tidak menyakiti orang lain saja tidaklah cukup, kita juga harus berbuat baik. Begitulah luasnya jurang yang terbentang antara Kristus dan Iblis, dan ini menunjukkan bahwa tidak ada perjanjian di antara mereka seperti yang digunjingkan oleh orang-orang Farisi.
- V. Dalam kesempatan ini Kristus mengatakan sesuatu tentang dosa lidah, sebab itu Aku berkata kepadamu. Ia tampak berbalik dari orang-orang Farisi kepada orang banyak, dari berselisih lalu mengajar. Dari dosa orang Farisi ini juga Ia memperingatkan orang banyak mengenai tiga macam dosa lidah. Kerugian yang menimpa orang lain hendaknya menjadi suatu peringatan bagi kita.
- . Hujat terhadap Roh Kudus adalah dosa lidah yang paling buruk, dan tidak dapat diampuni (ay. 31-32).
- (1) Di sini kita melihat tentang kepastian pengampunan atas semua dosa menurut persyaratan Injil. Kristus sendiri yang mengatakan hal ini, dan perkataan-Nya ini sungguh menghibur, yaitu bahwa besarnya dosa tidak akan menjadi penghalang bagi kita untuk diterima Allah, jika kita benar-benar bertobat dan percaya kepada Injil. Segala dosa dan hujat manusia akan diampuni. Walaupun dosanya merah seperti kirmizi (Yes. 1:18), sekalipun sangat jahat sifatnya, dan dampak yang diakibatkannya begitu luas oleh karena keadaan-keadaan tertentu di sekitarnya, walaupun dosa itu sangat sering diulangi, dan membumbung tinggi sampai ke langit, namun pada TUHAN ada kasih setia, yang tingginya melebihi langit. Anugerah akan diberikan bahkan kepada mereka yang melakukan dosa hujat, yaitu suatu dosa yang langsung menyinggung nama dan kehormatan Allah. Paulus yang tadinya seorang penghujat mendapat anugerah (1Tim. 1:13). Dengan demikian kita juga dapat berkata, "Siapakah Allah seperti Engkau yang mengampuni dosa?" (Mi. 7:18). Bahkan perkataan yang diucapkan untuk menentang Anak Manusia akan diampuni, seperti perkataan orang-orang yang mengejek-Nya pada saat kematian-Nya; banyak dari antara mereka kemudian bertobat dan mendapat anugerah. Kristus dalam hal ini telah memberikan sebuah contoh bagi semua anak manusia agar mereka selalu mau memaafkan perkataan-perkataan yang diucapkan melawan mereka. Aku ini seperti orang tuli, aku tidak mendengar. Perhatikanlah, dosa-dosa itu akan diampuni bagi manusia, bukan bagi roh-roh jahat. Inilah kasih Allah kepada seluruh dunia yang dihuni umat manusia, yang berada di atas dunia para malaikat yang jatuh, bahwa segala dosa mereka dapat diampuni.
- (2) Pengecualian untuk hal ini adalah hujat terhadap Roh Kudus, yang di sini dinyatakan sebagai satu-satunya dosa yang tidak dapat diampuni. Lihatlah di sini:
- [1] Dosa apa ini. Dosa tersebut adalah hujat terhadap Roh Kudus. Lihatlah bagaimana jahatnya dosa lidah, sampai-sampai dosa ini merupakan satu-satunya dosa yang tidak dapat diampuni. Tetapi Yesus mengetahui pikiran mereka (ay. 25). Hujat yang dimaksudkan di sini sama sekali bukan hujat melawan pribadi atau keilahian Roh Kudus, atau sesuatu mengenai tindak-tanduk pribadi-Nya, atau penolakan terhadap pekerjaan-Nya di dalam hati orang berdosa, sebab jika demikian, siapakah yang dapat diselamatkan? Di dalam hukum negara dinyatakan bahwa tindakan pemberian grasi (pembebasan dari hukuman) harus dilakukan atas dasar anugerah dan pengampunan, dan oleh sebab itu pengecualian terhadap tindakan pemberian grasi ini tidak bisa diperluas melebihi apa yang perlu. Injil merupakan suatu tindakan pemberian grasi. Di dalamnya tidak ada pengecualian untuk seseorang dengan nama tertentu atau untuk alasan tertentu, selain mereka yang menghujat Roh Kudus. Karena itu, pemberian grasi menurut Injil harus dipandang dalam pengertian yang paling sempit, yaitu bahwa semua orang yang dipandang berdosa dapat bebas berdasarkan syarat-syarat pemberian grasi, yaitu iman dan pertobatan, dan karena itu, tidak boleh ada pengecualian-pengecualian lainnya. Namun, penghujatan ini merupakan pengecualian, bukan karena kurangnya anugerah Allah atau kebaikan Kristus, melainkan karena hujat itu sudah pasti akan membuat orang berdosa tetap tidak mau percaya dan tidak mau bertobat. Sangat beralasan untuk berpikir bahwa orang yang percaya kepada Kristus sebagai Anak Allah dan yang dengan tulus ingin mendapat bagian dalam kebaikan dan anugerah-Nya tidak akan bersalah atas dosa ini, dan orang yang takut telah berbuat dosa ini menunjukkan suatu pertanda yang baik bahwa mereka tidak melakukannya. Cendekiawan Dr. Whitby mengamati dengan baik bahwa dalam hal ini Kristus tidak berbicara mengenai suatu hal yang terjadi pada saat itu (Mrk. 3:28; Luk. 12:10), tetapi mengenai apa yang akan dikatakan di kemudian hari, siapa yang menghujat (KJV, "Siapa yang akan menghujat"). Mengenai orang-orang yang menghujat Kristus ketika Ia masih di bumi dan memanggil-Nya si Peminum anggur, Penipu, Penghujat, dan semacamnya, mereka ini mempunyai alasan untuk dimaafkan, karena mereka melihat rupa Kristus yang hina dan ada prasangka-prasangka buruk bangsa Yahudi terhadap-Nya. Lagi pula, bukti terhadap misi ilahi-Nya belum disempurnakan sebelum kenaikan-Nya ke sorga. Karena itu, ketika bertobat, mereka akan diampuni, dan diharapkan mereka akan dapat diyakinkan dengan dicurahkannya Roh Kudus, seperti yang memang terjadi pada banyak di antara mereka yang dulunya mengkhianati dan membunuh-Nya. Tetapi jika setelah Roh Kudus diberikan, beserta karunia-karunia penyataan-Nya, misalnya berbicara dalam bahasa lidah dan sebagainya seperti yang dikaruniakan Roh Kudus kepada para rasul, namun mereka terus menghujat Roh Kudus sebagai roh jahat, maka tidak ada harapan bahwa mereka bisa dibawa untuk percaya kepada Kristus. Sebab,
- pertama, karunia-karunia Roh Kudus dalam diri para rasul itu adalah bukti terakhir yang dirancang dan dipakai Allah untuk meneguhkan pesan Injil, yang sebelumnya disimpan ketika cara-cara lain masih digunakan.
- Kedua, Roh Kudus merupakan bukti yang paling kuat dan yang lebih berkuasa untuk meyakinkan orang daripada mujizat-mujizat itu sendiri.
- Ketiga, oleh karena itu, orang yang menghujat di dalam zaman Roh Kudus ini tidak mungkin akan percaya kepada Kristus. Jika orang memandang pekerjaan-pekerjaan Roh Kudus sebagai suatu perjanjian dengan Iblis, seperti pandangan orang-orang Farisi terhadap mujizat Kristus, maka dengan apa lagi mereka ini dapat diyakinkan? Keadaan mereka ini sudah menjadi suatu bentuk ketidakpercayaan yang begitu kuatnya sampai tidak bisa diruntuhkan lagi, dan karena itu tidak dapat diampuni, sebab dalam keadaan seperti ini pertobatan sudah tersembunyi dari mata si pendosa itu.
- [2] Perkataan yang ditambahkan ke dalam pernyataan tentang hujat ini, "Ia tidak akan diampuni, di dunia ini tidak, dan di dunia yang akan datang pun tidak." Seperti halnya pada zaman jemaat Yahudi tidak ada korban penebusan bagi jiwa yang melakukan dosa hujat, demikian pula pada zaman anugerah Injil, yang dalam Alkitab sering disebut dengan dunia yang akan datang, tidak akan ada pengampunan bagi orang yang menginjak-injak darah perjanjian, dan yang menghina Roh anugerah. Tidak ada penyembuhan lagi atas dosa yang langsung menentang obat penawarnya. Dalam hukum lama kita juga dinyatakan bahwa tidak ada tempat suci bagi perbuatan yang cemar. Atau, si pendosa tersebut tidak akan diampuni baik pada masa sekarang, dalam hati nuraninya sendiri, maupun pada hari penghakiman besar, ketika pengampunan dinyatakan di depan umum. Atau, dengan kata lain juga, dosa ini adalah dosa yang membuat si pendosa menderita hukuman sementara di dunia ini dan juga hukuman kekal, baik murka sekarang ini maupun murka yang akan datang.
- . Di sini Kristus juga berbicara tentang perkataan-perkataan lain yang jahat, buah-buah kejahatan yang bertakhta di dalam hati dan yang meluap dari sana (ay. 33-35). Dikatakan bahwa Yesus mengetahui pikiran mereka (ay. 25), dan secara langsung Ia menyinggung mereka bahwa tidaklah aneh jika mereka berkata-kata jahat seperti itu, sebab hati mereka sudah sangat dipenuhi dengan permusuhan dan kedengkian, yang sering berusaha mereka sembunyikan dan tutup-tutupi dengan berbuat seolah-olah mereka orang benar. Oleh karena itu, Yesus Tuhan kita langsung menunjuk kepada sumber permasalahannya, dan menyembuhkan mereka. Biarlah hati kita dikuduskan terlebih dulu, maka hal itu nanti juga akan tampak dalam perkataan kita.
- (1) Hati adalah akar, bahasa adalah buah (ay. 33). Jika pohonnya baik, buahnya juga akan baik. Jika yang terutama bertakhta di dalam hati adalah anugerah, maka bahasa yang keluar adalah bahasa yang dipakai oleh orang yang takut akan Tuhan. Sebaliknya, jika yang bertakhta di dalam hati adalah hawa nafsu, maka itulah yang akan meluap ke luar. Paru-paru yang sakit mengeluarkan nafas yang menusuk, demikian pula, bahasa orang menunjukkan asal bangsanya dan roh macam apa yang dimilikinya. Tumbuhkanlah pohon yang baik, maka buahnya pun akan baik (KJV), milikilah hati yang murni, maka kamu pun akan memiliki bibir yang bersih dan hidup yang suci. Kalau tidak, maka pohonnya akan jelek dan buahnya pun demikian. Kita bisa menumbuhkan pohon yang baik dengan batang yang jelek apabila kita mencangkokkan batang jelek itu pada tunas dari pohon yang baik, dan buahnya pun akan menjadi baik. Tetapi jika pohonnya sama, maka di mana pun kita menanamnya dan bagaimanapun kita menyiramnya, buahnya pasti akan tetap jelek." Perhatikanlah, jika hati kita tidak diubah, maka hidup kita tidak akan pernah dapat diperbarui. Orang-orang Farisi enggan mengungkapkan pikiran-pikiran mereka yang jahat tentang Yesus Kristus, namun Kristus di sini menunjukkan betapa sia-sianya mereka berusaha menyembunyikan akar kepahitan yang ada di dalam diri mereka, yang menopang segala kegetiran dan kedengkian mereka itu, apabila mereka tidak berusaha mematikannya. Perhatikanlah, kita harus berusaha untuk menjadi orang yang benar-benar baik daripada hanya tampak baik dari luarnya saja.
- (2) Hati adalah mata air, perkataan adalah aliran airnya (ay. 34), yang diucapkan mulut meluap dari hati, seperti aliran air meluap dari mata air. Hati yang jahat dikatakan meluapkan kejahatannya seperti mata air meluapkan airnya (Yer. 6:7). Mata air yang keruh dan sumber yang kotor, seperti yang dikatakan Salomo (Ams. 25:26), pasti akan mengeluarkan aliran yang kotor dan berlumpur. Perkataan yang jahat merupakan buah yang alami dan nyata dari hati yang jahat. Hanyalah garam anugerah yang dibubuhkan ke dalam mata air yang akan memulihkan air itu, yang akan memperindah perkataan dan memurnikan percakapan yang rusak. Inilah yang mereka inginkan, namun hati mereka jahat, jadi bagaimanakah kamu dapat mengucapkan hal-hal yang baik, sedangkan kamu sendiri jahat? Mereka adalah keturunan ular beludak, begitulah yang dikatakan Yohanes Pembaptis (3:7), dan mereka masih tetap sama, sebab dapatkah orang mengganti warna kulitnya? Orang banyak memandang orang-orang Farisi sebagai keturunan orang-orang kudus, namun Kristus memanggil mereka keturunan ular beludak, keturunan ular tua, yang memusuhi Kristus dan Injil-Nya. Nah, apakah yang dapat diharapkan dari keturunan ular beludak kecuali sesuatu yang berbisa dan berbahaya? Dapatkah ular beludak tidak berbisa? Perhatikanlah, hal-hal yang buruk dapat diharapkan dari orang-orang yang jahat, seperti kata peribahasa kuno, "Dari orang fasik timbul kefasikan" (1Sam. 24:14). Orang bebal mengatakan kebebalan (Yes. 32:6). Orang yang dengan sendirinya jahat tidak mempunyai kecakapan maupun kehendak untuk mengatakan hal-hal yang baik, seperti yang seharusnya dikatakan. Kristus ingin murid-murid-Nya tahu dengan orang seperti apa mereka harus bergaul, supaya mereka tahu apa yang harus mereka cari. Mereka seperti Yehezkiel di tengah-tengah kalajengking (Yeh. 2:6), dan karena itu, jika mereka disengat atau digigit, janganlah mereka menganggapnya aneh.
- (3) Hati adalah perbendaharaan, dan perkataan adalah apa yang dikeluarkan dari perbendaharaan itu (ay. 35), dan dari situ sifat-sifat manusia bisa digambarkan dan dinilai.
- [1] Orang yang baik mempunyai perbendaharaan yang baik dalam hatinya, dan dari sana keluarlah hal-hal yang baik, pada saat diperlukan. Belas kasihan, penghiburan, pengalaman, pengetahuan yang baik, perasaan-perasaan yang baik, dan tekad-tekad yang baik, semuanya ini adalah perbendaharaan yang baik di dalam hati. Firman Allah bersemayam di sana, hukum Allah tertulis di sana, dan kebenaran-kebenaran ilahi diam dan berkuasa di sana, semuanya ini merupakan harta karun yang berharga dan sesuai, yang tersimpan dengan aman dan tersembunyi dengan baik, seperti persediaan-persediaan yang disimpan tuan rumah yang baik, yang siap digunakan kapan pun diperlukan. Seorang yang baik, yang diperlengkapi secara demikian, akan mengeluarkan perbendaharaan yang baik, seperti Yusuf yang mengeluarkan persediaan-persediaannya. Ia akan mengatakan dan melakukan sesuatu yang baik, untuk kemuliaan Allah dan untuk membangun orang lain (Ams. 10:11, 13-14, 20-21, 31-32). Inilah apa yang disebut mengeluarkan hal-hal yang baik. Ada sebagian orang yang mengaku mengeluarkan hal-hal yang baik, namun mereka tidak mempunyai perbendaharaan yang baik. Orang-orang seperti ini akan segera bangkrut. Sebagian yang lain mengaku mempunyai perbendaharaan yang baik di dalam diri mereka, namun mereka tidak pernah menunjukkan buktinya; mereka hanya berharap memilikinya di dalam diri mereka. Walaupun demikian, apa pun perkataan dan perbuatan mereka, kita patut bersyukur kepada Allah sebab mereka masih mempunyai hati yang baik. Tetapi iman tanpa perbuatan itu mati. Sebagian yang lain lagi mempunyai perbendaharaan yang baik tentang hikmat dan pengetahuan, tetapi mereka tidak mengutarakannya kepada orang lain, mereka tidak mengeluarkan apa-apa dari perbendaharaan mereka. Mereka mempunyai bakat, tetapi tidak tahu bagaimana menggunakannya. Orang Kristen yang seutuhnya menampakkan citra Allah adalah orang Kristen yang mempunyai sifat sekaligus perbuatan yang baik.
- [2] Sifat orang yang jahat adalah mempunyai perbendaharaan yang jahat di dalam hatinya, dan dari hatinya itu ia mengeluarkan hal-hal yang jahat. Hawa nafsu dan kejahatan yang tinggal dan berkuasa di dalam hati adalah perbendaharaan yang jahat, dan dari perbendaharaan itulah orang berdosa mengeluarkan perkataan dan perbuatan yang buruk, yang membawa penghinaan bagi Allah dan menyakiti orang lain (Kej. 6:5, 12; Mat. 15:18-20; Yak. 1:15). Tetapi perbendaharaan yang fasik (Ams. 10:2) akan menjadi perbendaharaan bagi murka yang akan datang.
- . Kristus di sini juga berbicara tentang perkataan yang sia-sia, dan menunjukkan bagaimana jahatnya perkataan itu (ay. 36-37), terlebih lagi perkataan-perkataan jahat seperti yang diucapkan orang-orang Farisi. Kita harus banyak berpikir tentang hari penghakiman agar kita dapat mengendalikan lidah kita. Sekarang marilah kita pikirkan:
- (1) Betapa terperincinya pertanggungjawaban yang diminta atas dosa lidah pada hari penghakiman itu. Bahkan setiap kata atau percakapan sia-sia yang diucapkan orang harus dipertanggungjawabkannya. Hal ini menunjukkan:
- [1] Bahwa Allah memerhatikan setiap kata yang kita ucapkan, bahkan perkataan yang tidak kita perhatikan. Sebelum lidahku mengeluarkan perkataan, sesungguhnya, semuanya telah Kauketahui (Mzm. 139:4). Walaupun diucapkan tanpa perhatian dan tanpa direncanakan, Allah mengetahuinya.
- [2] Perkataan yang sombong, yang sia-sia, dan yang kasar itu tidak menyenangkan hati Allah. Perkataan seperti itu tidak pernah mengarah kepada suatu kebaikan apa pun, dan sama sekali tidak dapat digunakan untuk membangun orang lain. Perkataan ini merupakan buah dari hati yang sombong dan tidak sungguh-sungguh. Perkataan yang sia-sia ini sama dengan perkataan yang kotor, kosong, atau sembrono yang dilarang (Ef. 5:4). Ini merupakan dosa yang sering kali hadir dalam percakapan yang tidak berguna dan perkataan yang tidak berfaedah (Ayb. 15:3).
- [3] Kita akan segera dimintai pertanggungjawaban atas perkataan yang sia-sia ini. Perkataan sia-sia ini akan ditunjukkan sebagai bukti yang melawan kita, untuk membuktikan bahwa kita adalah hamba-hamba yang tidak berguna, yang tidak memanfaatkan kecakapan akal budi dan kecakapan lidah, yang merupakan sebagian talenta yang dipercayakan kepada kita. Jika kita tidak bertobat dari kebiasaan mengucapkan perkataan yang sia-sia ini, dan jika pertanggungjawaban kita untuknya tidak diimbangi dengan darah Kristus, maka pasti kita akan binasa.
- (2) Betapa ketatnya penghakiman untuk masalah perkataan ini nanti (ay. 37), menurut ucapanmu engkau akan dibenarkan, dan menurut ucapanmu pula engkau akan dihukum. Ini merupakan suatu aturan umum yang dipakai orang untuk menghakimi, dan di sini hal tersebut diterapkan pada penghakiman Allah. Perhatikanlah, kebiasaan kita dalam berkata-kata, apakah mulia atau tidak mulia, akan menjadi bukti yang mendukung atau yang melawan kita pada hari penghakiman. Orang yang mengaku beribadah, tetapi tidak mengekang lidah mereka, akan didapati menipu diri mereka sendiri dengan ibadah yang sia-sia (Yak. 1:26). Sebagian orang berpikir bahwa Kristus di sini merujuk kepada perkataan Elifas, "Mulutmu sendirilah yang mempersalahkan engkau, bukan aku" (Ayb. 15:6), atau mungkin lebih tepatnya, kepada perkataan Salomo, "Hidup dan mati dikuasai lidah" (Ams. 18:21).
SH: Mat 12:15-37 - Kuasa lebih besar (Sabtu, 29 Januari 2005) Kuasa lebih besar
Tindakan Yesus menghindari orang Farisi yang berencana
membunuh-Nya (ayat 15a) menurut Matius adalah penggenapan nubuat
Y...
Kuasa lebih besar
Tindakan Yesus menghindari orang Farisi yang berencana membunuh-Nya (ayat 15a) menurut Matius adalah penggenapan nubuat Yesaya (ayat 19). Yesus adalah Hamba yang dinubuatkan Yesaya. Roh Kudus ada pada Yesus (ayat 18, 28). Orang Farisi yang menjadi penentang Yesus tidak melihat identitas Yesus tersebut. Mereka tidak melihat pekerjaan Yesus sebagai manifestasi Roh Kudus. Mereka menuduh pekerjaan Yesus sebagai pekerjaan penghulu setan Beelzebul (ayat 24).
Yesus menangkis tuduhan sesat itu. Kerajaan Allah sudah hadir. Kerajaan Iblis sulit bertahan jika warganya saling menyerang dan menghancurkan (ayat 25-26). Jika Farisi tidak menuduh murid-muridnya mengusir dengan kuasa Iblis (ayat 27), mengapa mereka sekarang menuduh Yesus dikuasai Iblis? Yesus mengusir setan hanya dengan perintah, bukan dengan ritual atau mantra atau teknik pengusiran. Yesus mengusir setan menandakan hadirnya Kerajaan Allah (ayat 28). Kuasa Yesus lebih kuat dan lebih besar sehingga Ia dapat mengusir setan. Yesus saja yang mampu membebaskan manusia dari kerajaan Iblis agar masuk ke dalam kerajaan Allah.
Hati orang Farisi sudah begitu keras sehingga sulit melihat kuasa Allah bekerja dalam diri Yesus. Sedikit pun tiada kecenderungan untuk terbuka terhadap apa yang Yesus lakukan. Hati mereka yang keras itulah yang membuat mereka melontarkan tuduhan yang bersifat hujatan. Perkataan merupakan cermin hati. Dari hati manusia mengalir perkataan baik atau jahat. Perkataan Farisi yang menghujat Yesus, pada akhir zaman harus mereka pertanggungjawabkan (ayat 36-37). Demikian pun kini, orang yang sudah melihat kuasa Yesus atau mendengar Injil-Nya dituntut untuk menyambut Dia. Bila tidak, proses pengerasan hati seperti yang dialami orang Farisi, akan terulang lagi.
Camkan: Yang merintangi orang mengalami keselamatan dari Yesus bukan Yesus kurang berkuasa, tetapi ketidakterbukaan hati kepada-Nya.
SH: Mat 12:22-37 - Hati cemburu menghilangkan akal sehat. (Jumat, 23 Januari 1998) Hati cemburu menghilangkan akal sehat.
Karena rasa cemburu dan dengki kepada Tuhan Yesus, orang Parisi memberi penilaian negatif terhadap pekerjaan-N...
Hati cemburu menghilangkan akal sehat.
Karena rasa cemburu dan dengki kepada Tuhan Yesus, orang Parisi memberi penilaian negatif terhadap pekerjaan-Nya. Karya-Nya dinilai sebagai pekerjaan setan (ayat 24). Hati yang cemburu menghilangkan akal sehat orang Parisi. Terang-terangan Yesus menentang mereka, bahkan mencela sikapnya. (ayat 26-27). Mata mereka tertutup, sehingga tak melihat kehadiran kuasa dan kekuatan Kerajaan Allah (ayat 28). Penilaian yang benar terhadap pekerjaan Allah hanya dapat dilakukan jika kita tunduk pada firman-Nya dan menjadikannya sebagai satu-satunya tolak ukur.
Akibat salah menilai. Orang Farisi telah menghujat Roh Kudus. Yesus mengatakan bahwa ini adalah dosa yang tak dapat diampuni (ayat 31). Mereka sampai melampaui limit dosa yang tak dapat diampuni karena tidak mau merendahkan diri dan membuka hati terhadap pemberitaan Tuhan Yesus. Bukti ketertutupan hati mereka dinyatakan pada ayat 34. Kejahatan yang dibuat oleh orang Farisi ini seharusnya mengingatkan orang masa kini untuk tidak mengeraskan hati.
Renungkan: Meski Allah begitu ingin menyelamatkan manusia, Ia tidak pernah akan memaksa. Janganlah permainkan kesempatan dan panggilan-Nya yang sangat berharga itu.
Doa: Tidak memberi penilaian salah terhadap Tuhan dan sesama!
SH: Mat 12:22-37 - Yesus melucuti kebobrokan sang penjebak (Jumat, 2 Februari 2001) Yesus melucuti kebobrokan sang penjebak
Mukjizat
penyembuhan orang buta dan bisu yang kerasukan
setan mengundang dua macam respons dari dua
golong...
Yesus melucuti kebobrokan sang penjebak
Mukjizat penyembuhan orang buta dan bisu yang kerasukan setan mengundang dua macam respons dari dua golongan yang berbeda. Pertama, respons takjub dari orang banyak yang menyaksikan bagaimana Yesus menyembuhkan orang tersebut, sehingga muncul pernyataan bahwa sepertinya Yesus adalah Anak Daud. Pernyataan ini mengandung makna bahwa Yesus sepertinya adalah Mesias yang dinantikan. Sebaliknya respons kedua datang dari orang Farisi. Mereka mengatakan bahwa Yesus mengusir setan dengan kuasa Beelzebul, penghulu setan. Orang Farisi yang seharusnya lebih tahu bahwa setan hanya dapat diusir dalam nama Tuhan, justru tidak melihatnya seperti orang banyak.
Yesus tahu apa yang dipikirkan orang Farisi dan
segera memberikan jawaban melalui beberapa
ilustrasi yang logis untuk menyatakan siapa Diri-
Nya dan siapa orang Farisi. (ayat 1) Ia memakai
ilustrasi tentang kerajaan, kota, dan rumah tangga
yang terpecah-pecah pasti akan hancur (ayat
Menyaksikan keajaiban dan keagungan perbuatan Yesus dapat menghantar seseorang kepada dua respons: pertama, menolak dan salah tafsir; kedua, semakin mengenal Yesus dan mengalami persekutuan yang indah dengan Dia.
Renungkan: Ketika seseorang mencobai-Nya, justru kebobrokan dirinya sendiri yang akan ditelanjangi.
SH: Mat 12:22-37 - Penghujatan (Rabu, 3 Februari 2010) Penghujatan
Konfrontasi orang Farisi dengan Yesus masih berlanjut. Kali ini
peristiwa pengusiran setan dipakai oleh orang Farisi sebagai
se...
Penghujatan
Konfrontasi orang Farisi dengan Yesus masih berlanjut. Kali ini peristiwa pengusiran setan dipakai oleh orang Farisi sebagai senjata.
Orang yang dikuasai setan itu bisu dan buta. Yesus menyembuhkan dia sehingga ia dapat melihat dan berbicara kembali. Takjubnya orang banyak terhadap Yesus dipatahkan orang Farisi dengan mengatakan bahwa Yesus memakai kuasa Beelzebul, pemimpin setan, untuk mengusir setan (ayat 24). Mereka berasumsi, jika setan tunduk pada perintah Yesus untuk pergi dari orang yang dirasuknya, bukankah itu berarti Yesus memiliki kuasa pemimpin setan, yaitu Beelzebul. Tuduhan ini jelas berbahaya karena bagi orang Yahudi, mempraktekkan kuasa setan diancam hukuman rajam (dilempari batu). Namun logiskah pernyataan mereka? Jika setan ingin berkua-sa di dunia ini, mungkinkah ia mengusir sekutunya dari orang yang sedang dia kuasai? Ini tidak masuk akal. Argumen Yesus jelas: kerajaan atau kota yang terpecah belah pasti akan jatuh. Ini juga berlaku untuk kerajaan setan. Jika Yesus meng-usir setan, bukankah berarti Ia tidak bersekutu dengan setan? Sebaliknya jika bukan karena setan, tentu mudah dipahami bahwa yang dapat melakukannya hanyalah kuasa yang lebih besar daripada kuasa setan. Lalu kuasa siapakah yang lebih besar dari kuasa setan? Jelas kuasa Allah!
Respons orang Farisi terhadap mukjizat yang Yesus lakukan sesungguhnya berbicara tentang hati yang tidak percaya bahwa Yesus adalah Mesias, Anak Allah. Ketidakpercayaan itu diekspresikan melalui perkataan mereka (ayat 30-32). Ini adalah penghujatan! Jika orang menolak Yesus, bisa saja karena orang itu tidak kenal Yesus dengan baik. Namun jika Roh Kudus telah memberi pencerahan, tetapi orang itu masih juga menolak Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat, maka ia tidak akan diampuni (ayat 37). Sebab itu mari kita mendoakan orang-orang yang kita layani untuk menerima Injil. Doakan agar Roh Kudus melembutkan setiap hati yang keras agar terbuka pada kebenaran bahwa Kristus adalah Anak Allah.
SH: Mat 12:22-37 - Dosa menghujat Roh Kudus (Kamis, 31 Januari 2013) Dosa menghujat Roh Kudus
Peristiwa pengusiran roh jahat dari seorang yang buta dan bisu melatari peringatan Yesus tentang dosa menghujat Roh Kudus. J...
Dosa menghujat Roh Kudus
Peristiwa pengusiran roh jahat dari seorang yang buta dan bisu melatari peringatan Yesus tentang dosa menghujat Roh Kudus. Jenis dosa ini, menurut Yesus, "tidak akan diampuni, di dunia ini tidak, dan di dunia yang akan datang pun tidak" (32).
Ucapan Yesus di atas harus dimengerti dengan mengacu pada konteks saat itu. Penyembuhan terhadap orang yang kerasukan itu telah menuai dua reaksi. Pertama, reaksi takjub dari orang banyak. Mereka menyatakan kemungkinan bahwa Yesus adalah Anak Daud, Mesias yang dinantikan (23). Sedangkan reaksi kedua datang dari orang-orang Farisi yang sangat marah karena gelar Anak Daud dikenakan pada Yesus, sehingga mereka dengan tajam menyerang Yesus, dengan tuduhan bahwa Yesus mengusir setan dengan pertolongan Beelzebul (24).
Yesus menjawab tuduhan tersebut dengan penjelasan yang sangat logis (5-6). Di lain pihak Yesus tahu bahwa orang Farisi juga mempraktikkan ritual pengusiran setan. Orang Farisi meyakini bahwa setan hanya dapat diusir dengan pertolongan Tuhan (27). Maka, sangat mengherankan jika orang Farisi tidak dapat membenarkan praktik pengusiran setan yang Yesus lakukan sebagai berasal dari Roh Tuhan.
Sikap menolak mengakui pekerjaan Roh Kudus inilah yang dimaksud dengan menghujat Roh Kudus. Artinya, walau mengenali karya Roh Kudus, tetapi menyangkal-Nya dengan menyatakan bahwa karya Roh Kudus sebagai pekerjaan Iblis. Seseorang yang menghina Yesus masih dapat diampuni karena mungkin ia belum mengenal siapa Yesus. Namun, menghujat Roh Kudus merupakan dosa yang tidak terampuni.
Orang Farisi berada dalam bahaya menghujat Roh Kudus jika tetap menganggap perbuatan Yesus sebagai pekerjaan Iblis. Bukan tidak mungkin kita dapat jatuh dalam dosa yang sama bila dalam diri kita masih terdapat kecenderungan seperti orang Farisi, yakni merasa paling saleh dan paling benar. Berhati-hatilah, karena sikap yang demikian hanya akan menghantar kita pada dosa yang tak terampuni.
SH: Mat 12:22-37 - Tutur kata menunjukkan kualitas (Jumat, 3 Februari 2017) Tutur kata menunjukkan kualitas
Agaknya orang Farisi sungguh-sungguh dikuasai oleh ketidakpercayaan hingga menuduh pengusiran setan (exorcism) yang d...
Tutur kata menunjukkan kualitas
Agaknya orang Farisi sungguh-sungguh dikuasai oleh ketidakpercayaan hingga menuduh pengusiran setan (exorcism) yang dilakukan oleh Yesus memakai kuasa penghulu setan (24). Di sini Yesus mengingatkan bahwa suatu kerajaan dapat menjadi kuat jika bersatu. Jadi, aneh jika setan mengusir setan karena hal itu akan melemahkan kondisi mereka sendiri (26-28). Selain itu, Yesus pun menegaskan bahwa tutur kata yang keluar dari mulut seseorang mencerminkan perbendaharaan hatinya (35).
Yesus mengingatkan bahwa tutur kata bukan hal remeh-temeh. Sebab hati yang jahat mengeluarkan ucapan yang jahat pula. Itu berarti, Yesus hendak menunjukkan bahwa kata-kata orang Farisi mencerminkan kualitas diri mereka. Mereka memfitnah bahwa Yesus mengusir setan dengan kuasa penghulu setan. Upaya itu mereka lakukan untuk membuat pekerjaan dan pelayanan Yesus tidak legal di mata masyarakat Yahudi. Jadi, mereka hanya mengeluarkan kata yang sia-sia, tidak membangun, dan tanpa makna. Hal itu tidak ada gunanya. Ibarat sebuah pohon yang menghasilkan buah yang tidak baik pada akhirnya tidak berguna sama sekali. Teguran Yesus terhadap orang Farisi menjadi peringatan bagi kehidupan kita sehari-hari.
Kata-kata adalah hal yang tidak terpisahkan dari hidup manusia. Bahkan ada penelitian yang menyatakan bahwa dalam sehari perempuan dapat mengeluarkan sampai 20.000 kata, sedangkan laki-laki 7.000 kata. Jika penelitian itu benar, berapa persen dari kata-kata itu berguna dan bermakna? Seberapa banyak kata yang membangun, menghibur, menyakiti, menggunjingkan, mengejek, dan merendahkan orang lain? Mampukah kata-kata kita membuat orang lain termotivasi dan bersemangat menjalani kehidupan?
Seberapa besar komunikasi kita berguna, bermakna, membangun, dan menghibur dalam relasi kita dengan sesama? Kadang diam bisa menjadi pilihan terbaik. Jika harus berbicara, marilah berkata-kata dengan berkualitas. Sebab kata-kata menunjukkan kualitas hidup kita. [THIE]
SH: Mat 12:22-37 - Buta Kebenaran (Sabtu, 23 Januari 2021) Buta Kebenaran
Terkadang terbersit di dalam pikiran, alangkah menyenangkan hidup di zaman ketika Yesus sering melakukan mukjizat, sebab orang-orang m...
Buta Kebenaran
Terkadang terbersit di dalam pikiran, alangkah menyenangkan hidup di zaman ketika Yesus sering melakukan mukjizat, sebab orang-orang menjadi mudah sekali percaya kepada Yesus.
Pada hari itu Yesus menyembuhkan orang yang buta dan bisu yang sekaligus dirasuki setan (22). Sebuah mukjizat yang menakjubkan, yang menunjukkan kuasa ilahi, karya Allah Yang Mahabesar.
Orang-orang Farisi memahami apa yang tercatat di dalam Alkitab, namun sulit bagi mereka untuk mengakui bahwa Yesus adalah Mesias. Hati mereka dipenuhi oleh iri dan dengki. Perasaan marah orang-orang Farisi kepada Yesus terus berkelanjutan. Kondisi makin memanas ketika orang banyak merasa takjub dan mulai meyakini bahwa Yesus adalah anak Daud (23). Sebutan Anak Daud merujuk pada Mesias yang sudah lama dinanti-nantikan. Kondisi ini mengancam kedudukan orang-orang Farisi yang secara politik dan agama berkuasa pada masa itu.
Oleh karena iri dan merasa terancam, mereka menuduh bahwa mukjizat yang dilakukan oleh Yesus berasal dari kuasa Beelzebul (24).
Pengetahuan akan kebenaran Alkitab dan mukjizat yang telah dilihat di depan mata tidak menjadikan orang Farisi takjub dan percaya. Sebaliknya, perasaan iri dan dengki menjadikan hati mereka buta. Mereka menjadi tidak puas terhadap keberadaan diri yang telah ditetapkan oleh Tuhan di dalam tatanan semesta alam. Kedengkian dapat muncul dalam bentuk kecemburuan, persaingan, dan kecurigaan sehingga melahirkan tuduhan-tuduhan dan pencideraan nama baik. Yesus menegur orang-orang Farisi yang dikuasai dengki, yang hatinya dikuasai kejahatan, dan yang tidak melihat kedatangan Mesias.
Saat kebenaran dinyatakan, sudah semestinya kita bertobat dan tidak bersikap seperti orang Farisi. Kita diajak untuk berani melakukan introspeksi diri. Kita perlu menerima kebenaran dengan hati terbuka dan merenungkan firman-Nya atas diri kita. Dengan begitu, kita tidak membiarkan diri dibutakan oleh kemanusiaan kita, tetapi kita mau tunduk dan mengikuti kebenaran Tuhan. [MKG]
Baca Gali Alkitab 4
Matius menceritakan dua peristiwa yang terjadi dalam satu hari. Pertama, murid-murid memetik bulir gandum dan memakannya pada hari Sabat. Kedua, Tuhan Yesus menyembuhkan orang yang mati sebelah tangannya pada hari Sabat itu juga.
Sabat adalah hari istirahat. Hari istirahat oleh orang Farisi dipahami secara keliru. Tuhan Yesus menunjukkan kekeliruan mereka dengan menggunakan contoh Raja Daud dan imam-imam bangsa Israel terdahulu. Raja Daud dan imam-imam bangsa Israel di masa lampau menerapkan Sabat berbeda dari cara yang diterapkan oleh orang Farisi. Pemahaman orang Farisi yang keliru tentang Sabat itu terus berlanjut. Mereka pun menghakimi Tuhan Yesus secara keliru ketika menyembuhkan orang yang mati sebelah tangannya di sebuah rumah ibadat.
Apa saja yang Anda baca?
1. Kapan Yesus berjalan di ladang gandum dan apa yang dilakukan oleh murid-murid-Nya? (1)
2. Bagaimanakah tanggapan orang Farisi terhadap perilaku para murid Tuhan Yesus? (2)
3. Bagaimanakah jawaban Tuhan Yesus terhadap pertanyaan orang Farisi? (3-8)
4. Setelah dari ladang gandum, ke mana Tuhan Yesus pergi? (9)
5. Siapa yang dijumpai oleh Tuhan Yesus di rumah ibadat? (10)
6. Bagaimana jawab Tuhan Yesus terhadap pertanyaan boleh atau tidak menyembuhkan orang pada hari Sabat? (11-15a)
Apa pesan yang Allah sampaikan kepada Anda?
1. Bagaimana cara Anda memuliakan Allah pada hari istirahat?
2. Apakah hari istirahat menghalangi Anda untuk membangun kepedulian kepada sesama atau ciptaan lain? Jelaskanlah!
Apa respons Anda?
1. Apa yang Anda lakukan untuk menjalin kepedulian terhadap sesama atau ciptaan lain? Jelaskanlah!
Pokok Doa:
Ungkapan syukur sebab diberi waktu khusus untuk memuliakan Allah dan karya-Nya di dunia ini.
Topik Teologia -> Mat 12:31
Topik Teologia: Mat 12:31 - -- Roh Kudus
Roh yang Dapat Dihujat
Mat 12:31-32 Mar 3:28-29
Roh Kudus dan Kehidupan Kristus
- Roh Kudus
- Roh yang Dapat Dihujat
- Mat 12:31-32 Mar 3:28-29
- Roh Kudus dan Kehidupan Kristus
TFTWMS -> Mat 12:31-32
TFTWMS: Mat 12:31-32 - Menghujat Roh Kudus MENGHUJAT ROH KUDUS (Matius 12:31, 32)
31"Sebab itu Aku berkata kepadamu: Segala dosa dan hujat manusia akan diampuni, tetapi hujat terhadap Roh...
MENGHUJAT ROH KUDUS (Matius 12:31, 32)
31"Sebab itu Aku berkata kepadamu: Segala dosa dan hujat manusia akan diampuni, tetapi hujat terhadap Roh Kudus tidak akan diampuni. 32 Apabila seorang mengucapkan sesuatu menentang Anak Manusia, ia akan diampuni, tetapi jika ia menentang Roh Kudus, ia tidak akan diampuni, di dunia ini tidak, dan di dunia yang akan datangpun tidak."
Ayat 31. Dosa yang Yesus acukan dalam pernyataan-Nya yang terakhir sering disebut "dosa yang tidak bisa diampuni." Alkitab tidak menggunakan istilah ini, tapi Yesus memang mengatakan dosa itu tidak akan diampuni. Dosa apakah ini? Apakah yang orang-orang Farisi ini telah lakukan? Mereka mengasalkan kuasa Roh Kudus itu kepada setan. Mereka sedang mengatakan bahwa pelbagai mujizat yang Roh itu lakukan—seperti Yesus mengusir setan—dilakukan oleh kekuatan roh yang "cemar" atau "jahat" (Mrk. 3:30). Oleh karena itu, mereka telah menghujat Roh Kudus. Dalam artinya yang paling sempit, menghujat (blasfhmi÷a, blasphēmia) mengacu kepada ucapan yang menghina Ilah.
Peringatan Yesus tentang penghujatan terhadap Roh Kudus adalah konsisten dengan peraturan Perjanjian Lama mengenai orang-orang yang berdosa secara sengaja. Bilangan 15:30 mengatakan, "Tetapi orang yang berbuat sesuatu dengan sengaja ['dengan sikap angkuh' (RSV)], baik orang Israel asli, baik orang asing, orang itu menjadi penista TUHAN, ia harus dilenyapkan dari tengah-tengah bangsanya." Ulangan 29:20 juga berbicara tentang individu penyembah berhala dan pemberontak sehingga Allah "tidak akan mau mengampuni orang itu"; "TUHAN akan menghapuskan namanya dari kolong langit."
Ayat 32. Yesus berkata bahwa pengampunan adalah mungkin bagi siapa saja yang mengucapkan sesuatu [yang] menentang Anak Manusia. Belakangan, Petrus menyangkal Tuhan tiga kali, namun ia diampuni oleh Dia dan pelayanannya dipulihkan (26:69-75; Yoh. 21:15-17). Paulus juga mendapat pengampunan, meskipun sebelumnya ia adalah "seorang penghujat dan seorang penganiaya dan seorang ganas" (1 Tim. 1:13; lihat Kisah 9:1, 2).
Namun demikian, pengampunan adalah mustahil bagi siapa saja yang menghujat Roh Kudus. Teks ini termasuk salah satu dari beberapa nas yang sulit dipahami yang menyampaikan ketidakbisaan seseorang untuk menerima pengampunan (Ibr. 6:4-6; 10:26-31; 1 Yoh. 5:16, 17). J. W. McGarvey cenderung berpikir bahwa dosa ini berkaitan dengan penolakan terhadap dasar iman:
Alasan mengapa secara pasti lebih fatal berbicara menentang Roh Kudus daripada menentang Anak Manusia, mungkin sebagiannya di luar kemampuan pemahaman kita; tapi inilah yang kita tahu, bahwa orang yang berbicara menentang yang belakangan [Anak Manusia] mungkin setelah itu diyakinkan oleh kesaksian Roh Kudus, dan ia menjadi orang percaya. Tapi jika ia menolak bukti yang diberikan oleh Roh Kudus dan menganggap hal itu berasal dari Iblis, ia menolak satu-satunya bukti yang menjadi dasar iman; dan tanpa iman tidak ada pengampunan.5
Karena itu, ketika Yesus sedang membahas "dosa yang tidak dapat diampuni," Ia sedang membicarakan orang-orang Farisi yang berusaha menghancurkan pelayanan-Nya dengan mengasalkan pelbagai mujizat-Nya itu kepada Beelzebul (Iblis).
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: Matius (Pendahuluan Kitab) Penulis : Matius
Tema : Yesus, Raja Mesianis
Tanggal Penulisan: Tahun 60-an TM
Latar Belakang
Injil ini dengan tepat sekali di...
Penulis : Matius
Tema : Yesus, Raja Mesianis
Tanggal Penulisan: Tahun 60-an TM
Latar Belakang
Injil ini dengan tepat sekali ditempatkan pertama sebagai pengantar PB dan "Mesias, Anak Allah yang hidup" (Mat 16:16). Walaupun nama pengarang tidak disebutkan dalam nas Alkitab, kesaksian semua bapa gereja yang mula-mula (sejak kira-kira tahun 130 M) menyatakan bahwa Injil ini ditulis oleh Matius, salah seorang murid Yesus.
Jikalau Injil Markus ditulis untuk orang Romawi (Lihat "PENDAHULUAN INJIL MARKUS" 08165) dan Injil Lukas untuk Teofilus dan semua orang percaya bukan Yahudi (Lihat "PENDAHULUAN INJIL LUKAS" 08169), maka Injil Matius ditulis untuk orang percaya bangsa Yahudi. Latar Belakang Yahudi dari Injil ini tampak dalam banyak hal, termasuk
- (1) ketergantungannya pada penyataan, janji, dan nubuat PL untuk membuktikan bahwa Yesus memang Mesias yang sudah lama dinantikan;
- (2) hal merunut garis silsilah Yesus, bertolak dari Abraham (Mat 1:1-17);
- (3) pernyataannya yang berulang-ulang bahwa Yesus adalah "Anak Daud" (Mat 1:1; Mat 9:27; Mat 12:23; Mat 15:22; Mat 20:30-31; Mat 21:9,15; Mat 22:41-45);
- (4) penggunaan istilah yang khas Yahudi seperti "Kerajaan Sorga" (yang searti dengan "Kerajaan Allah") sebagai ungkapan rasa hormat orang Yahudi sehingga segan menyebut nama Allah secara langsung dan
- (5) petunjuknya kepada berbagai kebiasaan Yahudi tanpa memberikan penjelasan apa pun (berbeda dengan kitab-kitab Injil yang lain).
Sekalipun demikian, Injil ini tidak semata-mata untuk orang Yahudi. Seperti amanat Yesus sendiri, Injil Matius pada hakikatnya ditujukan kepada seluruh gereja, serta dengan saksama menyatakan lingkup universal Injil (mis. Mat 2:1-12; Mat 8:11-12; Mat 13:38; Mat 21:43; Mat 28:18-20).
Tanggal dan tempat Injil ini berasal tidak dapat dipastikan. Akan tetapi, ada alasan kuat untuk beranggapan bahwa Matius menulis sebelum tahun 70 M ketika berada di Palestina atau Antiokia di Siria. Beberapa sarjana Alkitab percaya bahwa Injil ini merupakan Injil yang pertama ditulis, sedangkan ahli yang lain beranggapan bahwa Injil yang ditulis pertama adalah Injil Markus.
Tujuan
Matius menulis Injil ini
- (1) untuk memberikan kepada sidang pembacanya kisah seorang saksi mata mengenai kehidupan Yesus,
- (2) untuk meyakinkan pembacanya bahwa Yesus adalah Anak Allah dan Mesias yang dinubuatkan oleh nabi PL, yang sudah lama dinantikan, dan
- (3) untuk menunjukkan bahwa Kerajaan Allah dinyatakan di dalam dan melalui Yesus Kristus dalam cara yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Matius ingin sekali agar pembacanya memahami bahwa
- (1) hampir semua orang Israel menolak Yesus dan kerajaan-Nya. Mereka tidak mau percaya karena Ia datang sebagai Mesias yang rohani dan bukan sebagai Mesias yang politis.
- (2) Hanya pada akhir zaman Yesus akan datang dalam kemuliaan-Nya sebagai Raja segala raja untuk menghakimi dan memerintah semua bangsa.
Survai
Matius memperkenalkan Yesus sebagai penggenapan pengharapan Israel yang dinubuatkan. Yesus menggenapi nubuat PL dalam kelahiran-Nya (Mat 1:22-23), tempat lahir (Mat 2:5-6), peristiwa kembali dari Mesir (Mat 2:15) dan tinggal di Nazaret (Mat 2:23); Ia juga diperkenalkan sebagai Oknum yang didahului oleh perintis jalan Sang Mesias (Mat 3:1-3); dalam hubungan dengan lokasi utama dari pelayanan-Nya di depan umum (Mat 4:14-16), pelayanan penyembuhan-Nya (Mat 8:17), peranan-Nya selaku hamba Allah (Mat 12:17-21), ajaran-Nya dalam bentuk perumpamaan (Mat 13:34-35), peristiwa memasuki Yerusalem dengan jaya (Mat 21:4-5) dan penangkapan-Nya (Mat 26:56).
Pasal 5-25 (Mat 5:1--25:46) mencatat lima ajaran utama yang disampaikan oleh Yesus dan lima kisahan utama mengenai perbuatan-Nya yang besar sebagai Mesias. Lima ajaran utama itu adalah:
- (1) Khotbah di Bukit (pasal 5-7; Mat 5:1--7:29);
- (2) pengarahan bagi orang yang diutus untuk berkeliling memberitakan Kerajaan itu (pasal 10; Mat 10:1-42);
- (3) perumpamaan tentang Kerajaan Allah (pasal 13; Mat 13:1-30);
- (4) sifat seorang murid sejati (pasal 18; Mat 18:1-35) dan
- (5) ajaran di Bukit Zaitun mengenai akhir zaman (pasal 24-25; Mat 24:1--25:46).
Lima kisah utama dalam Injil ini adalah:
- (1) Yesus mengerjakan tanda ajaib dan mukjizat, yang menegaskan tentang realitas kerajaan itu (pasal 8-9; Mat 8:1--9:38);
- (2) Yesus mempertunjukkan lebih lanjut adanya kerajaan (pasal 11-12; Mat 11:1--12:50);
- (3) Pengumuman kerajaan menimbulkan bermacam-macam krisis (pasal 14-17; Mat 14:1--17:27);
- (4) Yesus berjalan ke Yerusalem dan tinggal di situ pada minggu terakhir (Mat 19:1--26:46);
- (5) Yesus ditangkap, dihakimi, disalibkan dan bangkit dari antara orang mati (Mat 26:47--28:20). Tiga ayat yang terakhir dari kitab Injil ini mencatat "Amanat Agung" Yesus.
Ciri-ciri Khas
Tujuh ciri utama menandai Injil ini.
- (1) Kitab ini merupakan Injil yang mencolok sifat ke-Yahudiannya.
- (2) Ajaran dan pelayanan Yesus di bidang penyembuhan dan pelepasan disajikan secara paling teratur. Karena hal ini, maka pada abad kedua gereja sudah mempergunakan Injil ini untuk membina orang yang baru bertobat.
- (3) Kelima ajaran utama berisi materi yang terluas di dalam keempat Injil yang mencatat pengajaran Yesus
- (a) selama pelayanan-Nya di Galilea dan
- (b) mengenai hal-hal terakhir (eskatologi).
- (4) Injil ini secara khusus menyebutkan peristiwa dalam kehidupan Yesus sebagai penggenapan PL jauh lebih banyak daripada kitab lain di PB.
- (5) Kerajaan Sorga\Kerajaan Allah disebutkan dua kali lebih banyak daripada kitab lain di PB.
- (6) Matius menekankan
- (a) standar-standar kebenaran dari Kerajaan Allah (pasal 5-7; Mat 5:1--7:29);
- (b) kuasa kerajaan itu atas dosa, penyakit, setan-setan, dan bahkan kematian; dan
- (c) kejayaan kerajaan itu di masa depan dalam kemenangan yang mutlak pada akhir zaman.
- (7) Hanya Injil ini yang menyebutkan atau menubuatkan gereja sebagai suatu wadah yang menjadi milik Yesus di kemudian hari (Mat 16:18; Mat 18:17).
Full Life: Matius (Garis Besar) Garis Besar
I. Memperkenalkan Mesias
(Mat 1:1-4:11)
A. Silsilah Yahudi Yesus
(Mat 1:1-17)
B....
Garis Besar
- I. Memperkenalkan Mesias
(Mat 1:1-4:11) - A. Silsilah Yahudi Yesus
(Mat 1:1-17) - B. Kelahiran dan Pengungsian ke Mesir
(Mat 1:18-2:23) - C. Perintis Jalan Sang Mesias
(Mat 3:1-12) - D. Pembaptisan Sang Mesias
(Mat 3:13-17) - E. Pencobaan Sang Mesias
(Mat 4:1-11) - II. Pelayanan Mesianis Yesus di dan sekitar Galilea
(Mat 4:12-18:35) - A. Ringkasan Pelayanan yang Awal di Galilea
(Mat 4:12-25) - B. Ajaran tentang Kemuridan dalam Kerajaan
(Mat 5:1-7:29) - C. Kisahan I: Perbuatan-Perbuatan Luar Biasa dari Kerajaan
(Mat 8:1-9:38) - D. Ajaran tentang Pemberitaan Kerajaan
(Mat 10:1-42) - E. Kisahan II: Kehadiran Kerajaan
(Mat 11:1-12:50) - F. Ajaran tentang Rahasia Kerajaan
(Mat 13:1-58) - G. Kisahan III: Krisis Kerajaan
(Mat 14:1-17:27) - H. Ajaran tentang Keanggotaan dalam Kerajaan
(Mat 18:1-35) - III.Puncak Pelayanan Mesianis Yesus di Yudea/Perea dan Yerusalem
(Mat 19:1-26:46) - A. Perjalanan Yesus ke Yerusalem
(Mat 19:1-20:34) - B. Minggu Terakhir yang dilewatkan Yesus di Yerusalem
(Mat 21:1-26:46) - 1. Masuk Yerusalem dan Penyucian Bait Allah
(Mat 21:1-22) - 2. Perdebatan dengan Orang Yahudi
(Mat 21:23-22:46) - 3. Pengecaman terhadap ahli Taurat dan Orang Farisi
(Mat 23:1-39) - 4. Ajaran di Bukit Zaitun tentang Masa Depan Kerajaan
(Mat 24:1-25:46) - 5. Komplotan untuk Mengkhianati Yesus
(Mat 26:1-16) - 6. Perjamuan Terakhir
(Mat 26:17-30) - 7. Getsemani
(Mat 26:31-46) - IV. Yesus Ditangkap, Diadili dan Disalibkan
(Mat 26:47-27:66) - A. Yesus Ditangkap
(Mat 26:47-56) - B. Yesus Diadili
(Mat 26:57-27:26) - C. Yesus Disalibkan
(Mat 27:27-56) - D. Yesus Dikubur
(Mat 27:57-66) - V. Yesus Bangkit
(Mat 28:1-20) - A. Penemuan Luar Biasa Para Wanita
(Mat 28:1-10) - B. Saksi-Saksi Palsu
(Mat 28:11-15) - C. Amanat Tuhan yang Bangkit
(Mat 28:16-20)
Matthew Henry: Matius (Pendahuluan Kitab) Di hadapan kita terdapat,
I. Perjanjian (wasiat) Baru Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat kita; demikian yang diberikan pada bagian kedua dari...
Di hadapan kita terdapat,
- I. Perjanjian (wasiat) Baru Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat kita; demikian yang diberikan pada bagian kedua dari Alkitab kita, yang juga disebut kovenan baru, karena kata yang digunakan memiliki kedua makna tersebut. Sebenarnya, bila menyinggung tindakan dan perbuatan Kristus, sebagaimana dimaksudkan di sini, maka istilah yang paling tepat adalah wasiat (Inggris: testament), sebab Kristuslah sang Pemberi Wasiat itu, yang berlaku sah melalui kematian-Nya (Ibr. 9:16-17). Tidak seperti suatu kovenan, dalam wasiat tidak terdapat kesepakatan bersama antara pihak-pihak yang terlibat. Dalam wasiat, apa yang dijanjikan itu dianugerahkan, meskipun bersyarat, berdasarkan suatu kehendak, yakni kehendak bebas, maksud baik dari Sang Pemberi Wasiat. Seluruh anugerah yang terdapat di dalam kitab ini bersumber pada Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat kita. Karena itu, jika kita tidak mengakui Dia sebagai Tuhan kita, kita tidak dapat mengharapkan manfaat apa pun dari-Nya sebagai Juruselamat kita. Perjanjian ini disebut perjanjian baru, untuk membedakannya dari perjanjian yang diberikan Musa, namun bukan karena perjanjian Musa ini sudah tidak berlaku; juga untuk menyatakan bahwa perjanjian tersebut harus selalu baru, tidak menjadi usang dan ketinggalan zaman. Kitab-kitab Perjanjian Baru ini bukan saja memuat penemuan seutuhnya akan anugerah yang sudah nyata menyelamatkan semua manusia, tetapi juga merupakan sebuah sarana yang sah yang melaluinya anugerah itu disampaikan dan berdiam atas semua orang percaya. Sudah seyogyanyalah dengan cermat kita memelihara, dan dengan penuh perhatian serta sukacita kita membaca pesan dan wasiat terakhir seorang sahabat, yang melalui wasiat itu telah meninggalkan suatu warisan besar, dan bersama warisan ini pula telah mengungkapkan kasih-Nya yang mendalam kepada kita! Betapa terlebih mulianya wasiat yang diberikan Juruselamat kita yang terberkati itu, yang menjamin seluruh kekayaan-Nya yang tidak terkatakan bagi kita! Ini sungguh wasiat-Nya; meskipun wasiat itu, seperti umumnya surat wasiat, ditulis oleh orang lain (kita tidak memiliki bukti apa pun yang merupakan tulisan Kristus sendiri), namun Dia sendirilah yang menyatakannya; dan pada malam sebelum Ia mati, melalui perjamuan malam, Ia menandatangani, memeteraikan, dan mengumumkannya di hadapan dua belas orang saksi. Sebab, meskipun kitab-kitab ini baru ditulis setelah beberapa tahun kemudian, demi manfaat bagi generasi-generasi selanjutnya, in perpetuam rei memoriam – sebagai suatu peringatan abadi, Perjanjian Baru Yesus, Tuhan kita, sudah ditetapkan, dikukuhkan, dan diberitakan sejak kematian-Nya, sebagai sebuah wasiat lisan, yang tentangnya catatan-catatan dalam kitab-kitab tersebut memiliki kesamaan yang tepat. Hal-hal yang dituliskan oleh Lukas merupakan peristiwa-peristiwa yang telah terjadi di antara orang waktu itu (hal-hal yang diyakini secara pasti, KJV), dan karena itu sudah dikenal baik sebelum ia sendiri menuliskannya. Namun, ketika peristiwa-peristiwa itu dituliskan, tulisan tersebut melampaui dan menyisihkan tradisi lisan, dan tulisan-tulisan ini menjadi perbendaharaan Perjanjian Baru itu. Hal ini ditunjukkan juga dalam judul tambahan yang mengawali banyak salinan Perjanjian Baru bahasa Yunani, Tēs kainēs Diathēkēs Hapanta – Keseluruhan Perjanjian Baru, atau segenap hal mengenainya. Di dalamnya diungkapkan seluruh maksud Allah berkenaan dengan keselamatan kita (Kis. 20:27). Sama sebagaimana hukum Tuhan sempurna adanya, demikian pula halnya dengan Injil Kristus, dan tidak ada lagi yang ditambahkan kepadanya. Kita telah memiliki semuanya, dan tidak ada yang perlu dicari lagi.
- II. Di hadapan kita terdapat Keempat Injil. Injil berarti kabar baik, atau berita kesukaan; dan sejarah kedatangan Kristus ke dalam dunia untuk menyelamatkan orang berdosa ini jelas-jelas merupakan kabar terbaik yang pernah datang dari sorga ke atas bumi; malaikatlah yang memberikan sebutan kesukaan bagi berita itu (Luk. 2:10), Euangelizomai hymin – aku memberitakan kepadamu kesukaan besar; aku memberitakan Injil kepadamu. Nabi pun menubuatkannya (Yes. 52:7; 61:1). Di situ dinubuatkan bahwa pada hari kedatangan Mesias, kesukaan besar itu harus diberitakan. Kata Injil sepadan dengan kata Inggris Gospel yang berasal dari bahasa Sakson kuno [sebuah bahasa Germanik tua – pen.], yang berarti perkataan atau kata Allah (God’s spell atau God’s word); dan Allah dipanggil demikian karena Dia baik, Deus optimus – Allah yang mahabaik, dan karena itu kata Gospel bisa berarti suatu perkataan atau kata yang baik. Bila kita mengambil kata spell dalam artian yang lebih tepat, yaitu charm (carmen), “mantera,” dan memandangnya dari sisi baik, sebagai sesuatu yang menggerakkan dan memengaruhi, tepatnya lenire dolorem – untuk menenangkan hati, atau untuk mengubah hati supaya merasa takjub atau kasih, seperti hal-hal yang umum kita sebut memesonakan atau memikat hati, maka pengertian ini dapat diterapkan pada Injil; sebab di dalamnya sang pembaca mantra menyuarakan manteranya dengan bijak, sekalipun kepada ular tedung tuli (Mzm. 58:5-6). Begitu pula tidak seorang pun yang akan memikirkan adanya mantra lain yang memiliki kuasa seperti keindahan dan kasih Penebus kita. Segenap Perjanjian Baru adalah Injil atau kabar baik itu sendiri. Rasul Paulus menyebut Perjanjian Baru itu Injilnya, sebab ia adalah salah seorang pemberitanya. Alangkah indahnya jika kita juga menjadikannya sebagai Injil kita melalui sambutan hangat dan ketaatan kita terhadap Injil! Lazim keempat kitab yang memuat sejarah tentang Sang Penebus itu kita sebut keempat Injil, dan para penulisnya yang diilhami itu kita sebut pemberita Injil, atau penulis Injil; namun, sebutan ini tidaklah begitu tepat, karena sebutan pemberita Injil menunjuk kepada suatu golongan pengerja atau pelayan tertentu yang menjadi pembantu para rasul: “Dan Ialah yang memberikan baik rasul-rasul maupun ... pemberita-pemberita Injil” (Ef. 4:11). Ajaran mengenai Kristus harus dijalin dengan, dan didasarkan pada, kisah tentang kelahiran, kehidupan, mujizat-mujizat, kematian, dan kebangkitan-Nya; sebab hanya dengan demikianlah doktrin tersebut tampak dalam terangnya yang paling jelas dan kuat. Seperti halnya dengan alam, demikian juga dalam anugerah, penemuan-penemuan yang paling membahagiakan adalah penemuan-penemuan yang timbul berdasarkan gambaran-gambaran tertentu dari halhal yang nyata. Sejarah alam merupakan filsafat terbaik; begitu pula dengan sejarah suci, baik Perjanjian Lama maupun Baru, adalah sarana kebenaran suci yang paling tepat dan mulia. Keempat Injil ini telah ada sejak awal Kekristenan dan telah diterima teguh oleh gereja mula-mula dan dibacakan dalam pertemuan-pertemuan ibadah Kristen, sebagaimana diungkapkan melalui tulisan-tulisan Justin Martyr dan Irenaeus, yang hidup satu abad lebih sedikit setelah kenaikan Kristus ke sorga; mereka menyatakan bahwa empat Injil sajalah, tidak lebih dan tidak kurang, yang diterima oleh gereja. Sekitar masa itu, keselarasan keempat pemberita Injil itu dihimpun oleh Tatian, dengan judul To dia tessarōn – Injil dari keempat Injil. Pada abad ketiga dan keempat muncul injil-injil lain yang dipalsukan oleh bermacam-macam sekte dan diterbitkan dengan menggunakan nama Petrus, ada lagi dengan nama Tomas, Filipus, dan seterusnya. Namun injil-injil ini tidak pernah diakui maupun dihargai oleh gereja, seperti dikatakan cendekiawan Dr. Whitby. Beliau mengajukan alasan tepat mengapa kita harus setia berpegang pada catatan-catatan tertulis ini, sebab tradisi, dengan pernyataan dan dalih apa pun yang terdapat di dalamnya, tidaklah mampu memelihara berbagai hal dengan pasti, dan hal ini pun telah kita ketahui dari pengalaman. Sebab, meskipun Kristus mengatakan dan melakukan banyak hal yang mengesankan, yang tidak tertulis (Yoh. 20:30;21:25), tradisi tidak menyimpan satu pun bagi kita, semuanya lenyap, kecuali apa yang tertulis [dalam keempat Injil – ed.]. Oleh karena itu, yang tertulis inilah, yang harus kita pegang; dan merupakan berkat Allah bahwa kita memilikinya untuk kita patuhi; itulah perkataan sejarah yang pasti.
- III. Di hadapan kita terdapat Injil menurut Matius. Penulisnya lahir sebagai orang Yahudi, dan bekerja sebagai seorang pemungut cukai, sampai Kristus memanggilnya, dan dia pun meninggalkan rumah cukai, untuk mengikut Dia. Dan penulis merupakan salah seorang yang menyertai-Nya, yang senantiasa datang berkumpul dengan ... Tuhan Yesus ... yaitu mulai dari baptisan Yohanes sampai hari Yesus terangkat ke sorga (Kis. 1:21-22). Oleh sebab itu, ia merupakan saksi yang dapat diandalkan sehubungan dengan apa yang telah dicatatnya di sini. Konon ia telah mencatat sejarah ini sekitar delapan tahun setelah kenaikan Kristus ke sorga. Banyak penulis zaman tersebut yang mengatakan bahwa ia menulisnya dalam bahasa Ibrani atau bahasa Aram; namun tradisi ini disangkal oleh Dr. Whitby secara meyakinkan. Tidak diragukan lagi Injil ini ditulis dalam bahasa Yunani, seperti halnya bagian-bagian lain dalam Perjanjian Baru. Jadi, bukan dalam bahasa yang khusus digunakan oleh orang-orang Yahudi, yang baik bait Allahnya maupun negaranya hampir berakhir pada masa itu, namun dalam bahasa yang umum bagi dunia dan yang melaluinya pengetahuan tentang Kristus akan tersiar dengan efektif kepada seluruh bangsa di dunia. Namun bisa saja ada kemungkinan terdapat edisi dalam bahasa Ibrani yang diterbitkan Matius sendiri pada saat yang sama ketika dia menulisnya dalam bahasa Yunani. Edisi bahasa Ibrani itu untuk orang Yahudi, sedangkan edisi Yunani ditulis untuk orang-orang non-Yahudi, ketika dia meninggalkan Yudea untuk memberitakan Injil kepada mereka. Marilah kita memuji Allah karena kita memiliki Injil ini, dan memilikinya dalam bahasa yang kita pahami.
Jerusalem: Matius (Pendahuluan Kitab) INJIL-INJIL SINOPTIK
PENGANTAR
Ada empat kitab dalam Perjanjian Baru yang berisikan "Kabar Yang Baik" (demikianlah arti kata "Euaggelio...
INJIL-INJIL SINOPTIK
PENGANTAR
Ada empat kitab dalam Perjanjian Baru yang berisikan "Kabar Yang Baik" (demikianlah arti kata "Euaggelion" atau "Injil"). Tiga buah kitab pertama dalam daftar Kitab-kitab Suci itu sangat serupa satu sama lain, sehingga dapat ditempatkan dalam tiga lajur yang sejalan dan dirangkum dengan sekilas pandang saja. Karena itulah ketiga kitab itu disebut : (injil-injil) sinoptik (diturunkan dari kata Yunani "sinopsis", artinya sekilas pandang).
Tradisi Gereja Kristen, yang sudah diketemukan dalam karangan-karangan yang ditulis dalam abad II, menyatakan bahwa masing-masing injil dikarang oleh Matius, Markus dan Lukas. Menurut tradisi itu Matius, seorang pemungut cukai yang termasuk dewan Kedua Belas Rasul Mat 9:9; 10:3, yang pertama menulis injilnya buat orang Kristen bekas Yahudi di Palestina. Karyanya yang ditulis dalam bahasa "Ibrani", yaitu Aram, kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani. Yohanes Markus menyusun injilnya di Roma, sesuai dengan pengajaran agama yang diberikan Rasul Petrus. Yohanes Markus itu adalah seorang Kristen dari Yerusalem, Kis 12:12, yang membantu Paulus dalam karya kerasulannya, Kis 12:25;13:5, 13; Flm 24; 2Tim 4:11, dan juga Barnabas, Kis 15:37,39, pamannya, Kol 4:10. Sebagai "juru bicara" atau penterjemah" Markus juga membantu rasul Petrus, 1Ptr 5:13. Seorang murid lain Lukas, mengarang injil yang ketiga. Ia adalah seorang Kristen bekas kafir, Kol 4:10-14, dan dalam hal ini berbeda dengan Matius dan Markus. Ia berasal dari Antiokhia dan seorang tabib, Kol 4:14. Menurut pendapat sementara ahli Lukas menjadi teman seperjalanan Paulus waktu rasul itu menempuh perjalanannya yang kedua (Kis 16:10 dst) dan yang ketiga (Kis 20:5 dst). Iapun menyertai Paulus waktu dalam penahanan di Roma, baik untuk pertama kalinya, Kis 27:1 dst, maupun untuk kedua kalinya, 2Tim 4:11. Karena itu injil ketiga itu dapat dihubungkan dengan Paulus, bdk barangkali 2Kor 8:18, seperti injil Markus dihubungkan dengan Petrus. Lukas ini masih mengarang kitab lain lagi, yaitu Kisah Para Rasul. Baik injil kedua maupun injil ketiga langsung ditulis dalam bahasa Yunani.
Keterangan-keterangan tersebut yang diambil dari tradisi Gereja diteguhkan oleh penyelidikan masing-masing injil sendiri. Tetapi sebelum hal itu dikupas, baiklah terlebih dahulu dibahas hubungan ketiga injil itu satu sama lain ditinjau dari segi sastra. Ini lazimnya disebut sebagai "Masalah Sinoptik".
Masalah Sinoptik itu sudah dipecahkan oleh para ahli dengan macam-macam jalan. Masing-masing pemecahan yang diusulkan tidak mencukupi, tetapi semua mengandung kebenaran juga. Maka pemecahan-pemecahan yang bermacam-mecam itu dapat menolong untuk menyusun suatu keterangan menyeluruh tentang masalah itu. Mungkin sekali dan bahkan pasti bahwa ada suatu tradisi lisan bersama, yang dituliskan masing- masing penginjil dengan tidak bergantung satu sama lain, sehingga ada perbedaan- perbedaan dalam masing-masing karangan Tetapi tradisi bersama itu tidak dapat secukupnya menjelaskan mengapa ada begitu banyak kesamaan yang mengesankan antara ketiga injil itu sampai dengan hal-hal kecil dan dalam urutan bagian- bagiannya. Kesamaan semacam itu kiranya tidak mungkin kalau ketiga injil itu hanya berdasarkan ingatan saja, meski ingatan orang-orang timur di zaman dahulu sekalipun. Kesamaan yang ada itu lebih mudah diterangkan kalau ketiga injil itu berdasarkan satu atau beberapa tradisi tertulis. Tetapi kalau mau dipertahankan bahwa ketiga injil itu mengambil bahannya dari tradisi tertulis dengan tidak bergantung satu sama lain, maka sukar diterangkan mengapa kesamaan perbedaan antara ketiga injil tu memberi kesan bahwa ketiga penginjil saling mengenal, saling menuruti atau bahkan memperbaiki. Maka harus diterima bahwa ketiga injil, entah bagaimana, saling bergantung secara langsung. Jelaslah Lukas bergantung pada Markus. Tetapi kurang pasti bahwa Markus bergantung pada Matius, seperti dahulu lama sekali dianggap orang: ada banyak petunjuk bahwa ketergantungan kedua injil itu harus dibalikkan. Tidak begitu mungkin bahwa Matius langsung bergantung pada Lukas atau Lukas pada Matius. Memang ada kesamaan dan kesejajaran antara Matius dan Lukas, juga di mana kedua penginjil itu tidak menuruti Markus. Tetapi hal ini kiranya harus diterangkan dengan menerima bahwa Matius dan Lukas menggunakan satu atau beberapa sumber bersama, yang lain dari Injil kedua.
Untuk menerangkan duduknya perkara, kritik modern sudah mengajukan yang diistilahkan sebagai "teori kedua sumber". Sumber yang satu ialah Mrk; dalam bagian-bagian yang berupa cerita, Matius dan Lukas bergantung pada Markus. Sebaliknya, sabda dan wejangan (disebut sebagai "Logia") yang hanya sedikit sekali dalam Markus, oleh Matius dan Lukas diambil dari sumber lain. Sumber ini tidak dikenal, tetapi dapat diandalkan; lazimnya diistilahkan sebagai "Q" (huruf pertama dari kata Jerman "Quelle" = Sumber). Meskipun nampaknya sederhana, namun secara menyeluruh teori itu tidak memuaskan, barangkali justru karena kesederhanaannya. Teori itu tidak secukupnya memperhatikan segala sesuatu yang perlu diperhatikan sehubungan dengan masalah yang mau dipecahkan. Baik Markus seperti ada sekarang, maupun sebagaimana disusun oleh pembela teori kedua sumber tersebut, tidak berhasil benar-benar memainkan peranan sebagai sumber, seperti dikatakan pendukung teori itu.
Memang jelaslah Markus kerap kali nampaknya lebih tua dari pada Matius dan Lukas, tetapi juga kebalikannya sering terjadi : Matius dan Lukas nampaknya lebih tua dari pada Markus. Ada kalanya Markus mempunyai ciri yang mencerminkan tahap perkembangan tradisi lebih jauh dari pada yang tercantum dalam Matius dan Lukas, misalnya kadang-kadang terasa pengaruh pikiran Paulus atau usaha untuk menyesuaikan tradisi asli dengan pembaca yang bukan keturunan Yahudi, sedangkan dalam Matius dan Lukas terdapat ciri ketuaan misalnya ungkapan yang berciri Yahudi atau yang mencerminkan keadaan lingkungan di dalam keadaan yang mendahului keadaannya sekarang?
Hipotesa tersebut didukung pertimbangan lain lagi. Ada kalanya Matius dan Lukas bersesuaian satu sama lain, pada hal berbeda dengan Markus dalam bagian-bagian Injil yang sejalan. Ini tidaklah mungkin, seandainya Matius dan Lukas langsung bergantung pada Markus seperti sekarang ada. Kesesuaian Matius dan Lukas satu sama lin itu kerap kali terdapat dan kadang-kadang kesesuaian itu benar-benar mengherankan. Kesesuaian Matius dan Lukas yang berlainan dari Markus itu hendak diterangkan begitu rupa, sehingga teori kedua sumber itu dapat terus dipertahankan juga. Dikatakan bahwa kesesuaian itu berasal dari penyalin- penyalin Kitab Suci, yang menyesuaikan Matius dan Lukas satu sama lain. Kalau demikian kritik teks dapat menghilangkan kesesuaian itu. Dikatakan pula bahwa penginjil-penginjil sendiri menghasilkan kesesuaian itu, dengan jalan sebagai berikut : baik Matius maupun Lukas dengan tidak saling mengenal secara sama memperbaiki teks Markus yang mereka gunakan, sebab teks itu mereka anggap kurang baik. Memanglah keterangan-keterangan semacam itu kadang-kadang berhasil menjelaskan kesesuaian antara Matius dan Lukas yang kedua-duanya menyimpang dari Markus. Tetapi pengandaian-pengandaian serupa itu itu tidak mungkin memecahkan seluruh masalah. Dengan memperhatikan segala unsur yang perlu diperhitungkan, kesesuaian antara Matius dan Lukas itu lebih mudah dapat diterangkan, dengan cara seperti yang disarankan di muka : Matius dan Lukas menggunakan injil Markus dalam keadaan lain dari yang tersedia sekarang. Agaknya injil Markus yang asli itu kemudian disadur lagi. Dan penyaduran kembali itulah yang memberi injil Markus ciri-ciri baru yang memantulkan perkembangan, tradisi lebih jauh. Inipun menyebabkan bahwa Matius dan Lukas berkesuaian satu sama lain, sedangkan berbeda dengan Markus seperti sekarang ada. Sebab Matius dan Lukas dua-duanya memaik teks Markus yang lebih tua dari pada teks saduran tersebut yang sekarang tercantum dalam Kitab Suci.
Sumber "Q" yang diandaikan oleh teori kedua sumber itu juga kurang memuaskan, sekurang-kurangnya sumber "Q" seperti disusun kembali para sumber dipulihkan dengan hasil yang sangat berbeda-beda. Maka tidak dapat diketahui dengan cukup pasti bagaimana sesungguhnya dokumen itu. Bahkan prinsip bahwa ada satu dokumen tidak pasti juga. Sebab "logia-logia" yang dikatakan berasal dari "Q" itu ditemukan dalam Matius maupun dalam Lukas, tetapi dengan cara yang begitu berbeda, sehingga orang mulai menduga adanya dua kumpulan "logia-logia", dan bukan hanya sebuah saja. Di satu pihak logia-logia yang terdapat dalam bagian tengah Luk, yang kadang-kadang disebut "Bagian Perea" (Luk 9:51 -- Luk 18:14), agaknya berasal dari satu sumber, sedangkan "logia-logia" yang ditemukan dalam bagian- bagian Lukas yang lain diambil dari sumber yang berbeda. Baik "Logia-logia" yang terkumpul dalam Lukas 9:51 -- Luk 18:14, maupun yang terdapat di bagian-bagian lain pada umumnya terdapat juga dalam Matius. Tetapi anehnya, logia-logia macam kedua ditemukan dalam Lukas dan Matius dengan urutan yang pada pokoknya sama, pada hal "logia-logia" macam pertama dalam Lukas merupakan suatu keseluruhan sedangkan dalam Matius tersebar dalam seluruh injilnya. Ada kesan bahwa logia-logia macam kedua ini oleh Matius dan Lukas diambil dari sumber yang berbeda-beda. Sumber yang satu ialah sebuah kumpulan logia (yang oleh Vaganay disebut S = sources = sumber). Bagian terbesar itu oleh Lukas ditempatkan di bagian tengah injilnya (Luk 9:51 -- Luk 18:14), sedangkan oleh Matius dipisah-pisahkan sehingga "logia-logia" dari sumber itu tersebar dalam wejangan-wejangan Yesus yang disajikan Matius Sumber kedua ialah injil Matius dalam keadaan lain dari pada keadaan sekarang.
Memang sama seperti halnya dengan Markus, agaknya perlu diterima bahwa Matius dan Lukas juga pernah ada dalam keadaan lain dari pada keadaannya sekarang. Matius dan Lukas yang tercantum dalam Kitab Suci merupakan saduran dari injil- injil Matius dan Lukas yang sudah ada sebelumnya. Analisa Matius dan Lukas -- analisa itu di sini tidak dapat diadakan-membawa kepada kesimpulan bahwa sekurang-kurangnya Markus dan Matius menempuh tiga tahap perkembangan yang berturut-turut. Ada sebuah dokumen dasar, disusul redaksi pertama yang pada gilirannya disadur sampai ke redaksi yang kini tersedia. Dalam ketiga tahap itu Markus dan Matius saling berpengaruh dengan cara yang berbeda-beda, sehingga akhirnya muncul hubungan-hubungan literer, baik kesamaan maupun perbedaan, seperti sekarang ada. Redaksi Markus yang pertama agaknya terpengaruh oleh dokumen dasar Matius. Karena itu Markus mempunyai kesamaan dengan Matius, yakni di mana Markus bergantung pada dokumen dasar Matius itu: tetapi redaksi yang terakhir pada gilirannya mempengaruhi redaksi Matius yang paling akhir, sehingga redaksi Matius ini bergantung pada Markus. Pengaruh timbal-balik semacam itu nampaknya berbelit-belit dan tidak keruan. Memang demikianlah adanya, hanya begitu caranya untuk menjelaskan kenyataan yang berbelit-belit dan tidak keruan! Mustahilah secara sederhana dan mudah memecahkan masalah sinoptik.
Atas dasar pertimbangan-pertimbangan sastra tersebut, dapat disusun suatu keterangan menyeluruh, yang walaupun tidak pasti namun sangat mungkin untuk menjelaskan keadaan ketiga injil pertama. Pada awal mula ada pewartaan lisan oleh para rasul yang berpusatkan pemberitaan atau Kerigma yang memberitakan wafat Yesus yang menebus dan kebangkitan Tuhan. Pewartaan yang ringkasannya terdapat dalam wejangan-wejangan Petrus, yang tercantum dalam Kis itu biasanya dibarengi cerita-cerita yang lebih terperinci. Mula-mula ada kisah sengsara yang agak segera diberi bentuk tetap, sebagaimana dibuktikan kisah sengsara yang ada dalam keempat injil, yang sangat sejalan: kemudian muncul cerita-cerita kecil mengenai riwayat hidup Yesus dengan maksud menyoroti kepribadianNya, perutusan kekuasaan dan pengajaranNya; cerita-cerita itu memuat suatu kejadian atau wejangan yang menarik, sebuah mujizat, sebuah pepatah, perumpamaan dan sebagainya. Kecuali para rasul ada juga orang lain yan gkhususnya bercerita, seperti misalnya "penginjil-penginjil" (salah satu karunia Roh Kudus khusus yang tidak hanya mengenai keempat penginjil kita; bdk Kis 21:8; Ef 4:11; 2 Tim 4:5). Orang-orang inipun menceritakan kenangan-kenangan injili dalam sebuah bentuk yang menjurus ke bentuk tetap karena terus terulang. Tidak lama kemudian, terutama waktu saksi-saksi dari permulaan mulai memikirkan penulisan tradisi itu. Kejadian-kejadian dan sebagainya yang mula-mula diceritakan tersendiri- tersendiri, cenderung menjadi kelompok, yang kadang-kadang disusun menurut urutannya dalam waktu (misalnya pada satu hari di Kapernaum, Mrk 1:16-39), kadang-kadang menurut urutan yang logis (lima pertikaian Mrk 2:1-3:6). Kelompok yang mula-mula kecil saja, kemudian dihimpun di dalam kelompok-kelompok lebih besar.
Salah seorang pengarang (dan tidak ada alasan mengapa tidak disebut rasul Matius sesuai dengan tradisi) lalu menggubah injil yang pertama. Di dalamnya terkumpul kejadian-kejadian dan perkataan-perkataan Yesus menjadi sebuah kisah terus- menerus yang merangkum seluruh karya Yesus, mulai dengan baptisanNya di sungai Yordan sampai dengan kebangkitanNya. Kemudian, sebuah kumpulan lain yang nama penyusunannya tidak kita ketahui, muncul di samping injil yang pertama itu. Di dalamnya terhimpun perkataan-perkataan Tuhan yang lain, ataupun perkataan- perkataan yang sama tapi dengan bentuk lain. Kedua karya yang tertulis dalam bahasa Aram itu, tidak lama kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani: ada berbagai terjemahan yang berbeda-beda. Dengan maksud menyesuaikannya dengan saudara-saudara beriman yang bukan keturunan Yahudi, injil pertama yang menurut hemat kami digubah oleh Matius, diberi rupa yang baru. Injil yang baru itu berupa sebuah dokumen dan menjadi titik pangkal tradisi Markus. Pada kedua bentuk injil asli yang berasal dari Matius itu boleh ditambahkan sebuah injil kuno lain. Injil itu ialah injil yang menjadi dasar bagi kisah-kisah mengenai Penderitaan dan Kebangkitan Yesus yang tercantum dalam Lukas dan Yohanes. Dengan demikian ada empat dokumen-dasar, sebagai tahap pertama dari ketiga tahap pembentukan injil-injil sinoptik seperti disebut di atas. Keempat dokumen itu ialah : Mat Aram, Kumpulan logia-logia I (S). Mat yang baru dalam bahasa Yunani injil tentang Penderitaan dan Kebangkitan Yesus.
Dalam tahap kedua, keempat tulisan tersebut dipungut dan digabung satu sama lain dengan berbagai cara. Tradisi Mrk mengambil bahannya dari Mat pertama itu dan beberapa penyesuaian yang dialami injil itu, khususnya penyesuaian dengan orang- orang Kristen yang bukan Yahudi. Hanya pengolahan itu juga belum redaksi Mrk yang terakhir, seperti yang kita kenal. Redaksi Mrk yang pertama itulah yang dipakai Mat dan Luk dan yang mempengaruhi kedua penginjil itu. Di pihak lain tradisi Mat sudah menghasilkan redaksi baru dari Mat pertama. Di dalamnya tergabung injil Mat dan Kumpulan "logia-logia" (S). Penulis yang mengerjakan penggabungan itu bekerja dengan sangat teliti Perktaan-perkataan Yesus yang terhimpun dalam S disebarkannya dalam seluruh injilnya dan dengannya penulis menyusun wejangan-wejangan Yesus yang cukup luas. Tidak lama kemudian Lukas menangani karyanya. Dengan saksama Lukas menyelidiki segala sesuatunya yang sudah dikerjakan sebelumnya (Luk 1:1-4). Lalu dalam tahap pertama pekerjaannya - semacam pra-Luk-Lukas memanfaatkan dokumen (Mat dengan rupa baru) yang tertuju kepada orang-orang bukan Yahudi dan yang menjadi dasar bagi Mrk; di samping itu Lukas menggunakan Injil Mat yang sudah tergabung dengan S. Tetapi Lukas juga langsung mengenal Kumpulan S itu. Maka perkataan-perkataan yang terhimpun dalam S itu oleh Lukas kelompok ditempatkan di bagian tengah injilnya, sehingga tidak disusun kembali seperti yang diperbuat Mat. Terutama dalam kisah mengenai Penderitaan dan Kebangkitan Yesus, Lukas menggunakan sebuah tulisan lain lagi, yang juga dipakai oleh injil keempat. Itu menyebabkan adanya kesamaan besar antara Luk dan Yoh dalam kisah tentang Penderitaan dan Kebangkitan, sedangkan Luk (dan Yoh) berbeda sekali dengan Mrk dan Mat. Redaksi Luk yang pertama itu (pra-Luk) belum mengenal Mrk, juga dalam redaksi Mrk yang kedua tidak. Baru kemudian Luk memanfaatlam pra-Mrk itu untuk melengkapi injilnya. Dan dengan demikian kita sampai kepada tahap penyusunan injil-injil sinoptik yang ketiga.
Dalam tahap terakhir ini injil yang berasal dari tradisi Mat secara mendalam diolah dan disadur kembali dengan pertolongan Mrk. Hanya Mrk itu bukanlah redaksi Mrk yang kita miliki, melainkan redaksi dahulu yang disebut di muka sebagai tahap kedua dalam penggubahan injil-injil sinoptik. Hanya redaksi Mrk pertama itu juga disadur dan penyadur itu memperhatikan juga redaksi Mat yang mendahului redaksi terakhir. Barangkali ia juga memanfaatkan redaksi Luk yang pertama dan pasti terpengaruh oleh Paulus. Adapun redaksi Luk yang terakhir memanfaatkan redaksi Mrk yang sudah dipergunakan Mat. Dalam rangka redaksi Luk yang pertama disisipkan beberapa bagian dari Mrk (Luk 4:31-6:19; 8:4-9:50; 18:15-21:38). Penyisipan itu benar-benar sebuah tahap dalam karya Luk yang baru kemudian ditempuh. Ini dibuktikan oleh kenyataan bahwa Luk tidak mengambil bahan dari Mrk, bila bahan yang sama, meskipun dengan bentuk lain, sudah dipungutnya dari sumber Mat atau S yang telah dipakainya. Perlu ditambah pula bahwa Lukas sama dengan Mat dan lebih dari Mat memanfaatkan sumber-sumber khusus yang ditemukannya berkat penyelidikan saksama yang diadakannya (Luk 1:3). Dari sumber-sumber khusus itu dipungutnya kisah masa muda Yesus dan beberapa mutiara yang membuat Luk menjadi sebuah injil yang tidak boleh tidak ada disamping Mrk dan Mat (Orang Samaria yang murah hati, Marta dan Maria, Perumpamaan anak yang hilang. Perumpamaan anak yang hilang, Perumpamaan tentang orang Farisi dengan pemungut cukai, dan lain-lain.
Pandangan mengenai kejadian ketiga injil sinoptik, seperti yang disajikan di atas, menghormati serta menggunakan keterangan-keterangam yang disampaikan oleh tradisi dengan hanya memerincikannya lebih jauh. Tetapi tak mungkin lagi menentukan dengan tegas tanggal dituliskannya masing-masing injil. Dan tradisi tidak memberikan petunjuk tegas mengenai masalah itu. Mengingat jangka waktu yang perlu untuk perkembangan tradisi lisan boleh diduga bahwa penggubahan injil paling dahulu dan baru kemudian penggubahan Kumpulan Pelengkap, mungkin terlaksana antara tahun 40 dan 50. Waktu ini bahkan pasti, seandainya dapat dibuktikan bahwa surat-surat Paulus kepada jemaat di Tesalonika yang ditulis sekitar tahun 51/52 menggunakan wejangan Yesus mengenai akhir zaman yang tercantum dalam injil pertama. Markus tentunya mengarang injilnya menjelang akhir hidup Petrus (begitu dikatakan oleh Klemens dari Aleksandria) atau beberapa waktu setelah Petrus mati (begitu dikatakan oleh Irenus) Kalau demikian maka injil kedua harus dikarang sekitar tahun 64, atau paling sedikit sebelum tahun 70, sebab rupanya Mrk belum tahu tentang kemusnahan Yerusalem. Karya Mat (Yunani) dan Luk menyusul Mrk. Tetapi sukar ditentukan waktu lebih lanjut. Injil Lukas mendahului Kisah Para Rasul, Kis 1:1, tetapi waktu Kis juga kurang pasti (bdk Pengantar Kis) dan tidak memberi pegangan yang kokoh-kuat. Hanya baik Mat maupun Luk kiranya tidak tahu tentang kemusnahan Yerusalem (bahkan Luk 19:42-44; 21:20-24 tidak, sebab di sini hanya dipakai cara bicara yang lazim pada para nabi). Tetapi boleh jadi kedua injil itu mendiamkan kemusnahan Yerusalem itu untuk memberi kesan tua dan karena mau menghormati sumber-sumbernya. Kalau demikian maka waktu dituliskannya kedua injil itu boleh ditunda sampai sekitar tahun 80. Tetapi boleh jadi juga bahwa kedua penginjil itu benar-benar tidak tahu-menahu tentang kejadian itu, sehingga karya mereka harus ditempatkan sebelum tahun 70.
Tetapi bagaimanapun juga, asal-usul rasuli, entah secara langsung entah secara tak langsung, dan caranya ketiga injil sinoptik terbentuk menjamin nilai historisnya, lagi pula memungkinkan menentukan bagaimana "nilai historisnya, lagi pula memungkinkan menentukan bagaimana "nilai historis" itu perlu dipahami. Oleh karena berasal dari perwataan lisan yang berawal pada permulaan jemaat purba, maka ketiga injil itu berdasarkan jaminan yang diberikan oleh orang yang dengan mata kepala sendiri menyaksikan segalanya. Sudah barang tentu baik para rasul maupun pewarta injil lain tidak pernah bermaksud menceritakan "sejarah", sebagaimana istilah itu dipahami oleh ahli ilmu sejarah. Maksud mereka bukan maksud profan melainkan teologis. Mereka berbicara untuk mengajak orang bertobat, untuk membina, menanamkan iman dalam hati dan meneranginya atau untuk membela kepercayaan Kristen terhadap para lawan. Tetapi mereka berbuat demikian berdasarkan kesaksian benar yang dapat dikontrol, sebagaimana dituntut baik oleh ketulusan hati nurani mereka sendiri maupun oleh usaha mereka supaya tidak memberi peluang pihak lawan untuk menyerang. Para penggubah injil yang kemudian mengumpulkan kesaksian-kesaksian para pewarta injil itu berbuat demikian dengan obyektivitas jujur yang sungguh menghormati sumber-sumbernya. Ini cukup terbukti oleh kesederhanaan dan ciri usia tua karya-karya mereka, di mana tidak banyak terdapat perkembangan ajaran Kristen di zaman kemudian, misalnya dari perkembangan teologi Paulus; dan sama sekali tidak terdapat dalam ketiga injil sinoptik cerita-cerita yang merupakan buah daya khayal belaka yang kurang masuk akal, sebagaimana banyak terdapat dalam injil-injil apokrip. Walaupun ketiga injil Sinoptik bukan buku "ilmu sejarah" namun maksudnya ialah memberitakan apa yang sungguh-sungguh terjadi.
Namun demikian ciri historis semacam itu belum juga berarti bahwa segala kejadian dan semua perkataan yang dipaparkan berupan sebuah laporan atau rekaman tepat mengenai apa yang dikatakan atau apa yang terjadi. Ketepatan semacam itu tidak boleh diharapkan seperti yang terjadi pada setiap kesaksian manusiawi, apa lagi kalau kesaksian itu disampaikan dari mulut ke mulut. Dan kenyataan injil sendiripun mengingatkan bahwa pendekatan semacam itu tidak tepat. Sebab kita lihat dalam injil-injil sinoptik bahwa cerita atau perkataan yang sama disampaikan dengan cara yang berbeda-beda. Dan apa yang harus dikatakan tentang masing-masing bagian, lebih lagi harus ditekankan sehubungan dengan urutan dan susunan kejadian dan perkataan dalam masing-masing injil. Urutan itu jelas berbeda dalam masing-masing injil, dan begitupun dapat dinantikan mengingat bagaimana injil-injil itu disusun. Unsur-unsurnya mula-mula diceritakan tersendiri, kemudian lama-kelamaan dikumpulkan dan dikelompokkan, didekatkan satu sama lain, atau dilepaskan yang satu dari yang lain atas dasar pertimbangan-pertimbangan yang lebih memperhatikan logika dan sistematik dari pada urutan waktu. Harus diterima bahwa banyak kejadian dan perkataan dalam injil-injil sudah dilepaskan dari tempat di mana atau dikatakan terjadi dan dari rangka waktu aslinya. Salah benar orang yang secara harafiah mengartikan kata penghubung dan ungkapan seperti : kemudian, selanjutnya, lalu, pada waktu itu, dan sebagainya. Tetapi kesemuanya itu tidak merugikan sedikitpun kewibawaan kitab-kitab yang diinspirasikan itu bagi kepercayaan Kristen. Kalau ternyata Roh kudus tidak mendorong ketiga juru-bicaranya itu menjadi sejiwa dan sehati bahkan seragam dalam hal-hal terperinci, maka sebabnya ialah : Roh Kudus tidak menganggap penting bagi kepercayaan, bahwa ada keseragaman materiil semacam itu. Bahkan Roh Kudus menghendaki perbedaan-perbedaan dalam kesaksian. Heraklitus mengatakan : "Kesepakatan diam-diam lebih bernilai dari kesepakatan jelas". Sebuah kejadian yang disampaikan kepada kita melalui tradisi-tradisi yang berbeda-beda dan malah tidak berkesesuaian satu sama lain (misalnya tradisi- tradisi mengenai penampakan-penampakan Yesus yang dibangkitkan dari alam maut) pada pokoknya mendapat suatu isi dan keteguhan yang tidak dapat diberikan oleh berita-berita yang seluruhnya sama bunyinya, tetapi hanya berupa pemberitahuan dan laporan belaka. Dan kalau perbedaan dalam kesaksian tidak hanya disebabkan oleh nasib yang dialami setiap kesaksian, karena disampaikan dari mulut ke mulut, tetapi juga oleh perubahan-perubahan yang disengaja, maka hal inipun masih membawa manfaat juga. Tidak boleh diragukan, bahwa para penggubah injil dengan sengaja menyajikan berita-beritanya dengan cara yang berlain-lainan. Dan sebelum penggubah injil, tradisi lisan sudah menyampaikan bahannya sambil menafsirkannya dan menyesuaikannya dengan keperluan-keperluan kepercayaan Kristen yang hidup dan yang justru diteruskan oleh para penginjil. Tetapi turun tangan jemaat Kristen dalam bentuk tradisinya terjadi di bawah bimbingan mereka yang bertanggung-jawab. Dan hal itu tak perlu membingungkan kita, tetapi sebaliknya sangat menguntungkan kita. Sebab jemaat itu tidak lain kecuali Gereja dan orang-orang yang bertanggung-jawab tersebut merupakan "wewenang mengajar" yang pertama. Roh Kudus yang pada waktunya menginspirasikan para penginjil sudah mengetuai segenap karya pengolahan yang mendahului injil tertulis. Roh itu membimbing pengolahan itu sesuai dengan perkembangan kepercayaan dan Iapun menjamin hasil pengolahan itu dengan karunia "tidak dapat sesat", yang tidak mengenai kejadian-kejadian sebagai kejadian belaka, tetapi berita rohani yang terkandunt dalam kejadian. Dengan jalan itu Roh Kudus menyediakan makanan yang dapat dinikmati oleh kaum beriman. Dan Roh Kuduslah yang memberi kepada ketiga penginjil Sinoptik suatu karunia khusus untuk menyajikan kabar yang sama dengan cara yang merupakan milik khas masing-masing penginjil.
Injil Karangan Matius
Cahaya iman tersebut dan garis-garis besar Mrk mudah diketemukan kembali dalam injil karangan Matius. Tetapi tekanannya berbeda. Rangka Mat berlainan dari rangka Mrk dan lebih berbelit-belit. Ada lima "buku" kecil yang susul- menyusul; masing-masing terdiri atas sebuah wejangan yang didahului dan disiapkan dengan beberapa kejadian yang dipilih dengan tepat. Bersama dengan kisah masa muda Yesus dan kisah sengsara kebangkitan kelima "buku" tersebut menjadi suatu keseluruhan seimbang yang terbagi menjadi tujuh bagian. Boleh jadi kerangka susunan tersebut berasal dari injil Matius dalam bahasa Aram, sebagaimana juga masih terdapat dalam Mrk. Bagaimanapun juga kerangka itu tampil jelas dalam Mat Yunani dengan lebih lengkap menyajikan pengajaran Yesus dengan menekankan "Kerajaan Sorga" sebagai pokok utama, Mat 4:17+. Injil Mat itu boleh dikatakan sebuah "drama" tujuh bab mengenai kedatangan Kerajaan Sorga :
1) persiapannya dalam Mesias yang masih kanak-kanak, 1-;
2) pemakluman rencana Kerajaan Sorga kepada rakyat dan murid dalam "khotbah di Bukit", 3-7;
3) pewartaan Kerajaan itu oleh para utusan yang sama seperti Yesus mengerjakan mujizat-mujizat sebagai "tanda-tanda" yang meneguhkan perkataan mereka; sebuah wejangan khusus memberikan kepada para utusan itu petunjuk-petunjuk sehubungan dengan perutusan mereka, yaitu "Wejangan Perutusan", 8-1;
4) Kerajaan Sorga tidak dapat tidak menghadapi hambatan-hambatan dari pihak manusia, sesuai dengan tata laksana dalam kerendahan dan persembunyian yang dikehendaki Allah, sebagaimana diutarakan dalam "Wejangan Perumpamaan- perumpamaan", Mat 11:1-13:52;
5) permulaan Kerajaan Sorga dalam sekelompok murid yang dikepalai oleh Petrus dan yang merupakan pangkal Gereja yang tata tertibnya dibentangkan dalam "Wejangan perihal Jemaat" Mat 13:53-18:35;
6) kemelut yang menyiapkan kedatangan Kerajaan Sorga yang depinitip; kemelut itu ditimbulkan oleh perlawanan yang semakin sengit dari pihak para pemimpin Yahudi dan dinubuatkan dalam "Wejangan tentang akhir zaman". 19-2;
7) Kedatangan Kerajaan Sorga melalui sengsara dan kemenangan ialah Sengsara dan Kebangkitan Yesus, 26-28.
Kerajaan Allah (= Sorga yang harus menegakkan Pemerintahan yang berdaulat di tengah-tengah manusia yang akhirnya mengakui Allah sebagai Raja, mengabdi dan mencintaiNya itu, sudah dinubuatkan dalam Perjanjian Lama. Maka Matius yang menulis di tengah-tengah orang Yahudi dan Yesus serta karyaNya Kitab Suci digenapi. Pada tiap-tiap titik balik injilnya, Matius mengutip Perjanjian Lama dengan maksud memperlihatkan bahwa Hukum Taurat dan para Nabi digenapi, artinya: tidak hanya dilaksanakan, tetapi juga dibawa ke kesempurnaan yang memahkotai dan melampauinya. Mat mengutip Perjanjian Lama sehubungan dengan Yesus sendiri untuk menyatakanNya sebagai keturunan Daud, Mat 1:1-17, yang lahir dari seorang perawan, Mat 1:23, di kota Betlehem Mat 2:6; hendak menggaris bawahi tinggalNya di negeri Mesir dan menetapkanNya di kota Kapernaum, Mat 4:14-16, serta masukNya ke Yerusalem sebagai Mesias, Mat 21:5, 16. Mat juga mengutip Kitab Suci sehubungan dengan karya Yesus : mujizat-mujizatNya dengan menyembuhkan orang sakit, Mat 11:4-5, pengajaranNya mengenai "penggenapan" hukum Taurat, Mat 5:17 yang terdiri atas peningkatan hukum Taurat, Mat 5:21-48; 19:3-9; 16:21. Tetapi Mat tidak kurang menonjolkan bahwa perendahan diri Yesus dan kegagalan karyaNya juga menggenapi Kitab Suci pula : pembunuhan atas kanak-kanak di Betlehem, Mat 2:17 dst, masa muda Yesus yang bersembunyi di Nazaret, Mat 2:23, kelembutan hati Sang Hamba yang berbelaskasih, Mat 12:17-21; bdk Mat 8:17; 11:29; 12:7; murid-murid yang meninggalkanNya, Mat 26:31, pengkhitanan demi sejumlah uang yang menertawan, Mat 27:9- 10, penahan Yesus, Mat 26:54, penguburanNya untuk jangka waktu tiga hari, Mat 12:40. Kesemuanya itu sesuai dengan rencana Allah sebagaimana terungkap dalam Kitab Suci. Demikianpun halnya dengan ketidak-percayaan orang Yahudi. Mat 13:13-15, yang lekat pada adat istiadat manusiawi, Mat 15:7-9, dan yang hanya dapat diberi pengajaran pengajaran rahasia berupa perumpamaan, Mat 13:14-15, 35; semuanya dinubuatkan dalam Kitab Suci. Tentu saja injil-injil sinoptik lainpun menggunakan Kitab Suci sebagai pembuktian, tetapi kiranya diambil dari Mat Aram, sedangkan Mat Yunani menonjolkan dan mengembangkan pembuktian alkitabiah itu begitu rupa sehingga menjadi ciri khas injilnya. Bersama dengan susunan sistematik justru ciri alkitabiah tersebut menjadikan karya Matius sebuah "Piagam" tata penyelamatan baru yang menggenapi rencana Allah melalui Kristus : Yesus adalah Anak Allah, hal mana lebih ditekankan oleh Mat dari pada oleh Mrk, 14:33; 16:16; 22:2; 27:40, 43; pengajaranNya merupakan Hukum Baru yang menggenapi yang lama; Gereja yang dilandaskanNya atas Petrus, sedangkan Ia sendiri menjadi batu sendinya yang telah dibuang oleh para pembangun, Mat 21:42, tidaklah lain dari jemaat Mesias yang melanjutkan Jemaat Perjanjian Lama sementara memperluas jemaat lama sampai merangkum bangsa manusia seluruhnya, oleh karena Allah telah mengizinkan bahwa mereka yang pertama dipanggil ditolak, Mat 23:34-38; bdk Mat 10:5-6, 23; 15:24, dengan maksud membuka jalan penyelamatan bagi sekalian bangsa, Mat 8:11-12; 21:33-46; 22:1-10; bdk 12:18, 21; 28:19. Dapat dipahami mengapa injil Mat yang lebih lengkap, lebih baik tersusun dan ditulis dalam bahasa yang lebih baik dari bahasa Mrk, walaupun kurang sedap itu, oleh Gereja semula disambut dengan lebih baik dan dipergunakan dengan lebih leluasa dari pada kedua injil sinoptik lain.
Ende: Matius (Pendahuluan Kitab) INDJIL JESUS KRISTUS KARANGAN MATEUS
KATA PENGANTAR
Tentang pengarang Indjil ini
Karangan Indjil ini sedjak semula terkenal sebagai jang pertama, dan ...
INDJIL JESUS KRISTUS KARANGAN MATEUS
KATA PENGANTAR
Tentang pengarang Indjil ini
Karangan Indjil ini sedjak semula terkenal sebagai jang pertama, dan sebagai tertulis oleh Rasul Mateus. Terdapat kutipan-kutipan dari padanja sudah dalam abad pertama, misalnja dalam buku ketjil peladjaran agama jang berdjudul "Didache", dalam surat Bapa Sutji Klemens dari Roma kepada umat Korintus, dan didalam surat-surat termashur Ignatius Martir, uskup Antiochia.
Mengenai pribadi dan riwajat hidup Mateus kita tahu sedikit sadja. Satu-satunja peristiwa tentangnja didalam Kitab Kudus, ialah peristiwa panggilannja, jang ditjeritakan olehnja sendiri dalam 9:9-13, oleh Markus dalam karangan Indjilnja 2:13-17 dan oleh Lukas dalam 5:27-32. Selain itu hanja disebut namanja dalam daftar nama semua rasul. Didalam tjeritera panggilannja ia sendiri menjebut dirinja Mateus, sedangkan Markus dan Lukas menamakannja Levi. Diduga bahwa nama aslinja Levi dan kemudian sebagai rasul ia disebut Mateus.
Dari ketiga tjeritera tersebut kita ketahui, bahwa bapanja Alfeus, dan sebelum dipanggil oleh Jesus ia seorang pemungut bea di Kafarnaum, agaknja sebagai pegawai Herodes. Dalam daftar nama segala rasul (10:5) ia menamakan dirinja ,Mateus, pemungut bea". Djulukan itu bukan gelaran kehormatan, melainkan sebaliknja pangkat pemungut bea sangat dipandang hina oleh orang Jahudi jang "saleh". Mereka digolongkan pada kaum pendosa dan terasa tak halal bergaul agak erat dengan mereka, misalnja makan semedja dengan mereka. Itu antara lain kita batja dalam Mt. 9:11; Mk. 2:16; Lk. 5:30. Dan memang ada alasan untuk bersikap demikian terhadap mereka. Sebab rupanja kebanjakan mereka tidak djudjur, memperkaja dirinja dengan menuntut bea lebih banjak dari pada jang ditentukan dengan resmi. Mengenai hal itu baik batjalah amanat Joanes Pemandi kepada mereka dalam Lk. 3:12-13. Rupanja Zacheuspun, dalam berita Lk. 19:3-10, termasuk golongan jang kurang djudjur itu, sebelum ia bertemu dengan Jesus. Perhatikanlah chususnja ajat Lk. 19:8. Tetapi orang Jahudi chususnja kaum parisi jang menganggap dirinja golongan jang paling saleh, terlalu menjamaratakan. Bahwa ada banjak pemungut bea, jang djudjur dan luhur hati sudah njata sekali dalam tjatatan Mk. 2:15, bahwa sedjumlah besar pemungut bea dan "orang berdosa" turut makan bersama dengan Jesus sebab banjak dari antara mereka sudah mengikuti Jesus. Tentu sadja Mateuspun termasuk golongan ini dan sebab itu sudah mengenal Jesus dan Jesus mengenal dia, sebelum ia dipanggil mendjadi rasul. Dan bahwa ia tidak lekat pada barang duniawi, dan benar-benar menaruh tuntutan pertama untuk masuk kedalam Keradjaan Allah, jaitu roh kemiskinan, terang sekali sebab ia segera bangun meninggalkan segalanja dan mengikuti Jesus. Dan bukan sedikit jang ditinggalkannja, jaitu pangkat jang ringan pekerdjaannja dan banjak penghasilannja, djuga kalau dilakukan dengan djudjur, dan lagipun ia tentu tjukup kaja, sebab mampu mengadakan suatu perdjamuan "besar" (Lk. 5:29) bagi Jesus dan para pengiringnja dan sedjumlah besar undangan-undangan lain lagi.
Tentang hidup Mateus sesudah Pentekosta kita tahu sedikit dari riwajat lisan jang dapat dipertjajai. Menurut itu ia mengadjar dahulu di Palestina dan disinipun menulis Indjilnja, lalu pergi menjebarkan Indjil kepada bangsa-bangsa bukan Jahudi. Seorang murid rasul-rasul bemama Papias telah menulis kira-kira dalam tahun 125, bahwa Mateus telah mengumpulkan setjara teratur "sabda-sabda" Jesus, dalam bahasa lbrani (Aramea), dan Esebius, seorang penulis sedjarah Geredja jang terkemuka, menulis sekitar tahun 300, bahwa Mateus pertama-tama mengadjar orang sebangsanja di Palestina, dan sebelum meninggalkan mereka untuk mengadjar bangsa-bangsa lain, ia mewariskan kepada mereka, sebagai pengganti kehadirannja sendiri, karangan Indjil tertulis dalam bahasa nenek-mojang mereka.
Karangan asli dalam bahasa Aramea itu diduga ada tertulis antara tahun 40 dan 50, dan 10 atau 20 tahun kemudian, sudah diterdjemahkan kedalam bahasa Junani. Menurut Papias beberapa "orang lain menterdjemahkannja, masing-masing sekedar kemampuannja". Djadi waktu Papias sudah ada beberapa terdjemahan, jang agak berbeda satu sama lain. Satu dari terdjemahan-terdjemahan itu kemudian diterima dengan resmi oleh Geredja purba, sebagai karangan Mateus dan sebagai termasuk Kitab Kudus. Menurut keterangan Geredja agak resmi, terdjemahan ini dalam keseluruhannja, jaitu mengenai isinja tjotjok dengan aslinja, demikian rupa sehingga Mateus harus dinamakan pengarangnja. Menurut Papias, Mateus telah mengumpulkan "logia-logia" Jesus. "Logia" itu biasa diterdjemahkan dengan "sabda", tetapi sekurang-kurangnia dewasa itu, arti kata itu lebih luas, sehingga perbuatan-perbuatan dan peristiwa-peristiwa hidup Jesus termasuk padanja djuga.
Rupa-rupanja penterdjemah agak erat mengikuti teks asli, tetapi ada sardjana jang berpendapat atau menduga, bahwa ia sana-sini mengubah susunan asli dan menambah pula bahan dari sumber-sumber jang lain. Soal-soal ilmiah itu tidak mengenai hakekat Indjil dan tidak penting bagi kita. Bagi kita tjukup kepastian, bahwa seluruh karangan Indjil jang kita punjai dalam Kitab Kudus, terdjamin kebenarannja sebagai wahju Allah dan diilham oleh Roh Kudus, oleh djabatan Geredja jang resmi.
Mengenai bahasa dan gaja bahasa, penterdjemah bekerdja dengan sangat bebas. Itu terang sebab bahasanja Junani murni sekali dan rapih teratur menurut tatabahasa Junani. Gaja-bahasapun pada umumnja tidak berbeda dengan jang lazim dewasa itu pada orang Junani. Bahasanja sederhana, tetapi barus dikatakan elok djuga.
Namun demikian masih terdapat bekas-bekas karangan asli berbabasa Aramea djuga, seperti istilah-istilah dan ungkapan-ungkapan Aramea jang tidak diterdjemahkan, lain jang diterangkan artinja dalam bahasa Junani, lain pula jang diterdjemahkan kata-demi-kata, sehingga tetap bertjorak bahasa Jahudi. Hal-hal itu mengesankan, bahwa karangan asli berbahasa Aramea benar. Tetapi jang lebih djelas membuktikan, sepandjang karangan, bahwa pengarang asli sungguh-sungguh seorang Jahudi tulen jang hidup di Palestina, ialah pengetahuannja jang teliti dan luas tentang keadaan dan suasana hidup ditanah itu. Itu misalnja mengenai hal-hal ilmu-bumi, tjorak-tjorak alam, kehidupan keagamaan dan kemasjarakatan, adat-istiadat, partai-partai dan masalah-masalah politik. Pun tentang hal-hal keuangan, dan dalam itu kita barangkali melihat seorang bekas pemungut bea.
Tentang susunan karangan
Tidak seorangpun dari pengarang-pengarang Indjil bermaksud menulis suatu buku sedjarah atau riwajat hidup Jesus. Mateus kurang lagi dari pada pengarang- pengarang jang lain. Ia memang mulai dengan kelahiran Jesus dan mengachirinja dengan wafat dan kebangkitan Jesus, tetapi selain dalam garis besar itu, ia sedikit sekali mengindahkan urutan waktu dalam menjusun pengadjaran-pengadjaran Jesus atau peristiwa-peristiwa jang ditjeritakannja. Njatalah rentjananja menulis satu buku peladjaran agama jang djelas dan mengesankan, tentu sadja sebagai ringkasan pengadjarannja sehari-hari bagi umat. Sebab itu ia mengumpulkan sabda-sabda dan adjaran-adjaran Jesus, jang agak sama isi dan tudjuannja, sehingga mendjadi satu pengadjaran (chotbah) agak pandjang. Demikian misalnja dalam 4:12-7:29; 13: 1-58;19:1-20:34.
Tak lain sikapnja terhadap mukdjizat-mukdjizat atau peristiwa-peristiwa jang lain. la menghubung dengan memandang isi dan tudjuannja. Ia mengindahkan hanja adjaran jang terkandung didalamnja dan sebab itu tjeritera-tjeriteranja pada umumnja ringkas sadja dengan menondjolkan intinja berupa adjaran itu. Haruslah kita perhatikan tjara bekerdja Mateus itu, supaja djangan kita ragu-ragu atau keliru, kalau kita menemukan bahwa tempat dan waktu peristiwa-peristiwa jang diriwajatkan Mateus tidak tjotjok dengan karangan-karangan Indjil lain. Demikian pula harus diperhatikan, bahwa kata-kata penghubung waktu, seperti misalnja "lalu", "kemudian", pada hari (masa) itu" sebenarnja tidak dimaksudkan sebagai penghubung waktu, melainkan merupakan "awal kata" sadja, jaitu unsur gaja bahasa primitip jang tidak berarti, seperti umpamanja dalam bahasa kita dahulu "arkian", "sebermula" dan lain-lain.
Tudjuan karangan Mateus
Telah ditundjuk, bahwa susunan karangan Mateus kurang bersifat sedjarah. Tetapi dalam satu hal ia lebih berwudjud sedjarah dari karangan-karangan lain, jaitu dalam menundjukkan lebih tegas, bahwa Perdjandjian Baru adalah landjutan langsung dan wadjar dari Perdjandjian Lama, malah penjelesaiannja dan bahwa kedua-duanja merupakan satu sedjarah atau djalan penjelamatan manusia, menurut rentjana Allah dari kekal.
Tudjuan chusus pula, dan boleh dikatakan jang utama seluruh karangan, ialah membuktikan, bahwa "Jesus dari Nazaret" benar-benar Mesias jang dinubuatkan sifat-sifat 2dan nasibnja dalam nubuat-nubuat para nabi. la membuktikan itu dengan kutipan-kutipan dari Kitab Kudus sendiri. Sebab itu kita bertemu dengan begitu banjak kutipan-kutipan dari Perdjandjian Lama. Itu tentu pertama-tama bagi umat-umat sendiri, untuk mejakinkan dan menginsjafkan mereka lebih tegas, guna meneguhkan imannja dan menabahkan hatinja terhadap serangan-serangan dari pihak kaum sebangsanja jang belum pertjaja. Mereka terus-menerus, diperolok- olokkan Jahudi kolot itu, diumpat-umpat malah dikutuk seolah-olah mereka telah murtad dari Allah. Tetapi disamping itu Mateus mengharap lagi dengan tulisannja dapat mejakinkan orang-orang baik jang belum sampai pertjaja dan bertobat pula, ataupun tjalon-tjalon jang masih beladjar.
Ada satu persoalan lagi, jang sudah sewadjarnja dan tentu sadja tidak sedikit mengganggu pemikiran dan ketenteraman hati umat muda, maupun tjalon-tjalon jang hendak masuk dan orang-orang lain jang berminat pula, jakni bagaimana mungkin, djustru kalangan-kalangan atasan dan jang tjendekia, seperti para ahli taurat, lagipun orang-orang parisi jang terkenal sebagai golongan jang paling saleh, tidak mengenal Jesus sebagai Mesias, malah bulat menolaknja. Bergandengan pula dengan itu, bagaimana boleh dibiarkan oleh Allah, bahwa kaum Israel, kaum terpilih jang dalam keseluruhannja diberi djandji akan mewarisi Keradjaan Mesias tidak menerimanja. Mateus memberi djawaban jang terang sepandjang seluruh karangan. Inti djawaban itu jakni: nasib mereka adalah akibat kesalahan mereka sendiri. Allah sudah dari kekal mengetahui ketegaran hati mereka, telah menjatakannja dalam nubuat-nubuat para nabi, dan memperhitungkannja dalam rentjana penjelamatan manusia. Mateus selandjutnja menggambarkan pokok dan perkembangan sikap para pemimpin dengan djelas dengan mentjeritakan peristiwa- peristiwa pertemuan mereka dengan Jesus. Pokoknja ialah iri hati mereka terhadap Jesus, sebagaimana segera djuga kentara bagi Pilatus (27:18). Dan dalam segala pertemuan tampak senjata-njatanja, betapa tinggi menondjol keunggulan sikap, keagungan djiwa dan keluhuran hati Jesus diatas kepitjikan, kelemahan dan ketakdjudjuran kaum ahli taurat dan parisi. Setiap kali mereka datang bersoal dengannja, mentjobainja, hendak menangkapnja dalam perkataannja atau menuduhnja, merekalah jang kalah semata-mata didepan orang jang hadir. Malah setjara njata pula mereka setjara moril kalah sama sekali didalam pemeriksaan mahkamah agung dan didepan Pilatus, djuga sepandjang sengsara dan dalam kematian Jesus, achirnja dengan sepenuhnja dalam kebangkitan Jesus, hal mana merekapun tidak dapat menjangkalnja dalam hati mereka. Ingatlah 28:11-15. Kekalahan-kekalahan bertubi-tubi itu, sedangkan "seluruh rakjat mengikuti Jesus", tak boleh tidak mesti menjebabkan iri hati semakin mendjelma mendjadi kebentjian, jang achirnja menghebat sampai mereka mata gelap belaka.
Tetapi selain iri hati, kebentjian dan penolakan terhadap Jesus berpokok lebih dalam lagi, jaitu dalam pertentangan tjita-tjita mereka dengan tjita-tjita Keradjaan Allah jang diandjurkan Jesus. Mereka tidak dapat menerima seorang Mesias jang tidak berminat politik terhadap pendjadjahan Romawi dan tidak pertama-tama berdjandji mendirikan keradjaan David jang baru, jang makmur dan djaja atas segala keradjaan. Sebaliknja Ia menuntut roh kemiskinan, kerendahan hati, penjangkalan diri dan kerelaan memikul salib sebagai dasar keradjaannja.
Dalam 5:20 Jesus telah memperingatkan: Djikalau kebenaranmu tidak melebihi kebenaran para ahli taurat dan orang parisi, kamu tidak akan masuk kedalam Keradjaan Surga. Kemudian Ia berkali-kali dengan setegas-tegasnja membuka kedok kemunafikan dan keburukan hati mereka. la terpaksa, supaja rakjat djelata insjaf dan djangan pertjaja serta mengikuti mereka. Mateus mengumpulkan beberapa utjapan Jesus jang tegas dan agak keras terhadap mereka dalam bab 23 karangannja. Tetapi, betapapun pentingnja menondjolkan apa jang dipaparkan diatas, untuk meneguhkan iman dan menabahkan hati umat muda bangsa Jahudi itu, namun atjara pokok dan tudjuan utama karangan Mateus djauh lebih luas dan umum, jaitu memperkenalkan Jesus seutuh-utuhnja dan merekamkan adjaran-adjaran dan tjita-tjita Jesus sedalam-dalamnja dalam hati umat Jahudi itu, tetapi oleh penjelenggaraan Roh Kudus, kedalam hati seluruh umat manusia untuk segala abad. Tetapi atjara-atjara dan tudjuan-tudjuan jang dibitjarakan diatas itu sebenarnja merupakan unsur-unsur penting atjara pokok dan tudjuan utama tersebut, sebab baik kepribadian Jesus sendiri, maupun kebenaran dan keluhuran adjaran dan tjita-tjita Keradjaan Allah, djustru makin menjolok dalam perlawanannja dengan salah-paham dan sikap buruk para penentang.
Tetapi untuk mendapat gambaran jang lebih utuh, perlu banjak segi-segi lain lagi disoroti. Indjil harus ditulis demikian lengkap, sehingga mendjadi tjermin segenap kebenaran dan pedoman hidup bagi semua orang menghantar mereka kepada keselamatan abadi. Untuk itu Mateus mengumpulkan adjaran-adjaran Jesus, jang diutjapkannja dimuka orang banjak dan kepada murid-murid tersendiri, dalam bentuk utjapan pendek (amsal), perumpamaan atau chotbah. Tetapi pada bentuk pengadjaran Jesus jang paling njata pula, ialah Jesus sendiri, seluruh kepribadian dan kehidupannja. Apa jang diadjarkannja, dilakukannja sendiri dengan sempurna, mendjadi tjontoh dan penundjuk djalan, bagaimana dapat dan harus kitapun mewudjudkan adjaran-adjaran dan tjita-tjita Indjil pada diri kita dan disekeliling kita dalam hidup kemasjarakatan dan keagamaan. Untuk itu Mateus mentjeritakan sadja peristiwa-peristiwa hidup Jesus dan perbuatan-perbuatannja. Pertama-tama untuk menjatakan bahwa Jesus benar-benar Mesias, Putera Allah jang Mahatinggi, penuh berkekuasaan Ilahi, guna membangunkan kepertjajaan jang teguh dan pasti. Dan bagi siapa sadja jang pertjaja dan selandjutnja dengan luhur hati membatja dan merenungkan Indjil, dalam tiap-tiap kalimat, Jesus menondjol sebagai manusia utama, sempurna dalam segala-galanja sehingga mempesona dan menimbulkan hasrat untuk sekedar menjamai kesempurnaan itu. Jesus menondjol sebagai satu-satunja terang dunia sedjati (Jo. 1:5 dan 9;8:12; 12:46) jang tak pernah menjembunjikan diri, melainkan menjinari semua manusia jang hendak mendekatiNja dalam membatja Kitab Kudus, supaja mereka "melihat perbuatan- perbuatannja jang baik dan memuliakan BapaNja jang ada disurga" (Mt. 5:16). Djuga supaja kita memuliakanNja, terlebih dengan mengikuti djedjak Jesus, dalam tjita-tjitaNja serba rohani-abadi, dalam tjintanja tak terhingga kepada BapaNja dan dalam tjinta-kasihNja jang mesra dan kuat kepada semua manusia, sampai mengurbankan Dirinja semata-mata, mengikuti djedjak Jesus djuga sampai berani berkurban, menjangkal diri dan tetap turut memanggul salib kita.
TFTWMS: Matius (Pendahuluan Kitab) Matius: KUASA SANG RAJA 12:22-37
Kuasa Yesus Ditantang
Setelah selingan singkat (12:15-21), Matius kembali menggambarkan konflik antara Yesus dan or...
Matius: KUASA SANG RAJA 12:22-37
Kuasa Yesus Ditantang
Setelah selingan singkat (12:15-21), Matius kembali menggambarkan konflik antara Yesus dan orang-orang Farisi. Bentrokan sebelumnya antara kedua pihak di dalam pasal ini melibatkan masalah hari Sabat (12:1-14). Pada titik ini, isu utamanya adalah kuasa yang Yesus gunakan untuk mengadakan mukjizat (12:22-37).
TFTWMS: Matius (Garis Besar) Catatan Akhir:
1 Lihat Mazmur Salomo 17.21.
2 Yang lainnya di antara orang-orang Yahudi itu menuduh Yesus sedang kerasukan setan (Yoh. 7:20; 8:48...
Catatan Akhir:
- 1 Lihat Mazmur Salomo 17.21.
- 2 Yang lainnya di antara orang-orang Yahudi itu menuduh Yesus sedang kerasukan setan (Yoh. 7:20; 8:48, 52; 10:20). Di kemudian hari, Yesus dicap sebagai tukang sihir oleh orang-orang Yahudi yang tidak percaya. (Talmud Sanhedrin 43a; 107b; Justin Martyr Dialogue with Trypho 69; Origen Against Celsus 1.28.)
- 3 Craig S. Keener, A Commentary on the Gospel of Matthew (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1999), 363.
- 4 Untuk contoh pengusiran setan oleh orang Yahudi, lihat Mrk. 9:38; Kisah 19:13-16; Josephus Antiquities 8.2.5; Wars 7.6.3; Justin Martyr Dialogue with Trypho 85; Irenaeus Against Heresies 2.6.2.
- 5 J. W. McGarvey, The New Testament Commentary, vol. 1, Matthew and Mark (N.p., 1875; reprint, Delight, Ark.: Gospel Light Publishing Co., n.d.), 110.
- 6 H. Leo Boles, A Commentary on the Gospel According to Matthew (Nashville: Gospel Advocate Co., 1936), 273.
- 7 Abraham Lincoln, pidato yang disampaikan kepada Republican State Convention, Springfield, Illinois, 16 June 1858.
- 8 Maltbie D. Babcock, "This Is My Father's World," Songs of Faith and Praise, comp. and ed. Alton H. Howard (West Monroe, La.: Howard Publishing Co., 1994).
- 9 Frederick Douglass (http://quotationsbook.com/quote/17251/; Internet, diakses pada 8 Maret 2010).
Pengarang: Sellers Crain
Hak Cipta © 2013 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
BIS: Matius (Pendahuluan Kitab) KABAR BAIK YANG DISAMPAIKAN OLEH MATIUS
PENGANTAR
Buku Matius menyampaikan kepada kita Kabar Baik bahwa Yesus adalah Raja
Penyelamat yang dijanjikan
KABAR BAIK YANG DISAMPAIKAN OLEH MATIUS
PENGANTAR
Buku Matius menyampaikan kepada kita Kabar Baik bahwa Yesus adalah Raja Penyelamat yang dijanjikan oleh Allah. Melalui Yesus itulah Allah menepati apa yang telah dijanjikan-Nya di dalam Perjanjian Lama kepada umat-Nya. Sekalipun Yesus lahir dari orang Yahudi dan hidup sebagai orang Yahudi, namun Kabar Baik itu bukanlah hanya untuk bangsa Yahudi saja melainkan untuk seluruh dunia.
Buku Matius ini disusun secara teratur; mulai dengan kelahiran Yesus, kemudian mengenai baptisan dan godaan yang dialami-Nya, lalu mengenai karya-Nya di Galilea. Di situ Ia berkhotbah, mengajar dan menyembuhkan orang. Setelah itu buku ini mengisahkan perjalanan Yesus dari Galilea ke Yerusalem, dan apa yang terjadi dengan Yesus dalam minggu terakhir hidup-Nya di dunia ini yang memuncak pada kematian dan kebangkitan-Nya.
Salah satu hal yang dititikberatkan oleh Matius ialah bahwa Yesus adalah Guru yang besar, yang mengajar bahwa Allah memerintah sebagai Raja. Yesus juga mempunyai wibawa untuk menjelaskan arti dari Hukum Allah. Kebanyakan dari ajaran-ajaran Yesus itu dikelompokkan menurut pokok-pokoknya. Ada lima kelompok:
- (1) Khotbah di Bukit yang menyangkut sikap, kewajiban, hak-hak, dan tujuan hidup para anggota umat Allah (pasal 5-7 Mat 5:1-7:28);
- (2) petunjuk-petunjuk kepada kedua belas pengikut Yesus untuk melaksanakan tugas (pasal 10 Mat 10:1-42);
- (3) perumpamaan-perumpamaan tentang keadaan waktu Allah memerintah sebagai Raja (pasal 13 Mat 13:1-58);
- (4) ajaran mengenai makna menjadi pengikut Yesus (pasal 18 Mat 18:1-35); dan
- (5) ajaran tentang akhir zaman dan tentang kedatangan Anak Manusia (pasal 24-25 Mat 24:1-25:46).
Isi
- Daftar asal-usul Yesus Kristus dan kelahiran-Nya
Mat 1:1-2:23 - Pekerjaan Yohanes Pembaptis
Mat 3:1-12 - Baptisan dan godaan terhadap Yesus
Mat 3:13-4:11 - Pelayanan Yesus di tengah-tengah masyarakat Galilea
Mat 4:12-18:35 - Dari Galilea ke Yerusalem
Mat 19:1-20:34 - Minggu terakhir di Yerusalem dan sekitarnya
Mat 21:1-27:66 - Kebangkitan Yesus dan penampakan diri-Nya
Mat 28:1-20
Ajaran: Matius (Pendahuluan Kitab)
Tujuan
Supaya dengan mengenal isi Kitab Injil Matius orang-orang Kristen mengerti,
bahwa Yesus Kristus adalah Mesias, Juruselamat, Raja yang dijanji
Tujuan
Supaya dengan mengenal isi Kitab Injil Matius orang-orang Kristen mengerti, bahwa Yesus Kristus adalah Mesias, Juruselamat, Raja yang dijanjikan, yang diutus Allah sebagai penggenapan nubuatan para nabi dalam Kitab Perjanjian Lama.
Pendahuluan
Penulis : Rasul Matius.
Tahun : Sekitar tahun 61 sesudah Masehi.
Penerima : Orang-orang Kristen keturunan Yahudi, (dan juga setiap orang yang percaya kepada Tuhan Yesus Kristus).
Isi Kitab: Injil Matius terdiri dari 28 pasal. Menyatakan bahwa Yesus orang Nazaret sungguhlah Mesias (Juruselamat), Raja yang dijanjikan, sebagai penggenapan nubuatan para nabi dalam Kitab Perjanjian Lama.
I. Ajaran-ajaran utama dalam Kitab Injil Matius
Pasal 1-4 (Mat 1:1-4:1).
Raja (Juruselamat) yang dinantikan sudah datang
Bagian ini memaparkan keturunan Yesus, dari Abraham, Ishak, dan Yakub, dengan maksud untuk menunjukkan, bahwa Yesus Kristus adalah Juruselamat (Raja) yang diutus Allah sebagai penggenap nubuat-nubuat dalam Perjanjian Lama.
Pendalaman
- Buka dan bacalah pasal Mat 2:1-2, 11-12. Kalau kedatanga Tuhan Yesus disambut dengan persembahan-persembahan, apakah yang tela saudara persembahkan kepada-Nya?
- Buka dan bacalah pasal Mat 4:1-11. Berapa lamakah Tuhan Yesus berpuasa? Tuhan Yesus dicobai. Siapakah yang menang dalam pencobaan ini? Tuhan Yesus menang dalam pencobaan. Itu berart Tuhan Yesus sanggup menolong saudara dalam pencobaan kalau saudara menerima Dia sebagai Raja dalam hidup.
Pasal 4-25 (Mat 4:12-25:46).
Raja (Juruselamat) itu memberikan ajaran-ajaran
Bagian ini berisikan ajaran-ajaran dasar yang menjadi ciri hidup kerajaan-Nya. Dan juga Yesus menunjukkan kuasa-Nya atas alam semesta, atas penyakit-penyakit melalui mujizat-mujizat yang dilakukan-Nya.
Pendalaman
- Buka dan bacalah pasal Mat 5:1-12. Siapakah yang memiliki kebahagiaan?
- Buka dan bacalah pasal Mat 7:24. Apakah yang menjadi dasar kehidupan yang kuat bag setiap pengikut Yesus?
- Buka dan bacalah pasal Mat 11:25-30. Apakah yang akan saudara dapati, kalau mau datang pada Yesu Sang Raja?
- Buka dan bacalah pasal Mat 16:24. Apakah yang menjadi syarat bagi pengikut Yesus?
- Buka dan bacalah pasal Mat 24:24-25. Tuhan Yesus menyatakan, bahwa setelah Ia kembali ke sorga, akan datan Juruselamat yang palsu, karena hanya Yesuslah Juruselamat yang asli. Saudara mau yang mana, yang asli atau yang palsu?
Pasal 26-27 (Mat 26:1-27:66).
Raja (Juruselamat) mengorbankan dirinya untuk keselamatan umat-Nya
Pendalaman
- Buka dan bacalah pasal Mat 26:26-28. Bagian ini menjelaskan, sebelum Raja itu mengorbankan diri-Nya, I terlebih dahulu mengajak murid-murid-Nya untuk mengadakan perjamua suci. Hal ini merupakan lambang daripada pengorbanan-Nya di kay salib. Dan Ia mengamanatkan agar perjamuan yang serupa dilakukan ole murid-murid-Nya, setelah kenaikan-Nya kesorga. Perjamuan ini disebu Perjamuan Kudus. Ini berarti setiap orang yang percaya pada Yesus harus mengikuti upacara Perjamuan Kudus tersebut. _Tanyakan_: Apakah arti Perjamuan Kudus?
- Buka dan bacalah pasal Mat 27:54. Apakah pengakuan dari komandan prajurit Roma tentang Yesus? Bagaimanakah pendapat saudara, siapakah Yesus?
Pasal 28 (Mat 28:1-20).
Raja (Juruselamat) itu memperlihatkan kemenangannya atas segala kuasa di dunia dan di sorga
Bagian ini menjelaskan, bagaimana Raja yang mengorbankan diri-Nya itu berkuasa atas segala kuasa kematian karena Dialah yang mempunyai segala kuasa baik di sorga maupun di dunia.
Pendalaman
- Buka dan bacalah pasal Mat 28:1-10. Bagian ini menjelaskan bahwa Yesus bangkit persis seperti apa yan telah Ia katakan tentang diri-Nya. Siapakah yang menggulingkan bat penutup kuburan, dan memberitakan tentang kebangkitan Yesus? Jad berita kebangkitan Yesus, diterima pertama kali dari manusia atau dar malaikat Allah? Kalau begitu siapakah yang lebih saudara percayai?
- Buka dan bacalah pasal Mat 28:11-15. Berita bohong tentang Yesus tidak bangkit dari kematian itu, dibua oleh manusia. Jadi siapa yang percaya kepada berita itu, berart percaya kepada berita bohong dari manusia dan menjadi pengiku pembohong.
- Buka dan bacalah pasal Mat 28:16-20. Menurut ayat 18 (Mat 28:18) apakah yang diberikan kepada Yesus? Menurut ayat 19 (Mat 28:19) Raja yang naik ke sorga memberikan Amanat Agung aga murid-murid-Nya pergi ke seluruh dunia, untuk menjadika semua bangsa murid-murid-Nya. Amanat Agung ini berlak untuk semua orang yang percaya kepada Tuhan Yesus. Apakah saudara sudah pernah bersaksi tentang Yesus Kristu kepada orang lain? Pada ayat 20, (Mat 28:20) janji apakah yang diberikan-Nya?
II. Kesimpulan
Melalui Injil Matius, jelaslah bahwa Yesus Kristus adalah Raja yang kekal, Juruselamat dan Penebus dosa yang dijanjikan dalam Perjanjian Lama. Yesus Kristus adalah Raja dari segala raja, karena Dialah yang mempunyai segala kuasa, baik di sorga maupun di atas bumi.
Pertanyaan-pertanyaan yang Dapat Digunakan untuk Tanya Jawab
- Siapakah yang menulis Injil Matius?
- Apakah isi singkat Injil Matius?
- Bagaimanakah Yesus membuktikan, bahwa Ia adalah raja da Juruselamat yang dijanjikan dalam Perjanjian Lama?
Intisari: Matius (Pendahuluan Kitab) MENGAPA INJIL INI DITULIS.Matius mempunyai beberapa alasan yang jelas mengapa ia menulis Injil ini:1. Untuk menunjukkan hubungan antara Yesus dengan P
MENGAPA INJIL INI DITULIS.
Matius mempunyai beberapa alasan yang jelas mengapa ia menulis Injil ini:
1. Untuk menunjukkan hubungan antara Yesus dengan Perjanjian Lama.
2. Untuk mencatat ajaran Kristus yang diberikan secara luas pada para murid-Nya.
3. Untuk menjelaskan sikap apa yang diharapkan Kristus dari murid-murid-Nya.
4. Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh sejumlah anggota gereja, misalnya mengenai kehidupan masa muda Yesus dan kedatangan-Nya kembali.
5. Untuk menjelaskan tentang cara mengelola Gereja.
PENULISNYA.
Tidak ada pernyataan dalam Injil ini bahwa Matiuslah penulisnya, tetapi tradisi mula-mula menegaskan demikian. Sedikit saja yang kita ketahui tentang Matius, karena ia hanya disebut dalam Mat 9:9 dan Mat 10:3, yaitu bahwa ia seorang pemungut cukai yang dipanggil secara pribadi oleh Yesus. Namanya berarti "anugerah dari Tuhan". Dalam Injil lain ia dipanggil Lewi (Mar 2:14).
PEMBACA INJIL MATIUS.
Hal-hal yang diperhatikan dalam Injil Matius memberi petunjuk bahwa sebagian besar pembacanya adalah orang Yahudi. Sebagian besar dari mereka mungkin sudah menjadi Kristen, tetapi Matius boleh jadi menulis Injil ini untuk meyakinkan orang Yahudi lainnya bahwa Yesus adalah Mesias yang sudah lama dinanti-nantikan oleh bangsa Yahudi.
Namun demikian, ia sama sekali tidak mengabaikan orang-orang bukan Yahudi dan mungkin juga ia menulis dengan tujuan untuk menjawab beberapa pertanyaan mereka tentang kepercayaan mereka yang bersumber dari kepercayaan Yahudi.
KAPAN INJIL INI DITULIS?
Kita tidak dapat memastikan kapan Injil Matius ditulis. Mungkin Injil ini ditulis setelah Markus menulis Injilnya, karena isinya mirip dengan Injil Markus. Tetapi, Injil ini juga bukan yang terakhir, karena masalah-masalah sehubungan dengan orang-orang Kristen Yahudi yang diperhatikannya berangsur berkurang. Diperkirakan waktunya adalah antara tahun 50 dan 90.
CIRI-CIRI KHUSUS.
1. Injil Matius sangat teratur. Bagian-bagian tentang ajaran Yesus disisipkan di antara penjelasan-penjelasan tentang kegiatan-kegiatan-Nya.
2. Karena ingin menunjukkan bahwa Yesus adalah Mesias Yahudi, ia sering mengutip dari Perjanjian Lama. Ada 65 ayat dalam Matius yang mengacu ke Perjanjian Lama.
3. Matius bicara tentang Kerajaan Surga (33 kali) cocok dengan latar belakangnya sebagai orang Yahudi, sementara Injil-Injil lain bicara tentang Kerajaan Allah.
4. Dari keempat Injil, hanya Matius sendiri yang berbicara mengenai gereja. Ia menulis sebagai seorang gembala yang menangani berbagai masalah dan pertanyaan.
Pesan
1. Yesus adalah Mesias.o Dia berasal dari keturunan Yahudi Mat 1:1-17
o Dia menggenapi nubuatan Perjanjian Lama, misalnya Mat 1:23; 2:6, 18, 23; 4:15, 16 dll.
o Dia datang untuk menyelamatkan manusia dari dosa. Mat 1:21
o Dia pertama-tama datang kepada bangsa Israel. Mat 15:24
o Dia melukiskan sikap-Nya terhadap Perjanjian Lama. Mat 5:17-48
o Dia menantang pemimpin-pemimpin agama yang menyesatkan umat Allah. Mat 16:5-12; 23:1-36.
o Dia kelak akan bertindak sebagai hakim. Mat 25:31-46
2. Yesus berbicara mengenai suatu kerajaan.
o Dia menjelaskan apa sebenarnya Kerajaan Allah itu: bukan suatu tempat, tetapi
Allah secara aktif memerintah dunia ini. Mat 9:35
o Dia sendiri adalah Raja. Mat 2:2, 16:28
o Dia memberitahukan persyaratan revolusioner untuk dapat masuk ke dalamnya.
Mat 5:3,10,20; 7:21; 19:14,23,24
o Kerajaan-Nya sudah hadir saat ini. Mat 12:28
o Kerajaan-Nya yang sempurna masih akan datang. Mat 16:28
o Pertumbuhan Kerajaan-Nya itu pasti, walaupun tersembunyi. Mat 3:1-23
o Kerajaan Allah layak mendapat prioritas utama manusia. Mat 6:33; 13:44-46
3. Yesus menggarisbawahi hukum Taurat.
o Dia memperkuat hukum Taurat. Mat 5:17-48
o Dia merangkum hukum Taurat. Mat 22:37-40
o Dia menafsirkan hukum Taurat. Mat 23:23
4. Yesus mengutus gereja-Nya.
o Menjadi suatu masyarakat yang bermoral tinggi. Mat 5:20
o Menjadi suatu masyarakat yang berdisiplin. Mat 18:15-18
o Menjadi suatu masyarakat yang bersedia mengampuni. Mat 18:21-22
o Menjadi suatu masyarakat yang berdoa. Mat 18:19-20
o Menjadi suatu masyarakat yang bersaksi. Mat 28:19-20
Penerapan
Berita dalam Injil Matius dapat diterapkan pada dua golongan kelompok utama:
1. Kepada orang yang belum percaya.o Orang Yahudi yang belum percaya: Injil ini menunjukkan bahwa Yesus adalah
Mesias yang telah lama mereka nantikan. Kedatangan-Nya sudah dipersiapkan
dengan saksama di sepanjang sejarah dan kini keselamatan tersedia melalui Dia.
o Bangsa bukan Yahudi yang belum percaya: pembebasan dari dosa dan segala
akibatnya juga berlaku bagi orang bukan Yahudi.
Yesus adalah Juruselamat seluruh umat manusia. Dia menyambut siapa saja yang
menyatakan iman mereka kepada-Nya.
2. Kepada orang-orang Kristen.
o Injil ini akan memperlengkapi Anda dengan ajaran dasar yang penting mengenai
kehidupan dan ucapan-ucapan Yesus.
o Injil ini akan menunjukkan kepada Anda nilai Perjanjian Lama.
o Injil ini akan menunjukkan perlunya hidup sesuai dengan hukum yang baru dan
mencapai standar moral yang tinggi.
o Injil ini juga akan memperlihatkan kepada Anda bagaimana harus hidup dengan
sesama Kristen.
o Injil ini akan mendorong Anda untuk ikut ambil bagian dalam tugas misi ke
seluruh dunia.
o Injil ini akan membangkitkan pengharapan Anda akan kedatangan Yesus kembali.
Tema-tema Kunci
Matius menekankan beberapa tema tertentu. Selidikilah berulang kali catatan-catatan berikut ini dan pakailah konkordansi agar mendapatkan referensi lain yang terkait untuk mempelajari secara lebih mendalam.
1. Allah adalah Bapa surgawi kita. Inilah sebutan bagi Allah yang paling disenangi oleh Matius: Mat 5:16,45,48; 6:1,9; 7:11,21; 10:32,33; 12:50; 16:17; 18:10,14,19.
2. Berbagai gambaran mengenai Yesus. Yesus disebut Anak Daud (Mat 1:1), Juruselamat (Mat 1:21), Raja Orang Yahudi (Mat 2:2), Orang Nazaret (Mat 2:23). Sebutan apalagi bagi Yesus yang dapat Anda temukan? 3. Kutipan-kutipan dari Perjanjian Lama. Matius sering mengatakan 'haI itu terjadi supaya genaplah yang difirmankan Tuhan oleh nabi' (Mat 2:15) atau kalimat-kalimat serupa. Carilah referensi lain dan periksalah apa yang mereka ajarkan tentang Yesus.
4. Ajaran Yesus. Lima kali Matius mengatakan 'setelah Yesus mengakhiri perkataan ini' (Mat 7:28; 11:1; 13:53; 19:1; 26:1). Setiap pernyataan itu ditulis pada akhir sekumpulan ajaran Yesus. Buatlah ringkasan dari tiap-tiap 'khotbah' itu. 5. Perumpamaan-perumpamaan Yesus. Yesus mengajar murid-murid-Nya dengan memakai perumpamaan. Tetapi ingatlah, tidak semua orang dapat mengerti makna perumpamaan-perumpamaan itu (Mat 13:10-17). Beberapa perumpamaan terdapat dalam: Mat 7:24-27; 13:3-52; 18:23-35; 20:1-16; 22:1- 14; 25:1-30. Buatlah ringkasan mengenai apa yang diajarkan dalam perumpamaan-perumpamaan di atas dan dalam perumpamaan lain.
6. Mukjizat-mukjizat yang dilakukan Yesus. Matius mencatat banyak mukjizat kesembuhan dan mukjizat-mukjizat lain yang dibuat oleh Yesus untuk menunjukkan bahwa Dia adalah Tuhan atas ciptaan. Dua puluh mukjizat dicatat dalam Injil ini: Mat 8:1-17,23-34; 9:1-8, 18-33; 12:10-13,22; 14:15-33; 15:21-39; 17:14-21; 20:29-34; 21 :18-22. Daftarkanlah semua mukjizat itu dan tulislah dalam satu kalimat tentang apa yang dinyatakan mengenai Yesus dalam tiap-tiap mukjizat.
7. Kerajaan Surga Ungkapan ini menyarikan inti yang penting dalam ajaran Yesus. Pakailah konkordansi untuk mengetahui di mana Yesus mengatakannya dan bayangkan apa yang sebenarnya ingin dikatakan oleh Yesus tentang Kerajaan Surga ini.
Garis Besar Intisari: Matius (Pendahuluan Kitab) [1] KEDATANGAN MESIAS Mat 1:1-4:25
Mat 1:1-17Silsilah keluarga Yesus
Mat 1:18-25Kelahiran Yesus
Mat 2:1-23Kunjungan orang Majus
Mat 3:1-17Pela
[1] KEDATANGAN MESIAS Mat 1:1-4:25
Mat 1:1-17 | Silsilah keluarga Yesus |
Mat 1:18-25 | Kelahiran Yesus |
Mat 2:1-23 | Kunjungan orang Majus |
Mat 3:1-17 | Pelayanan Yohanes Pembaptis |
Mat 4:1-11 | Pencobaan terhadap Yesus |
Mat 4:12-25 | Yesus mulai berkhotbah |
[2] KHOTBAH DI BUKIT Mat 5:1-7:29
Mat 5:1-12 | Ucapan bahagia |
Mat 5:13-16 | Garam dan terang |
Mat 5:17-48 | Sikap Yesus terhadap hukum Taurat |
Mat 6:1-7:29 | Yesus mendorong kehidupan agama yang benar |
[3] KHOTBAH TENTANG KERAJAAN SURGA Mat 8:1-9:38
Mat 8:1-17 | Yesus berkhotbah melalui penyembuhan |
Mat 8:18-22 | Yesus berbicara tentang kemuridan |
Mat 8:23-9:8 | Yesus memperlihatkan kuasa-Nya |
Mat 9:9-13 | Yesus memanggil Matius |
Mat 9:14-17 | Yesus berbicara tentang puasa |
Mat 9:18-38 | Yesus menyembuhkan lagi |
[4] MISI DARI DUA BELAS RASUL Mat 10:1-42
Mat 10:1-15 | Tugas mereka |
Mat 10:16-42 | Masa depan mereka |
[5] TANGGAPAN ORANG BANYAK Mat 11:1-12:50
Mat 11:1-19 | Pertanyaan-pertanyaan Yohanes |
Mat 11:20-30 | Ketidakacuhan orang banyak |
Mat 12:1-50 | Pertentangan dari orang Farisi |
[6] PERUMPAMAAN-PERUMPAMAAN TENTANG KERAJAAN SURGA Mat 13:1-58
[7] PENYATAAN TUHAN YESUS Mat 14:1-17:27
Mat 14:1-12 | Kematian Yohanes Pembaptis |
Mat 14:13-36 | Tuhan atas semesta alam |
Mat 15:1-20 | Sikap Yesus terhadap tradisi |
Mat 15:21-16:4 | Mukjizat dibuat dan dijelaskan |
Mat 16:5-12 | Peringatan terhadap para pemimpin agama |
Mat 16:13-28 | Pengakuan Petrus |
Mat 17:1-13 | Yesus dimuliakan |
Mat 17:14-27 | Kembali ke dunia yang berdosa |
[8] GAYA HIDUP GEREJA Mat 18:1-35
[9] JALAN MENUJU SALIB Mat 19:1-20:34
Mat 19:1-12 | Ajaran yang Yesus berikan |
Mat 19:13-30 | Orang yang Yesus temui |
Mat 20:1-16 | Perumpamaan yang Yesus ceritakan |
Mat 20:17-28 | Penderitaan yang Yesus nubuatkan |
Mat 20:29-34 | Penyembuhan yang Yesus lakukan |
[10] SAAT DI YERUSALEM Mat 21:1-23:39
Mat 21:1-11 | Masuk kota dengan penuh kemenangan |
Mat 21:12-27 | Di Bait Allah |
Mat 21:28-22:46 | Perumpamaan dan pertanyaan |
Mat 23:1-39 | Kecaman Yesus |
[11] KEADAAN MASA DEPAN Mat 24:1-25:46
[12] PUNCAK MISI KRISTUS Mat 26:1-28:20
Mat 26:1-35 | Peristiwa-peristiwa sebelum Getsemani |
Mat 26:36-27:31 | Penangkapan dan penghakiman atas Kristus |
Mat 27:32-66 | Penyaliban |
Mat 28:1-20 | Kebangkitan dan sesudah itu |
Bank BCA Cabang Pasar Legi Solo - No. Rekening: 0790266579 - a.n. Yulia Oeniyati
Kontak | Partisipasi | Donasi