
Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus



kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per frasa)
Full Life -> Flp 2:3
Full Life: Flp 2:3 - DENGAN RENDAH HATI.
Nas : Fili 2:3
Karena umat manusia yang telah jatuh dalam dosa berpembawaan
egosentris, maka dunia kurang menghormati sifat rendah hati. Akan tetap...
Nas : Fili 2:3
Karena umat manusia yang telah jatuh dalam dosa berpembawaan egosentris, maka dunia kurang menghormati sifat rendah hati. Akan tetapi, Alkitab, yang berisi pandangan yang berpusat kepada Allah dalam hal umat manusia dan keselamatan, sangat mementingkan sifat rendah hati.
- 1) Bersifat rendah hati berarti bahwa kita menyadari kelemahan-kelemahan kita dan dengan lekas akan menghormati Allah dan orang lain atas hal-hal yang kita kerjakan (Yoh 3:27; 5:19; 14:10; Yak 4:6).
- 2) Kita harus rendah hati karena kita adalah makhluk hina (Kej 18:27) dan berdosa, terlepas dari Kristus, (Luk 18:9-14) dan tak dapat membanggakan apa pun (Rom 7:18; Gal 6:3) kecuali bermegah di dalam Tuhan (2Kor 10:17). Kita harus mengandalkan Tuhan untuk menjadi orang yang berguna dan dapat menghasilkan buah. Kita tak dapat melakukan apa-apa yang baik tanpa pertolongan Allah dan bantuan orang lain (Mazm 8:5-6; Yoh 15:1-16).
- 3) Allah tinggal bersama orang yang hidup dengan rendah hati (Yes 57:15; Mi 6:8). Allah memberi kasih karunia lebih besar kepada orang yang rendah hati, tetapi menentang orang sombong (Yak 4:6; 1Pet 5:5). Anak-anak-Nya yang paling giat melayani Tuhan "dengan segala rendah hati" (Kis 20:19)
- 4) Sebagai orang percaya kita harus hidup dengan rendah hati terhadap orang lain, seraya menganggap mereka lebih penting daripada diri kita sendiri (bd. Rom 12:3).
- 5) Lawannya kerendahan hati adalah kesombongan, suatu perasaan yang berlebih-lebihan tentang kepentingan diri dan harga diri di dalam seseorang yang percaya akan kebaikan, keunggulan, dan prestasinya sendiri. Kecenderungan yang tak terelakkan dari sifat manusia dan dunia adalah ke arah kesombongan bukan kerendahan hati (1Yoh 2:16; bd. Yes 14:13-14; Yeh 28:17; 1Tim 6:17).
Ref. Silang FULL -> Flp 2:3

buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry -> Flp 2:1-11
Matthew Henry: Flp 2:1-11 - Anjuran mengenai Kasih Persaudaraan; Kemuliaan dan Teladan Kristus
Lebih jauh Rasul Paulus melanjutkan dengan nasihat-nasihat untuk melakukan beberapa kewajiban, yaitu supaya jemaat Filipi sehati sepikir dan rend...
- Lebih jauh Rasul Paulus melanjutkan dengan nasihat-nasihat untuk melakukan beberapa kewajiban, yaitu supaya jemaat Filipi sehati sepikir dan rendah hati, yang ditekankannya berdasarkan teladan Kristus (ay. 1-11), supaya mereka rajin dan bersungguh-sungguh di dalam kehidupan Kristen (ay. 12-13), dan menghiasi pengakuan iman Kristen mereka dengan beberapa perilaku yang pantas (ay. 14-18). Setelah itu Paulus menutup dengan menyebutkan dan memberikan pujian tersendiri terhadap dua orang pelayan Tuhan yang baik, yaitu Timotius dan Epafroditus, yang dia tetapkan untuk diutus kepada jemaat di Filipi (ay. 19-30).
Anjuran mengenai Kasih Persaudaraan; Kemuliaan dan Teladan Kristus (2:1-11)
- Dalam pasal ini, Rasul Paulus melanjutkan pembahasannya yang terhenti di pasal sebelumnya, dengan nasihat lebih jauh mengenai kewajiban-kewajiban Kristen. Paulus banyak menekankan supaya mereka sehati sepikir dan rendah hati, dengan menirukan teladan Tuhan Yesus, yang merupakan teladan agung dalam hal kerendahan hati dan kasih. Di sini kita dapat amati,
- I. Pedoman agung Injil yang disampaikan kepada kita, yaitu supaya kita saling mengasihi. Ini adalah hukum kerajaan Kristus, pelajaran dari sekolah-Nya, lambang keluarga-Nya. Hukum ini digambarkan oleh Paulus (ay. 2) sebagai menjadi sehati sepikir, dalam satu kasih, satu jiwa, satu tujuan. Kita menjadi sehati sepikir ketika kita berada dalam satu kasih. Orang Kristen harus menjadi satu di dalam perasaan, sekalipun mereka bisa tidak sepaham. Inilah yang selalu menjadi kekuatan mereka, dan selalu menjadi kewajiban mereka. Cara ini pulalah yang paling mungkin membuat mereka memahami sesuatu dengan lebih baik. Dalam satu kasih. Perhatikan, sebagaimana kasih yang wajib kita tunjukkan kepada orang lain, maka demikian pula mereka terikat untuk menunjukkannya kepada kita. Kasih Kristen harus berupa kasih yang timbal balik. Kasihilah, dan engkau akan dikasihi. Satu jiwa, satu tujuan. Tidak berselisih dan bertentangan, atau melaksanakan kepentingannya sendiri-sendiri, tetapi bersama-sama sepakat di dalam perkara-perkara besar yang dari Allah, serta menjaga persatuan Roh di dalam perbedaan-perbedaan yang lain. Perhatikan di sini,
- 1. Betapa luar biasa mendesaknya kewajiban tersebut. Paulus sangat mendesak jemaat Filipi, karena mengetahui bahwa hal itu akan menjadi bukti yang luar biasa akan ketulusan kita, dan menjadi sarana yang luar biasa untuk memelihara dan membangun tubuh Kristus. Inilah alasan supaya mereka memiliki kasih persaudaraan,
- (1) “Karena dalam Kristus ada nasihat (KJV; penghiburan) Pernahkah kamu mengalami penghiburan dalam Kristus? Tunjukkanlah pengalaman itu dengan saling mengasihi.” Keindahan yang kita dapati di dalam ajaran Kristus haruslah memperindah roh kita. Apakah kita mengharapkan penghiburan di dalam Kristus? Jika kita tidak mau kecewa, maka kita harus saling mengasihi. Jika kita tidak memperoleh penghiburan dalam Kristus, di mana lagi kita bisa mengharapkannya? Barangsiapa memiliki bagian di dalam Kristus, ia juga memiliki penghiburan di dalam Dia, yaitu penghiburan atau dorongan yang kuat dan abadi (Ibr. 6:18; 2Tes. 2:16). Karena itulah, mereka harus saling mengasihi.
- (2) “Penghiburan kasih. Jika ada penghiburan di dalam kasih Kristen, di dalam kasih Allah kepadamu, di dalam kasihmu kepada Allah, atau di dalam kasih saudara-saudaramu kepada kami, maka dengan mempertimbangkan semua ini, hendaklah kamu sehati sepikir. Apabila kamu sudah menemukan penghiburan itu, jika kamu mau mencarinya, jika kamu sungguh percaya bahwa anugerah kasih adalah anugerah yang menghibur, maka berlimpah-limpahlah dengan penghiburan itu.”
- (3) “Persekutuan Roh. Jikalau memang ada persekutuan dengan Allah dan Kristus melalui Roh, persekutuan orang-orang kudus karena dihidupkan dan digerakkan oleh satu Roh yang sama, maka hendaklah kamu sehati sepikir. Sebab kasih Kristen dan sikap sehati sepikir akan memelihara persekutuan kita dengan Allah dan dengan sesama.”
- (4) “Ada kasih mesra dan belas kasihan, di dalam Allah dan Kristus, kepadamu. Jika kamu mengharapkan manfaat dari belas kasihan Allah kepada dirimu sendiri, maka kamu harus menunjukkan belas kasihan satu sama lain. Apabila memang ada belas kasihan di antara pengikut-pengikut Kristus, jika semua orang yang dikuduskan cenderung memiliki rasa iba yang kudus, maka tunjukkanlah itu dengan cara seperti ini.” Betapa kuatnya semua pernyataan ini! Orang akan memandang bahwa semua ini cukup untuk menjinakkan hati yang paling buas, serta melembutkan hati yang paling keras.
- (5) Alasan lain yang dinyatakan Paulus ialah bahwa hal itu akan menjadi penghiburan baginya: sempurnakanlah sukacitaku. Melihat jemaat sehati sepikir dan hidup di dalam kasih merupakan sukacita bagi para pelayan Tuhan. Selama ini ia telah dipakai untuk membawa mereka menemukan anugerah Kristus dan kasih Allah. “Sekarang,” katanya, “apabila kamu telah memperoleh manfaat karena mengikuti Injil Kristus, apabila kamu memperoleh penghiburan di dalamnya, atau keuntungan darinya, maka sempurnakanlah sukacita dari pelayanmu yang hina ini, yang telah memberitakan Injil kepadamu.”
- 2. Paulus mengemukakan beberapa cara untuk mewujudkan hal itu.
- (1) Jangan mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia (ay. 3). Tidak ada musuh yang lebih besar bagi kasih Kristen selain kesombongan dan nafsu. Jika kita melakukan segala sesuatu dengan menentang saudara-saudara kita, maka ini sama dengan melakukannya sambil mencari kepentingan sendiri. Apabila kita melakukannya sambil pamer, maka ini berarti melakukannya sambil mencari puji-pujian yang sia-sia. Kedua hal ini merusak kasih Kristen dan menyalakan ketegangan yang tidak kristiani. Kristus datang untuk melenyapkan segala perseteruan. Karena itu jangan sampai ada roh pertentangan di antara orang Kristen. Kristus datang untuk merendahkan hati kita, karena itu jangan sampai ada roh kesombongan di antara kita.
- (2) Kita harus dengan rendah hati menganggap yang lain lebih utama dari pada diri kita sendiri. Kita harus keras terhadap kesalahan kita sendiri dan penuh kasih ketika menghakimi orang lain. Cepat dalam mengenali kekurangan dan kesalahan kita sendiri, tetapi sigap untuk mengabaikan dan membiarkan kekurangan orang lain. Kita harus menganggap kebaikan yang ada pada diri orang lain melebihi kebaikan yang ada pada diri kita sendiri. Karena kitalah yang paling mengetahui bahwa diri kita tidak layak dan tidak sempurna.
- (3) Kita harus menaruh perhatian pada kepentingan orang lain, bukan dengan rasa ingin tahu dan mau menghakimi, atau seperti orang yang suka mencampuri urusan orang lain, melainkan dengan kasih dan bela rasa kristiani. Janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga (ay. 4). Roh yang mementingkan diri sendiri merusak kasih Kristen. Kita tidak boleh hanya memedulikan nama baik, kenyamanan, dan keamanan kita sendiri, tetapi juga harus peduli hal-hal tersebut pada diri orang lain. Kita juga harus bersukacita akan keberhasilan orang lain dengan tulus, sama seperti keberhasilan kita sendiri. Kita harus mengasihi sesama kita seperti kita mengasihi diri sendiri, dan menjadikan masalah mereka seperti masalah kita sendiri.
- II. Di sini ada sebuah pola Injil yang dikemukakan supaya kita tiru, dan itu merupakan teladan Tuhan kita Yesus Kristus. Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus (ay. 5). Perhatikan, orang Kristen harus memiliki pikiran Kristus. Kita harus memiliki kehidupan yang menyerupai kehidupan-Nya, apabila kita ingin memperoleh manfaat dari kematian-Nya. Jika orang tidak memiliki Roh Kristus, ia bukan milik Kristus (Rm. 8:9). Nah, seperti apakah pikiran Kristus itu? Dia luar biasa rendah hati, dan inilah yang khususnya harus kita pelajari dari Dia. Belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati (Mat. 11:29). Apabila kita rendah hati, tentulah kita menjadi sehati sepikir. Dan jika kita seperti Kristus, tentulah kita akan rendah hati. Kita harus melangkah di dalam roh yang sama dan di dalam jejak yang sama dengan Tuhan Yesus, yang merendahkan diri sampai menderita dan mati bagi kita. Bukan hanya untuk memuaskan keadilan Allah dan membayar harga untuk membebaskan kita, melainkan juga untuk memberi teladan bagi kita, supaya kita dapat mengikuti jejak-Nya. Nah, di sini kita temukan dua kodrat dan dua keadaan Tuhan kita Yesus. Dapat dilihat bahwa Rasul Paulus, setelah mendapat kesempatan untuk membicarakan Tuhan Yesus serta pikiran yang ada di dalam diri-Nya, menggunakan kesempatan itu untuk lebih jauh lagi membicarakan pribadi-Nya, dan memberikan gambaran khusus tentang diri-Nya. Ini adalah topik yang menyenangkan, dan seorang pelayan Injil tidak boleh beranggapan bahwa ia tidak punya kesempatan ketika menjumpai kesempatan itu. Setiap kesempatan yang cocok harus segera dimanfaatkan.
- 1. Di sini diceritakan tentang dua kodrat Kristus, yaitu kodrat ilahi-Nya dan kodrat manusiawi-Nya.
- (1) Berikut adalah kodrat ilahi-Nya. Yang walaupun dalam rupa Allah (ay. 6), memiliki kodrat ilahi, sebagai Anak Allah yang tunggal dan kekal. Ini sejalan dengan 1. Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah. Ini sama maknanya dengan menjadi gambar Allah yang tidak kelihatan (Kol. 1:15), dan cahaya kemuliaan Allah dan gambar wujud Allah (Ibr. 1:3). Ia tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan (KJV: sebagai perampokan – pen.). Kristus tidak berpikir diri-Nya bersalah telah merebut apa yang bukan milik-Nya, atau pura-pura memiliki hak orang lain. Ia berkata, Aku dan Bapa adalah satu (Yoh. 10:30). Berpura-pura setara dengan Allah, atau mengaku diri satu dengan Allah merupakan perampokan terbesar yang dapat dilakukan oleh manusia biasa atau makhluk biasa yang mana pun. Bagi manusia, ini adalah merampok Allah, bukan mengenai persepuluhan dan persembahan, melainkan mengenai hak-Nya sebagai Allah (Mal. 3:8). Beberapa orang menafsirkan dalam rupa Allah – en morphē Theou hyparchōn, sebagai penampakan-Nya dalam kemuliaan ilahi yang agung kepada nenek moyang dan kepada orang Yahudi di dalam Perjanjian Lama, yang sering kali disebut sebagai kemuliaan dan Shekinah. Kata ini digunakan dengan makna tersebut oleh Septuaginta, dan di dalam Perjanjian Baru. Kristus menampakkan diri kepada kedua murid itu, en hetera morphē – dalam rupa yang lain (Mrk. 16:12). Metemorphōthē – Ia berubah rupa di hadapan mereka (Mat. 17:2). Dan Ia tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan. Ia tidak mencengkeram dengan serakah, ataupun mengingini dan berusaha supaya terlihat ada di dalam kemuliaan itu. Ia mengesampingkan kemegahan keadaan-Nya yang sebelumnya ketika Ia berada di muka bumi, yang dianggap sebagai suatu pernyataan tersendiri, ouk harpagmon hēgēsato. Vid. Bishop Bull's Def. cap. 2 sect. 4 et alibi, dan Whitby in loc.
- (2) Kodrat manusiawi-Nya. Ia menjadi sama dengan manusia, dan dalam keadaan sebagai manusia. Ia sungguh dan sepenuhnya manusia, mendapat bagian dalam darah dan daging kita, tampil dalam kodrat dan kebiasaan manusia. Dan Dia mengambil kodrat manusia dengan sukarela. Itu merupakan tindakan-Nya sendiri, dan dilakukan dengan persetujuan-Nya sendiri. Kita tidak dapat berkata demikian mengenai bagian kita di dalam kodrat manusia. Di sini Ia mengosongkan diri-Nya sendiri, melepaskan diri dari kehormatan dan kemuliaan dunia atas, serta dari keadaan-Nya yang sebelumnya, untuk mengenakan pada diri-Nya sendiri kain kotor berupa kodrat manusia. Dalam segala hal Dia sama dengan kita (Ibr. 2:7).
- 2. Di sini diceritakan tentang dua keadaan Kristus, yaitu perendahan dan peninggian-Nya.
- (1) Keadaan-Nya yang direndahkan. Kristus tidak hanya mengambil rupa dan keadaan seorang manusia, tetapi juga rupa seorang hamba, yaitu, manusia yang hina. Kristus bukan hanya hamba Allah yang sudah dipilih oleh Allah, melainkan juga datang untuk melayani manusia, dan hidup di antara mereka sebagai seorang yang melayani di dalam keadaan hina dan rendah. Orang akan menyangka bahwa jika Tuhan Yesus menjadi manusia, tentulah Ia akan menjadi seorang pangeran, dan tampil dalam kemegahan. Namun justru sebaliknya: Ia mengambil rupa seorang hamba. Yesus dibesarkan secara sederhana, mungkin turut mengerjakan pekerjaan orang yang dianggap sebagai ayah-Nya. Seluruh hidup-Nya adalah hidup yang sangat rendah, hina, miskin, dan nista. Ia tidak memiliki tempat untuk meletakkan kepala-Nya, hidup dari sedekah, seorang yang penuh kesengsaraan dan yang biasa menderita kesakitan, tidak tampil dengan kemegahan lahiriah, atau memiliki tanda yang membedakan-Nya dari orang lain. Inilah keadaan rendah dari hidup-Nya. Namun tahapan yang paling rendah dalam kehinaan-Nya adalah kematian-Nya di kayu salib. Ia taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib. Ia tidak hanya menderita, tetapi juga sepenuhnya taat secara sukarela. Ia merendahkan diri di bawah hukum yang mengatasi-Nya sebagai Pengantara, dan oleh hukum itu Dia ditetapkan untuk mati. Aku berkuasa memberikan nyawa-Ku dan berkuasa mengambilnya kembali. Inilah tugas yang Kuterima dari Bapa-Ku (Yoh. 10:18). Dan Dia takluk kepada hukum Taurat (Gal. 4:4). Ada sebuah penekanan terhadap cara kematian-Nya, yang mengandung di dalamnya segala keadaan yang mungkin yang merendahkan diri-Nya. Bahkan sampai mati di kayu salib, sebuah kematian yang terkutuk, menyakitkan, dan memalukan, sebuah kematian yang dinyatakan terkutuk oleh hukum Taurat (Terkutuklah orang yang digantung pada kayu salib). Kematian yang penuh rasa sakit perih, tubuh dipaku sampai menembus bagian-bagian saraf (tangan dan kaki), dan seluruh berat badan-Nya tergantung pada kayu salib. Dan ini merupakan kematian seorang penjahat dan seorang budak, bukan seorang yang merdeka, dipertontonkan di depan umum. Begitu direndahkannya Yesus yang mulia itu.
- (2) Peninggian-Nya. Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia. Dia ditinggikan sebagai upah karena telah direndahkan. Karena Dia merendahkan diri-Nya, maka Allah meninggikan Dia. Dan Allah sangat meninggikan Dia, hyperypsōse, mengangkat Dia tinggi melampaui segalanya. Allah meninggikan seluruh Pribadi-Nya, baik dalam kodrat-Nya yang manusiawi maupun yang ilahi. Karena Dia dikatakan berada dalam rupa Allah sekaligus dalam keadaan sebagai manusia. Sehubungan dengan kodrat ilahi-Nya, maka peninggian-Nya hanya berupa pengakuan atas semua hak-Nya, atau untuk penunjukkan dan penampilan kemuliaan yang Dia miliki di hadirat Bapa sebelum dunia ada (Yoh. 17:5), bukan pemerolehan akan kemuliaan yang baru. Karena itulah dikatakan bahwa Bapa sendiri juga ditinggikan. Jadi, peninggian yang sesuai adalah berkenaan dengan kodrat manusiawi-Nya, yang sebenarnya mampu dilakukan-Nya sendiri, walaupun karena ada hubungan dengan kodrat ilahi-Nya. Di sini peninggian-Nya terdiri dari hormat dan kuasa. Berupa hormat, supaya Dia memiliki nama di atas segala nama, suatu gelar kehormatan yang melebihi segala makhluk, manusia dan malaikat. Dan berupa kuasa, yaitu supaya semua bertekuk lutut di hadapan-Nya. Seluruh makhluk harus tunduk kepada-Nya: segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi, para penghuni sorga dan bumi, yang hidup dan yang mati. Dalam nama Yesus, bukan pada bunyi nama tersebut, melainkan pada kekuasaan Yesus. Semua harus memberikan penghormatan dengan khidmat. Selain itu, supaya segala lidah mengaku: “Yesus Kristus adalah Tuhan,” setiap bangsa dan bahasa harus secara terbuka mengakui kerajaan semesta yang dimiliki Sang Penebus yang ditinggikan, dan bahwa kepada-Nya telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi (Mat. 28:18). Perhatikan betapa luar biasa luasnya kerajaan Kristus. Kerajaan-Nya menjangkau sorga dan bumi, mencakup setiap makhluk di kedua tempat itu, termasuk malaikat dan manusia, dan orang mati maupun yang hidup. Bagi kemuliaan Allah, Bapa. Amatilah, adalah bagi kemuliaan Allah, Bapa, bahwa Yesus Kristus diakui sebagai Tuhan. Sebab, merupakan kehendak-Nyalah supaya semua orang menghormati Anak sama seperti mereka menghormati Bapa (Yoh. 5:23). Penghormatan apa pun yang diberikan kepada Kristus tertuju juga kepada Bapa. Barangsiapa menyambut Aku, ia menyambut Dia yang mengutus Aku (Mat. 10:40).
SH -> Flp 2:1-4; Flp 2:1-11
SH: Flp 2:1-4 - Kesatuan di dalam Kristus. (Rabu, 26 Mei 2004) Kesatuan di dalam Kristus.
Banyak nasihat firman Tuhan bagi warga gereja sulit kita praktikkan.
Mengapa? Salah satu alasannya adalah karena ...
Kesatuan di dalam Kristus.
Banyak nasihat firman Tuhan bagi warga gereja sulit kita praktikkan.
Mengapa? Salah satu alasannya adalah karena nasihat-nasihat itu
bertentangan dengan dorongan kodrati kita. Perikop ini dimulai
dengan "Jadi karena dalam Kristus, atau "Sebagaimana dalam
Kristus" (ayat 1). Karya dan teladan Kristus serta pengenalan kita
akan Kristus adalah sumber aliran nasihat, penghiburan kasih,
persekutuan Roh, kasih mesra dan belas kasihan (ayat 2-4). Tanpa
sumber itu, semua kesatuan di antara manusia hanyalah semu belaka.
Keakraban berdasarkan kepentingan sama, interes sama, hobi sama,
hanyalah kesatuan berdasarkan kesamaan dorongan ego masing-masing
orang.
Paulus mengaitkan kesatuan ini dengan kesempurnaan sukacita (ayat 1; bdk. Yoh. 17:13). Inilah sukacita seorang yang saleh, yang afeksi dan emosi terdalamnya serasi dengan rencana Tuhan. Inilah sukacita karena melihat saudara seiman hidup dalam kesatuan.
Kesatuan ini meliputi beberapa hal. Pertama, kesehatian. Kristen seharusnya memiliki arah hati yang sama yaitu kepada Tuhan, dalam segala sesuatu memuliakan dan menyenangkan Tuhan saja. Kedua, sepikir. Pikiran harus dikuasai oleh kebenaran yang sama, yaitu firman Tuhan. Ketiga, satu kasih. Kristus mengasihi kita dan mempersatukan kita dengan Bapa yang di sorga. Waktu kita mengasihi, kita sedang membawa orang ke dalam kesatuan tubuh Kristus dengan satu tujuan, yaitu hidup bagi Tuhan dengan meneladani kehidupan Kristus.
Ada dua hal yang dapat menghambat kesatuan ini, yaitu mencari kepentingan sendiri dan puji-pujian yang sia-sia. Untuk mengatasinya dibutuhkan sikap menganggap orang lain lebih utama daripada diri sendiri. Belajarlah melihat diri sendiri sebagai yang terakhir! Inilah cara kita menonjolkan kasih Kristus.
Tekadku: Demi Kristus aku mau dipersatukan dengan sesama Kristen, agar aku menyenangkan Tuhan, menjadi berkat bagi sesama.

SH: Flp 2:1-11 - Murid Kristus mengutamakan orang lain. (Selasa, 27 Oktober 1998) Murid Kristus mengutamakan orang lain. Orang Kristen hendaknya mengutamakan orang lain, sehati, sepikir dalam satu kasih, satu jiwa, satu tujuan (ayat...
Murid Kristus mengutamakan orang lain.
Orang Kristen hendaknya mengutamakan orang lain, sehati, sepikir dalam satu kasih, satu jiwa, satu tujuan (ayat 1-4). Paulus ingin orang percaya di Filipi berbeda dari orang yang tidak percaya, yang hanya mementingkan diri sendiri. Di dalam Kristus, egoisme, individualisme tidak mendapat tempat. Sebaliknya di dalam Kristus orang akan rela untuk saling menasehati, menghiburkan, bersekutu dalam Roh, mengobarkan kasih mesra dan belas kasihan.
Hidup Yesus memberdayakan jemaat. Jemaat ada, Kristen beroleh iman dan jatidirinya disebabkan oleh langkah-langkah ketaatan Yesus Kristus seperti yang nyata di dalam inkarnasi, kematian dan kebangkitan-Nya. Pengosongan diri Kristus itu telah memungkinkan terwujudnya keselamatan (ayat 5-10). Pengosongan diri Kristus itu hendaknya kini memberdayakan semua Kristen untuk memiliki prinsip hidup yang sama secara nyata. Hidup Kristus itu berkuasa untuk mengubah kita yang beriman kepada-Nya untuk menolak pementingan diri sendiri, demi untuk menyukakan hati Allah.
Renungkan: Semangat Kristus adalah melayani, bukan dilayani. Adakah semangat demikian dalam hidup kita?
Utley -> Flp 2:1-11
Utley: Flp 2:1-11 - --NASKAH NASB (UPDATED): Fili 2:1-111 Jadi karena dalam Kristus ada nasihat, ada penghiburan kasih, ada persekutuan Roh, ada kasih mesra dan belas kasih...
NASKAH NASB (UPDATED): Fili 2:1-11
1 Jadi karena dalam Kristus ada nasihat, ada penghiburan kasih, ada persekutuan Roh, ada kasih mesra dan belas kasihan, 2 karena itu sempurnakanlah sukacitaku dengan ini: hendaklah kamu sehati sepikir, dalam satu kasih, satu jiwa, satu tujuan, 3 dengan tidak mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia. Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri; 4 dan janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga. 5 Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, 6 yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, 7 melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. 8 Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib. 9 Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama, 10 supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi, 11 dan segala lidah mengaku: "Yesus Kristus adalah Tuhan," bagi kemuliaan Allah, Bapa!
Fili 2:1 "jadi karena" Ini adalah yang pertama dalam serangkaian empat KALIMAT FIRST CLASS CONDITIONAL yang dianggap benar dari sudut pandang penulis atau untuk tujuan sastranya. Ayat Fili 2:1-4 merupakan satu kalimat dalam bahasa Yunani.
□ "dalam Kristus ada nasihat," Istilah ini dapat diterjemahkan dalam beberapa cara: "dorongan," "daya tarik," "kenyamanan", "pengobaran semangat" atau "nasihat." Frasa ini mirip dengan diskusi Paulus tentang sikap yang membawa dan memelihara kesatuan dalam tubuh Kristus lokal dalam Ef 4:2-3.
"Dalam Kristus" (sebuah LOCATIVE OF SPHERE) adalah cara Paulus yang paling umum untuk mengidentifikasi orang-orang percaya. Untuk hidup, hidup sejati, hidup berkelimpahan, orang percaya harus tetap dalam persatuan yang penting dengan Kristus oleh iman (lih. Yoh 15).
□ "ada penghiburan kasih" Kasih telah selalu menjadi akar dan buah bagi kehidupan orang Kristen (lih. Yoh 13:34-35; 15:12,17; 1Kor 13; Gal 5:22; 1Yoh 3:11). Yesus hidup dalamnya, mengajarkannya dan memerintahkannya untuk para pengikut-Nya.
□ "ada persekutuan Roh" Ini adalah istilah Yunani koinōnia, yang berarti "partisipasi bersama dengan" (lih. 2Kor 13:14). Sekali lagi, pertanyaannya adalah, "Apakah ini merujuk kepada roh manusia baru orang percaya yang ditebus, yang diberi kuasa oleh Roh Kudus," atau "Roh Kudus yang diberikan kepada mereka"? Tidak ada ARTICLE pada istilah "roh" ini. Mungkin ini merupakan kerancuan yang disengaja. Secara teologis ini bisa merujuk ke keduanya.
Lihat topik khusus KOINŌNIA
□ "ada kasih mesra" Ini secara harfiah adalah "perut," yang juga digunakan dalam Fili 1:8. Orang dahulu percaya bahwa organ dalam bagian bawah (perut) adalah pusat emosi. Kedua istilah ini juga digunakan dalam Kol 3:12.
□ "belas kasihan" Paulus menggunakan istilah ini empat kali: (1) untuk menggambarkan karakter Allah (lih. Rom 12:1; 2Kor 1:3) dan (2) untuk menggambarkan bagaimana orang Kristen harus memperlakukan satu sama lain (lih. Fili 2:11; Kol 3:12). Tuhan ingin untuk menghasilkan karakter (gambar)-Nya pada anak-anak-Nya. Pemulihan gambar Allah yang hilang di saat Kejatuhan adalah tujuan kedatangan Yesus.
Fili 2:2 "sempurnakanlah sukacitaku" Ini adalah sebuah AORIST ACTIVE IMPERATIVE dan menunjukkan bagaimana perasaan Paulus terhadap orang percaya meskipun ia berada jauh di penjara. Tindakan dan pilihan mereka menyebabkan sukacita atau kesakitan Paulus.
□ "hendaklah kamu sehati sepikir" Ini adalah sebuah PRESENT ACTIVE SUBJUNGTIF yang didefinisikan oleh empat PRESENT PARTICIPLE (kemungkinan digunakan sebagai IMPERATIVE) dimulai dalam ay. Fili 2:2 dan berjalan sampai ay. Fili 2:4. Mereka berurusan dengan pertanyaan pragmatis yang sangat sulit yaitu tentang mempertahankan kesatuan dalam persekutuan Kristen (lih. Rom 14:1-15:13; 1Kor 8:1-13; 10:23-33). Pedoman Paulus sangat penting, tidak hanya untuk Filipi pada abad pertama, tetapi untuk Gereja dari setiap zaman. Keempat PARTICIPLE tersebut adalah
- 1. mempertahankan kasih yang sama
- 2. bersatu dalam satu juwa dan berfokus pada satu tujuan
- 3. menganggap orang lain lebih penting daripada diri sendiri
- 4. peduli pada kepentingan orang lain
Waspadalah terhadap agama individualistik. Kekristenan adalah pengalaman keluarga.
Paulus sering menggunakan istilah "berpikir" ini (phroneō) di Filipi. Ini menjadi tema lain (lih. Fili 1:7; 2:2 [dua kali]; Fili 2:5; 3:15 [dua kali]; Fili 3:19; 4:2; 4:10).
Fili 2:3 "dengan tidak mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia." Ini mungkin menggambarkan situasi dalam gereja Filipi yang disebabkan oleh guru-guru palsu atau oleh penganiayaan (lih. Fili 1:15,17; Gal 5:26). Tidak ada KATA KERJA, tetapi pendorong dari ayat ini adalah IMPERATIVE. Pengulangan kata"berpikir" (phroneō) dalam konteks mungkin menyiratkan bahwa KATA KERJA ini adalah untuk diasumsikan.
□ "Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati" Kerendahan hati bukanlah kebajikan yang dicari di dunia Yunani-Romawi, tetapi Kristus membuat sebuah aspek unik dari kehidupan-Nya sendiri dan meminta para pengikut- Nya untuk meniru dalam kehidupan Kristen mereka (lih. ay. Fili 2:8; Mat 11:29; 1Pet 5:5,6). Ini adalah kebalikan secara kontekstual dari "keegoisan dan kesombongan yang kosong."
□ "yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri" Ini adalah sebuah PRESENT MIDDLE (deponent) PARTICIPLE. Ini berlawanan dengan semua kecenderungan alamiah, kemanusiaan kita, tetapi merupakan kehendak Allah (lih. Rom 12:10; 1Kor 10:24,33; Gal 6:2; Ef 5:2). Untuk "yang lebih penting" lihat Topik Khusus: Penggunaan Paulus akan Majemuk Huper di Ef 1:19.
Fili 2:4 "janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri" Ini adalah sebuah PRESENT ACTIVE PARTICIPLE dengan NEGATIVE PARTICLE (yang digunakan sebagai IMPERATIVE) yang biasanya berarti menghentikan suatu tindakan dalam proses. Itu berarti "melihat dengan penuh perhatian pada sesuatu" (lih. 2Kor 4:18). Istilah "kepentingan" dapat merujuk pada (1) benda-benda; (2) karunia rohani, atau (3) urusan-urusan. Kunci sebenarnya di sini adalah kata "hanya." Ini bukan berarti bahwa orang percaya tidak boleh merasa tertarik pada urusan mereka sendiri (lih. 1Tim 5:8), tetapi mereka jangan membuat hal-hal tersebut menjadi prioritas sehingga mengesampingkan orang lain, terutama orang percaya lainnya. Keseimbangan ini terlihat dalam Gal 6:1-2. Orang- orang percaya harus mengawasi dengan tajam diri mereka sendiri sehingga mereka dapat mengawasi orang lain.
Fili 2:5 "dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan" Ini adalah sebuah PRESENT ACTIVE IMPERATIVE. Orang-orang percaya diperintahkan untuk terus berpikir (phroneō) seperti Kristus. Sasaran dari keKristenan adalah keserupaan dengan Kristus dalam pikiran dan perbuatan (lih. Kol 3:16). Ini adalah awal dari sebuah kutipan oleh Paulus dari himne Kristen mula-mula. Ada beberapa istilah di bagian puitis ini yang tidak ditemukan di tempat lain di Paulus. Contoh lain dari Paulus mengutip dari jenis material ini adalah Ef 5:14; 1Tim 3:16; 2Tim 2:11-13; Kol 1:15-20 dan mungkin, 1Tim 1:17; 6:15-16.
Orang Kristen dinasihati untuk mengikuti teladan Kristus dalam dua cara: (1) Ia meninggalkan, kemuliaan ilahi pra-ada-Nya untuk menjadi manusia, bukan untuk diri-Nya sendiri, tetapi untuk orang lain dan (2) Ia rela mati, bukan karena dosa-Nya sendiri, tetapi karena dosa orang lain. Pengikut Kristus harus meniru sifat memberi diri, perendahan hati ini (lih. 1Yoh 3:16). Kita adalah penjaga dari saudara-saudara kita karena saudara kita ada di dalam gambar dan rupa Allah!
Fili 2:6 "yang walaupun (Ia)" Secara harfiah ini adalah "yang walaupun dalam rupa Allah." Ini adalah salah satu dari dua PRESENT TENSE (di sini sebuah PARTICIPLE) di tengah-tengah serangkaian KATA KERJA dan PARTICIPLE AORIST TENSE. Ini menekankan pra-eksistensi Yesus dari Nazaret (lih. Yoh 1:1; 8:57-58; 17:5,24; 2Kor 8:9; Kol 1:17; Ibr 10:5-7). Pra-eksistensi Yesus merupakan bukti lain dari keIllahian-Nya. Yesus tidak menjadi ada di Betlehem. Tidak pernah ada waktu ketika Yesus tidak ada dan tidak Illahi.
□ "dalam rupa Allah" Ini adalah kata Yunani morphē yang digunakan dalam beberapa pengertian.
- 1. Pengertian hakikat dari Aristoteles
- 2. Pengertian akan sifat sesuatu atau hakikat yang tidak berubah dari sesuatu (ini adalah bagaimana bapa-bapa Gereja mula-mula menafsirkannya)
- 3. bentuk lahiriah dari sesuatu, seperti dalam Septuaginta (LXX). Ini tidak berarti bahwa YHWH memiliki tubuh fisik, tetapi bahwa atribut dan karakteristik—yang adalah hakikat Allah Bapa—Nampak jelas dalam Allah Anak.
Ini adalah cara lain untuk menegaskan keIllahian penuh dari Kristus. Lihat Topik Khusus: Monoteisme di Ef 4:6.
□ "tidak menganggap kesetaraan dengan Allah" Secara harfiah ini adalah "berpikir bahwa bukanlah merampok untuk menjadi setara dengan Allah." Ini adalah PRESENT TENSE (di sini sebuah INFINITIVE) yang lain. Istilah Yunani "kesetaraan" masuk ke dalam bahasa Inggris sebagai "isometrik." Ini adalah cara lain untuk menyatakan bahwa Yesus adalah sepenuhnya Allah (lih. Yoh 1:1; Tit 2:13).
- NASB "milik yang harus dipertahankan"
- NKJV "perampokan"
- NRSV "sesuatu yang harus dieksploitasi"
- TEV "bahwa dengan kekuatan"
- NJB "sesuatu yang harus dipertahankan"
Kata Yunani yang langka ini, harpagmos, awalnya berarti "tindakan merampas sesuatu" atau "hadiah yang dikejar" (harpagma). Namun demikian, ini dapat digunakan dalam pengertian PASSIVE (akhiran Yunani mos) yang berarti "apa yang disita atau dijadikan pegangan." Kemungkinan ketiganya adalah "Sesuatu yang dimiliki seseorang tetapi tidak digunakan untuk keuntungan pribadi." Hal ini tercermin dalam terjemahan Phillip dari dari ay. Fili 2:7: "mengosongkan diri-Nya dari setiap keuntungan."
Yesus telah memiliki kesetaraan penuh dengan Allah. Alasan teologis untuk kerancuan frasa ini adalah tipologi Adam / Kristus, di mana Adam mencoba untuk meraih kesetaraan dengan Allah dengan memakan buah terlarang (lih. Kej 3). Yesus, Adam yang kedua (lih. Rom 5:12 dst), mengikuti rencana Allah dalam ketaatan yang sempurna di mana penderitaan mendahului pengagungan (lih. Yes 53).
- NASB NRSV,
- NJB "mengosongkan diriNya"
- NKJV "membuat diri-Nya tidak berreputasi"
- TEV "atas kehendak bebas-Nya Dia menyerahkan semua yang dimiliki-Nya"
KATA GANTI ini bersifat tegas. Ini adalah pilihan Yesus sendiri! Ada beberapa teori tentang apa artinya Yesus mengosongkan diri-Nya (lih. 2Kor 8:9).
- 1. Paulus menggunakan istilah ini beberapa kali (lih. Rom 4:14; 1Kor 1:17; 9:15; 2Kor 9:3). Rupanya Yesus memilih untuk hidup sebagai manusia. Dia secara sukarela meninggalkan kemuliaan Illahi-Nya dan menerima keterbatasan daging. Tentu saja Dia masih memiliki wawasan dan kekuatan rohani yang lebih besar dari manusia yang jatuh biasa. Dia menjadi menjadi manusia yang semestinya. Dia adalah Adam yang kedua dan lebih lagi.
- 2. Yesus tidak menjadi lebih rendah dari Allah dalam Inkarnasi-Nya, tetapi Dia rupanya menambahkan kemanusiaan pada keIllahian-Nya. Dia meninggalkan kemuliaan lahiriah Illahi dan mengambil bentuk lahiriah manusia. Ini meilbatkan, penambahan bukan pengurangan. Selama pelayanan Yesus di bumi, Dia dipenuhi dan diberi kuasa oleh Roh, tetapi Dia adalah Allah sepenuhnya dan manusia sepenuhnya (dicobai, Mat 4; diuji, Yoh 4; takut di Getsemani, Mr 14:32-42). Ia benar-benar mengenal dan mengungkapkan Bapa (lih. Yoh 1:18). Dia benar-benar satu dengan kemanusiaan kita (lih. Yoh 1:4).
- 3. Bisa saja bahwa pengosongan ini adalah cara menyinggung Yes 53:1-3. Jika demikian, hal ini terkait tidak pada kemanusiaan-Nya (Fili 2:7-8a) tapi pada penyaliban-Nya (Fili 2:8 b) sebagai hamba YHWH (lih. Mr 10:45).
□ "mengambil rupa seorang hamba" Ini adalah paralel sastra yang tepat untuk ungkapan "sifat Allah" (lih. ay. Fili 2:6). Istilah "hamba" (doulos) di sini dapat digunakan dalam arti Hamba yang Menderita dari Yes 42:1-9; 49:1-7; 50:4-11; 52:13-53:12. Yesus meninggalkan kemuliaan surgawi-Nya untuk sebuah palungan (lih. 2Kor 8:9). Ini juga merupakan latar belakang dari ay. Fili 2:9-11. Ayat ini menekankan Inkarnasi Yesus ( AORIST PARTICIPLE), bukan penyaliban-Nya, yang dijelaskan dalam ay. Fili 2:8.
Yesus dengan jelas menunjukkan bahwa kepemimpinan sejati, kekuatan sejati adalah hati hamba. Untuk memimpin, seseorang harus melayani (lih. Mr 10:42-45; Mat 20:25-28). Kerendahan hati-Nya adalah tanda kekuatan sejati. Kasih-Nya yang memberikan diri adalah tanda sejati dari Tuhan.
□ "dan menjadi sama dengan manusia." RSV & NRSV menerjemahkan kata ini sebagai "dilahirkan." Ini adalah penekanan utama kedua dari himne Gereja mula-mula ini: kemanusiaan penuh dari Kristus. Hal ini dilakukan untuk menangkal guru-guru palsu Gnostik, yang berpegang pada suatu dualisme (ontologis) yang kekal antara roh dan materi. Sifat ganda dari Yesus adalah masalah teologis utama NT (lih. 1Yoh 4:1-6). Penggunaan Yesus akan istilah PL "Anak Manusia" menunjuk ke arah ini. Dalam Mazm 8:4 dan Yeh 2:1 istilah tersebut memiliki arti Yahudi yang normal yaitu pribadi manusia. Namun demikian, di dalam Dan 7:13 hal ini membawa karakteristik Illahi (yaitu, naik di awan di langit dan menerima kerajaan yang kekal). Yesus menggunakan frasa ini untuk diriNya. Ini tidak banyak digunakan oleh para rabi dan tidak memiliki konotasi militeristik, nasionalistik, atau eksklusif.
Awal dari ay. Fili 2:8 menekankan kebenaran teologis yang sama dengan perbedaan bahwa meskipun Yesus adalah manusia sepenuhnya, Ia tidak berpartisipasi di alam manusia yang jatuh (lih. Rom 8:3; I Kor 5:21; Ibr 4:15; 7:26, 1Pet 2:22; 1Yoh 3:5).
Fili 2:8 "dalam keadaan sebagai manusia" Ada beberapa kebingungan di antara terjemahan, apakah frasa ini harus berada di ayat Fili 2:7 atau 8. Ini adalah istilah Yunani "schēma," yang biasanya dikontraskan dengan "morphē." Dalam filsafat Yunani morphē berarti "bentuk dalam dari sesuatu yang benar-benar mencerminkan hakikatnya," sementara "schēma" berarti " bentuk luar yang berubah dari sesuatu yang tidak sepenuhnya mewakili hakikat dalamnya "(lih. 1Kor 7:31). Yesus adalah seperti kita dalam segala cara kecuali dalam sifat keberdosaan dari manusia yang jatuh.
□ "Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati" Ini mungkin merupakan singgungan pada terjemahan Septuaginta (LXX) dari Yes 53:8. Yesus mengikuti rencana kekal penebusan Bapa (lih. Luk 22:22, Kis 2:23; 3:18; 4:28) bahkan sampai penyiksaan fisik dan kematian ( AORIST ACTIVE INDICATIVE dan AORIST PARTICIPLE).
□ "bahkan sampai mati di kayu salib" Salib adalah batu sandungan bagi orang Yahudi (lih. 1Kor 1:23). Mereka tidak mengharapkan Mesias yang menderita, tetapi Mesias yang menaklukkan. Juga karena Ul 21:23, yang menyiratkan bahwa jika seseorang diekspos kepada publik setelah kematian, itu adalah tanda kutukan oleh Allah. Orang-orang Yahudi tidak bisa memahami bagaimana Mesias mereka bisa dikutuk oleh Allah, tapi inilah kebenaran yang tepat dari Gal 3:13, bahwa Ia menjadi kutuk karena kita. Konsep Mesias yang menderita (lih. Kej 3:15; Mazm 23) menjijikkan bagi mereka. Namun ini adalah cara bagaimana YHWH berurusan dengan masalah dosa manusia, penebusan perwakilan, penggantian Kristus (lih. Yes 52:13-53:12; Mr 10:45, Yoh 1:29; 1Pet 1:19). Salib adalah kebenaran inti dari PB di mana kasih dan keadilan Allah bertemu dan digabungkan.
- NASB NKJV, NRSV "Itulah sebabnya"
- TEV "Untuk alasan inilah"
- NJB "Dan untuk inilah"
PB menyajikan Yesus dalam dua cara: (1) sepenuhnya Tuhan yang pra-ada (lih. Yoh 1:1-3,14; 8:57-58; Kol 1:17) dan (2) Tuhan ditinggikan karena kepatuhan, kekudusan kehidupan duniawi-Nya (lih. Rom 1:4; Fili 2:9). Dalam gereja mula-mula hal ini menyebabkan konflik antara para teolog ortodoks dan adoptionis. Namun demikian, seperti sudah begitu sering, mereka berdua memiliki suatu aspek kebenaran. Siapakah Yesus dikonfirmasikan oleh apa yang Ia lakukan! Tidak ada dua kristologi, tapi dua cara untuk melihat kebenaran yang sama. Respon kita tidak seharusnya mencoba untuk memutuskan mana yang benar, tetapi berterima kasih kepada Tuhan bagi Kristus sebelum waktu, pada waktu, dan di sepanjang waktu!
□ "Allah sangat meninggikan Dia" Ini merupakan singgungan untuk terjemahan Septuaginta (LXX) dari Yes 52:13. Bentuk yang lebih intensif dari istilah huperupsoō ini hanya ditemukan di sini dalam PB dan jarang dalam bahasa Yunani sekuler. Lihat Topik Khusus: Penggunaan Paulus akan Majemuk Huper di Ef 1:19. Ini bukanlah Kristologi adoptionis, yang menegaskan bahwa Yesus dihargai dengan Tuhan. Yesus dikembalikan kepada kemuliaan keIllahian pra-ada (lih. Ef 4:10). Dalam Injil Yohanes kematian Yesus disebut sebagai pemuliaan-Nya (lih. 7:39; 12:16,23; 13:31-32; 16:14; 17:1). Pelayan yang rendah hati itu sekarang adalah Raja segala Raja!
□ "dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama" Nama khusus yang ditinggikan ini adalah "Tuhan" (lih. ay. Fili 2:11). KATA KERJA (echarisato) dalam ay. Fili 2:9 berarti "diberikan dengan kemurahan" seperti dalam Fili 1:29. Istilah "TUHAN" adalah singgungan bagi nama perjanjian PL untuk Allah, YHWH (lih. Kel 3:14; 6:3), yang orang- orang Yahudi takut untuk mengucapkannya jangan sampai mereka melanggar salah satu dari Sepuluh Perintah Allah (lih. Kel 20:7; Ul 5:11). Oleh karena itu, mereka menggantikannya dengan nama Adon, yang berarti Tuhan, pemilik, suami. Yesus, yang datang dalam rupa seorang hamba, dikembalikan ke ketuhanan kosmik Nya (lih. Yoh 17:5; Kol 1:15-20). "Yesus adalah Tuhan" adalah pengakuan iman pribadi Gereja awal kepada masyarakat (lih. Rom 10:9; 1Kor 8:6; 12:3). Yesus dari Nazaret diberi gelar tertinggi dari Ketuhanan (lih. Ef 1:21 dan Ibr 1:4). Lihat Topik Khusus: Nama Untuk Tuhan di Kol 1:3.
Fili 2:10 "bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi" Suatu hari nanti semua orang akan mengakui Yesus sebagai Tuhan. Satu-satunya pertanyaan adalah apakah mereka akan melakukannya pada suatu waktu oleh iman, dan dengan demikian menjadi bagian dari keluarga Allah, atau melakukannya pada Hari Tuhan dan dihakimi oleh-Nya (lih. Mat 25:31-48; Wahy 20:11-15).
Frasa paralel dalam ayat ini merujuk pada malaikat, baik yang bebas dan terikat dan manusia, baik yang hidup maupun mati. Semua makhluk yang sadar akan mengakui ketuhanan Yesus, tetapi hanya manusialah yang dapat ditebus. Ayat Fili 2:10-11 tampaknya merupakan singgungan pada Yes 45:23, yang dikutip dalam Rom 14:11. Dalam konteks aslinya itu adalah penyembahan YHWH yang kini telah ditransfer kepada Mesias (lih. Yoh 5:23). Pengalihan gelar dan fungsi antara YHWH dan Yesus adalah cara lain para penulis PB menegaskan keIllahian penuh dari Yesus. Lihat Topik Khusus: Malaikat dalam Tulisan-tulisan Paulus di Ef 6:12.
Fili 2:11 "dan segala lidah mengaku:" Ini adalah sebuah AORIST MIDDLE SUBJUNCTIVE (yang digunakan sebagai MASA DEPAN, beberapa MSS memiliki bentuk MASA DEPAN, yaitu, A, C, D, F, G) dari exomologeō yang mengakui fakta bahwa pengakuan secara publik, lisan dari ketuhanan Kristus akan menjadi realitas akhir zaman. Pengakuan ketuhanan Yesus ini adalah pengakuan iman mula-mula (yaitu, liturgi pembaptisan). Paulus menggunakan istilah ini sebagaimana ia menggunakan beberapa kutipan PL dari Septuaginta (lih. Fili 2:11 dan Rom 14:11 dari Yes 45:23 dan Rom 15:9 dari Mazm 18:49. Juga istilah yang terkait homologeo di Rom 10:13 dari Yoel 2:37).
□ "bagi kemuliaan Allah, Bapa" Penyembahan Yesus adalah tujuan Allah Bapa dalam mengirimkan Nya. Frasa "bagi kemuliaan Allah" ini berhubungan dengan gaya hidup orang percaya dalam Fili 1:11 dan di sini di Fili 2:11 untuk keselamatan mereka, yang dihasilkan melalui karya Kristus. Frasa kunci yang sama ini digunakan tiga kali dalam doa pujian Paulus kepada Allah Tritunggal di dalam Ef 1:3-14. Pada akhirnya Yesus akan mengembalikan segala kuasa, otoritas, dan pujian kepada Bapa yang memilikinya (lih. 1Kor 15:27-28). Lihat catatan penuh pada "kemuliaan" di Ef 1:6.
WAWASAN KONTEKSTUAL Fili 2:12-30
- a. Ayat Fili 2:12-18, seperti ay. 1-11, berhubungan dengan kehidupan Kristen.
- b. Ayat Fili 2:19-30 berhubungan dengan pembantu Paulus, Timotius dan Epafroditus dan kedatangan mereka ke Filipi.
Topik Teologia -> Flp 2:3
Topik Teologia: Flp 2:3 - -- Dosa
Dosa-dosa Roh
Pengudusan
Pengudusan: Fakta yang Tergenapi dan Proses Pertumbuhan
Pengudusan sebagai Pertumbuhan dalam Anugera...
- Dosa
- Dosa-dosa Roh
- Pengudusan
- Pengudusan: Fakta yang Tergenapi dan Proses Pertumbuhan
- Pengudusan sebagai Pertumbuhan dalam Anugerah
- Sarana Pertumbuhan
- Pertumbuhan dalam Anugerah Melalui Tindakan Positif
- Kehidupan Kristen: Tanggung Jawab Terhadap Sesama dan Alam
- Gereja
- Masalah-masalah Yang Dihadapi Gereja
- Masalah Moral dalam Gereja
- Orang Percaya Didesak supaya Membuang dan Menjauhi Masalah Moral
TFTWMS -> Flp 2:3-4
TFTWMS: Flp 2:3-4 - Bersatu Dalam Ketidakegoisan BERSATU DALAM KETIDAKEGOISAN (Filipi 2:3, 4)
Karena kita berbeda dalam kepribadian dan kesukaan, bagaimana bisa kita bersatu? Mungkin faktor yang pal...
BERSATU DALAM KETIDAKEGOISAN (Filipi 2:3, 4)
Karena kita berbeda dalam kepribadian dan kesukaan, bagaimana bisa kita bersatu? Mungkin faktor yang paling penting dalam kesatuan kita adalah kesamaan iman kita kepada Yesus. Karena kita semua telah "disatukan dengan Dia' (Roma 6:5), kita juga disatukan dengan satu sama lainnya. Namun begitu, sikap kita terhadap sesama orang Kristen adalah penting. Ketika kita bersikap egois dan memaksakan cara kita sendiri dalam masalah pendapat, kesatuan mustahil terjadi.
Dalam ayat 3 dan 4, Paulus menekankan perlunya pengorbanan diri. Pelbagai petunjuk-Nya di dalam ayat-ayat ini memang sulit untuk ditaati—tetapi sangat diperlukan! Ayat 3 dimulai, 'Dengan tidak mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia.' Kata untuk 'tidak mencari kepentingan sendiri" berasal dari akar kata Yunani yang sama yang diterjemahkan "ambisi diri" di dalam 1:17. Kata itu menyiratkan praktik dalam usaha untuk memenangkan para pengikut bahkan jika hal itu menyebabkan perselisihan. Sayangnya, saudara-saudara itu bekerja 'bukan untuk menonjolkan pekerjaan itu, tetapi untuk menonjolkan diri.'10Terkait dengan "keegoisan" adalah 'puji-pujian yang sia-sia.' Alkitab NCV menerjemahkan ini 'kesombongan.' Frasa ini diterjemahkan dari kata majemuk Yunani yang berarti 'kemuliaan yang hampa.' Ketika tujuan seseorang adalah untuk mendatangkan kemuliaan kepada dirinya sendiri, pada akhirnya 'kemuliaan' itu akan hampa dan tidak berguna.
Apakah obat bagi sikap mementingkan diri sendiri dan kesombongan? Ayat 3 melanjutkan, 'sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri.' 'Rendah hati" adalah kata yang disalahpahami. Beberapa orang menganggap kata itu berarti menganggap diri sendiri sebagai tidak berarti, tetapi itu tidak benar. Musa digambarkan sebagai "yang sangat lembut hatinya" (Bilangan 12:3), tetapi tidak satu pun menunjukkan bahwa pemimpin besar ini menganggap dirinya tidak berharga. Yesus menggambarkan diri-Nya sebagai "lemah lembut dan rendah hati" (Matius 11:29; lihat Filipi 2:8, tetapi Ia juga berbicara tentang kemuliaan yang Allah telah berikan kepada Dia (Yohanes 17:22; lihat Yohanes 2:11). Sang Tuan tidak membuang-buang waktu-Nya dalam mengecilkan dirinya.
Orang Yunani tidak menghargai kerendahan hati. Bentuk kata sifat kata itu "digunakan < untuk menggambarkan mentalitas seorang budak. Kata itu mengandung gagasan sebagai hina, tidak layak, kumuh, < tidak punya pengaruh.'11Seorang penyembah berhala akan merasa ngeri dicap sebagai orang yang 'rendah hati.' Para penulis Perjanjian Baru, bagaimanapun, menjadikan kerendahan hati sebagai suatu kebajikan—salah satu kebajikan yang tertinggi. Petrus menulis, < kamu semua, rendahkanlah dirimu seorang terhadap yang lain, sebab: "Allah menentang orang yang congkak, tetapi mengasihani orang yang rendah hati." Karena itu rendahkanlah dirimu di bawah tangan Tuhan yang kuat, supaya kamu ditinggikan-Nya pada waktunya. (1 Petrus 5:5, 6).
Apakah artinya menjadi rendah hati? Kita bisa berbicara tentang perlunya bersikap sederhana dalam perkataan dan perilaku kita. Kita bisa mendiskusikan nasihat Paulus bahwa janganlah ada orang yang 'memikirkan hal-hal yang lebih tinggi dari pada yang patut kamu pikirkan <' (Roma 12:3). Bagaimanapun, definisi terbaik mungkin yang disarankan oleh kata-kata yang muncul setelah frasa 'kerendahan hati' dalam Filipi 2:3, 4: '< dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri; dan janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga.'
Kerendahan hati adalah melupakan diri sendiri dan bukan mengecilkan diri. Itu bukan tentang berpikir buruk atas diri sendiri; melainkan sangat peduli terhadap orang lain sehingga dirinya sendiri tidak banyak dipikirkan. Dalam ayat-ayat yang mengikuti teks kita, Paulus memberi contoh tertinggi tentang kerendahan hati: Yesus. Kristus begitu peduli terhadap kebutuhan kita sehingga Ia, secara tidak langsung, 'melupakan' diri-Nya sendiri, datang ke bumi ini, dan mati untuk kita (ay. 5-8). Paulus menantang para pembacanya untuk memiliki pikiran yang 'sama' (ay. 5; KJV). R. C. Bell mengatakan, "Hanya pikiran yang merendah yang dapat berpikir seperti itu.'12
Beberapa orang bergumul dengan bagian akhir ayat 3. Alkitab NASB menulis "menganggap yang lain lebih penting daripada dirimu sendiri.' Istilah yang diterjemahkan "lebih penting daripada" adalah bentuk kata majemuk Yunani yang menggabungkan kata depan huper ("atas") dengan echo ("memegang"). Secara harfiah, itu berarti 'memegang di atas.' Secara kiasan, itu berarti "lebih unggul dari, menjadi lebih baik daripada.'13Kebanyakan terjemahan standar menulis "lebih baik daripada" dalam ayat 3 (KJV, NKJV, ASV, NIV, RSV). Kita bisa menganggap ini sebagai 'Amanat Agung Kedua Yang Diintensifkan.' Amanat Agung Kedua berkata, 'Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri' (Matius 22:39; huruf miring oleh saya).
'Amanat Agung Kedua Yang Diintensifkan' berkata, 'Kasihilah sesamamu manusia lebih baik daripada mengasihi dirimu sendiri.' Nasihat untuk menganggap orang lain lebih baik daripada diri sendiri mencemaskan beberapa orang. Mereka menunjuk kepada sesama orang Kristen dan berkata, "Mengapakah saya harus menganggap dia sebagai lebih baik atau lebih penting daripada diri saya sendiri? Ia tidak terdidik dengan lebih baik < atau lebih berbakat < atau lebih terampil < atau lebih kuat < atau lebih tampan < atau lebih saleh!' Mereka yang menalar dengan cara ini telah kehilangan jantung nas ini. Ayat itu tidak mengatakan bahwa orang lain itu memang lebih baik daripada Anda; ayat itu itu mengatakan bahwa Anda harus menganggap dia sebagai lebih baik. Dalam konteksnya, itu mengacu kepada sikap mempertimbangkan kebutuhannya sebagai lebih penting daripada kebutuhan Anda sendiri. Earl Palmer menyatakan bahwa Paulus sedang menggunakan 'ungkapan abad pertama yang paling baik diterjemahkan sebagai 'tempatkanlah orang lain di depan Anda.'14Jika Anda pernah berdiri di dalam barisan (atau antrian) di mana orang-orang saling dorong-mendorong untuk berusaha mencapai bagian depan antrian, Anda tentu mengerti analogi itu. Seorang penulis menyarankan bahwa, untuk memperbaiki cara pandang kita terhadap orang lain, kita bisa bertanya, "Jika aku dilahirkan dan dibesarkan seperti orang itu, hanya dilengkapi dengan potensi dan peluang yang ia miliki, akan seperti apakah diriku?' atau 'Jika orang itu dibesarkan di dalam rumah tanggaku dan diberi potensi dan kesempatan yang aku miliki, akan seperti apakah dia itu?' Ketika saya membaca bagian akhir ayat 3, saya teringat orang tua saya. Adik saya Coy dan saya dilahirkan waktu Amerika dilanda Krisis Keuangan. Orang tua saya punya uang sedikit, tetapi mereka memastikan Coy dan saya makan buah-buahan dan sayuran yang kami butuhkan untuk tetap sehat, bahkan ketika mereka sendiri harus tidak makan. Mereka menganggap kami "lebih penting" daripada diri mereka sendiri— bukan karena kami lebih besar, lebih kuat, atau lebih pintar daripada mereka—tetapi karena mereka mengasihi kami.15
Filipi 2:3, 4 mendorong kita untuk memiliki sikap yang sama terhadap saudara-saudara kita dalam Kristus. Kasih akan membuat kita memandang orang lain sebagai "lebih baik" dan 'lebih penting.' Sebuah lagu anak-anak berbunyi, 'SUKACITA, SUKACITA, tentunya ini harus berarti Yesus yang pertama dan diri Anda yang terakhir dan orang lain di antaranya.' Belum lama ini, saya membaca tentang kelas Alkitab anak-anak yang disebut 'Aku yang ketiga.'16Orang yang menciptakan nama itu adalah orang yang telah melihat sekilas semangat yang Paulus sedang galakkan.
Teks kita diakhiri dengan kata-kata: 'Dan janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga' (ay. 4). Alkitab memang mengajarkan kepedulian yang sah untuk diri sendiri (lihat Matius 22:39; Efesus 5:28, 29), tetapi kita harus berhati-hati untuk tidak menjadi egois. Kita harus peka terhadap kebutuhan orang lain. Instruksi Paulus di dalam ayat 3 dan 4 memang sulit untuk diikuti. Memang sulit untuk tidak memusatkan pikiran kita kepada diri sendiri!
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: Filipi (Pendahuluan Kitab) Penulis : Paulus
Tema : Sukacita Dalam Hal Hidup bagi Kristus
Tanggal Penulisan: Sekitar 62/63 TM
Latar Belakang
Kota Filipi d...
Penulis : Paulus
Tema : Sukacita Dalam Hal Hidup bagi Kristus
Tanggal Penulisan: Sekitar 62/63 TM
Latar Belakang
Kota Filipi di Makedonia timur, yang letaknya enam belas kilometer dari pesisir Laut Aegea, dinamai menurut Raja Filipus II dari Makedon, ayah Aleksander Agung. Pada masa Paulus, kota ini sebuah kota Romawi dan pangkalan militer yang terkenal.
Gereja di Filipi didirikan oleh Paulus dan teman-teman sekerjanya (Silas, Timotius, Lukas) pada perjalanan misi yang kedua sebagai tanggapan terhadap penglihatan yang Allah berikan di Troas (Kis 16:9-40). Suatu ikatan persahabatan yang kuat berkembang di antara rasul itu dan jemaat Filipi. Beberapa kali jemaat itu mengirim bantuan keuangan kepada Paulus (2Kor 11:9; Fili 4:15-16) dan dengan bermurah hati memberi kepada persembahan yang dikumpulkannya untuk orang Kristen yang berkekurangan di Yerusalem (bd. 2Kor 8:1--9:15). Agaknya dua kali Paulus mengunjungi gereja ini pada perjalanan misinya yang ketiga (Kis 20:1,3,6).
Tujuan
Dari penjara (Fili 1:7,13-14), kemungkinan besar di Roma (Kis 28:16-31), Paulus menulis surat ini kepada orang percaya di Filipi untuk berterima kasih kepada mereka atas pemberian banyak yang baru-baru ini mereka kirim kepadanya dengan perantaraan Epafroditus (Fili 4:14-19) dan untuk memberi kabar tentang keadaannya yang sekarang. Lagi pula, Paulus menulis untuk meyakinkan jemaat tentang keberhasilan maksud Allah dalam hukuman penjaranya (Fili 1:12-30), menenangkan jemaat bahwa utusan mereka (Epafroditus) telah menunaikan tugasnya dengan setia dan tidak kembali kepada mereka sebelum waktunya (Fili 2:25-30), dan untuk mendorong mereka untuk maju agar mengenal Tuhan dalam persatuan, kerendahan hati, persekutuan, dan damai sejahtera.
Survai
Surat Filipi tidak ditulis terutama untuk menyelesaikan berbagai persoalan dan pertentangan dalam gereja seperti banyak surat Paulus yang lain. Nada utama surat ini ialah kasih sayang yang hangat dan penghargaan terhadap jemaat itu. Dari salamnya (Fili 1:1) sampai ke doa berkat (Fili 4:23), surat ini memusatkan perhatian pada Kristus Yesus sebagai tujuan hidup dan pengharapan orang percaya akan hidup kekal.
Dalam surat ini, Paulus memang berbicara mengenai tiga masalah kecil di Filipi:
- (1) _Keputusasaan_ mereka karena masa hukumannya yang begitu lama (Fili 1:12-26);
- (2) benih-benih _perpecahan_ di antara dua orang wanita di dalam gereja (Fili 4:2; bd. Fili 2:2-4); dan
- (3) ancaman _ketidaksetiaan_ yang selalu ada dalam gereja oleh karena para penganut agama Yahudi dan orang-orang yang berpikiran duniawi (pasal 3; Fili 3:1-16).
Karena ketiga masalah yang potensial ini, kita mempunyai ajaran Paulus yang paling kaya mengenai
- (1) sukacita di tengah-tengah segala keadaan hidup (mis. Fili 1:4,12; Fili 2:17-18; Fili 4:4,11-13),
- (2) kerendahan hati dan pelayanan Kristen (Fili 2:1-18), dan
- (3) nilai pengenalan akan Kristus yang melebihi segala sesuatu (pasal 3; Fili 3:1-16).
Ciri-ciri Khas
Lima ciri utama menandai surat ini.
- (1) Sifatnya sangat pribadi dan penuh kasih sayang, serta mencerminkan hubungan akrab Paulus dan orang percaya di Filipi.
- (2) Sangat memusatkan perhatian kepada Kristus, serta mencerminkan hubungan dekat Paulus dengan Kristus (mis. Fili 1:21; Fili 3:7-14).
- (3) Memberikan salah satu pernyataan yang paling mendalam mengenai Kristologi dalam Alkitab (Fili 2:5-11).
- (4) Merupakan terutama suatu "surat sukacita" PB.
- (5) Menyajikan standar kehidupan Kristen yang sangat kuat, termasuk hidup dengan rendah hati dan sebagai seorang hamba (Fili 2:1-8), berusaha dengan sungguh-sungguh untuk mencapai tujuan (Fili 3:13-14), bersukacita selalu di dalam Tuhan (Fili 4:4), mengalami kebebasan dari kecemasan (Fili 4:6), merasa senang dalam segala keadaan (Fili 4:11), dan melakukan segala hal karena kasih karunia Kristus yang memberi kekuatan (Fili 4:13).
Full Life: Filipi (Garis Besar) Garis Besar
Pendahuluan
(Fili 1:1-11)
A. Salam Kristen
(Fili 1:1-2)
B. Ucapan Syukur dan Doa untuk Jemaat F...
Garis Besar
- Pendahuluan
(Fili 1:1-11) - A. Salam Kristen
(Fili 1:1-2) - B. Ucapan Syukur dan Doa untuk Jemaat Filipi
(Fili 1:3-11) - I. Keadaan Paulus Sekarang Ini
(Fili 1:12-26) - A. Injil Mengalami Kemajuan Karena Paulus Dipenjarakan
(Fili 1:12-14) - B. Dalam Segala Hal Kristus Diberitakan
(Fili 1:15-18) - C. Kerelaannya untuk Hidup atau Mati
(Fili 1:19-26) - II. Hal-Hal yang Penting bagi Gereja
(Fili 1:27-4:9) - A. Nasihat Paulus kepada Jemaat Filipi
(Fili 1:27-2:18) - 1. Supaya Tetap Setia
(Fili 1:27-30) - 2. Supaya Bersatu
(Fili 2:1-2) - 3. Supaya Merendahkan Diri dan Menjadi Hamba Tuhan
(Fili 2:3-11) - 4. Supaya Taat dan Berperilaku Tidak Bercela
(Fili 2:12-18) - B. Utusan-Utusan Paulus kepada Gereja
(Fili 2:19-30) - 1. Timotius
(Fili 2:19-24) - 2. Epafroditus
(Fili 2:25-30) - C. Peringatan Paulus Mengenai Ajaran Palsu
(Fili 3:1-21) - 1. Sunat Palsu Lawan Sunat Benar
(Fili 3:1-16) - 2. Berpikiran Duniawi Lawan yang Rohani
(Fili 3:17-21) - D. Nasihat Akhir Paulus
(Fili 4:1-9) - 1. Kemantapan dan Kerukunan
(Fili 4:1-3) - 2. Sukacita dan Kelemahlembutan
(Fili 4:4-5) - 3. Kebebasan dari Kekhawatiran
(Fili 4:6-7) - 4. Pengendalian Pikiran dan Kehendak
(Fili 4:8-9) - Penutup
(Fili 4:10-23) - A. Pernyataan Terima Kasih Atas Pemberian yang Diterima
(Fili 4:10-20) - B. Salam Akhir dan Doa Berkat
(Fili 4:21-23)
Matthew Henry: Filipi (Pendahuluan Kitab)
Filipi adalah sebuah kota utama di kawasan barat Makedonia, prōtē tēs meridos tēs Makedonias polis (Kis. 16:12). Nama kota ini diambil dari n...
- Filipi adalah sebuah kota utama di kawasan barat Makedonia, prōtē tēs meridos tēs Makedonias polis (Kis. 16:12). Nama kota ini diambil dari nama Filipus, raja terkenal dari Makedonia, yang memperbaiki dan memperindah kota itu, dan di kemudian hari dijadikan sebagai salah satu wilayah jajahan Romawi. Tidak jauh dari kota ini terletak Campi Philippici, tempat luar biasa yang menjadi terkenal sebagai ajang pertempuran antara Julius Caesar dan Pompei Agung, dan juga antara Agustus dan Antonius di satu pihak melawan Cassius dan Brutus di pihak lain. Namun, bagi orang-orang Kristen, kota itu menjadi kota yang paling istimewa karena surat kerasulan ini, yang ditulis oleh Rasul Paulus ketika ia menjadi tahanan penjara di kota Roma pada tahun 62 Masehi. Tampaknya Rasul Paulus menaruh kebaikan hati yang khusus bagi jemaat di Filipi ini, di mana ia sendiri telah menjadi alat dalam menanam benih-benih untuk membangun jemaat. Walaupun ia harus memelihara semua jemaat, menurut surat ini, namun ia memiliki kepedulian khusus, bagaikan seorang bapa yang lemah lembut, bagi jemaat ini. Bagi orang-orang yang kepada mereka Allah telah mengutus kita untuk melakukan suatu pekerjaan baik, kita harus giat dan sepenuhnya terlibat dalam mengusahakan yang lebih baik lagi. Rasul Paulus menganggap mereka seperti anak-anaknya sendiri, dan setelah memperanakkan mereka melalui Injil itu, ia sangat ingin untuk mengasuh dan merawat mereka dengan Injil yang sama pula.
- I. Rasul Paulus telah dipanggil dengan cara yang luar biasa untuk memberitakan Injil di Filipi (Kis. 16:9). Ketika itu ia mendapat penglihatan pada waktu malam, ada seorang Makedonia berdiri di situ dan berseru kepadanya, katanya: “Menyeberanglah ke mari dan tolonglah kami!” Ia melihat bahwa Allah berjalan di hadapannya, dan menjadi terdorong untuk menggunakan segala macam sarana untuk melaksanakan pekerjaan baik yang telah dimulai di antara mereka, serta membangun di atas dasar yang telah diletakkan.
- II. Di Filipi Rasul Paulus harus menghadapi kesukaran yang luar biasa. Ia disesah dan dilemparkan ke dalam penjara (Kis. 16:23- 24). Namun, ia tidak mengurangi kebaikannya kepada tempat itu karena kesukaran yang ia jumpai di sana. Kita tidak boleh mengurangi kasih kita kepada sahabat-sahabat kita karena perlakuan buruk yang ditimpakan oleh musuh kepada kita.
- III. Pada mulanya jemaat di sana sangat kecil. Dimulai dengan Lidia yang bertobat dan percaya, kemudian si kepala penjara, dan beberapa orang lagi. Walaupun demikian, hal itu tidak mengecilkan hati sang rasul. Jika yang baik tidak dapat dilakukan terlebih dahulu, hal itu dapat dilakukan kemudian, dan pekerjaan terakhir akan menjadi lebih berlimpah-limpah. Kita tidak boleh berkecil hati melihat permulaan yang kecil.
- IV. Tampaknya, dari banyak bagian di dalam surat kerasulan ini, dapat dilihat bahwa jemaat Filipi bertumbuh menjadi jemaat yang berhasil, dan khususnya para saudara di sana menjadi sangat baik kepada Rasul Paulus. Ia telah menuai harta duniawi mereka, dan mengembalikannya dengan harta rohani. Ia mengakui telah menerima pemberian yang dikirimkan kepadanya (4:18), sementara pada waktu itu tidak ada satu pun jemaat lain yang mengadakan pembicaraan mengenai memberi dan menerima (4:15). Di dalam surat kerasulan ini ia memberikan kepada mereka upah nabi dan rasul, yang jauh lebih berharga daripada beribu-ribu emas dan perak.
Jerusalem: Filipi (Pendahuluan Kitab) SURAT-SURAT PAULUS
PENGANTAR
Kronologi kehidupan Paulus
Dengan menggunakan Kisah Para Rasul dan surat-surat Paulus, maka tokoh ini lebih kita kenal da...
SURAT-SURAT PAULUS
PENGANTAR
Kronologi kehidupan Paulus
Dengan menggunakan Kisah Para Rasul dan surat-surat Paulus, maka tokoh ini lebih kita kenal dari pada tokoh-tokoh lain dalam Perjanjian Baru. Kedua sumber, yang masing-masing berdiri sendiri ini saling menguatkan dan melengkapi, meskipun ada kelainan-kelainan dalam soal-soal kecil. Kita malahan dapat menyusun suatu kronologi riwayat hidup Paulus secara lebih kurang teliti, karena bertepatannya beberapa peristiwa dalam riwayat hidup Paulus dengan kejadian-kejadian yang kita ketahui menurut ilmu sejarah, seperti waktunya Galio menjabat prokonsul di Korintus, Kis 18:12, dan tahun Festus menggantikan Feliks, Kis 24:27-25:1, sebagai wali negeri di Palestina.
Paulus dilahirkan di Tarsus di Kilikia, Kis 9:11; 21:39; 22:3, kira-kira tahun 10 Mas. dari keluarga Yahudi suku Benyamin, Rom 11:1; Flp 3:5 dan yang telah menjadi warga negara Roma, Kis 16:37 dst; 22:25-28; 23:27. Semasa mudanya Paulus dididik di Yerusalem oleh Gamaliel yang memberinya pengajaran mendalam tentang agama Yahudi sesuai dengan ajaran mazhad agama Kristen yang baru muncul, Kis 22:4 dst; 26:9-12; Gal 1:13; Flp 3:6, dan berurusan dengan pembunuhan atas diri Stefanus, Kis 7:58; 22:20; 26:10. Tetapi kira-kira tahun 34 seluruh hidup Paulus yang sedang di perjalanan ke kota Damsyik dirubah oleh penampakan Yesus yang telah bangkit dari alam maut. Tuhan yang bangkit menyatakan kepadanya benarnya agama Kristen dan bahwa tugasnya yang khas ialah mewartakan Injil kepada orang- orang bukan Yahudi, Kis 9:3-16 dsj; Gal 1:12, 15 dst; Ef 3:2. Sejak saat itu Paulus merelakan hidupnya untuk mengabdi Kristus, yang secara pribadi telah "menangkapnya" untuk dijadikan pengikutNya, Fil 3:12. Sesudah tinggal beberapa lamanya di Arabia, Paulus kembali ke Damsyik, Gal 1:17, dan mulai mewartakan Kristus di sana, Kis 9:20.
Sesudah sebentar mengunjungi Yerusalem, Gal 1:18; Kis 9:26-29, maka dalam tahun 39 Paulus pergi ke Siria dan Kilikia, Gal 1:21; Kis 9:30, sampai Barnabas mengajaknya kembali ke Antiokhia, di mana mereka mengajar bersama, Kis11:25 dst dan lihat 9:27. Dalam perjalanannya yang pertama (th 45-49) ke Siprus, Pamfilia, Pisidia dan Likaonia, Kis 13-14, Saulus mulai menggunakan nama Yunani-Latinnya Paulus untuk mengganti nama Yahudinya, yakni Saul, Kis 13:9. Karena berkarya dengan lebih baik, maka Paulus menyisihkan Barnabas, Kis 14:12. Dalam tahun 49, jadi empat belas tahun sudah bertobat, Gal 2:1, Paulus naik ke Yerusalem untuk ikut serta dalam "Konsili Para Rasul". Sebagian karena pengaruhnya Konsili itu menyetujui bahwa hukum Yahudi tidak mengikat orang-orang bukan Yahudi yang masuk Kristen, Kis 15; Gal 2:3-6. Tugas Paulus di antara orang-orang bukan Yahudi juga secara resmi diakui, Gal 2:7-9. Kemudian ia mengadakan perjalanan-perjalanan lagi. Perjalanan kedua (Kis 15:36-18:22) dan perjalanan ketiga (Kis 18:23 - Kis 21-17) masing-masing berlangsung dalam tahun 50-52 dan 55-58. Sehubungan dengan surat-surat Paulus perjalanan-perjalanan itu akan kita bicarakan lagi, oleh karena surat-suratnya itu ditulisnya justru selama di perjalanan-perjalanan itu. Tahun 58 ditahan di Yerusalem, Kis 21:27-23:22 dan dimasukkan ke dalam penjara sampai th 60, Kis 23:23-26. Dalam musim semi th 60 wali negeri Festus mengirimkannya ke Roma dengan pengawalan ketat, Kis 27:1-28:16. Sesudah di Roma di tahan dua tahun (th 61-63) Paulus dibebaskan karena tidak terbukti salah. Kemudian ia mungkin pergi ke negeri Spanyol, seperti yang direncanakannya, Rom 15:24, 28, tetapi surat-surat Pastoral (Tim, Tit) mengandaikan bahwa Paulus masih mengadakan perjalanan-perjalanan ke Timur. Penahanan Paulus yang kedua di Roma berakhir dengan kemartiran, sebagaimana diberitakan oleh tradisi yang paling tua; ini kiranya terjadi dalam th 67.
Kepribadian Paulus
Dari Kisah Para Rasul dan dari surat-surat Paulus juga mungkin mendapat gambaran jelas mengenai kepribadian dan perangai Sang Rasul.
Paulus adalah seorang yang semangatnya berapi-api dan yang dalam mengejar cita- citanya tidak tahu lelah atau menghitung jerih-payahnya. Pada pokoknya cita-cita Paulus ialah cita-cita keagamaan. Satu-satunya yang menjadi pusat perhatiannya ialah Allah. Dalam mengabdi Allah sebagai hamba setiawan ia menolak segenap kompromis dalam bentuk manapun. Itulah sebabnya maka mula-mula Paulus mengejar mereka yang dianggapnya sebagai bida'ah dan musuh Allah 1Tim 1:13; bdk Kis 24:5, 14, tetapi kemudian mewartakan Kristus, setelah berkat wahyu mengerti bahwa Dialah satu-satunya penyelamatan. Semangat yang tak bersyarat itu terungkap dalam kehidupan yang terdiri atas penyangkalan diri yang mutlak dan pengabdian kepada Dia yang dikasihi Paulus. Kerja keras dan lelah, haus, penderitaan, kemiskinan dan bahaya maut, 1Kor 4:9-13; 2Kor 4:8 dst; 6:4-10; 11:23-27, tidak dipedulikan sama sekali mana kala Paulus menunaikan tugas yang dianggapnya sebagai tanggung jawabnya 1Kor 9:16 dst. Tidak ada sesuatupun dari semuanya itu yang mampu memisahkan Paulus dari kasih Allah dan Kristus, Rom 8:35-39. Sebaliknya, semuanya itu dianggapnya barang berharga oleh karena menyerupai dirinya dengan Gurunya yang bersengsara dan tersalib, 2Kor 4:10 dst; Flp 3:10 dst. Kesadaran akan panggilannya yang tunggal membuat Paulus memiliki gairah akan yang luhur-luhur dan besar-besar. Kalau ia merasa dirinya bertanggung jawab akan semua jemaat, 2Kor 11:28; bdk Kol 1:24, dan berkata bahwa bekerja lebih dari pada yang lain-lain, 1Kor 15:10; bdk 2Kor 11:5, dan mengajak kaum beriman untuk mencontohnya, 2Tes 3:7+, maka keterangan semacam itu bukanlah kesombongan, melainkan kebanggaan orang suci yang rendah hati. Sebab Paulus juga mengakui dirinya sebagai yang paling hina di antara sekalian orang Kudus, 1Kor 15:9; Ef 3:8, karena telah menganiaya jemaat Allah; karya-karya besar yang dilaksanakannya dianggap berasal dari Tuhan yang berkarya di dalam dirinya, 1Kor 15:10; 2Kor 4:7; Flp 4:13; Kol 1:29; Ef 3:7.
Semangat hatinya yang halus nampak dalam sikap Paulus terhadap kaum beriman. Ia mempercayai sungguh-sungguh orang-orang Filipo yang masuk Kristen, Flp 1:7 dst; 4:10-20; ia menaruh perasaan mendalam terhadap jemaat di Efesus, Kis 20:17-38; hatinya memanas, kalau orang-orang beriman di Galatia membiarkan dirinya dibujuk untuk meninggalkan kepercayaan sejati, Gal 1:6; 3:1-3, dan ia sedih terkejut karena ketidak-tetapan hati yang sombong pada orang-orang di Korintus, 2Kor 12:11-13:10. Untuk menetapkan yang lincah-lincah Paulus tahu bagaimana bersikap ironi, 1Kor 4:8; 2Kor 11:7; 12:13, dan bahkan melontarkan teguran tegas, Gal 3:1-3; 4:11; 1Kor 3:1-3; 5:1-2; 6:5; 11:17-22; 2Kor 11:3 dst. Tetapi selalu hanya demi kebaikan kaum beriman, 2Kor 7:8-13. Dan segera Paulus memperlunak tegurannya dengan kehalusan hati yang penuh kasih sampai mengharukan hati, 2Kor 11:1-2; 12:14 dst : Bukankah hanya Pauluslah bapa mereka, 1Kor 4:14 dst; 2Kor 6:13; bdk 1Tes 2:11; Flm 10, bahkan ibu mereka, 1Tes 2:7; Gal 4:19? Maka segera pulih kembali hubungan-hubungan baik seperti dahulu, Gal 4:12-20; 2Kor 7:11-13.
Sesungguhnya Paulus tidak mau pertama-tama menegur kaum beriman, tetapi para lawan yang berusaha membujuk dan menyesatkan mereka: orang-orang Yahudi yang di mana-mana melawan dan menghalangi Paulus, Kis 13:45, 50; 14:2, 19; 17:5, 13; 18:6; 19:9; 21:27, ataupun orang-orang Kristen ke-Yahudian yang ingin membebankan kuk hukum Taurat pada mereka yang oleh Paulus direbut bagi Kristus, Gal 1:7; 2:4; 6:12 dst. Terhadap golongan-golongan itu Paulus tidak kenal ampun, 1Tes 2:15 dst; Gal 5:12; Flp 3:2. Gairah mereka yang sombong dan "kedagingan" dihadapi Paulus dengan daya rohani sejati yang menyatakan diri melalui kepribadiannya yang lemah, 2Kor 10:1-12:2, dan dengan sikap jujurnya yang membuktikan Paulus tidak mencari keuntungan sendiri, Kis 18:3. Ada sementara orang yang berkata bahwa para lawan Paulus ialah para rasul di Yerusalem. Tetapi pendapat itu tidak dapat dibuktikan. Terlebih-lebih lawan Paulus itu Yalah orang-orang Yahudi yang masuk Kristen dan ingin memaksakan adat-kebiasaan sendiri kepada orang-orang lain. Mereka menyalah-gunakan nama Petrus, 1Kor 1:12, dan Yakobus, Gal 2:12 untuk menurunkan kweibawaan Paulus. Sebaliknya, Paulus sendiri selalu menghormati wewenang para rasul sejati, Gal 1:18; 2:2, walaupun mempertahankan bahwa sebagai saksi Kristus setra dengan merek, Gal 1:11 dst; 1Kor 9:1; 15:8-11. Kalaupun terjadi bahwa sehubungan dengan perkara tertentu Paulus menentang Petrus, Gal 2:11-14, namun Paulus selalu menyatakan dirinya orang yang suka berdamai, Kis 21:18-26. Dengan seksama ia mengorganisasi pengumpulan dana untuk orang-orang Kristen yang miskin di Yerusalem, Gal 2:10, karena ia beranggapan ini jaminan paling baik bagi persatuan antara orang-orang Kristen bekas kafir dengan Jemaat Induk di Yerusalem, 2Kor 8:14; 9:12-13; Rom 15:26 dst.
Paulus sebagai Pewarta Injil
Pewartaan Paulus pertama-tama kerigma rasuli, Kis 2:22+, Kerigma itu ialah: pemberitaan tentang Yesus yang telah disalibkan tapi dibangkitkan dari alam maut, sesuai dengan Kitab Suci, 1Kor 2:2; 5:3-4; Gal 3:1. Apa yang disebutkan Paulus sebagai "Injilku", Rom 2:16; 16:25, sesungguhnya bukanlah Injilnya sendiri, melainkan Injil yang umum dipercaya, Gal 1:6-9; 2:2; Kol 1:5-7, tetapi khususnya disesuaikan dengan dan diterapkan pada pertobatan orang-orang bukan Yahudi, Gal 1:16; 2:7-9, sehaluan dengan kebijaksanaan universalis yang sudah dimulai di Anthiokhia. Paulus setia pada tradisi rasuli yang ada kalanya dikutip olehnya, 1Kor 12:23-25; 15:3-7, dan selalu diandaikannya; sudah barang tentu tradisi rasuli itu sangat berjasa bagi Paulus. Meskipun kiranya tidak pernah melihat Yesus selama hidupNya di dunia ini, bdk 2Kor 5:16+, namun Paulus sangat mengenal ajaranNya, 1Tes 4:15; 1Kor 7:10 dst; Kis 20:35. Selebihnya ia juga seorang saksi langsung dan keyakinannya yang tak tergoncangkan itu berdasar sebuah pengalaman pribadi: sebab iapun "melihat" Kristus, mula-mula di dekat Damsyik, Kis 9:17; 22:14 dst; 26:16; 1Kor 9:1; 15:8; dan selanjutnya masih beberapa kali juga, Kis 9:17; 22:14 dst; 26:16; 1Kor 9:1; 15:8, dan selanjutnya masih beberapa kali juga, Kis 26:16; 1Kor 9:1; 15:8, dan selanjutnya masih beberapa kali juga, Kis 26:16; 22:17-21, Ia telah mengalami penglihatan- penglihatan dan pernyataan-pernyataan Tuhan, 2Kor 12:1-4. Maka apa yang diterimanya dari tradisi itu sungguh-sungguh dapat dianggapnya sebagai pemberitahuan langsung oleh Tuhan, Gal 1:12; 1Kor 12:23.
Ada kalanya orang berkata bahwa pengalaman-pengalaman mistik tersebut disebabkan oleh temperamen yang berlebih-lebihan dan sakit-sakitan. Tetapi dugaan itu tidak mempunyai dasar sedikitpun. Memanglah Paulus kena penyakit di Galatia, Gal 4:13- 15, tetapi penyakit itu kiranya tidak lain kecuali serangan malaria, sedangkan "duri dalam daging", 2Kor 12:7, boleh jadi permusuhan terus menerus dari pihak orang-orang Yahudi, kaum sebangsanya "secara jasmani", Rom 9:3. Paulus ternyata tidak mempunyai daya khayal yang berlebih-lebihan mengingat sedikit-sedikitnya gambaran lazim yang ia pakai: gelanggang pertandingan, 1Kor 9:24-27; Flp 3:12- 14; 2Tim 4:7 dst, laut, Ef 4:14, pertanian, 1Kor 3:6-8, dan bangunan, 1Kor 3:10- 17; Rom 15:20; Ef 2:20-22; kedua gambar terakhir suka digabungkan serta dicampur-adukkannya, 1Kor 3:9; Kol 2:7; Ef 3:17; bdk Kol 2:19; Ef 4:16. Paulus nampaknya lebih-lebih seorang intelektuil. Hati yang berapi-api bersatu-padu dengan akal jernih dan tidak segera puas; akal yang dengan teliti membentangkan kepercayaan Kristen sesuai dengan kebutuhan para pendengar. Berkat sifat Paulus itulah kita mendapat ulasan-ulasan yang mengagumkan sekitar kerigma dan yang bersesuaian dengan keadaan nyata. Sudah barang tentu jalan pikiran Paulus itu bukanlah jalan pikiran manusia dewasa ini. Ada kalanya Paulus mengemukakan dalil-dalilnya seperti para rabi mengemukakannya dan sesuai dengan metode penafsiran yang diterima Paulus dari lingkungan serta pendidikannya (misalnya: 3:16; 4:21-31). Tetapi bakat Paulus mendobrak warisan tradisionil yang terbatas itu. Dan melalui saluran-saluran yang bagi kita kurang lebih ketinggalan zaman Paulus mengalirkan suatu pengajaran yang mendalam.
Memanglah Paulus adalah seorang Yahudi, tetapi seorang Yahudi yang memiliki bagian kebudayaan Yunani cukup besar. Mungkin ini mulai diperolehnya semasa mudanya di Tarsus dan kemudian di perkaya karena Paulus sering berjumpa dengan dunia Yunani-Romawi. Pengaruh dari kebudayaan Yunani itu tercermin baik dalam jalan pikiran Paulus maupun dalam bahasa serta gaya bahasanya. Ada kalanya Paulus mengutip penulis-penulis Yunani, 1Kor 15:33; Tit 1:12; Kis 17:28, dan ia pasti mengenal filsafat populer yang berdasar atas mazhab Stoa; dari padanya ia meminjam gagasan-gagasan (misalnya: perginya jiwa yang terpisah dari badan ke dunia ilahi 2Kor 5:6-8; "pleroma" kosmis, Kol dan Ef) dan rumus-rumus tertentu (1Kor 5:6-8; Rom 11:36; Ef 4:6). Dari mazhab Stoa yang berhaluan sinis Paulus mengambil alih apa yang disebutkan sebagai "diatribe", yalah suatu metode argumentasi yang terdiri atas pertanyaan dan jawaban pendek, Rom 3:1-9, 27-31, dan dari situpun berasal ulasan-ulasannya, di mana kata demi kata beruntun, sebagaimana lazim dalam seni pidato. Mana kala menggunakan kalimat panjang dan padat, di mana anak-anak kalimat bergelombang-gelombang desak-mendesak, Ef 1:3- 14; Kol 1:9-20, maka Paulus masih juga dapat menemukan contoh-contohnya dalam kesusasteraan keagamaan di dunia Yunani. Biasanya Paulus memakai bahasa Yunani sebagai bahasa ibu yang kedua, Kis 21:40, dan dengan mahirnya, sehingga hanya sedikit semitisme terdapat. Bahasa Yunani yang dipakai ialah bahasa Yunani yang lazim di zamannya, yakni bahasa "koine", yang baik tanpa peniruan bahasa kuno. Paulus memang tidak suka akan kehalusan yang dibuat-buat seperti lazim dalam seni pidatoo insani, sebab kekuatannya untuk meyakinkan hanya mau diambilnya dari daya Firman kepercayaan yang didukung "tanda-tanda" yang dikerjakan Roh Kudus, 1Tes 1:5; 1Kor 2:4 dst; 2Kor 11:6; Rom 15:18. Bahkan terjadi pula bahwa pengungkapannya kurang tepat dan tidak diselesaikan, 1Kor 9:15. Acuan bahasa tidak mampu menampung pemikiran yang meluap-luap dan perasaan yang terlalu hebat. Dengan kekecualian yang jarang terjadi, bdk Flm 10, Paulus biasanya mendikte surat-suratnya, Rom 16:22, sebagaimana lazim di zaman dahulu dan hanya salam terakhir ditulisnya dengan tangan sendiri, 2Tes 3:17; Gal 6:11; 1Kor 16:21; Kol 4:18. Ada bagian-bagian dalam surat-suratnya yang memberi kesan bahwa masak-masak dipikirkan (misalnya: Kol 1:15-20), tetapi kebanyakan dituliskan sekali jadi dan secara spontan tanpa dikoreksi. Kendati kekurangan-kekurangan itu, bahkan mungkin karena kekurangan-kekurangannya, gaya bahasa cekatan itu berisi secara luar-biasa. Sudah barang tentu pemikiran yang begitu mendalam dan yang terungkap dengan bahasa yang menyala itu tidak mudah dibaca (2Ptr 3:16). Namun demikian pemikiran Paulus menyajikan beberapa nas yang daya keagamaannya dan bahkan gaya sastranya barangkali tidak ada tara bandingnya dalam sejarah kesusasteraan manusia.
Surat-surat yang diwariskan Paulus itu semuanya ditulis dengan alasan khusus. Ini tak pernah boleh dilupakan. Surat-surat itu bukan risalah ilmu ketuhanan, melainkan merupakan tanggapan terhadap keadaan tertentu. Surat-surat itu sungguh-sungguh surat yang sesuai dengan surat-menyurat yang lazim di zaman itu, Rom 1:1+. Namun demikian tulisan-tulisan Paulus bukan surat pribadi belaka dan bukan pula "surat" yang hanya nampaknya surat saja, sedangkan pada kenyataannya adalah karya sastra. Surat-surat Paulus berupa uraian-uraian yang ditujukan kepada pembaca-pembaca tertentu dan melalui mereka kepada semua kaum beriman. Maka dalam surat-surat itu jangan dicari kupasan-kupasan teratur dan lengkap yang mengungkapkan seluruh pemikiran Paulus. Di belakang tulisan-tulisan itu tetap membayang perkataan yang secara lisan dibawakan dan surat-surat itu seolah-olah memberi komentar atas beberapa pokok khusus. Namun demikian, nilai surat-surat Paulus tidak teratasi, apa lagi karena isi serta perbedaan- perbedaannya memungkinkan orang menemukan apa yang pokok dalam pewartaan Paulus. Tidak peduli mengapa ia menulis atau kepada siapa ia menulis, karya Paulus berdasarkan ajaran yang pada pokoknya sama. Ajaran itu berpusatkan Kristus yang wafat dan dibangkitkan. Hanya ajaran pokok itu disesuaikan, berkembang dan menjadi semakin berisi selama kehidupan Paulus yang menjadi segala-gala untuk semua orang, 1Kor 9:19-22. Ada sementara penafsir yang mengatakan bahwa Paulus sesungguhnya seorang "peramu" yang sesuai dengan keperluan memungut pandangan- pandangan yang berlain-lainan dan ada kalanya bertentangan satu sama lain; Paulus sendiri tidak menilai pandangan-pandangan itu seolah-olah mutlak tepat dan benar; ia hanya menggunakannya saja untuk menarik hati orang kepada Kristus. Langsung bertentangan dengan pendapat dengan pendapat tersebut ada orang yang berkata tentang "kekakuan" Paulus. Menurut pendapat ini maka pemikiran Paulus sejak awal mula ditetapkan dan selanjutnya tidak mengalami perkembangan lagi. Semua sudah tetap dan selesai akibat pengalaman Paulus waktu bertobat. Kebenaran terletak di tengah kedua ujung itu : teologi Paulus memang berkembang menurut suatu garis bersinambung, tetapi sungguh ada perkembangan di bawah dorongan Roh Kudus yang membimbing karya kerasulan Paulus. Dan perkembangan benar tapi lurus akhirnya sampai kepada kepenuhan sebagaimana memuncak dalam surat-surat itu sesuai dengan urutannya dalam waktu, orang dapat mengenali tahap-tahap perkembangan pemikiran Paulus. Memanglah urutan dalam waktu itu bukanlah urutan surat-surat Paulus dalam daftar kitab-kitab Perjanjian Baru. Dalam daftar itu surat-surat itu dideretkan sesuai dengan panjangnya.
1 dan 2 Tes; th. 50-51
Surat-surat Paulus yang pertama ditujukan kepada jemaat Kristen di kota Tesalonika. Di musim panah th. 50 Paulus mewartakan Injil di kota itu waktu perjalanannya yang kedua, Kis 17:1-10. Terpaksa oleh permusuhan dari pihak orang-orang Yahudi Paulus pergi ke Berea dam daro sana ke Atena dan Korintus. Di kota terakhir inilah kiranya 1Tes ditulis selama musim dingin th 50-51. Silas dan Timotius menemani Paulus di Korintus. Timotius untuk kedua kalinya pergi ke Tesalonika dan dari situ membawa berita-berita yang menggembirakan. Ini menyebabkan peluapan hati yang terungkap dalam 1Tes 1-3. Kemudian menyusullah dalam surat ini serentetan anjuran praktis, 1Tes 4:1-12; 5:12-28. Di antara kedua bagian itu disisipkan suatu jawaban atas soal tentang nasib orang-orang yang sudah meninggal dan Parusia Kristus, 1Tes 4:13-5:11. Surat 2Tes kiranya ditulis di kota Korintus juga beberapa bulan kemudian. Surat ini berisikan beberapa petunjuk praktis, 1; 2:13-3:15, dan sebuah instruksi lagi mengenai kapan Parusia akan terjadi dan mengenai "tanda-tanda" yang mesti mendahului kedatangan Tuhan, 2:1-12.
Ditinjau dari segi sastra maka antara 2Tes dan 1Tes ada kesamaan yang menyolok, sehingga ada sejumlah ahli yang menganggap 2Tes sebagai pemalsuan oleh seseorang yang mencuri gagasan-gagasan Paulus sementara juga meniru gaya bahasanya. Tetapi sukar sekali melihat mengapa seseorang membuat pemalsuan itu. Keterangan lain lebih sederhana dan lebih masuk akal, yaitu: Paulus sendirilah yang ingin lebih jauh menjelaskan dan meluruskan pengajarannya mengenai akhir zaman, lalu menulis surat ini dnegan mengulangi beberapa keterangan dari surat pertama. Memanglah kedua tulisan itu tidak bertentangan satu sama lain, tetapi malahan saling melengkapi. Dan tradisi Gereja dahulu juga jelas mengatakan bahwa kedua surat itu ditulis oleh Paulus.
Kedua surat ini tidak hanya penting oleh karen sudah memperkenalkan pangkal beberapa pikiran Paulus yang dalam surat-surat lain diperkembangkan, tetapi terutama karena ajarannya mengenai Parusia. Ternyatalah bahwa dalam tahap permulaan karya kerasulanNya pemikiran Sang Rasul berpusatkan kebangkitan Kristus dan kedatanganNya yang mulia yang membawa keselematan bagi mereka yang percaya kepadaNya, biar sudah mati sekalipun, 1Tes 4:13-18. Kedatangan Kristus yang mulia itu dilukiskan Paulus sesuai dengan apa yang lazim dalam sastra apokaliptik Yahudi dan dalam agama Kristen purba (bdk wejangan Yesus tentang akhir zaman yang termuat dalam injil-injil sinoptik, khususnya dalam injil Mat). Sama seperti Yesus demikianpun Paulus ada kalanya menekankan dekatnya kedatangan Tuhan yang tidak mungkin diketahui kapannya dan yang menuntut bahwa orang bersiap-siaga, 1Tes 5:1-11, sehingga memberikan kesan bahwa ia sendiri serta sidang pembacanya akan mengalaminya selama masih hidup, 1Tes 4:17; tetapi ada kalanya iapun mencoba meredakan rasa cemas kaum beriman yang digelisahkan oleh pandangan semacam itu. Maka ia mengingatkan mereka bahwa Hari Tuhan belum juga tiba dan mesti didahului beberapa tanda tertentu, 2Tes 2:1-12. Bagaimana ujud tanda-tanda itu bagi kita maupun bagi para pembaca dahulu tidak jelas. Rupanya Paulus memikirkan Si Antikrist sebagai seorang pribadi yang baru akan tampil pada akhir zaman. Ungkapan "apa yang menahan dia", 2Tes 2:6, menurut sementara ahli mengenai kerajaan Romawi dan menurut sementara ahli lain pewartaan Injil, sehingga maksud keterangan itu tetap kabur juga.
1 dan 2 Kor; th. 57
Selama delapan belas bulan lebih, Kis 18:1-16, mewartakan Injil di Korintus, dari akhir th. 50 sampai pertengahan th. 52, Paulus menulis kedua suratnya kepada jemaat di Tesalonika. Sesuai dengan kebijaksanaannya yang lazim, ialah menanamkan kepercayaan Kristen di pusat-pusat besar, Paulus ingin menanamkan kepercayaan kepada Kristus di kota pelabuhan ternama yang banyak penduduknya itu juga. Dari situ kepercayaan itu dapat merambat ke seluruh Akhaia, 2Kor 1:1; 9:2. Pada kenyataannya ia berhasil mendirikan sebuah jemaat kuat di sana, terutama di kalangan masyarakat rendahan, 1Kor 1:26-28. Tetapi kota besar itu adalah sebuah sarang kebudayaan Yunani, di mana berhadap-hadapan macam-macam aliran filsafah dan agama, sedangkan kebejatan susila memberinya nama yang buruk. Perjumpaan agama Kristen dengan pusat kekafiran itu tidak dapat tidak menimbulkan banyak persoalan bagi mereka yang baru masuk Kristen. Dalam kedua surat yang dituliskannya kepada jemaat itu, Paulus berusaha memecahkan soal-soal itu.
Bagaimana kedua surat itu lahir sudah cukup jelas, kendati keraguan yang masih ada mengenai beberapa hal kecil. Sebelum surat pertama yang tercantum dalam Kitab Suci telah ada surat yang mendahului, 1Kor 5:9-13. Tetapi surat, yang waktunya ditulis tidak diketahui ini tidak tersimpan. Kemudian, menjelang akhir dua setengah tahun tinggal di Efesus (th. 54-57) dalam menjelang akhir dua setengah tahun tinggal di Efesus (54-57) dalam perjalanannya yang ketiga, Kis 19:1-20, datanglah dari Korintus suatu utusan yang menyodorkan beberapa masalah, 1Kor 16:17, dan di samping itu Paulus menerima berita mengenai jemaat di Korintus melalui Apolos, Kis 18:27 dst; 1Kor 16:12, dan beberapa orang dari keluarga Khloe, 1Kor 1:11. Maka Paulus merasa terdorong menulis sepucuk surat lagi, yakni surat 1Kor kita. Ia ditulis sekitar Paskah th. 57 (1Kor 5:7 dst; 16:5-9 dibandingkan dengan Kis 19:21). Selang beberapa waktu muncullah di Korintus semacam krisis dan terpaksa Paulus mengunjungi jemaat sebentar dan kunjungan itu tidak menyenangkan, 2Kor 1:23-2:1; 12:14; 13:1-2. Selama kunjungan itu Paulus berjanji tidak lama lagi akan kembali untuk beberapa lamanya, 2Kor 1:15-16. Tetapi terjadi sesuatu dan rupanya kewibawaan Paulus dalam diri seorang utusannya dirongrong, 2Kor 5:10; 7:12. Maka sebagai pengganti kunjungan yang dijanjikan dahulu itu Paulus mengirim sepucuk surat tajam yang ditulisnya dengan mencucurkan "banyak air mata", 2Kor 2:3 dst, 9. Surat ini membawa hasil yang menyenangkan, 2Kor 7:8-13. Kabar gembira tentang hasil itu diterimanya dari Titus, 2Kor 2:12 dst; 7:5-16 di Makedonia, setelah Paulus terpaksa meninggalkan Efesus akibat krisis hebat di sana, yang tidak kita ketahui ujudnya, 1Kor 15:32; 2Kor 1:8-10; Kis 19:23-40. Maka menjelang akhir th. 57 ia menulis 2Kor. Kemudian ia mengadakan perjalanan kiranya melalui Korintus, Kis 20:1 dst; bdk 2Kor 9:5; 12:14; 13:1, 10, menuju Yerusalem, tempat ia ditahan dan dipenjarakan.
Ada yang berpendapat bahwa 2Kor 6:14-7:1 merupakan kepingan dari surat pertama yang hilang itu, dan 2Kor 10-13 bagian dari surat yang ditulis dengan "mencucurkan banyak air mata". Hanya sukar dibuktikan meskipun mesti diakui bahwa bagian-bagian tersebut kurang cocok dengan konteksnya sekarang, 2Kor sesungguhnya melanjutkan 6:13, sementara kesan bahwa 6:14-7:1 berupa sisipan dikuatkan oleh kesamaan menyolok antara bagian ini dengan naskah-naskah kaum Eseni yang ditemukan di Qumran. Dan juga nada keras dalam 2Kor 10-13 kurang sesuai dengan nada ramah yang meresap ke dalam sembilan bab dahulu. Akhirnya 9:1 mengherankan sedikit sesudah apa yang dikatakan dalam bab 8, sehingga orang menduga bahwa aslinya adalah dua surat kecil tersendiri mengenai pengumpulan dana. Dengan demikian tidak dikatakan bahwa bagian-bagian itu tidak berasal dari Paulus. Tetapi sangat mungkin bahwa bagian-bagian tersebut ada macam-macam asal- asulnya. Baru kemudian kiranya dikumpulkan, yakni waktu kumpulan tulisan-tulisan Paulus dibuat.
Surat-surat kepada jemaat di Korintus itu dengan bagus dan tepat menyoroti watak dan semangat Paulus, tetapi juga menyajikan suatu ajaran yang penting sekali. Di dalamnya ditemukan, khususnya dalam 1Kor, informasi dan keputusan-keputusan mengenai beberapa soal yang membingungkan jemaat Kristen purba dan tentang cara hidup jemaat itu, baik sehubungan dengan keadaan umat sendiri, seperti kemurnian akhlak. 1Kor 5:1-13; 6:12-20, perkawinan dan hidup wadat, 7:1-40, pertemuan keagamaan dan perayaan Ekaristi, 11-12, penggunaan karunia-karunia Roh Kudus (kharismata, 12:1-14:40, maupun sehubungan dengan relasi jemaat dengan dunia luar, seperti naik banding ke pengadilan negeri, 6:1-11, dan memakan makanan yang dipersembahkan kepada berhala, 8-10. Kesemuanya itu hanya berupa pemecahan soal suara hati atau pengaturan ibadat, kalau bakat Paulus tidak merobahnya menjadi kesempatan baik untuk mengemukakan pandangan mendalam mengenai kebebasan hidup Kristen, pengudusan tubuh, keunggulan kasih dan persatuan dengan Kristus. Sewaktu terpaksa membala jabatannya sebagai rasul sejati, 2Kor 10:1-13:14, Paulus mengemukakan pikiran-pikiran unggul mengenai karya kerasulan pada umumnya, 2 Kor 8-9, disinari cahaya persatuan antar-jemaat yang diidam-idamkan. Seluruh ulasan mengenai kebangkitan badan, 1Kor 15, berlatar-belakang eskatologi yang menjadi landasannya. Hanya penggambaran apokaliptis seperti terdapat dalam 1Tes dan 2Tes diganti dengan pembahasan yang lebih rasionil, yang dapat membenarkan harapan yang sukar dicernakan orang-orang Yunani itu. Penyesuaian Injil dengan dunia baru yang dimasukinya itu terutama ternyata dalam cara Paulus mempertentangkan kebodohan Salib dengan hikmat Yunani. Kepada orang-orang Korintus yang terpecah- belah menjadi kelompok yang masing-masing membanggakan gurunya serta bakat- bakatnya, Paulus mengingatkan bahwa hanya ada satu Guru saja, ialah Kristus, dan hanya satu Kabar Gembira yaitu: hanya Salib saja yang menyelamatkan; dan itulah hikmat sejati, 1Kor 1:10-4:13. Dengan jalan itu maka terpaksa oleh keadaan dan tanpa meniadakan pandangan akhir zaman, Paulus sampai menekankan hidup Kristen sekarang yang merupakan persekutuan dengan Kristus yang terwujud oleh pengetahuan sejati ialah kepercayaan. Nanti sebagai akibat krisis di Galatia dan sehubungan dengan agama Yahudi Paulus masih lebih memperdalam hidup Kristen sekarang itu.
Gal dan Rom; th 57-58
Adapun surat kepada jemaat-jemaat di Galatia dan surat kepada jemaat di Roma perlu dibicarakan bersama-sama, sebab keduanya mengupas persoalan yang sama. Surat kepada jemaat-jemaat di Galatia berupa tanggapan langsung terhadap keadaan tertentu, sedangkan surat kepada jemaat di Roma berupa sebuah risalah lebih lengkap yang dengan tenang dikarang dan mengatur gagasan-gagasan yang ditimbulkan oleh pertikaian di Galatia itu. Hubungan erat kedua surat itu adalah argumen paling kuat melawan pendapat sementara ahli yang mengemukakan bahwa surat kepada jemaat-jemaat di Galatia itu ditulis pada permulaan karya Paulus, bahkan sebelum konsili Yerusalem dalam th. 49. Menurut pendapat tersebut kunjungan kedua Paulus ke Yerusalem, yang diceritakan dalam Gal 2:1-10, adalah sama dengan kunjungan kedua yang disebut dalam Kis 11:30 dan 12:25; tetapi berbeda dengan kunjungan ketiga yang di dalam Kis 11:30 dan 12:25; tetapi berbeda dengan kunjungan ketiga yang dikisahkan Kis 15:2-30 (ini memang cukup berbeda dengan cerita Paulus dalam Gal). Selebihnya rupanya Paulus tidak tahu- menahu tentang keputusan Konsili Yerusalem (Kis 15:20, 29; bdk Gal 2:6), sehingga suratnya kepada jemaat-jemaat di Galatia harus sudah ditulis sebelum Konsili Yerusalem. Untuk menyetujui pendapat itu cukuplah diandaikan bahwa "orang-orang Galatia" itu tidak lain kecuali orang-orang Likaonia dan Pisidia, yang kepadanya Injil diwartakan oleh Paulus sewaktu perjalanannya yang pertama. Pergi-pulangnya Paulus dapat juga menerangkan kedua kunjungan yang kiranya diandaikan dalam Gal 4:13. Namun demikian itu kurang berdasar. Meskipun benar bahwa sejak th. 36-25 seb. Mas. daerah Likaonia dan Pisidia dalam administrasi negara tergabung dengan daerah Galatia, namun dalam bahasa sehari-hari selama abad I Mas. daerah Galatia yang sebenarnya terus disebut demikian. Daerah Galatia terletak lebih ke utara. Khususnya sukar diterima bahwa penduduk Likaonia dan Pisidia dikatakan "orang-orang Galatia", Gal 3:1. Kecuali itu pengandaian yang sukar diterima itu tidak perlu sama sekali. Kunjungan kedua yang disebut dalam Gal 2:1-10, lebih mudah dapat disamkan dengan kunjungan ketiga yang diceritakan dalam Kis 15 (memanglah ada kesamaan yang menyolok juga) dari pada dengan yang kedua, Kis 11:30; 12:25. Kunjungan yang kedua itu nampaknya begitu kurang penting, sehingga didiamkan oleh Paulus dalam argumentasinya (Gal). Dan bahkan boleh jadi bahwa sama sekali tidak ada kunjungan kedua dalam Kis. oleh karena Lukas barangkali menggarap dua sumber berbeda-beda mengenai peristiwa yang sama (bdk Kis, Pengantar dan Kis 11:30+). Maka surat kepada jemaat-jemaat di Galatia ditulis sesudah Konsili Yerusalem. Memang Paulus tidak berkata-kata tentang keputusan yang diambil Konsili itu, tetapi boleh jadi keputusan itu sesungguhnya diambil kemudian dari itu (bdk Kis 15:1+). Kalau demikian maka mudah juga dipahami sikap Petrus yang ditegur oleh Paulus menurut Gal 2:11-14. Maka orang-orang yang dialamati surat itu benar- benar penduduk daerah "Galatia" yang ditempuh Paulus dalam perjalanannya yang kedua dan yang ketiga, Kis 16:6; 18:23. Boleh jadi surat itu ditulis di kota Efesus, atau barangkali di Makedonia sekitar th. 57.
Tidak lama berselang menyusullah surat kepada jemaat di Roma. Paulus sedang berada di Korintus (musim dingin th. 57/58) dan mempersiapkan diri untuk pergi ke Yerusalem. Dari sana ia mau singgah di Roma dalam perjalanan ke Spanyol, Rom 15:22-32; bdk 1Kor 16:3-6; Kis 19:21; 20:3. Paulus tidak mendirikan jemaat di Roma dan informasi-informasi yang diperolehnya tentang jemaat itu, boleh jadi mulai orang seperti Akwila, Kis 18:2 tidak lengkap tetapi separuh-separuh saja. Dari keterangan-keterangan yang tercantum dalam surat itu hanya dapat disimpulkan bahwa jemaat itu terdiri dari orang-orang bekas Yahudi dan bekas kafir dan kedua golongan itu condong saling meremehkan. Karena demikian keadaan jemaat di Roma maka Paulus menganggap baik mempersiapkan kunjungannya dengan mengirimkan sepucuk surat melalui diakones Febe, Rom 16:1. Di dalamnya ia mengemukakan pendapatnya bagaimana mesti dipecahkan masalah hubungan antara agama Yahudi dan agama Kristen; pikirannya di bidang itu menjadi masak akibat krisis di Galatia. Dengan maksud tersebut Paulus mengatur dan memungut secara saksama dan dengan halus gagasan-gagasan yang sudah terungkap dalam Gal. Surat Gal ini berupa luapan hati, di mana pembelaan diri, 1:11-2:21, disusul sebuah pembuktian berupa ajaran, 3:1-4:31 dan peringatan-peringatan keras, 5:1 6:18. Sebaliknya, Rom berupa sebuah ulasan teratur, di mana bagian-bagiannya susul- menyusul secara tertib dengan berpedoman beberapa pokok yang terlebih dahulu diperkenalkan, lalu diuraikan.
Sama seperti halnya dengan surat-surat kepada jemaat di Korintus, demikianpun tidak ada seorangpun yang sungguh-sungguh meragukan bahwa Rom ditulis oleh Paulus. Paling-paling orang menanyakan apakah bab 15 dan 16 barangkali kemudian ditambahkan. Terutama bab 16 yang berisikan banyak salam kepada macam-macam orang barangkali aslinya sebuah surat kecil kepada jemaat di Efesus. Tetapi bab 15 tidak dapat dipisahkan dari surat Rom itu, meskipun beberapa naskah menaruh Rom 16:25-27 pada akhri bab 14 sebagai kata penutup. Ada sejumlah ahli yang mempertahankan bahwa juga bab 16 karangan Paulus yang asli. Mereka mencatat bahwa Paulus dapat berkenan dengan banyak saudara dari Roma yang dahulu diusir oleh Kaisar Klaudius, lalu kembali ke Roma. Dan bagi Sang Rasul memang penting menggaris bawahi hubungan dengan jemaat yang belum mengenal Paulus itu. Adapun doksologi dalam 16:25-27 memang mempunyai ciri-ciri khas dalam gaya bahasanya. Tetapi ini tidak cukup untuk menolak keasliannya, walaupun barangkali ditulis kemudian dari Rom.
Sedangkan surat-surat kepada jemaat di Korintus memperlawankan Kristus sebagai Hikmat Allah dengan hikmat dunia yang sia-sia, maka surat-surat kepada jemaat- jemaat di Galatia dan Roma mempertentangkan Kristus sebagai Pembenaran dari Allah dengan pembenaran yang oleh manusia dikirakan dapat diperoleh dengan usahanya sendiri. Di Korintus semangat Yunanilah yang membahayakan pendirian tepat karena terlalu membanggakan akal-budi manusia sendiri. Di Galatia orang- orang ke-Yahudian datang mengatakan bahwa kaum beriman harus bersunat dan menaklukkan diri kepada hukum Taurat, kalau mau diselamatkan. Paulus sekuat tenaga melawan propaganda dan ajaran itu oleh karena berarti mundur selangkah dan menyia-nyiakan karya Kristus, Gal 5:4. Dengan tidak menyangkal nilai tata penyelamatan lama Paulus menentukan batasnya, oleh karena hanya tahap sementara dalam seluruh rencana penyelamatan Allah. Gal 3:23-25. Hukum Musa pada dirinya baik dan suci, Rom 7:12, dan sungguh-sungguh menyatakan kehendak Allah. Tetapi hukum Taurat tidak memberi manusia daya batiniah untuk menepatinya; dengan jalan itu hukum Taurat tidak hanya membuat manusia menjadi sadar akan dosanya dan kebutuhannya akan pertolongan dari Pihak Allah, Gal 3:19-22; Rom 3:20; 7:7-13. Adapun pertolongan yang berupa karunia belaka itu dahulu dijanjikan kepada Abraham sebelum hukum Taurat diberikan, Gal 3:16-18; Rom 4, dan dianugerahkan oleh Yesus Kristus : kematian dan kebangkitanNya sudah menghancurkan kemanusiaan lama yang diracuni dosa Adam dan menciptakan kemanusiaan baru Yesus yang menjadi prototipnya, Rom 5:12-21. Setelah bergabung dengan Kristus melalui kepercayaan dan dijiwai oleh Roh Kudus, maka manusia selanjutnya dengan cuma-cuma menerima pembenaran sejati dan dapat hidup sesuai dengan kehendak Allah, Rom 8:1-4. Memanglah kepercayaan manusia harus menjadi nyata dalam pekerjaan, tetapi pekerjaan yang dilaksanakan berkat daya Roh Kudus, Gal 5:22-25; Rom 8:5-13, itu bukan lagi pekerjaan hukum Taurat yang padanya orang-orang Yahudi dengan angkuhnya menaruh kepercayaannya. Pekerjaan-pekerjaan itu dapat dilaksanakan oleh semua yang percaya kepada Kristus, meski datang dari kekafiran sekalipun, Gal 3:6-9, 14; Rom 4:11. Maka tata penyelamatan Musa yang bernilai sebagai persiapan sekarang sudah ketinggalan zaman. Orang-orang Yahudi yang mau terus berpegang padanya sesungguhnya menempatkan diri di luar keselamatan yang sebenarnya. Allah mengizinkan mereka menjadi "buta", supaya kaum kafir dapat memperoleh keselamatan. Namun demikian orang-orang Yahudi tidak untuk selama- lamanya kehilangan kepilihannya dahulu, sebab Allah memang setia; ada sementara orang-orang Yahudi, yaitu "sisa kecil" yang dinubuatkan para nabi, sudah sampai percaya: dan nanti yang lain-lainpun akan bertobat, Rom 9-11. Sementara itu semua itu kaum beriman, entah orang-orang Yahudi entah bukan Yahudi, harus menjadi satu karena kasih dan saling menolong, Rom 12:1-15:13. Demikianlah pandangan luas yang sudah dirintis dalam Gal dan dikembangkan dalam Rom. Dan berkat pandangan itulah maka kita mempunyai ulasan yang mengagumkan tentang masa lampau umat manusia yang berdosa, Rom 1:18-3:20, dan tentang pergumulan yang berlangsung dalam diri setiap orang, Rom 7:14-25; tentang keselamatan yang dengan cuma-cuma dikaruniakan, Rom 3:24 dll, daya yang terkandung dalam kematian dan kebangkitan Kristus, Rom 4:24 dst; 5:6-11, yang didalamnya orang turut serta oleh karena iman dan baptisan, Gal 3:26 dst; Rom 6:3-11; penguraian mengenai panggilan bangsa manusia menjadi anak-anak Allah, Gal 4:1-7; Rom 8:14-17, mengenai kasih Allah yang berhikmat, yang adil dan setia dalam menyelenggarakan rencana penyelamatanNya yang terlaksana tahap demi tahap, Rom 3:21-26; 8:31-39. Pandangan akhir zaman tetap tinggal; sebab kita memang diselamatkan dalam pengharapan, Rom 5:1-11; 8:24. Tetapi sama seperti dalam surat-surat kepada jemaat di Korintus, tekanan terletak pada keselamatan yang sudah dimulai sekarang; Roh yang dijanjikan sudah dimiliki sebagai "karunia-sulung, Rom 8:23, sekarang orang-orang Kristen sudah siap hidup dalam Kristus, Rom 6:11, dan Kristus hidup di dalam mereka Gal 2:20.
Dengan demikian maka surat kepada jemaat di Roma menyajikan sebuah sintesa pemikiran teologis Paulus yang mengesankan, sebuah sintesa yang ada di antara yang sangat bagus. Namun demikian sintesa itu bukanlah sintesa sempurna dan lengkap dan bukan pula seluruh ajaran Paulus. Pertikaian yang dilancarkan oleh Luther mengakibatkan bahwa surat Rom ini terlaly diutamakan, hal mana sungguh merugikan, kalau surat-surat lain lain tidak diikut-sertakan sebagai pelengkap, sehingga surat Rom ditempatkan dalam sebuah sintesa yang lebih luas.
Filipi; th. 56-57
Kota Filipi adalah sebuah kota penting di Makedonia dan didiami oleh orang-orang Roma yang merantau. Dalam perjalanannya yang kedua dalam th. 50 Paulus mewartakan Injil di situ, Kis 16:12-40. Selama perjalanannya yang ketiga, Paulus masih dua kali singgah di kota Filipi, yaitu di musim rontok th. 57, Kis 20:1-2, dan sekitar Paskah th. 58, Kis 20:3-6. Kaum beriman yang oleh Paulus direbut bagi Kristus di Filipi menyatakan kasih yang mengharukan hati kepada Rasul mereka dengan mengirimkan bantuan kepadanya di Tesalonika, Flp 4:16, dan kemudian di Korintus 2Kor 11:9. Dengan menulis surat ini kepada jemaat itu Paulus justru bermaksud mengucapkan terima kasih karena bantuan yang diterimanya melalui Epafroditus, utusan jemaat di Filipi, yang membawa sumbangan yang baru, Fil 4:10-20, Paulus yang pada umumnya takut-takut kalau memberi kesan seolah- olah mencari untungnya sendiri, Kis 8:3, dengan rela hati menyambut bantuan dari jemaat Filipi. Dengan jalan itu ia menyatakan menaruh kepercayaan luar biasa kepada jemaat itu.
Waktu menulis surat itu Paulus sedang dalam tahanan, Flp 1:7, 12-17. Lama sekali orang beranggapan bahwa ini penahanan pertama di Roma. Tetapi hubungan yang begitu mudah dan demikian kerap kelihatannya, 2:25-30, antara jemaat Filipi dan Paulus sedang Paulus ditemani Epafroditus, mengherankan, seandainya Paulus sungguh di Roma yang terlalu jauh letaknya. Seandainya Paulus berada di Roma (atau di Kaisarea di Palestina, tempat ia juga pernah ditahan sebagaimana diketahui), maka sukar dipahami bahwa bantuan berupa uang yang dikirim jemaat di Filipi melalui Epafroditus itu merupakan kesempatan pertama yang mereka peroleh untuk menolong Sang Rasul setelah mengamalkan kasihnya waktu perjalanan Paulus yang kedua, 4:10, 16. Sebab memanglah Paulus masih singgah dua kali pada mereka dalam perjalanannya yang ketiga. Hanya lebih mudah dimengerti, kalau Paulus menulis surat itu sebelum kedua kunjungan tersebut. Kiranya Paulus berada di Efesus selama th. 56/57 sementara mengharapkan dapat pergi ke Makedonia sesudah dilepaskan (bdk Flp 1:26; 2:19-24 dan Kis 19:21 dst; 20:1; 1Kor 16:5). Kenyataan bahwa Paulus berkata tentang "Pretorium" (terj.: istana) dalam Flp 1:13 dan tentang "rumah/keluarga Kaisar" (terj.: istana Kaisar) dalam 4:22, tidak perlu menjadi kesulitan. Sebab di kota-kota besar, khususnya di Efesus, ada pasukan pengawal pribadi, sama seperti di Roma sendiri yang mengawal wali negeri. Memanglah kita tahu apa-apa tentang penahanan Paulus di Efesus. Tetapi inipun tak perlu menjadi kesulitan yang tak teratasi. Sebab Lukas hanya menceritakan sedikit saja tentang ketiga tahun Paulus tinggal di kota itu, sedangkan Palus sendiri menyiratkan bahwa di sana menghadapi kesulitan berat, 1Kor 15:32; 2Kor 1:8-10.
Kalau hipotesa tersebut diterima maka Flp perlu dipisahkan dari Kol, Ef, dan Flm dan didekatkan pada "surat-surat besar", khususnya pada 1Kor. Kedua surat ini tidak bertentangan satu sama lai, tetapi sebaliknya sangat berdekatan baik dari segi sastra maupun dari segi ajaran. Hanya Flp kurang berupa ajaran. Ini lebih- lebih berupa peluapan hati, tukar berita dan peringatan terhadap "pekerja- pekerja jahat", yang di mana-mana merongrong karya Sang Rasul, sehingga boleh jadi juga menyerang jemaat terkasih di Filipi; terutama Flp berupa seruan supaya kaum beriman bersatu dalam kerendahan hati. Seruan itulah yang bagi kita menghasilkan 2:6-11 mengenai perendahan Kristus. Boleh jadi madah yang mengharukan hati itu dikutip oleh Paulus atau merupakan ciptaan Paulus sendiri. Tetapi bagaimanapun juga lagu itu memberikan kesaksian yang berharga mengenai kepercayaan umat Kristen pruba akan kepra-adaan ilahi Yesus.
Tidak ada orang yang meragukan bahwa Flp benar-benar dikarang oleh Paulus. Hanya dapat dipersoalkan apakah surat itu barangkali penggabungan beberapa surat kecil yang aslinya tersendiri. Tetapi ini berupa dugaan belaka.
Ef, Kol, Flm; th. 61-63.
Surat kepada jemaat di Efesus, kepada jemaat di Kolose dan kepada Filemon ternyata sebuah kelompok tersendiri. Ketiga karangan itu sangat erat hubungannya; baik Kol 4:9 maupun Flm 12 berkata tentang Onesimus yang mau dikirim Paulus; Tikhikus disebut dalam Kol 4:7 dst dan dalam Ef 6:21 dst; teman- teman Paulus yang sama tampil dalam Kol 4:10-14 dan dalam Flm 23-24; ditinjau dari segi sastra dan dari segi ajaran ada banyak kesamaan antara Ef dan Kol; Paulus masih dipenjara, Flm 1:9 dst; 13, 23; Kol 4:3, 10, 18; Ef 3:1; 4:1; 6:20, dan tentu saja di Roma (antara th. 61 dan 63), dan bukan di Kaisarea atau di Efesus. Kalau di Kaisarea sukar menerangkan bahwa Markus dan Onesimus ada pada Paulus, sedangkan tentang kehadiran Lukas di Efesus bersama Paulus tidak ada berita apapun. Kecuali itu perbedaan gaya bahasa dan kemajuan dalam ajaran mengandaikan jangka waktu cukup lama antara "surat-surat besar" (Kor, Gal, Rom) dan Ef serta Kol. Dalam jangka waktu itu timbullah sebuah krisis. Dari Kolose, di mana Paulus sendiri tidak mewartakan Injil, 1:4; 2:1, datanglah wakilnya Epafras, 1:7, membawa berita yang mengkhawatirkan, Paulus menjadi prihatin dan segera menanggapi berita itu dengan sepucuk surat kepada jemaat di Kolose; surat itu dibawa ke sana oleh Tikhikus. Tetapi reaksinya terhadap bahaya yang baru itu memperdalam pikiran Sang Rasul. Sama seperti Rom dipakai untuk mengatur pikiran- pikiran yang tercetus dalam Gal, demikianpun sekarang Paulus menulis sepucuk surat lain lagi, di sana ia menyusun ajarannya dengan berpedoman sebuah titik pandangan yang dipaksakan kepadanya oleh pertikaian di Kolose. Sintesa yang mengagumkan itu tidak lain kecuali "surat kepada jemaat di Efesus". Hanya judul semacam itu (yang dalam surat sendiri tidak pasti juga, bdk Ef 1:1+) dapat menipu. Paulus sesungguhnya tidak menulis kepada orang-orang Efesus, tempat ia tinggal selama tiga tahun, melainkan kepada kaum berimann pada umumnya, bdk Ef 1:15; 3:2-4, khususnya kepada jemaat-jemaat di lembah-lembah pegunungan Lisia tempat surat itu diedarkan, Kol 4:16.
Sementara ahli pernah menolak keaslian kedua surat tersebut. Tetapi Kol dewasa ini lebih umum diterima sebagai karangan Paulus dan pendapat itu memang cukup berdasar. Gagasan-gagasan utama Paulus terdapat dalam Kol, dan kalau ada juga pikiran-pikiran baru maka halnya mudah dijelaskan dengan menunjuk kepada keadaan baru yang harus dihadapi Paulus. Hal yang sama dapat dikatakan tentang Ef juga, tetapi surat ini tetap sangat diragukan keasliannya. Namun demikian karena surat itu ternyata hasil seorang pemikir yang berbakat maka sukar diterima bahwa dikarang oleh seorang murid Paulus. Sudah barang tentu gaya bahasa Kol dan Ef yang bertutur panjang, ada kalanya berlebih-lebihan, itu berbeda sekali dengan pemikiran pendek, padat dan tegang seperti terdapat dalam surat yang dahulu. Tetapi hal itu cukup dapat diterangkan juga, oleh karena Paulus kini mengamati ufuk baru yang jauh lebih luas. Selebihnya Paulus menggunakan macam-macam gaya bahasa dan dalam 2Kor 9:8-14 atau Rom 3:23-26 dll sudah terdapat contoh-contoh gaya bahasa kontemplatip dan lebih kurang liturgis yang sepenuh-penuhnya berkembang dalam Kol dan Ef. Satu-satunya kesulitan yang sesungguhnya berasal dari kenyataan bahwa beberapa bagian dari Ef lebih kurang secara harafiah dan ada kalanya secara salah memungut pengungkapan-pengungkapan dari Kol. Hanya Paulus tidak pernah menulis surat-suratnya dengan tangannya sendiri dari awal sampai akhir. Maka gejala tersebut dapat diterangkan dengan berkata bahwa seorang murid memainkan peranan besar dalam menyusun Ef.
Adapun bahaya yang mengancam di Kolose berasal dari pemikiran berlebih-lebihan berdasarkan pandangan-pandangan Yahudi, Kol 2:16, yang bercampur-baur dengan filsafaf ke-Yunanian. Pemikiran-pemikiran berlebih-lebihan tersebut memberi kepada daya-daya sorgawi yang memimpin jalannya jagat raya sebuah peranan begitu penting sehingga menurunkan kedudukan utama Kristus. Paulus menerima saja adanya daya-daya semacam itu tanpa meragukan kegiatannya; ia bahkan menyamakannya dengan malaikat-malaikat yang terdapat dalam tradisi Yahudi, bdk 2:15. Hanya ia menerimanya untuk menempatkannya di tempatnya yang wajar dalam rencana penyelamatan Allah. Mereka telah berperan sebagai pengantara dan pengurus hukum Taurat. Tetapi kini peranannya sudah habis sama sekali. Dengan menciptakan suatu dunia baru maka Kristus Kirios sendiri menangani pemerintahan dunia semesta. PeninggianNya di sorga sudah menempatkan Kristus di atas daya-daya kosmis yang telah dilucuti kekuasaannya dahulu, 2:15. Memanglah sejak awal penciptaan Kristus sudah menguasai kekuasaan-kekuasaan itu, sebab Dialah Anak dan Gambar Bapa. Tetapi dalam ciptaan baru Kristus menguasai daya-daya itu sebagai Kepalanya dan secara depinitip, oleh karena telah mempersatukan di dalam diriNya segenap "Ple-roma", artinya kepenuhan beradanya, baik beradanya Allah maupun beradanya dunia di dalam Allah, 1:13-20. Oleh karena sudah dibebaskan dari "unsur-unsur dunia" (terj.: roh-roh dunia), 2:8, 20, berkat persatuannya dengan Kepala dan oleh karena mengambil bagian dalam KepenuhannNya, 2:10, maka orang- orang Kristen tidak perlu menaklukkan diri kepada kekuasaan lalim "unsur-unsur dunia" itu dengan menepati macam-macam aturan yang sudah ketinggalan zaman dan tidak berguna lagi, 2:16-23. Melalui baptisan mereka sudah dipersatukan dengan Kristus yang wafat dan bangkit, 2:11-13 dan menjadi anggota TubuhNya. Dan hidup baru hanya mereka terima dari Kristus yang menjadi Kepala yang menghidupkan, 2:19. Memanglah Paulus tetap menaruh minat utamanya pada keselamatan Kristen, tetapi karena pertikaian itu ia memperluas karya Kristus sampai merangkum seluruh dunia dan jagat raya. Di samping bangsa manusia yang diselamatkan itu seluruh jagat raya yang menjadi latar belakang dan rangka umat manusia dimasukkan Paulus ke dalam karya Kristus. Maka jagat raya secara tak langsung ditempatkan juga di bawah kekuasaan satu-satunya Tuhan, ialah Kristus. Pemikiran semacam itulah mengakibatkan bahwa gagasan "Tubuh Kristus" yang dirintis dahulu, 1Kor 12:12+, diperkembangkan lebih jauh dengan menekankan Kristus sebagai kepala Tubuh-Nya; bahwa karya penyelamatan diperluas sampai merangkum dunia semesta; bahwa pemandangan diperlebar sehingga Kristus terutama dilihat sebagai pemenang sorgawi, sedangkan Gereja sebagai persatuan menyeluruh dibangun menuju Kristus sorgawi; bahwa eskatologi yang sudah terujud lebih ditekankan, bdk Ef 2:6+.
Pemandangan seperti di atas terulang dalam Ef. Tetapi usaha untuk menaruh daya- daya sorgawi yang terlalu dinilai itu pada tempatnya yang wajar sudah menghasilkan buahnya, Ef 1:20-22. Maka perhatian terutama diarahkan kepada Gereja. Ia merupakan Tubuh Kristus yang meluas sampai menjadi Jagat raya baru, Kepenuhan Dia yang memenuhi semua dan segala sesuatu, 1:23+. Dalam pemandangan yang paling tinggi yang merupakan puncak segenap karyanya ini Paulus memungut beberapa pikiran dari masa dahulu untuk menempatkannya di dalam sintesa yang dicapainya. Teristimewanya ia memikirkan kembali persoalan yang dibahasnya dalam surat kepada jemaat di Roma, yang berupa puncak dalam tahap pemikirannya dahulu. Ia tidak hanya dengan sepintas lalu meningkatkan pandangannya mengenai keadaan lampau bangsa manusia yang berdosa dan keselamatan yang dengan cuma-cuma dianugerahkan melalui Kristus, 2:1-10, tetapi juga memikirkan kembali masalah hubungan antara bangsa-agama Yahudi dan jemaat Kristen yang dahulu menggelisahkannya, Rom 9-11. Dan kini persoalan itu dilihatnya dengan berlatar belakang eskatologis yang sudah terlaksana: kini kedua kelompok itu nampak baginya sebagai bersatu karena diperdamaikan di dalam satu orang Manusia baru, sehingga bersama-sama di perjalanan menuju Bapa, Ef 2:11-22. Dan justru kenyataan bahwa kaum kafir juga dapat memperoleh keselamatan Israel dalam diri Kristus itu adalah "rahasia khendak Allah", 1:9; 3:3-6, 96:19; Kol 1:27; 2:2; 4:3. Dan mengingat rahasia itulah Paulus pada akhir hidupnya dapat mengemukakan pikiran yang tidak ada tara bandingnya: mengingat Hikmat Allah tak berbatas yang menyatakan diri dalam rahasia itu, 3:9 dst; Kol. 2:3; mengenai kasih Kristus yang tak terselami, yang nampak pula dalam rahasia itu, Ef 3:18 dst; tentang dirinya sendiri, yang terhina di antara para rasul namun oleh Allah dengan cuma-cuma dipilih menjadi pelayan rahasiaNya itu, 1:3-14. Dan akhir- tujuan rahasia itu tidak lain kecuali pernikahan Kristus dengan bangsa yang selamat, ialah Gereja, 5:22-23.
Surat kepada Filemon ditulis pada waktu yang sama dengan ditulisnya Kol dan Ef. Ia dialamatkan kepada seorang Kristen yang oleh Paulus sendiri ditobatkan, ay 9. Di dalam surat kecil itu Paulus memberitahukan bahwa seorang budak bernama Onesimus yang melarikan diri dan oleh Paulus direbut bagi Kristus akan kembali kepada majikannya, ay 10. Dengan tangannya sendiri ay 19, Paulus menulis surat kecil ini yang dengan bagusnya menyoroti kehalusan hati Paulus. Ini juga penting oleh karena memberitakan kepada kita bagaimana Paulus memecahkan masalah perbudakan, Rom 6:15+; meskipun hubungan sosial antara majikan dan budak tetap sama seperti dahulu, namun seorang majikan Kristen dan seorang budak Kristen selanjutnya harus hidup sebagai bersaudara untuk mengabdi Majikan yang sama, ay 16 bdk Kol 3:22-4:1.
1Tim, Tit, 2Tim ; th 65-67
Surat-surat kepada Timotius dan surat kepada Titus sangat berdekatan satu sama lain karena isi, latar belakang historis dan bentuknya. Dua di antaranya rupanya ditulis di Makedonia: yang satu dialamatkan kepada Timotius, yang waktu di Efesus, 1Tim 1:3, di mana Paulus berharap tidak lama lagi dapat bertemu dengannya, 3:14; 4:13, sedangkan yang lain dialamatkan kepada Titus yang oleh Paulus ditinggalkan di pulau Kreta, Tit 1:5. Paulus merencanakan tinggal di Nikopolis ( di Epirus) selama musim dingin dan Titus hendaknya berkumpul dengannya di situ, Tit 3:12. Waktu menulis 2Tim Paulus sedang di penjara di Roma, 1:8, 16 dst; 2:9, setelah singgah di Troas, 4:13 dan Miletus, 4:20. Keadaan Paulus gawat sekali, 4:16, dan ia merasa bahwa ajalnya sudah dekat, 4:6- 8, 18. Ia seorang diri dan mendesak supaya Timotius secepat mungkin datang, 4:9- 16, 21. Meskipun ada kesamaan kecil namun keadaan itu tidak berkesusaian dengan penahanan Paulus di Roma selama th. 61-63 dan tidak pula dengan perjalanan yang mendahuluinya. Ada cukup banyak ahli yang mengambil kesimpulan bahwa ketiga surat itu bukan karangan Paulus, seorang lain mau menjiplak Paulus dan mengkhayalkan catatan-catatan mengenai hal-ihwal Paulus supaya karangan- karangannya nampaknya bersifat historis dan dapat disebar-luaskan dengan nama dan kewibawaan Paulus. Tetapi hipotesa semacam itu tidak perlu sama sekali. Tidak ada bukti satupun bahwa Paulus mati selama penahanannya yang pertama; sebaliknya Kis 28:30 menyarankan bahwa ia dibebaskan. Jadi Paulus dapat mengadakan perjalanan-perjalanan lain lagi, barangkali lebih dahulu di negeri Spanyol sebagaimana ia merencanakannya, Rom 15:24, 28, dan kemudian di sebelah timur, sebagaimana juga direncankan, Flm 22. Mudah saja 1Tim dan Tit ditinggalkan sekitar th. 65 selama suatu perjalanan melalui pulau Kreta, Asia Kecil, Makedonia dan Yunani. Keadaan yang tampil dalam 2Tim adalah situasi penahanan baru yang kali ini berakhir dengan sial. Surat yang merupakan nasehat Paulus ini kiranya ditulis tidak lama sebelum kemartiran Paulus dalam th. 67.
Ketiga surat tersebut dialamatkan kepada dua murid Paulus yang paling setiawan, Kis 16:1+; 2Kor 2:13+. Di dalamnya termuat sejumlah petunjuk bagaimana mengorganisasi jemaat-jemaat Kristen yang oleh Paulus dipercayakan kepada mereka. Itulah sebabnya maka sejak abad XVIII surat-surat itu biasanya disebut "Surat-surat Pastoral (Gembala)." Beberapa ahli berpendapat bahwa surat-surat itu mengandaikan tahap perkembangan dalam tata pemerintahan umat yang baru terjadi sesudah Paulus mati. Tetapi pendapat ini kurang tepat. Sebab surat-surat itu sebenarnya mengandaikan sebuah tahap perkembangan umat yang sangat mungkin sudah tercapai menjelang akhir hidup Paulus. Sebutan "episkopos" (penilik) masih searti dengan sebutan "presbiter" (terj. penatua) Tit 1:5-7, seperti juga dahulu, Kis 20:17 dan 28, sesuai dengan susunan jemaat-jemaat dahulu yang dipimpin oleh sebuah dewan penatua, Tit 1:5+. Belum ada sama sekali seorang "uskup" yang seorang diri menjadi pemimpin tertinggi jemaat. Tokoh semacam itu baru tampil dalam surat-surat Ignasius dari Anthiokia. Hanya perkembangan ke jurusan itu sudah dirintiskan : meskipun beberapa jemaat dipercayakan kepada Timotius dan Titus yang tidak terikat pada satu di antaranya, Tit 1:5, namun kedua wakil Paulus itu memegang kewibawaan rasuli, yang tidak lama lagi harus diserahkan kepada orang-orang lain oleh karena para rasul menghilang. Dan tidak lama kemudian kewibawaan rasuli itu diberi kepada ketua sebuah dewan penatua, dan ketua itu tidak lain kecuali uskup. Tahap peralihan sebagaimana tampil dalam surat-surat pastoral justru menjadi bukti bahwa surat-surat itu benar-benar karangan Paulus. Sebab dengan maksud apa seorang pemalsu dapat mengkhayalkan tahap semacam itu? Perlu diperhatikan juga bahwa "penilik" dan "penatua" itu bukan hanya pengurus harta-benda dan perkara materiil lain, tetapi juga dan terutama bertugas mengajar dan memimpin, 1Tim 3:2, 5; 5:17; Tit 1:7, 9. Dengan demikian maka "penilik" dan "penatua" itu sungguh-sungguh moyang dari uskup dan iman dalam Gereja Katolik sekarang.
Sementara ahli berpendapat bahwa desakan untuk berpegang teguh pada "ajaran sehat", 1Tim 1:10 dll, dan memelihara "depositum fidei" (terj.: apa yang dipercayakan kepadamu), 1Tim 6:20; 2Tim 1:14, tidak layak bagi Paulus, seorang pemikir teologis yang berani dan orisinil. Tetapi keterangan dan desakan semacam itu nampaknya sesuai sekali dengan Sang Rasul yang dekat pada ajalnya dan memperingati pembantu-pembantunya yang masih muda berhubung dengan pemikiran- pemikiran yang membahayakan. Sebab Paulus sudah mengamati bahwa jemaat-jemaat itu ada selara untuk pembaharuan-pembaharuan yang dapat menghancurkan iman, 1Tim 1:19. Dan ini tentu saja bukan ajaran dari gnostik dalam abad II yang mau ditentang oleh seorang pemalsu yang menyamar sebagai Paulus. "Soal-soal yang dicari-cari", 1Tim 6:4, "dongeng-dongeng dan silsilah yang tiada putus- putusnya", 1Tim 1:4, "dongeng-dongeng Yahudi", Tit 1:14 dan "percekcokan dan pertengkaran mengenai hukum Taurat", Tit 3:9, yang bercampur dengan aturan- aturan askese yang keras, 1Tim 4:3, kiranya berasal dari orang-orang Yahudi yang berkebudayaan Yunani dan suka mencampurkan segala sesuatunya. Paulus terpaksa sudah menghadapi mereka waktu krisis dalam jemaat di Kolose.
Sudah barang tentu bahasa yang dipakai dalam surat-surat ini tidak mempunyai ciri-ciri bahasa Paulus. Gaya bahasanya sangat lancar, berbeda sekali dengan gaya yang berapi-api dan yang kekayaannya melimpah-limpah, seperti yang dipakai oleh Paulus dalam surat-suratnya dahulu. Bahkan perbendaharaan katapun berbeda dengan perbendaharaan kata yang lazim pada Paulu. Ada orang yang berkata, bahwa usia lanjut Paulus dan keadaannya sebagai orang tahanan dapat menjelaskan gejala semacam itu. Tetapi antara Kol, Ef dan Tim, Tit hanya ada jangka waktu paling- paling empat-lima tahun, sedangkan 1Tim dan Tit tidak ditulis dalam penjara. Juga usaha untuk membeda-bedakan dalam surat-surat pastoral beberapa surat-surat kecil baik yang berasal dari Paulus maupun yang bukan karangannya tidak sampai meyakinkan. Dari sebab itu sebaik-baiknya diandaikan bahwa seorang murid-penulis Sang Rasul berperan dalam menyusun surat-surat pastoral, sama seperti halnya dengan Ef. Kepada penulis itu Paulus memberikan kebebasan lebih besar dari yang lazim. Memang Lukas menyertai Paulus, 2Tim 4:11, dan ada orang yang mengira dapat menemukan kesamaan khusus antara gaya bahasa Lukas dan gaya bahasa surat- surat pastoral.
Ibr ; th. 67
Berbeda dengan semua surat lain, surat kepada orang-orang Ibrani sejak dahulu diragukan keasliannya. Bahwasannya surat ini termasuk Kitab Suci jarang dipersoalkan, tetapi dalam Gereja barat sampai akhir abad IV tidak diterima sebagai karangan Paulus, namun bentuk literer surat itu dipersoalkan (Klemens dari Aleksandria, Origenes). Memanglah bahasa dan gaya bahasa surat kepada orang-orang Ibrani adalah murni dan lancar dan pasti bukan bahasa atau gaya bahasa Paulus. Caranya surat ini mengutip dan menggunakan Perjanjian Lama bukanlah cara Paulus. Alamat dan kata pembuka yang lazim dalam surat-surat Paulus tidak ada sama sekali. Ajaran yang termuat dalam karangan itu mempunyai keserupaan dengan ajaran Paulus, tetapi sekaligus ajaran itu cukup asli, sehingga sukar diterima bahwa langsung berasal dari Paulus sendiri. Maka banyak ahli katolik dan bukan katolik dewasa ini sependapat dalam mengakui bahwa surat ini bukan karangan Paulus seperti surat-surat lain adalah karangannya, walaupun secara langsung atau tidak langsung Paulus mempengaruhi Ibr. Dan pengaruh itu begitu rupa sehingga dapat dipertanggung-jawabkan bahwa secara tradisionil surat itu dikelompokkan bersama dengan surat-surat Paulus.
Tetapi perbedaan muncul kalau dipersoalkan siapa sesungguhnya penulis Ibr yang tidak bernama itu. Segala macam nama sudah dikemukakan., misalnya Barnabas, Silas, Aristion, dll. Yang kiranya paling kena ialah Apolos, seorang Yahudi dari Aleksandria, yang kefasihan, semangat kerasulan dan kemahirannya dalam Alkitab dipuji oleh Lukas, Kis 18:24-28. Bakat-bakat itu ternyata tampil jelas dalam surat kepada orang-orang Ibrani; bahasa dan pimikirannya berbau bahasa dan pemikiran Aleksandria (Filo); kefasihannya dalam membela agama Kristen meyakinkan, sedangkan seluruh argumentasinya berdasar penafsiran Perjanjian Lama.
Seperti nama pengarangnya tidak dikenal dengan pasti, demikianpun halnya dengan tempat ditulisnya surat ini dan orang-orang yang dialamati. Rupanya pengarang tinggal di Italia, 13:24, dan menulis suratnya sebelum Bait Allah di Yerusalem dihancurkan (th. 70). Sebab itu ia berkata tentang ibadat dalam Bait Allah seolah-olah sesuatu yang masih terus berlangsung, 8:4 dst, dan ia menasehati pembacanya sehubungan dengan godaan untuk kembali ke ibadat itu. Tentu saja pengarang menekankan bahwa ibadat Musa mempunyai ciri sementara saja, tetapi sama sekali tidak berkata tentang bencana yang terjadi dalam th. 70, meskipun kejadian itu memang sangat mendukung pendapatnya. Selebihnya pengarang pasti menggunakan surat-surat yang ditulis Paulus dalam penjara (Ef, Flp, Kol). Maka surat kepada orang-orang Ibrani boleh diberi bertanggal sesudah th. 63, kiranya sekitar th. 67, kalau orang menerima bahwa apa yang dikatakan tentang krisis yang mendekat, sebagaimana dapat dirasakan dalam seruannya supaya sidang pembaca berpegang teguh pada kepercayaannya, 10:25 dll, mengenai gejala yang mendahului perang Yahudi.
Meskipun judul surat ini, ialah: "Kepada orang-orang Ibrani" baru muncul selama abad II, namun sangat cocok dengan isi karangan itu. Surat ini tidak hanya mengandalkan bahwa para pembaca berkenalan baik dengan Perjanjian Lama, tetapi juga bahwa mereka bekas Yahudi. Oleh karena Ibr begitu menekankan ibadat dan liturgi, maka orang bahkan berpikir kepada bekas imam-imam Yahudi, bdk Kis 6:7. Setelah masuk Kristen imam-imam itu terpaksa meninggalkan kota suci dan mengungsi ke tempat lain, barangkali ke salah satu kota di pantai, misalnya Kaisarea atau Antiokhia. Tetapi pengasingan itu memberati mereka, sehingga dengan rindu mengenangkan ibadat bersemarak yang diselenggarakan oleh kaum Lewi dan yang merekapun melayaninya dahulu. Kepercayaannya yang baru, yang masih kurang kuat dan kurang terdidik, mengecewakan mereka, apa lagi oleh karena terganggu oleh penganiayaan akibat kepercayaan itu. Maka timbullah godaan hebat untuk mengundurkan diri.
Surat kepada orang-orang Ibrani sekuat tenaga berusaha mencegah mereka dari menjadi murtad, 10; 19:39. Untuk mengobarkan semangat kaum buangan yang menjadi lesu dan kendor itu, maka Ibr menyajikan pandangan unggul mengenai hidup Kristen, yang dipikirkan sebagai sebuah ziarah, suatu perjalanan menuju istirahat yang dijanjikan, sebuah perjalanan ke Tanah Air dengan dibimbing oleh Kristus yang melebihi Musa, 3:1-6, dan dengan disinari cahaya iman-kepercayaan yang sudah memimpin para bapa bangsanya, orang-orang Yahudi waktu keluaran dan semua orang suci dari Perjanjian Lama, 3:7-4:11; 11. Dengan imamat lama dan ibadat kaum Lewi yang dirindukan sidang pembaca, si pengarang memperlawankan diri Kristus yang menjadi Imam menurut peraturan Melkisedek dan melebihi imamat Harun,
Ende: Filipi (Pendahuluan Kitab) SURAT RASUL PAULUS KEPADA UMAT PILIPI
KATA PENGANTAR
Pilipi, sebuah kota dagang di Masedonia, oleh Kaisar Agustus dalam tahun 4-2
seb. Kr. didjadikan ...
SURAT RASUL PAULUS KEPADA UMAT PILIPI
KATA PENGANTAR
Pilipi, sebuah kota dagang di Masedonia, oleh Kaisar Agustus dalam tahun 4-2 seb. Kr. didjadikan suatu kolonisasi Romawi bagi bekas pradjurit jang berdjasa, dan 10 tahun kemudian diangkat mendjadi kota otonom, artinja langsung dibawah kuasa Kaisar.
Dizaman Paulus penduduk sebagian besar terdiri dari keluarga-keluarga bekas pradjurit Romawi, jang lain orang Masedonia asli dan Junani. Golongan Jahudi rupanja sangat ketjil, sebab tidak mempunjai sinagoge. Paulus tiba disitu pada perdjalanannja jang kedua dalam tahun 50 atau 51. Tentang kedatangan, pekerdjaan dan nasibnja disitu batjalah Kis. Ras. 16:1-40. Meskipun Paulus tidak lama tinggal disitu (Kis. Ras. 16:12), namun ia berhasil meletakkan dasar jang kukuh untuk umat disitu. Dari 16:40, dimana "kami" tiba-tiba diganti dengan "mereka" dan hal jang sama dalam 20:6, agak terang bahwa Lukas tinggal di Pilipi, dan tentu untuk melandjutkan pekerdjaan Paulus.
Paulus mengundjungi umat itu lagi sekurang-kurangnja dua kali, jaitu pada achir perdjalanannja jang ketiga. Lih. II Kor. 2:13 dan 7:5-7 lagi Kis. Ras. 20:1-6.
Sebagaimana njata dari isi dan suasana. surat hubungan Paulus dengan umat Pilipi sangat erat dan mesra. Buktinja pula, bahwa umat ini satu-satunja jang memberi (mengirim) sokongan kepada Paulus, dan Paulus menerimanja, walaupun itu berlawanan dengan pendiriannja jang umum, jang kita kenal dari I Kor. 9:1-23 dan II Kor. 11:7-12, dimana ia djuga menjatakan sebab-sebabnja. Tentu mengenai umat Pilipi ia tidak mengehawatirkan akibat-akibat jang mungkin merugikan kewibawaan dan pengaruh kerasulannja. Alasan untuk menulis surat ini adalah penerimaan sokongan pula. Umat telah mengutus seorang bernama Apofroditus untuk mengantarkan sedjumlah uang agak besar baginja dalam pendjara. Apofroditus tinggal beberapa lama, tentu untuk membantu Paulus, tetapi ia djatuh sakit sampai hampir meninggal. la sembuh kembali, tetapi kabar tentang sakitnja telah sampai di Pilipi dan sangat menggelisahkan umat. Mendengar itu ia ingin pulang selekas mungkin.
Kesempatan perginja Apofroditus digunakan Paulus untuk menulis surat ini. Memang untuk menjatakan perasaan terima kasih kepada umat jang baik hati terhadapnja itu. Tetapi bertentangan sekali dengan djiwa Paulus, mendjadikan kepentingan-kepentingan dirinja sendiri dari pusat minatnja. Ia memandang sokongan umat itu semata-mata sebagai suatu persembahan kepada Allah guna pemakluman Indjil.
Memang surat ini sangat bertjorak pribadi, sebagai suatu pertjakapan dari hati kehati, tetapi Paulus bukan lagi Rasul Paulus, kalau ia tidak mengisinja dengan djiwa Indjil sepenuh-penuhnja, dan memberi adjaran-adjaran jang penting. Dan itu dibuatnja sampai surat inipun bernilai tinggi sekali untuk seluruh Geredja pada segala abad, bagi kita pribadi djuga.
la tidak memberi uraian-uraian tentang isi dan pengertian suatu adjaran pokok. Adjaran-adjaran jang diberikannja melulu mengenai praktek hidup.
Pengadjaran jang agak luas, ialah peringatan dan dorongan, supaja umat tetap bersatu dalam tjinta-kasih berdasarkan roh dan sikap kerendahan hati. Itu chususnja dalam 1:27--2:11. Ditengah pengadjaran itu, sebagai pusatnja, terdapat madah-pudjian jang indah sekali, atas tjinta Kristus kepada kita, jang karena tjintanja itu merendahkan dirinja sampai mati disalib (2:6-11). Patutlah madah ini tetap berkumandang dalam telinga kita, mendjadi pendorong untuk membalas tjinta itu, chususnja dengan meneladan tjontoh Jesus itu dengan tjinta kasih jang rela berkurban terhadap sesama kita.
Satu peringatan jang luas pula meliputi seluruh bab 5. Isi dan maksudnja supaja umat waspada terhadap andjuran-andjuran palsu jang mungkin sampai keumat Pilipi djuga.
TFTWMS: Filipi (Pendahuluan Kitab) "BERSATU KITA TEGUH"
Filipi 2:1-4
Salah satu dongeng Aesop1berjudul "Empat Sapi Jantan dan Singa.' Dongengnya seperti ini: Dahu...
"BERSATU KITA TEGUH"
Filipi 2:1-4
Salah satu dongeng Aesop1berjudul "Empat Sapi Jantan dan Singa.' Dongengnya seperti ini: Dahulu kala ada empat sapi jantan yang bersahabat karib. Mereka melakukan perjalanan bersama, makan bersama, dan tinggal berdekatan dengan satu sama lainnya sehingga mereka bisa saling melindungi. Namun, seekor singa bertekad untuk memakan mereka. Ia bisa melawan salah satu dari empat sapi jantan itu, tetapi tidak untuk empat ekor bersama-sama—jadi ia menyusun sebuah rencana. Setiap kali salah seekor sapi tertinggal di belakang, singa itu akan berbisik di telinganya bahwa ketiga temannya itu mengatakan hal-hal yang tidak baik tentang dia. Setelah beberapa saat, setiap sapi jantan itu memutuskan bahwa tiga sapi jantan lainnya sedang berkomplot untuk melawan dirinya, dan masing-masing memisahkan diri dan menempuh jalannya sendiri. Dengan demikian singa itu dapat memakan empat sapi jantan itu satu per satu.2Dongeng itu menyimpulkan dengan "prinsip pelajaran' ini, 'Bersatu kita teguh; bercerai kita runtuh.'3
Kebenaran yang diungkapkan dalam kata-kata yang familiar itu telah diakui secara universal.4Para negarawan mengakui kebenarannya. Pada 1769, John Dickinson5mendesak sesama warga negaranya, 'Maka bergabunglah, hai semua orang Amerika yang gagah berani! Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh.' Para ahli strategi militer mengakui kebenarannya. Sebuah pepatah kuno adalah 'Pisahkan dan taklukkan.'6Di dalam bidang keagamaan kebenaran perkataan itu dua kali lipat. Yesus berdoa semoga para pengikut-Nya menjadi satu (Yohanes 17:20-23) dan menyatakan kebenaran umum ini: 'Kalau suatu kerajaan terpecah-pecah, kerajaan itu tidak dapat bertahan' (Markus 3:24).
Di dalam pelajaran ''Satu-satunya'' Hal Yang Orang Kristen Harus Lakukan,' kita berfokus pada memperlakukan diri kita sendiri agar 'berpadanan dengan Injil Kristus' (Filipi 1:27). Kita mencatat bahwa kata yang diterjemahkan "memperlakukan" menunjukkan bahwa kita harus bersikap secara konsisten dengan keadaan kita sebagai warga negara kerajaan sorga. Salah satu cara kita melakukan hal itu adalah dengan bersatu dalam pikiran, hati, dan kehidupan:
Hanya, hendaklah hidupmu berpadanan dengan Injil Kristus, supaya, apabila aku datang aku melihat, dan apabila aku tidak datang aku mendengar, bahwa kamu teguh berdiri dalam satu roh, dan sehati sejiwa berjuang untuk iman yang timbul dari Berita Injil (1:27).
Karena itu sempurnakanlah sukacitaku dengan ini: hendaklah kamu sehati sepikir, dalam satu kasih, satu jiwa, satu tujuan (2:2).
Ketika warga negara suatu negara terpecah-belah, mereka adalah mangsa yang mudah bagi musuh-musuh mereka. Ketika warga negara kerajaan sorga terpecahbelah, mereka itu bukan hanya memalukan Raja mereka (lihat 1 Korintus 1:10-13 Galatia 5:19-21), tetapi mereka juga menjadi rentan terhadap 'lawan' mereka, yang 'berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya' (1 Petrus 5:8).
" HENDAKLAH… YANG SEORANG MENGANGGAP YANG LAIN LEBIH UTAMA DARI PADA DIRINYA SENDIRI. "
Teks kita untuk pelajaran ini adalah Filipi 2:1-4. Meskipun kita memulai pasal baru, namun Paulus melanjutkan pembahasan tentang bagaimana jemaat Filipi itu harus memperlakukan diri mereka. Kata "jadi karena" mengaitkan permulaan pasal 2 dengan bagian terakhir pasal 1. Penekanan pada empat ayat pertama adalah kesatuan.
TFTWMS: Filipi (Pendahuluan Kitab) KESIMPULAN(Filipi 2:1-4)
Kita telah mencoba untuk menegaskan dua kebenaran: (1) perlunya kesatuan dan (2) faktor kunci dalam mencapai kesatuan—tida...
KESIMPULAN(Filipi 2:1-4)
Kita telah mencoba untuk menegaskan dua kebenaran: (1) perlunya kesatuan dan (2) faktor kunci dalam mencapai kesatuan—tidak mementingkan diri sendiri. Dalam pelajaran-pelajaran berikutnya, kita akan mempelajari beberapa contoh tidak mementingkan diri sendiri: Yesus dan dua rekan kerja Paulus, Timotius dan Epafroditus. Seraya kita menutup pelajaran ini, marilah kita membuat penerapan pribadi. Seberapa pentingkah kesatuan bagi Anda? Hal apakah yang akan Anda rela lepaskan untuk memastikan perdamaian dan keharmonisan menang di jemaat yang Anda menjadi anggotanya? Saya tidak sedang berbicara tentang mengompromikan kebenaran Alkitab. Saya sedang berbicara tentang melepaskan kesombongan dan keegoisan. Saya berbicara tentang tidak memaksakan cara Anda sendiri ketika cara itu menimbulkan perpecahan. Ingatlah: 'Bersatu kita teguh; bercerai kita runtuh'!
TFTWMS: Filipi (Garis Besar) Catatan Akhir:
1 Aesop adalah pahlawan rakyat Yunani yang diduga hidup pada abad keenam S. M. Ia dikenang karena menceritakan dongeng hewan. Dongen...
Catatan Akhir:
- 1 Aesop adalah pahlawan rakyat Yunani yang diduga hidup pada abad keenam S. M. Ia dikenang karena menceritakan dongeng hewan. Dongeng-dongeng ini dikumpulkan bertahun-tahun setelah kematiannya, dan pelajaran "moral" ditambahkan. Dongeng-dongeng itu masih disukai anak-anak.
- 2 Disadur dari Paul Lee Tan, Encyclopedia of 7,700 Illustrations: Signs of the Times (Rockville, Md.: Assurance Publishers, 1979), 1172,
- 3 John Bartlett, The Shorter Bartlett's Familiar Quotations, ed. Christopher Morley (New York: Permabooks, 1953), 5.
- 4 Di AS, sebuah lagu yang populer beberapa tahun yang lalu menampilkan kata-kata 'Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh' (Tony Hiller and Peter Simons, 'United We Stand,' © Belwin Mills, 1970).
- 5 John Dickinson (1732-1808) adalah seorang anggota Kongres Kontinental AS dan penulis pelbagai pamflet patriotik selama Revolusi Amerika. Kutipan yang mengikuti-yang ditemukan di dalam The Liberty Song, yang diterbitkan tahun 1768-menggambarkan kebutuhan warga negara untuk bersatu. Jika para pemimpin bangsa Anda pernah mendesak warga negara untuk bersatu padu, gantilah perkataan John Dickinson itu dengan kata-kata mereka.
- 6 Ini dikutip (dalam bahasa Latin) oleh Nicolo Machiavelli dalam The Art of War (1521). Machiavelli (1469-1527) adalah seorang penulis politik Italia yang terkenal dan pemikir militer.
- 7 Richard B. Gaffin, Jr., notes on Philippians, The NIV Study Bible, ed. Kenneth Barker (Grand Rapids, Mich.: Zondervan Publishing House, 1985), 1805.
- 8 The Analytical Greek Lexicon (London: Samuel Bagster & Sons, Ltd., 1971), 329.
- 9 J. B. Lightfoot, quoted in John A. Knight, Philippians, Colossians, Philemon, Beacon Bible Expositions (Kansas City, Mo.: Beacon Hill Press, 1985), 61.
- 10 William Barclay, The Letters to the Philippians, Colossians, and Thessalonians, rev. ed., The Daily Study Bible Series (Philadelphia: Westminster Press, 1975), 31.
- 11 Gerald F. Hawthorne, Word Biblical Commentary, vol. 43, Philippians, ed. David A. Hubbard and Glenn W. Barker (Waco, Tex.: Word Books, 1983), 69. Konsep 'kerendahan hati' kaum penyembah berhala tercermin di dalam kata Inggris 'humiliate' (memalukan).
- 12 R. C. Bell, Studies in Philippians (Austin, Tex.: Firm Foundation Publishing House, 1971), 19.
- 13 W. E. Vine, The Expanded Vine's Expository Dictionary of New Testament Words, ed. John R. Kohlenberger III with James A. Swanson (Minneapolis: Bethany House Publishers, 1984), 115.
- 14 Earl F. Palmer, Integrity in a World of Pretense: Insights from the Book of Philippians (Downers Grove, Ill.: InterVarsity Press, 1992), 90.
- 15 Contoh kasih yang berkorban bisa diperbanyak. Gunakanlah contoh-contoh yang bisa paling baik dikenali oleh para pendengar Anda.
- 16 Manford George Gutzke, Plain Talk on Philippians (Grand Rapids, Mich.: Lamplighter Books, Zondervan Publishing House, 1973), 79
Pengarang: David Roper
Hak Cipta © 2011 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
BIS: Filipi (Pendahuluan Kitab) SURAT PAULUS KEPADA JEMAAT DI FILIPI
PENGANTAR
Jemaat di Filipi adalah jemaat pertama yang didirikan Paulus di Eropa. Filipi
terletak di Makedonia,
SURAT PAULUS KEPADA JEMAAT DI FILIPI
PENGANTAR
Jemaat di Filipi adalah jemaat pertama yang didirikan Paulus di Eropa. Filipi terletak di Makedonia, sebuah provinsi kerajaan Roma. Surat \\Paulus Kepada Jemaat di Filipi\\ ini ditulis ketika Paulus berada di penjara. Hatinya pada saat itu cemas karena ada pekerja-pekerja Kristen yang menentangnya. Juga karena di dalam jemaat di Filipi itu ada orang-orang yang mengajarkan ajaran-ajaran yang menyesatkan. Meskipun demikian surat Paulus ini bernada gembira dan penuh harapan. Apa sebabnya demikian? Tidak lain hanyalah karena Paulus percaya sekali kepada Kristus.
Paulus menulis surat ini karena pertama-tama ia mau mengucap terima kasih kepada jemaat di Filipi atas pemberian yang telah diterimanya dari mereka ketika ia berada dalam kesukaran. Dan dalam kesempatan ini pula ia ingin memberi dorongan kepada mereka supaya mereka berani dan tabah dalam menghadapi kesukaran. Ia minta dengan sangat supaya mereka rendah hati seperti Yesus, dan tidak dikuasai oleh perasaan angkuh dan mementingkan diri sendiri. Ia mengingatkan mereka bahwa hanya karena rahmat Allah sajalah, Allah membuat mereka bersatu dengan Kristus berdasarkan percaya mereka kepada-Nya, bukan karena mereka taat menjalankan upacara-upacara agama yang ditentukan dalam hukum agama Yahudi. Selanjutnya Paulus menulis juga tentang kegembiraan dan sejahtera yang diberikan Allah kepada orang-orang yang hidup bersatu dengan Kristus.
Ciri khas surat ini ialah tekanannya pada kegembiraan, keteguhan hati, kesatuan, dan ketabahan orang Kristen dalam mempertahankan percayanya kepada Kristus dan dalam menjalani hidup sebagai orang Kristen. Surat ini menunjukkan juga betapa cintanya Paulus kepada jemaat di Filipi itu.
Isi
- Pendahuluan
Filipi 1:1-11 - Keadaan Paulus sendiri
Filipi 1:12-26 - Kehidupan orang Kristen
Filipi 1:27-2:18 - Rencana untuk Timotius dan Epafroditus
Filipi 2:19-30 - Peringatan terhadap musuh-musuh dari luar dan dari dalam
Filipi 3:1-4:9 - Paulus dan kawan-kawannya di Filipi
Filipi 4:10-20 - Penutup
Filipi 4:21-23
Ajaran: Filipi (Pendahuluan Kitab)
Tujuan
Supaya orang Kristen mengerti pentingnya pemeliharaan terhadap persekutuan dan
kesatuan dengan Kristus sebagai Tuhan dan Rajanya, sehingga In
Tujuan
Supaya orang Kristen mengerti pentingnya pemeliharaan terhadap persekutuan dan kesatuan dengan Kristus sebagai Tuhan dan Rajanya, sehingga Injil dapat disebarluaskan.
Pendahuluan
Penulis : Rasul Paulus.
Tahun : Sekitar tahun 61 sesudah Masehi.
Penerima : Jemaat Kristen di kota Filipi. (Dan juga semua orang percaya di seluruh dunia).
Isi Kitab: Kitab Filipi terbagi atas 4 pasal. Di dalamnya kita dapat melihat dengan jelas ajaran Rasul Paulus tentang kesukacitaan hidup di dalam Tuhan Yesus.
I. Ajaran-ajaran utama dalam Kitab Filipi
Pasal 1 (Fili 1:1-30).
Pengajaran bahwa Kristus adalah hidup orang percaya
Dalam bagian ini, Rasul Paulus menyatakan bahwa seluruh hidupnya adalah untuk memberitakan Injil, baik melalui perkataan maupun melalui perbuatan/sikap hidup.
Pendalaman
- Bacalah pasal Fili 1:21-22. _Tanyakan_: Apakah arti hidup bagi Rasul Paulus? Dan bagaimanakah dengan saudara?
- Bacalah pasal Fili 1:27. _Tanyakan_: Apakah perintah Rasul Paulus untuk hidup berbuah?
Pasal 2 (Fili 2:1-30).
Pengajaran tentang kehidupan Kristus merupakan teladan bagi kehidupan orang Kristen
Dalam bagian ini, Rasul Paulus mengajarkan bahwa kerendahan hati, kelemahlembutan, kasih, kesabaran dsb. dari sikap hidup Tuhan Yesus, merupakan teladan bagi hidup segenap orang Kristen.
Pendalaman
Bacalah pasal Fili 2:1-4,11. _Tanyakan_: Apakah yang ada di dalam Tuhan Yesus? Mengapakah Tuhan Yesus dipermuliakan?
Pasal 3 (Fili 3:1-21).
Pengajaran tentang pengenalan akan Kristus sebagai kebahagiaan bagi kehidupan orang Kristen
Pendalaman
Bacalah pasal Fili 3:1-11. _Tanyakan_: Apakah yang dikehendaki oleh Rasul Paulus dalam ayat 10 (Fili 3:10)? Apakah yang diperoleh dari mengenal Kristus ayat 11 (Fili 3:11)?
Pasal 4 (Fili 4:1-23).
Pengajaran tentang Kristus sebagai pendamaian bagi kehidupan orang Kristen
Pendalaman
Bacalah ayat (Fili 4:1-4,8-9). _Tanyakan_: Apakah yang diperintahkan oleh Rasul Paulus dalam ayat 2 (Fili 4:2)? Apakah yang harus dilakukan oleh orang Kristen menurut ayat 8-9 (Fili 4:8-9)?
II. Kesimpulan
Dalam Kitab Filipi, Rasul Paulus mengajarkan bahwa kehidupan yang bersukacita senantiasa ada di dalam Tuhan Yesus, walaupun di dalam kesulitan dan kesusahan.
Pertanyaan-pertanyaan yang Dapat Digunakan untuk Tanya Jawab
- Siapakah penulis Kitab Filipi?
- Apakah pokok pengajaran Kitab Filipi?
- Kehidupan siapakah yang harus menjadi teladan bagi orang Kristen?
Intisari: Filipi (Pendahuluan Kitab) Sepucuk surat ucapan terima kasih
KOTA FILIPI.Filipi adalah koloni Romawi yang sebagian besar penduduknya adalah pendatang dari Italia yang tetap set
Sepucuk surat ucapan terima kasih
KOTA FILIPI.
Filipi adalah koloni Romawi yang sebagian besar penduduknya adalah pendatang dari Italia yang tetap setia kepada Roma. Filipi adalah sebuah kota besar, pusat kegiatan dagang yang ramai, tetapi tidak terkenal karena standar moral penduduknya.
SURAT FILIPI.
Jelas bahwa Paulus menulis dari dalam penjara (Fili 1:12) boleh jadi di Roma, dan bila demikian surat ini ditulis antara tahun 61 dan 63 M. Beberapa orang beranggapan bahwa surat ini ditulis dari Efesus, berarti 10 tahun lebih awal dari anggapan pertama. Pada dasarnya surat ini merupakan surat'ucapan terima kasih' yang dikirim melalui Epafroditus untuk gereja di Filipi atas pemberian yang telah mereka kirimkan. Surat ini datang dari Paulus dan kawannya, Timotius.
GEREJA DI FILIPI.
Paulus dipakai Tuhan sebagai pendiri gereja di Filipi. Di sana ia bertemu dengan kelompok wanita yang sedang berbakti di tepi sebuah sungai dan salah satu dari mereka, bernama Lidia, menyambut Injil (Kis 16:14). Tak lama kemudian Paulus dan Silas digiring ke muka pengadilan dengan tuduhan yang dibuat-buat, dipukuli dan dijebloskan ke dalam penjara. Pada tengah malam, sementara mereka berdoa dan memuji Allah, terjadilah gempa bumi dahsyat yang menggoncangkan penjara sampai ke fondasinya. Pengawal penjara yang menyadari bahwa para tawanan dapat melepaskan diri, hampir saja bunuh diri. Paulus menghalangi niatnya dan orang itu menangis memohon pertolongan sambil berkata "Tuan-tuan apakah yang harus aku perbuat, supaya aku selamat?" (Kis 16:30). Setelah mengetahui jalan keselamatan, bukan hanya pengawal penjara itu saja, tetapi seluruh keluarganya pun bertobat dan dibaptis.
CIRI-CIRI UTAMA.
Rupanya rasul Paulus mempunyai kasih yang istimewa terhadap gereja di Filipi. Orang Kristen di sana menjadi sumber sukacita besar dan dorongan baginya (Fili 1:3-5). Nada sukacita dan gembira mengalir dalam seluruh isi surat. Dalam pasal ketiga Paulus membuat suatu perbandingan dengan menuliskan pada satu sisi hal-hal yang paling dihargainya sebelum ia menjadi Kristen dan pada sisi lain apa yang kini menjadi kesukaannya sebagai seorang Kristen. Jelaslah bahwa ia telah mendapat keuntungan yang lebih besar daripada kerugiannya karena penyerahannya kepada Kristus.
Pesan
1. Hal-hal yang harus disyukuri:o persekutuan dalam Injil. Fili 1:5, 7
o kemampuan mengatasi situasi sulit. Fili 1:12
o khotbah penginjilan walaupun motivasinya beragam. Fili 1:15-18
2. Hal-hal yang perlu didoakan:
o untuk kasih yang melimpah. Fili 1:9
o untuk pilihan yang benar. Fili 1:10
o untuk kehidupan yang memuliakan Allah. Fili 1:11
3. Sikap yang harus dimiliki:
o tidak mementingkan diri sendiri. Fili 2:4
o keinginan untuk melayani. Fili 2:7
o keinginan untuk berkorban. Fili 2:8
4. Nilai-nilai yang harus diperbarui:
o latar belakang agama. Fili 3:5
o ketulusan yang nyata. Fili 3:6
o kehidupan moral. Fili 3:6
5. Kemuliaan harus disambut: Fili 3:20, 21
6. Pelajaran untuk dipelajari:
o hidup dalam keserasian. Fili 4:2
o selalu bersukacita. Fili 4:4
o mengatasi kekuatiran. Fili 4:6
o berpikir positif. Fili 4:8
o selalu merasa cukup. Fili 4:11
o percaya kepada Allah. Fili 4:19
Penerapan
Jemaat Filipi mengajar kita...
1. Seperti apa seharusnya orang Kristen.o penuh kasih
o sanggup menilai benar-salah
o jujur
o siap bekerja sama
o penuh sukacita
o rendah hati
o puas
o berpusatkan Kristus
2. Seperti apa seharusnya pemimpin-pemimpin Kristen.
o penuh perhatian
o rela berkorban
o tidak mengeluh
o praktis
o penuh terima kasih
3. Tentang orang yang dapat kita teladani.
o Timotius - seorang anak rohani yang berharga
o Epafroditus - seorang pembawa pesan yang simpatik
o Euodia dan Sintikhe - wanita-wanita yang sedang berselisih
Tema-tema Kunci
1. Sukacita.
Kata itu menjadi lebih berkesan ketika kita tahu bahwa orang yang mengatakan "bersukacita selalu", menulisnya dari dalam penjara! Mudah untuk kelihatan bersukacita ketika keadaan di luar menggembirakan. Namun, Kristen harus tahu rahasia sukacita hati yang dalam dan menetap, yang tidak terpengaruh oleh keadaan luar. Sukacita itu dijanjikan sendiri oleh Yesus kepada para pengikut-Nya (Yoh 15:11). Telusuri tema tentang sukacita dalam seluruh surat dan berikan pendapat tentang alasan utama dari sukacita Rasul Paulus terhadap gereja di Filipi.
2. Keserupaan dengan Kristus.
Filipi 2:5-11 boleh jadi merupakan bagian dari lagu pujian dalam gereja mula-mula. Ini juga merupakan salah satu perikop tentang Kristologi yang terkenal dalam Perjanjian Baru. Perikop ini menelusuri langkah-langkah yang diambil oleh Putra Allah dalam memberikan keselamatan kepada kita. Namun juga, merupakan teladan yang harus kita ikuti. Kita harus mempunyai sikap mental seperti Kristus, dengan kata lain, tahu mengorbankan diri. Paulus sering menulis tentang mencontoh Kristus dan bahkan mencotoh dia sendiri (Efe 5:1; 1Kor 4:16; 11:1; Fili 3:17). Haruskah kita mampu membuat orang meneladani kita?
3. Nilai-nilai
Pertobatan bagi Paulus berarti perubahan pandangan secara total -- hal-hal yang dahulunya sangat dihargai sekarang tidak berarti sama sekali. Bagi Paulus hal yang dibanggakannya ialah pendidikan agama yang diterimanya sejak kecil. Bagi orang lain kebanggaan itu bisa status sosial, latar belakang pendidikan dan keadaan keuangan mereka. Kristus mengarahkan pandangan kita kepada hal yang lebih tinggi dan mengingatkan kita akan kewargaan kita di surga. Tuhan kita sendiri banyak membicarakan hal ini.
Pelajarilah ajaran Tuhan kita tentang harta duniawi (Luk 12:15; Mat 6:19-21, 33). Apakah ini yang menjadi penyebab mengapa orang kaya susah menjadi Kristen? (Mar 10:23, 24).
4. Kepuasan.
Paulus memberikan kesan bahwa ia telah belajar untuk mencukupkan diri dan mungkin hal itu bukan pelajaran yang mudah baginya. Ia pernah berkata, "...ibadah disertai rasa cukup, memberi keuntungan besar" (1Tim 6:6).
Lihat 2Korintus 11:24-28 dan renungkan pernyataan Paulus sehubungan dengan pengalamannya itu. Pikirkan bagaimana Paulus belajar tentang kepuasan.
Garis Besar Intisari: Filipi (Pendahuluan Kitab) [1] SUKACITA DALAM PENDERITAAN Fili 1:1-30
Di sini kita membaca Rasul Paulus
Fili 1:1, 2mengirim salam
Fili 1:3-7menyampaikan terima kasih
Fil
[1] SUKACITA DALAM PENDERITAAN Fili 1:1-30
Di sini kita membaca Rasul PaulusFili 1:1, 2 | mengirim salam |
Fili 1:3-7 | menyampaikan terima kasih |
Fili 1:8-11 | berdoa |
Fili 1:12-14 | berkemenangkan |
Fili 1:15-26 | mempercayai |
Fili 1:27-30 | menantang |
[2] SUKACITA DALAM PELAYANAN Fili 2:1-30
Paulus memberikan kepada kita beberapa nasihat praktis tentang pelayanan Kristen
Fili 2:1-4 | hidup bersama dalam keharmonisan |
Fili 2:5-11 | meneladani Kristus |
Fili 2:12, 13 | mempertahankan keselamatan |
Fili 2:14-18 | berhenti mengeluh |
Fili 2:19-30 | menghormati pelayan-pelayan Tuhan |
Timotius (Fili 2:19-24) | |
Epafroditus (Fili 2:25-30) |
[3] SUKACITA DI DALAM KRISTUS Fili 3:1-21
Fili 3:1-11 | Yang dulu dibanggakan dianggap sampah |
Fili 3:12-16 | Perlombaan yang belum selesai |
Fili 3:17-21 | Kewargaan yang harus dijunjung tinggi |
[4] SUKACITA DALAM KEPUASAN Fili 4:1-20
Fili 4:1-4 | Sumber sukacita |
Fili 4:5-9 | Rahasia sukacita |
Fili 4:10-20 | Pemberian sukacita |
Fili 4:21-23 | Salam perpisahan |
Bank BCA Cabang Pasar Legi Solo - No. Rekening: 0790266579 - a.n. Yulia Oeniyati
Kontak | Partisipasi | Donasi