Teks -- Yudas 1:6 (TB)
Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per frasa)
Full Life -> Yud 1:6
Full Life: Yud 1:6 - MALAIKAT-MALAIKAT.
Nas : Yud 1:6
Yudas menunjuk kepada para malaikat yang tidak tinggal di dalam
kedudukan kekuasaan seperti semula, tetapi memberontak terhadap Allah...
Nas : Yud 1:6
Yudas menunjuk kepada para malaikat yang tidak tinggal di dalam kedudukan kekuasaan seperti semula, tetapi memberontak terhadap Allah, melanggar hukum-Nya dan yang kini terpenjara sambil menunggu penghakiman. Akan tetapi, tidak semua malaikat terjatuh itu terpenjara, karena Iblis dan banyak setan berkeliaran di bumi saat ini
(lihat cat. --> 2Pet 2:4;
lihat cat. --> 1Yoh 5:19).
Jerusalem -> Yud 1:6
Jerusalem: Yud 1:6 - meninggalkan tempat kediaman mereka Oleh karena terbujuk oleh "anak-anak perempuan manusia", Kej 6:1-2. Hal itu dengan panjang lebar diceritakan dalam buku (aprokrip) Henokh.
Oleh karena terbujuk oleh "anak-anak perempuan manusia", Kej 6:1-2. Hal itu dengan panjang lebar diceritakan dalam buku (aprokrip) Henokh.
Ende -> Yud 1:6
Ende: Yud 1:6 - -- Malaekat tidak senang dengan kedudukannja jang istimewa disurga. Mereka
berdosa, diusir dari surga, lalu harus menderita siksaan abadi diapi naraka.
Malaekat tidak senang dengan kedudukannja jang istimewa disurga. Mereka berdosa, diusir dari surga, lalu harus menderita siksaan abadi diapi naraka.
Ref. Silang FULL -> Yud 1:6
· hari besar: 2Pet 2:4,9; [Lihat FULL. 2Pet 2:4]; [Lihat FULL. 2Pet 2:9]
buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry -> Yud 1:3-7
Matthew Henry: Yud 1:3-7 - Keselamatan Bersama; Tugu Peringatan akan Penghakiman Keselamatan Bersama; Tugu Peringatan akan Penghakiman (1:3-7)
Di sini terdapat,
I. Tujuan Rasul Yudas dalam menulis surat ini kepada orang-o...
Keselamatan Bersama; Tugu Peringatan akan Penghakiman (1:3-7)
- Di sini terdapat,
- I. Tujuan Rasul Yudas dalam menulis surat ini kepada orang-orang Yahudi dan bukan Yahudi yang baru bertobat. Yakni, untuk meneguhkan mereka di dalam iman Kristen serta perilaku dan perangai yang benar-benar sesuai dan sejalan dengan iman tersebut. Mereka harus memberikan pengakuan terbuka dan berani, terutama saat mengalami perlawanan sengit, apakah itu dalam rupa penyesatan licik maupun aniaya berat yang tidak berperikemanusiaan. Namun, kita harus sangat berhati-hati untuk memastikan agar iman Kristen sejatilah yang kita percayai, akui, sebarkan, dan perjuangkan. Bukan sekadar lambang-lambang yang membeda-bedakan golongan ini atau itu, dan bukan apa pun yang muncul sesudah tulisan-tulisan dari para pemberita Injil dan rasul-rasul kudus yang terilhami. Amatilah di sini,
- 1. Keselamatan Injil merupakan keselamatan bersama. Artinya, penawaran itu tulus kepada seluruh umat manusia yang mendengarnya: sebab demikianlah bunyi perintah itu, Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk, dan seterusnya (Mrk. 16:15-16). Allah sungguh menghendaki apa yang dikatakan-Nya. Ia tidak membanjiri kita dengan kata-kata kosong, apa pun yang dilakukan manusia. Oleh sebab itu tidak seorang pun yang dikucilkan untuk menerima manfaat dari penawaran dan undangan penuh rahmat ini.
- Hanya mereka yang degil dan tidak mau bertobatlah yang akhirnya mengucilkan diri sendiri. Barangsiapa yang mau, hendaklah ia mengambil air kehidupan dengan cuma-cuma (Why. 22:17). Kebenaran tawaran itu disediakan bagi semua orang percaya, dan hanya kepada orang-orang seperti itu. Hal ini tersedia baik bagi orang lemah maupun orang kuat. Janganlah seorang pun tawar hati karena perintah-perintah tersembunyi yang tidak begitu dipahaminya dan yang tidak berhubungan dengan dirinya. Perintah-perintah Allah merupakan rahasia, sedangkan perjanjian-perjanjian-Nya sungguh jelas. “Semua orang Kristen sejati bersatu di dalam Kristus sebagai Kepala bagi semua, digerakkan oleh Roh yang satu dan sama, dipimpin dengan satu aturan, berjumpa di satu takhta anugerah, dan berharap segera bersua di dalam satu warisan bersama.” Ini memang sungguh agung, namun seagung apa, kita tidak bisa, atau belum perlu mengetahuinya. Akan tetapi, hal itu pasti akan terjadi, dan melebihi segala pengharapan dan penantian kita sekarang ini.
- 2. Keselamatan bersama ini merupakan inti dari iman semua orang kudus. Pengajaran inilah yang mereka setujui dengan sepenuh hati. Mereka menghargainya sebagai perkataan yang benar dan patut diterima sepenuhnya (1Tim. 1:15). Ini merupakan iman yang telah, atau satu kali untuk selama-lamanya, telah disampaikan kepada orang-orang kudus, yang kepadanya tidak ada lagi yang dapat ditambahkan, yang darinya tidak ada yang bisa dikurangi, dan yang di dalamnya tidak ada setitik pun yang harus diubah. Di situ biarlah kita tetap tinggal. Di situlah kita aman. Apabila kita bergeser satu langkah saja, maka kita menghadapi bahaya akan terjerat atau tersesat.
- 3. Para rasul dan pemberita Injil semuanya menulis kepada kita perihal keselamatan bersama ini. Hal ini tidak dapat diragukan oleh orang-orang yang telah membaca tulisan-tulisan mereka dengan saksama. Sungguh janggal apabila ada yang berpikir bahwa mereka menulis terutama untuk memelihara rencana dan pendapat tertentu, apalagi jika itu mereka lakukan untuk sesuatu yang tidak pernah atau mampu mereka pikirkan. Sudah cukup apabila mereka telah menyampaikan semuanya kepada kita melalui pengilhaman Roh Kudus, segala sesuatu yang penting bagi setiap orang untuk dipercayai dan dilakukan, guna memperoleh manfaat pribadi dalam keselamatan bersama itu.
- 4. Mereka yang memberitakan atau menulis tentang keselamatan bersama itu harus melakukannya dengan baik dan tekun. Mereka tidak boleh mempersembahkan kepada Allah atau umat-Nya sesuatu yang tidak menuntut harga untuk mereka bayarkan, atau nyaris cuma-cuma, yang tanpa jerih payah dan pikiran (2Sam. 24:24). Kalau tidak, itu sama saja dengan memperlakukan Allah dengan tidak hormat, dan manusia dengan tidak adil. Rasul Yudas (meskipun terilhami oleh Roh Kudus) berusaha keras menulis tentang keselamatan bersama ini dengan sangat tekun. Jadi, kalau begitu, apa jadinya dengan orang-orang yang (sekalipun tidak diilhami oleh Roh Kudus) tidak tekun, atau nyaris tanpa usaha sedikit pun, hanya menyampaikan kepada umat (bahkan di dalam nama Allah), quicquid in buccam venerit – apa pun yang akan terjadi, dengan menggunakan ayat-ayat Kitab Suci, tetapi tidak peduli bagaimana mereka mengartikan atau menerapkannya? Mereka yang berbicara tentang hal-hal kudus harus senantiasa mengucapkannya dengan sangat hormat, peduli, dan tekun.
- 5. Orang-orang yang telah menerima ajaran tentang keselamatan bersama ini harus berjuang keras untuk itu. Dengan bersungguh-sungguh (KJV), tidak dengan ganas. Mereka yang berjuang demi mempertahankan iman Kristen, atau di jalan Kekristenan, harus berjuang menurut aturan, atau mereka akan kehilangan kerja keras mereka dan menghadapi bahaya besar kehilangan mahkota mereka (2Tim. 2:5). Amarah manusia tidak mengerjakan kebenaran di hadapan Allah (Yak. 1:20). Berdusta demi kebenaran tidak baik, sedangkan memaki-maki demi kebenaran juga tidak lebih baik. Amatilah, orang-orang yang telah menerima kebenaran harus berjuang untuknya. Tetapi, bagaimana? Seperti yang dilakukan sang Rasul, yakni dengan menderita dengan sabar dan tabah, tidak dengan membuat orang lain menderita apabila mereka tidak mau segera menerima setiap gagasan yang (terbukti ataupun tidak) kita sebut sebagai iman atau hal mendasar. Janganlah kita membiarkan diri kehilangan setiap bagian penting dari iman Kristen, dengan melakukan hal-hal licik atau dengan perbuatan-perbuatan palsu yang tampak masuk akal dan hebat tetapi sebenarnya mengelabui untuk menyesatkan orang (Ef. 4:14). Rasul Paulus menceritakan kepada kita bahwa ia memberitakan Injil (perhatikanlah, Injil) dalam perjuangan yang berat (1Tes. 2:2), maksudnya (seperti yang saya pahami), dengan kesungguhan hati, dengan penuh semangat, dan perhatian mendalam untuk keberhasilan apa yang diberitakannya. Namun, apabila kita memahami istilah perjuangan dalam arti yang diterima secara umum, maka kita harus mempertimbangkan tanpa sikap memihak dengan siapa sang Rasul berhadapan dan bagaimana caranya, yang kurang pantas untuk diuraikan dengan panjang lebar di sini.
- II. Alasan mengapa Rasul Yudas harus menuliskan pokok ini. Sama seperti perilaku buruk menyebabkan munculnya hukum yang baik, demikian juga kesalahan berbahaya sering kali memunculkan kesempatan bagi kemunculan pembelaan terhadap kebenaran-kebenaran penting. Amatilah di sini,
- 1. Orang-orang fasik merupakan musuh terbesar iman kepada Kristus dan ketenteraman jemaat. Orang-orang yang menyangkali atau merusak yang satu dan mengganggu yang lain, di sini disebut sebagai orang-orang yang fasik. Kita bisa mendapatkan kebenaran dengan tenteram (hal yang paling didambakan) seandainya tidak ada orang lain (baik hamba Tuhan maupun orang Kristen biasa) di gereja dan jemaat kita selain orang-orang yang benar-benar saleh. Tetapi ini merupakan suatu berkat yang hampir tidak bisa ditemukan atau diharapkan di seberang sorga ini. Orang-orang fasik menimbulkan rasa cemas, semata-mata demi mendahulukan dan memajukan tujuan-tujuan mereka yang mementingkan diri sendiri, ambisius, dan tamak. Hal ini telah menjadi penyakit gereja pada masa-masa lalu, dan saya khawatir tidak ada zaman yang akan benar-benar bebas dari orang-orang dan perilaku seperti itu sepanjang waktu. Amatilah, tidak ada suatu pun yang mampu memisahkan kita dari jemaat, selain hal yang memisahkan kita dari Kristus. Yakni, ketidakpercayaan dan kefasikan yang merajalela. Kita harus menjauhi pikiran yang menyebut golongan atau orang-orang tertentu sebagai orang fasik atau tidak percaya, terutama melakukannya tanpa bukti, atau seperti yang sering terjadi, tanpa ada alasan sedikit pun ke arah itu. Orang-orang fasik adalah mereka yang hidup tanpa Allah di dalam dunia, yang tidak peduli terhadap Allah dan hati nurani. Orang-orang seperti itu harus ditakuti dan dengan sendirinya dijauhi. Bukan hanya mereka jahat karena dosa perbuatan, melainkan fasik karena dosa-dosa kelalaian juga. Contohnya, mereka menolak berdoa di hadapan Allah, tidak berani menegur orang kaya ketika sudah menjadi tugas mereka untuk melakukannya, karena takut kehilangan perkenan dan keuntungan yang dijanjikan kepada mereka, yang melakukan pekerjaan Tuhan dengan lengah.
- 2. Orang-orang fasik, yang menyalahgunakan kasih karunia Allah kita untuk melampiaskan hawa nafsu mereka, yang lebih berani berbuat dosa karena kasih karunia Allah yang telah dan masih melimpah dengan begitu luar biasa. Mereka adalah orang-orang yang dikeraskan hatinya di dalam ketidaksalehan mereka oleh tingkat dan kepenuhan kasih karunia Injil yang sebenarnya bertujuan menjauhkan manusia dari dosa dan membawa mereka kepada Allah. Oleh sebab itu, mengerjakan hawa nafsu dengan giat di bawah kasih karunia sebesar itu dan memakai kasih karunia itu menjadi kesempatan untuk mengerjakan segala kecemaran dengan rakus dan mengeraskan hati sedemikian rupa padahal kasih karunia merupakan sarana terakhir dan penuh kuasa untuk menarik diri kita keluar dari hawa nafsu itu, sama saja dengan membuat diri menjadi orang berdosa yang paling kotor, buruk, dan tidak berpengharapan.
- 3. Orang-orang yang menyalahgunakan kasih karunia Allah untuk melampiaskan hawa nafsu, sebenarnya sudah menyangkal satu-satunya Penguasa dan Tuhan kita, Yesus Kristus. Artinya, mereka menyangkal agama alami dan agama wahyu. Mereka menyerang dasar agama alami, sebab mereka menyangkal satu-satunya Penguasa. Mereka menjungkirbalikkan seluruh susunan agama wahyu, sebab mereka telah menyangkal Tuhan kita, Yesus Kristus. Tujuan utama-Nya dalam menegakkan agama wahyu di dunia adalah untuk membawa kita kepada Allah. Menyangkal agama wahyu sebenarnya sama dengan menjungkirbalikkan agama alami, sebab keduanya berdiri atau jatuh bersama-sama, dan mereka saling menghasilkan terang dan menguatkan satu sama lain. Semoga saja para penganut paham keilahian modern yang hidup di tengah terang Injil mau memikirkan hal ini dengan sungguh, berhati-hati, tekun, dan tidak memihak, serta memeriksa apa yang menghalangi mereka menerima Injil, sementara mereka sendiri mengaku telah sepenuhnya diyakinkan akan semua asas serta kewajiban agama alami! Tidaklah masuk akal rasanya untuk menerima agama yang satu dan menolak yang lainnya. Orang bisa saja berpikir bahwa lebih adil apabila menerima atau menolak kedua-duanya, meskipun cara yang lebih masuk akal, terutama di zaman ini, adalah mengerjakan bagian masing-masing.
- 4. Orang-orang yang menyalahgunakan kasih karunia Allah untuk melampiaskan hawa nafsu, ditentukan untuk menerima hukuman. Mereka telah berdosa terhadap obat terakhir, yang paling mujarab dan sempurna, sehingga tidak ada lagi pengampunan. Orang-orang yang berbuat dosa seperti itu harus mati karena luka-luka dan penyakit mereka, serta sejak lama telah ditentukan untuk dihukum, apa pun makna ungkapan itu. Namun, bagaimana jadinya apabila para penerjemah Kitab Suci berpikir bahwa sungguh tepat untuk menerjemahkannya dengan kata-kata palai progegrammenoi – dituliskan sejak lama sebelumnya, sebagai orang-orang yang karena dosa dan kebodohan mereka sendiri pantas dihukum? Orang-orang Kristen biasa tidak terganggu dengan pikiran-pikiran suram, penuh keraguan, dan membingungkan tentang penjatuhan hukuman sejak semula, yang tidak begitu bisa dipahami akal pikiran yang paling kuat sekalipun dan nyaris tidak tertahankan, tanpa menimbulkan kerugian besar. Belum cukupkah peringatan dini yang diberikan para penulis yang terilhami ini, bahwa para penyesat dan orang-orang fasik seperti itu akan muncul di kemudian hari, dan bahwa setiap orang yang telah diperingatkan sebelumnya, harus mempersenjatai diri terlebih dulu untuk menghadapi mereka?
- 5. Kita harus sungguh-sungguh berjuang mempertahankan iman, guna melawan orang-orang yang hendak mencemari atau merusaknya, seperti mereka yang telah masuk menyelusup. Para penyelusup ini sungguhlah orang-orang bejat, namun sering kali tidak disadari dengan baik oleh mereka yang lemah dan bodoh, bahkan oleh mereka yang masuk menyelusup dan menyangka bahwa ipse dixit atau pernyataan mereka yang belum terbukti kebenarannya harus dianggap sebagai hukum bagi semua pengikut dan pengagum mereka. Para hamba Tuhan yang setia dan rendah hati pastilah merupakan penolong bagi umat mereka untuk memperoleh sukacita, damai sejahtera, dan penghiburan, dan bukannya tuan atas iman mereka! Siapa pun yang berusaha mencemari iman itu, harus kita lawan dengan sungguh-sungguh. Semakin giat dan licik alat-alat serta kaki tangan Iblis hendak merampas kebenaran dari kita, semakin gigih kita harus mempertahankannya, namun dengan selalu waspada untuk tidak mengata-ngatai yang buruk terhadap orang-orang, golongan-golongan, ataupun perasaan mereka.
- III. Peringatan tegas yang diberikan Rasul Yudas di dalam nama Kristus kepada orang-orang yang setelah mengakui agama-Nya yang kudus, kemudian meninggalkan dan membuktikan bahwa pengakuan mereka palsu (ay. 5-7). Di sini penghakiman Allah sebelumnya ke atas orang berdosa disebutkan lagi, dengan tujuan untuk menyadarkan dan membuat takut orang-orang yang diperingatkan di dalam surat ini. Amatilah, penghakiman Allah sering kali diumumkan dan dilaksanakan in terrorem – sebagai peringatan kepada orang-orang lain, lebih daripada langsung untuk menyatakan rasa tidak senang tertentu terhadap para pelanggar itu sendiri. Ini tidak berarti bahwa Allah tidak merasa kurang senang dengan mereka, tetapi setidaknya Ia lebih marah terhadap orang-orang lain yang untuk saat ini telah melarikan diri. Aku ingin mengingatkan kamu. Walaupun kita sudah tahu, kita tetap masih perlu diingatkan lagi. Oleh sebab itu, pelayanan yang tetap akan selalu dibutuhkan dan digunakan dalam jemaat Kristen, walaupun semua pengajaran tentang iman dan pokok-pokok yang perlu, diungkapkan dalam kata-kata yang begitu jelas, atau melalui akibat langsung yang begitu dekat dan jelas, sehingga dengan sambil lalu pun orang masih dapat membaca dan memahaminya. Tidak diperlukan penerjemah yang sempurna, baik yang benar-benar atau berpura-pura sempurna, untuk maksud tujuan itu. Beberapa orang memberikan kesan (dengan lemah), “Jika Kitab Suci sudah jelas berisi segala sesuatu yang diperlukan untuk memperoleh keselamatan, apa perlu atau gunanya lagi pelayanan yang tetap? Bukankah cukup bagi kita untuk tinggal di rumah saja dan membaca Alkitab?” Di sini sang rasul yang diilhami itu menjawab keberatan ini secara lengkap meskipun tidak secara keseluruhan. Khotbah tidak dimaksudkan untuk mengajarkan kepada kita sesuatu yang baru di dalam setiap khotbah, sesuatu yang belum pernah kita dengar sama sekali, tetapi untuk mengingatkan kita, mengembalikan ingatan kita kepada hal-hal yang terlupakan, untuk memengaruhi kerinduan kita, serta menarik dan meneguhkan ketetapan hati kita, supaya kehidupan kita dapat sejalan dengan iman kita. Sekalipun kamu telah mengetahui semuanya itu, kamu masih harus mengetahuinya dengan lebih baik. Masih ada banyak hal yang telah kita ketahui, tetapi sayangnya sudah kita lupakan. Tidak bergunakah apabila kita diingatkan kembali akan semua hal itu? Nah, hal-hal apa sajakah yang harus diingat kembali oleh kita sebagai orang Kristen?
- 1. Pembinasaan orang-orang Israel yang tidak percaya di padang gurun (ay. 5). Paulus mengingatkan orang-orang Korintus tentang hal ini (1Kor. 10). Sepuluh ayat pertama dalam pasal itu (mengingat bahwa Kitab Suci senantiasa merupakan tafsiran terbaik bagi isinya sendiri) merupakan penjelasan terbaik tentang ayat kelima surat Yudas ini. Oleh sebab itu janganlah seorang pun menganggap ringan hak istimewa mereka yang ada pada mereka, karena banyak orang yang dibawa keluar dari Mesir melalui serangkaian mujizat menakjubkan, tetap binasa di padang gurun karena ketidakpercayaan mereka. Janganlah kamu sombong, tetapi takutlah! (Rm. 11:20). Sebab itu, baiklah kita waspada, supaya jangan ada seorang di antara kamu yang dianggap ketinggalan, sekalipun janji akan masuk ke dalam perhentian-Nya masih berlaku (Ibr. 4:1). Mereka mengalami banyak mujizat bagaikan makanan sehari-hari mereka. Namun, mereka binasa dalam ketidakpercayaan mereka. Kita memiliki keuntungan yang lebih besar (bahkan jauh lebih besar) daripada mereka. Biarlah kesalahan mereka (yang mematikan) menjadi peringatan keras bagi kita.
- 2. Di sini kita juga diingatkan perihal kejatuhan para malaikat (ay. 6). Ada sejumlah besar malaikat yang meninggalkan tempat kediaman mereka. Yakni, yang tidak senang dengan kedudukan dan tempat tugas yang telah ditetapkan Sang Raja Agung alam semesta bagi mereka. Mereka menyangka (seperti halnya para hamba Tuhan yang tidak puas dalam zaman kita, atau boleh saya katakan dalam setiap zaman) mereka layak menerima yang lebih baik. Sebagai pelayan, mereka ingin menjadi yang berdaulat, dan sebagai akibatnya, Yang Tertinggi dan Berdaulat harus menjadi pelayan mereka, yakni melakukan segala sesuatu dan hanya apa yang mereka inginkan dariNya. Demikianlah kesombongan menjadi penyebab utama dan langsung dari kejatuhan mereka. Demikianlah mereka meninggalkan kedudukan mereka, serta memberontak melawan Allah, Pencipta dan Tuhan mereka yang berdaulat. Namun, Allah tidak menyayangkan mereka (setinggi dan seagung apa pun kedudukan mereka). Allah tidak mau tunduk kepada mereka. Ia mencampakkan mereka, seperti raja yang bijaksana dan baik akan memperlakukan pelayan yang mementingkan diri sendiri dan penuh tipu daya. Allah yang agung dan Mahatahu bukannya tidak tahu, seperti yang sering terjadi pada raja-raja dunia yang paling bijaksana dan baik sekalipun, maksud tujuan apa yang sedang mereka rencanakan. Kemudian, apa yang lalu terjadi pada mereka? Mereka menyangka sudah menantang dan membuat gentar Dia yang Mahakuasa. Ternyata Allah terlampau kuat bagi mereka, dan Ia melemparkan mereka ke dalam neraka. Mereka yang tidak mau menjadi pelayan bagi Pencipta mereka dan enggan menaati kehendak-Nya dan tidak taat pada batas-batas keadaan mereka, telah dibuat menjadi tawanan keadilan-Nya, dan ditahan dengan belenggu abadi di dalam dunia kekelaman. Di sini kita melihat keadaan para malaikat yang jatuh: mereka ditahan dengan belenggu, di bawah kuasa dan keadilan ilahi, dibelenggu sampai penghakiman pada hari besar. Mereka ada di dalam dunia kekelaman, meskipun mereka pernah menjadi malaikat terang. Begitu mengerikannya keadaan mereka di dalam kekelaman itu hingga mereka terus bertempur melawan Allah, seolah-olah masih memiliki sekelumit harapan untuk menang dan mengatasi pertentangan itu. Benar-benar keinginan bodoh yang mengerikan! Terang dan kebebasan berjalan bersama, sedangkan belenggu dan kekelaman begitu serasi satu sama lain! Setan-Setan yang pernah menjadi malaikat terbaik itu, ditahan, dan seterusnya. Amatilah, tidak perlu diragukan lagi bahwa akan datang penghakiman. Para malaikat yang jatuh ditahan sampai penghakiman pada hari besar. Jadi masakan manusia yang jatuh akan lolos dari penghakiman itu? Tentu saja tidak. Biarlah setiap pembaca memikirkan hal ini sebelum terlambat. Belenggu mereka disebut abadi, sebab sungguh mustahil bagi mereka untuk melepaskan diri darinya atau melarikan diri. Mereka ditahan dan diikat kuat dengannya. Keputusan, keadilan, dan murka Allah merupakan belenggu yang menahan para malaikat yang jatuh itu dengan sangat kuat. Dengarlah dan takutlah, wahai umat manusia fana yang berdosa!
- 3. Di sini Rasul Yudas mengingatkan kita perihal penghancuran Sodom dan Gomora (ay. 7). Sama seperti, dan seterusnya. Hal ini mengingatkan kita akan penghancuran Pentapolis, atau kelima kota, perihal kesengsaraan orang-orang terkutuk yang disebabkan oleh danau yang menyala dengan api dan belerang. Mereka bersalah karena melakukan kejahatan keji yang tidak pantas disebut-sebut ataupun dipikirkan, selain dengan rasa jijik dan kebencian yang mendalam. Kehancuran mereka merupakan peringatan keras yang harus diperhatikan semua orang, supaya mereka menjauhi keinginan-keinginan daging yang berjuang melawan jiwa (1Ptr. 2:11). “Hawa nafsu seperti ini telah membakar orang-orang Sodom dengan api dari langit, dan sekarang mereka sedang menanggung siksaan api kekal. Oleh sebab itu perhatikanlah, jangan meniru dosa-dosa mereka, supaya kamu tidak tertimpa wabah seperti mereka. Allah tetaplah Sang Keberadaan yang sama yang kudus, adil, dan murni, baik dulu maupun sekarang. Jadi, mampukah kesenangan biadab sesaat membayar kerugian bagi penderitaanmu karena pembalasan api abadi? Gemetarlah ketakutan dan jangan berdosa lagi” (Mzm. 4:5, BIS).
SH: Yud 1:5-16 - Awas, banyak penyesat! (Selasa, 11 Desember 2001) Awas, banyak penyesat!
Di dalam bagian ini, Yudas memberikan peringatan kepada
pembacanya agar bersikap kritis dalam menghadapi para
penyesat yang ...
Awas, banyak penyesat!
Di dalam bagian ini, Yudas memberikan peringatan kepada pembacanya agar bersikap kritis dalam menghadapi para penyesat yang ada bersama-sama dengan mereka di dalam satu lingkungan. Yudas membeberkan beberapa contoh pemberontakan yang secara gamblang dan pasti mendatangkan hukuman. Ia mulai dengan sejarah ketidaktaatan bangsa Israel (ayat 5), malaikat yang tidak taat (ayat 6), dan dosa penyimpangan penduduk Sodom dan Gomora (ayat 7). Yudas juga mempertajam tulisannya dengan menyebutkan tingkah laku para penyesat yang cepat menghujat semua yang mulia di surga (ayat 8-9), dan bertindak seperti Kain: sang pembunuh saudara, atau seperti Bileam: si pengajar bangsa Israel untuk berbuat dosa.
Para penyesat ini ibarat gembala palsu yang tidak mempunyai rasa tanggung jawab kepada orang lain, kecuali bagi dirinya sendiri. Pangkal perbandingan dalam ayat 12b adalah jelas karena awan-awan dan pohon-pohon memang menjanjikan suatu hasil, namun kenyataannya gagal sama sekali.
Sama seperti bangsa Israel, sekalipun telah menerima hak istimewa, mereka tetap dapat jatuh ke dalam malapetaka. Kita juga tidak dapat memandang diri kita sudah aman, oleh sebab itu kita perlu selalu berada di dalam kewaspadaan terhadap hal-hal yang keliru. Untuk mengantisipasi kondisi ini maka kita harus mengingat bahwa demikian juga mereka yang mengacaukan gereja tidak pernah memandang diri mereka sebagai musuh-musuh gereja dan kekristenan, melainkan menganggap diri mereka sebagai pemikir-pemikir yang sudah lebih maju atau suatu golongan yang berada di atas orang Kristen biasa. Kelompok ini sering dikenal sebagai kelompok elite rohani palsu. Kita perlu mewaspadai mereka dengan sungguh-sungguh.
Renungkan: Para penyesat yang sedang melancarkan propaganda ajarannya tidak pernah memasang plang atau spanduk yang bertuliskan bahwa mereka adalah penyesat. Kitalah yang harus selalu memperingatkan diri sendiri dan saudara seiman agar tidak tertipu oleh para penyesat yang berada dekat dengan jemaat. Alih-alih mereka yang mempengaruhi kita, kitalah yang seharusnya mempengaruhi mereka.
SH: Yud 1:5-19 - Jangan sesat! (Kamis, 15 Oktober 2009) Jangan sesat!
Menjauh dari Allah?” Kita mungkin akan menggelengkan kepala untuk
menolak ajakan itu. Namun mari kita perhatikan tindakan kita,
...
Jangan sesat!
Menjauh dari Allah?” Kita mungkin akan menggelengkan kepala untuk menolak ajakan itu. Namun mari kita perhatikan tindakan kita, gaya hidup kita, pola konsumsi kita, apakah semua itu sudah sesuai dengan kehendak Allah?
Yudas memberi contoh untuk menjelaskan bahwa di antara komunitas orang beriman, ada yang memberontak terhadap Allah. Misalnya orang Israel yang mengalami kedahsyatan Allah saat dibebaskan dari Mesir (ayat 5). Beberapa dari antara mereka kemudian tidak mau memercayai Allah. Akibatnya Tuhan menghukum dengan tidak membiarkan mereka masuk ke tanah perjanjian. Atau sekelompok malaikat yang semula punya hak istimewa untuk tinggal di dekat Allah (ayat 6). Beberapa dari antara mereka memberontak melawan Allah. Tentu saja mereka akan menerima murka-Nya! Contoh lain adalah Sodom dan Gomora, dengan penyimpangan seksual mereka (ayat 7). Mereka menerima hukuman (Kej. 19:1-29).
Bagi Yudas, para penyesat itu seperti pemimpi yang hidup dalam dunia religius yang tidak nyata, yang menginginkan kehidupan beriman sesuai keinginan sendiri (ayat 8-10). Mereka seperti Kain, yang menjalankan ritual agama tanpa iman; atau seperti Bileam, yang mempraktikkan hidup keagamaan untuk keuntungan pribadi; atau seperti Korah, yang menolak otoritas Allah (ayat 11). Selain itu mereka juga rakus (ayat 12). Tak heran bila Yudas menggambarkan bahwa mereka adalah orang-orang yang tidak punya kualitas iman (ayat 12-13) karena hidup menuruti hawa nafsu fasik (ayat 18-19). Mereka tidak membiarkan Roh Kudus memimpin hidup mereka. Sebab itu Yudas memperingatkan bahwa mereka akan dihukum Allah (ayat 14-16).
Bagaimana penilaian kita tentang hidup yang demikian? Mengerikan? Namun mari selidiki diri kita, masih adakah segi hidup yang tidak kita serahkan untuk dipimpin Roh Kudus? Masih adakah aspek hidup yang kita hindarkan dari mata tajam Allah karena keinginan memuaskan diri? Kiranya kita memperlihatkanlah hidup yang sesuai dengan iman dan pengenalan akan Tuhan yang kudus.
SH: Yud 1:1-7 - Akibat Mengubah Anugerah (Minggu, 12 Juni 2022) Akibat Mengubah Anugerah
Alkitab dengan jelas menyatakan bahwa keselamatan adalah anugerah (Ef. 2:8-9). Itu sepenuhnya adalah pekerjaan dan pemberian...
Akibat Mengubah Anugerah
Alkitab dengan jelas menyatakan bahwa keselamatan adalah anugerah (Ef. 2:8-9). Itu sepenuhnya adalah pekerjaan dan pemberian Allah. Itulah yang ditegaskan Yudas ketika menyebut penerima suratnya sebagai orang-orang "yang terpanggil, yang dikasihi dalam Allah Bapa, dan yang dipelihara untuk Yesus Kristus" (1, bdk. Yes. 42:6; 43:4; 49:8).
Sekalipun keselamatan adalah pemberian Allah, ada orang-orang yang mengubahnya. Alih-alih menggunakan anugerah untuk menjalani keselamatan, orang-orang ini "menyalahgunakan" (BIMK: "memutarbalikkan") kasih karunia Allah untuk melampiaskan hawa nafsu (4). Merekalah yang disebut sebagai orang-orang fasik yang menyangkal Yesus Kristus.
Terhadap orang-orang ini, ada satu hal yang pasti, yaitu hukuman Allah. Mereka akan dihukum seperti Allah menghukum Israel karena ketidakpercayaan mereka (5, bdk. Bil. 13:1-14:45); seperti Allah menghukum malaikat-malaikat karena tidak puas dengan kewenangan yang diberikan Allah (6); seperti Allah menghukum Sodom dan Gomora karena percabulan dan kepuasan yang tak wajar (7)-sekalipun tanahnya baik seperti taman Tuhan (Kej. 13:10), keindahan itu akan dihancurkan (bdk. Kej. 19:24-29).
Tiga penggambaran di atas menunjukkan bahwa penyelamatan (Israel), keistimewaan (malaikat), dan kesejahteraan (Sodom dan Gomora) dapat berubah menjadi kematian, kebinasaan, dan pemusnahan apabila umat bertindak melampaui batas yang diberikan. Demikianlah yang terjadi kepada umat Allah di PB yang tidak percaya kepada Yesus, hidup sekenanya, dan memuaskan hawa nafsu mereka. Hukuman pasti dialami orang yang memandang enteng anugerah Allah.
Oleh karena itu, bertobatlah jika hari-hari ini kita hanya memuaskan keinginan daging. Bertekadlah untuk tidak hidup sekenanya, melainkan hidup dengan menghargai anugerah Allah dan menghormati Allah. Anugerah diberikan Allah agar kita selamat dari dosa dan mampu hidup bagi Dia, bukan sebagai izin untuk melakukan dosa. [JMH]
Topik Teologia -> Yud 1:6
Topik Teologia: Yud 1:6 - -- Makhluk-makhluk Supranatural
Para Malaikat Jahat
Dosa
Dosa Bermula di Surga Bersama dengan Satan dan Malaikat-malaikatnya
Y...
- Makhluk-makhluk Supranatural
- Para Malaikat Jahat
- Dosa
- Dosa Bermula di Surga Bersama dengan Satan dan Malaikat-malaikatnya
- Para Pendosa Murtad
- Eskatologi
- Penghukuman yang Terakhir
TFTWMS -> Yud 1:5-7
TFTWMS: Yud 1:5-7 - Hukuman Allah Terhadap Orang Durhaka HUKUMAN ALLAH TERHADAP ORANG DURHAKA (Yudas 1:5-7)
5 Sekarang, aku ingin mengingatkan kamu, meski kamu sekali untuk selamanya sudah tahu semuanya, ba...
HUKUMAN ALLAH TERHADAP ORANG DURHAKA (Yudas 1:5-7)
5 Sekarang, aku ingin mengingatkan kamu, meski kamu sekali untuk selamanya sudah tahu semuanya, bahwa Tuhan, setelah menyelamatkan suatu umat dari tanah Mesir, lalu menghancurkan mereka yang tidak percaya. 6 Dan malaikat-malaikat yang keluar dari batas-batas kekuasaan mereka, tetapi yang meninggalkan tempat kediaman mereka yang seharusnya, Ia telah kurung dalam belenggu kekal di bawah kegelapan untuk penghakiman hari besar, 7 sama seperti Sodom dan Gomora dan kota-kota di sekitarnya, karena mereka dengan cara yang sama seperti kota-kota ini terlibat dalam kemesuman yang menjijikkan dan mengejar hawa nafsu yang aneh, diperlihatkan sebagai contoh dalam menjalani hukuman api yang kekal (NASB).
Ayat 5. Yudas memulai dengan tiga contoh penghakiman yang Allah lakukan. Contoh-contoh itu adalah pengingat bagi para pembaca mula-mula surat Yudas bahwa Allah akan menghakimi guru-guru palsu di tengah-tengah mereka seperti Ia telah menghakimi orang lain yang telah memberontak terhadap Dia. Cara Yudas menuliskan maupun cara ia membicarakan masalah itu dalam ayat 5 sampai 7 punya banyak kesamaan yang jelas dengan 2 Petrus 2:4-7. Keduanya memperingatkan dengan menarik contoh-contoh dari Perjanjian Lama. Dalam dua kasus mereka menggunakan contoh yang sama. Yudas berbeda dari 2 Petrus hanya ketika ia menggunakan contoh Allah menghakimi Israel ketika mereka memberontak setelah meninggalkan Mesir. Petrus lebih suka mengacukan penghakiman Allah di zaman Nuh. Contoh-contoh dari Yudas adalah kaum Israel yang tidak percaya yang keluar dari Mesir, para malaikat, dan Sodom dan Gomora. Contoh-contoh Petrus adalah para malaikat, orang-orang yang tidak taat di zaman Nuh, dan Sodom dan Gomora.
Contoh-contoh yang digunakan oleh Yudas dan Petrus tidak persis sama. Kita harus bertanya apakah perbedaan itu bisa menceritakan kepada kita hal-hal penting apa saja tentang surat-surat itu. Jika itu benar, seperti tampaknya hampir benar, bahwa salah satu penulis ini memanfaatkan surat dari penulis lainnya, mengapakah penulis yang belakangan mengganti satu contoh dengan contoh yang lain? Mengapa tidak menambahkan saja contoh keempat? Apakah ada sesuatu dalam penggantian itu yang menunjukkan penulis yang mana yang menulis lebih dulu? Apakah ada sesuatu di dalamnya yang dapat memberitahu kita tentang waktu penulisan atau para pendengar yang disurati?
Kita harus berhati-hati, bagaimanapun, jika yang Yudas surati adalah mayoritas pendengar Kristen Yahudi, ia mungkin ingin para pembacanya itu belajar dari pelbagai peristiwa yang telah terjadi pada hari-hari permulaan pembentukan sejarah Yahudi. Ia mungkin menyertakan contoh tentang Israel yang tidak percaya untuk alasan itu. Karena kurang peduli dengan ketidaktaatan orang-orang Yahudi seperti itu, Petrus mungkin telah memilih contoh-contoh yang akan menggema di tengah-tengah pendengar yang lebih luas. Ketidaktaatan dari zaman Nuh adalah contoh yang diambil dari pengalaman uni-versal keluarga manusia, bukan dari sejarah Yudaisme kebangsaan.
Petrus mungkin tidak menggunakan contoh Yudas tentang kaum Israel yang tidak percaya sebab ia sensitif bahwa para pembaca Yahudi itu bisa saja merasa dihina oleh contoh itu. Namun, pada akhirnya, tidak ada alasan yang jelas mengapa Yudas mengacu kepada kaum Israel yang tidak percaya dan Petrus kepada ketidaktaatan di zaman Nuh. Tidak ada pesan halus yang kita dapat simpulkan dari penggantian contoh itu. Tidak ada kesimpulan yang jelas yang kita dapat buat tentang urutan penulisan dua surat itu atau tentang pendengar mereka masing-masing. Sangat mungkin penggantian contoh itu punya arti tertentu, tapi pembaca moderen tak menemukan arti itu.
Yudas mungkin mengacu kepada perilaku orang-orang yang keluar dari tanah Mesir yang lalu dihancurkan sebagai dakwaan umum atas perilaku mereka. Di sisi lain, ia mungkin punya insiden tertentu dalam pikirannya, seperti halnya gerutuan umat itu setelah mendengar laporan mata-mata tentang Kanaan (Bilangan 14). Sebagai hukuman atas kurangnya kepercayaan mereka kepada Tuhan, Allah mengirim bangsa Israel untuk mengembara selama empat puluh tahun di padang gurun. Pemberontakan Israel yang mengakibatkan hukuman Tuhan adalah peringatan bagi para pembaca Yudas. Mereka harus jangan mengambil pelbagai berkat Kristus begitu saja. Meski mereka telah dipanggil sebagai umat Allah, namun mendengarkan guru-guru palsu akan menimbulkan penghakiman Allah atas mereka. Paulus mengajarkan banyak pelajaran yang sama dalam 1 Korintus 10:6-13.
Yudas dan Petrus membuat jelas bahwa mereka sedang mengingatkan para pembaca mereka tentang hal-hal yang mereka telah pelajari dari para guru rasuli yang telah membawakan pesan injil kepada mereka (2 Petrus 1:12, 13; 3:1). Para pembaca itu perlu diingatkan kembali kepada apa yang awalnya pernah mereka dengar. Tidak ada kesamaan antara apa yang mereka dengar dari saksi-saksi rasuli dan apa yang mereka telah pelajari dari guru-guru palsu itu.
Yudas menggunakan penafsiran kenyataan/lambang. Bangsa Israel di padang gurun adalah kenyataan; tapi siapakah lambangnya? Yudas mengklaim bahwa Israel di padang gurun dan hukuman Allah yang dijatuhkan ke atas mereka berfungsi sebagai model untuk apa yang akan menimpa guru-guru palsu yang sedang mengganggu gereja-gereja yang ia surati. Lalu, apakah guru-guru palsu itu melambangkan bangsa Israel yang tidak percaya? Jika ya, Yudas menyiratkan bahwa sebelum mereka berpaling dari Allah, guru-guru palsu itu pernah menjadi anggota setia dari komunitas Kristen. Mereka telah dilahirkan kembali. Mereka telah mengenakan Kristus dan berbagi kerajaan Allah. Jadi, maksud Yudas adalah untuk menjelaskan kepada para pembacanya bahwa, meski guru-guru palsu itu pernah menjadi bagian mereka, namun penyimpangan mereka dari kebenaran berada dalam lingkup pemerintahan Allah yang mandiri. Rancangan-Nya dari awal telah membolehkan adanya kemungkinan orang-orang fasik akan muncul dari jajaran orang-orang Kristen dan memihak dunia.
Alasan tambahan untuk penulisan surat Yudas seperti yang ia lakukan adalah bahwa ia ingin mengeluarkan peringatan kepada para pembacanya. Ia ingin memberitahu mereka bahwa mereka harus jangan puas terhadap hubungan mereka dengan Allah. Di masa lalu, umat pilihan Israel telah berpaling kepada berhala, meragukan Allah, dan menyerah kepada ketidakpercayaan di padang gurun. Ketika itu terjadi, Allah menurunkan api penghakiman. Jika mereka, para pembaca Yudas, mengikuti jejak guru-guru palsu itu, nasib yang sama akan mereka alami. Karena Yudas mengeluarkan pengingat dan peringatan, tidak tertutup kemungkinan bahwa ia ingin para pembacanya memahami bahwa mereka berpotensi menjadi lambang Israel yang memberontak. Mereka dianggap cenderung mengikuti langkah-langkah Israel. Jika mereka melakukannya, sebagaimana Allah "akhirnya menghancurkan" mereka yang Ia sudah panggil, maka penghakiman-Nya akan menimpa mereka juga.
Ayat 6. Yudas mengacu kepada contoh kedua. Ia menggambarkan bahwa Allah akan menghakimi orang-orang kudus-Nya jika mereka berpaling dari Dia dengan mengingatkan para pembacanya bahwa bahkan malaikat-malaikat mengalami murka Allah ketika mereka berbuat dosa. Petrus menggunakan contoh yang sama (2 Petrus 2:4), tetapi ia menguraikan sedikit lebih banyak penghakiman Allah atas malaikat-malaikat itu dibandingkan Yudas. Tampaknya Petrus dan Yudas mengharapkan para pembaca mereka sudah mengetahui penghakiman Allah atas para malaikat. Penulis itu juga tidak merasa perlu untuk menjelaskan lebih lanjut. Bagaimanapun, itu hanya masalah tinjauan bahwa baik Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru tidak mencatat waktu khusus ketika Allah menghakimi malaikat-malaikat itu.
Ada banyak spekulasi Yahudi tentang malaikat selama periode menjelang era Perjanjian Baru. Spekulasi itu sering berfokus pada kisah "anak-anak Allah" yang mengawini "anak-anak perempuan manusia" dalam Kejadian 6:1-4. Beberapa spekulasi itu ditemukan dalam karya antar perjanjian yang ditulis di bawah nama Henokh (lihat Kejadian 5:21-24). Pertama Henokh adalah karya tulis gabungan yang ditulis secara bertahap. Beberapa bagian awalnya bertanggal pada abad atau sebelum Perjanjian Baru, sementara bagian-bagian selanjutnya tampaknya bertanggal pada abad pertama Masehi. Bahwa para pembaca Yudas mengenal baik 1 Henokh adalah jelas dari fakta bahwa ia belakangan secara eksplisit mengutip tulisan itu dalam suratnya.2
Sulit untuk mengetahui apakah Yudas memaksudkan contoh penghakiman Allah atas malaikat dipahami sebagai suatu peristiwa yang terjadi secara nyata atau tidak. Karena ia adalah seorang guru yang baik, Yudas mungkin sedang mengacu kepada kisah-kisah dan mitos-mitos populer yang menggambarkan kebenaran bahwa Allah menghakimi bahkan mereka yang dekat dengan Dia. Maksudnya adalah bahwa orang harus jangan meremehkan atau kurang ajar terhadap kebaikan Allah. Bahaya kemurtadan adalah nyata. Yudas mungkin mengacukan malaikat yang berdosa dengan cara yang banyak kesamaannya dengan seorang pengkhotbah moderen yang mengacukan penulis sezamannya untuk menggambarkan maksudnya. Baik Yudas maupun guru moderen itu tidak sedang menyiratkan bahwa pelbagai peristiwa yang dikutip itu berlangsung secara nyata.
Meski kemungkinan Yudas menggunakan kisah-kisah fiksi itu tidak bisa dihilangkan, namun perlu dicatat bahwa acuan kepada malaikat muncul di antara kisah-kisah yang benar-benar diambil dari sejarah. Jika Yudas memahami kisah kemurtadan Israel dan Sodom dan Gomora sebagai peristiwa yang nyata, maka tidak ada alasan untuk mengira dia punya anggapan yang berbeda terhadap hukuman Allah atas malaikat. Lebih lanjut, ia cukup spesifik tentang sifat pelanggaran malaikat itu. Mereka meninggalkan tempat kediaman mereka. Malaikat adalah utusan Allah; mereka dekat dengan Dia. Mungkin tidak berlebihan untuk mengatakan bahwa malaikat adalah rekanan Allah yang paling dekat. Para malaikat dalam bahasan ini memiliki posisi istimewa, namun demikian mereka tidak puas dengan tempat tinggal mereka yang seharusnya. Implikasinya tampaknya adalah bahwa malaikat-malaikat itu, seperti laki-laki dan perempuan di Taman Eden (Kejadian 3:5), berambisi untuk menjadi seperti Allah. Kesombongan tampaknya menjadi sumber dosa bagi malaikat maupun manusia.
Kapankah pemberontakan malaikat ini terjadi? Seperti apakah keadaannya? Alkitab tidak memberitahukan. Namun, kebisuan Alkitab itu hampir tidak bisa menahan timbulnya spekulasi. Dogma yang hampir bersifat ortodoks adalah bahwa Iblis adalah salah satu malaikat yang berdosa, faktanya ia adalah pemimpin di antara mereka. Yudas tidak berkata apa-apa tentang Iblis. Di dalam surat Yudas maupun di tempat lain di dalam Alkitab tidak terdapat ajaran tentang asal-usul Iblis. Mungkin ia adalah sesosok malaikat yang tidak puas dengan "tempat tinggal yang seharusnya"; tetapi jika subyek bahasan Yudas adalah Iblis, maka aneh bahwa ia harus mengatakan bahwa Allah telah mengurung [mereka] dalam belenggu kekal di bawah kegelapan untuk penghakiman pada hari besar. Iblis tampaknya tidak sedang dibelenggu. Ia tampaknya sangat kuat dan aktif di dunia di mana orang-orang percaya hidup.
Minat terhadap asal-usul Iblis dan perbuatan para malaikat itu harus jangan menyebabkan kita melupakan maksud Yudas. Ia sedang mengingatkan para pembacanya bahwa bahkan malaikat-malaikat, yang sangat dekat dengan Allah, dihakimi oleh Allah ketika mereka berbuat dosa (kapan saja dan dalam keadaan apa saja). Jika Allah "telah mengurung" para malaikat yang berdosa "dalam belenggu kekal," jangan ada seorang pun yang mau meragukan bahwa Ia akan menyerahkan orang-orang Kristen kepada "penghakiman pada hari besar" jika mereka berpaling dari Dia. Yudas sedang memperingatkan para pembacanya tentang bahaya kemurtadan.
Sulit membayangkan api yang gelap, tetapi Yesus menyajikan penghakiman Allah atas orang-orang jahat dengan menggunakan gabungan kiasan kegelapan (Matius 8:12; 25:30) dan api (Matius 5:22; 13:42). Yudas menekankan keparahan penghakiman Allah atas para malaikat yang berdosa dengan mengatakan bahwa belenggu mereka itu "kekal" dan bahwa mereka berada "di bawah kegelapan." Implikasinya adalah, jika Allah menghakimi para malaikat dengan parah, Ia pasti akan menghakimi guru-guru fasik yang Yudas hadapi. Penghakiman mereka itu setidaknya akan sama parahnya dengan panghakiman para malaikat itu.
Ayat 7. Penghakiman Allah atas Sodom dan Gomora digambarkan dalam Kejadian 19. Kehancuran kota-kota itu, meminjam kata-kata Richard J. Bauckham, adalah "paradigma kasus penghakiman ilahi."3Alkitab tidak pernah mengetengahkan kota-kota ini dalam cara apa saja selain dengan cara negatif (lihat, misalnya, Ulangan 29:23; Yesaya 1:9; Yeremia 23:14; Matius 10:15). Yudas mengikuti Kejadian 19:24, 25 dalam menunjukkan bahwa bukan hanya dua kota ini yang jatuh di bawah hukuman Allah, namun kota-kota di sekitar mereka juga. Ulangan 29:23 mengidentifikasi dua dari kota-kota ini sebagai Adma dan Zeboim (lihat Hosea 11:8). Kota lainnya, Zoar, terhindar oleh karena permohonan Lot (Kejadian 19:19-22).
Lokasi "Sodom dan Gomora" tidak diketahui, tetapi menurut tradisi Yahudi, kota-kota yang terletak di ujung selatan lembah itu sekarang tertutup oleh Laut Mati. Ini adalah daerah yang sering dikunjungi oleh wisatawan di zaman moderen oleh karena air panas dan deposit mineralnya. Sebuah tulisan Yahudi di Alexandria, Mesir, sesaat sebelum waktu kelahiran Kristus menggambarkan apa yang penulis itu yakini sebagai akibat dari penghakiman Allah atas Sodom dan Gomora. Tanah itu sendiri, ia menyiratkan, selamanya tercemar. Inilah kata-katanya: "Bukti kejahatan mereka masih ada: gurun yang terus-menerus berasap, tanaman yang menghasilkan buah yang tidak matang, dan tiang garam yang berdiri sebagai monumen jiwa yang tidak percaya."4
Kata-kata itu merupakan gambaran yang cocok atas wilayah yang berada di selatan Laut Mati. Singkatnya, minimnya hal yang kita ketahui tentang Lot dan Abra-ham selama periode ini membuat lokasi tradisional kota-kota itu dapat dipercaya, tetapi mengklaim lebih daripada itu akan berbahaya.5
Tidak seperti dua contoh sebelumnya (bangsa Israel di padang gurun dan para malaikat), penduduk Sodom tidak jatuh dari hubungan yang berkenan dengan Allah. Yudas mencatat Sodom dan Gomora hanya untuk memperingatkan bahwa pemanjaan hawa nafsu menimbulkan murka Allah, hukuman api yang kekal. Ia menuduh kaum laki-laki Sodom sudah mengejar hawa nafsu yang aneh (sarkoß e˚te÷raß, sarkos heteras), yang bisa secara harfiah diterjemahkan "daging yang lain" atau mungkin "daging yang berbeda." Setidaknya ada dua cara ungkapan itu bisa ditafsirkan. Pertama, dua orang asing yang masuk ke Sodom dan menjadi tamu Lot adalah, sebenarnya, malaikat. Yudas baru saja mengacukan malaikat yang berdosa dalam ayat sebelumnya. Mungkin orang Sodom mengejar "hawa nafsu yang aneh" dalam hal mereka itu berusaha melakukan hubungan seksual dengan malaikat.6Arti itu mungkin saja, tetapi bukan arti yang mendekati kebenarannya.
Kedua, kaum laki-laki Sodom adalah homoseksual. Ini adalah arti yang lebih mendekati kebenarannya. "Hawa nafsu aneh" adalah acuan kepada laki-laki yang menghendaki hubungan seksual dengan laki-laki lain. Kaum laki-laki Sodom rupanya tidak punya firasat bahwa kedua tamu Lot itu adalah malaikat. Karena kedua tamu itu berwujud laki-laki, bukan berwujud malaikat, maka kaum laki-laki Sodom berusaha untuk memiliki hubungan seksual dengan para tamu di rumah Lot. Kaum laki-laki Sodom memutarbalikkan dorongan seksual yang Allah tempatkan dalam diri manusia.
Diungkapkan dalam konteks komitmen dan pernikahan, seksualitas manusia adalah salah satu karunia baik yang Allah telah berikan kepada ciptaan-Nya. Namun begitu, laki-laki yang mencari hubungan seksual dengan laki-laki lain adalah sama dengan mengejar "hawa nafsu yang aneh." Hal ini bertentangan dengan tatanan segala sesuatu yang diciptakan. Itulah sebabnya Yudas menggunakan bahasa seperti itu.
Kisah dalam Kejadian 19 memiliki beberapa maksud yang sama dengan kisah orang-orang Gibea (Hakim 19). Meski ada pelbagai klaim yang bertentangan, homoseksual dikutuk keras dalam pelbagai istilah yang tegas di dalam Perjanjian Lama (Imamat 20:13) dan dalam Perjanjian Baru (Roma 1:26, 27; 1 Korintus 6:9). Kaum laki-laki Sodom bersalah tidak hanya karena berdosa terhadap Allah dalam penyimpangan seksual mereka, tetapi mereka juga adalah orang-orang yang suka kekerasan. Mereka ingin memperkosa dua orang asing di rumah Lot. Namun Yudas tidak menyinggung perilaku keras mereka itu. Ia berfokus pada kemesuman yang menjijikkan penduduk Sodom. Dalam cara hidup yang mesum itulah penduduk Sodom disamakan dengan guru-guru palsu yang Yudas hadapi.
Ungkapan dengan cara yang sama seperti [kota-kota] ini mengetengahkan kesulitan tersendiri karena anteseden kata ganti "ini" (tou/toiß, toutois) tidak jelas. Kepada apakah kata "ini" mengacu? Apakah itu personifikasi kota Sodom dan Gomora? Jika itu benar maka kita akan mengantisipasi kata ganti berbentuk feminin. "Kota" dalam bahasa Yunani adalah kata benda feminin, tapi kata ganti "ini" dalam kalimat itu adalah maskulin. Tata bahasa kalimat Yunani membuat sulit untuk mengaitkan kata "ini" dengan kota Sodom dan Gomora.
Lalu, apakah kata "ini" merupakan acuan kepada malaikat-malaikat di ayat sebelumnya? Jika benar, Yudas sebenarnya mengatakan bahwa "malaikat-malaikat yang keluar dari batas-batas kekuasaan mereka" dalam ayat 6 bersalah melakukan perzinahan dan mengejar "hawa nafsu aneh." Itu adalah suatu kemungkinan jika malaikat-malaikat dalam Yudas 6 itu adalah "anak-anak Allah" yang memperisteri "anak-anak perempuan manusia" dalam Kejadian 6:1, 2. "Anak-anak Allah" dalam Kejadian 6 tampaknya bersalah melakukan dosa seksual. Namun begitu, jika itu yang Yudas maksudkan, maka ia meminta para pembacanya untuk secara cerdik memahami kehalusan bahasanya. Kejadian 6 tidak berkata apa-apa tentang hukuman yang Allah jatuhkan ke atas "anak-anak Allah," apalagi tentang mereka dikurung dalam "belenggu kekal."
Jika kata "ini" tidak mengacu kepada kota Sodom dan Gomora ataupun malaikat dalam ayat 6, satu-satunya kemungkinan lain adalah bahwa hal itu mengacu kepada "orang-orang yang fasik" yang diperkenalkan dalam Yudas 4. Itu adalah cara terbaik untuk memahami kata-kata Yudas. Pengertiannya, kemudian, adalah ini: "Mereka (kaum laki-laki Sodom), dengan cara yang sama seperti (guru-guru palsu) ini, terlibat dalam kemesuman yang menjijikkan."
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: Yudas (Pendahuluan Kitab) Penulis : Yudas
Tema : Berjuang untuk Mempertahankan Iman
Tanggal Penulisan: 70-80 M
Latar Belakang
Yudas memperkenalkan dirin...
Penulis : Yudas
Tema : Berjuang untuk Mempertahankan Iman
Tanggal Penulisan: 70-80 M
Latar Belakang
Yudas memperkenalkan dirinya sekadar sebagai "saudara Yakobus" (ayat Yud 1:1). Satu-satunya pasangan saudara dalam PB yang bernama Yudas dan Yakobus adalah saudara tiri Yesus (Mat 13:55; Mr 6:3). Mungkin Yudas menyebutkan nama Yakobus karena kedudukannya sebagai pemimpin jemaat di Yerusalem akan membantu menjelaskan identitas dan kekuasaannya sendiri.
Surat yang singkat namun tegas ini ditulis untuk menentang para guru palsu yang terang-terangan berhaluan antinomisme (yaitu mereka mengajarkan bahwa keselamatan melalui kasih karunia mengizinkan mereka untuk berdosa tanpa dijatuhi hukuman) dan yang menghina pernyataan rasuli tentang pribadi dan tabiat Yesus Kristus (ayat Yud 1:4). Dengan demikian mereka memecah-belah gereja mengenai apa yang harus dipercaya (ayat Yud 1:19,22) dan bagaimana harus berperilaku (ayat Yud 1:4,8,16). Yudas melukiskan guru palsu yang tak berprinsip ini sebagai "orang-orang fasik" (ayat Yud 1:15) dan juga sebagai orang "tanpa Roh Kudus" (ayat Yud 1:19).
Kemungkinan hubungan di antara Surat Yudas dengan 2Pet 2:1--3:4 mempunyai sangkut-pautnya dengan saatnya surat ini ditulis. Sangat mungkin Yudas mengetahui tentang 2 Petrus (ayat Yud 1:17-18) dan oleh karena itu ia menulis setelah 2 Petrus ditulis, yaitu sekitar tahun 70-80 M. Penerima surat ini tidak disebutkan secara khusus, tetapi mungkin sama dengan penerima surat 2 Petrus (Lihat "PENDAHULUAN SURAT 2PETRUS" 08245).
Tujuan
Yudas menulis surat ini
- (1) untuk sangat mengingatkan orang percaya mengenai ancaman serius dari para guru palsu dan pengaruh mereka yang merusak di dalam gereja, dan
- (2) untuk menantang orang percaya yang sejati dengan keras supaya mereka bangkit dan "berjuang untuk mempertahankan iman yang telah disampaikan kepada orang-orang kudus" (ayat Yud 1:3).
Survai
Setelah memberikan salam (ayat Yud 1:1-2), Yudas menyatakan bahwa tujuannya mula-mula ialah menulis tentang sifat keselamatan (ayat Yud 1:3a). Akan tetapi, sebaliknya dia terdorong untuk menulis surat ini karena guru-guru palsu yang memutarbalikkan kasih karunia Allah dan dengan demikian melemahkan kebenaran dalam gereja (ayat Yud 1:4). Yudas menuduh mereka sebagai tidak suci secara seksual (ayat Yud 1:4,8,16,18), berkompromi seperti Kain (ayat Yud 1:11), serakah seperti Bileam (ayat Yud 1:11), suka memberontak seperti Korah (ayat Yud 1:11), congkak (ayat Yud 1:8,16), penipu (ayat Yud 1:4,12), sensual (ayat Yud 1:19) dan memecah-belah (ayat Yud 1:19). Yudas menyatakan kepastian hukuman Allah atas semua orang yang berbuat dosa seperti itu dan menggambarkannya dengan enam contoh dari PL (ayat Yud 1:5-11). Gambaran dua belas ciri kehidupan mereka menunjukkan bahwa mereka siap untuk menerima murka Allah (ayat Yud 1:12-16). Orang percaya didorong untuk waspada dan untuk menaruh belas kasihan bercampur ketakutan bagi mereka yang goyah (ayat Yud 1:20-23). Yudas menutup suratnya dengan suatu peningkatan pengilhaman dalam ucapan berkatnya (ayat Yud 1:24-25).
Ciri-ciri Khas
Empat ciri utama menandai surat ini.
- (1) Surat ini berisi celaan yang paling blak-blakan dan bersemangat dari PB terhadap para guru palsu. Itu menggarisbawahi betapa seriusnya ancaman ajaran palsu terhadap iman yang sejati dan hidup yang kudus bagi segala angkatan.
- (2) Surat ini menunjukkan kesenangan untuk memberikan ilustrasi dengan memakai rangkaian tiga -- misalnya: tiga contoh penghukuman dalam PL (ayat Yud 1:5-7), tiga ciri guru palsu (ayat Yud 1:8), dan tiga contoh orang tidak kudus dalam PL (ayat Yud 1:11).
- (3) Di bawah pengaruh penuh dari Roh Kudus, Yudas dengan leluasa menunjuk kepada sumber-sumber tertulis:
- (a) Alkitab PL (ayat Yud 1:5-7,11),
- (b) tradisi Yahudi (ayat Yud 1:9,14-15) dan
- (c) 2 Petrus, serta mengutip langsung 2Pet 3:3, yang diakuinya sebagai berasal dari rasul-rasul (ayat Yud 1:17-18).
- (4) Surat ini berisi ucapan berkat PB yang paling agung.
Full Life: Yudas (Garis Besar) Garis Besar
Salam Kristen
(Yud 1:1-2)
I. Penjelasan Mengenai Penulisan Surat Ini
(Yud 1:3-4)
II. Menyingkapkan Guru-Guru P...
Garis Besar
- Salam Kristen
(Yud 1:1-2) - I. Penjelasan Mengenai Penulisan Surat Ini
(Yud 1:3-4) - II. Menyingkapkan Guru-Guru Palsu
(Yud 1:5-16) - A. Ajal Mereka Digambarkan Dalam Masa Lampau
(Yud 1:5-7) - 1. Pengalaman Israel
(Yud 1:5) - 2. Pengalaman Malaikat-Malaikat Pemberontak
(Yud 1:6) - 3. Pengalaman Sodom dan Gomora
(Yud 1:7) - B. Penggambaran Mereka Sekarang Ini
(Yud 1:8-16) - 1. Bahasa yang Tidak Sopan
(Yud 1:8-10) - 2. Sifat yang Tidak Kudus
(Yud 1:11) - 3. Perilaku yang Salah
(Yud 1:12-16) - III.Nasihat bagi Orang-Orang Percaya Sejati
(Yud 1:17-23) - A. Ingat Nubuat Para Rasul
(Yud 1:17-19) - B. Peliharalah Dirimu di Dalam Kasih Allah
(Yud 1:20-21) - C. Tolonglah Orang Lain Dengan Kemurahan, Bercampur Dengan Takut
(Yud 1:22-23) - Lagu Pujian
(Yud 1:24-25)
Matthew Henry: Yudas (Pendahuluan Kitab)
Gaya penulisan surat ini dirancang (seperti halnya beberapa surat lain) secara umum atau am, sebab tidak ditujukan langsung kepada orang, keluarga,...
- Gaya penulisan surat ini dirancang (seperti halnya beberapa surat lain) secara umum atau am, sebab tidak ditujukan langsung kepada orang, keluarga, atau jemaat tertentu, tetapi kepada seluruh masyarakat Kristen pada masa itu, yang baru percaya kepada Kristus, baik dari agama Yahudi maupun penyembahan berhala. Surat ini sedang dan akan tetap berlangsung, kekal, dan sangat bermanfaat di dalam serta kepada jemaat selama Kekristenan, seperti halnya waktu, tetap berlangsung. Jangkauannya secara umum sangat mirip dengan pasal kedua dari surat kedua Petrus, yang karena sudah dijelaskan, tidak begitu perlu dibahas lagi. Surat ini dirancang untuk memperingatkan kita terhadap para penyesat dan penyesatan mereka, untuk mengilhami kita supaya mengasihi dan menaruh perhatian sungguh-sungguh pada kebenaran (kebenaran yang telah terbukti jelas dan penting). Hal ini harus dilakukan dalam kekudusan, yang di dalamnya, kasih terhadap sesama manusia, atau kasih persaudaraan yang tulus dan tidak berpihak, merupakan sifat paling penting dan perbuatan yang tidak terpisahkan. Kebenaran yang harus kita pegang teguh dan harus kita usahakan agar dikenal dan tidak boleh ditinggalkan orang lain, memiliki dua sifat khusus: yakni kebenaran yang nyata dalam Yesus (Ef. 4:21), dan juga kebenaran seperti yang nampak dalam ibadah kita (Tit. 1:1). Injil adalah Injil Kristus. Ia telah mengungkapkannya kepada kita, dan Dialah yang merupakan pokok utamanya. Oleh karena itu mutlak wajib bagi kita untuk mempelajari sebisa-bisanya segala sesuatu tentang pribadi, sifat-sifat, dan jabatan-jabatan-Nya. Ketidakpedulian terhadap kewajiban ini sungguh tidak dapat dimaafkan bila dilakukan orang-orang yang menyebut diri orang Kristen. Kita tahu hanya dari mata air seperti apa kita dapat sepenuhnya menarik semua pengetahuan yang penting yang mendatangkan keselamatan. Selanjutnya, surat ini juga merupakan pengajaran perihal kesalehan. Pengajaran seperti apa pun yang menyetujui hawa nafsu cemar manusia tidak mungkin berasal dari Allah, tidak peduli seperti apa pun dalih dan kepura-puraan yang ditunjukkan. Kesalahan-kesalahan yang berbahaya bagi jiwa manusia juga muncul di tengah jemaat. Pada waktu semua orang tidur, datanglah musuhnya menaburkan benih lalang. Namun, karena hikmat dan kebaikan hati dari Allah Sang Pemelihara maka ketika kesalahan-kesalahan itu mulai muncul dan menampakkan diri, ada setidaknya beberapa rasul yang masih hidup sehingga dapat menentangnya dan memperingatkan jemaat. Kita cenderung berpikir, andaikata kita hidup pada zaman mereka, kita tentunya akan sangat dilindungi terhadap upaya dan kelicikan para penyesat. Bagaimanapun, kita memiliki kesaksian dan peringatan mereka, dan ini sudah cukup. Jika kita tidak mau mempercayai tulisan mereka, kita tentunya juga tidak mempercayai atau memperhatikan perkataan mereka, seandainya kita hidup di tengah-tengah mereka dan bercakap-cakap secara pribadi dengan mereka.
Jerusalem: Yudas (Pendahuluan Kitab) SURAT-SURAT KATOLIK PENGANTAR
Di dalam Perjanjian Baru tercantum tujuh surat yang bukan karangan Rasul Paulus. Agak segera ketujuh surat ini dijadikan...
SURAT-SURAT KATOLIK PENGANTAR
Di dalam Perjanjian Baru tercantum tujuh surat yang bukan karangan Rasul Paulus. Agak segera ketujuh surat ini dijadikan suatu kelompok tersendiri meskipun asal- usulnya berbeda sekali. Ada sepucuk surat yang dikatakan karangan Yakobus, lagi karangan Yudas, dua pucuk surat karangan Petrus dan tiga karangan Yohanes. Judulnya "katolik" kiranya berasal dari kenyataan bahwa kebanyakan surat itu tidak tertuju kepada jemaat atau orang tertentu melainkan kepada orang-orang Kristen pada umumnya (katolik).
Surat Yakobus hanya lama kelamaan diterima oleh Gereja sebagai Kitab Suci. Agaknya di Mesir Yak tidak pernah diragukan sebagai Kitab Suci. Yak dikutip oleh Origenes sebagai karangan suci. Tetapi pada awal abad keempat Eusebius dari Kaisarea (Palestina) mengatakan bahwa Yak masih ditolak oleh sementara orang. Jemaat-jemaat yang berbahasa Siria baru dalam abad keempat memasukkan Yak ke dalam daftar kitab-kitab sucinya. Di Afrika utara Tertulianus dan Kiprianus ternyata tidak mengenal Yak. Daftar kitab-kitab suci yang disebut "Kanon Mommsen" (disusun sekitar th 360) belum memuat Yak. Di Roma Kanon Muratori (dikatakan susunan Hippolitus sekitar th. 200) juga tidak memuatnya. Sangat tidak pasti apakah Klemens dari Roma dan pengarang buku yang berjudul "Pastor Harmae" (lihat di bawah) mengutip Yak. Jadi baru pada akhir abad keempat surat Yakobus umum diterima sebagai Kitab Suci oleh jemaat-jemaat di Timur dan di Barat.
Mana kala surat Yakobus oleh jemaat-jemaat diterima sebagai Kitab Suci, maka pada umumnya pengarangnya disebut "Yakobus, yaitu saudara Tuhan", Mat 13:55 dsj; bdk 12:46+, yang berperan besar dalam jemaat purba di Yerusalem, Kis 12:17+; 15:13-21; 21:18-26; 1Kor 15:7; Gal 1:19; 2:9, 12. Peranannya itu diakhiri dengan kemartiran oleh tangan orang Yahudi sekitar th. 62 (Yosefus, Hagesippus). Yakobus "saudara Tuhan" itu jelas orang lain dari Yakobus anak Zebedeus, Mat 10:2 dsj, yang dalam th. 44 dibunuh oleh raja Herodes, Kis 12:2, tetapi boleh jadi ia sama dengan Yakobus lain, yaitu anak Alfeus, Mat 10:3 dsj. Sejak awal mula hingga dewasa ini kesamaan itu diperdebatkan, meskipun dewasa ini kebanyakan ahli membedakan kedua tokoh itu. Apa yang dikatakan paulus dalam Gal 1:19 diartikan dengan cara yang berbeda-beda juga. Tetapi masalah yang sesungguhnya terletak di tempat lain dan ditingkat lebih mendalam. Adakah Yak sungguh karangan "Yakobus yaitu saudara Tuhan"? Ada berbagai keberatan yang dapat dikemukakan terhadap pendapat itu. Jika Yak benar- benar dikarang oleh tokoh yang penting itu, bagaimana gerangan mungkin bahwa surat itu begitu lambat diterima oleh Gereja sebagai Kitab Suci dan, sebaliknya, begitu lama diragukan dan bahkan ditolak? Selebihnya, Yak langsung ditulis ke dalam bahasa Yunani yang bagus dan lancar, dengan perbendaharaan kata dan seni berpidato (diatribe) yang mengherankan, seandainya Yak ditulis oleh seorang yang berasal dari Galilea. Sudah barang tentu mungkin Yakobus menggunakan seorang murid yang berkebudayaan Yuanani. Tetapi hipotesa dan dugaan itu sukar dibuktikan. Akhirnya dan khususnya: Yak sangat serupa dengan beberapa karangan yang disusun pada akhir abad pertama atau pada awal abad kedua, teristimewanya dengan surat Klemens dari Roma dan buku yang berjudul "Pastor Harmae". Kerap kali dikatakan bahwa karangan-karangan itu menggunakan Yak. Tetapi dewasa ini semakin banyak sekali ahli berpendapat, bahwa kesamaan antara Yak dan karangan- karangan tersebut yang ternyata ada, disebabkan oleh sumber-sumber bersama yang dipakai. Kecuali itu Yak dan karangan-karangan lain itu mesti menghadapi masalah-masalah yang sejenis. Maka dari itu banyak ahli berkeyakinan bahwa Yak ditulis pada akhir abad pertama atau bahkan pada awal abad kedua. Memang ajaran Yak tentang Kristus memberi kesan ketuaan. Tetapi hal itu tidak membuktikan bahwa Yak ditulis pada awal mula agama Kristen. Sebab mungkin juga bahwa Yak berasal dari kalangan orang-orang Kristen keturunan Yahudi yang menjadi penerus pikiran-pikiran Yakobus, sedangkan menutup dirinya bagi perkembangan lebih lanjut dalam teologi Kristen semula.
Jika orang terus mau mempertahankan bahwa Yak benar-benar karangan "Yakobus yaitu saudara Tuhan", maka harus dikatakan bahwa Yak ditulis sebelum th. 62. Sebab dalam tahun itu Yakobus mati. Lalu dua hipotesa dapat dikemukakan, sesuai dengan pendirian orang dalam masalah hubungan antara Yak dan Gal-Roma dalam soal "pembenaran oleh iman" (lihat di bawah ini). Sementara ahli yakin bahwa Yak menentang Paulus, tegasnya mereka yang menyalah-artikan ajaran Paulus. Kalau demikian, Yakobus menulis suratnya menjelang ajalnya. Ahli-ahli lain, yang jumlahnya semakin berkurang berpendapat bahwa Paulus mau menentang pikiran Yak. Kalau demikian, Yak ditulis menjelang th 45-50. Dengan jalan itu juga dapat diterangkan mengapa ajaran Yak tentang Kristus nampaknya tua sekali. Tetapi mengingat apa yang dikatakan di muka kurang mungkin Yak sudah ditulis sekitar th. 45.
Bagaimanapun juga asal-usul Yak tulisan itu tertuju kepada "Keduabelas Suku di perantauan", 1:1, kiranya tidak lain artinya dari orang-orang Kristen keturunan Yahudi yang tersebar di dunia Yunani-Romawi, terutama di daerah-daerah yang berdekatan dengan Palestina, misalnya Siria atau Mesir. Bahwasannya orang-orang yang dituju oleh surat ini adalah orang keturunan Yahudi disarankan oleh bagian pokok surat sendiri. Pengarang terus menggunakan Kitab Suci (Perjanjian Lama) begitu rupa sehingga jelas mengandaikan bahwa para pembaca baik-baik mengenal Kitab Suci itu, apa lagi oleh karena pengarang tidak mendasar pemikirannya pada kutipan jelas dari Perjanjian Lama (seperti misalnya Paulus atau pengarang Ibr), tetapi lebih-lebih menaruh Kitab Suci sebagai latar belakang pikirannya. Pengarang Yak terutama dijiwai oleh sastera Hikmat-kebijaksanaan dan dari padanya mengambil pelbagai pengajaran mengenai akhlak pembaca.
Tetapi pengarang juga secara luas bergantung pada pengajaran Injil, sehingga suratnya jelas bukan sebuah karangan Yahudi, sebagaimana dikatakan oleh sementara ahli. Sebaliknya dalam Yak orang terus menemukan pikiran dan ungkapan sebagaimana disukai Yesus sendiri. Tetapi dalam hal inipun pengarang tidak langsung mengutip tradisi tertulis. Sebaliknya ia terutama memanfaatkan tradisi lisan. Pendek kata: pengarang Yak ialah seorang berhikmat Kristen keturunan Yahudi yang secara baru memikirkan kembali pepatah-pepatah dari hikmat Yahudi berdasarkan penyempurnaan yang diberikan Yesus kepada hikmat Yahudi itu.
Karangan Yak ini kurang sesuai dengan gaya bahasa yang lazim dalam surat-surat. Sebaliknya karangan itu lebih-lebih berupa khotbah, sebuah contoh pengajaran yang lazim pada jemaat-jemaat Kristen keturunan Yahudi di zaman itu. Disajikan sederetan ajakan praktis yang secara agak bebas dan lepas susul-menyusul; kadang-kadang pepatah-pepatah itu dikelompokkan berdasarkan pokok sama yang diuraikan; kadang-kadang juga dikelompokkan hanya berdasarkan kata yang sama yang terdapat dalam beberapa pepatah. Ada nasihat-nasihat mengenai kelakuan orang di tengah percobaan, 1:1-12; 5:7-11, mengenai asal-usul percobaan godaan, 1:13-18, tentang pengekangan lidah, 1:26; 3:1-12, tentang pentingnya hikmat, saling mengerti dan belas-kasihan, 2:8, 13; 3:13-4:2; 4:11 dst, dan mengenai kekuatan dosa, 1:5-8; 4:2 dst; 5:13-18, dll. Adapun sakramen pengurapan orang sakit ia dapat disimpulkan dari 5:14 dst (Konsili Trente).
Adapun dua pokok utama yang sangat menonjol dalam paranese yang disajikan Yak. Yang satu memuji orang miskin dan dengan keras menegur orang kaya, 1:9-11; 1:27 -2:9; 4:13-5:6; perhatian untuk orang miskin yang diutamakan oleh Allah berurat-berakar dalam suatu tradisi alkitabiah dan terutama dalam Ucapan bahagia dari Injil, Mat 5:3+. Pokok yang lain menekankan pengalaman iman, sedang memberi peringatan tentang iman yang tidak berbuah, 1:22-27; 2:10-26. Mengenai pokok terakhir ini bahkan ada sebuah diskusi yang berupa polemik, 2:14-26. Banyak ahli beranggapan bahwa polemik itu terarah kepada Paulus. Memang harus diakui bahwa ada hubungan cukup jelas antara Yak dan Gal-Rom, terutama dalam penafsiran yang berbeda sekali atas nas Kitab Suci yang sama tentang Abraham. Dan tentu saja mungkin bahwa Yakobus mau menentang bukanlah kiranya Paulus sendiri tetapi sementara orang Kristen yang dari ajaran Paulus mengambil kesimpulan yang membahayakan.
Namun demikian dua hal perlu dipertahankan. Yang pertama ialah: di belakang pertentangan pada permukaan yang disebabkan oleh keadaan yang berbeda, Paulus dan Yakobus dalam hal pokok sependapat, bdk 2:14+. Yang kedua ialah: masalah "iman dan amal" yang secara wajar ditimbulkan oleh agama Yahudi mungkin sekali suatu pokok diskusi yang tradisionil. Paulus dan Yakobus masing-masing dengan caranya sendiri kiranya membahas masalah yang sama dengan tidak bergantung satu sama lain.
Yudas, yang menyebut dirinya "saudara Yakobus", ay 1, haruslah seorang "saudara Tuhan" juga Mat 13:55 dsj. Tidak ada alasan menyamakan Yudas ini dengan rasul yang mempunyai nama yang sama, Luk 6:16; Kis 1:13; bdk Yoh 14:22. Sebab Yudas pengarang surat membedakan dirinya dengan para rasul, ay 17. Tetapi tidak ada alasan juga menyangka bahwa Yudas hanya nama samaran. Hal semacam itu sukar dimengerti bahwa Yudas adalah seorang tokoh yang sama sekali tidak menyolok.
Surat Yud ini sejak th. 200 diterima oleh kebanyakan jemaat Kristen sebagai Kitab Suci. Dahulu memang ada orang yang meragukan surat ini karena mengutip buku-buku apokrip (Henokh, ay 7, 14 dst; Pengangkatan Musa ke sorga, ay 9). Tetapi kutipan semacam itu tak perlu mengkhawatirkan orang, sebab sekali-kali tidak berarti berarti bahwa pengarang berpendapat bahwa buku-buku yang di zaman itu laku sekali di kalangan Yahudi benar-benar Kitab Suci.
Maksud tujuan Yud tidak lain kecuali membuka kedok pengajar-pengajar palsu yang membahayakan kepercayaan Kristen. Ia mengancamkan kepada mereka hubungan ialah yang sama dengan hukuman yang dalam tradisi Yahudi menimpa orang fasik, ay 5-7. Apa yang dikatakan Yud tentang pengajar-pengajar itu kiranya juga terpengaruh oleh cerita-cerita tentang zaman dahulu, ay 11. Pada umumnya keterangan Yud tentang pengajar-pengajar palsu itu agak kabur, sehingga tidak dapat dibuktikan bahwa mereka menganut "gnosis" dari abad II. Kefasikan dan kemerosotan akhlak yang dituduhkan kepada mereka oleh Yud, terutama bahwa mereka menghujat Tuhan Kristus dan malaikat-malaikat, ay 4,8-10, mungkin muncul di kalangan Kristen sendiri dalam abad I terpengaruh oleh aliran-aliran yang mencampur-adukkan agama Kristen, agama Yahudi dan paham kafir, sebagaimana ditentang oleh Kol, surat- surat pastoral dan Why. Tetapi ada beberapa keterangan dalam surat Yudas yang menyarankan bahwa ditulis pada akhir abad I. Pewartaan Injil oleh para rasul dikatakan terjadi "dahulu", ay 17. Iman dipikirkan sebagai suatu ajaran yang disampaikan sekali untuk selama-lamanya, ay 3. Rupanya surat-surat Paulus dipakai oleh pengarang. Memanglah surat kedua Petrus menggunakan Yud, tetapi nanti akan dikatakan bahwa 2Ptr mungkin ditulis sesudah Petrus meninggal dunia. Maka boleh dikatakan bahwa Yud ditulis pada akhir zaman para rasul.
Ada dua surat katolik yang dari sendiri menyatakan bahwa ditulis oleh Petrus. Surat pertama yang dalam alamatnya memuat nama ketua rasul, 1:1, sejak awal mula diterima oleh Gereja tanpa keraguan atau pertentangan. Surat ini barangkali sudah digunakan oleh Klemens dari Roma dan pasti dipakai oleh Polikarpus. Sejak Ireneus, dengan tandas dikatakan bahwa surat itu karangan rasul Petrus. Petrus menulis surat ini di Roma (Babilon, 5:13). Di sana Petrus ada bersama Markus yang disebutnya sebagai "anaknya". Meskipun kita tidak tahu banyak tentang akhir hidup Petrus, namun sebuah tradisi yang cukup dipercaya mengatakan bahwa Petrus datang ke ibu kota, lalu mengalami kemartiran selama pemerintahan Kaisar Nero (th. 64 atau 67). Surat Ptr ini dialamatkan kepada orang-orang Kristen "di perantauan", 1:1 (terj: yang tersebar) dengan menyebut nama lima propinsi yang pada pokoknya merangkum seluruh Asia-Kecil. Apa yang dikatakan tentang hidup mereka dahulu, 1:14, 18; 2:9 dst; 4:3, menyarankan bahwa mereka dahulu kafir, meskipun tetap mungkin bahwa juga ada orang Kristen keturunan Yahudi di kalangan mereka. Itulah sebabnya maka Petrus menulis suratnya dalam bahasa Yunani. Bahasa Yunaninya adalah sederhana tetapi tepat dan halus, sehingga nampak terlalu bermutu untuk dapat dipakai oleh seorang nelayan asal Galilea, tetapi kali ini kita mengenal nama murid-juru-tulis yang kiranya menolong darlam mengarang surat itu. Namanya ialah Silwanus, 5:12, yang umumnya disamakan dengan rekan Paulus yang bernama Silas, Kis 15:22+.
Maksud tujuan surat ini ialah mempertahankan iman pada mereka yang dituju dan dilanda banyak percobaan. Ada orang yang berpendapat bahwa apa yang dimaksudkan dengan pencobaan itu ialah penganiayaan dari pihak pemerintah, misalnya dari fihak Kaisar Domitianus atau bahkan Kaisar Trayanus. Kalau demikian maka surat itu ditulis setelah Petrus meninggal. Tetapi apa yang dikatakan surat itu sekali-kali tidak menyarankan bahwa ada penganiayaan dari pihak pemerintah, apa lagi dari pihak Dominitianus atau Trayanus. Apa yang dimaksudkan tidak lain kecuali gangguan-gangguan dari pihak lingkungan orang-orang Kristen itu, fitnah dan penghinaan dari pihak mereka yang merasa tersinggung oleh karena orang Kristen tidak mau ikut dalam adat istiadat dan kebejatan akhlak mereka, 2:12; 3:16; 4:4,12-16.
Terhadap keaslian 1Ptr (sebagai karangan Petrus) masih diketengahkan kesulitan lain. Kesulitan itu ialah: Rupanya 1 Ptr banyak menggunakan karangan-karangan Perjanjian Baru lain, khususnya Yak, Rom dan Efesus, sedangkan anehnya Injil hanya sedikit dipakai. Namun demikian 1Ptr sering meski secara halus meskipun menyinggung Injil. Seandainya Injil dengan lebih jelas dikutip kiranya orang berkata bahwa pengarang berbuat demikian justru dengan maksud supaya suratnya diangggap sebagai karangan Petrus. Adapun hubungan 1Ptr dengan Yak dan Paulus jangan dibesar-besarkan. Tidak ada satupun pokok utama dari surat-surat Paulus (ciri sementara hukum Taurat, Tubuh Kristus, dll) yang tampil dalam 1Ptr. Banyak pokok yang dikatakan berasal dari Paulus oleh karena terutama dibahas dalam surat-surat Paulus kiranya tidak lain dari pokok-pokok yang banyak dibahas dalam teologi Gereja Purba pada umumnya (kematian Kristus sebagai penebusan, iman dan baptisan, dll). Makin banyak ahli menerima bahwa di zaman itu ada rumusan- rumusan tertentu dalam pengajaran agama dan kumpulan-kumpulan ayat-ayat Kitab Suci dan semuanya itu mungkin dipakai oleh macam-macam karangan tanpa tergantung satu sama lain. Namun demikian ada beberapa bagian dalam 1Ptr yang dijiwai oleh Rom dan Ef. Tetapi hal itu dapat diterima walaupun tidak perlu menolak 1Ptr sebagai karangan Petrus: Petrus tidak mempunyai keunggulan di bidang teologi seperti Paulus; maka ia dapat menimba dari karangan-karangan Paulus, terutama kalau berbicara kepada kalangan orang Kristen yang meresapkan ajaran Paulus ke dalam hati. Jangan dilupakan pula bahwa juru tulis Petrus yaitu Silwanus, adalah murid Paulus juga. Perlu masih dicatat pula bahwa di samping kedekatan dengan Paulus, ada juga sementara ahli yang menemukan kesamaan antara 1Ptr dan karangan-karangan lain yang berasal dari lingkungan Petrus, yaitu injil kedua dan wejangan-wejangan Petrus yang termaktub dalam Kis.
Surat Petrus ini tentu saja mendahului kematiannya dalam th. 64 dan 67. Namun ada kemungkinan juga bahwa menurut petunjuk-petunjuk Petrus Silwanus menulis surat ini setelah Petrus meninggal dunia, lalu mengumumkannya dibawah kewibawaan Petrus. Dugaan semacam ini terutama masuk akal seandainya benar bahwa surat ini sebenarnya terdiri atas beberapa kepingan, antara lain sebuah homili yang diucapkan dalam rangka upacara baptisan. Tetapi ini hanya dugaan belaka yang tak mungkin dibuktikan.
Meskipun 1Ptr terutama berisikan nasihat-nasihat praktis, namun ajaran yang termaktub di dalamnya bermutu tinggi. Terdapat di dalamnya sebuah ikhtisar bagus dari teologi Kristen di zaman itu dan ikhtisar itu mengharukan hati justru dalam kesederhanaannya. Sebuah gagasan pokok ialah: dengan berani dan sabar orang Kristen mesti menanggung percobaan sesuai dengan teladan Kristus sendiri, 2:21- 25; 3:18; 4:1, sama seperti Kristus orang Kristen harus menderita dengan berkanjang dan merasa gembira kalau sengsaranya yang disebabkan iman dan kelakuannya yang suci, 2:19 dst; 3:14; 4:12-19; 5:9, mereka harus menentang yang jahat dengan kasih sambil mentaati pemerintah sipil, 2:13-17, dan dengan lembut dan rendah hati terhadap sekalian orang, 3:8-17; 4:7-11, 19. Ada bagian sulit dalam surat ini yang diartikan dengan berbagai cara, yakni 3:19 dst; bdk 4:6. Pemberitaan (Injil) oleh Kristus sementara ahli mengartikannya sebagai pemberitaan keselamatan atau hukuman, sedangkan "roh-roh" yang di dalam penjara, diartikan entah sebagai orang fasik yang mati di waktu air bah, entah sebagai malaikat-malaikat yang menurut tradisi alkitabiah dan apokaliptik berdosa. Tetapi bagaimanapun juga tindakan Tuhan itu ditempatkan di saat wafatNya. Dan karena itu nas menjadi dasar utama bagi ajaran tentang turunnya Kristus ke dunia orang mati (penantian kurang tepat).
Tidak dapat diragukan bahwa juga surat kedua memperkenalkan diri sebagai karangan Petrus. Rasul tidak hanya menyebut namanya dalam alamat surat, 1:1, tetapi iapun menyinggung nubuat Yesus tentang kematian Petrus, 1:14; ia mengatakan bahwa menyaksikan Yesus waktu dimuliakan di gunung, 1:16-18. Akhirnya masih menyinggung salah satu suratnya dahulu dan surat itu kiranya tidak lain kecuali 1Ptr.
Kalau untuk kedua kalinya menulis surat bagi orang yang sama, maka maksudnya rangkap dua: memperingatkan mereka terhadap pengajar-pengajar palsu, 2, dan meredakan kegelisahan mereka yang disebabkan ditundanya Parusia Tuhan, 3. Tentu saja mungkin saja bahwa pengajar-pengajar palsu semacam itu dan juga kegelisahan itu muncul di bagian terakhir hidup Petrus. Tetapi ada pertimbangan lain yang membuat orang ragu-ragu tentang keaslian 2Ptr dan menyarankan bahwa surat itu ditulis di zaman lain. Bahasa 2Ptr sangat berbeda dengan bahasa 1Ptr. Bab 2 seluruhnya hanya dengan bebas (meskipun jelas) mengulang surat Yudas. Rupanya sudah ada sebuah kumpulan surat-surat Paulus 3:15 dst. Kelompok para rasul ditempatkan di tingkat sama dengan kelompok para rasul, 3:2. Pertimbangan- pertimbangan itu membenarkan keraguan yang sejak awal mula ada mengenai 2Ptr. Dengan pasti surat ini baru dimulai dipakai oleh Gereja dalam abad III, dan waktu itu masih ada orang yang blak-blakan menolaknya, seperti dikatakan oleh Origenes, Eusebius dan Hieronimus. Pada giliriannya banyak ahli dewasa ini tidak mau menerima bahwa 2Ptr adalah karangan Petrus, dan kiranya mereka benar juga. Tetapi kalau seorang murid kemudian menggunakan kewibawaan Petrus, maka ia barangkali berhak berbuat demikian. Boleh jadi pengarang termasuk kalangan orang Kristen yang bergantung pada Petrus, atau ia mungkin menggunakan salah satu karangan dari tangan Petrus, yang disadur dan dilengkapi dengan pertolongan Yud. Kalau demikian pengarang tidak "menipu" sebab di zaman dahulu orang mempunyai pandangan lain dan kita mengenai "hak pengarang" dan boleh tidaknya menggunakan nama orang lain.
Bagi kepercayaan kita juga cukup kalau surat ini oleh Gereja umum diterima sebagai sebagian dari Kitab Suci dan karenanya menyampaikan warisan dari zaman para rasul. Maka ajaran 2Ptr terjamin kebenarannya. Dari ajaran itu boleh disebutkan: panggilan orang Kristen untuk mengambil bagian dalam kodrat ilahi, 1:4; ajaran mengenai Kitab Suci yang diinspirasikan, 1:20 dst; keyakinan mengenai Parusia Tuhan yang akan datang meskipun saatnya ditunda; Parusia itu akan terjadi setelah dunia musnah oleh api, dan dunia baru dijadikan di mana terdapat kebenaran, 3:3-13.
Kegiatan surat Yohanes dibahas dalam pengantar Injil keempat.
Ende: Yudas (Pendahuluan Kitab) SURAT RASUL SANTU JUDAS
KATA PENGANTAR
Pengarang surat
Penulis memperkenalkan diri sebagai "Judas" abdi Jesus Kristus, dan saudara
Jakobus". Untuk men...
SURAT RASUL SANTU JUDAS
KATA PENGANTAR
Pengarang surat
Penulis memperkenalkan diri sebagai "Judas" abdi Jesus Kristus, dan saudara Jakobus". Untuk menundjukkan kafanatikannja, ia memperkenalkan diri sebagai saudara Jakobus, seorang fanatik pula, tokoh utama dan uskup Jerusalem, pengarang surat katolik jang pertama.
Markus 5:3 menjebut Jakobus dan Judas sebagai saudara Jesus. Entah penulis surat ini dimaksudkan Judas rasul (Kis. Ras. 1:13), jang djuga bernama Tadeus (Mk. 3:18), tidak pasti. Sardjana-sardjana katolik dimasa ini membedakan kedua Judas itu. Apakah surat ini ditulis oleh Judas ataukah oleh seorang lain jang tak ingin disebut namanja? Pemakaian nama samaran, lazim dalam Kitab Kudus. Masa, bilamana surat ini ditulis, dapat memberi djawaban seperlunja. Djika ditulis mendjelang achir abad pertama, hampir pasti bahwa pengarangnia tidak tjukup hidup semasa dengan Kristus.
Masa penulisan
Dalam ajat 17 kita batja bahwa para rasul sudah wafat, dan bersama mereka sudah berlalu pula generasi kristen jang pertama. Penulis sambil lalu menjebutkan suatu sekte sesat jang hidup dimasa itu. Karena kurang pasti sekte mana jang dimaksudkan, maka kesimpulan jang dapat diambil ialah bahwa dalam lingkungan umat kristen sendiri sudah timbul keretakan ketjil-ketjilan.
Tafsiran jang tjukup kena ialah bahwa surat ini ditulis antara tahun 70 dan 80. Dugaan ini tjukup pasti, karena memungkinkan bahwa surat ini dapat dikutip oleh penulis surat kedua Petrus, jang ditulis mendjelang achir abad pertama.
Judas, sebagai seorang Galilea, jang pendidikannja tak seberapa tinggi, tentu tak dapat menulis dalam bahasa Junani jang semudah dan selancar itu. Djadi, ia rasa. rasanja mempergunakan seorang djurutulis jang pandai bahasa Junani.
Pembatja dan pada kesempatan mana
Tidak mungkin menentukan umat manakah jang menerima surat itu. Beberapa orang mengira orang Jahudi kristen. Orang Jahudi kristen dengan dasar kejakinannja jang kuat, tak mudah tertipu begitu sadja oleh pengadjar-pengadjar palsu. Orang lain mengira orang kristen jang baru sadja bertobat dari kekafirannja. Orang- orang ini hampir tak dapat dipengaruhi oleh banjak asas dan adjaran Perdjandjian Lama dan tradisi Jahudi. Dimanakah umat jang dimaksudkan itu tinggal? Djuga tidak pasti. Bahaja adjaran sesat datangnja dari beberapa orang kristen jang mempropagandakan perbuatan-perbuatan taksusila. Judas menulis suratnja untuk memberanikan dan meneguhkan iman umat serani dalam menghadapi krisis achlak jang berbahaja ini.
Gajabahasa
Sebagaimana halnja dengan surat pertama dan kedua Petrus, surat Judas ini berbentuk kotbah. Bahwa ia bukan berbentuk surat dalam arti sebenarnja ternjata dari hal bahwa ia tidak dialamatkan kepada golongan umat tertentu. Salam penutup djuga tidak dikemukakan. Menurut djenisnja, surat Judas ini dapat digolongkan kedalam kotbah-kotbah Jahudi jang lazim diwaktu itu.
Adjaran
Sekalipun singkat, namun surat Judas berisikan kebenaran-kebenaran asasi kristen. Allah jang Esa (25), dikemukakan sebagai Bapa (1), mahakuasa lagi mulia (25), dan pembawa keselamatan manusia melalui Kristus (1,25), satu-satunja Tuhan dan Guru (4). Kristus inilah jang dipudja oleh orang kristen (1) dan jang akan menggandjar segala perbuatan jang baik (21). Iman jang benar, sebagaimana telah diwartakan oleh para rasul, (3,17), hendaknja mendjadi asas hidup kristen (20). Apabila orang kristen tekun membina iman ini (3), akan bertumbuhlah hidup rohani mereka dalam Roh Kudus (20). Iman ini tak terpisah dari tjinta akan Tuhan (21) dan tjinta akan sesama t,22). Orang kristen akan luput dari aniaja para pendjahat (4,14) dan memperoleh hidup abadi (21).
Achirnja, dengan terang dinjatakan bahwa ada Malaekat jang baik dan jang djahat .(6,9). Mereka itu takluk kepada Allah, sebagaimana njata dalam hukuman terhadap malaekat-malaekat jang memberontak (6).
TFTWMS: Yudas (Pendahuluan Kitab) Yudas: Kata Pengantar
Mungkin hanya kitab Kidung Agung yang menjadi saingan Surat Kiriman Yudas sebagai kitab dalam Alkitab yang paling diabaikan. M...
Yudas: Kata Pengantar
Mungkin hanya kitab Kidung Agung yang menjadi saingan Surat Kiriman Yudas sebagai kitab dalam Alkitab yang paling diabaikan. Meski akan sulit untuk menyatakan bahwa setiap kitab dalam Kitab Suci layak mendapat penekanan yang setara, namun tetaplah benar bahwa masing-masing kitab itu layak mendapatkan kajian tersendiri. Allah dalam pemeliharaan yang Ia sediakan memastikan Kitab Yudas masuk ke dalam kanon Perjanjian Baru. Jika tidak ada alasan lain selain itu, maka komunitas Kristen harus memberikan perhatian terhadap kitab itu. Namun begitu, kitab Yudas itu lebih daripada potongan pendek sastra polemik yang terjepit antara Surat-surat Umum dan kitab Wahyu. Kitab itu memiliki pesan yang orang Kristen perlu dengarkan.
Langkah pertama untuk menafsirkan surat Yudas, seperti untuk dokumen Alkitab mana saja, adalah dengan bertanya bagaimanakah dokumen itu menampilkan dirinya sendiri. Kesan apakah yang surat Yudas itu tinggalkan? Mengapakah pengarang itu ingin menggoreskan penanya di atas kertas? Apakah ia ingin memberi dorongan kepada para pembacanya? Apakah ia berniat untuk mengajar mereka dengan lebih sempurna? Apakah surat itu untuk membangun hubungan yang kekal dengan mereka? Apakah ia ingin memperingatkan mereka tentang pelbagai bahaya? Ketika orang Kristen moderen mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, tingkat pemahamannya akan bertumbuh. Hidup dua ribu tahun setelah dokumen itu ditulis, bukan tugas ringan untuk mereproduksi keadaan yang mencetuskan lahirnya surat itu.
Para pembaca moderen akan memperoleh manfaat jika mereka dapat mereproduksi dinamika hubungan antara penulis Yudas dan pendengarnya langsung. Itulah sebabnya upaya itu dibenarkan. Para pembaca moderen ingin tahu, antara lain, bagaimanakah hubungan yang berkelanjutan antara Yudas dan para pendengarnya itu dilakukan bersama-sama. Kenapakah itu berlanjut terus? Melalui pemahaman latar belakang Yudas dan para pembacanya pada waktu mereka saat itu, para pembaca hari ini akan mencoba untuk membaca pesan surat itu seperti para pembaca mula-mula membacanya. Hanya setelah mereka menangani masalah sejarah dan sastra barulah para pembaca moderen dapat melanjutkan bertanya bagaimanakah pesan surat itu memiliki arti arahan untuk iman Kristen dan perilaku mereka sendiri.
TUJUANNYA
Diperlukan tidak lebih daripada pembacaan biasa atas surat Yudas untuk menyimpulkan bahwa pelbagai komunitas Kristen yang ia surati diancam oleh orang-orang yang penulis itu cap sebagai "orang-orang yang fasik" (Yudas 4). Yudas memang keras sekali dalam celaannya. Jika kita membaca kitab-kitab dalam Alkitab secara teratur, kata-katanya itu akan nyaris segera menyebabkan kita membalik beberapa halaman sebelumnya. Apa yang Yudas harus katakan tentang "orang-orang yang fasik" ini sangat mirip dengan orang-orang yang disebut Petrus "guru-guru palsu" (2 Petrus 2:1). Meski kedua penulis itu tidak merinci tentang apa yang sebenarnya diajarkan oleh orang-orang yang menimbulkan masalah pada pelbagai komunitas Kristen itu, namun mereka tampaknya telah menggambarkan orang-orang yang sama.
"Orang-orang fasik" dari Yudas dan "guru-guru palsu" dari Petrus menggunakan orang-orang Kristen untuk keuntungan mereka sendiri (Yudas 16; 2 Petrus 2:14), dan menghina kuasa Allah (Yudas 8; 2 Petrus 2:10). Mereka itu mesum. Mereka mengaburkan saling ketergantungan doktrin Kristen pada praktik Kristen (Yudas 12, 13, 18, 19; 2 Petrus 2:13, 14). Mereka akan dihakimi berdasarkan analogi malaikat (Yu-das 6; 2 Petrus 2:4). Ajaran yang sama, bahkan mungkin individu yang sama, tampak-nya telah mempengaruhi gereja-gereja yang Petrus surati dalam suratnya yang kedua dan gereja-gereja yang Yudas surati. Karena itu, orang mungkin bertanya-tanya apakah tujuan yang sama yang melahirkan surat 2 Petrus mungkin juga sudah menyebabkan Yudas menulis surat.
Menemukan tujuan yang menggerakkan seorang penulis untuk menulis bisa menyumbangkan pemahaman yang lebih baik tentang tujuan yang untuknya penulis lain menulis.
Surat-surat Yudas dan 2 Petrus jelas saling bertautan dalam cara tertentu. Kita diwarisi teks dua dokumen itu sebagai petunjuk. Bahwa kedua dokumen itu memiliki banyak kesamaan adalah fakta yang sebenarnya. Meski bukti perlu ditampilkan, jika memang ada, bukti itu akan memperkuat penjelasan tentang kesamaan di antara surat-surat itu jika kedua penulis itu tinggal di lokasi yang sama, dalam periode waktu yang sama, dan saling mengenal. Kemungkinan seperti itu hampir tidak terpikirkan. Selama tahun-tahun pertama usia gereja, Petrus dan Yudas sangat terlibat dalam pelbagai masalah gereja Yerusalem. Jika kedua surat itu bisa diberi tanggal pada dua atau tiga dekade pertama gereja, maka masing-masing mungkin telah saling mengenal karya satu sama lain. Jika kedua surat itu berasal dari periode yang cukup awal ketika agama Kristen Yahudi berkembang ke luar dari Yudea, maka itu akan berkontribusi untuk menjelaskan keterkaitan penulisan kedua penulis itu. Karena kita mempercayai surat-surat itu sebagai otentik-2 Petrus ditulis oleh rasul bernama Petrus dan Yudas oleh saudara Yakobus, dan karenanya adalah saudara Tuhan-sehingga surat itu sendiri menyiratkan bahwa keduanya tinggal di Yerusalem ketika mereka menuliskan suratnya masing-masing .
Pembaca sekarang ini menginginkan penjelasan bukan hanya untuk kesamaan antara Yudas dan 2 Petrus, tetapi juga perbedaan mereka. Pemeriksaan atas kedua surat itu mengungkapkan bahwa ancaman terhadap gereja-gereja yang penulis itu surati tidaklah persis sama. Selanjutnya, ada kemungkinan bahwa masing-masing penulis dikenal wajahnya atau reputasinya oleh gereja-gereja yang berbeda. Oleh karena itu kedua penulis itu memiliki bidang pengaruh yang berbeda. Petrus bisa menulis dengan dampak yang lebih banyak kepada beberapa gereja dan Yudas kepada beberapa gereja lainnya. Kedua surat itu sama dalam hal bahwa kedua penulisnya menulis untuk mengatasi situasi kacau yang sudah ditimbulkan oleh pengaruh yang dikerahkan oleh guru-guru palsu itu. Namun, unsur-unsur bahaya yang sangat umum yang dihadapi oleh gereja-gereja dalam 2 Petrus dan Yudas harus jangan mengarah kepada kesimpulan bahwa sepucuk surat umum sudah bisa membahas secara memadai keadaan yang berbeda yang dihadapi oleh gereja-gereja itu.
Kedua penulis itu ingin gereja mereka masing-masing tahu bahwa ketika guru-guru itu (pendatang baru di tempat kejadian) mengompromikan pesan rasuli itu, maka mereka memasang penghalang di antara komunitas-komunitas Kristen dan Tuhan mereka (Yudas 20, 21; 2 Petrus 2:20, 21). Baik Petrus maupun Yudas tidak mencincang kata-kata mereka ketika mereka menggambarkan guru-guru palsu. Terlepas dari cara mereka menampilkan diri mereka sendiri, mereka yang mengganggu gereja tidak lebih baik daripada binatang buas (2 Petrus 2:12) yang untuknya "kegelapan yang pekat telah disediakan selama-lamanyanya" (Yudas 13). Cukup jelas bahwa guru-guru yang menjadi masalah di dalam kedua surat itu berasal dari kelompok yang sama.
Meski kemiripan pengaturan Yudas dan 2 Petrus tidak bisa dipungkiri, namun masing-masing surat itu memiliki tujuan dan metodenya sendiri. Petrus, dibandingkan Yudas, lebih mencemaskan klaim yang guru-guru palsu itu buat tentang pengetahuan yang lebih tinggi daripada saksi-saksi rasuli (2 Petrus 1:3, 8). Mungkin ajaran eskatologi yang terlampau kuat diyakini sudah menyebabkan guru-guru palsu itu menolak kedatangan Tuhan (2 Petrus 3:3-10). Untuk bagian ini, Yudas mengacu kepada literatur Yahudi yang telah lama dihormati oleh para pendengarnya untuk menghadapi klaim dan perilaku orang-orang fasik yang menyusahkan gereja-gereja yang ia kenal baik. Setiap surat memiliki capnya sendiri.
Baik Yudas dan Petrus mengingatkan para pembacanya bahwa guru-guru mereka adalah yang pertama memiliki akses penuh kepada iman rasuli (Yudas 3; 2 Petrus 1:3). Meski ada banyak klaim yang bertentangan, namun pengetahuan mereka selama ini tentang kebenaran tidak kurang. Keduanya mendesak para pendengarnya masing-masing untuk menolak siapa saja yang memperkenalkan ajaran sesat yang merusak (Yudas 4; 2 Petrus 2:1). Hal itu akan membuat mereka perlu "berjuang dengan sungguh-sungguh bagi iman yang sekali untuk selamanya sudah disampaikan kepada orang-orang kudus" (Yudas 3).
PENDENGARNYA
Meski Yudas menujukan suratnya secara umum, "kepada mereka yang dipanggil, kekasih dalam Allah Bapa, dan yang dipelihara untuk Yesus Kristus" (Yudas 1), namun gambaran yang ia berikan tentang guru-guru palsu menunjukkan bahwa ia tidak sedang menulis surat kepada Kekristenan pada umumnya. Ia memiliki pendengar khusus dalam pikirannya. Salah satu indikasinya adalah kutipannya tentang pelbagai tulisan apokrifa Yahudi yang tidak terilham. Tampaknya ia mengharapkan para pendengarnya itu adalah orang-orang Yahudi yang percaya. Orang-orang percaya non-Yahudi sepertinya tidak akan mengenal baik kitab Henokh Etiopia atau Asumsi Musa, yang merupakan tulisan-tulisan apokrifa yang mungkin sudah Yudas kutip.
Masuk akal untuk berpendapat bahwa pendengar mula-mula surat 2 Petrus dan Yudas tinggal di wilayah geografis yang berdekatan satu sama lain. Hal itu akan menjelaskan, sebagian, keterkaitan penulisan kedua suart itu dan kepedulian yang sama yang mereka sampaikan. Masih bisa diperdebatkan apakah Yudas dan 2 Petrus, dan Yakobus juga, ditulis dekat periode waktu yang sama, di awal kehidupan gereja, sebelum orang-orang non-Yahudi datang kepada Kristus dalam jumlah yang besar. Kata-kata pembukaan Yudas menunjukkan hubungan pribadi antara dirinya dan para pembacanya. Ia menulis, "Aku berusaha keras untuk menyurati kamu." Kemudian ia berkata, "Aku merasa perlu menyurati kamu untuk menghimbau kamu supaya kamu berjuang dengan sungguh-sungguh bagi iman itu" (Yudas 3). Kata ganti "kamu" dan "Aku" sifatnya umum. Ada sedikit pengertian bahwa yang Yudas surati adalah khalayak umum.
PENULISNYA
Penulis surat ini mengidentifikasi dirinya sebagai "Yudas, hamba Yesus Kristus dan saudara Yakobus" (Yudas 1). Meski kata perkenalan itu mungkin kurang memuaskan dari perspektif pembaca moderen (Yudas adalah nama umum di kalangan Yahudi), namun penulis itu tampaknya menganggap cukup mengidentifikasi dirinya seperti itu kepada para pembaca pertamanya. Menyebut nama Yakobus dalam gereja mula-mula, setidaknya dalam gereja-gereja di mana terdapat orang-orang Kristen Yahudi, akan mengingatkan kepada orang yang sama yang menulis Surat Yakobus, yaitu saudara Tuhan. Karena Yakobus lebih dikenal, maka penulis Yudas itu mengidentifikasi dirinya dengan otoritas dan nama saudaranya itu. Dalam Markus 6:3, saudara dari Yesus dan Yakobus adalah Yudas. Kependekan nama Yudas adalah Jude. Ia berada dalam urutan ketiga dalam daftar saudara-saudara di Markus 6:3 dan urutan keempat dalam daftar di Matius 13:55. Siapa saja yang mengenal baik keluarga Yesus, pengidentifikasian Yudas atas dirinya sebagai saudara Yakobus sudahlah cukup.
Ketika Lukas memperkenalkan kitab kedua karyanya (Kisah Para Rasul), kitab yang berhubungan dengan pembentukan dan pertumbuhan gereja, Lukas menyajikan petunjuk pertama bahwa saudara-saudara Yesus itu telah menjadi orang percaya. Di ruang atas di Yerusalem, ia mengatakan saudara-saudara Yesus berkumpul dengan para rasul dan orang-orang percaya lainnya setelah kenaikan Yesus (Kisah 1:14). Kesimpulannya adalah bahwa pada saat ini mereka sudah percaya bahwa saudara mereka adalah juga Tuhan mereka, Mesias Israel. Seraya Lukas membuka kisahnya, ia membuat jelas bahwa Yakobus, salah satu saudara Yesus, menjadi seorang pemimpin dalam gereja Yerusalem. Yakobus muncul pada konferensi Yerusalem (Kisah 15:13-21), dan belakangan muncul juga dalam kitab ini (Kisah 21:18, lihat 1 Korintus 15:7; Galatia 1:19; 2:9, 12). Tidak ada penyebutan lebih lanjut tentang saudara-saudara Tuhan lainnya dalam Kisah Para Rasul.
Beberapa tahun setelah Paulus memulai perjalanan misinya, ia menulis 1 Korintus (sekitar 57 Masehi). Surat ini menunjukkan bahwa saudara-saudara Yesus, Yudas di antara mereka, telah menjadi misionaris keliling (1 Korintus 9:5). Sebanyak itu saja yang kita ketahui tentang Yudas, saudara Yakobus, di luar surat yang menyandang namanya. Dengan tidak adanya informasi lainnya, masuk akal untuk menyimpulkan bahwa penulis Yudas adalah anak Yusuf dan Maria, saudara Yakobus, dan saudara tiri Yesus. Tentu saja kesimpulan ini diperdebatkan, tapi tidak ada satu pun dari pelbagai keberatan yang diajukan terhadap hal itu yang tidak dapat dijawab.
TANGGAL DAN HUBUNGANNYA DENGAN 2 PETRUS
Tanggal kapan Yudas menulis suratnya adalah tidak pasti. Tidak ada satu hal pun di dalam surat itu yang mendukung adanya tanggal pasti penulisannya. Tidak ada tempat geografis atau peristiwa sejarah yang disinggung. Pelbagai pertanyaan tentang tanggal penulisan Yudas pada tingkatan yang cukup besar bergantung pada hubungannya dengan 2 Petrus.
Ketika Yudas dan 2 Petrus diperbandingkan, jelas terlihat bahwa ada kaitan sastra tertentu antara dua tulisan itu-yaitu, salah satu dari penulis itu tahu dan menggunakan surat yang ditulis oleh penulis yang lain. Alternatifnya, keduanya bisa saja sudah menggunakan sumber yang sama. Di samping itu, gambaran yang masing-masing penulis berikan tentang guru-guru yang mereka cela adalah terlalu mirip untuk dianggap sebagai kebetulan. Dari dua puluh lima ayat dalam Surat Yudas, lima belas dari mereka memiliki kesamaan yang signifikan dalam 2 Petrus. Selain itu, dua penulis itu menggunakan ilustrasi dan ide-ide yang sama dalam kecaman mereka terhadap guru-guru palsu itu. Mereka bahkan menempatkan guru-guru palsu itu dalam urutan yang nyaris sama. Mereka punya kesamaan pandangan mengenai ancaman terhadap gereja-gereja yang mereka surati. Keduanya menalar bahwa Allah akan menghakimi guru-guru palsu itu seperti Ia sudah menghakimi orang-orang yang tidak taat di masa lalu. Keduanya menggunakan penghakiman Allah atas malaikat dan Sodom dan Gomora untuk memperkuat pesan mereka. Dari sana poin-poin perbandingan berlanjut terus. Bahwa ada ketergantungan sastra antara 2 Petrus dan Yudas hampir tidak dipertanyakan oleh para sarjana Alkitab.
Selama bertahun-tahun siswa-siswa Alkitab menyatakan bahwa 2 Petrus ditulis lebih dulu dan Yudas menyadur beberapa dari kata-kata dan ilustrasi Petrus untuk keperluannya sendiri. Sebuah contoh yang baik dapat dibuat. Mereka yang mempertahankan bahwa Yudas menggunakan 2 Petrus mendasarkan alasan mereka pada dua hal yang prinsipil: (1) Yudas tampaknya meminta dukungan rasul-rasul untuk apa yang ia tulis (ay. 17, 18.). "Rasul-rasul" dalam ayat 17, begitulah yang selama ini dinyatakan, secara khusus mengacu kepada surat 2 Petrus. Yudas secara samar mengakui ketergantungannya pada kata-kata Petrus. (2) Karena Petrus adalah seorang pemimpin gereja yang lebih menonjol darpada Yudas, selain menjadi seorang rasul Kristus, maka lebih mungkin bahwa Yudas yang akan sudah menggunakan Surat Petrus daripada sebaliknya.
Baru-baru ini, berdasarkan pemeriksaan yang cermat atas hubungan sastra antara kedua surat itu, para sarjana berpendapat bahwa lebih mudah memahami sebagian 2 Petrus sebagai karya saduran dari kata-kata Yudas daripada sebaliknya. Untuk satu hal, sulit memahami mengapa Yudas akan menyingkat 2 Petrus jika ia menggunakannya untuk sumber tulisannya. Lebih mungkin Petruslah yang mengembangkan surat Yudas, berdasarkan penalaran, daripada Yudas meringkas 2 Petrus. Selain itu, argumentasi itu melibatkan perbandingan yang sangat baik, kata demi kata antara teks Yunani dari setiap surat itu. Hal itu memang meminta penilaian subyektif yang besar. Namun begitu, pandangan yang pada dasarnya menang dalam pelbagai komentari cendiakawan adalah bawah Yudas ditulis lebih dulu.1Tidak banyak yang berpendapat bahwa 2 Petrus dan Yudas menggunakan sumber umum ketiga, meski kemungkinan itu tidak dapat dengan serta merta diabaikan.
Mereka yang menolak Yudas, saudara Yakobus, sebagai penulis surat yang menyandang namanya biasanya mengabaikan Petrus sebagai penulis 2 Petrus. Karena melihat adanya guru-guru Gnostik dalam dua surat itu, sejumlah sarjana berpendapat bahwa kedua surat itu bertanggal dari abad pertama atau awal abad kedua. Namun, semakin banyak sarjana mengakui bahwa di dalam surat Yudas atau surat Petrus tidak ada bukti ajaran Gnostik. Penggunaan semata kata "pengetahuan" (gnwvsiß, gnōsis) tidak sama dengan penyangkalan Gnostikisme. Sebagai contoh, komponen penting Gnostikisme adalah dualisme. Dualisme membuat perbedaan yang tajam antara zat dan roh; fisik dipandang sebagai kejahatan yang melekat, sedangkan roh adalah baik. Tidak ada bukti adanya dualisme dalam 2 Petrus atau Yudas. Bahasa Yunani yang mencirikan 2 Petrus bukanlah alasan bahwa surat itu ditulis setelah waktu kematian Petrus, juga bukan alasan adanya pengaruh Gnostik di dalam gereja-gereja itu.
Asumsi tak terucapkan dari beberapa orang yang menemukan hubungan sastra antara Yudas dan 2 Petrus adalah bahwa dua surat itu dipisahkan oleh kurun waktu beberapa tahun, mungkin puluhan tahun. Argumentasi itu biasanya didasarkan pada kesimpulan bahwa 2 Petrus adalah nama samaran, berasal dari abad kedua. Yudas, katanya, ditujukan kepada pendengar Yahudi2dan 2 Petrus kepada pendengar non-Yahudi.3Oleh sebab itu, diperlukan waktu untuk peredaran surat Yudas sebelum bisa digunakan oleh orang atau orang-orang yang menulis 2 Petrus. Argumentasi itu kokoh jika 2 Petrus ditulis dengan nama samaran, dan jika ada rentang waktu yang panjang antara penulisan surat-surat itu. Namun begitu, tak satu pun dari kesimpulan itu yang tidak bisa dibantah; kedua surat itu terbuka terhadap tantangan yang serius.
Petrus mengatur ilustrasinya secara teratur, sementara Yudas tidak. |
|
Yudas |
2 Petrus |
1. Israel di padang gurun (ay. 5) |
1. - |
2. Para malaikat yang memberontak (ay. 6) |
2. Para malaikat yang memberontak (2:4) |
3. - |
3. Nuh (2:5) |
4. Sodom dan Gomora (ay. 7) |
4. Sodom dan Gomora (2:6) |
5. - |
5. Lot (2:7, 8) |
6. Musa (ay. 9) |
6. - |
7. Kain (ay. 11) |
7. - |
8. Bileam (ay. 11) |
8. Bileam (2:15, 16) |
9. Korah (ay. 11) |
9. - |
10. Henokh (ay. 14) |
10. - |
PERBANDINGAN YUDAS DAN 2 PETRUS |
||
Yudas |
2 Petrus |
|
4 |
Guru-guru palsu menyangkal Penguasa. |
|
4 |
Hukuman mereka sudah ditetapkan sejak dahulu. |
|
6 |
Malaikat-malaikat yang memberontak dibelenggu sampai hari penghakiman. |
|
7 |
Sodom dan Gomoro berfungsi sebagai contoh penghakiman. |
|
8 |
Orang-orang ini menajiskan tubuh mereka dan menghina kuasa Allah Penguasa. |
|
9 |
(Para) malaikat tidak melontarkan ejekan penghakiman ke atas orang lain. |
|
10 |
Orang-orang ini mencemooh apa yang mereka tidak pahami. |
|
10 |
Mereka adalah makhluk yang bertindak atas dasar naluri, binatang yang tidak punya nalar. |
|
11 |
Mereka mengikuti kesalahan Bileam. |
|
12 |
Mereka itu bagaikan batu karang tersembunyi ketika berpesta dengan kamu. |
|
12 |
Mereka itu seperti awan tanpa air yang dibawa angin. |
|
13 |
Bagi mereka kegekapan yang pekat sudah disediakan. |
|
16 |
Mereka menuruti hawa nafsu mereka sendiri dan bicara dengan sombongnya. |
|
17 |
Ingatlah perkataan yang disampaikan oleh rasul-rasul itu. |
|
18 |
Di waktu (hari-hari) terakhir akan muncul para pencemooh yang menuruti hawa nafsu mereka sendiri. |
Hampir tidak perlu mendalilkan jangka waktu yang diperlama antara penulisan 2 Petrus dan Yudas untuk menjelaskan ketergantungan sastra mereka. Orang boleh saja berpendapat bahwa pelbagai kesamaan di antara mereka menyiratkan bahwa mereka ditulis dekat waktu yang sama. Jika surat-surat itu ditulis selama waktu ketika kedua penulis itu berada di Yerusalem, yang berfungsi bukan hanya sebagai pemimpin gereja Yahudi di kota itu, tetapi di pelbagai daerah sekitarnya, maka tidak sulit untuk memahami bagaimana salah satu dari mereka itu mungkin telah memilih untuk menggunakan beberapa dari kata-kata penulis yang lain. Jika bukan untuk alasan lain, arah tindakan seperti itu akan sudah cenderung memperkuat otoritas kedua penulis itu. Surat yang mana yang datang lebih dulu, pada akhirnya, merupakan masalah konsekuensi kecil. Meski kita tidak bisa memastikan tanggal penulisan kedua surat itu, jika mereka, seperti halnya Yakobus, membahas tahap awal Kekristenan Yahudi di wilayah Diaspora, maka pelbagai kesamaan mereka hampir tidak sulit untuk dipahami. Dalam hal tidak adanya bukti yang lebih baik, kita menyarankan bahwa kedua surat itu bertanggal di akhir dua puluh tahun pertama sejarah gereja. Bahwa pendapat seperti itu kredibel adalah jelas dari apa yang kita ketahui tentang gereja mula-mula.
Kesaksian kitab Kisah membuat jelas bahwa gereja menyebar dengan cepat di pelbagai komunitas Yahudi yang berdekatan dengan Yudea pada tahun-tahun awal. Dari perjalanan Saul ke Damsyik untuk menangkapi orang-orang percaya jelas terlihat bahwa agama Kristen telah menyebar di kalangan orang-orang Yahudi Diaspora berbahasa Yunani yang berdekatan dengan Palestina di saat-saat awal (Kisah 9:1, 2). Untuk menjelaskan interval empat belas tahun dalam Galatia 2:1, kita harus memberi tanggal perubahan hidup Paulus dalam lima tahun pertama atau lebih setelah kematian Kristus. Ini berarti bahwa, dalam waktu lima tahun dari penyaliban, jumlah orang-orang Yahudi di Damsyik yang telah memeluk iman Kristen adalah sedemikian banyak sehingga menjadi perhatian para pejabat di Yerusalem. Selain itu, bukti penyebaran awal agama Kristen di kalangan Yahudi Diaspora datang dari laporan tentang menyebarnya orang-orang percaya Yahudi dari Yerusalem. Meski setelah kematian Stefanus orang-orang yang berpencar itu memberitakan injil kepada bangsa-bangsa non-Yahudi di seputaran Antiokhia, namun jelas terlihat bahwa penjebolan terjadi juga di dalam komunitas Yahudi (Kisah 11:19, 20).
Kesimpulan amannya adalah bahwa dalam dua dekade pertama setelah penyaliban Yesus orang-orang Kristen Yahudi adalah unsur penting dalam banyak sinagoga Yahudi di pelbagai wilayah yang merentang ke Antiokhia di utara dan ke Damsyik di timur. Selanjutnya, tidak mungkin para penguasa Yahudi di Yerusalem membolehkan pesan Kristen di daerah ini disebarkan tanpa hambatan. Pesan Kristen itu kemungkinan menimbulkan kekacauan di dalam banyak sinagoga di Siria, utara Yudea. Orang menduga bahwa Saul bukan satu-satunya orang yang dikirim oleh para penguasa Yahudi untuk menghentikan pendarahan itu. Selanjutnya, tidak mungkin pihak berwenang di Yerusalem hanya mengambil langkah kekuatan brutal-penangkapan, pemenjaraan, dan pembunuhan orang-orang Kristen-untuk membendung gelombang pasang itu. Mereka mungkin juga mengirim atau menggiatkan guru-guru yang menyatakan bahwa para rasul dan para wakil mereka itu tidak mengetahui keadaan yang telah mengakibatkan penyaliban Yesus. Pengetahuan adalah masalahnya. Mereka yang memberitakan Kristus tidak tahu apa yang sudah terjadi di Yerusalem yang telah mengakibatkan kematian pionir Galilea ini.
Selain guru-guru Yahudi dari Yerusalem yang berusaha membendung pengaruh para misionaris Kristen, ada kemungkinan bahwa beberapa orang Yahudi Diaspora yang sudah memeluk pesan Kristen tidak bersedia membawa terlalu jauh kebebasan yang baru mereka temukan. Ilmu pengetahuan telah membuat jelas bahwa Yudaisme Palestina dan Diaspora adalah cukup beragam.4Kemungkinan banyak sinagoga memiliki unsur-unsur yang ingin mengubah agama nenek moyang mereka supaya lebih bisa menerima agama dan moralitas orang non-Yahudi. Mereka, juga, untuk alasan yang berbeda dari yang dimiliki oleh para penguasa Yahudi di Yerusalem, mengakui adanya pengetahuan yang melampaui para rasul dan kepemimpinan gereja di Yerusalem. Mereka yang bermain mata dengan pelbagai filosofi pagan melihat gangguan-gangguan dari guru-guru Kristen itu sebagai pintu terbuka untuk pelbagai pandangan yang lebih menyenangkan terhadap iklim keagamaan saat itu. Antara lain, mereka melihat ajaran Kristen sebagai pintu terbuka untuk etika moral yang lebih santai.
Ada satu unsur dari pesan rasuli yang membuatnya sangat rentan terhadap kecaman. Para rasul telah berjanji bahwa Yesus akan datang kembali, tetapi Ia belum datang. Yudas menulis surat dan Petrus menulis apa yang kita sebut 2 Petrus untuk menegaskan kembali pengetahuan para rasul, kesaksian mereka terhadap kebangkitan, tuntutan moral yang melekat dalam pesan Kristen, dan janji bahwa Tuhan akan datang kembali (2 Petrus 3:11-13). Dalam Yudas, kurang jelas apakah guru-guru palsu itu membantah kedatangan kembali Tuhan, meski itu bisa menjadi implikasi dari penolakan mereka terhadap "satu-satunya Tuan dan Tuhan kita, Yesus Kristus" (Yudas 4). Karena itu, wajar untuk menyarankan bahwa 2 Petrus, Yudas, dan Yakobus bertanggal dari periode awal dalam gereja, mungkin akhir 40-an atau awal 50-an.
Jika 2 Petrus dan Yudas membahas situasi yang sama, maka wajar untuk menganggap kedua surat itu ditulis pada waktu yang hampir bersamaan. Yudas tampaknya ditulis untuk pendengar Yahudi dan dari perspektif Yahudi. Bahasa surat Petrus yang kedua lebih Yunani daripada Yudas, tetapi surat itu juga meliput dunia pemikiran Yahudi. Ada banyak orang Yahudi, beberapa di Siria/Palestina, yang sepenuhnya tenggelam dalam budaya Yunani. Namun itu tidak secara otomatis berarti bahasa Yunani menyiratkan pendengar non-Yahudi.
KARAKTER DAN PERILAKU ORANG SESAT
Kualitas khas Yudas adalah bahwa ia sepertinya sudah punya gagasan untuk menulis jenis surat yang berbeda daripada yang akhirnya ia tulis. Krisis penting itu meminta dia untuk mengatasi masalah guru-guru palsu. Seperti halnya 2 Petrus, surat ini mengatakan lebih banyak tentang jenis karakter guru-guru itu daripada tentang apa yang mereka ajarkan. Mereka itu berani, angkuh, dan menyerah untuk memuaskan hawa nafsu (Yudas 16; 2 Petrus 2:14). Mereka tampaknya salah memahami doktrin kasih karunia (Yudas 4, 12, 13; 2 Petrus 2:19). Mereka tidak hanya dengan bebasnya memanjakan hawa nafsu, tetapi mereka juga mengajarkan bahwa pemanjaan seperti itu merupakan perilaku Kristen yang bisa diterima.
Yudas dan Petrus sama-sama menyinggung penghakiman Allah atas malaikat-malaikat (Yudas 6; 2 Petrus 2:4). Hal itu menyebabkan beberapa orang berkesimpulan bahwa guru-guru palsu itu sudah menganjurkan beberapa ajaran sesat tentang malaikat. Karena makhluk-makhluk yang menjadi pengantara antara Allah dan manusia sangat ditonjolkan dalam ajaran Gnostik, maka beberapa orang memahami ini sebagai indikasi pengaruh Gnostik. Namun begitu, ada banyak sekali kesaksian dalam tulisan-tulisan Yahudi dari periode ini untuk berspekulasi tentang penghakiman Allah atas malaikat. Acuan kepada malaikat tidak secara otomatis merupakan tanda adanya pengaruh Gnostik.
PENGGUNAAN KARYA-KARYA APOKRIFA OLEH YUDAS
Yudas menggunakan literatur Yahudi non-kanon mungkin lebih banyak daripada penulis Perjanjian Baru lainnya. Untuk satu hal, surat itu menyinggung perselisihan antara "malaikat" Mikhael dan Iblis atas mayat Musa (ay. 9), perselisihan yang tidak dibahas di tempat lain dalam Perjanjian Lama. Secara luas diyakini bahwa penulis itu membuat acuan kepada suatu peristiwa yang dijelaskan lebih lengkap dalam sebuah karya yang dikenal di kalangan Kristen mula-mula sebagai Asumsi Musa. Namun begitu, ada banyak ketidakpastian di dalamnya.
Tidak ada kepastian apakah salinan Asumsi Musa masih ada yang selamat hingga kini. Ada dokumen yang selamat yang secara beragam dikenal sebagai Perjanjian Musa dan Asumsi Musa. Hanya sebagian dari dokumen itu yang bertahan dari termakan zaman. Tanggal dokumen itu tidak pasti. Beberapa orang memberi tanggal di awal kerajaan Makabis dan yang lainnya memberi tanggal di akhir abad kedua Masehi. Bagian yang selamat diakui sebagai nasihat perpisahan yang diberikan oleh Musa kepada Yosua. Di dalamnya tidak ada kisah Musa diangkat ke dalam sorga, seperti yang orang harapkan dari sebuah "Asumsi." Dalam bagian yang telah sampai kepada kita, tidak ada kisah tentang Mikhael dan pertempuran Iblis atas mayat Musa. Apakah cerita itu telah hilang sebab tidak bisa bertahan, atau Yudas mengacu kepada dokumen tertentu yang sudah hilang sama sekali. Beberapa penulis gereja mula-mula mengacu kepada tulisan yang mereka sebut Asumsi Musa.5Apakah tulisan itu sama dengan tulisan yang kita miliki adalah tidak jelas.
Yudas dengan jelas mengutip sebuah dokumen yang dikenal sebagai 1 Henokh atau Henokh Etiopia. Ada bukti bahwa tulisan itu digunakan secara luas dan dihormati di beberapa kalangan Kristen Yahudi mula-mula. Teks itu telah dilestarikan seluruhnya oleh gereja Etiopia yang menganggapnya sebagai kitab kanon. Di luar bahasa Etiopia, dokumen itu bertahan sebagian dalam naskah bahasa Yunani dan Latin. Yudas mengutip 1 Henokh 1:9. Henokh adalah karya tulis yang rumit yang menampilkan dirinya sebagai tulisan Henokh, yang merupakan generasi ketujuh dari Adam. Itu merupakan karya gabungan, di mana bagian awalnya mungkin ditulis sekitar 170 S. M. Beberapa bagian sisanya tampaknya ditulis setelah Kristus. Tulisan itu menjelaskan, antara lain, sejarah kaum Yahudi. Itu memang sebuah karya apokaliptik yang banyak mengandung perkataan tentang penghakiman Allah yang akan datang ke atas orang-orang jahat. (Untuk pembahasan yang lebih rinci tentang implikasi Yudas mengutip Henokh, lihat komentari tentang ay. 14, 15.)
GARIS BESAR
I. SALAM: KEPADA MEREKA YANG DIPANGGIL (ay. 1, 2)
II. MENDEFINISIKAN TUJUAN SURAT ITU (ay. 3, 4)
- A. Berjuang dengan sungguh-sungguh bagi iman (ay. 3)
- B. Guru-guru palsu telah menyusup ke dalam gereja (ay. 4)
III. PENOLAKAN TERHADAP GURU-GURU PALSU (ay. 5-16)
- A. Kecaman Allah terhadap orang yang tidak taat (ay. 5-7)
- 1. Bangsa Israel yang tidak percaya (ay. 5)
- 2. Malaikat-malaikat yang memberontak (ay. 6)
- 3. Sodom dan Gomora yang mesum (ay. 7).
- B. Gambaran tentang guru-guru palsu (ay. 8-13)
- 1. Menolak otoritas (ay. 8-10)
- 2. Di bawah penghakiman Allah (ay. 11)
- a. "Jalan yang ditempuh Kain"
- b. "Kesalahan Bileam"
- c. "Pemberontakan Korah"
- 3. Egois, tidak berbuah, dan mesum (ay. 12, 13)
- a. "Karang yang tersembunyi"
- b. "Awan tanpa air"
- c. "Pohon musim gugur yang tanpa buah"
- d. "Ombak laut yang ganas"
- e. "Bintang-bintang yang mengembara"
- C. Nubuatan Henokh tentang penghakiman orang-orang fasik (ay. 14-16)
IV. PERBEDAAN: PENGEJEK YANG MEMECAH BELAH VS. ORANG-ORANG PERCAYA YANG SETIA (ay. 17-23)
- A. Peringatan terhadap pengejek yang memecah belah (ay. 17-19)
- 1. Peringatan dari para rasul (ay. 17, 18)
- 2. Gambaran tentang orang-orang ini (ay. 19)
- a. "Orang-orang yang menyebabkan perpecahan"
- b. " Berpikiran duniawi"
- c. "Tanpa Roh"
- B. Nasihat kepada orang percaya yang setia (ay. 20-23)
V. DOKSOLOGI PENUTUP (ay. 24, 25)
Catatan Akhir:
- 1 Lihat J. N. D. Kelly, A Commentary on the Epistles of Peter and Jude, Black's New Testament Commentaries (London: Adam & Charles Black, 1969), 227. Kelly menyatakan bahwa "prioritas Yudas hampir diterima sepenuhnya sekarang ini."
- 2 Lihat Richard J. Bauckham, "Jude, Epistle of," in The Anchor Bible Dictionary, ed. David Noel Freedman (New York: Doubleday, 1992), 3:1102. Bauckham berpendapat bahwa para pembaca awal surat Yudas adalah orang-orang Kristen Yahudi yang tinggal di lingkungan non-Yahudi.
- 3 Lihat John H. Elliot, "Peter, Second Epistle of," in The Anchor Bible Dictionary, ed. David Noel Freedman (New York: Doubleday, 1992), 5:287. Elliot berpendapat bahwa pembaca awal 2 Petrus tinggal "di lingkungan Helenistik yang secara budaya bersifat pluralistik."
- 4 Pertimbangkanlah, misalnya, keragaman dokumen yang diperiksa oleh Leonhard Rost, Judaism Outside the Hebrew Canon , trans. David E. Green (Nashville: Abingdon, 1971).
- 5 Kelly menyantumkan Clement of Alexandria, Origen, dan yang lain-lainnya. (Kelly, 265.)
Pengarang: Duane Warden
Hak Cipta © 2015 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
TFTWMS: Yudas (Pendahuluan Kitab) Yudas 1:5-16
Kecaman Terhadap Guru-Guru Palsu
Seperti Petrus (2 Petrus 3:1), Yudas paham bahwa sebagian dari tanggung jawabnya adalah menyajikan pen...
Yudas 1:5-16
Kecaman Terhadap Guru-Guru Palsu
Seperti Petrus (2 Petrus 3:1), Yudas paham bahwa sebagian dari tanggung jawabnya adalah menyajikan pengingat kepada para pembacanya. "Orang-orang fasik" yang Yudas dan para pembacanya kenal bukanlah orang-orang yang pertama kali merusak umat Allah melalui dukungan berbau mesum. Di masa lalu Allah telah menghakimi; Ia akan menghakimi lagi. Para pembacanya perlu menyegarkan pikiran mereka tentang sejarah Allah menangani orang-orang yang berpaling dari Dia.
E. Earle Ellis berpendapat bahwa seluruh Yudas 5-19 merupakan argumentasi yang dibangun dengan hati-hati, dengan menggunakan teknik penjelasan khas Yahudi (Midrash).1Ada banyak persamaan dari Gulungan Laut Mati dan di tempat lain. Yudas ingin para pembacanya memahami bahwa guru-guru palsu itu, tanpa mereka kehendaki, sedang menggenapi nubuatan-nubuatan yang dinubuatkan oleh hamba-hamba Allah jauh sebelumnya. Argumentasi Ellis adalah bahwa kita harus jangan membaca kata-kata Yudas itu sebagai semburan kata-kata marah yang ngawur yang ditujukan kepada lawan-lawannya.
TFTWMS: Yudas (Pendahuluan Kitab) PENERAPAN (Yudas 1:5-16)
Ketika Akomodasi Bukan Kebajikan (ay. 10-16)
Saya dan istri saya berada dalam satu kelompok mahasiswa pada kampanye ketuk-p...
PENERAPAN (Yudas 1:5-16)
Ketika Akomodasi Bukan Kebajikan (ay. 10-16)
Saya dan istri saya berada dalam satu kelompok mahasiswa pada kampanye ketuk-pintu di Gratz, Austria. Gereja memiliki ruang persekutuan yang nyaman di mana orang-orang muda bisa berkumpul setelah seharian menyusuri jalan. Pada suatu sore, kami kembali dan menemukan ruang persekutuan itu penuh dengan siswa kami yang ditemani oleh selusinan orang asing. Para siswa itu memperkenalkan kami kepada tamu mereka . Mereka adalah orang-orang muda yang menyenangkan yang memiliki pemimpin yang ramah berusia sekitar tiga puluh lima tahun.
Orang-orang muda kami punya sedikit pengalaman dengan guru-guru muda ini. Mereka mengira tamu mereka itu datang untuk berbagi dengan mereka iman mereka kepada Yesus. Mereka tidak mengetahui sumpah yang para misionaris ikrarkan sebelum meninggalkan rumah. Mereka tidak datang untuk belajar atau bahkan untuk berkomunikasi dengan orang-orang muda kami. Mereka datang untuk membuat terobosan dan untuk menyusup. Saya dan istri saya merasa sulit menangani situasi itu. Jika kami terlalu agresif menanyai para tamu itu, orang-orang muda kami akan mengira kami sedang menolak teman-teman mereka. Orang-orang yang muda dan yang belum berpengalaman sering kesulitan dalam melihat warna sebenarnya guru-guru palsu.
Yudas pasti menghadapi situasi yang sama. Banyak dari para pembacanya adalah orang-orang Kristen yang masih muda. Mereka tidak punya kematangan dan pengalaman untuk menilai cara-cara curang dari orang-orang yang ingin menyusupi mereka. Yudas tidak bersikap lembut dalam kecamannya. Kata-kata itu terdengar kasar bagi kita, tapi itu adalah saatnya bagi saudara Tuhan itu untuk menggunakan palu, bukan sapu pemukul. Ia harus berterus terang. Marilah kita akui bahwa ada saatnya untuk bersikap lembut. Orang harus setiap saat mengatakan kebenaran di dalam kasih (Efesus 4:15). Semua itu adalah benar, tetapi juga benar bahwa ada saatnya di mana orang Kristen harus membuat pemutusan yang tegas dengan mereka yang mengompromikan ajaran Kristus. Setelah mengingatkan dan menasihati, orang Kristen harus membuat jelas bahwa perilaku fasik akan selamanya tidak ditoleransi.
Matius 23
Khotbah Yesus kepada Pemimpin Yang Buruk
Matius 23 mungkin berisi khotbah paling keras di dalam Alkitab. Hanya Yesus yang bisa menyampaikan khotbah seperti itu. Ia mengecam para ahli Taurat dan orang-orang Farisi, yang menduduki kursi berkuasa yang hanya dimiliki Musa (ay. 2). Mereka adalah pemimpin yang mengangkat diri sendiri. Mereka sangat menincar jabatan ketua, gelar, dan kehormatan (ay. 6, 7). Mereka ingin kemuliaan tapi bukan pelayanan. Dosa mereka adalah kesombongan. Tidak ada tempat bagi kerendahan hati.
Para pemimpin ini adalah contoh yang buruk. "Sebab itu turutilah dan lakukanlah segala sesuatu yang mereka ajarkan kepadamu, tetapi janganlah kamu turuti perbuatan-perbuatan mereka, karena mereka mengajarkannya tetapi tidak melakukannya" kata Yesus (ay. 3). Mereka menipu para janda, tetapi mereka memanjatkan doa-doa yang panjang (ay. 14). Kitab Suci tidak melarang khotbah yang lama, kecuali doa-doa yang berpura-pura. Yesus menambahkan bahwa mereka yang bersalah atas praktik ini akan "menerima hukuman yang lebih berat" (Markus 12:40; Lukas 20:47).
Upaya mereka untuk membuat orang lain hanya terlihat agamis menambahkan kesalahan mereka. Mereka adalah pemimpin buta (ay. 15, 16a). Tidak ada yang bisa lebih kontradikstif daripada ini. Mereka bersumpah tanpa alasan (ay. 16b-22). Orang-orang jujur tidak perlu bersumpah. Mereka cermat dalam rincian-rincian yang kecil namun kehilangan maksud utamanya. Mereka menapis nyamuk tetapi menelan unta (ay. 24). Mereka lebih peduli dengan masalah lahiriah daripada rohaniah; kuburan mereka yang dilabur putih penuh dengan tulang belulang manusia (ay. 25-28). Yesus mencap mereka sebagai "ular" (ay. 33).
Yesus tidak mengakhiri khotbah yang keras ini dengan kemarahan. Sebaliknya, Ia berseru! "Yerusalem, Yerusalem" (ay. 37). Ia mengingatkan bahwa orang-orang ini sudah merajam para nabi, tetapi Ia menyatakan keinginan-Nya untuk melayani mereka seperti induk ayam melayani anak-anaknya. Yerusalem, kota Allah, diazab. Roma menghancurkan kota itu pada 70 Masehi.
Dalam Matius 23 Yesus memperkenalkan pemikiran baru, "ketentuan yang lebih berat." Ini melibatkan kedewasaan dalam keadilan, belas kasihan, dan kesetiaan (v. 23). "Perkataan Taurat" memang penting, tetapi harus dijalankan dengan semangat yang tepat. Daniel mengajarkan hal ini kepada Belsyazar: "… Mene, mene, tekel ufarsin" … "tuanku ditimbang dengan neraca dan didapati terlalu ringan" (Daniel 5:25-28). Belsyazar meninggal malam itu juga. Dunia selalu mengabaikan ketentuan hukum-hukum Allah yang lebih berat—gereja harus jangan seperti itu.
Charles B. Hodge, Jr.
TFTWMS: Yudas (Garis Besar) Catatan Akhir:
1 E. Earle Ellis, Prophecy and Hermeneutic in Early Christianity (Grand Rapids, Mich.: Baker Books, 1993), 220-26.
2 Terjemahan ba...
Catatan Akhir:
- 1 E. Earle Ellis, Prophecy and Hermeneutic in Early Christianity (Grand Rapids, Mich.: Baker Books, 1993), 220-26.
- 2 Terjemahan bahasa Inggris untuk 1 Henokh bersama dengan kata pengantar dan komentar singkat dapat ditemukan dalam James H. Charlesworth, ed., The Old Testament Pseudepigrapha (New York: Doubleday, 1983), 1:5-89. Pertama Enoch 6-19 memuat anak-anak Allah dalam Kejadian 6 sebagai subyeknya.
- 3 Richard J. Bauckham, Jude, 2 Peter, Word Biblical Commentary, vol. 50 (Waco, Tex.: Word Books, 1983), 53.
- 4 Wisdom of Solomon 10:7 (NRSV).
- 5 Victor P. Hamilton mengulas, "Lokasi Sodom tidak pasti." Ia menambahkan, "Tidak ada bukti arkeologis yang pasti yang sudah muncul untuk memvalidasi lokasi di utara atau selatan." (Victor P. Hamilton, The Book of Genesis: Chapters 18-50, The New International Commentary on the Old Testament [Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1995], 31.)
- 6 Ini adalah sudut pandang J. N. D. Kelly, A Commentary on the Epistles of Peter and of Jude, Black's New Testament Commentaries (London: Adam & Charles Black, 1969), 258.
- 7 Ibid., 261.
- 8 Tobit 5:4; 6:11; 7:9; 8:2; 9:5; 11:1; 12:6.
- 9 Terjemahan bahasa Inggris untuk Perjanjian Musa dapat ditemukan di Charlesworth, 1:919-34.
- 10 Istilah teknis untuk langkah tata bahasa seperti itu disebut "anacoluthon."
- 11 Untuk pembahasan tentang bukti itu, lihat Bauckham, 79-80.
- 12 Terjemahan 1 Henokh 1:9 ini adalah dari Charlesworth, 1:13-14.
- 13 1 Enokh 60:8
Pengarang: Duane Warden
Hak Cipta © 2015 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
BIS: Yudas (Pendahuluan Kitab) SURAT YUDAS
PENGANTAR
Surat Yudas ini ditulis untuk memperingatkan para pembacanya supaya waspada
terhadap guru-guru palsu yang menyebut dirinya Kri
SURAT YUDAS
PENGANTAR
Surat Yudas ini ditulis untuk memperingatkan para pembacanya supaya waspada terhadap guru-guru palsu yang menyebut dirinya Kristen. Dalam surat yang pendek ini, yang isinya mirip dengan surat Petrus yang kedua, penulisnya memberi dorongan kepada para pembacanya supaya terus berjuang untuk iman.
Isi
- Pendahuluan
Yud 1:1-2 - Sifat, pengajaran dan nasib guru-guru palsu
Yud 1:3-16 - Nasihat supaya tetap percaya
Yud 1:17-23 - Doa pujian
Yud 1:24-25
Ajaran: Yudas (Pendahuluan Kitab)
Tujuan
Supaya orang-orang Kristen mengerti ajaran-ajaran yang ada dalam Kitab Yudas dan
melakukannya dalam kehidupan sehari-hari.
Pendahuluan
Penu
Tujuan
Supaya orang-orang Kristen mengerti ajaran-ajaran yang ada dalam Kitab Yudas dan melakukannya dalam kehidupan sehari-hari.
Pendahuluan
Penulis : Yudas, saudara Yakobus, saudara Tuhan Yesus.
Tahun : Sekitar tahun 70-80 sesudah Masehi.
Penerima : Orang-orang Kristen (untuk semua yang percaya di seluruh dunia). Keadaan mereka (penerima pertama) sama dengan penerima Kitab I, II, III Yohanes, yaitu sedang menghadapi ajaran sesat yang tidak sesuai dengan Firman Allah.
Isi Kitab: Kitab Yudas hanya terdiri dari satu pasal. Di dalam Kitab ini Yudas menasehati setiap orang Kristen untuk tetap berjuang mempertahankan iman yang telah disampaikan oleh hamba-hamba Tuhan.
I. Ajaran-ajaran utama dalam Kitab Yudas
Ayat 1-4 (Yud 1:1-4).
Salam dan tujuan
Bagian ini berisi doa untuk pertumbuhan rohani jemaat, agar tetap berjuang dalam segala daya upaya bertahan pada iman yang teguh. Karena iman kepada Yesus Kristus menuntut adanya hidup yang suci.
Ayat 5-16 (Yud 1:15-16).
Pengajaran mengenal guru palsu
Bagian ini menjelaskan bahwa guru-guru palsu harus ditolak oleh orang Kristen. Akhir hidup daripada guru-guru itu sudah ditentukan, yaitu penghukuman. Hal ini disebabkan mereka telah merubah kasih karunia Allah dengan cara hidup di dalam dosa, dan mereka menyangkal Tuhan Yesus Kristus. Sifat-sifat mereka disamakan dengan tiga tokoh Alkitab yang jahat yaitu: Kain, Bileam, Korah.
Pendalaman
- Bagaimanakah caranya saudara mengenal guru-guru palsu/ajaran palsu?
- Ceritakanlah kejahatan yang dilakukan oleh Kain, Bileam dan Korah.
Ayat 17-23 (Yud 1:17-23).
Pengajaran tiga tugas orang Kristen dalam menghadapi guru-guru palsu
Bagian ini menjelaskan tugas orang-orang Kristen dalam menghadapi guru- guru palsu, yaitu:
_Pertama_, mengingat ajaran-ajaran Firman Allah, _Kedua_, membangun di atas dasar iman yang suci dan berdoa dalam Roh Kudus. _Ketiga_, menunjukkan kebaikan kepada orang lain, dengan disertai rasa takut kepada Tuhan, yaitu tidak mengikuti atau mengingini kejahatan/dosa, yang mencemarkan hidup.
Pendalaman
- Apakah tugas orang percaya dalam menghadapi ajaran sesat?
- Apakah tugas yang kedua dan ketiga sama dengan melakukan Firman Allah?
Ayat 24-25 (Yud 1:24-25).
Penutup
Pujian karena Allah akan menjaga anak-anak-Nya, karena dalam Yesus Kristus sajalah terletak kekuatan orang Kristen. Inilah dasar dari kemenangan akhir setiap orang Kristen.
Pendalaman
- Siapakah yang menjagai kita, supaya tidak tersesat?
- Dengan apakah Allah menjagai kita?
- Apakah dasar kekuatan kemenangan dari orang Kristen?
- Apakah yang menjadi sandaran kekuatan saudara?
- Kalau seseorang Kristen masih tetap mengikuti upacara-upacara ada yang tidak sesuai dengan Alkitab, apakah itu sama dengan ia mendasar kekuatannya kepada Yesus Kristus?
Pertanyaan-pertanyaan yang Dapat Digunakan untuk Tanya Jawab
- Siapakah yang menulis Kitab Yudas?
- Apakah pusat pengajaran Kitab Yudas?
- Apakah keadaan saudara sama dengan keadaan penerima Kitab ini?
Intisari: Yudas (Pendahuluan Kitab) Surat Pendek yang menggigit!
Yang kita hadapi saat ini adalah salah satu dari surat-surat terpendek dalam Perjanjian Baru, tetapi surat ini benar-ben
Surat Pendek yang menggigit!
Yang kita hadapi saat ini adalah salah satu dari surat-surat terpendek dalam Perjanjian Baru, tetapi surat ini benar-benar padat dengan makna. Surat ini mengingatkan kitajika kita mengasihi orang, kita kadang-kadang harus berlaku jujur, terus terang dan tegas terhadap mereka.
SIAPAKAH YUDAS?
Ia sendiri mengatakan bahwa ia 'saudara Yakobus' (1) atau dapat Anda anggap saudara Yakobus yang terkenal itu. Jadi, siapakah Yakobus? Hanya ada satu orang yang cocok dengan gambaran itu, yaitu Yakobus saudara Yesus. Berarti Yudas tentu adalah saudara dari Yesus juga (lihat Mar 6:3; Mat 13:55). Namun demikian, Yudas tidak pernah menyebut dirinya seorang rasul (walaupun ia berbicara tentang mereka)! Ini berarti kita sedang berhadapan dengan seorang yang rendah hati dan sederhana yang tidak ingin menonjolkan diri.
KAPAN DAN MENGAPA IA MENULIS?
Dari caranya ia membicarakan iman dan pengajaran para rasul, tampaknya Yudas menulis dengan baik pada zaman Perjanjian Baru, meskipun kita tidak dapat benar-benar memastikannya. Kita juga tidak tahu di mana teman-temannya tinggal, tetapi kita tahu pasti apa yang mereka lawan. Seperti juga banyak gereja-gereja dalam Perjanjian Baru, jemaat ini pun berada dalam kesulitan, dan yang lebih buruk lagi, masalah itu terjadi di dalam lingkungan gereja. Banyak orang mengaku bahwa mereka Kristen, tetapi mereka membawa jemaat pada kehidupan yang tidak senonoh, menyebarkan pemikiran-pemikiran yang palsu dan tidak bermoral. Pula, mereka seolah-olah terlihat sedang melakukan ajaran yang 'lebih rohani' dan 'yang lebih tinggi'. Yudas bermaksud untuk menulis kepada mereka surat yang lebih panjang dan tidak tergesa-gesa tentang ajaran Kristen, tetapi penulisan ini harus dilakukan dengan cepat. Inilah sebabnya mengapa surat Yudas dan 11 Petrus banyak kemiripannya. Entah Yudas yang mengutip Petrus dan menyesuaikannya dengan gaya tulisannya, atau mungkin ia dan Petrus mendapatkan beberapa traktat yang sama. Hasilnya adalah sepucuk surat yang penting, berbobot dan sarat dengan petunjuk.
BAGAIMANA TENTANG HENOKH?
Satu hal yang tidak biasa mengenai Yudas ialah bahwa ia tidak hanya mengutip Perjanjian Lama dan para rasul, tetapi ia juga mengutip kitab-kitab yang tidak kita punyai dalam Alkitab. Kitab Henokh (14, 15) adalah buku agama yang populer dan yang sangat banyak dikenal orang pada zaman itu. Pengangkatan Musa (9) merupakan contoh lainnya. (Ada cerita tentang Mikhael yang dikirim untuk menguburkan Musa dan bertemu dengan Iblis yang menuntut tubuhnya sebab Musa seorang pembunuh. Mikhael menyerahkan keputusan itu kepada Allah). Mungkin ada pula rujukan lainnya, tetapi semua ini tidak berarti bahwa Yudas menganggap kutipan itu setara dengan Alkitab. Dalam Perjanjian Baru terdapat beberapa kali penulis mengutip ucapan-ucapan atau tulisan-tulisan terkenal lain hanya untuk menegaskan suatu pendapat, sama seperti yang dilakukan oleh pengkhotbah-pengkhotbah dewasa ini yang mungkin mengutip dari karya Shakespeare atau Perjalanan Seorang Musafir, misalnya.
Pesan
1.Ada musuh didalam selimutMereka sudah
o menyelusup masuk. Yud 1:4
o menodai persekutuan. Yud 1:12
o memecah belah jemaat. Yud 1:19
o terbukti sebagai Kristen palsu. Yud 1:19
2. Mereka menyangkal iman.
o Menentang apa yang kita percayai. Yud 1:3
o Hidup dalam kejahatan. Yud 1:4, 11, 12, 16
3. Allah akan mengurus mereka.
o Ia telah melakukannya di masa lampau. Yud 1:4, 5, 6, 7, 11
o Ia akan melakukannya lagi. Yud 1:14, 15
4. Kristen sejati akan siap siaga.
o Berjuang demi iman. Yud 1:3
o Setia kepada Tuhan. Yud 1:4
o Ingat akan janji-janji. Yud 1:17
o Terus bertahan dan memelihara iman. Yud 1:20,21
o Menyelamatkan orang lain. Yud 1:22, 23
5. Allah akan memelihara kita.
o Ia memanggil kita. Yud 1:1
o Ia mengasihi kita. Yud 1:1, 2, 21
o Ia berkuasa memberikan apa yang kita perlukan. Yud 1:2
o Ia akan memelihara kita. Yud 1:24
o Ia yang memegang kendali. Yud 1:25
Penerapan
Yudas mengajar kita bagaimana menyelesaikan kesalahan...
1. Apa yang akan kita hadapi.o Ajaran palsu
o Orang yang tidak saleh
o Kebebasan dan nafsu
o Ketidakpercayaan
o Kesombongan
o Ketidakhormatan
o Ejekan
o Penolakan terhadap wibawa
o Egoisme
o Tidak adanya buah Roh
o Keluhan
o Bualan
o Rayuan
o Pemecahbelahan
o Keduniawian
o Kerohanian pura-pura
2. Bagalmana mengadakan perlawanan.
o Bergantung pada Alkitab
o Periksa ajaran mereka
o Jangan biarkan adanya penyimpangan
o Sadari bahwa hal itu serius
o Teruskan apa yang sudah dimulai
o Pegang janji janji Allah
o Berhati-hati walaupun Anda ingin menolong mereka
Tema-tema Kunci
1. Alkitab.
Yudas berbicara tentang 'iman' (3); menyimpulkan apa yang kita percayai. Oleh karena iman adalah 'pemberian Allah' dan sebab Allah tidak ingkar, maka sangatlah penting bagi kita untuk berpegang pada iman. Kita memilikinya tertulis dalam Alkitab bagi kita, dan Yudas menganggap bahwa semua kawannya telah mengetahuinya dan akan mempertahankannya. Lihat bagaimana Yudas mengacu baik ke Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru (ayat-ayat Yud 1:3, 5, 6, 7, 11, 17, 18, 20) dan carilah acuan berikut ini: I Korintus 10:1-12; Kejadian 10:1-12; 6:1-4; 19:1-25; 4:1-16; Bilangan 22-23; 25:1-5; 31:15, 16; 16:1-35.
2. Hidup dan iman.
Apa yang kita percayai dan bagaimana kita hidup harus serasi. Para guru palsu mengatakan bahwa mereka percaya akan kasih karunia Allah (4) dan bahkan mereka mengaku mendapatkan wahyu khusus (8,lihat 19), tetapi kehidupan mereka sehari- hari menyangkal pengakuan tersebut. Buatlah daftar tentang gambaran yang berbeda-beda yang dipakai Yudas untuk menggambarkan Kristen palsu ini. Apa kesan yang Anda dapatkan secara menyeluruh?
3. Dosa tidak akan lepas dari hukuman.
Walaupun kelihatannya orang dapat meng hindarihukuman dosa, sejarah Alkitab mengatakan bahwa pada suatu hari Allah akan menghakimi mereka. Carilah hal-hal yang menunjuk kepada penghakiman Allah dalam surat ini.
4. Orang Kristen sejati akan selamat.
Tidak saja Allah sangat memperhatikan umat-Nya, tetapi Ia dapat memberikan segala sesuatu bagi mereka untuk tetap mempertahankan diri. Pikirkan ayat-ayat Yud 1:24, 25 dan carilah apa yang ingin Allah lakukan dan bagaimana Ia dapat melakukannya.
Garis Besar Intisari: Yudas (Pendahuluan Kitab) [1] 'YUDAS UNTUK SAHABAT-SAHABATNYA' Yud 1:1,2
Saudara-saudara adalah orang-orang yang istimewa
[2] 'DITULIS DENGAN TERBURU-BURU...' Yud 1:3,4
[1] 'YUDAS UNTUK SAHABAT-SAHABATNYA' Yud 1:1,2
Saudara-saudara adalah orang-orang yang istimewa
[2] 'DITULIS DENGAN TERBURU-BURU...' Yud 1:3,4
Yud 1:3 | a Apa yang ingin saya tulis |
Yud 1:3 | b Apa yang sedang saya tulis |
Yud 1:4 | Mengapa saya menulis seperti ini |
[3] 'TIGA PERINGATAN YANG MENGERIKAN' Yud 1:5-7
Yud 1:5 | Mesir |
Yud 1:6 | Para malaikat |
Yud 1:7 | Sodom dan Gomora |
[4] 'APA YANG KITA LAWAN' Yud 1:8-13
Yud 1:8-9 | Memberontak terhadap kekuasaan Allah |
Yud 1:10 | Berlaku seperti binatang |
Yud 1:11 | Kain, Bileam dan Korah dijadikan satu! |
Yud 1:12-13 | Berbahaya dan tak berguna |
[5] 'HENOKH BENAR!' Yud 1:14-16
Yud 1:14-15 | Hakim sedang datang |
Yud 1:16 | Kesombongan dan nafsu |
[6] 'PARA RASUL SUDAH MENGATAKANNYA PADAMU!' Yud 1:17-19
Yud 1:17-18 | Hari-hari jahat akan tiba |
Yud 1:19 | Hati-hati terhadap hal duniawi! |
[7] 'LANJUTKAN PEKERJAANMU!' Yud 1:20-23
Yud 1:20,21 | Kuatkan diri |
Yud 1:22,23 | Ulurkan tangan |
[8] 'ALLAH YANG SEPERTI APA YANG KITA MILIKI!' Yud 1:24,25
Mampu dan memelihara
Bank BCA Cabang Pasar Legi Solo - No. Rekening: 0790266579 - a.n. Yulia Oeniyati
Kontak | Partisipasi | Donasi