
Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus



kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per frasa)
Full Life -> Kol 3:25
Full Life: Kol 3:25 - BARANGSIAPA BERBUAT KESALAHAN.
Nas : Kol 3:25
Paulus ingin sekali agar kasih, keadilan, dan kejujuran dinyatakan
satu sama lain dalam hubungan keluarga, gereja, dan pekerjaan (ay...
Nas : Kol 3:25
Paulus ingin sekali agar kasih, keadilan, dan kejujuran dinyatakan satu sama lain dalam hubungan keluarga, gereja, dan pekerjaan (ayat Kol 3:12-25). Paulus prihatin tentang pernyataan perasaan kasih, keadilan dan kejujuran terhadap sesama. Jikalau dihadapi secara sungguh-sungguh, maka ayat-ayat ini akan menghapuskan banyak perlakuan yang tanpa kasih dan tidak adil terhadap orang lain di dalam rumah tangga dan gereja kita. Khususnya, kita belajar bahwa:
- 1) Penganiayaan terhadap orang lain oleh orang Kristen adalah suatu perkara serius yang akan mempengaruhi kemuliaan kita yang akan datang di sorga (bd. 2Kor 5:10).
- (a) Mereka yang memperlakukan orang lain dengan kasih dan kebaikan akan menerima pahala dari Tuhan (ayat Kol 3:24; Ef 6:8).
- (b) Siapa saja yang menganiaya dan berbuat salah terhadap orang percaya lainnya "akan menanggung kesalahannya." Orang yang bersalah akan memikul kesalahan itu ke kursi pengadilan dan menanggung akibat-akibatnya tanpa sikap memihak (Ul 10:17; 2Taw 19:7; Kis 10:34; Rom 2:11).
- 2) Prinsip pertanggungjawaban kelak yang akan diberikan kepada Tuhan
seharusnya membantu mendorong kasih, kebaikan hati, dan kemurahan kita
terhadap semua orang. Biarlah semua orang percaya mengingat bahwa Allah
akan menganggap anak-anak-Nya bertanggung jawab atas cara perlakuan
mereka satu sama lain (Gal 6:7;
lihat cat. --> Mat 22:37;
lihat cat. --> Mat 22:39;
lihat cat. --> Yoh 13:34;
[atau ref. Mat 22:37,39; Yoh 13:34]
lihat art. PENGADILAN ORANG PERCAYA).
Jerusalem -> Kol 3:18-25
Jerusalem: Kol 3:18-25 - -- Dalam bagian ini termuat beberapa perintah sederhana yang lazim di dunia Yunani Romawi. Tata susila umum itu oleh Paulus dikristenkan dengan ungkapan ...
Dalam bagian ini termuat beberapa perintah sederhana yang lazim di dunia Yunani Romawi. Tata susila umum itu oleh Paulus dikristenkan dengan ungkapan "di dalam Tuhan", Kol 3:18,20 dan dengan di sana-sini menyisipkan "Tuhan". Ungkapan "di dalam Tuhan" di sini hanya berarti "secara Kristen". Dalam Efe 5:21 dst ciri Kristen perintah-perintah itu lebih menonjol.
Ref. Silang FULL -> Kol 3:25

kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per Ayat)
Wycliffe: Kol 3:5--4:6 - -- IV. Ketuhanan Kristus Dalam Kehidupan Kristen (3:5-4:6)
Di dalam pola tulisan Paulus (bdg. Rm. 12:1; Ef. 4:1), sekarang terjadi peralihan dari modus ...
IV. Ketuhanan Kristus Dalam Kehidupan Kristen (3:5-4:6)
Di dalam pola tulisan Paulus (bdg. Rm. 12:1; Ef. 4:1), sekarang terjadi peralihan dari modus menunjukkan doktrin kepada modus memerintahkan soal etika. Tentu saja tidak ada pembedaan mutlak dalam urutan doktrinetika. Jika Paulus ingin mengatakan sesuatu dengan memakai bentuk penulisan ini maka itu adalah bahwa doktrin merupakan landasan bagi etika: Apa yang diyakini seseorang banyak menentukan caranya berperilaku.

Wycliffe: Kol 3:18--4:6 - -- B. Ketetapan-ketetapan Khusus (3:18-4:6)
Bagian ini memberikan ilustrasi bagaimana prinsip-prinsip dari "hidup di dalam Kristus" dapat diungkapkan da...
B. Ketetapan-ketetapan Khusus (3:18-4:6)
Bagian ini memberikan ilustrasi bagaimana prinsip-prinsip dari "hidup di dalam Kristus" dapat diungkapkan dalam kehidupan sehari-hari. Di bagian ini kita bukan hanya dapat melihat bagaimana sebuah rumah tangga Kristen berfungsi, tetapi juga bagaimana rupanya masyarakat Kristen mula-mula itu. Gereja mula-mula itu terdiri atas orang-orang kaya maupun orang miskin dalam jumlah yang lebih banyak, tuan maupun hamba (3:18-4:1). Di samping mengemukakan sifat dari rumah tangga Kristen, Paulus memberikan perhatian khusus kepada sangat pentingnya doa (4:2-4) dan hubungan antara orang Kristen dengan non-Kristen (4:4-6).
Perilaku rumah tangga merupakan pokok yang banyak dibahas di kalangan penulis Yahudi maupun non-Yahudi (mis. Salah satu kitab aprokrif Eklesiastikus, 30:1-13; 42:5 dst.). Dan tampaknya pokok ini merupakan pokok yang umum di dalam tulisan-tulisan Paulus (bdg. Ef. 5:22-33; I Tim. 6:1-8; Tit. 2:1-10). Berbeda dengan ajaran Yahudi dan duniawi, Paulus menekankan adanya hubungan hak dan tanggung jawab secara timbal balik. Ciri khas kristiani yang kedua ialah motivasi yang diminta dari pembaca. Karena kesatuan dalam Kristus tidak meniadakan keragaman fungsi dan status di dalam dunia (lih. taf. 3:11), orang Kristen, maupun yang bukan Kristen, harus memperhatikan adat-istiadat dan tatanan sosial yang baik. Sekalipun demikian, orang Kristen dimotivasi oleh hubungannya dengan Kristus dan tanggung jawabnya kepada Allah (mis. 3:18, 20, 22-25).

Wycliffe: Kol 3:25 - Menanggung // Tidak memandang orang 25. Menanggung. Maksudnya, menerima kembali, apakah di dalam hidup ini maupun di kehidupan yang akan datang. Di sini Allah dilihat sebagai penjamin ke...
25. Menanggung. Maksudnya, menerima kembali, apakah di dalam hidup ini maupun di kehidupan yang akan datang. Di sini Allah dilihat sebagai penjamin keadilan (bdg. Rm. 12:19; II Kor. 5:10). Untuk hukuman yang setimpal sebagai tolok ukur yang adil bagi penjahat, lihat C. S. Lewis, "The Humanitarian Theory of Punishment," Res Yudicate, VI, 1953-54, hlm. 224-230. Lihat juga tafsiran atas 3:6). Tidak memandang orang mengacu kepada hamba maupun tuan, dan merupakan peralihan ke bagian berikutnya (bdg. Ef. 6:9; Im. 19:15).

buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry -> Kol 3:18-25
Matthew Henry: Kol 3:18-25 - Kewajiban dalam Hubungan dengan Orang Lain Kewajiban dalam Hubungan dengan Orang Lain (3:18-25)
Rasul Paulus menutup pasal ini dengan nasihat mengenai tanggung jawab kekeluargaan, seperti se...
Kewajiban dalam Hubungan dengan Orang Lain (3:18-25)
- Rasul Paulus menutup pasal ini dengan nasihat mengenai tanggung jawab kekeluargaan, seperti sebelumnya di dalam surat kepada jemaat di Efesus. Surat-surat ini, yang paling sering dipakai untuk menunjukkan kemuliaan anugerah ilahi, dan untuk mengagungkan Tuhan Yesus, adalah surat-surat yang paling terperinci dan menonjol dalam menekankan kewajiban dalam beberapa jenis hubungan. Kita tidak boleh memisahkan antara hak-hak istimewa dengan kewajiban-kewajiban dari agama Injili.
- I. Paulus memulai dengan kewajiban antara suami-istri (ay. 18). Hai isteri-isteri, tunduklah kepada suamimu, sebagaimana seharusnya di dalam Tuhan. Penundukan diri adalah kewajiban bagi para istri, hypotassesthe. Kata ini sama dengan yang dipakai untuk menyatakan kewajiban kita terhadap para pembesar (Rm. 13:1, Tiap-tiap orang harus takluk kepada pemerintah yang di atasnya), dan ditunjukkan dengan sikap tunduk dan hormat (Ef. 5:24, 33). Alasannya adalah karena Adam yang pertama dijadikan, kemudian barulah Hawa. Lagipula bukan Adam yang tergoda, melainkan perempuan itulah yang tergoda dan jatuh ke dalam dosa (1Tim. 2:13-14). Adamlah yang pertama kali diciptakan, dan yang terakhir jatuh ke dalam dosa. Kepala dari perempuan ialah laki-laki, dan laki-laki tidak berasal dari perempuan, tetapi perempuan berasal dari laki-laki. Dan laki-laki tidak diciptakan karena perempuan, tetapi perempuan diciptakan karena laki-laki (1Kor. 11:3, 8- 9). Ini sejalan dengan hukum alam dan penalaran sebab-akibat, dan juga dengan ketetapan serta kehendak Allah. Namun, ini bukan penundukan kepada seorang tuan yang bengis atau penguasa yang semena-mena, yang boleh bertindak seenaknya tanpa batas. Ini adalah penundukan kepada seorang suami, dan kepada suaminya sendiri, yang hubungannya paling dekat, dan yang juga terikat erat pada kewajibannya sendiri. Dan ini seperti yang seharusnya di dalam Tuhan. Ini sesuai bagi hubungan tersebut, dan sesuai dengan perjanjian yang mengikat mereka, sebagai bentuk teladan ketaatan terhadap kekuasaan dan hukum Kristus. Di sisi lain, suami-suami harus mengasihi isteri mereka dan tidak boleh berlaku kasar terhadapnya (ay. 19). Mereka harus mengasihi istri mereka dengan kasih yang lemah lembut dan setia, sebagaimana Kristus mengasihi jemaat. Mereka harus mengasihi istri mereka seperti mengasihi tubuh mereka sendiri, dan bahkan seperti diri mereka sendiri (Ef. 5:25, 28, 33), dengan kasih yang hanya diberikan kepada orang terdekat, yang merupakan penghiburan dan berkat terbesar di dalam kehidupan mereka. Para suami tidak boleh berlaku kasar terhadap istri mereka, tidak boleh memperlakukan mereka dengan jahat, dengan perkataan yang kasar atau perlakuan yang kejam, melainkan harus ramah dan penuh kasih kepada istri mereka dalam segala hal. Sebab perempuan diciptakan karena laki-laki, demikian pula tidak ada laki-laki tanpa perempuan, dan laki-laki dilahirkan oleh perempuan (1Kor. 11:9, 11-12).
- II. Kewajiban anak-anak dan orangtua. Hai anak-anak, taatilah orang tuamu dalam segala hal, karena itulah yang indah di dalam Tuhan (ay. 20). Anak-anak harus mau melakukan semua perintah orangtua yang dibenarkan oleh hukum, dan siap untuk dituntun dan diarahkan oleh mereka. Ini karena orangtua memiliki hak secara alami dan lebih pantas untuk mengarahkan anak-anak daripada diri mereka sendiri. Rasul Paulus (Ef. 6:2) mewajibkan anak-anak untuk menghormati sekaligus menaati orangtua mereka. Anak-anak harus menghargai orangtua mereka dan berpikiran hormat tentang orangtua mereka, karena ketaatan hidup mereka berasal dari penilaian dan pendapat dalam pikiran mereka. Dan ini indah di dalam Tuhan, atau berkenan kepada-Nya, karena ini adalah suatu perintah yang penting, seperti yang nyata dari janji ini (Ef. 6:2), yaitu supaya mereka berbahagia dan panjang umurnya di bumi. Anak-anak yang bertanggungjawab dengan kewajiban mereka adalah yang paling mungkin untuk hidup makmur dan sejahtera di dunia dan berumur panjang. Begitu pula orangtua harus lemah lembut, sebagaimana anak-anak taat (ay. 21). “Hai bapa-bapa, janganlah sakiti hati anakmu, supaya jangan tawar hatinya. Janganlah kiranya kekuasaanmu atas mereka diterapkan dengan bengis dan kejam, tetapi haruslah dengan keramahan dan kelembutan, supaya engkau tidak membangkitkan amarah mereka dan membuat mereka tawar hati dalam mengerjakan kewajiban mereka. Dengan mengekang mereka terlalu kuat, mereka akan lari terbang dengan lebih liar lagi.” Sifat buruk dan teladan orangtua yang gegabah sering kali terbukti menjadi penghalang bagi anak-anak mereka dan batu sandungan dalam hidup mereka. Lihat 4. Dan, melalui kelemahlembutan orangtua, dan ketaatan anak-anaklah, maka Allah dapat menyediakan bagi jemaat-Nya benih-benih untuk melayani Dia, dan menyebarkan agama dari zaman ke zaman.
- III. Hamba dan tuan. Hai hamba-hamba, taatilah tuanmu yang di dunia ini (ay. 22). Hamba harus melakukan tugas mereka sesuai dengan posisi mereka. Mereka harus menaati perintah tuan mereka dalam segala hal, yang sesuai dengan kewajiban mereka terhadap Allah, tuan mereka di sorga. Jangan hanya di hadapan mereka saja untuk menyenangkan mereka. Bukan hanya ketika mata tuan mereka sedang mengawasi, melainkan juga ketika tuan mereka sedang tidak melihat. Mereka harus jujur dan juga rajin. Dengan tulus hati karena takut akan Tuhan, yakni tanpa memiliki kepentingan diri sendiri atau munafik dan berpura-pura, melainkan seperti orang-orang yang takut akan Allah dan memiliki rasa kagum dan hormat akan Dia. Perhatikan, jika rasa takut akan Allah memerintah di dalam hati, maka itu akan membuat orang-orang memiliki hubungan baik dengan siapa saja. Para hamba yang takut akan Allah akan berbuat jujur dan setia ketika sedang tidak diawasi oleh tuan mereka, karena mereka tahu bahwa mereka sedang diawasi oleh Allah. Aku berpikir: Takut akan Allah tidak ada di tempat ini (Kej. 20:11). Tetapi aku tidak berbuat demikian karena takut akan Allah (Neh. 5:15). Dan, “Apa pun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu (ay. 23), dengan rajin, bukan dengan lamban dan malas.” Atau, “Kerjakanlah dengan gembira, bukan dengan bersungut-sungut terhadap pemeliharaan yang Allah lakukan dengan menempatkan kamu di dalam hubungan itu.” Seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia. Pekerjaan seorang hamba akan dikuduskan ketika dilakukan seperti untuk Allah, yaitu dengan mata yang tertuju pada kemuliaan-Nya dan dalam ketaatan kepada perintah-Nya, dan bukan hanya seperti untuk manusia, atau untuk menghormati mereka saja. Perhatikan, sesungguhnya kita melakukan kewajiban kita kepada Allah ketika kita setia di dalam kewajiban kita kepada manusia. Dan untuk membesarkan hati para hamba, biarlah mereka tahu bahwa seorang hamba yang baik dan setia tidak pernah menjadi lebih jauh dari sorga hanya karena dirinya adalah seorang hamba. “Kamu tahu, bahwa dari Tuhanlah kamu akan menerima bagian yang ditentukan bagimu sebagai upah. Kristus adalah tuan dan kamu hamba-Nya (ay. 24). Dengan melayani tuanmu menurut perintah Kristus, berarti kamu melayani Kristus, dan Ialah yang akan memberikan upahmu. Pada akhirnya kamu akan menerima upah yang mulia. Sekalipun kamu sekarang adalah hamba, kamu akan menerima warisan anak. Namun, di sisi lain, barangsiapa berbuat kesalahan, ia akan menanggung kesalahannya itu (ay. 25).” Ada Allah yang adil, yang akan memperkarakan hal itu dengan hamba-hamba apabila mereka bersalah terhadap tuan mereka, sekalipun mereka dapat menyembunyikannya dari tuan mereka. Dan Ia pasti akan menghukum hamba yang tidak jujur, sekaligus memberikan upah bagi hamba yang setia. Begitu juga apabila tuan bersalah terhadap hamba-hamba mereka. Karena Tuhan tidak memandang orang. Hakim atas seluruh bumi yang adil tidak akan memandang bulu, dan akan menghakimi dengan tangan yang adil baik tuan maupun hamba. Ia tidak dibuat terpengaruh dengan tampak lahiriah dan keadaan hidup manusia. Baik yang seorang maupun yang lain akan berdiri sejajar dalam penghakiman-Nya. Tampaknya Rasul Paulus memiliki perhatian khusus, dari antara semua contoh kewajiban ini, terhadap persoalan yang disebutkan dalam 1 Korintus 7, mengenai hubungan antara agama-agama yang berbeda, yaitu sebagai seorang Kristen dan kafir, seorang petobat Yahudi dan seorang bukan Yahudi yang tidak bersunat. Di situ terdapat celah untuk meragukan apakah jemaat terikat untuk memenuhi kewajiban yang semestinya terhadap orang-orang yang berbeda agama bila mereka ada dalam suatu hubungan tertentu dengan orang-orang tersebut. Nah, apabila kewajiban dalam berbagai hubungan itu saja berlaku juga dengan orang-orang yang berbeda agama, maka terlebih lagi kewajiban ini berlaku dengan lebih kuat lagi bagi orang Kristen satu dengan yang lain, yang memiliki agama yang sama. Dan betapa berbahagianya dunia ini, jika agama Injil mengalami kemenangan di mana-mana, dan betapa besar pengaruh yang akan ditimbulkannya pada setiap keadaan dan setiap hubungan di dalam kehidupan!
SH -> Kol 3:18--4:1; Kol 3:22--4:4
SH: Kol 3:18--4:1 - Transformasi domestik. (Jumat, 23 April 2004) Transformasi domestik.
Perubahan hidup yang paling sulit terjadi dalam kehidupan kita bukan
terdapat di luar, tetapi di dalam rumah tangga, ...
Transformasi domestik.
Perubahan hidup yang paling sulit terjadi dalam kehidupan kita bukan
terdapat di luar, tetapi di dalam rumah tangga, dan ini menyangkut
hubungan domestik baik di rumah maupun di tempat kerja kita. Tidak
dapat disangkal bahwa seringkali tingkah kita kepada pasangan,
anak, orang tua, pembantu, karyawan cenderung tidak kristiani.
Paulus menyadari hal tersebut. Oleh karena itu Paulus memberikan nasihat-nasihat praktis untuk mengatur kehidupan domestik Kristen. Kehidupan domestik Kristen harus mewujudkan kehidupan keluarga Allah. Maka hubungan antarsuami dan isteri, harus mewujudkan idealisme hubungan Kristus dengan gereja. Itu sebab suami mengasihi isteri, isteri tunduk kepada suami (ayat 18-19); ayah-ayah memelihara hati anak-anaknya, anak-anak hormat dan taat kepada orang tua mereka (ayat 20-21); tuan-tuan memperlakukan dengan manusiawi para hambanya, para hamba menaati tuan mereka untuk menyenangkan Kristus (ayat 3:22-4:1).
Transformasi domestik akan berdampak besar ke gereja, dan dari gereja ke dunia ini. Bila keluarga-keluarga Kristen, dan perusahaan-perusahaan yang pemimpinnya Kristen dan karyawan-karyawannya ada yang Kristen mempraktikkan keteladanan Kristus maka gereja akan dipersatukan oleh kasih dan damai sejahtera. Lebih lanjut, gereja akan menjadi berkat bagi dunia ini. Orang dunia akan mengalami sentuhan kasih, sentuhan kekudusan, dan damai sejahtera Allah akan hadir dalam dunia ini. Kelihatannya terlalu ideal? Ya, kalau dilihat secara global. Namun, bila Anda mulai mewujudkannya dalam keluarga dan perusahaan Anda, Anda akan melihat transformasi hidup mulai dari diri Anda, keluarga Anda, gereja Anda, dan masyarakat sekeliling Anda. Itu dimulai dari diri Anda!
Untuk dilakukan: Periksa diri Anda, tingkah laku dan karakter Anda. Mulailah ubah perilaku Anda dan perbaiki karakter Anda di keluarga Anda, dan di tempat Anda bekerja!

SH: Kol 3:22--4:4 - Etika kerja kristiani. (Jumat, 13 Juli 2001)
Etika kerja kristiani.
Pelanggaran terhadap Hak Azasi Manusia seringkali terjadi dari
atasan kepada bawahan. Hal yang melatarbelakangi mengapa atasan...
Etika kerja kristiani.
Pelanggaran terhadap Hak Azasi Manusia seringkali terjadi dari
atasan kepada bawahan. Hal yang melatarbelakangi mengapa atasan
bersikap demikian sedikit banyak ditentukan bagaimana cara
memandang bawahannya. Seringkali atasan menempatkan bawahan hanya
sebagai 'barang/milik' yang bisa diperlakukan semaunya, dan bukan
sebagai sesama manusia. Atasan merasa dengan uang dan kekuasaan
yang dimilikinya, ia bebas memperlakukan bawahannya sekehendak
hatinya.
Hal ini pun menjadi perhatian Paulus dalam bacaan kita hari ini. Dapat dikatakan bahwa Paulus sedang mengajarkan etika kerja kristiani. Sebagai bawahan, Kristen harus memiliki beberapa karakteristik: ketaatan, ketulusan, dan kesungguhan (ayat 22-23), bukan dengan motivasi ABS (Asal Bapak Senang) tetapi menempatkan Tuhan sebagai fokus pekerjaan, sehingga siapa pun dan bagaimana pun atasan bukanlah ukuran utama bagi kualitas kerja. Di mana pun atasan sedang berada, di hadapan atau di tempat lain, bawahan tetap bekerja dengan kualitas sama, karena motivasi memberikan hasil karya terbaik untuk menyenangkan Tuhan. Demikian pula dengan atasan, Paulus menasihatkan agar mereka tidak berlaku sewenang- wenang seolah memiliki otoritas tertinggi (ayat 1). Kepada atasan ataupun bawahan, Tuhan yang menyediakan upah ataupun ganjaran dengan tanpa memandang muka.
Relasi kerja yang benar sesuai dengan etika kerja kristiani adalah apabila atasan dan bawahan masing-masing mengerti tanggung jawabnya, bawahan tidak melampaui apa yang ditetapkan atasan, sedangkan atasan tidak berlaku curang terhadap bawahan. Pelanggaran Hak Azasi Manusia tidak seharusnya terjadi di lingkungan kerja yang memelihara etika kerja kristiani. Karena itulah, rasul Paulus mengingatkan bahwa sesungguhnya kita semua mempunyai tuan di sorga (ayat 4:1). Dialah yang akan menilai karya kita selama di dunia, upah dan ganjaran diberikan-Nya secara tepat kepada siapa yang layak menerimanya.
Renungkan: Setiap Kristen memiliki 2 status: sebagai bawahan atau pun atasan, karena siapa pun kita, akan mempertanggungjawabkan karya hidup kita kepada Tuhan, tuan di atas segala tuan. Tiada alasan bagi Kristen untuk hidup sesuka hati ketika menyadari bahwa fokus hidup Kristen adalah Kristus.
Utley -> Kol 3:22--4:1
Utley: Kol 3:22--4:1 - --NASKAH NASB (UPDATED): Kol 3:22-4:122 Hai hamba-hamba, taatilah tuanmu yang di dunia ini dalam segala hal, jangan hanya di hadapan mereka saja untuk m...
NASKAH NASB (UPDATED): Kol 3:22-4:1
22 Hai hamba-hamba, taatilah tuanmu yang di dunia ini dalam segala hal, jangan hanya di hadapan mereka saja untuk menyenangkan mereka, melainkan dengan tulus hati karena takut akan Tuhan. 23 Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia. 24 Kamu tahu, bahwa dari Tuhanlah kamu akan menerima bagian yang ditentukan bagimu sebagai upah. Kristus adalah tuan dan kamu hamba-Nya. 25 Barangsiapa berbuat kesalahan, ia akan menanggung kesalahannya itu, karena Tuhan tidak memandang orang. 1 Hai tuan-tuan, berlakulah adil dan jujur terhadap hambamu; ingatlah, kamu juga mempunyai tuan di sorga.
Kol 3:22 "Hai hamba-hamba, taatilah… dalam segala hal" Tidak boleh ada pemenggalan paragraf pada ay. Kol 3:22. Ini adalah sebuah PRESENT ACTIVE IMPERATIVE, "Terus mematuhi." ini adalah contoh yang ketiga dari keluarga Kristen (lih. Ef 6:5-9). Di zaman kita ini mungkin berhubungan (misalnya, berlaku untuk) untuk majikan Kristen dan karyawan. Dalam Efesus, dan mungkin juga di Kolose, ini merujuk pada baik tuan-tuan yang selamat dan yang terhilang.
Saya pribadi tidak percaya "dalam segala hal" ini menunjuk pada kejahatan atau dosa (lih. Kis 5:29). Ini adalah pernyataan umum yang mengingatkan ketaatan, bukan surat ijin bagi orang-orang percaya untuk berpartisipasi dalam hal-hal yang dikecualikan oleh Kitab Suci. Hal ini juga berlaku untuk istri (lih. ay. Kol 3:18; Ef 5:22). Lihat Topik Khusus: Peringatan Paulus kepada Budak di Ef 6:5.
□ "tulus hati" Lihat Topik Khusus di bawah ini.
Lihat topik khusus MURAH HATI/TULUS HATI (HAPLOTES)
Kol 3:23 Melayani Tuhan adalah motif dari semua orang Kristen dalam semua kegiatan mereka (lih. ay. Kol 3:17; Ef 6:7; 1Kor 10:31)! Orang percaya harus menjadi saksi hidup sehari-hari dari kuasa penebusan Allah!
Kol 3:24 Dalam dunia kuno budak tidak memiliki hak waris. Tapi sekarang, di dalam Kristus, yang mereka memilikinya! Tuhan akan menghargai mereka yang mengasihi, menyembah dan melayani Dia (lih. ay. Kol 3:23; Ef 6:8).
Kol 3:25 Penghakiman Illahi dilakukan tanpa memihak (lih. Ul 10:17; Kis 10:34; Rom 2:11; Ef 2:9; 6:9; 1Pet 1:17). Prinsip ini dinyatakan secara jelas dalam Gal 6:7. Bahkan orang percaya akan memberikan pertanggung-jawaban kepada Allah, bukan untuk dosa, tetapi untuk pelayanan (lih. 2Kor 5:10). Dosa memiliki konsekuensi dalam waktu sekarang dan dalam kekekalan!
Kol 4:1 Hal ini menunjukkan tanggung jawab timbal balik (lih. ay. 19,21). Tidak seperti Efesus, naskah ini berbicara kepada para pemilik budak Kristen (lih. Filemon). NIV Study Bible (hal. 1817) menambahkan sebuah komentar yang menarik: "Alasan Paulus menulis lebih banyak tentang budak dan tuan daripada tentang istri, suami, anak, dan ayah kemungkinan adalah bahwa si budak Onesimus (lih. Kol 4:9) pergi bersama dengan Tikhikus untuk menyampaikan surat Kolose dan surat kepada Filemon, tuan Onesimus, yang juga tinggal di Kolose."
Ayat ini secara kontekstual harus bersama-sama dengan pasal Kol 3. Ini menyimpulkan contoh kekeluargaan Paulus akan kehidupan seperti Kristus. Lihat Topik Khusus: Peringatan Paulus kepada Budak di Ef 6:5.
Topik Teologia -> Kol 3:25
Topik Teologia: Kol 3:25 - -- Allah yang Berpribadi
Atribut-Atribut Allah
Allah itu Tidak Memihak
Ula 10:17 2Ta 19:7 Ayu 34:19 Ayu 36:5 Mat 5:45 Kis 10:34-35...
- Allah yang Berpribadi
- Umat Manusia Pada Umumnya
- Tempat Umat Manusia Pada Urutan Penciptaan
- Manusia Dalam Relasinya dengan Makhluk Ciptaan Lain
- Manusia adalah Setara di Hadapan Allah
- Dosa
- Eskatologi
- Penghakiman Akhir
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: Kolose (Pendahuluan Kitab) Penulis : Paulus
Tema : Keunggulan Kristus
Tanggal Penulisan: Sekitar 62 TM
Latar Belakang
Kota Kolose terletak dekat Laodikia...
Penulis : Paulus
Tema : Keunggulan Kristus
Tanggal Penulisan: Sekitar 62 TM
Latar Belakang
Kota Kolose terletak dekat Laodikia (bd. Kol 4:16) di bagian barat daya Asia Kecil, kira-kira 160 kilometer tepat di sebelah timur kota Efesus. Agaknya jemaat Kolose telah didirikan sebagai akibat tiga tahun pelayanan yang luar biasa dari Paulus di Efesus (Kis 20:31). Pengaruh pelayanannya begitu luar biasa dan luas jangkauannya sehingga "semua penduduk Asia mendengar firman Tuhan, baik orang Yahudi maupun orang Yunani" (Kis 19:10). Walaupun Paulus sendiri mungkin tidak pernah mengunjungi Kolose (Kol 2:1), ia telah memelihara hubungannya dengan gereja itu melalui Epafras, seorang yang bertobat di bawah pelayanannya dan rekan kerjanya dari Kolose (Kol 1:7; Kol 4:12).
Alasan untuk menulis surat ini adalah munculnya ajaran palsu yang mengancam masa depan rohani jemaat Kolose (Kol 2:8). Ketika Epafras, seorang pemimpin dalam gereja Kolose dan boleh jadi pendirinya, mengadakan perjalanan untuk mengunjungi Paulus dan memberitahukan tentang situasi di Kolose (Kol 1:8; Kol 4:12), Paulus menanggapinya dengan menulis surat ini. Pada waktu itu ia berada dalam tahanan (Kol 4:3,10,18), mungkin sekali di Roma (Kis 28:16-31) sambil menantikan naik bandingnya kepada Kaisar (Kis 25:11-12). Rekan Paulus, Tikhikus sendiri membawa surat ini ke Kolose atas nama Paulus (Kol 4:7).
Sifat yang tepat dari ajaran palsu yang terdapat di Kolose ini tidak diuraikan dengan jelas dalam surat ini, karena para pembaca yang mula-mula sudah memahaminya dengan baik. Akan tetapi dari berbagai pernyataan Paulus yang menentang ajaran palsu itu, nyatalah bahwa bidat yang hendak meruntuhkan dan menggantikan Yesus Kristus sebagai inti kepercayaan Kristen adalah suatu campuran yang aneh yang terdiri atas ajaran Kristen, tradisi-tradisi Yahudi tertentu di luar Alkitab dan filsafat kafir (serupa dengan campuran kultus-kultus dewasa ini).
Tujuan
Paulus menulis
- (1) untuk memberantas ajaran palsu yang berbahaya di Kolose yang sedang menggantikan keunggulan Kristus dan kedudukan-Nya sebagai inti dalam ciptaan, penyataan, penebusan, dan gereja; dan
- (2) untuk menekankan sifat sebenarnya dari hidup baru di dalam Kristus dan tuntutannya pada orang percaya.
Survai
Setelah menyampaikan salam jemaat dan mengungkapkan rasa syukur karena iman, kasih, dan pengharapan mereka, dan karena mereka terus-menerus maju sebagai orang percaya, maka Paulus memusatkan perhatian pada dua pokok persoalan yang penting: ajaran yang betul (Kol 1:13--2:23) dan nasihat-nasihat praktis (Kol 3:1--4:6).
Dari segi teologi, Paulus menekankan sifat sejati dan kemuliaan Tuhan Yesus Kristus. Dialah gambar Allah yang tidak kelihatan (Kol 1:15), kepenuhan ke-Allahan dalam bentuk jasmaniah (Kol 2:9), Pencipta segala sesuatu (Kol 1:16-17), kepala gereja (Kol 1:18) dan sumber yang serba cukup dari keselamatan kita (Kol 1:14,20-22). Kristus benar-benar memadai, sedangkan bidat di Kolose itu sama sekali tidak memadai -- hampa, palsu, dan bersifat kemanusiaan (Kol 2:8); dangkal secara rohani dan angkuh (Kol 2:18); serta tanpa kuasa terhadap keinginan-keinginan berdosa dari tubuh (Kol 2:23)
Dalam nasihat-nasihat praktisnya, Paulus mengimbau agar hidup ini didasarkan pada kecukupan dari Kristus sebagai satu-satunya cara untuk maju dalam kehidupan Kristen. Realitas Kristus yang hidup di dalam kita (Kol 1:27) harus tampak dalam perilaku Kristen (Kol 3:1-17), hubungan rumah tangga (Kol 3:18--4:1) dan disiplin rohani (Kol 4:2-6).
Ciri-ciri Khas
Tiga ciri utama menandai surat ini.
- (1) Kolose memusatkan perhatian pada kebenaran rangkap dua dari keutamaan Kristus dan kesempurnaan orang percaya di dalam Dia, bahkan lebih dari kitab-kitab lain dalam PB.
- (2) Kitab ini dengan tegas meneguhkan kepenuhan ke-Allahan Kristus (Kol 2:9) dan berisi salah satu bagian yang paling agung di PB mengenai kemuliaan-Nya (Kol 1:15-23).
- (3) Kitab ini sering dianggap sebagai "surat kembar" bersama kitab Efesus, karena keduanya mempunyai beberapa persamaan dalam hal isi dan ditulis kira-kira pada waktu yang sama (bd. Garis Besar dari kedua kitab ini).
Full Life: Kolose (Garis Besar) Garis Besar
Pendahuluan
(Kol 1:1-12)
A. Salam Kristen
(Kol 1:1-2)
B. Ucapan Syukur Karena Iman, Kasih, dan ...
Garis Besar
- Pendahuluan
(Kol 1:1-12) - A. Salam Kristen
(Kol 1:1-2) - B. Ucapan Syukur Karena Iman, Kasih, dan Pengharapan Mereka
(Kol 1:3-8) - C. Doa untuk Kemajuan Rohani Mereka
(Kol 1:9-12) - I. Ajaran yang Penuh Kuasa -- Penebusan Orang Percaya
(Kol 1:13-2:23) - A. Keutamaan Kristus yang Mutlak
(Kol 1:13-23) - 1. Sebagai Penebus Demi Orang Lain
(Kol 1:13-14; bd. Kol 1:20,22). - 2. Sebagai Tuhan atas Ciptaan
(Kol 1:15-17) - 3. Sebagai Kepala Gereja
(Kol 1:18) - 4. Sebagai Pendamai Segala Sesuatu
(Kol 1:19-20) - 5. Sebagai Pendamai Jemaat Kolose dengan Allah
(Kol 1:21-23) - B. Pelayanan Paulus Dalam Rahasia Allah di dalam Kristus
(Kol 1:24-2:7) - 1. Menggenapkan Penderitaan Kristus
(Kol 1:24-25) - 2. Menyempurnakan Orang Percaya di dalam Kristus
(Kol 1:26-2:7) - C. Berbagai Peringatan Terhadap Ajaran Sesat
(Kol 2:8-23) - 1. Persoalan: Ajaran yang Tidak Menurut Kristus
(Kol 2:8)
Pemecahan: Disempurnakan di dalam Kristus
(Kol 2:9-15) - 2. Persoalan: Berbagai Perbuatan Ibadah yang Tidak Menurut Kristus
(Kol 2:16-23)
Pemecahan: Disalibkan Bersama Kristus
(Kol 2:20) - II. Pengarahan-Pengarahan Praktis -- Kehidupan Orang Percaya
(Kol 3:1-4:6) - A. Perilaku Pribadi Orang Percaya
(Kol 3:1-17) - 1. Bila Kristus Adalah Hidup Kita
(Kol 3:1-4) - 2. Mengesampingkan Hidup Lama yang Berdosa
(Kol 3:5-9) - 3. Mengenakan Manusia Baru di dalam Kristus
(Kol 3:10-17) - B. Hubungan Rumah Tangga Orang Percaya
(Kol 3:18-4:1) - 1. Suami dan Istri
(Kol 3:18-19) - 2. Anak dan Orang-Tua
(Kol 3:20-21) - 3. Hamba dan Tuan
(Kol 3:22-4:1) - C. Pengaruh Rohani Orang Percaya
(Kol 4:2-6) - Penutup
(Kol 4:7-18)
Matthew Henry: Kolose (Pendahuluan Kitab)
Kolose adalah sebuah kota penting di Frigia, dan mungkin tidak jauh dari Laodikia dan Hierapolis. Kita mendapati kota-kota ini disebutkan bersama...
- Kolose adalah sebuah kota penting di Frigia, dan mungkin tidak jauh dari Laodikia dan Hierapolis. Kita mendapati kota-kota ini disebutkan bersama-sama (4:13). Sekarang kota ini terkubur dalam puing-puing, dan kenangan mengenainya terutama terpelihara dalam surat ini. Tujuan surat tersebut adalah untuk memperingatkan mereka tentang bahaya dari orang-orang Yahudi fanatik, yang menekan-kan perlunya menjalankan hukum keupacaraan. Surat tersebut juga bertujuan untuk membentengi mereka terhadap percampuran antara filosofi kafir dan prinsip-prinsip ajaran kristiani mereka. Dia mengaku sangat puas dengan keteguhan hati dan kesetiaan mereka, dan mendorong mereka supaya terus bertekun. Surat ini ditulis kira-kira pada waktu yang sama dengan surat-surat untuk jemaat-jemaat di Efesus dan Filipi, yaitu tahun 62 Masehi, dan di tempat yang sama, ketika dia menjadi seorang tawanan di Roma. Dia tidak tinggal diam saja dalam kurungannya, dan firman Allah tidak terbelenggu. Surat ini, seperti surat kepada jemaat di Roma, ditulis kepada orang-orang yang belum pernah dia jumpai, atau belum pernah berkenalan secara pribadi dengannya. Jemaat yang didirikan di Kolose bukan hasil pelayanan Paulus, melainkan hasil pelayanan Epafras atau Epafroditus, seorang penginjil, yang dia tugaskan untuk mengabarkan Injil di antara orang-orang bukan Yahudi. Walaupun demikian,
- I. Ada sebuah jemaat yang berkembang baik di Kolose, dan yang unggul dan terkenal di antara jemaat-jemaat lainnya. Orang mungkin menyangka tidak ada jemaat yang berkembang kecuali yang didirikan sendiri oleh Paulus, namun di sini ada jemaat yang berkembang baik yang didirikan oleh Epafras. Allah kadang-kadang senang menggunakan pelayanan orang-orang yang kurang terkenal, dan memiliki karunia-karunia yang lebih sedikit, untuk melakukan pelayanan besar bagi jemaat-Nya. Allah menggunakan tangan mana pun sesuka-Nya, dan tidak terikat pada orang-orang yang terkenal, supaya nyata, bahwa kekuatan yang melimpah-limpah itu berasal dari Allah, bukan dari diri manusia (2Kor. 4:7).
- II. Walaupun Paulus tidak mendirikan jemaat ini, namun dia tidak mengabaikannya karena itu. Dalam menulis surat-suratnya pun dia tidak membuat perbedaan apa pun antara jemaat tersebut dengan jemaat-jemaat lain. Jemaat Kolose, yang menjadi Kristen karena pelayanan Epafras, sama berharganya bagi dia, dan dia sama pedulinya terhadap kesejahteraan mereka, seperti jemaat Filipi, atau jemaat lain mana pun yang menjadi Kristen karena pelayanannya. Dengan cara demikian dia menaruh hormat terhadap pelayan yang lebih kurang dikenal, dan mengajar kita supaya tidak mementingkan diri sendiri, atau berpikir segala kehormatan hilang jika diberikan kepada orang lain selain diri kita sendiri. Kita belajar, dari teladannya, untuk tidak menganggapnya sebagai sebuah penghinaan bagi kita jika kita mengairi apa yang telah ditanam oleh orang lain, atau membangun di atas fondasi yang telah diletakkan oleh orang lain, karena dia sendiri, sebagai seorang ahli bangunan yang cakap telah meletakkan dasar, dan orang lain membangun terus di atasnya (1Kor. 3:10).
Jerusalem: Kolose (Pendahuluan Kitab) SURAT-SURAT PAULUS
PENGANTAR
Kronologi kehidupan Paulus
Dengan menggunakan Kisah Para Rasul dan surat-surat Paulus, maka tokoh ini lebih kita kenal da...
SURAT-SURAT PAULUS
PENGANTAR
Kronologi kehidupan Paulus
Dengan menggunakan Kisah Para Rasul dan surat-surat Paulus, maka tokoh ini lebih kita kenal dari pada tokoh-tokoh lain dalam Perjanjian Baru. Kedua sumber, yang masing-masing berdiri sendiri ini saling menguatkan dan melengkapi, meskipun ada kelainan-kelainan dalam soal-soal kecil. Kita malahan dapat menyusun suatu kronologi riwayat hidup Paulus secara lebih kurang teliti, karena bertepatannya beberapa peristiwa dalam riwayat hidup Paulus dengan kejadian-kejadian yang kita ketahui menurut ilmu sejarah, seperti waktunya Galio menjabat prokonsul di Korintus, Kis 18:12, dan tahun Festus menggantikan Feliks, Kis 24:27-25:1, sebagai wali negeri di Palestina.
Paulus dilahirkan di Tarsus di Kilikia, Kis 9:11; 21:39; 22:3, kira-kira tahun 10 Mas. dari keluarga Yahudi suku Benyamin, Rom 11:1; Flp 3:5 dan yang telah menjadi warga negara Roma, Kis 16:37 dst; 22:25-28; 23:27. Semasa mudanya Paulus dididik di Yerusalem oleh Gamaliel yang memberinya pengajaran mendalam tentang agama Yahudi sesuai dengan ajaran mazhad agama Kristen yang baru muncul, Kis 22:4 dst; 26:9-12; Gal 1:13; Flp 3:6, dan berurusan dengan pembunuhan atas diri Stefanus, Kis 7:58; 22:20; 26:10. Tetapi kira-kira tahun 34 seluruh hidup Paulus yang sedang di perjalanan ke kota Damsyik dirubah oleh penampakan Yesus yang telah bangkit dari alam maut. Tuhan yang bangkit menyatakan kepadanya benarnya agama Kristen dan bahwa tugasnya yang khas ialah mewartakan Injil kepada orang- orang bukan Yahudi, Kis 9:3-16 dsj; Gal 1:12, 15 dst; Ef 3:2. Sejak saat itu Paulus merelakan hidupnya untuk mengabdi Kristus, yang secara pribadi telah "menangkapnya" untuk dijadikan pengikutNya, Fil 3:12. Sesudah tinggal beberapa lamanya di Arabia, Paulus kembali ke Damsyik, Gal 1:17, dan mulai mewartakan Kristus di sana, Kis 9:20.
Sesudah sebentar mengunjungi Yerusalem, Gal 1:18; Kis 9:26-29, maka dalam tahun 39 Paulus pergi ke Siria dan Kilikia, Gal 1:21; Kis 9:30, sampai Barnabas mengajaknya kembali ke Antiokhia, di mana mereka mengajar bersama, Kis11:25 dst dan lihat 9:27. Dalam perjalanannya yang pertama (th 45-49) ke Siprus, Pamfilia, Pisidia dan Likaonia, Kis 13-14, Saulus mulai menggunakan nama Yunani-Latinnya Paulus untuk mengganti nama Yahudinya, yakni Saul, Kis 13:9. Karena berkarya dengan lebih baik, maka Paulus menyisihkan Barnabas, Kis 14:12. Dalam tahun 49, jadi empat belas tahun sudah bertobat, Gal 2:1, Paulus naik ke Yerusalem untuk ikut serta dalam "Konsili Para Rasul". Sebagian karena pengaruhnya Konsili itu menyetujui bahwa hukum Yahudi tidak mengikat orang-orang bukan Yahudi yang masuk Kristen, Kis 15; Gal 2:3-6. Tugas Paulus di antara orang-orang bukan Yahudi juga secara resmi diakui, Gal 2:7-9. Kemudian ia mengadakan perjalanan-perjalanan lagi. Perjalanan kedua (Kis 15:36-18:22) dan perjalanan ketiga (Kis 18:23 - Kis 21-17) masing-masing berlangsung dalam tahun 50-52 dan 55-58. Sehubungan dengan surat-surat Paulus perjalanan-perjalanan itu akan kita bicarakan lagi, oleh karena surat-suratnya itu ditulisnya justru selama di perjalanan-perjalanan itu. Tahun 58 ditahan di Yerusalem, Kis 21:27-23:22 dan dimasukkan ke dalam penjara sampai th 60, Kis 23:23-26. Dalam musim semi th 60 wali negeri Festus mengirimkannya ke Roma dengan pengawalan ketat, Kis 27:1-28:16. Sesudah di Roma di tahan dua tahun (th 61-63) Paulus dibebaskan karena tidak terbukti salah. Kemudian ia mungkin pergi ke negeri Spanyol, seperti yang direncanakannya, Rom 15:24, 28, tetapi surat-surat Pastoral (Tim, Tit) mengandaikan bahwa Paulus masih mengadakan perjalanan-perjalanan ke Timur. Penahanan Paulus yang kedua di Roma berakhir dengan kemartiran, sebagaimana diberitakan oleh tradisi yang paling tua; ini kiranya terjadi dalam th 67.
Kepribadian Paulus
Dari Kisah Para Rasul dan dari surat-surat Paulus juga mungkin mendapat gambaran jelas mengenai kepribadian dan perangai Sang Rasul.
Paulus adalah seorang yang semangatnya berapi-api dan yang dalam mengejar cita- citanya tidak tahu lelah atau menghitung jerih-payahnya. Pada pokoknya cita-cita Paulus ialah cita-cita keagamaan. Satu-satunya yang menjadi pusat perhatiannya ialah Allah. Dalam mengabdi Allah sebagai hamba setiawan ia menolak segenap kompromis dalam bentuk manapun. Itulah sebabnya maka mula-mula Paulus mengejar mereka yang dianggapnya sebagai bida'ah dan musuh Allah 1Tim 1:13; bdk Kis 24:5, 14, tetapi kemudian mewartakan Kristus, setelah berkat wahyu mengerti bahwa Dialah satu-satunya penyelamatan. Semangat yang tak bersyarat itu terungkap dalam kehidupan yang terdiri atas penyangkalan diri yang mutlak dan pengabdian kepada Dia yang dikasihi Paulus. Kerja keras dan lelah, haus, penderitaan, kemiskinan dan bahaya maut, 1Kor 4:9-13; 2Kor 4:8 dst; 6:4-10; 11:23-27, tidak dipedulikan sama sekali mana kala Paulus menunaikan tugas yang dianggapnya sebagai tanggung jawabnya 1Kor 9:16 dst. Tidak ada sesuatupun dari semuanya itu yang mampu memisahkan Paulus dari kasih Allah dan Kristus, Rom 8:35-39. Sebaliknya, semuanya itu dianggapnya barang berharga oleh karena menyerupai dirinya dengan Gurunya yang bersengsara dan tersalib, 2Kor 4:10 dst; Flp 3:10 dst. Kesadaran akan panggilannya yang tunggal membuat Paulus memiliki gairah akan yang luhur-luhur dan besar-besar. Kalau ia merasa dirinya bertanggung jawab akan semua jemaat, 2Kor 11:28; bdk Kol 1:24, dan berkata bahwa bekerja lebih dari pada yang lain-lain, 1Kor 15:10; bdk 2Kor 11:5, dan mengajak kaum beriman untuk mencontohnya, 2Tes 3:7+, maka keterangan semacam itu bukanlah kesombongan, melainkan kebanggaan orang suci yang rendah hati. Sebab Paulus juga mengakui dirinya sebagai yang paling hina di antara sekalian orang Kudus, 1Kor 15:9; Ef 3:8, karena telah menganiaya jemaat Allah; karya-karya besar yang dilaksanakannya dianggap berasal dari Tuhan yang berkarya di dalam dirinya, 1Kor 15:10; 2Kor 4:7; Flp 4:13; Kol 1:29; Ef 3:7.
Semangat hatinya yang halus nampak dalam sikap Paulus terhadap kaum beriman. Ia mempercayai sungguh-sungguh orang-orang Filipo yang masuk Kristen, Flp 1:7 dst; 4:10-20; ia menaruh perasaan mendalam terhadap jemaat di Efesus, Kis 20:17-38; hatinya memanas, kalau orang-orang beriman di Galatia membiarkan dirinya dibujuk untuk meninggalkan kepercayaan sejati, Gal 1:6; 3:1-3, dan ia sedih terkejut karena ketidak-tetapan hati yang sombong pada orang-orang di Korintus, 2Kor 12:11-13:10. Untuk menetapkan yang lincah-lincah Paulus tahu bagaimana bersikap ironi, 1Kor 4:8; 2Kor 11:7; 12:13, dan bahkan melontarkan teguran tegas, Gal 3:1-3; 4:11; 1Kor 3:1-3; 5:1-2; 6:5; 11:17-22; 2Kor 11:3 dst. Tetapi selalu hanya demi kebaikan kaum beriman, 2Kor 7:8-13. Dan segera Paulus memperlunak tegurannya dengan kehalusan hati yang penuh kasih sampai mengharukan hati, 2Kor 11:1-2; 12:14 dst : Bukankah hanya Pauluslah bapa mereka, 1Kor 4:14 dst; 2Kor 6:13; bdk 1Tes 2:11; Flm 10, bahkan ibu mereka, 1Tes 2:7; Gal 4:19? Maka segera pulih kembali hubungan-hubungan baik seperti dahulu, Gal 4:12-20; 2Kor 7:11-13.
Sesungguhnya Paulus tidak mau pertama-tama menegur kaum beriman, tetapi para lawan yang berusaha membujuk dan menyesatkan mereka: orang-orang Yahudi yang di mana-mana melawan dan menghalangi Paulus, Kis 13:45, 50; 14:2, 19; 17:5, 13; 18:6; 19:9; 21:27, ataupun orang-orang Kristen ke-Yahudian yang ingin membebankan kuk hukum Taurat pada mereka yang oleh Paulus direbut bagi Kristus, Gal 1:7; 2:4; 6:12 dst. Terhadap golongan-golongan itu Paulus tidak kenal ampun, 1Tes 2:15 dst; Gal 5:12; Flp 3:2. Gairah mereka yang sombong dan "kedagingan" dihadapi Paulus dengan daya rohani sejati yang menyatakan diri melalui kepribadiannya yang lemah, 2Kor 10:1-12:2, dan dengan sikap jujurnya yang membuktikan Paulus tidak mencari keuntungan sendiri, Kis 18:3. Ada sementara orang yang berkata bahwa para lawan Paulus ialah para rasul di Yerusalem. Tetapi pendapat itu tidak dapat dibuktikan. Terlebih-lebih lawan Paulus itu Yalah orang-orang Yahudi yang masuk Kristen dan ingin memaksakan adat-kebiasaan sendiri kepada orang-orang lain. Mereka menyalah-gunakan nama Petrus, 1Kor 1:12, dan Yakobus, Gal 2:12 untuk menurunkan kweibawaan Paulus. Sebaliknya, Paulus sendiri selalu menghormati wewenang para rasul sejati, Gal 1:18; 2:2, walaupun mempertahankan bahwa sebagai saksi Kristus setra dengan merek, Gal 1:11 dst; 1Kor 9:1; 15:8-11. Kalaupun terjadi bahwa sehubungan dengan perkara tertentu Paulus menentang Petrus, Gal 2:11-14, namun Paulus selalu menyatakan dirinya orang yang suka berdamai, Kis 21:18-26. Dengan seksama ia mengorganisasi pengumpulan dana untuk orang-orang Kristen yang miskin di Yerusalem, Gal 2:10, karena ia beranggapan ini jaminan paling baik bagi persatuan antara orang-orang Kristen bekas kafir dengan Jemaat Induk di Yerusalem, 2Kor 8:14; 9:12-13; Rom 15:26 dst.
Paulus sebagai Pewarta Injil
Pewartaan Paulus pertama-tama kerigma rasuli, Kis 2:22+, Kerigma itu ialah: pemberitaan tentang Yesus yang telah disalibkan tapi dibangkitkan dari alam maut, sesuai dengan Kitab Suci, 1Kor 2:2; 5:3-4; Gal 3:1. Apa yang disebutkan Paulus sebagai "Injilku", Rom 2:16; 16:25, sesungguhnya bukanlah Injilnya sendiri, melainkan Injil yang umum dipercaya, Gal 1:6-9; 2:2; Kol 1:5-7, tetapi khususnya disesuaikan dengan dan diterapkan pada pertobatan orang-orang bukan Yahudi, Gal 1:16; 2:7-9, sehaluan dengan kebijaksanaan universalis yang sudah dimulai di Anthiokhia. Paulus setia pada tradisi rasuli yang ada kalanya dikutip olehnya, 1Kor 12:23-25; 15:3-7, dan selalu diandaikannya; sudah barang tentu tradisi rasuli itu sangat berjasa bagi Paulus. Meskipun kiranya tidak pernah melihat Yesus selama hidupNya di dunia ini, bdk 2Kor 5:16+, namun Paulus sangat mengenal ajaranNya, 1Tes 4:15; 1Kor 7:10 dst; Kis 20:35. Selebihnya ia juga seorang saksi langsung dan keyakinannya yang tak tergoncangkan itu berdasar sebuah pengalaman pribadi: sebab iapun "melihat" Kristus, mula-mula di dekat Damsyik, Kis 9:17; 22:14 dst; 26:16; 1Kor 9:1; 15:8; dan selanjutnya masih beberapa kali juga, Kis 9:17; 22:14 dst; 26:16; 1Kor 9:1; 15:8, dan selanjutnya masih beberapa kali juga, Kis 26:16; 1Kor 9:1; 15:8, dan selanjutnya masih beberapa kali juga, Kis 26:16; 22:17-21, Ia telah mengalami penglihatan- penglihatan dan pernyataan-pernyataan Tuhan, 2Kor 12:1-4. Maka apa yang diterimanya dari tradisi itu sungguh-sungguh dapat dianggapnya sebagai pemberitahuan langsung oleh Tuhan, Gal 1:12; 1Kor 12:23.
Ada kalanya orang berkata bahwa pengalaman-pengalaman mistik tersebut disebabkan oleh temperamen yang berlebih-lebihan dan sakit-sakitan. Tetapi dugaan itu tidak mempunyai dasar sedikitpun. Memanglah Paulus kena penyakit di Galatia, Gal 4:13- 15, tetapi penyakit itu kiranya tidak lain kecuali serangan malaria, sedangkan "duri dalam daging", 2Kor 12:7, boleh jadi permusuhan terus menerus dari pihak orang-orang Yahudi, kaum sebangsanya "secara jasmani", Rom 9:3. Paulus ternyata tidak mempunyai daya khayal yang berlebih-lebihan mengingat sedikit-sedikitnya gambaran lazim yang ia pakai: gelanggang pertandingan, 1Kor 9:24-27; Flp 3:12- 14; 2Tim 4:7 dst, laut, Ef 4:14, pertanian, 1Kor 3:6-8, dan bangunan, 1Kor 3:10- 17; Rom 15:20; Ef 2:20-22; kedua gambar terakhir suka digabungkan serta dicampur-adukkannya, 1Kor 3:9; Kol 2:7; Ef 3:17; bdk Kol 2:19; Ef 4:16. Paulus nampaknya lebih-lebih seorang intelektuil. Hati yang berapi-api bersatu-padu dengan akal jernih dan tidak segera puas; akal yang dengan teliti membentangkan kepercayaan Kristen sesuai dengan kebutuhan para pendengar. Berkat sifat Paulus itulah kita mendapat ulasan-ulasan yang mengagumkan sekitar kerigma dan yang bersesuaian dengan keadaan nyata. Sudah barang tentu jalan pikiran Paulus itu bukanlah jalan pikiran manusia dewasa ini. Ada kalanya Paulus mengemukakan dalil-dalilnya seperti para rabi mengemukakannya dan sesuai dengan metode penafsiran yang diterima Paulus dari lingkungan serta pendidikannya (misalnya: 3:16; 4:21-31). Tetapi bakat Paulus mendobrak warisan tradisionil yang terbatas itu. Dan melalui saluran-saluran yang bagi kita kurang lebih ketinggalan zaman Paulus mengalirkan suatu pengajaran yang mendalam.
Memanglah Paulus adalah seorang Yahudi, tetapi seorang Yahudi yang memiliki bagian kebudayaan Yunani cukup besar. Mungkin ini mulai diperolehnya semasa mudanya di Tarsus dan kemudian di perkaya karena Paulus sering berjumpa dengan dunia Yunani-Romawi. Pengaruh dari kebudayaan Yunani itu tercermin baik dalam jalan pikiran Paulus maupun dalam bahasa serta gaya bahasanya. Ada kalanya Paulus mengutip penulis-penulis Yunani, 1Kor 15:33; Tit 1:12; Kis 17:28, dan ia pasti mengenal filsafat populer yang berdasar atas mazhab Stoa; dari padanya ia meminjam gagasan-gagasan (misalnya: perginya jiwa yang terpisah dari badan ke dunia ilahi 2Kor 5:6-8; "pleroma" kosmis, Kol dan Ef) dan rumus-rumus tertentu (1Kor 5:6-8; Rom 11:36; Ef 4:6). Dari mazhab Stoa yang berhaluan sinis Paulus mengambil alih apa yang disebutkan sebagai "diatribe", yalah suatu metode argumentasi yang terdiri atas pertanyaan dan jawaban pendek, Rom 3:1-9, 27-31, dan dari situpun berasal ulasan-ulasannya, di mana kata demi kata beruntun, sebagaimana lazim dalam seni pidato. Mana kala menggunakan kalimat panjang dan padat, di mana anak-anak kalimat bergelombang-gelombang desak-mendesak, Ef 1:3- 14; Kol 1:9-20, maka Paulus masih juga dapat menemukan contoh-contohnya dalam kesusasteraan keagamaan di dunia Yunani. Biasanya Paulus memakai bahasa Yunani sebagai bahasa ibu yang kedua, Kis 21:40, dan dengan mahirnya, sehingga hanya sedikit semitisme terdapat. Bahasa Yunani yang dipakai ialah bahasa Yunani yang lazim di zamannya, yakni bahasa "koine", yang baik tanpa peniruan bahasa kuno. Paulus memang tidak suka akan kehalusan yang dibuat-buat seperti lazim dalam seni pidatoo insani, sebab kekuatannya untuk meyakinkan hanya mau diambilnya dari daya Firman kepercayaan yang didukung "tanda-tanda" yang dikerjakan Roh Kudus, 1Tes 1:5; 1Kor 2:4 dst; 2Kor 11:6; Rom 15:18. Bahkan terjadi pula bahwa pengungkapannya kurang tepat dan tidak diselesaikan, 1Kor 9:15. Acuan bahasa tidak mampu menampung pemikiran yang meluap-luap dan perasaan yang terlalu hebat. Dengan kekecualian yang jarang terjadi, bdk Flm 10, Paulus biasanya mendikte surat-suratnya, Rom 16:22, sebagaimana lazim di zaman dahulu dan hanya salam terakhir ditulisnya dengan tangan sendiri, 2Tes 3:17; Gal 6:11; 1Kor 16:21; Kol 4:18. Ada bagian-bagian dalam surat-suratnya yang memberi kesan bahwa masak-masak dipikirkan (misalnya: Kol 1:15-20), tetapi kebanyakan dituliskan sekali jadi dan secara spontan tanpa dikoreksi. Kendati kekurangan-kekurangan itu, bahkan mungkin karena kekurangan-kekurangannya, gaya bahasa cekatan itu berisi secara luar-biasa. Sudah barang tentu pemikiran yang begitu mendalam dan yang terungkap dengan bahasa yang menyala itu tidak mudah dibaca (2Ptr 3:16). Namun demikian pemikiran Paulus menyajikan beberapa nas yang daya keagamaannya dan bahkan gaya sastranya barangkali tidak ada tara bandingnya dalam sejarah kesusasteraan manusia.
Surat-surat yang diwariskan Paulus itu semuanya ditulis dengan alasan khusus. Ini tak pernah boleh dilupakan. Surat-surat itu bukan risalah ilmu ketuhanan, melainkan merupakan tanggapan terhadap keadaan tertentu. Surat-surat itu sungguh-sungguh surat yang sesuai dengan surat-menyurat yang lazim di zaman itu, Rom 1:1+. Namun demikian tulisan-tulisan Paulus bukan surat pribadi belaka dan bukan pula "surat" yang hanya nampaknya surat saja, sedangkan pada kenyataannya adalah karya sastra. Surat-surat Paulus berupa uraian-uraian yang ditujukan kepada pembaca-pembaca tertentu dan melalui mereka kepada semua kaum beriman. Maka dalam surat-surat itu jangan dicari kupasan-kupasan teratur dan lengkap yang mengungkapkan seluruh pemikiran Paulus. Di belakang tulisan-tulisan itu tetap membayang perkataan yang secara lisan dibawakan dan surat-surat itu seolah-olah memberi komentar atas beberapa pokok khusus. Namun demikian, nilai surat-surat Paulus tidak teratasi, apa lagi karena isi serta perbedaan- perbedaannya memungkinkan orang menemukan apa yang pokok dalam pewartaan Paulus. Tidak peduli mengapa ia menulis atau kepada siapa ia menulis, karya Paulus berdasarkan ajaran yang pada pokoknya sama. Ajaran itu berpusatkan Kristus yang wafat dan dibangkitkan. Hanya ajaran pokok itu disesuaikan, berkembang dan menjadi semakin berisi selama kehidupan Paulus yang menjadi segala-gala untuk semua orang, 1Kor 9:19-22. Ada sementara penafsir yang mengatakan bahwa Paulus sesungguhnya seorang "peramu" yang sesuai dengan keperluan memungut pandangan- pandangan yang berlain-lainan dan ada kalanya bertentangan satu sama lain; Paulus sendiri tidak menilai pandangan-pandangan itu seolah-olah mutlak tepat dan benar; ia hanya menggunakannya saja untuk menarik hati orang kepada Kristus. Langsung bertentangan dengan pendapat dengan pendapat tersebut ada orang yang berkata tentang "kekakuan" Paulus. Menurut pendapat ini maka pemikiran Paulus sejak awal mula ditetapkan dan selanjutnya tidak mengalami perkembangan lagi. Semua sudah tetap dan selesai akibat pengalaman Paulus waktu bertobat. Kebenaran terletak di tengah kedua ujung itu : teologi Paulus memang berkembang menurut suatu garis bersinambung, tetapi sungguh ada perkembangan di bawah dorongan Roh Kudus yang membimbing karya kerasulan Paulus. Dan perkembangan benar tapi lurus akhirnya sampai kepada kepenuhan sebagaimana memuncak dalam surat-surat itu sesuai dengan urutannya dalam waktu, orang dapat mengenali tahap-tahap perkembangan pemikiran Paulus. Memanglah urutan dalam waktu itu bukanlah urutan surat-surat Paulus dalam daftar kitab-kitab Perjanjian Baru. Dalam daftar itu surat-surat itu dideretkan sesuai dengan panjangnya.
1 dan 2 Tes; th. 50-51
Surat-surat Paulus yang pertama ditujukan kepada jemaat Kristen di kota Tesalonika. Di musim panah th. 50 Paulus mewartakan Injil di kota itu waktu perjalanannya yang kedua, Kis 17:1-10. Terpaksa oleh permusuhan dari pihak orang-orang Yahudi Paulus pergi ke Berea dam daro sana ke Atena dan Korintus. Di kota terakhir inilah kiranya 1Tes ditulis selama musim dingin th 50-51. Silas dan Timotius menemani Paulus di Korintus. Timotius untuk kedua kalinya pergi ke Tesalonika dan dari situ membawa berita-berita yang menggembirakan. Ini menyebabkan peluapan hati yang terungkap dalam 1Tes 1-3. Kemudian menyusullah dalam surat ini serentetan anjuran praktis, 1Tes 4:1-12; 5:12-28. Di antara kedua bagian itu disisipkan suatu jawaban atas soal tentang nasib orang-orang yang sudah meninggal dan Parusia Kristus, 1Tes 4:13-5:11. Surat 2Tes kiranya ditulis di kota Korintus juga beberapa bulan kemudian. Surat ini berisikan beberapa petunjuk praktis, 1; 2:13-3:15, dan sebuah instruksi lagi mengenai kapan Parusia akan terjadi dan mengenai "tanda-tanda" yang mesti mendahului kedatangan Tuhan, 2:1-12.
Ditinjau dari segi sastra maka antara 2Tes dan 1Tes ada kesamaan yang menyolok, sehingga ada sejumlah ahli yang menganggap 2Tes sebagai pemalsuan oleh seseorang yang mencuri gagasan-gagasan Paulus sementara juga meniru gaya bahasanya. Tetapi sukar sekali melihat mengapa seseorang membuat pemalsuan itu. Keterangan lain lebih sederhana dan lebih masuk akal, yaitu: Paulus sendirilah yang ingin lebih jauh menjelaskan dan meluruskan pengajarannya mengenai akhir zaman, lalu menulis surat ini dnegan mengulangi beberapa keterangan dari surat pertama. Memanglah kedua tulisan itu tidak bertentangan satu sama lain, tetapi malahan saling melengkapi. Dan tradisi Gereja dahulu juga jelas mengatakan bahwa kedua surat itu ditulis oleh Paulus.
Kedua surat ini tidak hanya penting oleh karen sudah memperkenalkan pangkal beberapa pikiran Paulus yang dalam surat-surat lain diperkembangkan, tetapi terutama karena ajarannya mengenai Parusia. Ternyatalah bahwa dalam tahap permulaan karya kerasulanNya pemikiran Sang Rasul berpusatkan kebangkitan Kristus dan kedatanganNya yang mulia yang membawa keselematan bagi mereka yang percaya kepadaNya, biar sudah mati sekalipun, 1Tes 4:13-18. Kedatangan Kristus yang mulia itu dilukiskan Paulus sesuai dengan apa yang lazim dalam sastra apokaliptik Yahudi dan dalam agama Kristen purba (bdk wejangan Yesus tentang akhir zaman yang termuat dalam injil-injil sinoptik, khususnya dalam injil Mat). Sama seperti Yesus demikianpun Paulus ada kalanya menekankan dekatnya kedatangan Tuhan yang tidak mungkin diketahui kapannya dan yang menuntut bahwa orang bersiap-siaga, 1Tes 5:1-11, sehingga memberikan kesan bahwa ia sendiri serta sidang pembacanya akan mengalaminya selama masih hidup, 1Tes 4:17; tetapi ada kalanya iapun mencoba meredakan rasa cemas kaum beriman yang digelisahkan oleh pandangan semacam itu. Maka ia mengingatkan mereka bahwa Hari Tuhan belum juga tiba dan mesti didahului beberapa tanda tertentu, 2Tes 2:1-12. Bagaimana ujud tanda-tanda itu bagi kita maupun bagi para pembaca dahulu tidak jelas. Rupanya Paulus memikirkan Si Antikrist sebagai seorang pribadi yang baru akan tampil pada akhir zaman. Ungkapan "apa yang menahan dia", 2Tes 2:6, menurut sementara ahli mengenai kerajaan Romawi dan menurut sementara ahli lain pewartaan Injil, sehingga maksud keterangan itu tetap kabur juga.
1 dan 2 Kor; th. 57
Selama delapan belas bulan lebih, Kis 18:1-16, mewartakan Injil di Korintus, dari akhir th. 50 sampai pertengahan th. 52, Paulus menulis kedua suratnya kepada jemaat di Tesalonika. Sesuai dengan kebijaksanaannya yang lazim, ialah menanamkan kepercayaan Kristen di pusat-pusat besar, Paulus ingin menanamkan kepercayaan kepada Kristus di kota pelabuhan ternama yang banyak penduduknya itu juga. Dari situ kepercayaan itu dapat merambat ke seluruh Akhaia, 2Kor 1:1; 9:2. Pada kenyataannya ia berhasil mendirikan sebuah jemaat kuat di sana, terutama di kalangan masyarakat rendahan, 1Kor 1:26-28. Tetapi kota besar itu adalah sebuah sarang kebudayaan Yunani, di mana berhadap-hadapan macam-macam aliran filsafah dan agama, sedangkan kebejatan susila memberinya nama yang buruk. Perjumpaan agama Kristen dengan pusat kekafiran itu tidak dapat tidak menimbulkan banyak persoalan bagi mereka yang baru masuk Kristen. Dalam kedua surat yang dituliskannya kepada jemaat itu, Paulus berusaha memecahkan soal-soal itu.
Bagaimana kedua surat itu lahir sudah cukup jelas, kendati keraguan yang masih ada mengenai beberapa hal kecil. Sebelum surat pertama yang tercantum dalam Kitab Suci telah ada surat yang mendahului, 1Kor 5:9-13. Tetapi surat, yang waktunya ditulis tidak diketahui ini tidak tersimpan. Kemudian, menjelang akhir dua setengah tahun tinggal di Efesus (th. 54-57) dalam menjelang akhir dua setengah tahun tinggal di Efesus (54-57) dalam perjalanannya yang ketiga, Kis 19:1-20, datanglah dari Korintus suatu utusan yang menyodorkan beberapa masalah, 1Kor 16:17, dan di samping itu Paulus menerima berita mengenai jemaat di Korintus melalui Apolos, Kis 18:27 dst; 1Kor 16:12, dan beberapa orang dari keluarga Khloe, 1Kor 1:11. Maka Paulus merasa terdorong menulis sepucuk surat lagi, yakni surat 1Kor kita. Ia ditulis sekitar Paskah th. 57 (1Kor 5:7 dst; 16:5-9 dibandingkan dengan Kis 19:21). Selang beberapa waktu muncullah di Korintus semacam krisis dan terpaksa Paulus mengunjungi jemaat sebentar dan kunjungan itu tidak menyenangkan, 2Kor 1:23-2:1; 12:14; 13:1-2. Selama kunjungan itu Paulus berjanji tidak lama lagi akan kembali untuk beberapa lamanya, 2Kor 1:15-16. Tetapi terjadi sesuatu dan rupanya kewibawaan Paulus dalam diri seorang utusannya dirongrong, 2Kor 5:10; 7:12. Maka sebagai pengganti kunjungan yang dijanjikan dahulu itu Paulus mengirim sepucuk surat tajam yang ditulisnya dengan mencucurkan "banyak air mata", 2Kor 2:3 dst, 9. Surat ini membawa hasil yang menyenangkan, 2Kor 7:8-13. Kabar gembira tentang hasil itu diterimanya dari Titus, 2Kor 2:12 dst; 7:5-16 di Makedonia, setelah Paulus terpaksa meninggalkan Efesus akibat krisis hebat di sana, yang tidak kita ketahui ujudnya, 1Kor 15:32; 2Kor 1:8-10; Kis 19:23-40. Maka menjelang akhir th. 57 ia menulis 2Kor. Kemudian ia mengadakan perjalanan kiranya melalui Korintus, Kis 20:1 dst; bdk 2Kor 9:5; 12:14; 13:1, 10, menuju Yerusalem, tempat ia ditahan dan dipenjarakan.
Ada yang berpendapat bahwa 2Kor 6:14-7:1 merupakan kepingan dari surat pertama yang hilang itu, dan 2Kor 10-13 bagian dari surat yang ditulis dengan "mencucurkan banyak air mata". Hanya sukar dibuktikan meskipun mesti diakui bahwa bagian-bagian tersebut kurang cocok dengan konteksnya sekarang, 2Kor sesungguhnya melanjutkan 6:13, sementara kesan bahwa 6:14-7:1 berupa sisipan dikuatkan oleh kesamaan menyolok antara bagian ini dengan naskah-naskah kaum Eseni yang ditemukan di Qumran. Dan juga nada keras dalam 2Kor 10-13 kurang sesuai dengan nada ramah yang meresap ke dalam sembilan bab dahulu. Akhirnya 9:1 mengherankan sedikit sesudah apa yang dikatakan dalam bab 8, sehingga orang menduga bahwa aslinya adalah dua surat kecil tersendiri mengenai pengumpulan dana. Dengan demikian tidak dikatakan bahwa bagian-bagian itu tidak berasal dari Paulus. Tetapi sangat mungkin bahwa bagian-bagian tersebut ada macam-macam asal- asulnya. Baru kemudian kiranya dikumpulkan, yakni waktu kumpulan tulisan-tulisan Paulus dibuat.
Surat-surat kepada jemaat di Korintus itu dengan bagus dan tepat menyoroti watak dan semangat Paulus, tetapi juga menyajikan suatu ajaran yang penting sekali. Di dalamnya ditemukan, khususnya dalam 1Kor, informasi dan keputusan-keputusan mengenai beberapa soal yang membingungkan jemaat Kristen purba dan tentang cara hidup jemaat itu, baik sehubungan dengan keadaan umat sendiri, seperti kemurnian akhlak. 1Kor 5:1-13; 6:12-20, perkawinan dan hidup wadat, 7:1-40, pertemuan keagamaan dan perayaan Ekaristi, 11-12, penggunaan karunia-karunia Roh Kudus (kharismata, 12:1-14:40, maupun sehubungan dengan relasi jemaat dengan dunia luar, seperti naik banding ke pengadilan negeri, 6:1-11, dan memakan makanan yang dipersembahkan kepada berhala, 8-10. Kesemuanya itu hanya berupa pemecahan soal suara hati atau pengaturan ibadat, kalau bakat Paulus tidak merobahnya menjadi kesempatan baik untuk mengemukakan pandangan mendalam mengenai kebebasan hidup Kristen, pengudusan tubuh, keunggulan kasih dan persatuan dengan Kristus. Sewaktu terpaksa membala jabatannya sebagai rasul sejati, 2Kor 10:1-13:14, Paulus mengemukakan pikiran-pikiran unggul mengenai karya kerasulan pada umumnya, 2 Kor 8-9, disinari cahaya persatuan antar-jemaat yang diidam-idamkan. Seluruh ulasan mengenai kebangkitan badan, 1Kor 15, berlatar-belakang eskatologi yang menjadi landasannya. Hanya penggambaran apokaliptis seperti terdapat dalam 1Tes dan 2Tes diganti dengan pembahasan yang lebih rasionil, yang dapat membenarkan harapan yang sukar dicernakan orang-orang Yunani itu. Penyesuaian Injil dengan dunia baru yang dimasukinya itu terutama ternyata dalam cara Paulus mempertentangkan kebodohan Salib dengan hikmat Yunani. Kepada orang-orang Korintus yang terpecah- belah menjadi kelompok yang masing-masing membanggakan gurunya serta bakat- bakatnya, Paulus mengingatkan bahwa hanya ada satu Guru saja, ialah Kristus, dan hanya satu Kabar Gembira yaitu: hanya Salib saja yang menyelamatkan; dan itulah hikmat sejati, 1Kor 1:10-4:13. Dengan jalan itu maka terpaksa oleh keadaan dan tanpa meniadakan pandangan akhir zaman, Paulus sampai menekankan hidup Kristen sekarang yang merupakan persekutuan dengan Kristus yang terwujud oleh pengetahuan sejati ialah kepercayaan. Nanti sebagai akibat krisis di Galatia dan sehubungan dengan agama Yahudi Paulus masih lebih memperdalam hidup Kristen sekarang itu.
Gal dan Rom; th 57-58
Adapun surat kepada jemaat-jemaat di Galatia dan surat kepada jemaat di Roma perlu dibicarakan bersama-sama, sebab keduanya mengupas persoalan yang sama. Surat kepada jemaat-jemaat di Galatia berupa tanggapan langsung terhadap keadaan tertentu, sedangkan surat kepada jemaat di Roma berupa sebuah risalah lebih lengkap yang dengan tenang dikarang dan mengatur gagasan-gagasan yang ditimbulkan oleh pertikaian di Galatia itu. Hubungan erat kedua surat itu adalah argumen paling kuat melawan pendapat sementara ahli yang mengemukakan bahwa surat kepada jemaat-jemaat di Galatia itu ditulis pada permulaan karya Paulus, bahkan sebelum konsili Yerusalem dalam th. 49. Menurut pendapat tersebut kunjungan kedua Paulus ke Yerusalem, yang diceritakan dalam Gal 2:1-10, adalah sama dengan kunjungan kedua yang disebut dalam Kis 11:30 dan 12:25; tetapi berbeda dengan kunjungan ketiga yang di dalam Kis 11:30 dan 12:25; tetapi berbeda dengan kunjungan ketiga yang dikisahkan Kis 15:2-30 (ini memang cukup berbeda dengan cerita Paulus dalam Gal). Selebihnya rupanya Paulus tidak tahu- menahu tentang keputusan Konsili Yerusalem (Kis 15:20, 29; bdk Gal 2:6), sehingga suratnya kepada jemaat-jemaat di Galatia harus sudah ditulis sebelum Konsili Yerusalem. Untuk menyetujui pendapat itu cukuplah diandaikan bahwa "orang-orang Galatia" itu tidak lain kecuali orang-orang Likaonia dan Pisidia, yang kepadanya Injil diwartakan oleh Paulus sewaktu perjalanannya yang pertama. Pergi-pulangnya Paulus dapat juga menerangkan kedua kunjungan yang kiranya diandaikan dalam Gal 4:13. Namun demikian itu kurang berdasar. Meskipun benar bahwa sejak th. 36-25 seb. Mas. daerah Likaonia dan Pisidia dalam administrasi negara tergabung dengan daerah Galatia, namun dalam bahasa sehari-hari selama abad I Mas. daerah Galatia yang sebenarnya terus disebut demikian. Daerah Galatia terletak lebih ke utara. Khususnya sukar diterima bahwa penduduk Likaonia dan Pisidia dikatakan "orang-orang Galatia", Gal 3:1. Kecuali itu pengandaian yang sukar diterima itu tidak perlu sama sekali. Kunjungan kedua yang disebut dalam Gal 2:1-10, lebih mudah dapat disamkan dengan kunjungan ketiga yang diceritakan dalam Kis 15 (memanglah ada kesamaan yang menyolok juga) dari pada dengan yang kedua, Kis 11:30; 12:25. Kunjungan yang kedua itu nampaknya begitu kurang penting, sehingga didiamkan oleh Paulus dalam argumentasinya (Gal). Dan bahkan boleh jadi bahwa sama sekali tidak ada kunjungan kedua dalam Kis. oleh karena Lukas barangkali menggarap dua sumber berbeda-beda mengenai peristiwa yang sama (bdk Kis, Pengantar dan Kis 11:30+). Maka surat kepada jemaat-jemaat di Galatia ditulis sesudah Konsili Yerusalem. Memang Paulus tidak berkata-kata tentang keputusan yang diambil Konsili itu, tetapi boleh jadi keputusan itu sesungguhnya diambil kemudian dari itu (bdk Kis 15:1+). Kalau demikian maka mudah juga dipahami sikap Petrus yang ditegur oleh Paulus menurut Gal 2:11-14. Maka orang-orang yang dialamati surat itu benar- benar penduduk daerah "Galatia" yang ditempuh Paulus dalam perjalanannya yang kedua dan yang ketiga, Kis 16:6; 18:23. Boleh jadi surat itu ditulis di kota Efesus, atau barangkali di Makedonia sekitar th. 57.
Tidak lama berselang menyusullah surat kepada jemaat di Roma. Paulus sedang berada di Korintus (musim dingin th. 57/58) dan mempersiapkan diri untuk pergi ke Yerusalem. Dari sana ia mau singgah di Roma dalam perjalanan ke Spanyol, Rom 15:22-32; bdk 1Kor 16:3-6; Kis 19:21; 20:3. Paulus tidak mendirikan jemaat di Roma dan informasi-informasi yang diperolehnya tentang jemaat itu, boleh jadi mulai orang seperti Akwila, Kis 18:2 tidak lengkap tetapi separuh-separuh saja. Dari keterangan-keterangan yang tercantum dalam surat itu hanya dapat disimpulkan bahwa jemaat itu terdiri dari orang-orang bekas Yahudi dan bekas kafir dan kedua golongan itu condong saling meremehkan. Karena demikian keadaan jemaat di Roma maka Paulus menganggap baik mempersiapkan kunjungannya dengan mengirimkan sepucuk surat melalui diakones Febe, Rom 16:1. Di dalamnya ia mengemukakan pendapatnya bagaimana mesti dipecahkan masalah hubungan antara agama Yahudi dan agama Kristen; pikirannya di bidang itu menjadi masak akibat krisis di Galatia. Dengan maksud tersebut Paulus mengatur dan memungut secara saksama dan dengan halus gagasan-gagasan yang sudah terungkap dalam Gal. Surat Gal ini berupa luapan hati, di mana pembelaan diri, 1:11-2:21, disusul sebuah pembuktian berupa ajaran, 3:1-4:31 dan peringatan-peringatan keras, 5:1 6:18. Sebaliknya, Rom berupa sebuah ulasan teratur, di mana bagian-bagiannya susul- menyusul secara tertib dengan berpedoman beberapa pokok yang terlebih dahulu diperkenalkan, lalu diuraikan.
Sama seperti halnya dengan surat-surat kepada jemaat di Korintus, demikianpun tidak ada seorangpun yang sungguh-sungguh meragukan bahwa Rom ditulis oleh Paulus. Paling-paling orang menanyakan apakah bab 15 dan 16 barangkali kemudian ditambahkan. Terutama bab 16 yang berisikan banyak salam kepada macam-macam orang barangkali aslinya sebuah surat kecil kepada jemaat di Efesus. Tetapi bab 15 tidak dapat dipisahkan dari surat Rom itu, meskipun beberapa naskah menaruh Rom 16:25-27 pada akhri bab 14 sebagai kata penutup. Ada sejumlah ahli yang mempertahankan bahwa juga bab 16 karangan Paulus yang asli. Mereka mencatat bahwa Paulus dapat berkenan dengan banyak saudara dari Roma yang dahulu diusir oleh Kaisar Klaudius, lalu kembali ke Roma. Dan bagi Sang Rasul memang penting menggaris bawahi hubungan dengan jemaat yang belum mengenal Paulus itu. Adapun doksologi dalam 16:25-27 memang mempunyai ciri-ciri khas dalam gaya bahasanya. Tetapi ini tidak cukup untuk menolak keasliannya, walaupun barangkali ditulis kemudian dari Rom.
Sedangkan surat-surat kepada jemaat di Korintus memperlawankan Kristus sebagai Hikmat Allah dengan hikmat dunia yang sia-sia, maka surat-surat kepada jemaat- jemaat di Galatia dan Roma mempertentangkan Kristus sebagai Pembenaran dari Allah dengan pembenaran yang oleh manusia dikirakan dapat diperoleh dengan usahanya sendiri. Di Korintus semangat Yunanilah yang membahayakan pendirian tepat karena terlalu membanggakan akal-budi manusia sendiri. Di Galatia orang- orang ke-Yahudian datang mengatakan bahwa kaum beriman harus bersunat dan menaklukkan diri kepada hukum Taurat, kalau mau diselamatkan. Paulus sekuat tenaga melawan propaganda dan ajaran itu oleh karena berarti mundur selangkah dan menyia-nyiakan karya Kristus, Gal 5:4. Dengan tidak menyangkal nilai tata penyelamatan lama Paulus menentukan batasnya, oleh karena hanya tahap sementara dalam seluruh rencana penyelamatan Allah. Gal 3:23-25. Hukum Musa pada dirinya baik dan suci, Rom 7:12, dan sungguh-sungguh menyatakan kehendak Allah. Tetapi hukum Taurat tidak memberi manusia daya batiniah untuk menepatinya; dengan jalan itu hukum Taurat tidak hanya membuat manusia menjadi sadar akan dosanya dan kebutuhannya akan pertolongan dari Pihak Allah, Gal 3:19-22; Rom 3:20; 7:7-13. Adapun pertolongan yang berupa karunia belaka itu dahulu dijanjikan kepada Abraham sebelum hukum Taurat diberikan, Gal 3:16-18; Rom 4, dan dianugerahkan oleh Yesus Kristus : kematian dan kebangkitanNya sudah menghancurkan kemanusiaan lama yang diracuni dosa Adam dan menciptakan kemanusiaan baru Yesus yang menjadi prototipnya, Rom 5:12-21. Setelah bergabung dengan Kristus melalui kepercayaan dan dijiwai oleh Roh Kudus, maka manusia selanjutnya dengan cuma-cuma menerima pembenaran sejati dan dapat hidup sesuai dengan kehendak Allah, Rom 8:1-4. Memanglah kepercayaan manusia harus menjadi nyata dalam pekerjaan, tetapi pekerjaan yang dilaksanakan berkat daya Roh Kudus, Gal 5:22-25; Rom 8:5-13, itu bukan lagi pekerjaan hukum Taurat yang padanya orang-orang Yahudi dengan angkuhnya menaruh kepercayaannya. Pekerjaan-pekerjaan itu dapat dilaksanakan oleh semua yang percaya kepada Kristus, meski datang dari kekafiran sekalipun, Gal 3:6-9, 14; Rom 4:11. Maka tata penyelamatan Musa yang bernilai sebagai persiapan sekarang sudah ketinggalan zaman. Orang-orang Yahudi yang mau terus berpegang padanya sesungguhnya menempatkan diri di luar keselamatan yang sebenarnya. Allah mengizinkan mereka menjadi "buta", supaya kaum kafir dapat memperoleh keselamatan. Namun demikian orang-orang Yahudi tidak untuk selama- lamanya kehilangan kepilihannya dahulu, sebab Allah memang setia; ada sementara orang-orang Yahudi, yaitu "sisa kecil" yang dinubuatkan para nabi, sudah sampai percaya: dan nanti yang lain-lainpun akan bertobat, Rom 9-11. Sementara itu semua itu kaum beriman, entah orang-orang Yahudi entah bukan Yahudi, harus menjadi satu karena kasih dan saling menolong, Rom 12:1-15:13. Demikianlah pandangan luas yang sudah dirintis dalam Gal dan dikembangkan dalam Rom. Dan berkat pandangan itulah maka kita mempunyai ulasan yang mengagumkan tentang masa lampau umat manusia yang berdosa, Rom 1:18-3:20, dan tentang pergumulan yang berlangsung dalam diri setiap orang, Rom 7:14-25; tentang keselamatan yang dengan cuma-cuma dikaruniakan, Rom 3:24 dll, daya yang terkandung dalam kematian dan kebangkitan Kristus, Rom 4:24 dst; 5:6-11, yang didalamnya orang turut serta oleh karena iman dan baptisan, Gal 3:26 dst; Rom 6:3-11; penguraian mengenai panggilan bangsa manusia menjadi anak-anak Allah, Gal 4:1-7; Rom 8:14-17, mengenai kasih Allah yang berhikmat, yang adil dan setia dalam menyelenggarakan rencana penyelamatanNya yang terlaksana tahap demi tahap, Rom 3:21-26; 8:31-39. Pandangan akhir zaman tetap tinggal; sebab kita memang diselamatkan dalam pengharapan, Rom 5:1-11; 8:24. Tetapi sama seperti dalam surat-surat kepada jemaat di Korintus, tekanan terletak pada keselamatan yang sudah dimulai sekarang; Roh yang dijanjikan sudah dimiliki sebagai "karunia-sulung, Rom 8:23, sekarang orang-orang Kristen sudah siap hidup dalam Kristus, Rom 6:11, dan Kristus hidup di dalam mereka Gal 2:20.
Dengan demikian maka surat kepada jemaat di Roma menyajikan sebuah sintesa pemikiran teologis Paulus yang mengesankan, sebuah sintesa yang ada di antara yang sangat bagus. Namun demikian sintesa itu bukanlah sintesa sempurna dan lengkap dan bukan pula seluruh ajaran Paulus. Pertikaian yang dilancarkan oleh Luther mengakibatkan bahwa surat Rom ini terlaly diutamakan, hal mana sungguh merugikan, kalau surat-surat lain lain tidak diikut-sertakan sebagai pelengkap, sehingga surat Rom ditempatkan dalam sebuah sintesa yang lebih luas.
Filipi; th. 56-57
Kota Filipi adalah sebuah kota penting di Makedonia dan didiami oleh orang-orang Roma yang merantau. Dalam perjalanannya yang kedua dalam th. 50 Paulus mewartakan Injil di situ, Kis 16:12-40. Selama perjalanannya yang ketiga, Paulus masih dua kali singgah di kota Filipi, yaitu di musim rontok th. 57, Kis 20:1-2, dan sekitar Paskah th. 58, Kis 20:3-6. Kaum beriman yang oleh Paulus direbut bagi Kristus di Filipi menyatakan kasih yang mengharukan hati kepada Rasul mereka dengan mengirimkan bantuan kepadanya di Tesalonika, Flp 4:16, dan kemudian di Korintus 2Kor 11:9. Dengan menulis surat ini kepada jemaat itu Paulus justru bermaksud mengucapkan terima kasih karena bantuan yang diterimanya melalui Epafroditus, utusan jemaat di Filipi, yang membawa sumbangan yang baru, Fil 4:10-20, Paulus yang pada umumnya takut-takut kalau memberi kesan seolah- olah mencari untungnya sendiri, Kis 8:3, dengan rela hati menyambut bantuan dari jemaat Filipi. Dengan jalan itu ia menyatakan menaruh kepercayaan luar biasa kepada jemaat itu.
Waktu menulis surat itu Paulus sedang dalam tahanan, Flp 1:7, 12-17. Lama sekali orang beranggapan bahwa ini penahanan pertama di Roma. Tetapi hubungan yang begitu mudah dan demikian kerap kelihatannya, 2:25-30, antara jemaat Filipi dan Paulus sedang Paulus ditemani Epafroditus, mengherankan, seandainya Paulus sungguh di Roma yang terlalu jauh letaknya. Seandainya Paulus berada di Roma (atau di Kaisarea di Palestina, tempat ia juga pernah ditahan sebagaimana diketahui), maka sukar dipahami bahwa bantuan berupa uang yang dikirim jemaat di Filipi melalui Epafroditus itu merupakan kesempatan pertama yang mereka peroleh untuk menolong Sang Rasul setelah mengamalkan kasihnya waktu perjalanan Paulus yang kedua, 4:10, 16. Sebab memanglah Paulus masih singgah dua kali pada mereka dalam perjalanannya yang ketiga. Hanya lebih mudah dimengerti, kalau Paulus menulis surat itu sebelum kedua kunjungan tersebut. Kiranya Paulus berada di Efesus selama th. 56/57 sementara mengharapkan dapat pergi ke Makedonia sesudah dilepaskan (bdk Flp 1:26; 2:19-24 dan Kis 19:21 dst; 20:1; 1Kor 16:5). Kenyataan bahwa Paulus berkata tentang "Pretorium" (terj.: istana) dalam Flp 1:13 dan tentang "rumah/keluarga Kaisar" (terj.: istana Kaisar) dalam 4:22, tidak perlu menjadi kesulitan. Sebab di kota-kota besar, khususnya di Efesus, ada pasukan pengawal pribadi, sama seperti di Roma sendiri yang mengawal wali negeri. Memanglah kita tahu apa-apa tentang penahanan Paulus di Efesus. Tetapi inipun tak perlu menjadi kesulitan yang tak teratasi. Sebab Lukas hanya menceritakan sedikit saja tentang ketiga tahun Paulus tinggal di kota itu, sedangkan Palus sendiri menyiratkan bahwa di sana menghadapi kesulitan berat, 1Kor 15:32; 2Kor 1:8-10.
Kalau hipotesa tersebut diterima maka Flp perlu dipisahkan dari Kol, Ef, dan Flm dan didekatkan pada "surat-surat besar", khususnya pada 1Kor. Kedua surat ini tidak bertentangan satu sama lai, tetapi sebaliknya sangat berdekatan baik dari segi sastra maupun dari segi ajaran. Hanya Flp kurang berupa ajaran. Ini lebih- lebih berupa peluapan hati, tukar berita dan peringatan terhadap "pekerja- pekerja jahat", yang di mana-mana merongrong karya Sang Rasul, sehingga boleh jadi juga menyerang jemaat terkasih di Filipi; terutama Flp berupa seruan supaya kaum beriman bersatu dalam kerendahan hati. Seruan itulah yang bagi kita menghasilkan 2:6-11 mengenai perendahan Kristus. Boleh jadi madah yang mengharukan hati itu dikutip oleh Paulus atau merupakan ciptaan Paulus sendiri. Tetapi bagaimanapun juga lagu itu memberikan kesaksian yang berharga mengenai kepercayaan umat Kristen pruba akan kepra-adaan ilahi Yesus.
Tidak ada orang yang meragukan bahwa Flp benar-benar dikarang oleh Paulus. Hanya dapat dipersoalkan apakah surat itu barangkali penggabungan beberapa surat kecil yang aslinya tersendiri. Tetapi ini berupa dugaan belaka.
Ef, Kol, Flm; th. 61-63.
Surat kepada jemaat di Efesus, kepada jemaat di Kolose dan kepada Filemon ternyata sebuah kelompok tersendiri. Ketiga karangan itu sangat erat hubungannya; baik Kol 4:9 maupun Flm 12 berkata tentang Onesimus yang mau dikirim Paulus; Tikhikus disebut dalam Kol 4:7 dst dan dalam Ef 6:21 dst; teman- teman Paulus yang sama tampil dalam Kol 4:10-14 dan dalam Flm 23-24; ditinjau dari segi sastra dan dari segi ajaran ada banyak kesamaan antara Ef dan Kol; Paulus masih dipenjara, Flm 1:9 dst; 13, 23; Kol 4:3, 10, 18; Ef 3:1; 4:1; 6:20, dan tentu saja di Roma (antara th. 61 dan 63), dan bukan di Kaisarea atau di Efesus. Kalau di Kaisarea sukar menerangkan bahwa Markus dan Onesimus ada pada Paulus, sedangkan tentang kehadiran Lukas di Efesus bersama Paulus tidak ada berita apapun. Kecuali itu perbedaan gaya bahasa dan kemajuan dalam ajaran mengandaikan jangka waktu cukup lama antara "surat-surat besar" (Kor, Gal, Rom) dan Ef serta Kol. Dalam jangka waktu itu timbullah sebuah krisis. Dari Kolose, di mana Paulus sendiri tidak mewartakan Injil, 1:4; 2:1, datanglah wakilnya Epafras, 1:7, membawa berita yang mengkhawatirkan, Paulus menjadi prihatin dan segera menanggapi berita itu dengan sepucuk surat kepada jemaat di Kolose; surat itu dibawa ke sana oleh Tikhikus. Tetapi reaksinya terhadap bahaya yang baru itu memperdalam pikiran Sang Rasul. Sama seperti Rom dipakai untuk mengatur pikiran- pikiran yang tercetus dalam Gal, demikianpun sekarang Paulus menulis sepucuk surat lain lagi, di sana ia menyusun ajarannya dengan berpedoman sebuah titik pandangan yang dipaksakan kepadanya oleh pertikaian di Kolose. Sintesa yang mengagumkan itu tidak lain kecuali "surat kepada jemaat di Efesus". Hanya judul semacam itu (yang dalam surat sendiri tidak pasti juga, bdk Ef 1:1+) dapat menipu. Paulus sesungguhnya tidak menulis kepada orang-orang Efesus, tempat ia tinggal selama tiga tahun, melainkan kepada kaum berimann pada umumnya, bdk Ef 1:15; 3:2-4, khususnya kepada jemaat-jemaat di lembah-lembah pegunungan Lisia tempat surat itu diedarkan, Kol 4:16.
Sementara ahli pernah menolak keaslian kedua surat tersebut. Tetapi Kol dewasa ini lebih umum diterima sebagai karangan Paulus dan pendapat itu memang cukup berdasar. Gagasan-gagasan utama Paulus terdapat dalam Kol, dan kalau ada juga pikiran-pikiran baru maka halnya mudah dijelaskan dengan menunjuk kepada keadaan baru yang harus dihadapi Paulus. Hal yang sama dapat dikatakan tentang Ef juga, tetapi surat ini tetap sangat diragukan keasliannya. Namun demikian karena surat itu ternyata hasil seorang pemikir yang berbakat maka sukar diterima bahwa dikarang oleh seorang murid Paulus. Sudah barang tentu gaya bahasa Kol dan Ef yang bertutur panjang, ada kalanya berlebih-lebihan, itu berbeda sekali dengan pemikiran pendek, padat dan tegang seperti terdapat dalam surat yang dahulu. Tetapi hal itu cukup dapat diterangkan juga, oleh karena Paulus kini mengamati ufuk baru yang jauh lebih luas. Selebihnya Paulus menggunakan macam-macam gaya bahasa dan dalam 2Kor 9:8-14 atau Rom 3:23-26 dll sudah terdapat contoh-contoh gaya bahasa kontemplatip dan lebih kurang liturgis yang sepenuh-penuhnya berkembang dalam Kol dan Ef. Satu-satunya kesulitan yang sesungguhnya berasal dari kenyataan bahwa beberapa bagian dari Ef lebih kurang secara harafiah dan ada kalanya secara salah memungut pengungkapan-pengungkapan dari Kol. Hanya Paulus tidak pernah menulis surat-suratnya dengan tangannya sendiri dari awal sampai akhir. Maka gejala tersebut dapat diterangkan dengan berkata bahwa seorang murid memainkan peranan besar dalam menyusun Ef.
Adapun bahaya yang mengancam di Kolose berasal dari pemikiran berlebih-lebihan berdasarkan pandangan-pandangan Yahudi, Kol 2:16, yang bercampur-baur dengan filsafaf ke-Yunanian. Pemikiran-pemikiran berlebih-lebihan tersebut memberi kepada daya-daya sorgawi yang memimpin jalannya jagat raya sebuah peranan begitu penting sehingga menurunkan kedudukan utama Kristus. Paulus menerima saja adanya daya-daya semacam itu tanpa meragukan kegiatannya; ia bahkan menyamakannya dengan malaikat-malaikat yang terdapat dalam tradisi Yahudi, bdk 2:15. Hanya ia menerimanya untuk menempatkannya di tempatnya yang wajar dalam rencana penyelamatan Allah. Mereka telah berperan sebagai pengantara dan pengurus hukum Taurat. Tetapi kini peranannya sudah habis sama sekali. Dengan menciptakan suatu dunia baru maka Kristus Kirios sendiri menangani pemerintahan dunia semesta. PeninggianNya di sorga sudah menempatkan Kristus di atas daya-daya kosmis yang telah dilucuti kekuasaannya dahulu, 2:15. Memanglah sejak awal penciptaan Kristus sudah menguasai kekuasaan-kekuasaan itu, sebab Dialah Anak dan Gambar Bapa. Tetapi dalam ciptaan baru Kristus menguasai daya-daya itu sebagai Kepalanya dan secara depinitip, oleh karena telah mempersatukan di dalam diriNya segenap "Ple-roma", artinya kepenuhan beradanya, baik beradanya Allah maupun beradanya dunia di dalam Allah, 1:13-20. Oleh karena sudah dibebaskan dari "unsur-unsur dunia" (terj.: roh-roh dunia), 2:8, 20, berkat persatuannya dengan Kepala dan oleh karena mengambil bagian dalam KepenuhannNya, 2:10, maka orang- orang Kristen tidak perlu menaklukkan diri kepada kekuasaan lalim "unsur-unsur dunia" itu dengan menepati macam-macam aturan yang sudah ketinggalan zaman dan tidak berguna lagi, 2:16-23. Melalui baptisan mereka sudah dipersatukan dengan Kristus yang wafat dan bangkit, 2:11-13 dan menjadi anggota TubuhNya. Dan hidup baru hanya mereka terima dari Kristus yang menjadi Kepala yang menghidupkan, 2:19. Memanglah Paulus tetap menaruh minat utamanya pada keselamatan Kristen, tetapi karena pertikaian itu ia memperluas karya Kristus sampai merangkum seluruh dunia dan jagat raya. Di samping bangsa manusia yang diselamatkan itu seluruh jagat raya yang menjadi latar belakang dan rangka umat manusia dimasukkan Paulus ke dalam karya Kristus. Maka jagat raya secara tak langsung ditempatkan juga di bawah kekuasaan satu-satunya Tuhan, ialah Kristus. Pemikiran semacam itulah mengakibatkan bahwa gagasan "Tubuh Kristus" yang dirintis dahulu, 1Kor 12:12+, diperkembangkan lebih jauh dengan menekankan Kristus sebagai kepala Tubuh-Nya; bahwa karya penyelamatan diperluas sampai merangkum dunia semesta; bahwa pemandangan diperlebar sehingga Kristus terutama dilihat sebagai pemenang sorgawi, sedangkan Gereja sebagai persatuan menyeluruh dibangun menuju Kristus sorgawi; bahwa eskatologi yang sudah terujud lebih ditekankan, bdk Ef 2:6+.
Pemandangan seperti di atas terulang dalam Ef. Tetapi usaha untuk menaruh daya- daya sorgawi yang terlalu dinilai itu pada tempatnya yang wajar sudah menghasilkan buahnya, Ef 1:20-22. Maka perhatian terutama diarahkan kepada Gereja. Ia merupakan Tubuh Kristus yang meluas sampai menjadi Jagat raya baru, Kepenuhan Dia yang memenuhi semua dan segala sesuatu, 1:23+. Dalam pemandangan yang paling tinggi yang merupakan puncak segenap karyanya ini Paulus memungut beberapa pikiran dari masa dahulu untuk menempatkannya di dalam sintesa yang dicapainya. Teristimewanya ia memikirkan kembali persoalan yang dibahasnya dalam surat kepada jemaat di Roma, yang berupa puncak dalam tahap pemikirannya dahulu. Ia tidak hanya dengan sepintas lalu meningkatkan pandangannya mengenai keadaan lampau bangsa manusia yang berdosa dan keselamatan yang dengan cuma-cuma dianugerahkan melalui Kristus, 2:1-10, tetapi juga memikirkan kembali masalah hubungan antara bangsa-agama Yahudi dan jemaat Kristen yang dahulu menggelisahkannya, Rom 9-11. Dan kini persoalan itu dilihatnya dengan berlatar belakang eskatologis yang sudah terlaksana: kini kedua kelompok itu nampak baginya sebagai bersatu karena diperdamaikan di dalam satu orang Manusia baru, sehingga bersama-sama di perjalanan menuju Bapa, Ef 2:11-22. Dan justru kenyataan bahwa kaum kafir juga dapat memperoleh keselamatan Israel dalam diri Kristus itu adalah "rahasia khendak Allah", 1:9; 3:3-6, 96:19; Kol 1:27; 2:2; 4:3. Dan mengingat rahasia itulah Paulus pada akhir hidupnya dapat mengemukakan pikiran yang tidak ada tara bandingnya: mengingat Hikmat Allah tak berbatas yang menyatakan diri dalam rahasia itu, 3:9 dst; Kol. 2:3; mengenai kasih Kristus yang tak terselami, yang nampak pula dalam rahasia itu, Ef 3:18 dst; tentang dirinya sendiri, yang terhina di antara para rasul namun oleh Allah dengan cuma-cuma dipilih menjadi pelayan rahasiaNya itu, 1:3-14. Dan akhir- tujuan rahasia itu tidak lain kecuali pernikahan Kristus dengan bangsa yang selamat, ialah Gereja, 5:22-23.
Surat kepada Filemon ditulis pada waktu yang sama dengan ditulisnya Kol dan Ef. Ia dialamatkan kepada seorang Kristen yang oleh Paulus sendiri ditobatkan, ay 9. Di dalam surat kecil itu Paulus memberitahukan bahwa seorang budak bernama Onesimus yang melarikan diri dan oleh Paulus direbut bagi Kristus akan kembali kepada majikannya, ay 10. Dengan tangannya sendiri ay 19, Paulus menulis surat kecil ini yang dengan bagusnya menyoroti kehalusan hati Paulus. Ini juga penting oleh karena memberitakan kepada kita bagaimana Paulus memecahkan masalah perbudakan, Rom 6:15+; meskipun hubungan sosial antara majikan dan budak tetap sama seperti dahulu, namun seorang majikan Kristen dan seorang budak Kristen selanjutnya harus hidup sebagai bersaudara untuk mengabdi Majikan yang sama, ay 16 bdk Kol 3:22-4:1.
1Tim, Tit, 2Tim ; th 65-67
Surat-surat kepada Timotius dan surat kepada Titus sangat berdekatan satu sama lain karena isi, latar belakang historis dan bentuknya. Dua di antaranya rupanya ditulis di Makedonia: yang satu dialamatkan kepada Timotius, yang waktu di Efesus, 1Tim 1:3, di mana Paulus berharap tidak lama lagi dapat bertemu dengannya, 3:14; 4:13, sedangkan yang lain dialamatkan kepada Titus yang oleh Paulus ditinggalkan di pulau Kreta, Tit 1:5. Paulus merencanakan tinggal di Nikopolis ( di Epirus) selama musim dingin dan Titus hendaknya berkumpul dengannya di situ, Tit 3:12. Waktu menulis 2Tim Paulus sedang di penjara di Roma, 1:8, 16 dst; 2:9, setelah singgah di Troas, 4:13 dan Miletus, 4:20. Keadaan Paulus gawat sekali, 4:16, dan ia merasa bahwa ajalnya sudah dekat, 4:6- 8, 18. Ia seorang diri dan mendesak supaya Timotius secepat mungkin datang, 4:9- 16, 21. Meskipun ada kesamaan kecil namun keadaan itu tidak berkesusaian dengan penahanan Paulus di Roma selama th. 61-63 dan tidak pula dengan perjalanan yang mendahuluinya. Ada cukup banyak ahli yang mengambil kesimpulan bahwa ketiga surat itu bukan karangan Paulus, seorang lain mau menjiplak Paulus dan mengkhayalkan catatan-catatan mengenai hal-ihwal Paulus supaya karangan- karangannya nampaknya bersifat historis dan dapat disebar-luaskan dengan nama dan kewibawaan Paulus. Tetapi hipotesa semacam itu tidak perlu sama sekali. Tidak ada bukti satupun bahwa Paulus mati selama penahanannya yang pertama; sebaliknya Kis 28:30 menyarankan bahwa ia dibebaskan. Jadi Paulus dapat mengadakan perjalanan-perjalanan lain lagi, barangkali lebih dahulu di negeri Spanyol sebagaimana ia merencanakannya, Rom 15:24, 28, dan kemudian di sebelah timur, sebagaimana juga direncankan, Flm 22. Mudah saja 1Tim dan Tit ditinggalkan sekitar th. 65 selama suatu perjalanan melalui pulau Kreta, Asia Kecil, Makedonia dan Yunani. Keadaan yang tampil dalam 2Tim adalah situasi penahanan baru yang kali ini berakhir dengan sial. Surat yang merupakan nasehat Paulus ini kiranya ditulis tidak lama sebelum kemartiran Paulus dalam th. 67.
Ketiga surat tersebut dialamatkan kepada dua murid Paulus yang paling setiawan, Kis 16:1+; 2Kor 2:13+. Di dalamnya termuat sejumlah petunjuk bagaimana mengorganisasi jemaat-jemaat Kristen yang oleh Paulus dipercayakan kepada mereka. Itulah sebabnya maka sejak abad XVIII surat-surat itu biasanya disebut "Surat-surat Pastoral (Gembala)." Beberapa ahli berpendapat bahwa surat-surat itu mengandaikan tahap perkembangan dalam tata pemerintahan umat yang baru terjadi sesudah Paulus mati. Tetapi pendapat ini kurang tepat. Sebab surat-surat itu sebenarnya mengandaikan sebuah tahap perkembangan umat yang sangat mungkin sudah tercapai menjelang akhir hidup Paulus. Sebutan "episkopos" (penilik) masih searti dengan sebutan "presbiter" (terj. penatua) Tit 1:5-7, seperti juga dahulu, Kis 20:17 dan 28, sesuai dengan susunan jemaat-jemaat dahulu yang dipimpin oleh sebuah dewan penatua, Tit 1:5+. Belum ada sama sekali seorang "uskup" yang seorang diri menjadi pemimpin tertinggi jemaat. Tokoh semacam itu baru tampil dalam surat-surat Ignasius dari Anthiokia. Hanya perkembangan ke jurusan itu sudah dirintiskan : meskipun beberapa jemaat dipercayakan kepada Timotius dan Titus yang tidak terikat pada satu di antaranya, Tit 1:5, namun kedua wakil Paulus itu memegang kewibawaan rasuli, yang tidak lama lagi harus diserahkan kepada orang-orang lain oleh karena para rasul menghilang. Dan tidak lama kemudian kewibawaan rasuli itu diberi kepada ketua sebuah dewan penatua, dan ketua itu tidak lain kecuali uskup. Tahap peralihan sebagaimana tampil dalam surat-surat pastoral justru menjadi bukti bahwa surat-surat itu benar-benar karangan Paulus. Sebab dengan maksud apa seorang pemalsu dapat mengkhayalkan tahap semacam itu? Perlu diperhatikan juga bahwa "penilik" dan "penatua" itu bukan hanya pengurus harta-benda dan perkara materiil lain, tetapi juga dan terutama bertugas mengajar dan memimpin, 1Tim 3:2, 5; 5:17; Tit 1:7, 9. Dengan demikian maka "penilik" dan "penatua" itu sungguh-sungguh moyang dari uskup dan iman dalam Gereja Katolik sekarang.
Sementara ahli berpendapat bahwa desakan untuk berpegang teguh pada "ajaran sehat", 1Tim 1:10 dll, dan memelihara "depositum fidei" (terj.: apa yang dipercayakan kepadamu), 1Tim 6:20; 2Tim 1:14, tidak layak bagi Paulus, seorang pemikir teologis yang berani dan orisinil. Tetapi keterangan dan desakan semacam itu nampaknya sesuai sekali dengan Sang Rasul yang dekat pada ajalnya dan memperingati pembantu-pembantunya yang masih muda berhubung dengan pemikiran- pemikiran yang membahayakan. Sebab Paulus sudah mengamati bahwa jemaat-jemaat itu ada selara untuk pembaharuan-pembaharuan yang dapat menghancurkan iman, 1Tim 1:19. Dan ini tentu saja bukan ajaran dari gnostik dalam abad II yang mau ditentang oleh seorang pemalsu yang menyamar sebagai Paulus. "Soal-soal yang dicari-cari", 1Tim 6:4, "dongeng-dongeng dan silsilah yang tiada putus- putusnya", 1Tim 1:4, "dongeng-dongeng Yahudi", Tit 1:14 dan "percekcokan dan pertengkaran mengenai hukum Taurat", Tit 3:9, yang bercampur dengan aturan- aturan askese yang keras, 1Tim 4:3, kiranya berasal dari orang-orang Yahudi yang berkebudayaan Yunani dan suka mencampurkan segala sesuatunya. Paulus terpaksa sudah menghadapi mereka waktu krisis dalam jemaat di Kolose.
Sudah barang tentu bahasa yang dipakai dalam surat-surat ini tidak mempunyai ciri-ciri bahasa Paulus. Gaya bahasanya sangat lancar, berbeda sekali dengan gaya yang berapi-api dan yang kekayaannya melimpah-limpah, seperti yang dipakai oleh Paulus dalam surat-suratnya dahulu. Bahkan perbendaharaan katapun berbeda dengan perbendaharaan kata yang lazim pada Paulu. Ada orang yang berkata, bahwa usia lanjut Paulus dan keadaannya sebagai orang tahanan dapat menjelaskan gejala semacam itu. Tetapi antara Kol, Ef dan Tim, Tit hanya ada jangka waktu paling- paling empat-lima tahun, sedangkan 1Tim dan Tit tidak ditulis dalam penjara. Juga usaha untuk membeda-bedakan dalam surat-surat pastoral beberapa surat-surat kecil baik yang berasal dari Paulus maupun yang bukan karangannya tidak sampai meyakinkan. Dari sebab itu sebaik-baiknya diandaikan bahwa seorang murid-penulis Sang Rasul berperan dalam menyusun surat-surat pastoral, sama seperti halnya dengan Ef. Kepada penulis itu Paulus memberikan kebebasan lebih besar dari yang lazim. Memang Lukas menyertai Paulus, 2Tim 4:11, dan ada orang yang mengira dapat menemukan kesamaan khusus antara gaya bahasa Lukas dan gaya bahasa surat- surat pastoral.
Ibr ; th. 67
Berbeda dengan semua surat lain, surat kepada orang-orang Ibrani sejak dahulu diragukan keasliannya. Bahwasannya surat ini termasuk Kitab Suci jarang dipersoalkan, tetapi dalam Gereja barat sampai akhir abad IV tidak diterima sebagai karangan Paulus, namun bentuk literer surat itu dipersoalkan (Klemens dari Aleksandria, Origenes). Memanglah bahasa dan gaya bahasa surat kepada orang-orang Ibrani adalah murni dan lancar dan pasti bukan bahasa atau gaya bahasa Paulus. Caranya surat ini mengutip dan menggunakan Perjanjian Lama bukanlah cara Paulus. Alamat dan kata pembuka yang lazim dalam surat-surat Paulus tidak ada sama sekali. Ajaran yang termuat dalam karangan itu mempunyai keserupaan dengan ajaran Paulus, tetapi sekaligus ajaran itu cukup asli, sehingga sukar diterima bahwa langsung berasal dari Paulus sendiri. Maka banyak ahli katolik dan bukan katolik dewasa ini sependapat dalam mengakui bahwa surat ini bukan karangan Paulus seperti surat-surat lain adalah karangannya, walaupun secara langsung atau tidak langsung Paulus mempengaruhi Ibr. Dan pengaruh itu begitu rupa sehingga dapat dipertanggung-jawabkan bahwa secara tradisionil surat itu dikelompokkan bersama dengan surat-surat Paulus.
Tetapi perbedaan muncul kalau dipersoalkan siapa sesungguhnya penulis Ibr yang tidak bernama itu. Segala macam nama sudah dikemukakan., misalnya Barnabas, Silas, Aristion, dll. Yang kiranya paling kena ialah Apolos, seorang Yahudi dari Aleksandria, yang kefasihan, semangat kerasulan dan kemahirannya dalam Alkitab dipuji oleh Lukas, Kis 18:24-28. Bakat-bakat itu ternyata tampil jelas dalam surat kepada orang-orang Ibrani; bahasa dan pimikirannya berbau bahasa dan pemikiran Aleksandria (Filo); kefasihannya dalam membela agama Kristen meyakinkan, sedangkan seluruh argumentasinya berdasar penafsiran Perjanjian Lama.
Seperti nama pengarangnya tidak dikenal dengan pasti, demikianpun halnya dengan tempat ditulisnya surat ini dan orang-orang yang dialamati. Rupanya pengarang tinggal di Italia, 13:24, dan menulis suratnya sebelum Bait Allah di Yerusalem dihancurkan (th. 70). Sebab itu ia berkata tentang ibadat dalam Bait Allah seolah-olah sesuatu yang masih terus berlangsung, 8:4 dst, dan ia menasehati pembacanya sehubungan dengan godaan untuk kembali ke ibadat itu. Tentu saja pengarang menekankan bahwa ibadat Musa mempunyai ciri sementara saja, tetapi sama sekali tidak berkata tentang bencana yang terjadi dalam th. 70, meskipun kejadian itu memang sangat mendukung pendapatnya. Selebihnya pengarang pasti menggunakan surat-surat yang ditulis Paulus dalam penjara (Ef, Flp, Kol). Maka surat kepada orang-orang Ibrani boleh diberi bertanggal sesudah th. 63, kiranya sekitar th. 67, kalau orang menerima bahwa apa yang dikatakan tentang krisis yang mendekat, sebagaimana dapat dirasakan dalam seruannya supaya sidang pembaca berpegang teguh pada kepercayaannya, 10:25 dll, mengenai gejala yang mendahului perang Yahudi.
Meskipun judul surat ini, ialah: "Kepada orang-orang Ibrani" baru muncul selama abad II, namun sangat cocok dengan isi karangan itu. Surat ini tidak hanya mengandalkan bahwa para pembaca berkenalan baik dengan Perjanjian Lama, tetapi juga bahwa mereka bekas Yahudi. Oleh karena Ibr begitu menekankan ibadat dan liturgi, maka orang bahkan berpikir kepada bekas imam-imam Yahudi, bdk Kis 6:7. Setelah masuk Kristen imam-imam itu terpaksa meninggalkan kota suci dan mengungsi ke tempat lain, barangkali ke salah satu kota di pantai, misalnya Kaisarea atau Antiokhia. Tetapi pengasingan itu memberati mereka, sehingga dengan rindu mengenangkan ibadat bersemarak yang diselenggarakan oleh kaum Lewi dan yang merekapun melayaninya dahulu. Kepercayaannya yang baru, yang masih kurang kuat dan kurang terdidik, mengecewakan mereka, apa lagi oleh karena terganggu oleh penganiayaan akibat kepercayaan itu. Maka timbullah godaan hebat untuk mengundurkan diri.
Surat kepada orang-orang Ibrani sekuat tenaga berusaha mencegah mereka dari menjadi murtad, 10; 19:39. Untuk mengobarkan semangat kaum buangan yang menjadi lesu dan kendor itu, maka Ibr menyajikan pandangan unggul mengenai hidup Kristen, yang dipikirkan sebagai sebuah ziarah, suatu perjalanan menuju istirahat yang dijanjikan, sebuah perjalanan ke Tanah Air dengan dibimbing oleh Kristus yang melebihi Musa, 3:1-6, dan dengan disinari cahaya iman-kepercayaan yang sudah memimpin para bapa bangsanya, orang-orang Yahudi waktu keluaran dan semua orang suci dari Perjanjian Lama, 3:7-4:11; 11. Dengan imamat lama dan ibadat kaum Lewi yang dirindukan sidang pembaca, si pengarang memperlawankan diri Kristus yang menjadi Imam menurut peraturan Melkisedek dan melebihi imamat Harun,
Ende: Kolose (Pendahuluan Kitab) SURAT RASUL PAULUS KEPADA UMAT KOLOSE
KATA PENGANTAR
Surat ini termasuk keempat surat jang menurut tradisi jang tjukup pasti
ditulis oleh Paulus dalam...
SURAT RASUL PAULUS KEPADA UMAT KOLOSE
KATA PENGANTAR
Surat ini termasuk keempat surat jang menurut tradisi jang tjukup pasti ditulis oleh Paulus dalam tahanannja pertama di Roma, antara tahun 61 dan 63. Surat kepada umat Kolose ini dianggap jang pertama dari keempat surat tersebut.
Kolose dewasa itu adalah suatu kota dagang jang agak penting dipedalaman propinsi Asia, letaknja kira-kira 200 km sebelah timur dari Efesus, pada djalan raja jang menghubung pantai propinsi Asia dengan Siria. Berdekatan dengannja terdapat dua kota agak makmur lain lagi, jang namanja disebut dalam surat ini, ialah Laodisea dan Hierapolis. Hubungan antara ketiga kota itu amat erat, rupanja antara umat-umat disitu djuga.
Umat-umat itu tidak didirikan oleh Paulus sendiri, malah ia belum pemah mengundjunginja. Jang mengadjar di Kolose dan rupanja djuga mendirikan serta memimpin umat disitu, ialah seorang dari kota itu sendiri bernama Epafras. Menurut dugaan ia seorang bekas murid Paulus di Efesus. Barangkali ia Pula pendiri dan pemimpin umat-umat dikedua kota jang lain itu.
Ketika Paulus menulis surat ini, Epafras ada padanja di Roma. Barangkali ia sengadja datang kesitu untuk membitjarakan kesulitan-kesulitan jang mulai timbul dalam umat-umat tersebut, chususnja di Kolose. Pembitjaraan itu tentu mendjadi alasan tertulisnja surat ini. Surat lalu diantarkan oleh seorang bernama Tichikus, sedangkan Epafras tinggal lagi di Roma. Apakah hakekatnja kesulitan-kesulitan itu dan peristiwa-peristiwa jang bersangkutan dengannja, hanja disentuh dalam surat, sebab memang tjukup diketahui oleh seluruh umat. Hal itu menjebabkan isi surat sebagian bagi kita agak kabur.
Kesan-kesan jang kita dapat, ialah bahwa dalam umat jang sebagian terbesar terdiri dari orang bekas penjembah dewa-dewa, tetapi dimana golongan Jahudi djuga amat berpengaruh, tumbuh dan berkembang suatu aliran, jang mentjampurkan adjaran-adjaran Indjil dengan anggapan-anggapan serta adjaran adat-istiadat Jahudi dan unsur-unsur tachjul kekafiran. Akibatnja timbul suatu ibadat jang menjimpang dari Indjil, dan "kesalehan" jang aneh. Unsur-unsur kekafiran, misalnja kepertjajaan bahwa angkasa penuh didiami roh-roh jang menguasai nasib manusia, ditambah dengan anggapan-anggapan orang-orang Jahudi, bahwa nasib manusia, baik mengenai hal djasmani maupun rohani-abadi sebagian besar ada dalam tangan Para Malaekat. Kristus masih diakui sebagai satu-satunja Penebus oleh matinja disalib, tetapi dalam segala jang lain la hanja sebagai seorang Malaekat. Salah faham jang merupakan penghinaan terhadap Kristus lagi perusakan inti kepertjajaan, itulah jang menentukan atjara pokok surat ini, jaitu hakekat martabat Kristus dan misteri penjelamatan kita dalam dan olehnja. Segala kebenaran itu telah diadjarkan Paulus dalam surat-surat jang mendahului ini, tetapi disini ia menondjolkan dan menekankan segi-segi baru, dan jang lama disorotinja dengan tjahaja jang lebih gemerlapan lagi. Terhadap anggapan- anggapan salah jang disodorkan dalam umat ia menerangkan, bahwa Kristus Putera Allah sewudjud dengan Allah, turut mentjiptakan segala machluk termasuk Para Malaekat, berkuasa mutlak atas seluruh dunia, satu-satunja pengantara antara manusia dengan Allah, mempunjai seluruh "kepenuhan" Allah dan memberi tiap-tiap anggota umat bagian dalam kepenuhan ini. Terlebih karena uraian tentang Kristus dan misteri penjelamatan, surat jang ketjil ini mendjadi mahabernilai bagi kita. Dalam 2:16-23 chususnja ditundjukkan kesalehan dan tak berfaedahnja "kesalehan" luar biasa jang berdasarkan unsur kepertjajaan tachjul.
Mulai bab 3:1 Paulus memberi peringatan-peringatan dan petundjuk-petundjuk bagaimana umat patut dan harus menjesuaikan tjara hidupnja dengan adjaran- adjaran dan tjita-tjita Indjil.
Wycliffe: Kolose (Pendahuluan Kitab) PENDAHULUAN KOLOSE
Alasan Penulisan: Kolose abad pertama merupakan sebuah pusat dagang kuno yang makin memudar kejayaannya, terletak sekitar seratus ...
PENDAHULUAN KOLOSE
Alasan Penulisan: Kolose abad pertama merupakan sebuah pusat dagang kuno yang makin memudar kejayaannya, terletak sekitar seratus mil ke timur dari Efesus, terletak pada jalur kafilah di Lembah Lykhus dekat kota Laodikea dan Hierapolis (bdg. 4:13). Sekalipun usaha untuk memberitakan Injil sebelumnya (oleh orang Kristen dari Galatia?) tidak dapat diabaikan, orang-orang di Kolose mungkin pertama kali mendengar amanat Kristen ketika Paulus melayani di Efesus (sekitar tahun 53-56 M; bdg. Kis. 19:10).
Paulus mungkin melewati Kolose ketika menuju ke Efesus, tetapi dia tidak mengenal secara pribadi jemaat di sana (bdg. 2:1). Rekan sekerjanya, Epafras, yang melayani jemaat ini, mengunjungi sang rasul dan melaporkan perkembangan orang-orang percaya di sana dan munculnya sebuah ajaran sesat yang sedang merongrong mereka.
Orang-orang Yahudi sudah menetap di propinsi Frigia ini selama dua abad (Joseful, Antiquities 12, hlm. 147). Jelas tidak begitu berhaluan ortodoks, mereka disebut dalam Talmud sebagai berikut, "Anggur dan tempat mandi di Frigia telah memisahkan kesepuluh suku dari saudara-saudara mereka" (Shabbath, 147b). Penyesuaian diri dengan berbagai praktik orang non-Yahudi ikut menandai orang-orang Yahudi yang menjadi Kristen. Di propinsi perbatasan Galatia iman yang masih baru ini terancam oleh legalisme, sebuah aliran Yudaisme yang sesat; di sini, seperti halnya di Efesus (bdg. Kis. 19:14, 18), bahayanya terletak pada pengaruh agama campuran Helenisme-Yudaisme. Untuk mengatasi masalah yang pertama Paulus menulis surat kepada jemaat-jemaat di Galatia; untuk mengatasi masalah yang sama-sama sulitnya di Kolose ini dia menuliskan surat ini.
Ajaran Sesat di Kolose. Pada abad kedua gereja berhadapan dengan munculnya sebuah gerakan dengan ajaran sesat yang dikenal dengan nama Gnostik. Beberapa prinsip dasarnya sudah dikenal pada abad pertama, bukan hanya di gereja Kristen, tetapi juga di kalangan Yudaisme Diaspora (bdg. R. McL. Wilson, The Gnostic Problem; C. H. Dodd, The Interpretation of the Fourth Gospel, hlm. 97 dst.; Rudolf Bultmann, "Gnosis," Bible Keywords, 11). Gnostik yang baru muncul ini lebih merupakan sebuah sikap dan kecenderungan berpikir religius filosofis daripada sebuah sistem, dan sikap ini dapat menyesuaikan diri dengan pandangan Yahudi, Kristen atau kelompok-kelompok kafir lainnya kebutuhan. Sekalipun demikian, tampaknya beberapa pokok tertentu merupakan ciri khas pandangan Gnostik pada umumnya: dualisme metafisika, makhluk-makhluk perantara, penebusan melalui pengetahuan atau gnosis. Semua agama, menurut ajaran Gnostik, yang merupakan manifestasi dari satu kebenaran yang tersembunyi, berusaha untuk menuntun orang menuju pengetahuan mengenai kebenaran tersebut. Pengetahuan atau gnosis ini bukan pemahaman intelektual tetapi pencerahan yang diperoleh melalui pengalaman mistik. Karena manusia terikat pada dunia materi yang jahat, dia hanya dapat menghampiri Allah dengan bantuan berbagai makhluk seperti malaikat. Dengan bantuan kekuatan-kekuatan ini dan dengan menafsirkan kitab-kitab suci secara alegoris dan mistis, dapat dicapai pencerahan rohani dan pembebasan dari dunia materi dan dosa dapat dipastikan.
Tentu saja dan mungkin pasti sebagian orang dari jemaat mula-mula berusaha untuk memperkaya atau menyesuaikan iman mereka dengan pemikiran religius yang sedang marak; orang-orang percaya yang kurang memahami kekristenan mungkin secara tidak sadar sudah mencampurkan kepercayaan-kepercayaan mereka sebelumnya dengan konsep-konsep Kristen. Mungkin ini pula yang menjadi awal dari pengaruh Gnostik yang muncul di sejumlah jemaat yang didirikan Paulus. Di Korintus, misalnya, kerinduan akan hikmat spekulatif (I Kor. 1:7 dst.) dan pengabaian tubuh jasmaniah (tercermin dalam penyangkalan kebangkitan, dalam askese dan dalam kebebasan seksual; bdg. I Kor. 15:5, 7), menunjukkan pengaruh Gnostik.
Ajaran sesat di Kolose menggabungkan unsur-unsur Yahudi dan Helenis. Ketaatan kepada peraturan-peraturan makanan dan hari Sabat, upacara penyunatan dan mungkin juga fungsi perantara dari para malaikat mengingatkan pada kebiasaan dan kepercayaan Yahudi (2:11, 16, 18); penekanan pada "hikmat" dan "pengetahuan," plērõma dari kekuatan-kekuatan alam, dan penilaian rendah terhadap tubuh jasmaniah mencerminkan pemikiran Yunani (2:3, 8. 23). Beberapa orang Yahudi yang bertobat mungkin membawa campuran ini dari Yudaisme heterodoks dan mengembangkannya lebih jauh lagi sesudah mereka menjadi orang Kristen.
Di dalam strategi yang dipakai di tempat lainnya, Paulus mempergunakan istilah dari golongan yang salah ini untuk menyerang ajaran mereka dan di dalam melakukan hal itu, mengembangkan doktrin "Kristus yang meliputi alam semesta." Di dalam Kristus, satu-satunya Perantara itu, terdapat segala hikmat dan pengetahuan di dalam kematian dan kebangkitannya semua kuasa yang ada di alam semesta ini sudah dikalahkan dan tunduk kepada-Nya (2:3, 9, 10, 15). Setiap pengajaran yang tidak menjadikan Kristus sebagai sentral dengan dalih menuntun orang kepada kedewasaan dan kesempurnaan merupakan penyimpangan yang mengancam hakikat iman. Sang rasul dengan demikian mengidentifikasi dan mengungkapkan akar dari kesalahan yang ada di Kolose.
Asal-usul dan Tanggal Penulisan. Surat Kolose, seperti halnya surat-surat Efesus, Filipi dan Filemon ditulis oleh Paulus dari penjara dan disampaikan bersama dengan surat kepada Filemon dan (mungkin juga) jemaat di Efesus oleh Tikhikus dan Onesimus (4:3, 7-9; Flm. 12; Ef. 6:12). Tradisi dari zaman gereja mula-mula menetapkan bahwa surat ini ditulis di Roma ketika Paulus dipenjarakan sebagaimana dikisahkan dalam Kis. 28 (kurang lebih tahun 61-63 M). Sekalipun pandangan ini tetap kuat sampai saat ini, sejumlah pakar menunjukkan bahwa pemenjaraan yang lebih awal di Kaisarea (sekitar tahun 58-60 M) atau di Efesus (sekitar tahun 55/56 M) merupakan saat yang lebih mungkin untuk penulisan surat ini. Tentang Kaisarea hanya sedikit orang yang mendukungnya dewasa ini, tetapi teori pemenjaraan di Efesus telah menarik banyak perhatian. Paling akhir teori ini dibuktikan oleh G. S. Duncan (St. Paul's Ephesian Ministry) yang mengemukakan bahwa: (1) Surat II Korintus (6:5; 11:23) yang ditulis pada akhir dari pelayanan di Efesus, menunjukkan bahwa Paulus dipenjarakan beberapa kali, namun tidak disebutkan dalam Kisah Para Rasul; andaikata I Korintus 15:32 ditafsirkan secara harfiah, karena rasanya itu yang paling masuk akal, maka setidak-tidaknya salah satu pemenjaraan tersebut adalah di Efesus. (2) Kunjungan Epafras (Kol. 1:7; 4:12) dan kehadiran budak yang melarikan diri bernama Onesimus lebih sesuai dengan teori tentang penulisan surat di Efesus dibandingkan dengan di Roma yang letaknya sangat jauh. (3) Paulus merencanakan untuk mengunjungi Lembah Likhus ketika dibebaskan (Flm. 22), tetapi menurut kisah tradisi Paulus berangkat ke Barat menuju ke Spanyol sesudah dibebaskan dari penjara di Roma (bdg. Rm. 15:24). Alasan-alasan yang dikemukakan Duncan lebih meyakinkan untuk surat Filipi, namun gagasannya tetap merupakan sebuah pilihan terbuka untuk surat-surat penjara lainnya. Mereka yang terus menganut pandangan bahwa Roma merupakan tempat penulisan surat-surat ini menganggap bahwa alasan-alasan yang dikemukakan untuk kota-kota yang lain itu tidak meyakinkan, dan mereka menunjuk kepada kebenaran dari kisah tradisi zaman gereja mula-mula dan kepada teologi yang lebih berkembang (khususnya) untuk kasus surat Kolose dan Efesus. Mungkinkah surat ini ditulis sedini masa pelayanan di Efesus?
Kepenulisan. Bahwa Paulus merupakan penulis surat ini masih tetap disangkal di kalangan tertentu, tetapi pandangan mayoritas berlawanan. Beberapa orang peneliti, terpengaruh oleh kenyataan bahwa seperempat surat Kolose ini terdapat juga di dalam surat Efesus, telah menganggap surat ini sebagai perluasan dari sebuah korespondensi Paulus. Namun, hubungan di antara kedua surat ini secara paling mudah dan memadai dijelaskan sebagai - sadar atau tidak sadar - hasil pikiran sang rasul sendiri ketika ia menulis tentang pokok yang sama.
Keberatan-keberatan utama terhadap pendapat bahwa Pauluslah penulisnya adalah: (1) Pikiran dan penekanan dalam surat ini tidak sesuai dengan yang terdapat dalam Roma, Korintus dan Galatia; (2) Ajaran sesat yang beredar di Kolose mustahil sudah berkembang dengan begitu cepat. Bagaimanapun juga adalah salah untuk menggambarkan Paulus seakan-akan pikirannya terkekang; situasi yang berubah merupakan jawaban yang memuaskan untuk menerangkan terjadinya perubahan tema dan kosakata. Aneka penelitian akhir-akhir ini telah menunjukkan secara cukup meyakinkan bahwa Gnostik, setidak-tidaknya dalam bentuk awalnya yang muncul di Kolose, sudah merupakan kekuatan yang harus diperhitungkan pada abad pertama. Suara bulat dari tradisi gereja mula-mula bersatu dengan mayoritas pakar masa kini dalam menegaskan keaslian surat ini; kita dapat meyakini kebenaran keputusan ini.
Aneka Tema dan Perkembangan Pemikiran. Susunan surat ini mengikuti pola Paulus yang sudah dikenal yang di dalamnya terdapat bagian doktrin (yang harus dipercayai) yang dilanjutkan dengan nasihat (bagaimana harus bertindak). Untuk melawan ajaran palsu, Paulus menekankan sifat agung dari ketuhanan Yesus Kristus serta maknanya bagi orang-orang yang telah dipersatukan dengan Dia. Sebagai Tuhan atas ciptaan Yesus merupakan ujud Tuhan yang sempurna; selaku Kepala Gereja dan Pendamai umat-Nya. Dia secara efektif menjadi perantara melalui penebusan dosa untuk menghubungkan manusia dengan Allah (1:15-22; 2:9). Untuk membuktikan bahwa Yesus saja cukup sebagai satu-satunya Tuhan dan Penebus (berlawanan dengan Gnostik yang menggantinya dengan disiplin-disiplin yang diharapkan dapat menebus dan suatu pleroma atau kelimpahan kekuatan yang menjadi perantara), Paulus menekankan kedua aspek dari watak Kristus tersebut.
Yang penting dalam hal ini ialah konsep mengenai tubuh Kristus yang pasti cukup dikenal jemaat di Kolose (1;18, 24; 2:17; 3:15). Hubungan yang misterius dan unik ini, yang terpisah dari hubungan yang lain menjadikan anatema suatu keyakinan atau praktik yang menggantikan kedudukan sentral Yesus sebagai Penebus dan Penyempurna umat-Nya. "Tubuh Kristus" merupakan sebuah tema yang tertanam sangat dalam di dalam sub-struktur teologi Perjanjian Baru. Sebagian orang berusaha menemukan asal-usulnya di dalam pemikiran Paulus, tetapi mungkin akar-akarnya terdapat di dalam ajaran Tuhan sendiri (bdg. Mrk. 14:58; Yoh. 2:19-22; E. E. Ellis, Paul's one of the Old Testament, hlm. 92). Anggota persekutuan yang dipandang sebagai bagian dari tubuh merupakan suatu kiasan yang asing di dunia Yunani, misalnya di kalangan Stoa. Sekalipun demikian, pemakaian gambaran ini oleh Paulus lebih daripada. sekadar kiasan dan harus dipahami di dalam kerangka konsep Ibrani yang kuno dan realistis tentang solidaritas bersama (lih. R. P. Shedd. Man in Community).
Di dalam I Kor. 12:12-21 "tubuh" (Kristus) dilukiskan secara lengkap dengan "kepala." Karena itu seorang Kristen dapat diumpamakan sebagai mata atau telinga dan juga sebagai tangan. Di dalam surat Kolose dan Efesus, di mana Kristus diumpamakan sebagai "kepala" dari tubuh, gambaran ini mula-mula kelihatannya mengalami perubahan yang hakiki. Jika demikian, gambaran yang berbeda itu merupakan suatu penyesuaian terhadap keinginan sang rasul untuk menekankan di dalam surat-surat ini hubungan yang akrab antara Kristus dengan umat-Nya dan bukan hanya suatu perkembangan yang sudah lama dari konsepnya yang terdahulu. Gambaran-gambaran yang dipakai oleh Paulus harus dipahami dalam kerangkanya sendiri-sendiri dan "sebuah analisis tunggal terhadap konsepnya secara menyeluruh akan sama bergunanya untuk menafsirkan tulisan sang rasul dengan sebuah buldozer untuk mengolah sebuah taman mini" (A Farrar, The Glass of Vision, hlm. 45).
Sekalipun demikian, mungkin sekali Kepala ilahi ini sama sekali bukan gambaran yang berbeda dengan "Tubuh" tadi, melainkan justru suatu gambaran yang melengkapi. Konsep mengenai Kristus sebagai Kepala (kephale) Gereja disamakan dengan konsep dalam I Korintus 11:3, "Kepala dari tiap-tiap laki-laki." Lebih spesifik lagi: "Suami adalah kepala istri sama seperti Kristus adalah kepala jemaat. Dialah yang menyelamatkan tubuh" (Ef. 5:23). Gambaran tentang "Kepala," yang berkenaan dengan Kristus dan Gereja, harus dipahami dengan analogi suami istri. Gambaran ini mengungkapkan kesatuan Kristus dengan Gereja, sebab suami dan istri adalah "satu daging." Tetapi, yang lebih penting lagi, gambaran ini melukiskan perbedaan Kristus dengan Gereja, kewenangan Kristus atas Gereja dan tindakan-Nya menebus Gereja (bdg. 2:10). Definisi Gereja sebagai perluasan dari Inkarnasi kurang mencerminkan aspek kiasan Paulus ini.
Di dalam tulisan-tulisan Paulus hubungan orang Kristen dengan zaman baru dipandang sebagai peristiwa yang sudah lalu dan sebagai suatu harapan pada masa mendatang. Pada masa lalu, orang-orang Kristen disalibkan bersama dengan Kristus, dibangkitkan untuk hidup yang baru, dipindahkan ke dalam kerajaan-Nya, dimuliakan dan didudukkan di samping-Nya di surga (Ef. 2:5-7; Kol. 1:13, 2:11-13; Rm. 8:30). Sekalipun demikian, menjelang akhir hidupnya, Paulus mengungkapkan kerinduannya untuk mengenal Dia dan kuasa kebangkitan-Nya dan persekutuan dalam penderitaan-Nya, di mana aku menjadi serupa dengan Dia dalam kematian-Nya, supaya aku akhirnya beroleh kebangkitan dari antara orang mati" (Flp. 3:10-11). Makna dari berbagai perspektif kronologis yang berbeda ini, dan hubungan mereka, sangatlah penting untuk memahami cara berpikir Paulus (E. E. Ellis.Paul and his Recent Interpreters, hlm. 37-40). Singkatnya, dapat dikemukakan bahwa konsep mengenai Tubuh Kristus merupakan petunjuk untuk memahami cara berpikir Paulus tersebut. Ketika Paulus berbicara tentang orang-orang Kristen yang sudah mati dan bangkit untuk hidup baru, dia berbicara tentang suatu realitas bersama yang dialami oleh Yesus secara pribadi pada tahun 30 M, tetapi sebagai perantara bagi orang Kristen secara bersama melalui Roh yang diam di dalam mereka. Setelah menyatu dengan tubuh Kristus dan ditetapkan untuk secara pribadi menjadi serupa dengan Kristus, orang Kristen sekarang harus mewujudkan di dalam kehidupan pribadinya suatu kehidupan "di dalam Kristus," yang ke dalamnya dia sudah dibawa. Sementara diri di dalam kefanaannya akan "mengenakan yang tidak dapat mati" pada saat parousia kedatangan Tuhan kembali (I Kor. 15:51-54), diri di dalam perwujudan moral dan psikologisnya mulai mengaktualisasikan berbagai realitas zaman baru di dalam kehidupan saat ini: "Apabila kamu telah mati bersama-sama dengan Kristus . . . mengapakah kamu menaklukkan dirimu kepada rupa-rupa peraturan?" "Kalau kamu dibangkitkan bersama dengan Kristus, carilah perkara yang di atas." "Kamu telah menanggalkan manusia Lama . . . dan telah mengenakan manusia baru" (2:20; 3:1, 9, 10). Watak dan pikiran Kristus dan di dalam kebangkitan-Nya, hidup-Nya yang tidak bisa mati harus direalisasikan di dalam Tubuh-Nya. Di dalam kerangka inilah "nasihat" Paulus tampak terkait erat dengan ajaran teologi.
Wycliffe: Kolose (Garis Besar) GARIS BESAR KOLOSE
I. Pendahuluan (1:1, 2)
II. Sifat dari Ketuhanan Kristus (1:3-2:7)
A. Ucapan Syukur Atas Iman Jemaat di Kolo...
GARIS BESAR KOLOSE
- I. Pendahuluan (1:1, 2)
- II. Sifat dari Ketuhanan Kristus (1:3-2:7)
- A. Ucapan Syukur Atas Iman Jemaat di Kolose Dalam Kristus (1:3-8)
- B. Doa Agar Mereka Bertumbuh di Dalam Kristus (1:9-14)
- C. Kristus Sebagai Tuhan (1:15-19)
- D. Kristus Sebagai Pendamai dari Allah (1:20-23)
- E. Paulus: Hamba Kristus untuk Pendamaian (1:24-29)
- 1. Ikut Berbagi Penderitaan Kristus (1:24)
- 2. Pembawa Berita Tentang Rahasia Kristen (1:25-27)
- 3. Pengajar Orang-orang Kudus (1:28, 29)
- F. Keprihatinan Paulus Terhadap Orang Kristen di Lembah Likhus (2:1-7)
- III. Ketuhanan Kristus dan Ajaran Palsu di Kolose (2:8-3:4)
- A. Kecukupan Mutlak dari Kristus (2:8-15)
- 1. Kristus: Tuhan Atas Segala Pemerintah dan Penguasa (2:8-10)
- 2. Kristus: Sumber Kehidupan Baru Orang Kristen (2:11-14)
- 3. Kristus: Pemenang Atas Segala Kuasa di Bumi (2:15)
- B. Berbagai Praktik Jemaat Kolose yang Bersifat Menyangkal Ketuhanan Kristus (2:16-19)
- 1. Keterikatan pada Ritual, Kemunduran ke Masa Lain (2:16, 17)
- 2. Tunduk kepada Kekuatan-Kekuatan Seperti Malaikat, Meninggalkan Kristus (2:18, 19)
- C. Berbagai Praktik Jemaat Kolose yang Bertentangan dengan Kehidupan Bersama Mereka Dalam Kristus (2:20-3:4).
- IV. Ketuhanan Kristus Dalam Kehidupan Kristen (3:5-4:6)
- A. Kewajiban Kristiani: Amalkan Secara Pribadi Kenyataan Hidup "di Dalam Kristus" (3:5-17)
- B. Ketetapan-ketetapan Khusus (3:18-4:6)
- V. Penutup
BIS: Kolose (Pendahuluan Kitab) SURAT PAULUS KEPADA JEMAAT DI KOLOSE
PENGANTAR
Kolose adalah sebuah kota di Asia Kecil, sebelah timur kota Efesus. Bukan Paulus
yang mendirikan jema
SURAT PAULUS KEPADA JEMAAT DI KOLOSE
PENGANTAR
Kolose adalah sebuah kota di Asia Kecil, sebelah timur kota Efesus. Bukan Paulus yang mendirikan jemaat di Kolose ini, tetapi ketika ia mengutus pekerja-pekerja dari Efesus, ibukota sebuah provinsi Roma di Asia Kecil, ia merasa bertanggung jawab juga atas jemaat di Kolose itu. Paulus sudah menerima berita bahwa di dalam jemaat itu ada guru-guru yang mengajar ajaran-ajaran yang salah. Guru-guru itu berkeras bahwa untuk mengenal Allah dan diselamatkan dengan sempurna, orang harus menyembah "roh-roh yang menguasai dan memerintah semesta alam". Di samping itu, kata guru-guru itu, orang haruslah pula taat menjalankan peraturan- peraturan sunat, pantangan dan lain sebagainya.
Surat Paulus Kepada Jemaat di Kolose ini ditulis untuk mengemukakan ajaran Kristen yang benar dan menentang ajaran-ajaran salah yang diajarkan oleh guru-guru palsu itu. Inti sari surat ini ialah bahwa Yesus Kristus sanggup memberi keselamatan yang sempurna dan bahwa ajaran-ajaran yang lainnya itu hanya menjauhkan orang dari Kristus. Melalui Kristus, Allah menciptakan dunia ini, dan melalui Kristus pula Allah menyelamatkannya. Hanyalah melalui bersatu dengan Kristus, dunia mempunyai harapan untuk diselamatkan. Selanjutnya Paulus menguraikan hubungan antara ajaran yang agung itu dengan kehidupan orang Kristen.
Perlu dikemukakan di sini bahwa Tikhikus -- yang membawa surat ini ke Kolose untuk Paulus -- ditemani oleh Onesimus, hamba yang disuruh oleh Paulus untuk kembali kepada tuannya, yaitu Filemon, seorang anggota jemaat di Kolose.
Isi
- Pendahuluan
Kol 1:1-8 - Sifat dan peranan Kristus
Kol 1:9-2:19 - Hidup baru yang dialami orang-orang Kristen
Kol 2:20-4:6 - Penutup
Kol 4:7-18
Ajaran: Kolose (Pendahuluan Kitab)
Tujuan
Supaya orang-orang Kristen mengerti tentang keunggulan agama Kristen (Injil)
dari semua ajaran-ajaran yang dibuat oleh manusia, seperti alira
Tujuan
Supaya orang-orang Kristen mengerti tentang keunggulan agama Kristen (Injil) dari semua ajaran-ajaran yang dibuat oleh manusia, seperti aliran kepercayaan, filsafat, dan agama-agama lainnya.
Pendahuluan
Penulis : Rasul Paulus.
Tahun : Sekitar tahun 61 sesudah Masehi.
Penerima : Jemaat Kristen di kota Kolose (Dan juga semua jemaat Kristen di seluruh dunia). Di kota Kolose ada 3 ajaran palsu:
- Ajaran palsu tentang sunat (Kol 2:11) dan tentan peraturan ibadah (Kol 2:16). Ajaran-ajaran in sebenarnya bukanlah dasar bagi keselamatan.
- Ajaran palsu tentang kehidupan keagamaan, yang palsu (dibuat ole manusia dan bukan dari Allah -- Kol 2:8,21-23).
- Ajaran palsu tentang kebatinan orang Timur (Kol 2:18,23).
Isi Kitab: Kitab Kolose terbagi atas 4 pasal. Di dalamnya kita dapat melihat dengan jelas keunggulan Tuhan Yesus dari agama-agama lain di dunia.
I. Ajaran-ajaran utama dalam Kitab Kolose
Pasal 1 (Kol 1:1-14).
Salam dari Paulus kepada orang Kristen di Kolose dan seluruh dunia
Dalam bagian ini, Rasul Paulus memberikan salam dan doa agar orang-orang Kristen membuahkan perbuatan baik, sabar dan tekun dalam menanggung sesuatu, karena Allah telah melepaskan orang Kristen dari kuasa kegelapan, yaitu pengampunan dosa melalui Tuhan Yesus Kristus.
Pendalaman
Bacalah pasal Kol 1:9-14. _Tanyakan_: Apakah isi doa Rasul Paulus? Dan bagaimana isi doa saudara? (lihat ayat 9-10; Kol 1:9-10). Mengapakah orang Kristen harus mengucap syukur? (ayat 12; Kol 1:12). Di dalam siapakah orang Kristen mendapat pengampunan? (ayat 13; Kol 1:13).
Pasal 1 (Kol 1:15-29).
Pengajaran tentang keunggulan Kristus
Dalam bagian ini dijelaskan bahwa Yesus Kristus lebih unggul dari segala sesuatu, karena segala sesuatu ada dari Dia. Melalui Yesus Kristus, manusia yang sudah jauh dari Allah kini menjadi dekat, karena telah diperdamaikan-Nya.
Pendalaman
Bacalah pasal Kol 1:15-23. _Tanyakan_: Sebutkanlah keunggulan Kristus dalam ayat ini! Siapakah yang dimusuhi kalau manusia berbuat jahat? (ayat 21; Kol 1:21). Siapakah yang menguduskan orang Kristen? (ayat 22; Kol 1:22). Apakah yang dikatakan Rasul Paulus setelah menguraikan keunggulan Kristus? (ayat 23; Kol 1:23).
Pasal 2 (Kol 2:1-23).
Pengajaran tentang keunggulan agama Kristen
Dalam bagian ini dijelaskan bahwa, keunggulan agama Kristen adalah karena di dalamnya kita dapat mengenal rahasia Allah, yaitu Yesus Kristus, karena di dalam Kristus ada penebusan dosa dan kepastian keselamatan.
Pendalaman
- Bacalah pasal Kol 2:11-14. _Tanyakan_: Apakah arti sunat yang benar?
- Bacalah pasal Kol 2:18,21-23. _Tanyakan_: Apakah perintah Tuhan tentang makanan, hari-hari perayaan, dan bulan baru? Bagaimanakah sikap saudara? Apakah saudara masih mau hidup di bawah Hukum Taurat?
Pasal 3-4 (Kol 3:1-4:18).
Pengajaran tentang keunggulan panggilan Kristen
Dalam bagian ini dijelaskan bahwa panggilan Kristen adalah untuk menjadikan setiap orang menjadi manusia baru. Baru dalam arti kehidupan sehari-hari dan baru dalam hubungan dengan Allah.
Pendalaman
- Bacalah pasal Kol 3:5,8-9,12-17; 3:18-4:6. _Tanyakan_: Apa yang harus dimatikan menurut ayat (Kol 3:5)? Berdasarkan ayat 8-9 (Kol 3:8-9), apakah yang harus dibuang? Berdasarkan ayat 12-17 (Kol 3:12-17), apakah yang haru dikenakan orang Kristen? Berdasarkan ayat 18-4:6 (Kol 3:18-4:6), bagaimanakah sika seorang istri terhadap suami, dan suami terhadap istrinya?
II. Kesimpulan
Melalui Kitab Kolose dapatlah diketahui dengan jelas bahwa Kekristenan melebihi segala sesuatu di dunia ini, sebab Kristus adalah pencipta segala sesuatu dan pendamai manusia dengan Allah.
Pertanyaan-pertanyaan yang Dapat Digunakan untuk Tanya Jawab
- Apakah keunggulan Tuhan Yesus?
- Siapakah penulis Kitab Kolose?
- Mengapakah Kekristenan lebih unggul dari agama lain?
Intisari: Kolose (Pendahuluan Kitab) Kedewasaan dan perbudakan
DUA PUCUK SURAT DAN EMPAT ORANG.Ketika Tikhikus dikirim oleh Paulus ke Kolose, ia membawa tiga hal bersamanya: surat untuk
Kedewasaan dan perbudakan
DUA PUCUK SURAT DAN EMPAT ORANG.
Ketika Tikhikus dikirim oleh Paulus ke Kolose, ia membawa tiga hal bersamanya: surat untuk orang Kolose; Onesimus, seorang budak yang melarikan diri dari majikannya, Filemon yang tinggal di Kolose; dan sepucuk surat kepada Filemon dari Paulus.
GEREJA DI KOLOSE.
Kota Kolose terletak di pedalaman kira-kira 100 mil dari pelabuhan Efesus. Gereja di Kolose mungkin dimulai sebagai akibat khotbah Paulus di Efesus. Lukas menuliskan bahwa pada masa itu 'semua yang tinggal di propinsi Asia telah mendengar firman Tuhan' (Kis 19:10). Namun demikian, Paulus sendiri tidak pernah pergi ke sana (Kol 2:1). Kemungkinan terbesar gereja itu di mulai karena Epafras (Kol 1:7) yang rupanya datang dari Kolose (Kol 4:12).
Epafras ada bersama dengan Paulus pada waktu Paulus menulis surat-surat ini, sehingga ia mendapat informasi tentang keadaan di gereja Kolose darinya.
WAKTU PENULISAN.
Dua surat ini ditulis dari penjara (Kol 4:10 dan (File 1), tetapi waktu penulisan tergantung pada tempat Paulus dipenjarakan. Efesus, salah satu kemungkinan. Letak kota itu cukup dekat sehingga masuk akal untuk dapat ditempuh oleh pelarian seperti Onesimus. Paulus tampaknya menyatakan bahwa ia pernah di penjara di Efesus (1Kor 15:32). Roma merupakan kemungkinan lain, tetapi mungkinkah seorang budak melarikan diri ke Roma, langsung masuk ke mulut singa. Pula, melawan anggapan bahwa surat ini ditulis di Roma, adalah fakta bahwa ketika ia sedang berada dalam penjara, ia berharap untuk dilepaskan dan pergi ke barat, ke Spanyol, bukan ke timur, yaitu ke Kolose (File 1:22). Jika surat-surat ini ditulis di Efesus, maka tahun penulisan adalah 55-6 M, pada waktu perjalanan penginjilan Paulus yang ketiga (Kis 19); jika ditulis di Roma, maka waktu penulisan ialah sekitar tahun 63 M.
MENGAPA SURAT-SURAT INI DITULIS?
Kedua surat ini sebenarnya ditujukan kepada seluruh gereja (Kol 1:2, File 1:2). Bahkan kita dapat menyebutnya 'surat Kolose satu dan dua'! 1. Paulus menulis surat Kolose sebab ada ajaran sesat yang diajarkan dan harus diperbaikinya. Kita tidak begitu tahu ajaran apa itu, tetapi mereka mempunyai pendapat yang aneh tentang kedewasaan Kristen, mereka memikirkan adanya syarat-syarat berupa pantangan-pantangan makan, hari-hari suci dan bahkan penyembahan kepada para malaikat (Kol. 2:16-23). 2. Onesimus, rupa-rupanya adalah seorang budak yang tidak berguna yang pada akhirnya melarikan diri (mungkin karena ia telah mencuri sesuatu, File 1:18). Ia bertemu Paulus di penjara. Ia menjadi seorang Kristen, mungkin Paulus yang membawanya kepada Kristus (Flm. 10). Saat itulah, untuk pertama kali dalam kehidupannya ia benar-benar hidup baru sesuai dengan arti namanya, "Onesimus', 'Berguna'!
Ia benar-benar menjadi orang yang berguna, Paulus mengirimkannya kembali ke majikannya dengan sepucuk surat. Ia memang memerlukan surat itu: seorang budak yang melarikan diri dapat dimeteraikan dengan huruf 'P' yang berarti 'Pelarian'... ia dapat disalibkan. Apa yang diharapkan oleh Paulus adalah perdamaian kedua bersaudara itu.
Pesan
1. Ada kesalahan yang harus diperbaiki.Jemaat Kristen di Kolose tidak mengerti tentang Keallahan Kristus, oleh
karenanya mereka tidak mengerti bahwa segala sesuatu yang mereka perlukan dapat
ditemukan di dalam Yesus.
Paulus menunjukkan kesalahan mereka:
o Secara doktrin... pasal 1 dan 2
o Secara praktis... pasal 3 dan 4
2. Kedewasaan harus dicari.
o Kedewasaan mulai dari adanya pandangan terhadap kekekalan. Kol 3:1-4
o Kedewasaan mempunyai aspek negatif dan positif:
- hal yang negatif, matikan Kol 3:5-7, tanggalkan. Kol 3:8-9
- haI yang positif, pakailah. Kol 3:10-14
o Kedewasaan mempunyai dua wasit yang dapat dipercaya:
- damai sejahtera Kristus. Kol 3:15
- perkataan Kristus. Kol 3:15-17
3. Kedewasaan berhubungan dengan dunia nyata.
Jemaat Kolose berpendapat bahwa kedewasaan adalah ketaatan pada agama. Paulus
menghubungkannya dengan hubungan-hubungan:
o Suami dan istri. Kol 3:18-19
o Anak-anak dan orang-tua. Kol 3:20-21
o Hamba dan majikan. Kol 3:22-25
4. Kekristenan berhubungan dengan akar, bukan dengan buah.
Seringkali dikatakan bahwa sebenarnya Alkitab mendorong perbudakan. Hal itu
tidak benar. Tetapi, perhatikan bagaimana Kristus menangani masalah perbudakan:
o Tidak dengan menimbulkan revolusi politik yang dapat mengakibatkan kematian
dan penderitaan banyak orang, tetapi dengan membuat perubahan secara pribadi
sehingga Filemon, pemilik budak, dan Onesimus sebagai budak, menjadi -
- pengikut Yesus
- bersaudara di dalam Kristus
- sahabat, bukan musuh
o Revolusi mengubah keadaan di luar,tetapi tidak keadaan di dalam; keselamatan
mengubah segalanya!
5. Kekristenan mengutamakan kerendahan hati, bukan kekuasaan.
Paulus adalah seorang rasul, oleh karena itu mengapa ia tidak memerintahkan saja
Filemon mengampuni Onesimus?
o Paulus harus bertindak sebagai seorang saudara (Flm. 9), sebab ia mengharapkan
bahwa Filemon juga bertindak sebagai seorang saudara.
o Keangkuhan adalah dosa yang ada di balik sebutan majikan pada seseorang dan
pada orang lain sebagai budak. Kekerasan mengakibatkan kekerasan yang makin
keras, keangkuhan mendorong timbulnya keangkuhan yang makin angkuh.
Kerendahan hati merupakan kebajikan paling rumit: pada saat Anda sadar Anda
sudah memilikinya,... Anda telah kehilangan dia!
Penerapan
Kedewasaan
1. Kedewasaan adalah tema utama dalam surat Kolose.
Perhatikan ayat kunci, Kol 1:28 'Dialah yang kami beritakan, apabila tiap-tiap orang kami nasihati dan tiap-tiap orang kami ajari dalam segala hikmat, untuk memimpin tiap-tiap orang kepada kesempurnaan (kedewasaan) di dalam Kristus'.
o Cakupannya adalah menyeluruh: setiap Kristen harus menuju kepada kedewasaan.
o Sumbernya adalah Kristus, Paulus menyatakan kepada Kristen tentang Kristus, dengan harapan agar mereka mengikuti teladan Kristus.
o Buktinya tampak dalam hubungan sosial: Kristen yang dewasa akan mempunyai hubungan yang baik dengan suami atau istri, dengan anak-anak dan dengan majikan atau karyawannya.
2. Sikap dewasa adalah yang Paulus harapkan pada Filemon.
Kristen dewasa tidak berperilaku seperti orang lain. Seperti Kristus mengampuni Filemon, ia juga harus mengampuni Onesimus; tetapi hal ini mungkin akan merupakan kejutan bagi kawan-kawannya!
Tema-tema Kunci
1. Kata 'semua'.
Pemakaian kata 'semua' yang diulang berkali-kali oleh Paulus merupakan suatu peringatan tentang apa yang ditekankannya mengenai kedewasaan, Kristen yang sepenuh hati. Kata Yunani tersebut diterjemahkan dalam beberapa istilah: selalu, semua orang kudus, seluruh dunia, berkenan kepada-Nya dalam segala hal, setiap perbuatan baik, segala sesuatu. Kata ini muncul sebanyak 38 kali. Telitilah di mana kata-kata itu ditulis dan pelajarilah maknanya dalam pengertian kita tentang siapa Kristus itu, apa yang Kristus telah lakukan dan bagaimana kita harus berperilaku.
2. Peran kita dalam mencapai kedewasaan.
Paulus memakai tiga kata 'perintah yang sangat mendesak' atau untuk menjelaskan apa yang harus kita lakukan untuk menjadi dewasa:
o 'Buanglah' Kol 3:8-9
o 'Kenakanlah' Kol 3:12
Kata 'buanglah' dan 'kenakanlah' dipakai dalam bahasa Yunani yang berarti menanggalkan baju kotor pada malam hari dan mengenakan baju bersih pada pagi hari. Pelajarilah Kol 3:1-14 dengan saksama. Mengapa saya berdosa? Mengapa saya terus melakukan dosa? Bagaimana saya dapat berhenti berdosa?
3. Peran Kristus dalam keselamatan kita.
Untuk memungkinkan kita melakukan peran kita menjadi dewasa, Kristus telah terlebih dahulu mengawali peranannya dalam menyelamatkan kita. Carilah enam langkah dalam penyelamatan kita dalam Kol 2:13-15.
4. Pohon oak yang besar dari bijinya yang kecil.
Filemon merupakan surat pribadi yang sangat pendek, hanya 335 kata Yunani dalam naskah aslinya. Mengapa surat itu dimasukkan ke dalam Alkitab? Ya, oleh karena Tuhan menginginkannya dalam Alkitab! Tetapi, ada alasan manusiawi lainnya yang menarik. Ada kemungkinan Onesimus akan mengakhiri hidupnya bukan sebagai seorang budak, bahkan bukan pula hanya sebagai seorang bebas, tetapi sebagai seorang uskup di Efesus. Pada permulaan abad kedua seorang Kristen yang terkenal bernama Ignatius menulis surat kepada gereja di Efesus dan menyebut nama Uskup Onesimus, bahkan menuliskan juga arti namanya, 'Berguna'! Dari seorang budak pelarian menjadi uskup! Carilah dalam Alkitab dan pelajarilah kehidupan orang-orang lain yang telah dibawa oleh Tuhan dari keadaan tidak dikenal menjadi terkenal... Gideon? Daud? Petrus? Yang lainnya?
Garis Besar Intisari: Kolose (Pendahuluan Kitab) KOLOSE
[1] PAULUS DAN JEMAAT KRISTEN KOLOSE Kol 1:1-14
Kol 1:1-2Salam
Kol 1:3-8Apa yang telah kami dengar tentang kamu
Kol 1:9-14Apa yang kami
KOLOSE
[1] PAULUS DAN JEMAAT KRISTEN KOLOSE Kol 1:1-14
Kol 1:1-2 | Salam |
Kol 1:3-8 | Apa yang telah kami dengar tentang kamu |
Kol 1:9-14 | Apa yang kami doakan untuk kamu |
[2] KEAGUNGAN YESUS Kol 1:15-29
Kol 1:15-20 | Siapakah Yesus |
Kol 1:21-23 | Apa yang telah Yesus lakukan |
Kol 1:24-29 | Kristus di dalam kamu, harapan kemuliaan |
[3] YESUS: CUKUP UNTUK SETIAP KEBUTUHAN Kol 2:1-23
Kol 2:1-7 | Dipersatukan, diperlengkapi, berdiri teguh |
Kol 2:8-15 | Apa yang telah Kristus lakukan bagi kita |
Kol 2:16-23 | Hidup seperti mereka yang telah mati bersama Kristus |
[4] PERLENGKAPAN BARU Kol 3:1-4:6
Kol 3:1-4 | Hiduplah seperti mereka yang telah dibangkitkan bersama Kristus |
Kol 3:5-9 | Menanggalkan pakaian lama |
Kol 3:10-17 | Memakai pakaian baru |
Kol 3:18-4:1 | Sesuaikan pakaian itu |
Kol 4:2-6 | Berbicara kepada Allah dan manusia: berdoa dan bersaksi |
[5] BEGITU BANYAK TEMAN Kol 4:7-18
Kol 4:7-9 | Dua orang teman akan datang kepadamu |
Kol 4:10-14 | Enam orang tetap tinggal bersamaku |
Kol 4:15-17 | Salam dan dorongan semangat |
Kol 4:18 | Jangan lupakan saya... di penjara |
Bank BCA Cabang Pasar Legi Solo - No. Rekening: 0790266579 - a.n. Yulia Oeniyati
Kontak | Partisipasi | Donasi