Teks -- Hakim-hakim 17:6 (TB)
Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per frasa)
Full Life -> Hak 17:6
Full Life: Hak 17:6 - SETIAP ORANG BERBUAT ... MENURUT PANDANGANNYA.
Nas : Hak 17:6
Orang yang melakukan apa yang benar menurut pandangannya sendiri
sudah pasti akan melakukan perkara yang jahat dipandangan Allah (bd...
Nas : Hak 17:6
Orang yang melakukan apa yang benar menurut pandangannya sendiri sudah pasti akan melakukan perkara yang jahat dipandangan Allah (bd. Hak 2:11; 4:1; 6:1; 10:6). Sikap yang ingkar akan hukum ini adalah sama lazim pada zaman kita ini seperti pada masa Mikha. Orang mau berbuat sekehendak hatinya sendiri dan merasa tersinggung bila diberi tahu apa yang dapat dan yang tidak dapat mereka lakukan -- bahkan oleh Allah dan Firman-Nya. Orang yang mengabaikan standar-standar mutlak Allah demi keinginan manusiawi yang subyektif akhirnya akan mengalami kekacauan rohani, moral, dan sosial. Pada pihak lain, orang percaya sejati akan dengan senang hati tunduk kepada standar-standar dan pendirian Allah sebagaimana dinyatakan dalam Firman-Nya yang tertulis.
Jerusalem -> Hak 17:1--21:25; Hak 17:1--18:31
Jerusalem: Hak 17:1--21:25 - -- Kedua kisah yang termasuk dalam bagian ini, bab Hak 17:1-18:31 dan bab Hak 19:21, berbeda-beda asal-usulnya. Ceritera-ceritera itu ditambahkan pada ki...
Kedua kisah yang termasuk dalam bagian ini, bab Hak 17:1-18:31 dan bab Hak 19:21, berbeda-beda asal-usulnya. Ceritera-ceritera itu ditambahkan pada kitab Hakim oleh karena mengenai peristiwa-peristiwa yang terjadi di zaman sebelum masa para raja. Mungkin bab-bab ini ditambahkan pada kitab Hakim sesudah masa pembuangan.
Jerusalem: Hak 17:1--18:31 - -- Kedua bab ini terutama menceritakan tentang tempat kudus suku Dan yang mereka dirikan dan tentang asal-usul para imam yang bertugas di situ. Tradisi i...
Kedua bab ini terutama menceritakan tentang tempat kudus suku Dan yang mereka dirikan dan tentang asal-usul para imam yang bertugas di situ. Tradisi itu pasti dari suku Dan. Namun demikian tindakan suku Dan itu dikutuk: berhala yang ditempatkan di tempat kudus itu adalah hasil pencurian rangkap dua; para imam tempat kudus itu berasal dari seorang Lewi yang bertualang dan meninggalkan majikannya untuk mengejar keuntungan lebih besar. Penilaian negatip tsb barangkali berasal dari petugas-petugas bait Allah kerajaan di Dan, yang didirikan raja Yerobeam; iapun mengangkat imam-imam lain sebagai petugas, 1Ra 12:28-31. Catatan-Catatan yang tercantum dalam Hak 17:6; 18:1 (yang mengambil sikap positip terhadap jabatan raja, padahal tradisi Ulangan tidak senang dengannya) mengenai wewenang raja dalam hal peribadatan. Kisah ini disambung dengan kisah mengenai suku Dan yang berpindah tempat, Hak 18:1+.
Ref. Silang FULL -> Hak 17:6
Ref. Silang FULL: Hak 17:6 - ada raja // menurut pandangannya · ada raja: Hak 18:1; 19:1; 21:25
· menurut pandangannya: Ul 12:8; Ul 12:8
· ada raja: Hak 18:1; 19:1; 21:25
buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry -> Hak 17:1-6
Matthew Henry: Hak 17:1-6 - Mikha dan Ilah-ilahnya
Semua orang setuju bahwa apa yang dipaparkan di dalam pasal ini, dan pasal-pasal berikutnya sampai kepada akhir kitab ini, tidak berlangsung setela...
- Semua orang setuju bahwa apa yang dipaparkan di dalam pasal ini, dan pasal-pasal berikutnya sampai kepada akhir kitab ini, tidak berlangsung setelah Simson, seperti yang tampak pada penceritaannya, tetapi jauh sebelum, bahkan segera setelah kematian Yosua, yakni pada masa Pinehas bin Eleazar (20:28). Namun demikian, kisah-kisah ini dimuat di sini, di bagian akhir kitab ini, supaya tidak mengganggu alur kisah sejarah hakim-hakim. Agar terlihat bahwa bangsa itu begitu bersukacita pada masa hakim-hakim masih berkuasa, pada bagian ini ditampilkan bahwa mereka begitu berdukacita ketika hakim-hakim sudah tidak ada lagi.
- I. Pada masa itu, dimulailah penyembahan berhala dalam keluarga Mikha (ay. 1-13).
- II. Pada masa itu, penyembahan berhala menyebar ke suku Dan (ps. 18).
- III. Pada masa itu, kekejian diperbuat di Gibea kepunyaan suku Benyamin (ps. 19).
- IV. Pada masa itu, seluruh orang suku Benyamin dibinasakan karena membiarkan kekejian itu terjadi (ps. 20).
- V. Pada masa itu, suatu langkah ganjil diambil untuk menjaga agar suku Benyamin tidak punah (ps. 21).
- Oleh sebab itu, diberkatilah Allah atas pemerintahan yang di bawahnya kita bernaung! Di dalam pasal ini, dikisahkan bagaimana Mikha, orang Efraim itu, memperlengkapi dirinya.
Mikha dan Ilah-ilahnya (17:1-6)
- Dalam ayat-ayat di atas kita mendapati,
- I. Mikha dan ibunya berselisih.
- 1. Sang anak merampok ibunya. Perempuan tua itu telah mengumpulkan, setelah sekian lama mengais dan berhemat, sejumlah besar uang, yakni seribu seratus uang perak banyaknya. Kemungkinan sang ibu berniat mewariskannya kepada anak laki-lakinya itu setelah ia meninggal dunia, tetapi pada saat ini, ia merasa bahagia melihat uang perak itu dan menghitung-hitungnya. Sang pemuda mempunyai keluarga dengan anak-anak yang sudah besar, karena salah seorang anaknya yang cukup usia ditahbiskannya menjadi imam (ay. 5). Dia tahu di mana dapat menemukan uang ibunya itu. Pikirnya, ia lebih membutuhkan uang itu daripada ibunya, dan tidak bisa menunggu sampai ibunya itu mati, sehingga diam-diam mencurinya untuk dipakainya sendiri. Meskipun orangtua dianggap bersalah dengan menahan-nahan apa yang seharusnya diberikan kepada anak-anak dan membawa anak-anak itu ke dalam pencobaan dengan mengharapkan yang baik bagi mereka setelah mereka sendiri telah tiada, namun ini sama sekali tidak bisa dijadikan alasan bagi kejahatan anak-anak yang mencuri dari orangtua, dan menganggap semua yang dapat diperoleh dari orangtua adalah milik mereka, meskipun itu diperoleh melalui cara yang paling halus sekalipun.
- 2. Sang ibu mengutuki anaknya, atau siapa pun itu yang telah mencuri uangnya. Kelihatannya, dia mencurigai anaknya sebagai sang pelaku, karena pada waktu dia mengutuk, dia berbicara dengan lantang ke telinga anaknya itu dan dengan segenap amarah dan emosi yang menggebu-gebu, sampai-sampai kedua telinga anaknya berdenging. Lihatlah kejahatan yang terlahir akibat cinta uang, bagaimana itu menghancurkan kehormatan dan keindahan setiap ikatan hubungan. Cinta uanglah yang membuat Mikha begitu lancang terhadap ibunya sampai-sampai merampoknya, hingga ibunya itu begitu geram dan kehilangan kasih sayangnya sebagai ibu, dengan mengutuki anaknya, apabila betul anaknya itu yang mencuri dan menyimpan uangnya. Kehilangan hal-hal duniawi mendorong orang-orang saleh kepada doa-doa, tetapi menggiring orang-orang jahat kepada sumpah serapah. Uang perak perempuan ini sudah menjadi allahnya sebelum dijadikan patung pahatan atau patung tuangan, karena jika tidak, tentu kehilangan uang perak itu tidak akan menjadikannya begitu murka sehingga melupakan dan melanggar semua hukum keluhuran dan kesalehan. Alangkah bodohnya orang-orang yang terpancing untuk mengutuk seperti orang gila menembakkan panah api, panah dan maut, karena bisa saja mereka membakar orang-orang yang kekasih mereka sendiri.
- II. Mikha dan ibunya berdamai.
- 1. Sang anak sangat ketakutan dengan kutukan ibunya, sehingga ia pun mengembalikan uang itu. Meskipun budi pekertinya begitu rendah hingga ia tega mencuri uang ibunya, masih ada sedikit budi pekerti tersisa di dalam dirinya sehingga ia tidak berani tetap menyimpan uang itu ketika ibunya melontarkan kutukan. Ia sangsi bahwa uang ibunya akan berguna bagi dirinya tanpa berkat dari ibunya itu, pun dia tidak berani menyangkal pencurian yang telah dilakukannya, andaikata itu dituduhkan kepadanya, dan tidak berani tetap menyimpan uang itu ketika itu diminta oleh pemiliknya yang sah. Yang paling baik adalah tidak berbuat kejahatan, tetapi apabila itu telah diperbuat, maka yang paling baik adalah menghapuskannya dengan bertobat, mengaku salah, dan mengganti kerugian akibatnya. Biarlah anak-anak takut terhadap doa-doa orangtua yang menentang mereka, karena meskipun kutukan yang tidak berdasar tidak akan menjadi kenyataan, kutukan yang berdasar adalah kutukan yang layak ditakuti, meski itu diucapkan dengan geram dan kejam.
- 2. Sang ibu sangat bersukacita dengan pertobatan anaknya sehingga ia menarik kutukannya dan mengubahnya menjadi doa demi kesejahteraan anaknya: Diberkatilah kiranya anakku oleh Tuhan. Ketika orang yang telah bersalah melakukan suatu kejahatan dengan tulus dan tanpa paksaan mengakui perbuatannya, ia harus mendapat pujian karena pertobatannya dan bukan terus-menerus dikutuk serta dicela karena kesalahannya.
- III. Mikha dan ibunya sepakat mengubah uang perak itu menjadi allah dan menegakkan penyembahan berhala di tengah-tengah keluarga mereka. Ini tampaknya menjadi tindakan pemberontakan pertama orang Israel terhadap Allah dan terhadap ibadat yang telah ditetapkan-Nya sejak kematian Yosua serta para tua-tua yang masih hidup setelahnya. Karena itu kejadian ini secara khusus dikisahkan di sini. Lebih lanjut, meskipun ini sejatinya adalah penyembahan Allah yang sejati yang dilakukan melalui perantaraan sebuah patung, dan dengan demikian melawan perintah Allah yang kedua, tindakan ini membuka pintu bagi penyembahan allah-allah lain, yakni para Baal dan para Asyera, dan dengan demikian melawan perintah Allah yang pertama dan yang utama. Perhatikan,
- 1. Rekayasa sang ibu mengenai perkara ini. Ketika uang perak itu kembali kepadanya, ia bertindak seakan-akan ia telah menguduskan uang itu bagi Tuhan (ay. 3), entah pada waktu sebelum uang itu dicuri, sehingga ia beroleh alasan mengapa ia sungguh bersedih ketika uang itu hilang dan mengapa ia melaknatkan yang jahat kepada anaknya yang telah mengambilnya, karena uang itu adalah barang yang dikuduskan dan, karenanya, dikhususkan. Atau mungkin juga pada waktu setelah uang itu dicuri, ia baru mengucapkan janji itu, yakni apabila ia dapat memperolehnya kembali ia akan menguduskannya bagi Allah sebagai nazirnya, karena dengan penyelenggaraan-Nya uang itu kembali ke tangannya itu. “Mari,” sahutnya kepada anaknya, “uang itu memang milikku, tetapi engkau juga berhak atasnya. Biarlah bukan aku atau engkau yang memilikinya, tetapi biarlah kita berdua sepakat membuatnya menjadi patung untuk beribadah.” Andaikata ia betul memakai uang itu untuk melayani dan memuliakan Allah, maka ini tentu akan menjadi jalan tengah yang baik untuk menyelesaikan perkara di antara mereka berdua. Akan tetapi, pada kenyataannya, rancangannya busuk. Mungkin perempuan tua ini termasuk salah satu orang yang keluar dari Mesir, sehingga ia mau membuat patung-patung menurut apa yang telah dilihatnya di sana. Sekarang, ketika pikirannya mulai melemah, ia mengingat-ingat kebodohan masa mudanya, dan mungkin berkata kepada anaknya bahwa cara menyembah Allah melalui perantaraan patung ini, menurut pemahamannya, sesuai dengan agama di masa lampau.
- 2. Kepatuhan sang anak kepadanya. Kelihatannya, pada waktu ia mengutarakan gagasannya untuk membuat patung, anaknya sontak terkejut mendengarnya. Ia tahu seperti apa bunyi perintah Allah yang kedua. Sebab, ketika ibunya berkata (ay. 3) mau menyerahkan uang itu bagi anaknya untuk dibuat menjadi patung, ia mengembalikannya kepada ibunya karena merasa enggan untuk ikut andil membuat berhala sehingga ibunya lalu memberikan uang itu kepada tukang perak untuk membuat patung itu baginya. Mungkin juga ibunya menyalahkan dia karena keberatannya itu (ay. 4). Akan tetapi, ketika patung-patungnya sudah jadi, Mikha, oleh bujukan ibunya, tidak hanya bisa menerimanya dengan lapang dada, tetapi sungguh senang dan jatuh hati kepada patung-patung itu. Memang, penyembahan berhala dapat begitu anehnya memesona dan begitu didukung oleh warisan dari nenek moyang mereka (1Ptr. 1:18; Yer. 44:17). Namun perhatikan, bagaimana keserakahan perempuan tua itu menang di atas kepercayaannya yang tidak masuk akal. Ia telah membaktikan seluruh perak yang dimilikinya untuk membuat patung pahatan dan patung tuangan (ay. 3), yakni seribu seratus uang perak. Tetapi dalam pelaksanaannya, ia hanya memberi seperlimanya, yakni dua ratus uang perak (ay. 4). Pikirnya, jumlah sebesar itu sudah cukup, dan sebenarnya terlalu besar untuk diberikan menjadi sebuah patung, si pengajar dusta itu. Andaikata uang sebesar itu betul-betul diserahkan bagi kehormatan Allah, Dia pasti tidak akan tinggal diam dengan pemberian yang hanya sebagian dari jumlah seluruhnya itu, tetapi akan menunjukkan kebencian-Nya atas penghinaan tersebut, seperti yang diperbuat-Nya dalam perkara Ananias dan Safira. Sekarang perhatikan,
- (1) Kebobrokan apa yang mulai diperbuat di sini (ay. 5). Si Mikha ini mempunyai kuil, atau, menurut Septuaginta, rumah Allah, karena demikianlah Mikha memandang rumah itu sebagus yang ada di Silo, dan malah jauh lebih baik, karena ini miliknya sendiri, temuannya sendiri, dan dapat dipakainya kapan saja semaunya. Manusia suka memakai agama seperti baju mereka, untuk mereka atur-atur sesuka hati. Rumah penyimpangan, demikian terjemahan dalam Kitab Suci bahasa Aram, karena memang itulah adanya, suatu penyimpangan dari jalan kebenaran dan pintu masuk bagi segala tipu daya. Pemujaan berhala adalah satu bentuk penipuan yang dahsyat dan salah satu penyimpangan yang paling parah. Apa yang hendak dicapai Mikha dengan menyembah berhala, entah memang disengaja atau tidak, sejatinya meniru dan menyaingi firman dan ketetapan Allah.
- [1] Menyaingi firman-Nya, karena Mikha membuat terafim, yakni patung-patung kecil yang menjadi tempatnya bertanya bilamana diperlukan, dan tempatnya memperoleh keterangan, petunjuk, dan ramalan. Seperti halnya Urim dan Tumim bagi para pemimpin dan orang Israel, demikianlah terafim ini bagi keluarga Mikha. Namun demikian, ia merasa sangsi bahwa Allah yang sejati akan berkenan dengan terafim, atau memberi jawaban melaluinya, sehingga ia bergantung kepada segenap kuasa jahat yang disembah orang-orang yang tidak mengenal Allah untuk mengilhami terafim ini dan menjadikannya berguna bagi dirinya. Demikianlah, sementara kehormatan Yahweh seakan-akan dijunjung tinggi (ay. 3), tetapi hukum-Nya diabaikan, orang-orang Israel ini tak ayal lagi terjerumus ke dalam penyembahan berhala dan pemujaan setan.
- [2] Menyaingi ketetapan-Nya. Beberapa ruang atau bilik di rumah Mikha dikhususkan menjadi kuil atau rumah Allah. Efod, atau baju kudus, telah disediakan bagi imamnya untuk melaksanakan tugas, meniru apa yang dikenakan di dalam bait Allah, dan ia pun menahbiskan salah seorang anaknya laki-laki, mungkin yang sulung, menjadi imamnya. Ketika ia telah menegakkan sebuah patung pahatan atau tuangan sebagai sesembahannya, tidaklah mengherankan jika imam yang dipilih dan diangkatnya sendiri juga menjadi pengelola sesembahan itu. Di sini tidak disebutkan mengenai adanya mezbah, korban, atau ukupan untuk menghormati patung-patung perak ini, tetapi, karena Mikha telah mengangkat imam baginya, mungkin ia pun mempunyai ini semua, kecuali kita menganggap bahwa, pada mulanya, ilah-ilahnya itu hanya dimaksudkan sebagai tempatnya meminta nasihat, bukan untuk dipuja-puja, seperti halnya terafim milik Laban. Namun demikian, awal mula penyembahan berhala, seperti halnya dosa-dosa lain, adalah seperti membuka jalan air: hancurkan bendungannya, maka banjir hebat pun menerjanglah. Di sinilah penyembahan berhala bermula, lalu menyebar seperti kusta ganas. Dr. Lightfoot meminta kita memperhatikan bahwa seperti halnya seribu seratus uang perak dalam kisah ini diserahkan untuk membuat berhala, yang kemudian menghancurkan agama, khususnya di dalam suku Dan, suku asal Simson, demikianlah seribu seratus uang perak diberikan oleh tiap raja kota orang Filistin demi kehancuran Simson.
- (2) Apa penyebab kebobrokan ini (ay. 6): Tidak ada raja di antara orang Israel, tidak ada hakim atau pemimpin besar yang menindak keras pendirian patung-patung ini, yang sesaat lagi akan menjadi andalan negeri ini. Tidak ada yang memberi perintah untuk menghancurkan berhala-berhala ini, tidak ada orang yang meluruskan Mikha dari penyimpangan yang telah diperbuatnya, yang mengekang dan menghukumnya. Juga, tidak ada yang mengatasi penyakit ini pada waktunya, sehingga penularannya bisa dicegah dengan ampuh. Setiap orang berbuat apa yang benar menurut pandangannya sendiri, lalu segeralah semua orang berbuat apa yang jahat di mata Tuhan. Pada waktu mereka tidak mempunyai seorang raja untuk menjaga ketertiban di antara mereka, rumah Allah pun diabaikan, imam-imam-Nya ditelantarkan, dan segala sesuatu di sekeliling mereka pun hancur berantakan. Lihatlah betapa pemerintahan merupakan kemurahan Allah, sehingga tidak hanya permohonan dan doa syafaat, ucapan syukur pun harus dinaikkan untuk raja-raja dan untuk semua pembesar (1Tim. 2:1-2). Di bawah Allah, tidak ada lain yang lebih mendukung jalannya agama di dunia ini selain terlaksananya dua lembaga mulia berikut ini dengan baik, yakni pemerintahan atau hakim dan penggembalaan.
SH: Hak 17:1-13 - Dalam lima pasal terakhir ini, (Senin, 3 November 1997) Dalam lima pasal terakhir ini,
Hakim-hakim membongkar tiga kasus yang menunjukkan kekacauan zaman itu.
Dosa mencuri. Mikha mencuri uang perak ibunya...
Dalam lima pasal terakhir ini,
Hakim-hakim membongkar tiga kasus yang menunjukkan kekacauan zaman itu.
Dosa mencuri. Mikha mencuri uang perak ibunya. Ia sempat membuat ibunya menduga, orang lain yang mencuri. Kesalahannya jelas tidak ringan. Namun begitu ia mengaku, ibunya segera mengampuni. Sikap ibunya yang lunak itu mungkin dapat kita benarkan karena alasan sayang. Tetapi hal itu tidak mendidik. Pengampunan dan pemulihan memang harus terjadi di antara umat Tuhan, namun tidak dengan menyepelekan dosa.
Dosa penyembahan berhala. Bisa dimengerti, kalau ibu itu tidak memiliki prinsip jelas tentang disiplin, karena tidak tahu tentang kebenaran. Firman Tuhan menyatakan:1) larangan penyembahan berhala, 2) hanya keturunan Harun yang boleh menjadi imam, 3) kurban harus diberikan di kemah sembahyang, 4) berkat hanya datang karena ketaatan bukan oleh upacara ibadah. Bila orang Lewi saja tidak paham aturan itu, apalagi keluarga tersebut. Tidak heran bila umat Tuhan itu hidup liar.
Renungkan: Paham dan taat Firman Allah adalah prasyarat kepribadian yang berintegritas, keluarga rukun, masyarakat yang diberkati Tuhan.
SH: Hak 17:1-13 - Dengar suara Tuhan dan lakukan (Minggu, 1 Juni 2008) Dengar suara Tuhan dan lakukan
Ironis! Nama Mikha berarti "Yang seperti Yahweh". Namun kisah
hidupnya tidak memperlihatkan karakter seperti Yahw...
Dengar suara Tuhan dan lakukan
Ironis! Nama Mikha berarti "Yang seperti Yahweh". Namun kisah
hidupnya tidak memperlihatkan karakter seperti Yahweh. Ia
mencuri uang ibunya (ayat 2). Nilai uang yang dicurinya tidak
kecil, cukup untuk biaya hidup seorang Israel seumur hidup
(band. ay. 10). Lalu mengapa ia mengembalikan uang itu? Mungkin
ia takut kena kutuk ibunya. Akan tetapi, tidak ada kata maaf
yang keluar dari mulutnya. Mikha telah melanggar Hukum Taurat
yaitu "Jangan mencuri" dan "Hormatilah ayahmu dan ibumu" (
Yang aneh, si ibu tidak memarahi anaknya. Ia justru memberkati dia. Mungkin ia berharap berkat itu membatalkan kutuk yang terlanjur dia ucapkan. Kemudian ia mau mempersembahkan uang itu kepada Tuhan. Nyatanya, hanya 200 dari 1.100 uang perak yang dia berikan. Si ibu telah mencuri 900 uang perak dari jumlah yang ia ingin persembahkan pada Tuhan. Rupanya Mikha belajar ketidakjujuran dari ibunya.
Kesalahan semakin fatal karena ibu dan anak memakai uang itu untuk membuat patung sesembahan (ayat 3-5). Ini juga melanggar Hukum Taurat, yaitu "Jangan membuat bagimu patung...." (Kel. 20:3). Namun kesesatan masih belum berhenti. Selain menyembah patung yang telah dibuat, Mikha menetapkan seorang Lewi menjadi imam (ayat 9-12). Padahal ia tidak punya otoritas untuk melakukan hal itu. Ia malah mengira bahwa Tuhan berkenan atas semua itu (ayat 13).
Apa komentar kita terhadap Mikha dan ibunya? Memang tidak tampak adanya maksud jahat di sini. Ia tampak tulus. Namun ketulusan saja tidak cukup, bila dilakukan tanpa landasan kebenaran. Bila kita lihat situasi dan kondisi pada masa itu, memang semua orang melakukan apa yang benar menurut pandangannya sendiri (ayat 16). Tak ada tuntunan dan tak ada yang memimpin. Sungguh bersyukur kita, yang memiliki Alkitab sebagai penuntun hidup kita. Melalui Alkitab, kita bisa mendengar suara Tuhan. Maka jangan sia-siakan Alkitab kita. Sediakan waktu untuk menyelidiki apa yang berkenan di hati Tuhan, dan lakukan!
SH: Hak 17:1-13 - Kacau tanpa firman (Sabtu, 21 September 2013) Kacau tanpa firman
Pasal-pasal berikut tidak berbicara tentang para hakim-hakim melainkan tentang kemurtadan rohani yang terjadi pada masa itu dan ef...
Kacau tanpa firman
Pasal-pasal berikut tidak berbicara tentang para hakim-hakim melainkan tentang kemurtadan rohani yang terjadi pada masa itu dan efeknya pada bangsa Israel. Maksud kisah ini dituliskan adalah agar orang beroleh gambaran tentang betapa rendah standar moral waktu itu.
Mikha mencuri uang ibunya sejumlah seribu seratus uang perak. Uang sebesar ini dapat menghidupi orang seumur hidup di Israel (bdk. ayat 10). Dikemudian hari, Mikha mengakui perbuatannya dan mengembalikan uang itu kepada ibunya. Mungkin karena ia takut kutukan ibunya (2). Bagaimana reaksi ibunya? Ibunya justru memberkati dia. Suatu reaksi yang tidak biasa mengingat jumlah uang yang dicuri. Mungkin si ibu berpikir bahwa berkat itu dapat membatalkan kutuk yang telah dia ucapkan. Lalu si ibu bermaksud mempersembahkan uang itu kepada Tuhan. Namun yang jadi diberikan berjumlah dua ratus uang perak. Itu pun digunakan untuk membuat patung. Padahal sebelumnya ia berjanji memberikan semuanya. Perhatikanlah, si ibu mencuri uang dari Tuhan dan anaknya mencuri uang dari ibunya. Mungkin Mikha mempelajari dosa itu dari orang tuanya.
Dosa berikutnya, mereka mengabaikan hukum Allah berkaitan dengan pembuatan patung pahatan (Kel. 20:4, 23). Mereka melupakan pengalaman Israel yang tragis berkaitan dengan patung lembu emas di gunung sinai (Kel. 32:19-35). Lalu Mikha meminta seorang Lewi untuk menjadi imam di kuil yang dia buat (5). Tampaknya ia ingin melegitimasi perbuatannya (13). Padahal orang Lewi seharusnya tinggal di tempat yang Allah sudah tetapkan dan mendapat penghasilan sesuai dengan pengaturan Allah, bukan dari bayaran orang.
Benarlah apa yang dikatakan di ayat 6 bahwa pada masa itu "setiap orang berbuat apa yang benar menurut pandangannya sendiri." Padahal sebenarnya ada firman Tuhan yang dapat menjadi tuntunan. Memang, bila firman Tuhan tidak menjadi pedoman maka hidup dan tatanannya dapat menjadi kacau. Maka berpegang pada firman adalah keharusan bila kita ingin hidup kita beres menurut Tuhan.
SH: Hak 17:1-13 - Beribadah dengan Cara yang Benar (Rabu, 19 Agustus 2020) Beribadah dengan Cara yang Benar
Banyak orang beranggapan bahwa Tuhan akan berbuat baik kepadanya karena sudah melakukan kesalehan dan ritual agama s...
Beribadah dengan Cara yang Benar
Banyak orang beranggapan bahwa Tuhan akan berbuat baik kepadanya karena sudah melakukan kesalehan dan ritual agama secara lengkap. Mereka berpikir, jika semakin banyak beribadah, Tuhan pun akan mencurahkan berkat dengan melimpah. Padahal, pemahaman ini tidak selamanya benar.
Secara garis besar, nas ini terbagi dalam dua kisah. Pertama, Mikha dan ibunya yang membuat patung untuk kepentingan ibadah (1-6). Motif mereka tampak ketika menguduskan sejumlah uang bagi Tuhan.
Kedua, kisah seorang muda datang dari Betlehem-Yehuda (7-13). Ia berasal dari keturunan Lewi. Mikha meminta agar orang Lewi ini menjadi imam baginya. Dengan bayaran yang tinggi orang Lewi itu pun setuju. Pada akhirnya Mikha menyimpulkan bahwa Tuhan akan berbuat baik kepadanya karena ada seorang Lewi yang menjadi imam baginya.
Pertanyaannya, benarkah kesimpulan Mikha itu? Bagaimana mungkin Tuhan akan berbuat baik kepada orang yang menentang firman-Nya? Pertama, Tuhan melarang bangsa Israel untuk membuat patung untuk disembah (Kel. 20:4-5). Kedua, orang Lewi sepatutnya melayani sebagai imam di Bait Allah (Bil. 3:7-10), bukan di tempat lain. Dengan dua kesalahan fatal ini, apakah anggapan Mikha masih bisa dibenarkan?
Tuhan pasti senang jika umat-Nya mau beribadah kepada-Nya. Namun, apakah ibadah yang kita lakukan sudah sesuai dengan petunjuk dan kehendak-Nya? Kesalahan kita adalah kadang berbuat apa yang benar menurut pandangan kita sendiri, dan bukan menurut pandangan Tuhan. Jika demikian, kita jangan berharap kalau ibadah itu bisa menyenangkan hati-Nya.
Mari kita berdoa meminta bimbingan Tuhan agar kita beribadah kepada-Nya dengan cara yang benar. Beribadah dengan cara yang benar terkait dengan berperilaku luhur dan berbuat baik, menerima rahmat dan berkat surgawi. Kita mesti berani mengajak diri sendiri dan orang lain untuk menjalani hidup dengan cara yang benar, yaitu dengan menonjolkan sifat-sifat ilahi dalam diri manusia, terlebih mengalami sukacita. [RPR]
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: Hakim-hakim (Pendahuluan Kitab) Penulis : Tidak Diketahui
Tema : Kemurtadan dan Pembebasan
Tanggal Penulisan: Sekitar tahun 1050 -- 1000 SM
Latar Belakang
Kit...
Penulis : Tidak Diketahui
Tema : Kemurtadan dan Pembebasan
Tanggal Penulisan: Sekitar tahun 1050 -- 1000 SM
Latar Belakang
Kitab Hakim-Hakim menjadi mata rantai utama sejarah di antara zaman Yosua dengan zaman raja-raja Israel. Periode para hakim mulai dari sekitar tahun 1375 sampai 1050 SM, ketika Israel masih merupakan perserikatan suku-suku. Kitab ini memperoleh namanya dari berbagai tokoh yang secara berkala dibangkitkan Allah untuk memimpin dan membebaskan orang Israel setelah mereka mundur dan ditindas oleh bangsa-bangsa tetangga. Para hakim (berjumlah 13 dalam kitab ini) datang dari berbagai suku dan berfungsi sebagai panglima perang dan pemimpin masyarakat; banyak yang pengaruhnya terbatas pada sukunya sendiri, sedangkan beberapa orang memimpin seluruh bangsa Israel. Samuel, yang pada umumnya dipandang sebagai hakim terakhir dan nabi yang pertama tidak termasuk dalam kitab ini.
Penulis kitab ini tidak jelas. Kitab ini sendiri menunjukkan kerangka waktu berikut mengenai saat penulisannya:
- (1) penulisannya terjadi setelah tabut perjanjian dipindahkan dari Silo pada masa Eli dan Samuel (Hak 18:31; Hak 20:27; bd. 1Sam 4:3-11);
- (2) penulis yang sering menyebut masa hakim-hakim sebagai "zaman itu tidak ada raja" (Hak 17:6; Hak 18:1; Hak 19:1; Hak 21:25) memberi kesan bahwa kerajaan Israel sudah berdiri ketika kitab ini ditulis;
- (3) Yerusalem belum direbut dari suku Yebus (Hak 1:21; bd. 2Sam 5:7). Ketiga petunjuk ini menunjukkan bahwa kitab ini diselesaikan sesaat sesudah Raja Saul naik takhta (sekitar 1050 SM), tetapi sebelum Raja Daud menaklukkan Yerusalem (sekitar 1000 SM). Talmud Yahudi mengaitkan asal-usul kitab ini dengan Samuel.
Yang pasti ialah: kitab ini mencatat dan menilai masa para hakim dari segi perjanjian (mis. Hak 2:1-5). Musa sudah menubuatkan bahwa penindasan oleh bangsa-bangsa asing akan menimpa bangsa Israel sebagai salah satu kutukan Allah jikalau mereka menyimpang dari perjanjian (Ul 28:25,33,48). Kitab Hakim-Hakim menggarisbawahi kenyataan nubuat tersebut dalam sejarah.
Tujuan
Dari segi sejarah, Hakim-Hakim memberikan catatan utama sejarah Israel di tanah perjanjian sejak kematian Yosua hingga masa Samuel. Dari segi teologi, kitab ini mengungkapkan kemerosotan rohani dan moral dari suku-suku Israel setelah menetap di negeri itu, serta menunjukkan dengan jelas dampak-dampak yang merugikan yang senantiasa terjadi apabila Israel melupakan perjanjian mereka dengan Allah dan mulai mengikuti berhala dan kebejatan.
Survai
Hakim-Hakim terbagi atas tiga bagian utama.
- (1) Bagian pertama (Hak 1:1--3:6) mencatat kegagalan Israel untuk menyelesaikan sepenuhnya penaklukan negeri itu dan kemerosotan mereka setelah kematian Yosua.
- (2) Bagian kedua (Hak 3:7--16:31) merupakan bagian utama kitab ini. Bagian ini mencatat enam contoh dari pengalaman Israel yang terulang pada masa hakim-hakim yang mencakup siklus kemurtadan, penindasan oleh bangsa asing, perbudakan, berseru kepada Allah di tengah kesusahan, dan pembebasan oleh Allah melalui para pemimpin yang diurapi Roh-Nya. Di antara ke-13 hakim itu (semua tercakup dalam bagian kitab ini), yang paling dikenal adalah Debora dan Barak (sebagai suatu regu), Gideon, Yefta, dan Simson (bd. Ibr 11:32).
- (3) Bagian ketiga (Hak 17:1--21:25) menutup dengan kisah-kisah yang hidup dari zaman hakim-hakim yang menggambarkan betapa dalamnya kerusakan moral dan sosial yang diakibatkan kemurtadan rohani Israel. Kitab ini mengingatkan kita bahwa satu-satunya pelajaran yang kita tarik dari sejarah ialah bahwa kita tidak belajar dari sejarah.
Ciri-ciri Khas
Enam ciri utama menandai kitab ini.
- (1) Kitab ini mencatat aneka peristiwa dari sejarah Israel yang bergolak di antara penaklukan Palestina dan permulaan zaman kerajaan.
- (2) Kitab ini menggarisbawahi tiga kebenaran yang sederhana namun mendalam:
- (a) menjadi umat Allah berarti bahwa Allah harus menjadi Raja dan Tuhan umat-Nya;
- (b) dosa selalu menghancurkan umat Allah; dan
- (c) ketika umat Allah merendahkan diri mereka, berdoa, dan berbalik dari cara hidup mereka yang jahat, Dia akan mendengar dari sorga dan memulihkan negeri mereka (bd. 2Taw 7:14).
- (3) Kitab ini menekankan bahwa setiap kali Israel kehilangan identitas sebagai umat perjanjian di bawah pemerintahan Allah, mereka berulang-ulang terjerumus ke dalam lingkaran kekacauan rohani, moral, dan sosial dengan akibat "setiap orang berbuat apa yang benar menurut pandangannya sendiri" ; bd. Hak 17:6).
- (4) Kitab ini menyatakan beberapa pola yang berulang kali terjadi dalam sejarah umat Allah di bawah kedua perjanjian:
- (a) jika umat Allah tidak mempersembahkan seluruh hati mereka kepada-Nya dalam kasih yang taat dan kewaspadaan rohani yang tekun, hati mereka menjadi keras dan tidak peka terhadap Allah, mengarah kepada kemunduran dan akhirnya kemurtadan;
- (b) Allah panjang sabar dan manakala umat-Nya berseru dalam pertobatan, Ia bermurah hati untuk memulihkan mereka dengan membangkitkan orang-orang yang diurapi dan dikuasai Roh Kudus untuk membebaskan mereka dari hukuman dosa yang menindas; dan
- (c) para pemimpin yang diurapi yang dipakai Allah untuk membebaskan umat-Nya sering kali menjadi rusak sendiri karena kekurangan yang mendasar dalam kerendahan hati, watak, atau kebenaran.
- (5) Keenam siklus utama dalam kitab ini yang meliputi kemurtadan, penindasan, penderitaan, dan pembebasan semua bermula dengan cara yang sama; "orang Israel melakukan apa yang jahat di mata Tuhan" (mis. Hak 2:11; Hak 3:7).
- (6) Kitab ini menyatakan bahwa Allah memakai bangsa-bangsa asing yang lebih jahat daripada umat-Nya sendiri untuk menghukum umat-Nya itu karena dosa-dosa mereka dan menuntun mereka kepada pertobatan dan kebangunan rohani. Hanya campur tangan Allah inilah yang melindungi bangsa Israel sehingga tidak ditelan seluruhnya oleh penyembahan berhala di sekitar mereka.
Penggenapan Dalam Perjanjian Baru
Kitab Hakim-Hakim menyatakan suatu prinsip ilahi yang abadi: ketika Allah memakai orang dengan luar biasa dalam pelayanan-Nya, Roh Tuhan turun ke atasnya (Hak 3:10; bd. Hak 6:34; Hak 11:29; Hak 14:6,19; Hak 15:14). Pada permulaan pelayanan Yesus, Roh Kudus turun keatas-Nya ketika Ia dibaptis (Mat 3:16; Luk 3:21-22). Sebelum naik kepada Bapa, Yesus memerintahkan murid-murid-Nya untuk menantikan karunia yang dijanjikan Bapa -- yaitu, Roh Kudus (Kis 1:4-5); alasan yang diberikan-Nya ialah bahwa mereka akan menerima kuasa ketika Roh Kudus turun atas mereka (Kis 1:8; bd. Hak 4:33). Di bawah kedua perjanjian, cara Allah untuk mengalahkan musuh dan memajukan kerajaan-Nya ialah dengan memakai daya, kekuatan, dan kuasa Roh Kudus yang bekerja melalui bejana-bejana manusiawi yang berserah dan taat kepada-Nya.
Full Life: Hakim-hakim (Garis Besar) Garis Besar
I. Ketidaktaatan dan Kemurtadan Israel Diperkenalkan
(Hak 1:1-3:6)
A. Israel Gagal Membersihkan Kanaan
...
Garis Besar
- I. Ketidaktaatan dan Kemurtadan Israel Diperkenalkan
(Hak 1:1-3:6) - A. Israel Gagal Membersihkan Kanaan
(Hak 1:1-2:5) - B. Israel Mengalami Kemerosotan
(Hak 2:6-3:6) - II. Sejarah Penindasan Israel dan Pembebasan oleh Hakim-Hakim
(Hak 3:7-16:31) - A. Penindasan Aram-Mesopotamia/Pembebasan oleh Otniel
(Hak 3:7-11) - B. Penindasan oleh Moab/Pembebasan oleh Ehud
(Hak 3:12-30) - C. Penindasan oleh Filistin/Pembebasan oleh Samgar
(Hak 3:31) - D. Penindasan oleh Kanaan/Pembebasan oleh Debora-Barak
(Hak 4:1-5:31) - E. Penindasan oleh Midian/Pembebasan oleh Gideon
(Hak 6:1-8:35) - F. Masa-masa Sulit di Bawah Abimelekh, Tola, dan Yair
(Hak 9:1-10:5) - G. Penindasan oleh Amon/Pembebasan oleh Yefta
(Hak 10:6-12:7) - H. Hakim-Hakim Kecil: Ebzan, Elon, dan Abdon
(Hak 12:8-15) - I. Penindasan oleh Filistin/Kehidupan Simson
(Hak 13:1-16:31) - 1. Kelahiran dan Panggilan Simson
(Hak 13:1-25) - 2. Pernikahan Simson dengan Orang Tidak Beriman
(Hak 14:1-20) - 3. Perbuatan-Perbuatan Gagah Simson
(Hak 15:1-20) - 4. Kejatuhan dan Pemulihan Simson
(Hak 16:1-31) - III.Berbagai Ilustrasi Kekacauan Rohani, Moral, dan Sosial di Israel
(Hak 17:1-21:25) - A. Penyembahan Berhala
(Hak 17:1-18:31) - 1. Contoh Penyembahan Berhala Pribadi
(Hak 17:1-13) - 2. Contoh Penyembahan Berhala Kesukuan
(Hak 18:1-31) - B. Kebejatan
(Hak 19:1-30) - 1. Contoh Kebejatan Pribadi
(Hak 19:1-9) - 2. Contoh Kebejatan Kesukuan
(Hak 19:10-30) - C. Sengketa Antara Suku
(Hak 20:1-21:25)
Matthew Henry: Hakim-hakim (Pendahuluan Kitab)
Kitab ini dalam bahasa Ibrani disebut Syefer Syoftim, yaitu Kitab Hakim-hakim, yang dalam Alkitab terjemahan bahasa Aram dan bahasa Arab lebih dipe...
- Kitab ini dalam bahasa Ibrani disebut Syefer Syoftim, yaitu Kitab Hakim-hakim, yang dalam Alkitab terjemahan bahasa Aram dan bahasa Arab lebih diperinci dan disebut sebagai Kitab Hakim-hakim dari Anak-anak Israel. Oleh karena penghakiman-penghakiman atas bangsa itu bersifat khusus, maka demikian pula dengan hakim-hakimnya, yang tugas jabatannya jauh berbeda dari tugas jabatan para hakim bangsa-bangsa lain. Septuaginta hanya memberinya judul Kritai, yang artinya Hakim-hakim. Kitab ini berisi sejarah kewargaan Israel, pada masa pemerintahan hakim-hakim mulai dari Otniel hingga Eli, sebanyak yang dipandang Allah patut untuk diteruskan kepada kita. Menurut perhitungan Dr. Lightfoot, di dalamnya termuat riwayat selama 299 tahun. Mulai dari Otniel dari suku Yehuda yang menjadi hakim selama empat puluh tahun. Lalu Ehud dari suku Benyamin selama delapan puluh tahun. Barak dari suku Naftali selama empat puluh tahun. Gideon dari suku Manasye selama empat puluh tahun. Abimelekh putra Gideon selama tiga tahun. Tola dari suku Isakhar selama dua puluh tiga tahun. Yair dari suku Manasye selama dua puluh dua tahun. Yefta dari suku Manasye selama enam tahun. Ebzan dari suku Yehuda selama tujuh tahun. Elon dari suku Zebulon selama sepuluh tahun. Abdon dari suku Efraim selama delapan tahun, hingga Samson dari suku Dan selama dua puluh tahun. Jadi, seluruhnya berjumlah 299 tahun. Mengenai tahun-tahun perhambaan Israel, mengingat Eglon dikatakan menindas mereka selama delapan belas tahun dan Yabin selama dua puluh tahun, dan begitu pula dengan beberapa raja lain, tahun-tahun perhambaan mereka itu terhitung dalam sebagian tahun kepemimpinan para hakim atau sebagian tahun yang lain. Hakim-hakim itu tampak berasal dari delapan suku yang berbeda-beda. Demikianlah kehormatan itu tersebar, sampai pada akhirnya berpusat pada Yehuda. Eli dan Samuel, dua hakim yang tidak tercantum di dalam kitab ini, berasal dari suku Lewi. Tampaknya tidak ada hakim yang berasal dari suku Ruben, Simeon, Gad, atau Asyer. Riwayat hakim-hakim ini secara berurutan dikisahkan di dalam kitab ini sampai akhir pasal 16. Kemudian dalam lima pasal terakhir, kita mendapati penjelasan tentang sejumlah peristiwa tertentu yang patut diingat, yang terjadi, seperti halnya kisah Rut (Rut 1:1), pada zaman para hakim memerintah, tetapi tidak pasti pada zaman hakim yang mana. Namun demikian, peristiwa-peristiwa tersebut dikumpulkan bersama-sama pada akhir kitab ini, agar jalannya sejarah itu secara umum tidak terputus. Nah, mengenai keadaan seluruh rakyat Israel pada masa itu,
- I. Mereka dalam kitab ini tidak terlihat mempunyai tabiat yang seagung atau sebaik seperti yang mungkin diharapkan orang untuk bangsa yang istimewa seperti itu, yang diperintah oleh hukum-hukum yang baik seperti itu dan diperkaya oleh janji-janji yang luhur seperti itu. Kita mendapati mereka menjadi bobrok secara menyedihkan, dan ditindas secara mengenaskan oleh bangsa-bangsa di sekitar mereka. Dan dalam seluruh kitab ini, entah itu dalam peperangan atau pemerintahan, sama sekali tidak dijumpai tindakan mereka yang menonjol yang sepadan dengan masuknya mereka secara gilang-gemilang ke Kanaan. Apa tanggapan kita mengenai hal ini? Allah dengan ini hendak menunjukkan kepada kita ketidaksempurnaan yang patut disesalkan dari semua orang dan segala sesuatu yang ada di bawah matahari, supaya kita dapat menantikan dengan penuh pengharapan kekudusan dan kebahagiaan yang utuh di dunia yang lain, dan bukan di dunia ini. Namun demikian,
- II. Kita dapat berharap bahwa, walaupun penulis kitab ini sebagian besar berbicara panjang lebar tentang tindakan-tindakan bangsa Israel yang menyulut murka Allah dan kesusahan-kesusahan mereka, namun wajah agama tetap terpelihara di negeri itu. Dan, meskipun ada beberapa di antara mereka yang terseret ke dalam penyembahan berhala, namun ibadah di Kemah Suci menurut hukum Musa tetap terjaga, dan ada banyak orang yang mengikutinya. Para penulis sejarah tidak banyak mencatat tentang jalannya keadilan dan perdagangan sehari-hari dalam suatu bangsa, sebab mereka menerimanya begitu saja, tetapi hanya menuliskan tentang peperangan dan kekacauan yang terjadi. Tetapi pembaca harus memberi perhatian pada jalannya keadilan dan perdagangan sehari-hari itu, untuk mengimbangi hitamnya peperangan dan kekacauan tersebut.
- III. Tampak bahwa pada masa ini tiap suku memiliki pemerintahannya masing-masing, dan bertindak sendiri-sendiri tanpa ada satu pemimpin atau badan pemerintahan bersama, sehingga timbul banyak perbedaan di antara mereka sendiri, dan membuat mereka sulit untuk menjadi atau berbuat sesuatu yang luar biasa.
- IV. Pemerintahan para hakim tidak berlangsung secara terus-menerus, melainkan hanya sekali-sekali. Ketika dikatakan bahwa setelah kemenangan Ehud amanlah tanah itu delapan puluh tahun lamanya, dan setelah kemenangan Barak empat puluh tahun lamanya, tidak jelas apakah keduanya hidup, apalagi memerintah, selama tahun-tahun tersebut. Tetapi mereka dan para hakim yang lain telah dibangkitkan dan digerakkan oleh Roh Allah untuk melaksanakan pekerjaan tertentu bagi rakyat Israel ketika ada kebutuhan untuk itu, yakni untuk membalaskan dendam Israel kepada musuhnya dan membersihkan Israel dari penyembahan berhala. Inilah dua perkara yang terutama dimaksudkan ketika dikatakan bahwa mereka memerintah sebagai hakim atas Israel. Namun demikian Deborah, sebagai seorang nabiah, sudah didatangi oleh segenap orang Israel yang hendak berhakim kepadanya, sebelum ada kebutuhan bagi keterlibatannya dalam perang (4:4).
- V. Selama masa pemerintahan para hakim, Allah menjadi raja Israel secara lebih istimewa. Demikianlah yang dikatakan Samuel kepada bangsa Israel ketika mereka menetapkan hati untuk menanggalkan bentuk pemerintahan ini (1Sam. 12:12). Allah hendak menguji apakah hukum dan ketetapan-ketetapan-Nya sendiri akan membuat bangsa Israel tetap hidup menurut aturan, dan terbukti bahwa ketika tidak ada raja di antara orang Israel, setiap orang berbuat apa yang benar menurut pandangannya sendiri. Oleh karena itu, mendekati penghujung masa ini, Allah membuat pemerintahan hakim-hakim lebih berkesinambungan dan mencakup segala sesuatu daripada waktu pertama kali, dan pada akhirnya memberi mereka Daud, seorang raja yang berkenan di hati-Nya. Pada masa pemerintahan Daud, dan tidak sebelumnya, Israel mulai berkembang pesat. Kenyataan ini harus membuat kita sangat bersyukur atas kehadiran para pemimpin, baik itu pemimpin tertinggi maupun bawahannya, karena mereka adalah hamba Allah untuk kebaikan kita. Empat dari hakim-hakim Israel dimasukkan ke dalam daftar orang-orang beriman (Ibr. 11:32), yaitu Gideon, Barak, Simson, dan Yefta. Cendekiawan Uskup Patrick berpendapat bahwa nabi Samuel adalah penulis kitab ini.
Ende: Hakim-hakim (Pendahuluan Kitab) HAKIM-HAKIM
PENDAHULUAN
Kitab “Hakim2” mendapat namanja dari tokoh2 jang memainkan peranan utama dalam
kisah jang dikumpulkan dalam kitab ini.sedj...
HAKIM-HAKIM
PENDAHULUAN
Kitab “Hakim2” mendapat namanja dari tokoh2 jang memainkan peranan utama dalam kisah jang dikumpulkan dalam kitab ini.sedjak dulu kala kata Hibrani jang menjatakan nama mereka itu, diterdjemahkan dengan kata ”hakim2”; tetapi sebutan ini tidak seluruhnja sesuai dengan fungsi jang mereka djalankan. Selain tokoh nabiah Debora (4, 4-5), “hakim2” itu tidak mempunjai tugas resmi dalam hal peradilan. Mereka adalah terutama pedjuang dan pahlawan perang dan disebut pula dengan istilah “penjelamat” (2, 16; 3, 9. 15), hal mana sesungguhnja lebih bersesuaian dengan peranan , jang dimainkan mereka. Didalam sungguhnja lebih bersesuaian dengan peranan, jang dimainkan mereka. Didalam keadaan2 darurat mereka itu dipanggil langsung oleh Allah dan diilhami serta dibimbing oleh roh dan kekuatanNja, untuk menjelamatkan Israil atau sebagian dari penindas2. Tokoh Sjimsjon jang agak gandjil itu tampilseorang diri benar2 dan sama sekali tidakdapat dinamakan pemimpin rakjatdalam arti manapun djua. Namun demikian, iapun adalah seorang “hakim” (16, 31).dari seluruh kitab itu djelaslah kiranja, bahwa tokoh2 tersebut tidak disebut “hakim” dalam arti kata jang lazim. Mereka itu terutama adalah utusan Jahwe jang berkarunia, untuk bertindak atas namaNja. Dalam banjak hal mereka sama dengan para nabi. Tetapi kalau nabi2 itu diutus untuk berbitjara atas nama Jahwe, maka “hakim2” itu diutus untuk bertindak atas namaNja. Karunia atau charisma inilah jang merupakan tjiri chasnja. Si perebut kekuasaan, Abimelek tidak disebut “hakim”, tetapi “penguasa” (9, 22). Sebaliknja, beberapa tokoh dari antara mereka itu (Gide’on, Jeftah), memperlihatkan suatu ketjondongan jang amat kuat, untuk beralih dari panggilan charismatisnja kesuatu kekuasaan jang stabil, hal mana dengan sendirinja mengandung suatu peradilan jang teratur. Tetapi unsur ini rupa2nja tidak tertjantum dalam djabatan “hakim” menurut logat kitab Hakim2. Namun demikian, “hakim” sebagai utusan Jahwe memberikan keadilan kepada umatNja, dengan membebaskannja dari penindasan, hal mana berarti “hukuman” bagi para penindas. Perhubungan2 hukum antara umat dan Jahwe serta antara Israil dan musuh2nja, jang diperkosa itu dipulihkan oleh mereka dan dalam arti demikian pengertian “hakim”tidaksamasekali asing pada fungsi charismatis mereka. Boleh djadi dengan alasan itu terpilihlah kata itu bagi mereka.
“Hakim2” itu tampil didjaman antara kematian Josjua’sampai ke Sjemuel. Tetapi tokoh Sjemuel (I Sjem.. 7, 15-17) dan djuga “Eli (I Sjem. 4, 18) termasuk djaman itu dipandang dari sudut historis dan theologis. Djuga tokoh Sjemuel pada permulaan tampilnja (I Sjem. 11, 5-11) masih kelihatan banjak persesuaiannja dengan hakim2 itu. Dalam diri Sjaul hasratakan keradjaan,jangdahulu sudah ada, mendapat perwudjudannja jang tetap, sehingga dengan itupun sesungguhnja djaman hakim2 itu berachir setjara definitif. Bagian pertamakitab Sjemuel (p. 1-12) bolehlah dari segi kesusasteraan dipandang sebagai kelandjutan langsung dari kitab Hakim2. Makanja ada ahli jang berpendapat, bahwa pasal2 permulaan Sjemuel itu memang tadinja termasuk dalam kitab Hakim2 dan baru kemudian dilepaskan daripadanja. Namun tiada bukti2 luaran bagi anggapan itu, bahwasanja kedua kitab itu dahulu pernah merupakan satu keseluruhan.
Dalam menentukan lebih landjut djaman Hakim2 setjara chronologis, sedjauh itu disebutkan dalam kitab tersebut, orang terbentur pada kesulitan2 jang tidak ketjil. Ini bergandingan pula dengan kesulitan2 sematjam itu berkenaan dengan kitab Josjua’. Kelihatannja sadja kitab itu sendiri memberikan petundjuk2 jang amat teliti, sehingga rupa2nja sangat mudahlah menentukan lamanja waktu itu dengan tepat. Djika semua keterangan dikumpulkan (3, 8. 11. 14. 30; 4, 3; 5, 31; 6, 1; 8, 28; 9, 2; 10, 2. 3. 8; 12, 7. 9. 11. 14; 13, 1; 15, 20; 16, 21) maka sampailah kedjumlah 410 tahun, hal mana dibenarkan pula oleh 11, 26. Tetapi apabila hal ini dibandingkan dengan keterangan2 lain, timbullah keberatan2 jang tak teratasi. Meurut I Rdj. 6, 1 antara keluarnja Israil dari Mesir dan pembangunan baitullah oleh Sulaiman ada djarak waktu 480 tahun. Sudah temasuk didamnja waktu empatpuluh tahun digurun – pada dirinja angka ini agak di-buat2, - djaman Josjua’, para Hakim, ‘Eli, Sjemuel, Sjaul, Dawud dan keempat tahun permulaan pemerintahan Sulaiman. Djadi tidak mungkinlah djumlah 410 tahun itu bagi djaman para Hakim. Orang boleh mentjoba petjahkan soal ini dengan menempatkan beberapa Hakim pada waktu jang sama, - hal mana mungkin djuga, - dengan menundjuk akan di-buat2nja angka2 itu, dalam mana mungkin djuga, - dengan menundjuk akan di-buat2nja angka2 itu, dalam mana angka empatpuluh (_satu angkatan), sebagian atau lipatnja, memainkan peranan jang menjolok. Tetapi melalui djalan ini orang masih belum smpai kehasil jang memuaskan. Hampir semua ahli oleh karenanja melepskan sama sekali keterangan2 kitab Hakim2, untuk lalu membuat perhitungan mereka dengan menggunakan keterangan2 lain. Dengan kemungkinan jang tjukup besar dapatlah diterima, bahwa keluarnja Israil dari Mesir terdjadi sekitar tahun 1259. Naiknja Dawud diatas tachta dapat ditanggalkan sekitar th. 1012. Djika itu dikurangi dengan empatpuluh tahun digurun, djaman Josjua’ dan Djaman ‘Eli, Sjemuel dan Sjaul, maka djaman para Hakim berlangsung dari sekitar th. 1200 sampai l.k. th. 1040, djadi 160 – 180 tahun lamanja.
Untuk melukiskan lebih landjut djaman sedjarah Israil tersebut maka diluar kitab Hakim2 itu sendiri hanja tersedialah keterangan sedikit sadja. Namun keterangan jang sedikit itu tjukuplah untuk membuat kembali suatu gambaran global jang agak teliti. Didjaman itu ditada keradjaan2 besar jang berkuasa, sehingga dalam kitab Hakim2 mereka tidak memainkan peranan sedikitpun. Israil datang dari gurun, dimana suku2 itu hidup dan susunannja sama seperti semua suku bedawi. Pada waktu tampilnja Mohammad belum banjak perubahannja dalam hal itu. Dari segi ekonomis penghidupan digurun itu sangat miskin. Palestina, jang pada hakikatnja bukannja salah satu tanah jang tersubur, bagi suku2 itu tampaknja seperti tanah susu dan madu. Adapun susunan kemasjarakatan suku2 digurun terdiri atas beberapa tingkatan dan taraf. Intipati keseluruhan dan sebetulnja satu2nja kesatuan jang kuat ialah keluarga. Keluarga terdiri atas bapak dengan isteri2 mereka. Melihat keturunan2nja sampai ke angkatan jang keepat adalah idam2an jang sangat diharapkan. Bapak keluarga adalah sungguh penguasa satu2nja jang mutlak dan kepala jang menentukan se-gala2nja. Beberapa keluarga sedemikian itu dari asal jang sama merupakan marga, jang terikat satu sama lain agak erat karena kesadaran akan asal jang sama itu. Achirnja beberapa marga karena asal jang sama merupakan suku inilah sebenarnja kestuan tertinggi, jang dikenal kalangan bedawi. Tidak djaranglah, marga2 jang sebetulnja asing, dimasukkan dalam suku lain, tetapi dalam hal itu asal jang sama lalau di-angan2kan. Proses inipun tidak djarang terdjadi pula di israil. Dengan pelbagai suku israil itu terdjadilah kenjataan jang aneh, bahwasanja mereka itu merupakan kesatuan jang lebih tinggi, bukannja berdasarkan asal-usul, melainkan agama. Mereka dipersatukan satu sama lain karena iman jang sama akan Allah jang Esa, Jahwe, dengan ibadah umum jang bersesuaian dengan itu dan tempat sutji pusat, jang sungguhpun bukan satu2nja tapi toh jang utama adanja. Digurun tempat itu ialah Kadesj. Iman jang satu dan penghajatannja itu tidak pernah membiarkan rasa persatuan fundamentil melenjap dari tengah2 Israil.
Suku2 primitif itu merembes ke Palestina didjaman Josjua’ dan djuga sesudahnja; hal mana lambat-laun mengakibatkan perombakan umum. Mereka menduduki sebagian negerr itu, baik dengan djalan damai maupun dengan djalan kekerasan, chususnja daerah2 pegunungan. Kota2 dan dataran2 untuk sebagian terbesar sementara tiu masih berada ditangan peduduk aseli. Pendahuluan pertama kitab Hakim2 menjadjikan gambaran jang agak boleh dipertjajai dari perembesan itu. Bangsa2 Kena’an, jang ada hubungan damainja dengan suku2 Israil, memiliki kebudajaan jang lebih tinggi tarafnja, hal mana njata sudah dari pemakaian besi. Mereka bukan bangsa2 pengembara, melainkan penduduk jang menetap sebagai petani, jang pusat kemasjarakatannja ialah kota dengan kebudajaan jang lebih tinggi dan kemakmuran jang agak besar. Agama mereka polytheistis, jang bersesuaian dengan penghidupan mereka sebagai petani. Dewa2 dan dewi2 mereka adalah dewa2 kesuburan, jang harus menanggung kesuburan tanah, manusia dan ternak. Pemudjaan dewa-dewi itu sangat bertjorak indriawi dan erotis. Tiap2 pusat ekonomis dan kemasjarakatan mempunjai Ba’alnja (Tuhan) sendiri dan Asjtarte (‘Asjtoret), djodohnja. Terhadap dewa2 dan dewi2 jang konkrit dengan pemudjaan jang mewah dan tjarut itu sangat menjoloklah Allah Israil, jang sungguhpun kuasa tapi toh agak abstrak dan amat susila, dan jang lebih sesuai dengan hidup keras digurun jang kersang daripada dengan hidup jang indah-sedap ditanah pertanian dan kemewahan kebudajaan-kota.
Israil harus mengikat perang lawan situasi tiu. Dari segi militer dan kebudajaan, mereka djauh terbelakang. Djarang sekali mereka berhasil menduduki kota2 dan menetap disitu. Dan djika mereka mula2 berhasil, tidak djarang mereka tak lama kemudian dipukul mundur oleh penduduk aseli. Namun demikian, dimanapun djuga ada kesempatan, suku2 Israil itu menetap disitu setelah beberapa lama mengembara. Hal itu per-tama2 membawa akibat ini, bahwasanja persatuan antara suku jang toh sudah rumit itu diperlemah lagi dan didjaman para Hakim tidak djarang berubah mendjadi persaingan, perengketaan dan peperangan antara mereka sendiri. Karena kurang kukuhnja persatuan itu, maka tidak djaranglah penduduk aseli berhasil menaklukkan salah satu suku Israil, sedangkan suku2 dari urun dapat meluaskan pendjarahannja, dengan tak banjak perlawanan, sampai ke-daerah2 jang diduduki Israil. Kesulitan2 terbesar datang dari pihak Felesjet. Orang2 Felesjet menetap di-pantai2 Kena’an, kira2 waktu Israil merembes dari timur. Dari sana mereka merembes kepedalaman dan dengan sendirinja berbentrok dengan suku2 Israil. Dalam djaman para Hakim jang belakangan orang2 Felesjet jang lebih unggul dalam bidang militer menaklukkan sebagian besar wilajah Israil. Riwajan Sjimson dan Sjemuel memberikan buktinja jang djelas. Karena kenjataan, bahwasanja Israil berubah dari suku 2 pengembara mendjadi petani2 tetap, haruslah djuga terdjadi perubahan total dalam hal susunan masjarakatnja. Tentu sadja hal ini terdjadi dalam prosed lambat-laun, tetapi proses ini toh mendapatkan suatu kemadjuan jang mentjelakakan. Israil melihat susunan jang disesuaikan dari penduduk aseli. Pusat persatuan bukannja marga, melainkan kota, tempat ber-bagai2 marga tinggal ber-sama2. Karena hubungan Israil dengan penduduk negeri lebih bertjorak damai daripada perang, maka terdjadi djuga pertjampuran antara Israil dan orang2 Kena’an, lebih2 di-kota2. Kisah Abimelek dalam kitab Hakim2 adalah gambaran jang djelas dari perubahan susunan itu. Abimelek bukanlah seorang Sjeik atas suatu marga atau suku, melainkan radja suatu kota, dimana orang2 Israil tinggal bersama dengan orang2 Kena’an.
Akan tetapi dalam bidang keigamaanlah Israil hanja dapat bertahan dengan banjak susah-pajah dan memelihara hidupnja sendiri. Agama dan ibadah bangsa2, dengan mana mereka berhubungan itu, mempunjai pengaruh jang tak terelakkan atas suku2 primitf itu. Betul mereka tak akan melepaskan Allah mereka sendiri: Jahwe tetap adalah Allah segala suku Israil. Tetapi Ba’al2 serta ‘Asjtoret2 setempat, jang telah memberkati umat mereka sendiri, tidak boleh dimurkakan, karena suku2 pengembara jang mendjadi penetap itu harus memperolah penghidupannja dari tanah jang sama djua. Budjukan, utnuk mengharapkan kesuburan dari dewa2 itu, terlalu besar. Maka menurut kenjataannja sampailah sebagian Israil pergi meudja Ba’al2 dan ‘Asjtoret2 disamping dan bersama dengan Allah mreka. Mereka mangambil-alih ibadah penduduk aseli dan malahan menirunja dalam ibadah mereka sendiri kepada jahwe. Di-mana2 timbullah pertjampur-adukan keigamaan, jang hendak memperdamaikan Ba’al dengan Jahwe. Betul, Jahwe adalah jang terbesar dari antara dewa2, jang dimintai pertolongan didalam keadaan darurat, tetapi bagi keperluan2 hidup sesehari Ba’al dan ‘Asjtoret lebih pentinglah adanja. Masih lama Jahwe harus berdjuang lawan Ba’al, sebelum Ba’al dikalahkan setjara definitif.
Ditengah syncretisme jang umum itu tidak pernahlah Jahwe kehilangan pemudja2 sedjatiNja. Mereka itu memelihara tetap berkobarnja njala-api agama jang murni, sekalipun itu sering kali tertimbun abu. Tiap2 kali keadaan darurat sampai kepuntjaknja, maka tampillah dari kalangan mereka itu orang2 jang menjelamatkan baik agama maupun bangsa dari keruntuhan. Dari tengah2 mereka itu dipanggillah para Hakim, jang selain pahlawan perang djuga senantiasa raksasa2 dalam iman jang utuh kepada Jahwe adanja. Tetapi pemudja2 Jahwe jang sedjati, seperti Gide’on, Jeftah dan Sjimson-pun tidak selalu tahu menark kesimpulan2 susila dari iman mereka.
Sebab keruntuhan keigamaan dibarengi dengan anarki susila jang tidak kurang ketjilnja. Dalam hal inipun djaman para Hakim dalam sedjarah Israil itu merupakan “abad besi” pula. Walaupun senantiasa ada suatu djarak antara iman keigamaan dan penghajatan susilanja. Namun tidak pernahlah di Israil djarak tadi sebesar dan kurang diinsjafi seperti didjaman itu. Tambahan kedua pada kitab Hakim2, jang melukiskan kebedjatan susila Gibe’on, jang dilindungi satu suku tertentu, sungguhpun suatu keterlaluan, namun menunjdjukkan suatu gedjala bagi keseluruhannja. Para Hakim sendiri bukanlah selalu tjontoh kesusilaan, hal mana bagi kita mungkin mendjadi batu sandungan. Djika sudah demikian halnja dengan pembesar2, maka dapatlah sedikit banjak dibajangkan, bagaimana keadaannja dengan rakjat djelata. Gambaran total djaman para Hakim adalah gambaran keprimitifan, kebiadaban, keliaran dan anarki jang besar, dalam mana ikatan suku2pun hanja sangat lemah adanja. Kendati demikian, arus-bawah jang kuat dari iman akan Jahwe tetap ada dan didjaman itupun tidak sampai lenjap. Dalam saat2 berkarunia arus itu sampai kepermukaan, untuk membuat Israil ttetap jakin akan kewadjiban2 susilanja maupun atas keastuan fundamentilnja dalam Allah jang kudus, Jahwe.
Dari djaman tersebut kitab Hakim2 memelihara sedjumlah petilan bgi angkatan kemudian, jakni kisah jang pandjang atau pendek sekitar keenam tokoh, jang oleh karenanja lazim disebut “Hakim2 besar”, jaitu ‘Otniel, adik Josjua’, Ehud, Barak (Debora_, Gide’on, Jeftah dan Sjimsjon. Di-tengah2nja tersisiplah tjatatan2 jang santat singkat tentang enam tokoh lainnja, “Hakim2 ketjil”, jaitu Sjamgar, Tola’ Jair, Ibsan Elon dan Abdon, hal mana sesungguhnja tidak begitu djelas, apa mereka itu menurut sedjarah termasuk dalam djaman itu. Kisah pandjang-lebar tentang Abimelek adalah kelandjutan dan sematjam timbalan terhadap kisah Gide’on. Adapun Hakim2 besar itu tidak boleh dipandang begitu sadja sebagai pahwalan2 bangsa, sebab njaris dapat dikatakan adanja suatu “bangsa”, tetapi Israil lebih merupakan suatu kumpulan suku2. Djadi, mereka itu lebih tepat dikatakan pahwalan2 suku atau marga, jang perbuatan2 kedjajaannja di-sandjung2. Lepas dari bingkai jang merangkum tokoh2 itu dalam kitab Hakim2, maka njatalah mereka itu hanja sematjam pahlawan setempat sadja. Tiba2 mereka itu tampil kedepan ditengah suku ini atau itu lawan bahaja2 jang mengantjam dari luar atau penindasan dari pihak penduduk Kena’ an. Mereka menjerukan perang pembebasan, jang kemudian mereka selesaikan dengan hasil jang gemilang. Kadang2 beberapa suku lainnja, jang menghadapi bahaja atau penindasan jang sama, menggabungkan diri dengannja. Ehud adalah pahlawan suku Binjamin; ‘Otniel melakukan tugas itu bagi beberapa marga Juda dibagian selatan negeri itu. Debora dan Barak memimpn pemberontakan suku Efraim, jang diikuti suku2 Naftali, Zebulun, Isakar, Binjamin dan Menasje, sedangkan suku2 Rubed, Gad dan Asjer tetap lepas tangan. Gide’on adalah pahlawan marga Abi’ezer dari suku Menasje, jang berhasil mengikut- sertakan suku2 Asjer, Zebulun, dan Naftali dalam perang pembebasar. Isakar mempunjai pahlawannja dalam diri Tola’, sedang Menasje dapat membaggakan Jair. Gilead (Gad) diseberang timur Jarden me-mudji2 Jeftah dan suk Dan menurunkan raksasa Sjimsjon jang terpentjil, jang meluaskan petulangan2nja sampai kewilajah Juda. Efraim mempunjai tokoh sekundernja dalam diri ‘Abdon disamping Debora dan Barak. Suku Juda sama sekali tidak diketemukan dalam kitab Hakim2, tetapi kitab Sjemuel akan mengisahkan pahlawan, jakni Dawud, jang akan mengetjilkan semua tokoh lainnja.
Kisah jang pandjang atau pendek itu merupakan bagian pokok kitab tersebut (5, 6- 16, 31). Itu didahului fua pendahuluan (1, 1-2, 5; 2, 6-3, 5) dan keseluruhannja dikuntji dengan dua tambahan jang satu tentang tempat sutji suku Dan (17) dan jang lain mengisahkan keruntuhan suku Binjamin sebagai hukuman atas kedurdjanaan kota Gibe’a (19-21). Di-tengah2 terdapat pula suatu penahuluan (10) jang mendahlui kisah2 tentang Jeftah dan Sjimsjon. Tiap2 kisah hakim selandjutnja ditempatkan dalam rangka jang serupa, jang perumusannja hanja merupakan ulangan singkat dari gagasan, jang dirumuskan dengan pandjang-lebar dalam pendahuluan adjaran jang kedua (3, 7.11; 4, 12.30; 4, 1-3.23.24; 5, 51c; 6, 1-2.7-10; 10, 6- 15; 12, 7; 13, 1; 15, 200; 16, 31b). dari itu njatalah, bahwa kisah2 tersebut gunanja untuk mendjelaskan gagasan jang dirumuskan dalam pendahuluan.
Dari ichtisar ini djelaslah sudah, bahwa kitab Hakim2 tersusun dari ber-bagai2 unsur, jang terang berbeda satu sama lain. Kisah itu diambil dari sumber2 jang lebih kuno dan baru diolah mendjadi suatu kesatuan oleh penjuun dan lagi seakan2 dibubuhi dennga beberapa tjatatan. Kisah2 itu diluar dan sebelum tersusunnja kitab tersebut sudah ada tersendiri. Kisah2 itu sudah beredar didalam tradisi suku masing2, dan ketika achirnja dimasukkan dalam kitab, maka kisah2 itu hampir2 tidak dioleh lebih landjut, tapi diambil begitu sadja sebagaimana adanja. Pastilah kisah2 itu sudah lama ada didalam tradisi lisan se-mata2, sebelum kemudian dituliskan. Tetapi sangat boleh djadi kisah2 itu bukan baru dalam kitab Hakim2 itu terdapat bentuk tulisannja. Hanja tentang tjatatan2 ketjil mengenai hakim2 ketjil bolehlah kiranja diterima, bahwa itu dirumuskan oleh penjusun kitab itu, tetapi toh berdasarkan tradisi2 jang samar2. Djuga pendahuluan pertama jang bertjorak historis itu, se-tidak2nja mengenai isinja, berasal dari tradisi. Tetapi haruslah diterima, bahwa kisah2 itu sendiri terdjadi tak lama semudah peristiwa2 jang dikisahkan itu sendiri an segera mendapat bentuknja jang kurang lebih tetap. Dapat djuga dikirakan, bahwa didalam tradisi lisan itu pelbagai kisah tentang orang jang sama dan tentang peristiwa jng sama ditjampuradukkan.
Asal kuno kisah2 jang tidak dapat disangkal ini merupakan djaminan pula bagi nilah sedjarahnja. Kalaupun dalam tradisi itu ditambahkan beberapa unsur, -pun pula unsur2 jang lebih bertjorak fokloristis, namun intipati dan perintjian2 umum kisah itu bersesuaian dengan kenjataan. Disini kita tidak bersua dengan dongengan, legenda atau mythos, melainkan dengan peristiwa2 dari masa kono Israil. Betul, kisah2 tu terlalu fragmentaris tjoraknja, untuk dapat menggambarkan kembali djaman para hakim dengan segala hal-ihwalnja jang ketjil2 tetapi bagan2 it mempunjai dasar jang sungguh2.
Pada umumnja disetudjui, bahwa kitab Hakim2 dalam bentuknja jang sekarang tidak terdjadi dan tidak tersusun sekali djadi. Kitab itu boleh dikata berkembang setjara ber-angsur2. dengan itu tidaklah dimaksudkan, bahwa kisah2 itu tadinja sudah ada sendiri2, melainkan bahwa pengumpulannja berdjalan dalam beberapa tingkatan. Tetapi dalam menentukan lebih landjut tingkatan masing2, timbullah pendapat jang ber-lain2an antara para ahli. Ada ahli, jang berpangkal pada tradisi lisan sampai kelima tingkatan. Tingatan2 itu tidak selalu redaksi jang ber-turut2, tetapi djuga kumpulan2 jang sedjadjar djalannja dan kemudian dilebur djadi suatu kesatuan. Lebih umum ialah pendapat bahwasanja tjukup dua redaksi sadja, untuk sampai kebentuknja jang sekarang. Redaksi pertapa agaknja memuat kisah2 dari 5, 12-9, 57 bersama dengan pendahuluan jang bertjorak historis, 1, 1-2, 5. redaksi kedua, jang lebih bersifat theologis, telah menambahkan jang lain2 kepada redaksi pertama itu dan memperkaja bahan2 jang sudah ada dengan keterangan2 baru. Dari pengumpul belakangan ini berasallah pendahuluan kedua (2, 6-3, 6) dan kedua tambahan (17-18; 19-21). Menurut beberapa ahli kedua tambahan itu merupakan gantinja I Sjem. 1-12, jang katanja mula2 termasuk dalam kitab Hakim2. Tetapi rupanja tiada tjukup alasan, untuk menerima hubungan dengan I Sjem itu. Selandjutnja dapat dikirakan djuga adanja imbuhan2 ketjil dikemudian hari, jang tidak dapat merubah sedikitpun pada keseluruhannja.
Djuga soal, bila kitab itu mendapat bentuknja jang definitif, djawabja sangat ber-beda2. sebagaimana halnja dengna kitab Jasjua’, demikian kitab Hakim2 oleh banjak ahli di-hubung2-kan dnegan Pentateuch (kelima kitab Musa), sedangkan dewasa ini lebih banjak ahli meng-hubung2kannja dnegan kitab Ulangtutur. Soal ini sudah dibitjarakan berkenaan dengan kitab Josjua’, dan apa jang dikatakan disana dapatlah diulang disini. Lebih baiklah kiranja dilepaskan sadja dari karja2 lainnja. Untuk menanggalkan kibtab itu melalui djalan lain. Tak seorangpun menjangkal, bahwa kitab Hakim2pun didukung oleh gagasan2 keigamaan jang sama seperti Ulangtutur, tetapi hal ini tidak berarti dengan mutlaknja, bahwasanja kitab tersebut bergantung dari padanja mengenai waktu terdjadinja. Dari sebab itu lebih baiklah penentuan waktu itu didasarkan atas keterangan2 dari kitab itu sendiri. Dari 18, 30-31 agaknja dapat disimpulan, bahwa si redaktor menjusun karjanja sesudah tahun 733 atau 722, keitik keradjaan utara Israil diangkut kepembuangan oleh Asyria. Tetapi tidak sedikitlah ahli jang menganggap ajat2 tersebut sebagai imbuhan belakangan, sendangkan ahli2 lainnja mau memperbaiki teks itu, sehingga bukan penduduk negeri itu melainkan peti Jahwelah jang diangkut ketempat lain, hal mana di-hubung2kan dengan penghantjuran tempat sutji di Silo didjaman Sjemuel oleh orang2 Felesjet. Rumus jang di-ulang2 sadja dalam bagian2 terachir: “tiada radja di Israil” (17, 6; 18, 15; 19, 1; 21, 25) sebagai pendjelasan adanja kebedjatan susila, mengandaikan pengetahuan tentang keradjaan di Israil, malahan sebagai faktor tatatertib dan kesedjahteraan. Tetapi keradjaan belakangan dalam hal itu ternjatalah bukan suatu berkah, karena ketika itu terutama dikeradjaan utara tidak djaranglah keradjaan itu mendjadi sebab musababnja keruntuhan keigamaan dan susila. Redaktor terachir, jang membuat tjatatan2 itu, mestilah hidup pada awal keradjaan, jang mengachiri kekatjauan djaman para hakim. Djadi didjman Sjaul atau Dawud, sekitar th. 1050-950. bahwasanja dalam kitab itu ada ketjondongan2 anti-radja (Gibe’on, Abimelek) dapatlah diterangkan dari sumber2 jang digunakan, dan djustru pda awal keradjaan ketjondongan2 serupa itu masih lama berpengaruh. Pun kenjataan, bahwasanja kisah2 itu dilandjutkan dengan djiwa jang sama dalam kitab Sjemuel dapatlah dipandang sebagai suatu pembenaran penanggalan tersebut diatas. Bagaimanapun djua, pendapat jang hendak menanggalkan kitab itu (dalam redaksinja jang pertama) sesudah terdjadinja Ulangtutur sekitar tahun 632 atau (dalam redaksinja jang kedua) sedudah waktu pembugann tidak mempunjai alasan tjukup, untuk diterima sebgai pasti. Untuk memebrikan penanggalan kemudian, dikemukakan pula ktjaman terhadap tempat sutji di Dan, salah satu tempat sutji dikeradjaan utara, kritik mana terselip dalam pasal 17-18. Tetapi tjelaan tersebut sudah tjukup didjelaskan dnegna kenjataan, bahwa tempat sutji tersebut didirikan oleh orang2 jang sama sekali tak berwenang dan setjara se-wenang2 dan tanpa petundjuk satupun dari pihak Jahwe. Djuga didjaman kuno sekali tjara serupa itu tidak dapat dibenarkan oleh kalangan2 agama, dan kisah itu pada dirinja menerangkan keruntukhan besar dalam bidang keigamaan didjaman para hakim. Dalam seluruh kitab itu tidak terdapat petundjuk2 adanja perpisahan atanra Juda dan keradjaan-utara, tetapi Israil malahan dipandang sebagai suatu kesatuan. Dan hal ini njatalah dapat dimengerti didjaman sebelum perpisahan. Betul dapatlah diterima, bahwa belakanganpun masih ada perubahan dan imbuhan ketjil2an, karena tiada kitab satupun dari Perdjandjian Lama dipandangn sebgai sesuatu, jang tidak boleh diubah lagi. Sikap tersebut baru dari waktu djauh belakangan.
Pada hakikatnja sukarlah, jah malahan tidak mungkinlah menjebut nama2 para penjusun kitab Hakim2. Dikalangan Jahudi dan djuga dikalangan Kristern lamalah Sjemuel dianggap sebagai pengarangnja dan itupun oleh beberapa ahli masih dianggap mungkin. Tetapi achirnja kesemuanja itu hanja bersandarikan perkiraan sadja dan tetap sukar dibuktikan. Maka itu lebih baiklah tidak menebut nama2 sadja. Satu2nja, jang dapat diketahui dari kitab itu sendiri. Ialah bahwasanja para penjususnnja adalah orang2 jang berkeigamaan, jang hidup dari gagasan2 jang djuga tampak dalam kitab Ulangtutur. Si atau para penjusun haruslah ditjari dikalangan Levita dan imam. Lebih dari itu tidak dapat.
Gagasan-pokok keigamaan, untuk mana seluruh kitab itu telah ditulis, ialah keadilan Allah jang berbelaskasihan. Semua kisah dimaksudkan, untuk memperlihatkan dalam bentuk jang konkrit, bahwa betapapun djua tidak-setianja umat kepada Jahwe, Allah toh tidak pernah melupakan umatNja. Segala kedjadian ditudjukanNja, untuk memperingatkan umat akan kesetiaan, agar dnegna itu terdjamnlah kebahagiaan dan kesedjahteraan. Bahkan terus adanja bangsa2 kafir di Kena’an adalah suatu tanda kerelaan Jahwe. Rangka jang berulang kembali dari kitab itu ialah sbb.: Umat meninggalkan Jahwe, bukannja per-tama2 karena tingkah-laku susilanja, melainkan lebih2 karena ketidak-setiaan keigamaan, jang berupa pemudjaan serta kepertjajaan pada berhala2 negeri itu. Ketidak-setiaan ini dihukum Jahwe dengna penindasan oleh pihak musuh. Tetapi hkukman itu tidak dimaksudkan untuk menolak umat, melainkan lebih untuk menginssjafkan umat agar berbalik kepada Jahwe. Apabila umat berpaling dari berhala dan berbali k kepada Jahwe, maka Jahwe segera mengutus seorang penjelaman. Si penjelamat tidak mengambil inisiatif, melainkan dipanggil oelh Allah, untuk memenuhi tugas penjelamatan atas namaNja. Bahwasanja Jahwe jang bertindak, sangatlah djelas digambarkan oelh riwajat Gide’on, jang harus mengurangi lasjkarnja sampai djumlah jang se-ketjil2nja (7, 1-8), jang maksudnja dirumuskan dengan tegas (7, 2). Kebebasan dan kesedjahteraan berlangsung selama mat tetap setia. Apabla umat kemudian tidak setia lagi, maka proses jang sama berulang kembali. Tetapi dalam kitab Hakim2 samasekali tidak dinjatakan, bahwa ketidak-setiaan, jang ber-ulang2 itu akan memuntjak djadi penolakan definitif,sebagaimana jang dinjatakan dlam kitab Radja2. Sebaliknja; kendati ketidaktetapan umat, kepertjajaan akan Jahwe dan harapan akan kerelaannNja, adalah faktor jang tetap: kerelaan Allah adalah lebih besar daripada kedurhakaan umat. Kepertjajaan ini adalah kekuatan jang menjelamatkan dan diperorangkan dalam tokoh2 para hakim. Mereka tidak ragu2 mengikuti panggilan Jahwe, karena mereka tahu, bahwa Jahwe adalah berbelaskasihan dan selalu akan mengampuni kedjahtan umat jang bersesal dan akan melepaskannja dari penindasan .itupun jang dipudji oleh surat kepada orang2 Hibrani pada tokoh2 tersebut. (Hbr. 11, 32). Dan inilah artinja jang tetap dari sedjarah para hakim, bahwasanja kepertjajan akan Allah serta kerelaanNja mendatangkan penjelamatan dalam diri Hakim jang terbesar. Penjelamat definitif dari segala penindasan dan bahkan dari akarnja, dosa, ialah: Jesus Kristus. Tetapi sedjarah para hakim adalah djuga suatu peringatan jang tetap akan sesal dan tobat, sjarat bagi penebusan dan penjelamatan.
TFTWMS: Hakim-hakim (Pendahuluan Kitab) PRAKTIKKANLAH APA YANG ANDA KHOTBAHKAN
MENGUCAPKAN SEGALA PERKATAAN YANG BENAR (HAKIM-HAKIM 17; 18)
Tetaplah duduk di kursi Anda! Membaca lima pasal ...
PRAKTIKKANLAH APA YANG ANDA KHOTBAHKAN
MENGUCAPKAN SEGALA PERKATAAN YANG BENAR (HAKIM-HAKIM 17; 18)
Tetaplah duduk di kursi Anda! Membaca lima pasal terakhir Kitab Hakim-Hakim adalah seperti naik kereta luncur. Anda menunggu dalam antrian yang panjang sampai tiba giliran Anda untuk melangkah ke dalam gerbong kecil yang akan menjadi tempat tinggal Anda untuk tiga menit berikutnya. Seseorang mengencangkan sabuk pengaman Anda. (Ingatlah, Anda tidak harus melakukan ini!) Sentakan yang tiba-tiba memberitahu Anda bahwa sekarang perjumpaan dengan kegilaan sedang dimulai. Irama aneh yang timbul dari gemerincing rantai yang berat yang beradu dengan jalur metal menemani terangkatnya Anda dengan perlahan ke puncak tertinggi di taman hiburan itu. Jika Anda duduk menghadap ke depan, maka Anda menjadi orang pertama yang "menikmati" pandangan yang luas atas seluruh daerah itu. (Yaitu, jika hidupmu yang melintas sekilas di matamu tidak menghalanginya!) Gerbong Anda mendaki bukit itu dan meluncur ke bawah, masih ditahan oleh rantai yang terus-menerus mencengkeram bagian belakang gerbong-gerbong tersebut.
Lalu Anda mendengar ini! Gerbong itu dilepas tanpa rem, Anda merasakan gaya tarik bumi, dan Anda mengalami terjun bebas yang menghujam ke tanah. Orang-orang yang sudah kawakan dalam naik kereta luncur sanggup mengangkat kedua tangan mereka sambil berteriak dengan perasaan gembira, sedangkan jari-jari tangan Anda yang mencengkeram kuat palang besi mengeluarkan keringat dingin. Anda berteriak ketika tempat duduk Anda rasanya mengocok-ngocok isi perut Anda! Ketika akhirnya Anda berhenti melayang, jalur tersebut lalu meliuk dan berbelok serta memutar hingga diri Anda terbalik—yang adalah baik untuk Anda, sebab setidaknya Anda tidak lagi meluncur secara vertikal! Lalu gerbong itu pun mendarat! Kereta luncur mana saja yang cukup lumayan baik akan berputar lagi untuk kedua kalinya. Karena Anda sekarang sedang kehilangan arah dan sudah bergerak begitu cepatnya, maka "tukikan terakhir" ini (Bukankah hal itu terdengar berbahaya?) adalah satu-satunya yang membawa Anda ke luar dari batasan dan mendorong Anda untuk berjanji kepada Allah tentang apa yang akan dan tidak akan Anda lakukan di masa depan jika Ia bersedia untuk menurunkan Anda dari perjalanan yang gila itu. Jika Anda pernah mengalami sensasi "tukikan terakhir," maka Anda mungkin sudah agak siap untuk lima pasal terakhir dalam Kitab Hakim-Hakim.
Hakim-Hakim 17-21 berisi dua kisah aneh yang membawa kita kepada kesimpulan yang mengerikan atas kitab ini. Kedua kisah itu aneh sebab pertama, kehadiran mereka di akhir Kitab Hakim-Hakim tidak ada kaitannya sama sekali dengan kronologi, dan kedua, sebab tidak melibatkan baik penindasan bangsa asing maupun seorang hakim di Israel. Pasal-pasal itu kelihatannya menjadi seperti "tukikan terakhir." Kemerosotan moral Israel, pada titik ini, sudah mencapai tingkat rendah yang tidak bisa dipercaya, namun lima pasal terakhir ini bahkan berada lebih rendah lagi! Meskipun Israel telah diberi peringatan tentang penindasan yang akan ditimbulkan seorang raja terhadap negeri itu, kekacauan di akhir Kitab Hakim-Hakim adalah cukup mengerikan untuk membuat raja mana saja terlihat berpenampilan baik.1Jika sejauh ini Anda mengira perjalanan Anda sudah cukup sulit, tetaplah duduk di kursi Anda, sebab perjalanan itu akan mengalami banyak hal yang lebih buruk lagi!
IMAM PRIBADI MIKHA (Hakim-hakim 17:1-13)
Mikha adalah sebuah nama Israel yang baik yang artinya "Siapakah yang seperti Yahweh?" Seorang laki-laki dari bukit Efraim yang memiliki nama itu diperkenalkan kepada kita di awal pasal 17. Kelihatannya ia mencuri beberapa perak milik ibunya, namun ia takut mengakui kejahatannya itu ketika ibunya mulai mengutuki siapa saja yang telah mencuri hartanya. Terhadap anak laki-lakinya yang mencuri dan menyesali perbuatannya itu si ibu merespon dengan pernyataan yang berlagak suci "Diberkatilah kiranya anakku oleh TUHAN" (17:2). Betapa senangnya ibu itu menemukan kembali barangnya yang hilang sehingga ia bernazar untuk menyerahkan sebagiannya untuk pelayanan Allah "supaya dibuat patung pahatan dan patung tuangan dari pada uang itu" (17:3). Untuk menepati janjinya itu, ia menyewa seorang tukang perak untuk membuat sebuah berhala dan menempatkan berhala itu di dalam rumah anaknya, Mikha. Rumah Mikha itu sudah memiliki kuil, sehingga wajar bagi dia untuk menambahkan berhala lainnya dan sebuah efod ke dalam kuil kecilnya itu. (Ingat Gideon?) Dengan koleksi perlengkapan keagamaan seperti itu, ia mulai merasa membutuhkan seorang imam. Ia memulainya dengan memakai salah seorang anak laki-lakinya sebagai imam, namun ia sangat senang ketika muncul kesempatan bagi dia untuk menyewa seorang Lewi asli untuk menjadi "bapak dan imam" (17:10). Pemuda Lewi itu, belakangan dikenal sebagai Yonatan (18:30), tinggal di rumah Mikha, dan Mikha dengan penuh keyakinan menyatakan, "Sekarang tahulah aku, bahwa TUHAN akan berbuat baik kepadaku, karena ada seorang Lewi menjadi imamku" (17:13).
SEKEDAR MENCARI TEMPAT TINGGAL
Ketika Israel menetap di dalam Tanah Terjanji, orang-orang dari suku Dan menerima bagian tempat tinggal mereka yang kurang baik. Sebelumnya penulis Hakim-Hakim telah menulis, "Orang Amori mendesak bani Dan ke sebelah pegunungan dan tidak membiarkan mereka turun ke lembah" (1:34).
Karena merasa frustasi terhadap keadaan hidup mereka, kaum Dan lalu memutuskan untuk mencari wilayah baru (18:1, 2). Untuk itu mereka mengirim lima mata-mata untuk berjalan ke utara untuk mencari tempat tinggal yang lebih baik. Dalam perjalanannya itu mereka melintasi rumah Mikha dan merasa takjub mendengar suara imam Mikha, orang Lewi dari suku Benyamin. Mungkin karena mengenali imam itu lewat logat "selatan"nya, mereka lalu bertanya kepada dia mengapa ia berada di situ. Ketika mereka tahu bahwa ia adalah seorang imam, mereka lalu meminta dia untuk bertanya kepada Allah (bayangkanlah kembali Gideon) apakah perjalanan mereka akan berhasil atau tidak. Karena menerima jaminan dari orang Lewi itu bahwa Allah merestui misi mereka, maka mereka melanjutkan perjalanan sampai tiba di Lais. Kota ini dihuni oleh orang-orang yang hidup dengan "tenteram" (18:7, 10), dan yang menikmati kedamaian dan kemakmuran. Mata-mata suku Dan itu tahu bahwa mereka telah menemukan tempat tinggal yang baru!
Begitu mata-mata itu memberitahu kerabat mereka yang tinggal di perbukitan tentang lembah indah yang terletak di Lais, maka enam ratus orang Dan mempersenjatai diri mereka dan bergerak untuk bertempur. Ketika mereka berjalan ke utara, mereka juga mampir di rumah Mikha. Mereka mencuri efod dan berhalanya, dan mereka memaksa Yonatan untuk pergi bersama mereka sebagai imam mereka. Ketika Mikha mengetahui apa yang telah terjadi, ia lalu mengumpulkan para tetangganya dan berangkat mengejar para perampok dari suku Dan itu. Namun begitu, suku Dan terlalu kuat, dan Mikha dipaksa pulang kembali. Suku Dan itu melanjutkan perjalanan mereka ke Lais, dimana mereka membakar kota itu dan membunuh semua penduduknya. Lalu mereka membangun kembali apa yang sudah mereka bakar dan menamakan kembali tempat itu Dan. Kisah suku Dan berakhir dengan perkataan ini:
Bani Dan menegakkan bagi mereka sendiri patung pahatan itu, lalu Yonatan bin Gersom bin Musa bersama-sama dengan anak-anaknya menjadi imam bagi suku Dan, sampai penduduk negeri itu diangkut sebagai orang buangan. Demikianlah mereka menempatkan bagi mereka sendiri patung pahatan yang telah dibuat Mikha itu, dan patung itu ada di sana selama rumah Allah ada di Silo (18:30, 31).
APAKAH PERSOALANNYA
Berbeda dengan kekerasan dan tipu daya pelbagai cerita lainnya dalam Hakim-Hakim, episode singkat ini melibatkan Mikha, imamnya, dan suku Dan yang pada awalnya bersikap lembut—nyaris tanpa kesalahan. Selain itu, jika kita harus membaca pelbagai kejadian seperti itu, kemungkinan besar kita bahkan tidak akan menganggap penting informasi itu. Namun begitu, ketika kita ingat bahwa orang-orang yang terlibat itu adalah orang Israel, maka tiba-tiba saja hal itu menjadi persoalan yang sama sekali berbeda. Bagi orang pagan bersikap seperti orang pagan adalah biasa; namun bagi umat pilihan Allah bersikap seperti orang pagan adalah sesuatu yang sama sekali berbeda. Dari sudut pandang rohani, kasus ini menjadi suatu demonstrasi yang mengejutkan dimana ketika Israel terus mengucapkan kata-kata seperti suatu bangsa yang kudus, kehidupan mereka menunjukkan bahwa mereka sama sekali telah melupakan Allah!
Semua peserta di dalam cerita ini adalah orang Israel. Mereka memiliki hak waris yang sah, tinggal di tanah yang tepat, dan memakai bahasa yang benar—tetapi mereka telah memutar-balik inti iman mereka. Sebagai contoh, seorang ibu menamakan anak laki-lakinya dengan nama yang saleh "Mikha," namun ibu itu berpaling dan membelikan sebuah berhala untuk dia, sehingga melanggar perintah Yahweh untuk jangan membuat berhala (Keluaran 20:4). Di sepanjang alur yang sama, perempuan yang sama itu menyerahkan juga dua ratus uang perak kepada Allah, namun begitu ia terusterang melawan Dia dengan memberikan perak itu untuk bahan membuat berhala! Selanjutnya, pertimbang-kanlah masalah imam Mikha. Mikha sangat bangga sebab ia masih menjalankan ajaran Taurat dimana seorang imam haruslah orang Lewi, namun begitu ia mengelilingi imamnya itu dengan pelbagai berhala dan memakai dia untuk meramal! Selain itu, contoh kontradiksi lainnya antara ucapan dengan cara hidup mereka terlihat di dalam masalah mata-mata yang meminta imam itu untuk mencari tahu apakah Allah akan bersama mereka atau tidak, dimana mereka kembali hanya untuk mencuri berhala-berhala milik Mikha! Prilaku suku Dan di Lais itu bersifat menentukan. Dari awal mereka telah menempatkan pelbagai berhala di dalam rumah baru mereka. Rumah Allah ada di Silo, namun mereka mendirikan kuil berhala di kota Dan yang baru, namun pada saat yang sama mereka mengaku sebagai umat Allah. Bahasa mereka adalah bahasa perjanjian, tetapi prilaku mereka adalah prilaku bangsa Kanaan yang menyembah berhala. Perkataan mereka benar, tetapi tindakan mereka semuanya salah.
BERITA YANG CAMPUR-ADUK
Kitab Suci bicara dengan berani dan sejernih sinar laser tentang betapa besarnya Allah membenci penggunaan bahasa yang pura-pura suci untuk menutup-nutupi gaya hidup yang mendurhaka. Yeremia pernah berdiri di pintu gerbang bait suci dan menyampaikan pesan dari Allah ini:
"Hai sekalian orang Yehuda yang masuk melalui semua pintu gerbang ini untuk sujud menyembah kepada TUHAN! BeginilahfirmanTUHANsemestaalam,AllahIsrael:Perbaikilah tingkah langkahmu dan perbuatanmu, maka Aku mau diam bersama-sama kamu di tempat ini. Janganlah percaya kepada perkataan dusta yang berbunyi: Ini bait TUHAN, bait TUHAN, bait TUHAN, melainkan jika kamu sungguh-sungguh memperbaikitingkahlangkahmudanperbuatanmu,jikakamu sungguh-sungguh melaksanakan keadilan di antara kamu masing-masing, tidak menindas orang asing, yatim dan janda, tidak menumpahkan darah orang yang tak bersalah di tempat inidantidakmengikutiallahlain,yangmenjadikemalanganmu sendiri,makaAkumaudiambersama-samakamuditempatini, di tanah yang telah Kuberikan kepada nenek moyangmu, dari dahulu kala sampai selama-lamanya. "Tetapi sesungguhnya, kamu percaya kepada perkataan dusta yang tidak memberi faedah" (Yeremia 7:2b-8; huruf miring oleh saya).
Beberapa abad kemudian, Yesus duduk di lereng gunung dan menyatakan berita yang sama:
Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga. Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi nama-Mu, dan mengusir setan demi nama-Mu, dan mengadakan banyak mujizat demi nama-Mu juga? Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan! (Matius 7:21-23; huruf miring oleh saya).
Setelah itu, Paulus menyurati jemaat di Roma dengan kata-kata teguran yang pedas ini:
Tetapi, jika kamu menyebut dirimu orang Yahudi dan bersandar kepada hukum Taurat, bermegah dalam Allah, dan tahuakankehendak-Nya,danolehkarenadiajardalamhukum Taurat, dapat tahu mana yang baik dan mana yang tidak, dan yakin, bahwa engkau adalah penuntun orang buta dan terang bagi mereka yang di dalam kegelapan, pendidik orang bodoh, dan pengajar orang yang belum dewasa, karena dalam hukum Taurat engkau memiliki kegenapan segala kepandaian dan kebenaran. Jadi, bagaimanakah engkau yang mengajar orang lain, tidakkah engkau mengajar dirimu sendiri? Engkau yang mengajar:"Janganmencuri,"mengapaengkausendirimencuri? Engkau yang berkata: "Jangan berzinah," mengapa engkau sendiri berzinah? Engkau yang jijik akan segala berhala, mengapa engkau sendiri merampok rumah berhala? Engkau bermegahatashukumTaurat,mengapaengkausendirimenghina AllahdenganmelanggarhukumTauratitu?Sepertiadatertulis: "Sebab oleh karena kamulah nama Allah dihujat di antara bangsa-bangsa lain"…(Roma 2:17-24).
Dalam seluruh tiga kasus itu, umat itu dikecam pedas oleh sebab cara hidup mereka yang jahat bertentangan dengan ucapan mereka yang saleh.
Sewaktu saya menginjak dewasa, tradisi rumah tangga kami pada Sabtu sore menjelang malam adalah menonton pertunjukkan mingguan musik country yang dipandu oleh Porter Wagoner, Lester Flatt dan Earl Scruggs, dan Wilburn Brothers. Salah satu tampilan yang sudah bisa diduga dari seluruh ketiga pertunjukkan itu adalah penyajian sebuah lagu keagamaan. Di tengah-tengah masa 25 menit yang berisi lagu-lagu tentang minum-minum dan penipuan, lampu-lampu di sekeliling band itu akan meredup dan si pembawa acara akan menunjukkan mimik mukanya yang penuh kesalehan. Lalu ia akan menampilkan "satu lagu rohani." Untuk beberapa menit selanjutnya televisi yang hingar-bingar itu akan menjadi sebuah kapel. Namun begitu, ketika lagu itu sudah selesai, televisi itu kembali lagi menyajikan lagu-lagu yang berisi minum-minum dan penipuan!
Dalam tahun-tahun belakangan ini, jenis kekacauan antara omongan yang rohaniah dan cara hidup yang jahat telah semakin agresif dipraktikkan oleh penyanyi pop Madonna. Nyaris selalu mengenakan salib dan memakai pelbagai simbol dan perkataan agamis yang cukup banyak untuk membuat setiap orang terhuyung-huyung, ia telah membangun karirnya di atas campuran yang penuh hujatan antara mengucapkan bahasa Sion dan hidup dengan gaya Sodom dan Gomora.
Bahaya tersendiri atas masalah ini adalah bahwa bahaya itu bisa terwujud dengan sangat mudahnya ketika bahasa keagamaan tersedia dengan sangat berlimpahnya. Pada zaman kini di Amerika, buku-buku keagamaan laku keras tak terkalahkan. Namun begitu, kita mungkin bisa mengalami kebalikan dari harapan yang seharusnya selaras dengan fakta itu. Berbicara tentang era kita ini, penulis Rusia yang terkenal, Alexander Slozhenitsyn pernah berpendapat,
Seandainya saya diundang untuk secara singkat mengidentifikasi ciri-ciri utama dari keseluruhan abad keduapuluh, di sini juga saya tidak akan mampu menemukan apa saja yang lebih tepat dan tajam daripada mengulangi sekali lagi [perkataan ini]; Manusia telah melupakan Allah.2
Bagaimanakah hal itu bisa terjadi? Bagaimanakah suatu masyarakat yang begitu "agamis" pada saat yang sama melupakan Allah? George MacDonald, yang pernah menjadi penasihat C. S. Lewis, percaya bahwa menjamur-nya bahasa kegamaan sesungguhnya bisa menyebabkan tumbuhnya ketidakpercayaan! Ia berkata, "Tidak ada yang begitu mematikan bagi ilahi selain kebiasaan bergaul dengan bagian sebelah luar dari hal-hal rohani."3
Ini merupakan keprihatinan tersendiri bagi saya, yang tinggal di dalam masyarakat perguruan tinggi Kristen. Meskipun saya percaya dengan teguh tempat itu merupakan tempat terbaik di muka bumi ini, namun saya punya keprihatinan yang dalam untuk diri saya sendiri, isteri saya, dan anak-anak saya dalam kami tinggal di situ. Kami dikelilingi oleh banyak sekolah Kristen, percakapan Kristiani, bangunan Kristen, organisasi Kristen, dan pelbagai kegiatan Kristiani yang sangat banyak. Kisah Mikha dan nabinya merupakan pengingat yang menghantui bahwa di sini kami bisa kehilangan iman dan jiwa kami dan mungkin kami tidak pernah menyadari hal itu sudah terjadi. Kita bisa melupakan Allah bahkan jika kita tidak pernah berhenti bicara tentang Dia!
KETAATAN YANG PILIH-PILIH
Sekarang, marilah kita lebih spesifik. Godaan yang dihadapkan oleh teks kita dengan sangat kuatnya adalah kecenderungan kita untuk menaati Allah secara pilih-pilih, yang bukan merupakan ketaatan sama sekali. Ketaatan seperti itu bagaikan seorang mahasiswi yang … sangatketatdalampengajarandoktrin,tetapitidurseranjang denganpacarnya. atau yangsangatberhati-hatiuntuktidaktidurseranjangdengan pacarnya, tetapi terus-menerus menggosip dan bersikap membenci dan jahat terhadap orang lain. atau tidak bersikap membenci, tetapi acuh saja terhadap orang lain yang sesat atau terluka. atau yang memperhatikan manusia, tetapi mengabaikan pengajaran doktrin Kitab Suci.
Beberapa tahun yang lalu, dalam sebuah wawancara dengan majalah Christianity Today 4George Gallup memperhatikan menjamurnya persoalan itu di dalam masyarakat kita. Ia berkomentar bahwa hanya 4 dari 100 orang Amerika berkata bahwa agama tidaklah penting di dalam hidup mereka,. Selanjutnya, sekitar 75 persen orang Amerika "bergereja" atau pernah "bergereja" hingga sampai baru-baru ini saja. Sebagian besar dari orang-orang ini mengaku sebagai pengikut Yesus. Sayangnya, Gallup berkomentar, "Anda benar-benar tidak akan menemukan banyak perbedaan antara orang yang bergereja dan yang tidak bergereja dalam masalah penipuan, penghindaran pajak, dan penyerobotan, sebagian besar oleh karena banyaknya agama sosial .…"5
Baru-baru ini saja, Cal Thomas, kolumnis konservatif yang terkenal itu, meminta semua orang Kristen di seluruh negara untuk "menjalankan langkah yang benar" jika mereka membicarakan langkah yang benar." Supaya orang Kristen dihormati, jika tidak selalu disetujui oleh mereka yang menetapkan nilai-nilai masyarakat, maka pertama-tama mereka harus membenahi rumah tangga mereka sendiri. Menurut Thomas, survei telah menunjukkan bahwa tingkat perceraian orang Kristen sama tingginya dengan orang non-Kristen. Ternyata begitu kurangnya "nilai-nilai keluarga itu." Orang yang mengaku Kristen melakukan juga aborsi dengan tingkatan yang sama tingginya—atau bahkan lebih tinggi daripada—mereka yang menganut iman lain atau yang tidak beriman sama sekali.6
KESIMPULAN
Kisah Mikha mengingatkan kita bahwa iman sejati bisa mati bahkan ketika nama Allah terucap di bibir kita. Paulus menuliskan bahaya yang sama ini kepada umat Kristen di Roma. Pertanyaannya yang mendakwa mereka itu menantang kita di zaman kini:
"… Engkau yang mengajar: ‘Jangan mencuri,’ mengapa engkau sendiri mencuri? Engkau yang berkata: ‘Jangan berzinah,’ mengapa engkau sendiri berzinah? Engkau yang jijik akan segala berhala, mengapa engkau sendiri merampok rumah berhala? Engkau bermegah atas hukum Taurat, mengapa engkau sendiri menghina Allah dengan melanggar hukum Taurat itu?" (Roma 2:21-23).
Dosa bisa masuk ke dalam kehidupan orang Kristen mana saja yang Iblis sergap dalam keadaan lengah. Hal itu bisa terjadi dalam rumah tangga "Kristen" atau sekolah "Kristen. Hal itu bisa terjadi sewaktu kita mendengarkan musik "Kristen," bermain dalam tim softball "Kristen," atau bahkan sewaktu berkhotbah dari mimbar "Kristen." Kemungkinan tersebut membuat beku diri saya hingga tembus ke tulang.
TFTWMS: Hakim-hakim (Garis Besar) Catatan Akhir:
1 Lihat Hakim-Hakim 17:6; 18:1; 19:1; 21:25.
2 James Dobson, Love For A Lifetime (Sisters, Ore.: Multnomah, 1993), 52.
3 C. S....
Catatan Akhir:
- 1 Lihat Hakim-Hakim 17:6; 18:1; 19:1; 21:25.
- 2 James Dobson, Love For A Lifetime (Sisters, Ore.: Multnomah, 1993), 52.
- 3 C. S. Lewis, George MacDonald: An Anthology (New York: MacMillian, 1947), 113.
- 4 "Tracking America’s Soul," Christianity Today (17 November 1989): 22-25.
- 5 Ibid., 24.
- 6 Cal Thomas, "Two Kingdoms in conflict ...." The Searcy (Arkansas) Daily Citizen (17 July 1994): 4A.
Pengarang: Bruce McClarty
Hak Cipta © 2011 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
BIS: Hakim-hakim (Pendahuluan Kitab) HAKIM-HAKIM
PENGANTAR
Buku Hakim-hakim berisi kisah-kisah dari suatu zaman dalam sejarah Israel
sebelum bangsa itu menjadi suatu kerajaan. Itulah za
HAKIM-HAKIM
PENGANTAR
Buku Hakim-hakim berisi kisah-kisah dari suatu zaman dalam sejarah Israel sebelum bangsa itu menjadi suatu kerajaan. Itulah zaman antara pendudukan Kanaan dan berdirinya kerajaan Israel. Kisah-kisah tersebut adalah mengenai hal-hal yang dilakukan oleh pahlawan-pahlawan bangsa. Mereka lazimnya disebut hakim, tetapi kebanyakan dari mereka sebenarnya adalah pemimpin-pemimpin militer, dan bukan hakim menurut arti yang biasa. Salah seorang dari para pahlawan itu, yang sangat terkenal, ialah Simson. Kisahnya terdapat dalam Pasal 13-16 (Hak 13:1-16:31).
Ajaran utama dari buku ini ialah bahwa hanya dengan setia kepada Tuhan, umat Israel dapat bertahan terus; tetapi bila mereka meninggalkan Tuhan, mereka selalu mendapat kesukaran besar. Namun dalam masa yang demikian pun Allah selalu bersedia menolong umat-Nya apabila mereka bertobat dari dosa-dosa mereka dan beribadat kepada Allah.
Isi
- Peristiwa-peristiwa yang terjadi sampai pada kematian Yosua
Hak 1:1-2:10 - Pemimpin-pemimpin Israel
Hak 2:11-16:31 - Berbagai-bagai peristiwa
Hak 17:1-21:25
Ajaran: Hakim-hakim (Pendahuluan Kitab)
Tujuan
Supaya dengan melihat isi kitab Hakim-hakim setiap anggota jemaat mengerti akan
kebesaran kasih Allah dalam mengampuni umat-Nya, yang hidup d
Tujuan
Supaya dengan melihat isi kitab Hakim-hakim setiap anggota jemaat mengerti akan kebesaran kasih Allah dalam mengampuni umat-Nya, yang hidup dalam perbuatan dosa. Dan sekaligus melihat keadilan Allah dalam menghukum perbuatan-perbuatan dosa.
Pendahuluan
Penulis : Penulis kitab Hakim-hakim tidak disebutkan dengan jelas, tetapi ada kemungkinan penulisnya adalah Samuel.
Isi Kitab: Kitab Hakim-hakim terdiri dari 21 pasal. Kitab Hakim-hakim menceritakan keadaan umat Allah yang hidup dengan menuruti kemauannya sendiri dan memperlihatkan keadaan umat-Nya yang melupakan Dia.
I. Ajaran-ajaran utama dalam Kitab Hakim-hakim
Pasal 1-3 (Hak 1:1-3:4).
Keadaan bangsa Israel sesudah kematian Yosua Dalam bagian pertama ini terlihat suatu putaran yang terjadi dalam kehidupan bangsa ini. Mereka berbuat dosa sehingga Tuhan memberikan hukuman. Di dalam penderitaan mereka berteriak minta tolong, maka Tuhan menjawab doa mereka dengan mengutus hakim-hakim untuk memimpin dan melindungi mereka. Tetapi setelah hakim itu mati, mereka berbuat jahat lagi. Oleh karena itu Tuhan memberi hukuman lagi supaya mereka harus tetap menurut jalan yang dikehendaki oleh Tuhan.
Pendalaman
- Bacalah pasal Hak 2:6-14. Mengapakah bangsa Israel dihukum oleh Allah? Dan apakah hukumannya?
- Bacalah pasal Hak 2:16-19. Apakah maksud Tuhan dengan memberikan hakim-hakim pada umat-Nya? Dan bagaimanakah perbuatan umat Allah ini setelah Haki tersebut mati?
Pasal 3-16 (Hak 3:5-16:31).
Riwayat Hakim-hakim dan pekerjaannya
Hakim-hakim yang diutus oleh Tuhan berjumlah 12 orang. Ada 6 hakim besar yaitu yang menghasilkan banyak kemenangan. Mereka itu adalah Otniel, Ehud, Debora, Gideon, Jefta dan Simson. Ada juga 6 hakim kecil yang menghasilkan kemenangan tapi tidak banyak yang tertulis mengenai mereka. Mereka itu adalah Samgar, Tola, Yair, Ebzan, Elon dan Abdon.
Pendalaman
- Bacalah pasal Hak 6:14. Melalui panggilan Gideon ini, apakah pekerjaan yan ditugaskan oleh Allah kepada Hakim-hakim?
- Apakah persoalan yang menjadi dasar bangsa Israe menderita? (Hak 8:33-34).
Pasal 17-21 (Hak 17:1-21:25).
Dua contoh kehidupan umat Allah, dalam perbuatan yang bejat
Bagian ini menjelaskan tentang: pertama, perbuatan Mikha dengan patungannya, yang mengakibatkan bangsa Israel menyembah berhala.
Dan kedua, dosa perzinahan yang sangat keji dari suku Benyamin, yang mengakibatkan terjadi perang saudara di antara bangsa Israel.
Pendalaman
- Bacalah pasal Hak 18:24,31. Berilah pendapat saudara terhadap perkataan pemili patung dalam pasal Hak 18:24.
- Bacalah pasal Hak 20:1-11. Apakah perbuatan dosa itu? Dan apakah akibatnya?
II. Kesimpulan/penerapan
Kitab Hakim-hakim mengajarkan kegagalan umat Allah dalam mentaati perjanjiannya kepada Allah dan akibat yang harus mereka alami dari ketidaktaatan itu.
Walaupun Allah melihat umat-Nya gagal dalam berjalan mengikut Dia karena ketidaktaatan, tetapi Dia tetap mengasihi umat-Nya dengan memberi penyelamatan untuk berdiri dari kejatuhannya.
Penderitaan kadang kala merupakan cara Allah mengajar umat-Nya yang tidak mau taat kepada-Nya.
Pertanyaan-pertanyaan yang Dapat Digunakan untuk Tanya Jawab
- Siapakah penulis kitab Hakim-hakim?
- Apakah isi kitab Hakim-hakim?
- Siapakah nama Hakim-hakim umat Allah?
- Pelajaran rohani apakah yang saudara dapatkan dari mempelajari kita Hakim-hakim?
Intisari: Hakim-hakim (Pendahuluan Kitab) Lingkaran Dosa
HAKIM-HAKIMHakim-hakim merupakan kitab yang penting karena memberikan gambaran mengenai hubungan antara Yosua, yang memimpin bangsa Is
Lingkaran Dosa
HAKIM-HAKIM
Hakim-hakim merupakan kitab yang penting karena memberikan gambaran mengenai hubungan antara Yosua, yang memimpin bangsa Israel masuk ke Kanaan, dengan Saul, Daud dan raja-raja Israel lainnya. Selama masa hakim-hakim, Israel lambat laun belajar untuk menjadi suatu bangsa dan bukan lagi sebagai dua belas suku yang berdiri sendiri-sendiri.
PENULISNYA
Kita tidak tahu siapa penulis kitab itu. Mungkin juga dikumpulkan dari catatan-catatan pada masa itu dan lama sesudahnya baru diterbitkan. Tiga kali dinyatakan dalam kitab itu bahwa "pada masa itu Israel tidak mempunya raja" (Hak 17:6; 18:1; 21:25), hal ini mengisyaratkan bahwa kitab itu diterbitkan beberapa waktu sesudah kerajaan dibentuk.
SIAPA HAKIM-HAKIM ITU?
Judul kitab itu agak membingungkan, karena kedua belas "hakim-hakim" itu tidak semata-mata mengurusi masalah hukum; mereka adalah para pangeran yang diilhami oleh Roh Kudus untuk memberikan semacam kepemimpinan karismatis pada saat-saat diperlukan. Ada dua belas hakim, dan yang menarik ialah bahwa Yefta menyebut Allah sebagai "Tuhan, Hakim" (Hak 11:27), memakai panggilan yang sama seperti yang diberikan kepada para hakim. Mereka menyadari bahwa mereka dipimpin oleh kuasa ilahi dan bukan semata-mata pilihan manusia.
LINGKARAN DOSA
Kitab ini terdiri dari pendahuluan (Hak 1:1-2:5) dan lampiran (Hak 17:1-21:25), dan sisanya berisi kisah dari kedua belas hakim dan enam masa penindasan. Lingkaran peristiwa yang terjadi:
1. Rakyat hidup sejahtera. Tidak ada keperluan khusus dengan Allah. Oleh karena itu, Allah ditinggalkan dan ilah-ilah dari negara tetangga yang kafir mengambil alih kedudukan Allah.
2. Penindasan. Allah meninggalkan mereka menurut kemauan mereka sendiri. Allah membiarkan mereka mengurus diri mereka sendiri! Moab dan Amon, bangsa Filistin dan orang Midian semuanya berbalik menyerang Israel.
3. Pertobatan. Israel mengakui kesalahan mereka dan berbalik kepada Allah, memohon pengampunan. Setiap kali Allah selalu bersedia mengampuni dan memulihkan mereka.
4. Pembebasan. Seorang hakim muncul untuk membebaskan umat Allah. Setiap kali jelas bahwa Allahlah yang menyelamatkan melalui hakim itu.
5. Rakyat kembali hidup sejahtera... lingkaran dosa berulang kembali.
Pesan
Lingkaran dosa digambarkan dalam Hak 6:1-8:35
1. Tujuh tahun di bawah penindasan.
Perhatikan bagaimana kondisi bangsa Israel yang merosot tajam, hidup bagaikan orang gua di gunung-gunung sebelum mereka bersedia memohon pertolongan Allah. Hak 6:1-6
2. Tugas tanpa pamrih
Para hakim mendapatkan kemuliaan sebagai penyelamat dan menerima pernyataan terima kasih dari umat Allah. Nabi yang tak bernama ini mendapat tugas tidak enak untuk menyampaikan pesan Allah tentang penghakiman. Tetapi, ia melakukan apa yang diperintahkan Allah kepadanya. Hak 6:7-10
3. Tuhan menampakkan diri kepada Gideon
Apabila Allah menyelamatkan, hal itu harus dianggap sebagai penyelamatan Allah, bukan manusia (lihat Ula 7:6-11), dan oleh karenanya Allah memilih seorang yang tidak terkenal, Gideon, seorang yang dapat dipakai-Nya, yang tidak akan memegahkan dirinya. Hak 6:11-24
4. Suatu keputusan yang amat penting
Gideon masih harus menyatakan siapa dirinya. Dia harus membuat langkah yang pantang surut: ia menantang Baal dan berpihak kepada Allah. Perhatikan bagaimana pembelaan ayahnya ketika penduduk kota akan menghukum Gideon karena telah menghancurkan altar Baal: "Jika Baal itu allah, biarlah ia berjuang membela dirinya sendiri, setelah mezbahnya dirobohkan orang!". Tetapi, ia tidak dapat melakukannya karena ia bukan Allah. Hak 6:25-32
5. Peletakan guntingan bulu domba
Tetapi, dapat dimengerti jika Gideon mempunyai keraguan. Lihatlah betapa sabar Allah terhadapnya, dan dorongan semangat yang diperlukan Gideon. Hak 6:33-40
6. Orang Midian dikalahkan
Prajurit mereka seperti belalang banyaknya (Hak 7:12). Gideon hanya mempunyai 32.000 tentara. Jumlah ini cukup besar bagi pasukan Israel. Dikurangi hingga menjadi 10.000 ketika orang-orang yang takut pulang. Dikurangi lagi sampai mencapai 300 ketika mereka yang tidak waspada dikirim pulang. Tetapi, 300 tentara disertai Allah sudah cukup. Hak 7:1-25
7. Gideon menghadapi lebih banyak masalah
Suku Efraim ingin diikutsertakan dalam kemenangan (meskipun mereka mungkin tidak terlalu bersemangat sebelum pertempuran dimulai). Catatlah bagaimana Gideon mengendalikan reaksinya terhadap provokasi langsung itu. Dan, orang Sukot tidak membantu Gideon. Mereka ingin memastikan hasil peperangan sebelum memihak kepada salah satu pasukan. Oleh karena itu, Gideon berjuang tanpa mereka. Tetapi, mereka kehilangan kesukaan berada di pihak yang menang. Hak 8:1-21
8. Gideon menjadi masalah
Tragedi: kemenangan telah memalingkan kepalanya. Ataukah emas yang telah memalingkan kepalanya; emas yang merebut kedudukan Allah? Hak 8:22-27
9. Kematian Gideon.
Rakyat kembali menyembah Baal. Hak 8:28-35
Penerapan
1. Kelemahan manusia yang tidak ditopang
Kitab Hakim-hakim meliputi suatu periode selama kurang lebih 400 tahun. Dalam jangka waktu yang relatif singkat ini dua belas orang penyelamat harus dicari untuk menyelamatkan bangsa Israel dari akibat perbuatan mereka. Mereka bukannya tidak tahu fakta sejarah. Mereka seharusnya tahu apa yang selalu terjadi apabila mereka meninggalkan Allah. Namun demikian, berkali-kali mereka menjalani rute yang sama, yaitu rute pemberontakan. "Yang kita pelajari dari sejarah ialah bahwa kita tidak pernah belajar apa pun dari sejarah". Secara rohani, hal ini rupanya benar. Manusia tanpa Allah tidak berdaya. Orang Kristen tanpa Roh Allah tidak dapat menguasai keadaan. Kitab Hakim-hakim memberikan kepada kita suatu pelajaran yang tidak dapat disangkal, yang menunjukkan betapa kita memerlukan seorang Penyelamat.
2. Anugerah Allah yang tidak layak kita terima.
Pelajaran penting kedua yang kita dapat dari Hakim-hakim ialah bahwa Allah selalu dan dengan tanpa syarat siap untuk mengampuni dan menyelamatkan orang bertobat (Yes 65:1-3). Tetapi, pelajaran kedua ini juga merupakan peringatan kepada kita bahwa kita diharapkan untuk menunjukkan kemurahan yang sama kepada sesama. Lebih dari itu jika kita tidak mengampuni orang lain, kita tidak dapat berharap untuk diampuni (Mat 6:15).
3. Para pemimpin perlu bersikap rendah hati
Pelajaran penting ketiga dari Hakim-hakim ialah bahwa Allahlah yang menghakimi dan menyelamatkan, bukan manusia. Mudah bagi para pemimpin untuk menganggap bahwa Allah memerlukan mereka, atau gereja memerlukan mereka; dan bahwa mereka sangat dibutuhkan. Perhatikan bagaimana Allah memilih Gideon, orang yang paling tidak diindahkan dalam keluarganya dan yang paling tidak dianggap dalam sukunya. Allah ditambah dengan orang tidak terkenal berarti kuasa!
Tema-tema Kunci
1. Bahaya sinkretisme
Sinkretisme berarti mencampurbaurkan segala sesuatu; yang baik dan yang jahat. Hal-hal yang berhubungan dengan Allah dengan yang manusiawi. Ketika bangsa Israel memasuki Kanaan, mereka menemukan banyak agama yang dapat mereka pilih. Tampaknya dewa-dewa orang Kanaan dapat membantu mereka untuk bertani dengan baik dan bertempur dalam peperangan. Tetapi, tata ibadah mereka sungguh-sungguh melanggar kesusilaan. Orang Kanaan tetap tinggal di situ dan bekerja pada orang Israel (Hak 1:28, 30, 33, 35). Tetapi, agama orang Kanaan lambat laun memperlemah bangsa Israel, dan merampas mereka dari Allah. Perhatikan kata-kata Tuhan Yesus: "Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon" (Mat 6:24). Pelajari pengajaran Alkitab mengenai penyelewengan (misalnya: 1Ko 5; 2Ko 6:14-18; 1Yo 2:15-17).
2. Keputusan yang amat penting.
Orang Kristen diubahkan dari suatu cara hidup yang lama kepada cara hidup yang lain. Sering kali perubahan ini menyebabkan krisis. Kita tahu bahwa setelah diubahkan tidak ada jalan untuk berbalik. Ini dapat berarti melakukan sesuatu yang baru, misalnya pergi ke gereja. Mungkin juga hal itu berarti membagi-bagikan harta. Bagi Gideon ini berarti meruntuhkan sebuah patung dewa. Tidak mungkin hanya mencoba-coba menjadi Kristen untuk melihat apakah sesuai dengan keinginan kita. Seperti halnya Gideon yang membatalkan niatnya untuk mengundurkan diri lalu menyerahkan dirinya ke dalam tangan Allah, demikian juga halnya dengan kita ketika kita datang kepada Kristus. Pelajari beberapa keputusan penting yang ada dalam Alkitab. Perhatikan para tukang sihir yang membakar buku-buku sihir mereka (Kis 19:19); Rut yang tinggal bersama ibu mertuanya (Rut 1:1-18); dan Rahab yang memutuskan untuk memberikan perlindungan kepada mata-mata Yosua (Yos 2:1-21); Yos 6:22-25). Keputusan penting apa saja yang dapat Anda pikirkan bagi orang yang menjadi Kristen dewasa ini?
3. Pertobatan
Pertobatan merupakan satu-satunya syarat bagi pembebasan bangsa Israel. Tetapi, apakah sebenarnya pertobatan? Gunakanlah konkordansi untuk mempelajari tema yang sangat penting di dalam Alkitab ini. Berikut ini beberapa ayat untuk memulai telaah Anda: Mat 21:28-32; Luk 15:3-7, 17-20; 2Sa 12:7-17; Maz 51; 1-10; Kis 8:20-22; 2Ko 7:9-11.
Garis Besar Intisari: Hakim-hakim (Pendahuluan Kitab) [1] PENDUDUKAN KANAAN Hak 1:1-2:5
Hak 1:1-21Yehuda dan Simeon merintis jalan
Hak 1:22-25Yusuf mengikuti jejak mereka
Hak 1:26-36Keberhasilan yang
[1] PENDUDUKAN KANAAN Hak 1:1-2:5
Hak 1:1-21 | Yehuda dan Simeon merintis jalan |
Hak 1:22-25 | Yusuf mengikuti jejak mereka |
Hak 1:26-36 | Keberhasilan yang terbatas: akibat kompromi |
Hak 2:1-5 | Hari depan yang terbatas: respons Tuhan terhadap kompromi |
[2] PEMERINTAHAN KEDUA BELAS HAKIM Hak 2:6-16:31
Hak 2:6-9 | Penjelasan: kematian Yosua |
Hak 2:10-23 | Lingkaran dosa dijelaskan |
Hak 3:1-6 | Lingkungan yang tidak ramah akibat kompromi |
Hak 3:7-11 | Hakim pertama, Otniel |
Hak 3:12-14 | Berada dalam penindasan selama delapan belas tahun |
Hak 3:15-25 | Hakim kedua, Ehud |
Hak 3:26-30 | Keadaan damai selama delapan puluh tahun |
Hak 3:31 | Hakim ketiga, Samgar |
Hak 4:1-3 | Berada dalam penindasan selama dua puluh tahun |
Hak 4:4, 5 | Hakim keempat, Debora |
Hak 4:6-10 | Barak di bawah perintahnya |
Hak 4:11-24 | Sisera, komandan tentara Kanaan dibunuh oleh seorang wanita |
Hak 5:1-31 | Sebuah duet |
Hak 6:1-6 | Berada dalam penindasan selama tujuh tahun |
Hak 6:7-24 | Hakim kelima, Gideon |
Hak 6:25-32 | Tantangan kepada Baal |
Hak 6:33-40 | Peletakan guntingan bulu domba |
Hak 7:1-25 | Orang Midian dikalahkan |
Hak 8:1-21 | Masalah yang dihadapi Gideon bertambah |
Hak 8:22-27 | Gideon menjadi masalah |
Hak 8:28-35 | Kematian Gideon |
Hak 9:1-57 | Anak laki-laki Gideon mengambil alih pimpinan |
Hak 10:1-2 | Hakim keenam, Tola |
Hak 10:3-5 | Hakim ketujuh, Yair |
Hak 10:16-18 | Berada dalam penindasan selama delapan belas tahun |
Hak 11:1-33 | Hakim ke delapan Yefta |
Hak 11:34-40 | Akibat yang luar biasa dari sumpah yang diucapkan dengan tergesa-gesa |
Hak 12:1-7 | Keluhan suku Efraim |
Hak 12:8-15 | Tiga hakim kecil: Ebzan, Elon dan Abdon |
Hak 13:1-25 | Hakim kedua belas, Simson |
Hak 14:1-20 | Perkawinannya, dan suatu tipu muslihat |
Hak 15:1-20 | Pembalasan Simson |
Hak 16:1-22 | Simson dan Delila |
Hak 16:23-31 | Kematian Simson |
[3] BUNGAI RAMPAI SEJARAH Hak 17:1-21:25
Hak 17:1-18:31 | Mikha dan suku Dan |
Hak 19:1-21:25 | Perang saudara |
Bank BCA Cabang Pasar Legi Solo - No. Rekening: 0790266579 - a.n. Yulia Oeniyati
Kontak | Partisipasi | Donasi