Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per frasa)
Full Life -> Ef 5:11
Full Life: Ef 5:11 - PERBUATAN-PERBUATAN KEGELAPAN.
Nas : Ef 5:11
Orang yang setia kepada Kristus tidak mungkin bersikap netral atau
berdiam diri terhadap "perbuatan-perbuatan kegelapan dan kebejatan...
Nas : Ef 5:11
Orang yang setia kepada Kristus tidak mungkin bersikap netral atau berdiam diri terhadap "perbuatan-perbuatan kegelapan dan kebejatan" (ayat Ef 5:3-6). Mereka harus selalu siap membeberkan, menegur, dan menentang semua bentuk kejahatan. Dengan sungguh-sungguh menentang ketidakbenaran berarti membenci dosa (Ibr 1:9), memihak kepada Allah dalam menentang kejahatan (Mazm 94:16), dan tetap setia kepada Kristus yang juga menyingkapkan perbuatan-perbuatan jahat (Yoh 7:7; 15:18-20; bd. Luk 22:28).
Ref. Silang FULL -> Ef 5:11
buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry -> Ef 5:3-20
Matthew Henry: Ef 5:3-20 - Perlindungan terhadap Kecemaran Perlindungan terhadap Kecemaran (5:3-20)
Ayat-ayat ini memuat sebuah peringatan terhadap segala bentuk kecemaran dengan disertai jalan keluar dan a...
Perlindungan terhadap Kecemaran (5:3-20)
- Ayat-ayat ini memuat sebuah peringatan terhadap segala bentuk kecemaran dengan disertai jalan keluar dan alasan-alasan tepat yang diajukan. Lebih lanjut, ditambahkan pula beberapa peringatan serta beberapa kewajiban lain yang dianjurkan. Hawa nafsu yang cemar harus dikalahkan, supaya dapat mendukung kasih yang kudus. Hiduplah di dalam kasih, dan hindarilah percabulan dan rupa-rupa kecemaran. Percabulan adalah kebodohan yang dilakukan di antara orang-orang yang belum menikah. Rupa-rupa kecemaran meliputi segala jenis hawa nafsu yang cemar, yang sudah terlampau biasa dilakukan di antara bangsa-bangsa kafir. Atau keserakahan, yang demikian berkaitan dengan kejahatan lainnya, dan dikatakan sebagai suatu hal yang disebut saja pun jangan. Beberapa orang memahaminya sebagai penggunaan dalam gaya bahasa murni kitab suci tentang hawa nafsu yang tidak wajar. Ada juga yang memahami hal itu dengan akal yang lebih sehat, yaitu hasrat yang kuat untuk memperoleh keuntungan atau cinta yang tidak pernah terpuaskan akan kekayaan. Hal seperti ini dianggap sebagai perzinahan rohani. Karena dengan dosa keserakahan ini, jiwa yang sebenarnya telah dipertunangkan dengan Allah, kemudian menjadi tersesat dan meninggalkan Dia, serta mendekap dada perempuan asing. Itulah sebabnya mengapa orang-orang yang sangat tertarik kepada perkara-perkara duniawi dan mementingkan perkara-perkara jasmaniah disebut sebagai orang-orang yang berzinah: Hai kamu yang disifatkan seperti orang berzinah, tiadakah kamu ketahui bahwa persahabatan dengan dunia ini, ialah perseteruan dengan Allah? (Yak. 4:4b, TL). Nah, dosa-dosa seperti ini harus diwaspadai dengan sangat dan dibenci sejadijadinya. Disebut saja pun jangan di antara kamu, harus ditolak dengan rasa jijik, sebagaimana sepatutnya bagi orang-orang kudus, orang-orang suci, yang dipisahkan dari dunia ini dan dipersembahkan kepada Allah. Rasul Paulus tidak saja memperingatkan tentang perbuatan-perbuatan dosa yang besar, tetapi juga dosa-dosa yang cenderung dianggap remeh dan dapat dimaafkan. Demikian juga perkataan yang kotor (ay. 4), yang dapat diartikan sebagai berbagai bentuk isyarat badan dan tingkah laku yang tidak pantas. Yang kosong atau yang sembrono, yaitu percakapan yang cabul dan kotor, atau yang lebih umum dilakukan orang adalah semacam percakapan sia-sia yang menunjukkan banyak kebodohan dan kesembronoan, dan jauh dari mendidik. Kata Yunani yang dipakai, yaitu eutrapelia adalah kata yang sama seperti yang digunakan oleh Aristoteles di dalam karyanya Ethics, yaitu membuat percakapan yang menyenangkan dan bermoral. Tidak diragukan lagi yang tidak dilarang Rasul Paulus di sini adalah senda gurau yang baik dan tidak menyinggung perasaan orang lain. Sebagian orang beranggapan bahwa yang dimaksud Rasul Paulus adalah kata-kata yang tidak senonoh dan kasar yang cenderung membeberkan keadaan orang lain supaya tampak menggelikan. Ini ada benar juga, tetapi dari konteks di sini tampaknya artinya dibatasi pada senda gurau yang kotor dan cabul, yang juga disebutkan oleh Rasul Paulus sebagai percakapan yang kotor, atau buruk dan busuk (4:29). Mengenai hal-hal ini ia berkata, karena hal-hal ini tidak pantas. Memang percakapan demikian banyak tidak pantasnya di situ, bahkan sangat jahat. Percakapan-percakapan itu jauh dari menguntungkan sehingga malah mencemari dan meracuni orang-orang yang mendengarkan. Tetapi yang dimaksudkan sebenarnya adalah, hal-hal itu tidak patut bagi orang-orang Kristen, dan sangat tidak cocok dengan pengakuan iman dan watak mereka. Orang-orang Kristen diperbolehkan bergembira dan bersenang-senang, namun mereka harus bersuka ria dengan bijaksana. Rasul Paulus menambahkan, tetapi sebaliknya ucapkanlah syukur. Biarlah kegembiraan orang Kristen dijauhkan sejauh mungkin dari kejenakaan yang bersifat cabul dan tidak senonoh, supaya ia dapat menggembirakan pikirannya serta membuat dirinya bersuka ria dengan tetap ingat untuk berterima kasih atas kebaikan dan belas kasihan Allah kepadanya, dan memuji dan membesarkan Dia atas hal-hal ini. Perhatikanlah,
- 1. Kita harus menggunakan semua kesempatan untuk memberi ucapan syukur dan pujian kepada Allah atas kebaikan dan kemurahan-Nya kepada kita.
- 2. Merenungkan kasih karunia dan kebaikan Allah kepada kita, dengan maksud untuk menggairahkan rasa syukur kita kepada-Nya, sangat baik untuk menyegarkan dan menggembirakan pikiran orang Kristen dan membuatnya bersukacita. Dr. Hammond (pujangga gereja di Inggris abad ketujuh belas – pen.) berpendapat bahwa eucharistia umumnya dapat berarti percakapan yang mulia, saleh, dan rohaniah, yang berlawanan dengan apa yang dicela oleh Rasul Paulus itu. Kegembiraan kita tidak boleh meledak menjadi sesuatu yang sia-sia dan penuh dosa serta menodai nama Allah, tetapi harus tampak seperti yang seharusnya menjadi ciri orang Kristen dan dapat memberi kemuliaan bagi-Nya. Apabila orang lebih dipenuhi oleh ungkapan-ungkapan yang baik dan saleh, dengan sendirinya mereka tidak akan mudah mengucapkan kata-kata yang menyakitkan dan tidak pantas. Sebab, bukankah berkat dan kutuk, ketidaksenonohan dan ucapan syukur, keluar dari mulut yang sama?
- I. Untuk membentengi kita terhadap dosa-dosa kecemaran dan sebagainya, Rasul Paulus menegaskan beberapa alasan dan memberikan beberapa penangkal, sebagai berikut,
- 1. Ia mendesakkan beberapa alasan, seperti
- (1) Ingatlah bahwa dosa-dosa ini menutup pintu sorga bagi orang-orang yang melakukannya: Karena itu ingatlah ini baik-baik, dan seterusnya (ay. 5). Mereka telah mengetahuinya, karena mereka telah diberi tahu sebelumnya melalui pengajaran agama Kristen. Mengenai orang serakah, beberapa orang memahaminya sebagai orang yang tak bermoral yang penuh nafsu birahi, yang memperturutkan hatinya di dalam hawa nafsu kotor yang biasanya dikaitkan dengan perbuatan orang kafir dan penyembah berhala. Sebagian orang lain lagi memahami perkataan orang serakah itu sesuai apa yang diartikan secara umum. Orang seperti itu dianggap sebagai penyembah berhala karena pada dirinya ada penyembahan berhala secara rohani yang berupa perbuatan mengasihi dunia ini. Sebagaimana orang rakus yang suka makan minum menjadikan perutnya sebagai ilah, begitu jugalah orang yang tamak menjadikan uang sebagai ilahnya. Hati dan perasaannya terpatri pada uang, dan ia menaruh pengharapan, kepercayaan, dan kegembiraan di dalam barang duniawi, yang seharusnya ditujukan hanya kepada Allah saja. Bukannya menyembah Allah, orang-orang seperti itu malah menyembah Mamon. Mengenai orang-orang demikian dikatakan bahwa mereka tidak mendapat bagian di dalam Kerajaan Kristus dan Allah, artinya, Kerajaan Kristus, yang adalah Allah, atau kerajaan yang pada hakikatnya adalah milik Allah, dan milik Kristus, sebab Dia menjadi Pengantara, yang telah dibeli Kristus dengan pengorbanan-Nya dan yang telah dianugerahkan Allah kepada-Nya. Di sini (seperti juga sering di tempat lain dari Kitab Suci) sorga digambarkan seperti sebuah kerajaan berkenaan dengan keunggulan dan kemuliaannya, kepenuhan dan kecukupannya, dan seterusnya. Di dalam kerajaan ini, orang-orang kudus dan hamba-hamba Allah memiliki bagian harta warisan. Sebab harta itu adalah bagian orang-orang kudus di dalam kerajaan terang. Namun, orang-orang yang tidak mau bertobat, dan membiarkan diri mereka tetap tinggal di dalam nafsu kedagingan atau cinta akan dunia ini, sesungguhnya bukanlah orang-orang Kristen, sehingga mereka tidak menjadi milik kerajaan kasih karunia itu, dan sama sekali tidak akan pernah masuk ke dalam kerajaan kemuliaan itu. Oleh karena itu, marilah kita dengan penuh semangat berjaga-jaga terhadap dosa-dosa yang dapat mencegah dan menghalangi kita masuk ke dalam sorga.
- (2) Dosa-dosa ini mendatangkan murka Allah ke atas orang-orang yang bersalah karena melakukannya: “Janganlah kamu disesatkan orang dengan kata-kata yang hampa, dan seterusnya (ay. 6). Jangan biarkan siapa pun juga memperdaya kamu, seakan-akan hal-hal seperti itu dapat diterima dan diperbolehkan di antara orang-orang Kristen, atau seakan-akan hal-hal seperti itu tidak terlampau menggusarkan dan menyakiti hati Allah, atau seakan-akan kamu dapat memperturutkan hatimu di dalam dosa-dosa itu serta dapat meluputkan diri dan bebas dari hukuman. Semua ini adalah kata-kata hampa.” Amatilah, orang-orang yang menyesatkan diri sendiri dan orang lain dengan harapan dapat membebaskan diri dari hukuman dosa, hanyalah menipu diri sendiri dan orang lain. Dengan cara demikianlah Iblis memperdayai orangtua pertama kita dengan kata-kata hampa ketika ia berkata kepada mereka, Sekali-kali kamu tidak akan mati. Sungguh, itu adalah kata-kata hampa. Sebab siapa yang mempercayai kata-kata itu akan mendapati dirinya diperdayakan secara menyedihkan, karena hal-hal yang demikian mendatangkan murka Allah atas orang-orang durhaka. Mungkin yang dimaksudkan oleh Rasul Paulus dengan orang-orang durhaka itu adalah bangsa-bangsa kafir yang tidak percaya dan menolak untuk menaati dan menyerahkan diri kepada Injil, atau dalam pengertian yang lebih umum, yaitu orang-orang berdosa yang tegar tengkuk, yang tidak mau diperbaiki, tetapi lebih suka menjadi orang-orang durhaka. Kedurhakaan itu merupakan kejahatan dari dosa itu sendiri. Dan menurut ungkapan Ibrani, orang-orang berdosa seperti itu disebut sebagai orang-orang durhaka, dan orang-orang semacam itu memang sudah demikian adanya sejak masa kanak-kanak mereka, tersesat segera setelah dilahirkan. Murka Allah datang ke atas mereka, akibat dosa-dosa mereka. Adakalanya murka itu datang dalam kehidupan di dunia ini, namun lebih khusus lagi murka itu akan mereka alami di dalam kehidupan yang akan datang. Jadi, masih beranikah kita menganggap ringan hal-hal yang akan membawa kita berada di bawah murka Allah? Oh, jangan. Janganlah kamu berkawan dengan mereka (ay. 7). “Jangan mengambil bagian dengan mereka di dalam dosa-dosa mereka, supaya kamu tidak mendapat bagian di dalam hukuman mereka.” Kita berkawan dengan orang lain di dalam dosa-dosa mereka, tidak saja ketika kita hidup di dalam dosa yang sama seperti mereka, menyetujui dan mengikuti godaan dan ajakan mereka untuk berbuat dosa, tetapi juga ketika kita mendukung mereka dalam dosa-dosa mereka, mendorong mereka berbuat dosa, dan tidak menghalangi dan menghindari mereka, sejauh kita memiliki kemampuan untuk melakukannya.
- (3) Perhatikan baik-baik bagaimana orang-orang Kristen harus hidup dengan cara yang berbeda dari yang dilakukan oleh orang-orang berdosa semacam itu: Memang dahulu kamu adalah kegelapan, tetapi sekarang, dan seterusnya (ay. 8). Artinya, “Perbuatan-perbuatan semacam itu sangat tidak cocok dengan keadaanmu sekarang, sebab dahulu, sebagai bangsa-bangsa yang belum dilahirbarukan keadaanmu dipenuhi dengan kegelapan, tetapi sekarang kamu telah mengalami suatu perubahan besar.” Rasul Paulus menggambarkan keadaan mereka sebelumnya secara kiasan sebagai kegelapan, untuk menyatakan kegelapan besar yang menyelimuti mereka. Mereka menjalani kehidupan yang jahat dan duniawi, tidak mempunyai terang pengajaran, tanpa pencerahan, dan kasih karunia Roh yang mulia di dalam diri mereka. Perhatikan baik-baik, keadaan dosa adalah keadaan kegelapan. Orang-orang berdosa, dapat disamakan seperti orang-orang yang tengah berada di dalam kegelapan, mereka tidak tahu harus pergi ke mana serta tidak tahu harus berbuat apa. Namun, kasih karunia Allah menghasilkan perubahan yang dahsyat di dalam jiwa mereka: Sekarang kamu adalah terang di dalam Tuhan, diterangi oleh firman dan Roh Allah supaya selamat. Sekarang, begitu kamu percaya kepada Kristus dan menerima Injil, Hiduplah sebagai anak-anak terang. Menurut kebudayaan Ibrani, yang dimaksud dengan anak-anak terang adalah orang-orang yang berada di dalam keadaan terang, dilengkapi dengan pengetahuan dan kekudusan. “Sekarang, sesudah kamu menjadi seperti itu, hendaklah perilakumu sesuai dengan keadaan dan kehormatanmu, serta hiduplah sesuai dengan kewajibanmu, seturut pengetahuan dan hak-hak istimewa yang kamu nikmati, dan ujilah apa yang berkenan kepada Tuhan (ay. 10), dengan memeriksa dan mencari dengan rajin apa yang telah dinyatakan Allah sebagai kehendak-Nya, dan tunjukkanlah bahwa kamu menyetujuinya dengan menyesuaikan diri dengan keadaan itu.” Perhatikan baik-baik, kita tidak boleh hanya merasa gentar dan menghindari apa yang tidak disukai Allah saja, tetapi harus menyelidiki dan memperhatikan juga apa yang berkenan kepada-Nya, dengan menyelidiki Kitab Suci dengan pandangan seperti itu, sehingga kita terus menjauhkan diri dari dosa-dosa ini.
- 2. Rasul Paulus menguraikan beberapa penangkal untuk melawan dosa-dosa itu. Seperti,
- (1) Jika kita tidak mau dijerat oleh hawa nafsu kedagingan, kita harus mengeluarkan buah-buah Roh (ay. 9). Hal ini diharapkan dari anak-anak terang, bahwa dengan dicerahkan, mereka juga dikuduskan oleh Roh, dan kemudian mengeluarkan buah-Nya, yaitu buah kebaikan, kecenderungan untuk berbuat baik serta menunjukkan belas kasihan, dan keadilan, yang menunjukkan keadilan di dalam semua urusan. Jadi, dengan ketat mereka diharapkan demikian. Tetapi, pada umumnya agama seluruhnya memang menyangkut kebaikan dan keadilan, dan di dalamnya dan dengannya harus ada kebenaran, atau ketulusan dan kelurusan hati.
- (2) Kita tidak boleh bersekutu dengan dosa dan orang-orang berdosa (ay. 11). Perbuatan-perbuatan dosa merupakan perbuatan-perbuatan kegelapan. Perbuatan-perbuatan itu berasal dari kegelapan pengabaian. Perbuatan-perbuatan itu mencari kegelapan persembunyian, dan kemudian perbuatan-perbuatan itu akan membawa kepada kegelapan neraka. Perbuatan-perbuatan kegelapan ini tidak berbuahkan apa-apa. Dalam jangka panjang tidak ada yang dapat diperoleh dari perbuatan-perbuatan ini, apa pun keuntungan yang sepertinya ditawarkan oleh dosa, sama sekali tidak akan dapat mengimbangi kerugiannya, sebab perbuatan-perbuatan itu mendatangkan kehancuran dan kebinasaan sepenuhnya bagi orang-orang berdosa yang tidak mau bertobat. Oleh karena itu, kita tidak boleh turut mengambil bagian dalam perbuatan-perbuatan yang tidak berbuahkan apa-apa ini. Sebagaimana kita tidak boleh melakukannya sendiri, kita juga tidak boleh memberikan dukungan kepada orang lain dalam melakukan perbuatan-perbuatan ini. Ada banyak cara untuk turut mengambil bagian di dalam dosa-dosa orang lain, yaitu dengan memberikan pujian, nasihat, persetujuan, atau menyembunyikannya. Dan, jika kita turut mengambil bagian di dalam dosa-dosa mereka, kita juga akan turut mengambil bagian di dalam kutukan yang mereka terima. Bahkan, jika kita terus-menerus mengambil bagian bersama mereka, tidak lama lagi kita akan berada dalam bahaya sepenuhnya bertindak seperti mereka. Karena itu, dari pada turut mengambil bagian bersama mereka, lebih baik kita mengecam perbuatan-perbuatan itu, yang menyiratkan bahwa jika kita tidak mengecam dosa-dosa itu, maka orang akan bersekutu dengan mereka. Kita harus bertindak bijaksana di dalam kedudukan kita untuk bersaksi melawan dosa-dosa orang lain dan berusaha untuk berbicara dan menginsafkan mereka atas keberdosaan mereka bila ada kesempatan yang cocok dan tepat pada waktunya. Namun, yang utama adalah melalui kekudusan hidup dan tingkah laku kita yang saleh. Kita mengecam dosa-dosa mereka dengan berbuat saleh secara berlimpah-limpah. Salah satu alasan yang diberikan adalah, sebab menyebutkan saja pun apa yang dibuat oleh mereka di tempat-tempat yang tersembunyi telah memalukan (ay. 12). Perbuatan-perbuatan mereka itu begitu kotor dan menjijikkan sehingga menyebutkan saja sudah memalukan, kecuali untuk maksud menegur, apalagi sampai turut mengambil bagian bersama mereka. Perbuatan-perbuatan yang mereka lakukan di tempat-tempat tersembunyi. Tampaknya di sini Rasul Paulus berbicara tentang penyembah-penyembah berhala yang berasal dari bangsa-bangsa lain, dan mengenai rahasia-rahasia mereka yang mengerikan, yang dipenuhi dengan kejahatan-kejahatan yang menjijikkan, di mana tidak seorang pun yang boleh membocorkannya sampai mati. Amatilah, seorang yang benar akan merasa malu berbicara tentang perbuatan-perbuatan yang biasa dilakukan oleh banyak orang jahat tanpa merasa malu. Namun, sejauh kejahatan itu muncul, orang benar harus menelanjanginya. Selanjutnya ada alasan lain untuk menegur kejahatan semacam itu: Tetapi segala sesuatu yang sudah ditelanjangi oleh terang itu menjadi nampak (ay. 13). Bagian ini dapat diartikan sebagai berikut: “Semua perbuatan kegelapan yang tidak berbuahkan apa-apa, yaitu perbuatan-perbuatan yang harus kamu telanjangi itu, akan terungkap dan tampak jelas dalam warna yang sebenarnya bagi orang-orang berdosa itu sendiri, yaitu melalui terang ajaran firman Allah yang ada di mulutmu, yang merupakan penegur-penegur yang setia, atau melalui terang yang mengandung pengajaran yang terpancar dari kekudusan kehidupanmu dan melalui jalan hidupmu yang patut diteladani.” Amatilah, terang firman Allah dan peneladanannya di dalam perilaku hidup orang Kristen, merupakan alat yang tepat untuk menginsafkan orang-orang berdosa akan dosa-dosa dan kejahatan mereka. Selanjutnya dikatakan, sebab semua yang nampak adalah terang, artinya, terang itulah yang menemukan apa yang sebelumnya disembunyikan di dalam kegelapan. Dan sesuai dengan itu, mereka yang menjadi anak-anak terang, yaitu mereka yang adalah terang di dalam Tuhan itu wajib menyingkapkan kepada orang lain akan dosa-dosa mereka, serta berusaha menginsafkan mereka dari kejahatan dan bahaya dosa mereka. Dengan demikian mereka bercahaya sebagai terang di dalam dunia. Lebih jauh lagi Rasul Paulus menekankan kewajiban ini dari contoh Allah atau Kristus: Itulah sebabnya dikatakan, dan seterusnya (ay. 14). Seolah-olah ia berkata, “Dalam melakukan hal ini, kamu meneladani Allah yang Agung, yang telah menyediakan diri untuk membangunkan orang-orang berdosa dari tidur mereka dan membangkitkan mereka dari kematian dosa, supaya mereka dapat menerima cahaya dari Kristus.” Ia berfirman. Secara terus-menerus Tuhan bersabda di dalam firman-Nya apa yang secara lebih khusus dinyatakan di dalam 1. Atau Kristus, yang terus-menerus memanggil orang-orang berdosa melalui hamba-hamba-Nya yang memberitakan Injil yang kekal: Bangunlah, hai kamu yang tidur dan bangkitlah dari antara orang mati. Hal yang sama di dalam pokok bahasan Rasul Paulus dituangkan oleh ungkapan-ungkapan yang berbeda ini. Ungkapan-ungkapan itu dimaksudkan untuk mengingatkan kita atas kebodohan besar dan rasa aman yang menyedihkan dari orang-orang berdosa, betapa mereka tidak menyadari bahaya yang mengancam mereka dan tidak sadar akan gerakan, perasaan hati, dan tindakan-tindakan yang bersifat rohaniah. Ketika Allah meminta mereka bangun dan bangkit, Ia bermaksud supaya mereka berhenti berbuat dosa dengan cara bertobat dan menjalani suatu ketaatan yang kudus. Allah juga mendorong mereka untuk berusaha sekuat tenaga melakukan hal itu berdasarkan janji yang indah itu, Dan Kristus akan memberikan cahaya kepadamu, atau Kristus akan menerangi kamu, atau akan bercahaya atas kamu. “Ia akan membawa kamu kepada pengetahuan, kekudusan, dan penghiburan. Ia membantumu dengan kasih karunia-Nya, menyegarkan pikiranmu dengan sukacita dan damai sejahtera di dalam dunia ini, serta pada akhirnya menghadiahi kamu dengan kemuliaan yang kekal.” Perhatikan baik-baik, ketika kita berusaha keras untuk menginsafkan orang-orang berdosa dan memulihkan hidup mereka dari dosa-dosa yang mereka perbuat, berarti kita sedang meneladani Allah dan Kristus di dalam hal tersebut, yang merupakan rancangan besar-Nya di seluruh Injil. Sebagian orang memang memahami hal ini sebagai panggilan kepada orang-orang berdosa dan orang-orang kudus. Seruan untuk bertobat dan berbalik kepada orang-orang berdosa, serta panggilan untuk menjalankan kewajiban dengan penuh semangat kepada orang-orang kudus. Orang-orang berdosa harus bangkit dari kematian rohaniah mereka, dan orang-orang kudus harus bangun dari tidur rohaniah mereka.
- (3) Penangkal lainnya untuk melawan dosa adalah hidup dengan sikap saksama, peduli, dan penuh kehati-hatian (ay. 15): Karena itu perhatikanlah dengan saksama, dan seterusnya. Hal ini dapat dipahami dalam kaitan kedua panggilan yang telah disebutkan sebelumnya, “Jika kamu ingin menegur orang lain akan dosa-dosa mereka dan ingin tetap setia kepada kewajibanmu untuk menegur mereka, maka kamu harus memperhatikan baik-baik keadaan dirimu sendiri, dan juga dengan perilaku serta perbuatanmu.” (Dan memang, orang-orang yang pantas untuk menegur orang lain adalah mereka yang benar-benar hidup dengan sikap yang saksama dan penuh perhatian dengan diri mereka sendiri). Inilah yang saya anggap sebagai maksud dari Rasul Paulus, yaitu mustahil dapat menjaga kemurnian serta kekudusan hati dan kehidupan tanpa disertai sikap saksama dan kepedulian yang besar. Perhatikanlah dengan saksama, bagaimana kamu hidup, atau sebagaimana arti perkataan ini, hidup dengan teliti, tepat, dengan cara yang benar, dan supaya dapat melakukan ini, kita harus sering-sering melihat kembali peraturan dan petunjuk yang kita miliki dalam firman yang kudus. Janganlah seperti orang bebal, yang hidup sembarangan saja dan tidak memahami kewajibannya maupun berharganya jiwanya. Orang demikian, karena kelalaian, kemalasan, dan masa bodoh, jatuh di dalam dosa dan menghancurkan diri sendiri. Tetapi hiduplah seperti orang arif, sebagai orang-orang yang telah diajar oleh Allah dan dilengkapi dengan hikmat yang dari sorga. Hidup dengan saksama merupakan buah dari hikmat yang sejati, tetapi hidup yang sebaliknya merupakan akibat dari kebebalan. Selanjutnya dikatakan, pergunakanlah waktu yang ada (ay. 16). Secara harfiah ini berarti, mengambil kesempatan. Ungkapan ini berasal dari kaum saudagar dan pedagang yang dengan rajin mengamati dan memanfaatkan musim-musim untuk berdagang. Merupakan suatu bagian besar dari hikmat orang Kristen untuk memanfaatkan waktu. Orang-orang Kristen yang baik harus menjadi bendahara yang baik atas waktu mereka, dan dengan berhati-hati memanfaatkannya untuk tujuan-tujuan yang terbaik, dengan mewaspadai godaan-godaan, dengan berbuat baik kalau hal itu ada dalam kekuasaannya, dan mengisinya dengan pekerjaan yang tepat. Ini merupakan suatu pelindung istimewa terhadap dosa. Mereka harus menggunakan dengan sebaik mungkin masa-masa kasih karunia sekarang ini. Waktu kita merupakan sebuah talenta yang diberikan Allah kepada kita untuk digunakan mencapai suatu tujuan yang baik. Waktu itu akan diboroskan dengan sia-sia serta hilang kalau tidak digunakan sesuai dengan rancangan-Nya. Jika sebelum ini kita telah kehilangan begitu banyak waktu, kita harus berusaha keras untuk menebusnya kembali dengan melipatgandakan kerajinan dalam melaksanakan kewajiban kita di kemudian hari. Alasan yang diberikan di sini adalah karena hari-hari ini adalah jahat, oleh karena kejahatan orang-orang yang hidup di hari-hari tersebut, atau tepatnya “karena waktu-waktu tersebut sangat menyusahkan dan berbahaya bagi kamu yang hidup di dalamnya.” Ada masa-masa penganiayaan ketika Rasul Paulus menulis sebagai berikut: Orang-orang Kristen selalu ada dalam bahaya setiap waktu. Ketika hari-hari merupakan hari yang jahat, kita mempunyai satu alasan tambahan untuk memanfaatkan waktu, khususnya karena kita tidak tahu berapa lama lagi waktu akan berubah menjadi lebih buruk daripada sekarang. Orang sangat condong mengeluhkan hari-hari yang buruk, dan itu lebih baik jika dapat mendorong mereka untuk memanfaatkan waktu. “Sebab itu,” kata Rasul Paulus (ay. 17), “karena buruknya waktu itu, janganlah kamu bodoh, jangan masa bodoh dengan kewajibanmu dan tidak peduli dengan jiwamu, tetapi usahakanlah supaya kamu mengerti kehendak Tuhan. Pelajari, pertimbangkan, dan kenali lebih jauh kehendak Allah bagi dirimu sendiri, sebagai kewajibanmu.” Amatilah, mengabaikan kewajiban kita dan tidak peduli dengan keadaan jiwa kita, merupakan bukti kebodohan terbesar, sedangkan mengenal kehendak Allah dan peduli untuk menaatinya, membuktikan hikmat yang terbaik dan sejati.
- II. Di dalam tiga ayat berikutnya, Rasul Paulus memperingatkan tentang beberapa dosa khusus dan menegaskan beberapa kewajiban lain,
- 1. Ia memperingatkan tentang dosa kemabukan: Dan janganlah kamu mabuk oleh anggur (ay. 18). Dosa ini adalah dosa yang sangat sering dilakukan di antara para penyembah berhala, khususnya pada hari-hari raya dewa-dewa mereka, dan lebih khusus lagi di dalam pesta mabuk-mabukan mereka yang sangat riuh rendah, di mana mereka terbiasa merangsang diri sendiri dengan air anggur, dan segala jenis hawa nafsu yang rendah akan bermunculan dari situ. Itulah sebabnya Rasul Paulus menambahkan kata, karena, atau di dalam keadaan mabuk, akan mendatangkan percabulan (TL). Kata asōtia dapat berarti kemewahan atau kesenangan hawa nafsu yang berlebihan. Dapat dipastikan bahwa kemabukan tidak mungkin bersanding dengan pengekangan hawa nafsu cabul dan kesucian hidup, dan hampir sepenuhnya mengandung semua jenis hawa nafsu yang berlebihan, serta membawa orang kepada kesenangan daging yang tidak senonoh dan kejahatan yang sangat besar. Perhatikan baik-baik, kemabukan merupakan dosa yang sangat jarang berjalan sendiri, tetapi sering melibatkan orang dalam berbagai jenis kesalahan lain. Dosa itulah yang sangat membangkitkan murka Allah, dan menjadi halangan besar bagi kehidupan rohaniah. Rasul Paulus tampaknya ingin menunjukkan bahwa segala jenis hawa nafsu berlebihan yang tidak terkendali itu bertolak belakang dengan perilaku sadar dan berhati-hati yang ia maksudkan di dalam nasihatnya, yaitu untuk mempergunakan waktu sebaik-baiknya.
- 2. Daripada mabuk oleh anggur, Rasul Paulus menasihati supaya mereka penuh dengan Roh. Orang-orang yang mabuk oleh anggur tidak mungkin dipenuhi dengan Roh. Itulah sebabnya nasihat ini dipertentangkan dengan dosa yang telah disebutkan sebelumnya. Maksud nasihat ini adalah supaya manusia berusaha dipenuhi oleh kasih karunia Roh, yang akan memenuhi jiwa mereka dengan sukacita, kekuatan, dan keberanian besar, yaitu hal-hal yang diharapkan oleh orang-orang duniawi itu dari pengaruh air anggur mereka. Kita tidak berdosa bila kita berusaha untuk mendapatkan hal-hal demikian dari Roh secara berlebihan, bahkan kita tidak boleh merasa puas dengan kasih karunia yang sedikit dari Roh, melainkan harus mengharapkan kasih karunia itu sepenuh-penuhnya. Nah, dengan demikian, inilah yang dimaksudkan dengan supaya kamu mengerti kehendak Tuhan. Sebab, Roh Allah diberikan sebagai Roh hikmat dan pengertian. Dan karena orang-orang yang dipenuhi dengan Roh akan dituntun ke dalam segala perbuatan saleh, maka Rasul Paulus menasihati,
- 3. Supaya mereka bernyanyi bagi Tuhan (ay. 19). Orang-orang yang mabuk biasa menyanyikan lagu-lagu yang bersifat cabul dan tidak senonoh. Orang-orang Romawi dahulu ketika sedang berpesta pora dan bermabuk-mabukan dalam pesta Dionysus, biasanya mengumandangkan lagu-lagu pujian kepada Dewa Dionysus, yang mereka anggap sebagai dewa anggur. Seperti itulah mereka mengungkapkan rasa sukacita mereka. Tetapi, sukacita orang Kristen haruslah kidung puji-pujian kepada Allah mereka. Melalui puji-pujian ini, mereka berkata-kata seorang kepada yang lain di dalam perkumpulan-perkumpulan jemaat dan pertemuan-pertemuan mereka, untuk saling membangun. Yang dimaksudkan dengan mazmur adalah mazmur-mazmur Daud, atau komposisi sejenisnya yang cocok dinyanyikan dengan alat musik. Yang dimaksud dengan kidung pujipujian atau himne adalah sejenis nyanyian yang dibatasi dalam lingkup puji-pujian, seperti kidung oleh Zakharia, Simeon, dan lain-lain. Sedangkan nyanyian rohani mengandung isi, pengajaran, nubuat, sejarah, dan lain-lain yang lebih beragam. Amatilah di sini,
- (1) Melantunkan mazmur dan kidung puji-pujian merupakan ketetapan Injil. Ketetapan itu berasal dari Allah, dan ditujukan untuk kemuliaan-Nya.
- (2) Walaupun Kekristenan merupakan musuh bagi hura-hura duniawi, namun Kekristenan juga mendorong umatnya untuk bersukacita dan bergembira, dan semacamnya. Umat Allah mempunyai alasan untuk bersukacita dan bernyanyi-nyanyi karena sukacita. Mereka harus bernyanyi dengan segenap hati, bukan saja dengan suara mereka, melainkan juga dengan hati mereka. Dengan begitu perbuatan mereka ini akan menyenangkan hati Allah dan berkenan kepada-Nya, sebagaimana musik memberikan kesenangan kepada kita. Dan nyanyian itu harus dinyanyikan dengan maksud untuk menyenangkan Dia dan membesarkan kemuliaan-Nya, supaya nyanyian itu berkenan kepada Tuhan.
- 4. Ucapan syukur merupakan kewajiban lain yang dinasihatkan Rasul Paulus kepada mereka (ay. 20). Kita diperintahkan untuk menyanyikan mazmur dan seterusnya, untuk mengungkapkan rasa terima kasih kita kepada Allah. Namun, walaupun tidak selalu bernyanyi, janganlah kita lalai dalam kewajiban mengucap syukur ini, karena kita tidak pernah kehilangan alasan untuk mengucap syukur. Kita harus mengucap syukur senantiasa sepanjang umur hidup kita, dan kita harus mengucap syukur atas segala sesuatu, tidak saja untuk berkat-berkat rohaniah yang telah dinikmati (yang sudah ada di tangan kita) dan perkara-perkara yang kekal yang diharapkan (yang kita miliki dalam pengharapan), tetapi juga untuk berbagai belas kasihan yang sementara sifatnya. Tidak saja untuk penghiburan-penghiburan, tetapi juga untuk segala penderitaan yang menguduskan kita. Tidak saja untuk berkat-berkat langsung untuk diri kita sendiri, tetapi juga atas kebaikan dan karunia yang diterima orang lain. Menjadi kewajiban kita untuk mengucap syukur atas segala sesuatu dalam nama Tuhan kita Yesus Kristus kepada Allah dan Bapa kita. Kepada Allah sebagai Bapa Tuhan kita Yesus Kristus dan Bapa kita di dalam Dia, yang di dalam nama-Nya kita menaikkan semua doa, pujian, dan ibadah rohani kita, supaya semua itu dapat berkenan kepada Allah.
SH: Ef 5:3-20 - Catatan waktu (Selasa, 11 November 2003) Catatan waktu
“Waktu” adalah kata yang sulit untuk di definisikan. Akan
tetapi, waktu adalah pencatat tercepat yang ada di dunia ini.
W...
Catatan waktu
“Waktu” adalah kata yang sulit untuk di definisikan. Akan tetapi, waktu adalah pencatat tercepat yang ada di dunia ini. Waktu mencatat detik demi detik setiap peristiwa sekecil apa pun yang dikerjakan oleh anak-anak terang atau anak-anak gelap. Dengan kesadaran waktu yang sangat tinggi, Paulus memberikan perbandingan kontras antara anak-anak terang dan anak-anak gelap berkaitan dengan moral dan etika mereka yaitu hidup dalam percabulan dan pencemaran dengan hidup sebagai orang kudus (ayat 3); Hidup dalam berbagai perkataan kotor dengan hidup penuh ucapan syukur (ayat 4); Hidup seperti orang bebal dengan hidup seperti orang arif (ayat 15); Hidup dalam pengaruh anggur yang memabukkan dengan hidup yang penuh dengan Roh (ayat 18). Melalui perbandingan ini Paulus memberitahukan bahwa orang-orang durhaka atau anak-anak yang hidup dalam kegelapan mendapatkan murka Allah, dan anak-anak terang mendapatkan bagian dalam kerajaan Kristus dan Allah (ayat 5-6). Apakah tujuan dari perbandingan ini? Pertama, Paulus tidak ingin jemaat di Efesus tercatat oleh waktu sebagai anak-anak terang yang hidup dalam kegelapan. Kedua, Paulus ingin agar jemaat Efesus menebus waktu yang ada karena hari-hari ini adalah jahat. Yaitu, dalam pengertian menggunakan waktu dengan efisien dan efektif untuk pekerjaan dan pelayanan Tuhan, bukan untuk hidup dalam berbagai kecemaran dosa yang menyesatkan dan membawa kepada kebinasaan.
Waktu terus berjalan. Ingatlah bahwa apa yang telah kita perbuat pasti tercatat dalam waktu dan tidak mungkin dapat dihapus oleh siapapun juga.
Renungkan: Apa yang sedang dan akan Anda perbuat atau kerjakan dalam hidup kini? Mintalah kepada Tuhan agar Anda dibimbing-Nya ke arah hidup yang bijaksana sehingga Anda dapat mengerti kehendak Tuhan dalam kehidupan Anda.
SH: Ef 5:7-14 - Transformasi radikal (Kamis, 10 November 2011) Transformasi radikal
Terang jelas berbeda dengan gelap, sebab itu terang tidak dapat bersatu dengan gelap. Ketika terang datang maka gelap akan sirna...
Transformasi radikal
Terang jelas berbeda dengan gelap, sebab itu terang tidak dapat bersatu dengan gelap. Ketika terang datang maka gelap akan sirna karena terang akan menyingkapkan apa yang ditutupi oleh kegelapan.
Paulus menjelaskan bahwa orang yang telah diselamatkan karena iman kepada Kristus bukan sekadar mengalami perbaikan, melainkan sebuah transformasi radikal dari gelap menjadi terang (8). Transformasi radikal ini seharusnya berdampak radikal pula pada perilaku orang yang sudah diselamatkan. Orang percaya seharusnya tidak lagi ambil bagian dalam perbuatan kegelapan (7, 11) sebab perubahan kondisi dari gelap menjadi terang seharusnya berbanding lurus dengan perubahan hidup. Oleh karena itu perbuatan kegelapan seharusnya ditelanjangi (11, 12-13) agar orang lain pun tahu dan kemudian menghindarinya.
Yesus Kristus adalah terang dunia, siapa saja yang menyebut diri pengikut Kristus harus hidup di dalam terang. Karakter terang akan nyata melalui kebaikan, keadilan, dan kebenaran (9) yang muncul sebagai buahnya. Hidup sebagai anak terang juga berarti selalu mencari apa yang berkenan bagi Tuhan yang telah menganugerahkan keselamatan (10).
Hidup sebagai anak terang adalah panggilan utama kita sebagai pengikut Kristus. Ini harus berdampak pada perilaku, pola pikir, dan nilai-nilai hidup yang kita anut. Kita tidak boleh sama lagi seperti sebelum kita mengenal Kristus. Kita telah menjadi ciptaan baru maka bila dibandingkan perilaku dan pola pikir kita sebelum dan sesudah mengenal Kristus, semua itu harus seperti perbedaan siang dan malam.
Lihatlah hidup kita, sudahkah berbeda antara masa sebelum kenal Kristus dan masa sesudah kita dilahirkan kembali? Bila belum, bangunlah dari tidur yang berkepanjangan dan mintalah cahaya Kristus menerangi Anda. Bila sudah, terangi dunia di sekitar Anda dengan terang Kristus. Dengan demikian kita menyenangkan hati Tuhan dan Injil dinyatakan. "Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga" (Mat. 5:16).
SH: Ef 5:1-21 - Hidup sebagai anak terang (Rabu, 16 Oktober 2002) Hidup sebagai anak terang
Sebagai anak-anak terang, umat Allah hidup dengan meneladani Allah (ayat 1). Sama seperti Yesus yang meneladani Allah demik...
Hidup sebagai anak terang
Sebagai anak-anak terang, umat Allah hidup dengan meneladani Allah (ayat 1). Sama seperti Yesus yang meneladani Allah demikian juga umat-Nya. Paulus juga mendorong orang percaya untuk meneladani Kristus (ayat 2). Hidup dalam kasih merupakan bukti nyata meneladani Kristus. Secara khusus, anak-anak terang harus menjauhi perbuatan seksual. Seks adalah pemberian Tuhan dan hanya boleh dinikmati dalam konteks pernikahan. Sehingga setiap perbuatan seks di luar pernikahan harus dihindari.
Tidak hanya perbuatan seks yang dibuang, juga perkataan vulgar dan kotor (ayat 4). Mengapa? Ada 4 alasan.
1. Orang yang amoral dan vulgar akan dihukum. Segera bertobat untuk menerima pengampunan.
2. Berkaitan dengan hakikat sebagai anak-anak terang (ayat 8-14). Anak-anak terang tidak pantas berlaku amoral dan vulgar (ayat 11). Menjauhi perbuatan jahat tidak berarti membuang orang yang melakukannya. Jika orang percaya menjauhi orang jahat, bagaimana ia bisa percaya pada Yesus dan diperbarui? Jika tidak ada yang mengasihi orang yang amoral dan vulgar, siapa yang akan menelanjangi perbuatan tersebut? Perbuatan dan orang yang berbuat adalah dua hal yang berbeda. Perbuatannya harus ditelanjangi agar orangnya bertobat dan datang pada Yesus untuk menerima pengampunan.
3. Anak-anak terang memiliki hikmat untuk hidup sebagai anak-anak terang (ayat 15-17). Menjadi orang berhikmat berarti mengutamakan kehendak Allah di dalam seluruh hidup (ayat 17). Perbuatan amoral dan vulgar bukan kehendak Allah.
4. Berhubungan dengan Roh Kudus (ayat 18-21). Anak-anak terang telah dipenuhi Roh. Ini berakibat lahirnya suatu persekutuan dimana pujian dominan. Dipenuhi Roh berarti dipenuhi ucapan syukur.
Renungkan: Hakikat menentukan fungsi. Artinya, tentara hidup sebagai tentara, atlit hidup sebagai atlit, dan dokter hidup sebagai dokter. Terlihat aneh jika artis hidup sebagai tentara. Adalah tidak benar bila anak-anak terang hidup sebagai anak-anak gelap.
SH: Ef 5:1-21 - Tetap Terbatas (Jumat, 20 Desember 2019) Tetap Terbatas
Hidup manusia baru yang telah mengalami penebusan Kristus adalah kehidupan dalam terang. Terang itu tampak dan terlihat mata. Terang i...
Tetap Terbatas
Hidup manusia baru yang telah mengalami penebusan Kristus adalah kehidupan dalam terang. Terang itu tampak dan terlihat mata. Terang itu juga meniadakan kegelapan. Di mana ada terang, di situ tidak ada kegelapan. Sebaliknya, terang dan gelap tidak dapat bersatu dalam satu tempat secara bersamaan.
Paulus mengingatkan hidup anak-anak terang harus berbeda dari hidup anak-anak gelap (3-6). Ia mengakui: "Memang kamu dahulu adalah kegelapan, tetapi sekarang kamu adalah terang di dalam Tuhan. Sebab itu, hiduplah sebagai anak-anak terang" (8). Orang Kristen memiliki kisah lama, tetapi ia hidup dengan status yang baru.
Paulus berkata, "Jangan kamu berkawan dengan mereka" (7), yang berarti "ambil bagian (partakers)". Ayat ini bukan berarti bahwa orang Kristen tidak boleh berteman sama sekali dengan orang yang berbeda iman. Hal yang hendak Paulus katakan adalah mendorong orang Kristen menjadi terang yang menghasilkan kebaikan, keadilan, dan kebenaran (9), yang mencerminkan karakter Yesus Kristus (2), yakni hidup yang mengucap syukur (4), dengan mazmur, kidung puji-pujian dan nyanyian rohani atas nama Tuhan Yesus (19-20).
Kehidupan anak gelap berbeda dengan kehidupan anak terang. Karena itu, kita tidak boleh bergaul atau ambil bagian dengan mereka (7). Kita tidak boleh turut melakukan perbuatan mereka, antara lain: percabulan, kecemaran, keserakahan, perkataan kotor, perkataan hampa, perkataan semborono (3-4). Mereka akan dimurkai dan tidak mendapatkan bagian dalam kerajaan Allah (5-6).
Melalui Paulus, Allah begitu tegas menyatakan bahwa hidup orang Kristen sudah seharusnya dalam terang. Tidak bermain-main dengan dosa. Menyebut dosa mereka saja pun sudah memalukan (11-12), apalagi terlibat. Hal itu sangat mendukakan Allah. Jika ada orang Kristen yang menikmati dosa, ia bukanlah manusia baru. Apakah sebagai orang Kristen kita berjuang melawan dosa, atau kita justru sangat menikmatinya?
Doa: Tolong kami hidup sebagai anak terang dan membenci dosa. [MT]
Utley -> Ef 5:6-14
Utley: Ef 5:6-14 - --NASKAH NASB (UPDATED): Ef 5:6-146 Janganlah kamu disesatkan orang dengan kata-kata yang hampa, karena hal-hal yang demikian mendatangkan murka Allah a...
NASKAH NASB (UPDATED): Ef 5:6-14
6 Janganlah kamu disesatkan orang dengan kata-kata yang hampa, karena hal-hal yang demikian mendatangkan murka Allah atas orang-orang durhaka. 7 Sebab itu janganlah kamu berkawan dengan mereka. 8 Memang dahulu kamu adalah kegelapan, tetapi sekarang kamu adalah terang di dalam Tuhan. Sebab itu hiduplah sebagai anak-anak terang, 9 karena terang hanya berbuahkan kebaikan dan keadilan dan kebenaran, 10 dan ujilah apa yang berkenan kepada Tuhan. 11 Janganlah turut mengambil bagian dalam perbuatan-perbuatan kegelapan yang tidak berbuahkan apa-apa, tetapi sebaliknya telanjangilah perbuatan-perbuatan itu. 12 Sebab menyebutkan sajapun apa yang dibuat oleh mereka di tempat-tempat yang tersembunyi telah memalukan. 13 Tetapi segala sesuatu yang sudah ditelanjangi oleh terang itu menjadi nampak, sebab semua yang nampak adalah terang. 14 Itulah sebabnya dikatakan: "Bangunlah, hai kamu yang tidur dan bangkitlah dari antara orang mati dan Kristus akan bercahaya atas kamu."
Ef 5:6 "Janganlah kamu disesatkan" Ini adalah sebuah PRESENT ACTIVE IMPERATIVE dengan NEGATIVE PARTICLE yang biasanya berarti menghentikan suatu tindakan dalam proses. Hal ini menunjuk pada pesan dan gaya hidup guru-guru palsu, yang merupakan campuran kaum Gnostik libertine dan legalis Yahudi (yang sepertinya sangat tidak cocok). Ada begitu banyak kita, kaum modern tidak tahu tentang bidat-bidat abad pertama ini.
□ "dengan kata-kata yang hampa" Ini mungkin merujuk pada ajaran-ajaran Gnostik atau libertine bahwa dosa seks tidak mempengaruhi kehidupan rohani. Bagi mereka keselamatan ditemukan dalam pengetahuan rahasia dari tingkatan malaikat. Mereka benar-benar memisahkan pembenaran dari pengudusan. Ajaran sesat ini masih hidup dan sehat saat ini!
□ "mendatangkan murka Allah" Ini adalah sebuah PRESENT TENSE. Hal ini bisa menunjuk pada (1) penghakiman jasmani sementara (lih. Yoh 3:36; Rom 1:18-32; 2:8-9; 9:22; Kol 3:6 1Tes 2:16); dan / atau (2) penghakiman eskatologis masa depan (lih. Mat 25:31 ff; Rom 5:9; 1Tes 1:10; 5:9). Murka Allah sama-sama mengandung perwahyuan sebagimana kasih Tuhan.
Sementara masih pada pokok bahasan murka Allah ini, ijinkan saya menjelaskan pemahaman saya akan implikasinya. Pertama menekankan secara berlebihan atau kurang menekankan kebenaran ini merupakan suatu tragedi teologis. Allah marah terhadap cara manusia memperlakukan firman-Nya, dunia-Nya, kehendak-Nya, dan satu sama lain. Ini bukanlah dunia seperti yang diinginkan Allah! Semua manusia akan memberikan pertanggung- jawaban kepada Allah atas bagaimana mereka menjalani kehidupan mereka (lih. Gal 6:7; 2Kor 5:10). Namun demikian, pentinglah untuk mengenali perspektif alkitabiah mengenai doktrin ini. Ul 5:9 dibandingkan dengan Ef 5:10 menetapkan polanya. Bila penghakiman berlaku sampai ke generasi ketiga dan keempat, kasih dan kesetiaan Allah berlaku untuk ribuan generasi. Dalam Yes 28:21 penghakiman disebut pekerjaan "ganjil" dari Tuhan (lih. Rat 3:32-33; Mazm 103:8-14). Penghakiman diperlukan dalam alam semesta moral, tapi ini tidak menyenangkan bagi Allah. Neraka adalah luka terbuka yang berdarah di hati Tuhan yang tidak akan pernah sembuh. Ia mengasihi semua manusia yang diciptakan menurut gambar-Nya (lih. Kej 1:26-27; 5:1; 9:6). Ia ingin menebus semua manusia dan Dia telah berjanji untuk melakukannya bagi semua yang akan bertobat dan percaya di dalam Dia (lih. Kej 3:15; Yeh 18:23,32; 1Tim 2:4; 2Pet 3:9).
□ "orang-orang durhaka" Ini adalah suatu ungkapan Ibrani (lih. Ef 2:2; Kol 3:6). Ketaatan perjanjian merupakan karakteristik dari anak-anak Allah. Ketidaktaatan merupakan karakteristik dari para pengikut Setan.
Ef 5:7 "janganlah kamu berkawan dengan mereka." Ini secara harfiah adalah "sesama-pemegang." Ini adalah sebuah PRESENT IMPERATIVE dengan NEGATIVE PARTICLE yang biasanya berarti menghentikan tindakan yang sudah dalam proses. Paulus menggunakan suatu majemuk dengan syn sini seperti yang ia lakukan di Ef 2:5-6; 3:6. Frasa yang sama ini diulangi dalam ayat Ef 5:11. Orang percaya tidak saja harus menjauhkan diri dari keterikatan dalam dosa atau bahkan penampilan dosa, mereka juga harus secara berhati-hati memilih teman-teman dan rekan mereka. Teman-teman dekat yang kita pilih, seperti kata-kata yang kita ucapkan, mengungkapkan hati kita.
Ef 5:8-9 "kegelapan... terang" Ini sangat mirip dengan dualisme Yohanes (lih. Ef 1:4-5,7-8; 3:19). Istilah-istilah yang kontras ini merupakan simbol universal untuk kebaikan dan kejahatan yang mendahului dan sangat umum dalam sastra Gulungan Kitab Laut Mati, yang merupakan komunitas gurun separatis Yahudi.
KATA KERJA IMPERFECT ACTIVEnya dalam kalimat pertama menggambarkan kehidupan mereka sebelumnya yaitu terus menerus berbuat dosa (lih. Kej 6:5,11-12; 8:21; Mazm 14:3; 58:3; Yer 12:9).
Ef 5:8 "tetapi sekarang kamu adalah terang di dalam Tuhan" Sungguh suatu kontras yang kuat (lih. Mat 5:19; Yoh 8:12).
□ "hiduplah sebagai anak-anak terang" Ini adalah sebuah PRESENT ACTIVE IMPERATIVE (lih. Yoh 3:19-21; 1Yoh 1:7). Ucapan, gaya hidup, dan prioritas orang percaya mengungkapkan siapa mereka!
□ "anak-anak" Ini adalah suatu ungkapan Ibrani untuk "karakteristik," sebagaimana "anak-anak" dalam ay. Ef 5:6. Pertobatan dibuktikan dengan kehidupan yang berubah. Hal ini dijabarkan dalam ay. Ef 5:9. Tanpa buah, berarti tidak ada akarnya (lih. Mat 5; 6; 7; Yak, dan I Yoh).
Ef 5:9 "terang hanya berbuahkan" KJV menuliskan "buah Roh," yang terdapat dalam manuskrip Yunani kuno, P46 Dc, dan I. Namun, P49, א, A, B, D, G, P dan konteks langsungnya (ay. Ef 5:8), menuntut "buah terang." Bahkan NKJV menuliskan hal ini. KJV mengikuti naskah Yunani keluarga Barat yang mengasimilasikan kata-kata dari Gal 5:22.
□ "kebenaran" Lihat Topik Khusus di Ef 4:24.
- NASB "ujilah"
- NKJV "buktikanlah"
- NRSV "selidikilah"
- TEV "ujilah"
- NJB "selidikilah"
Istilah Yunani (dokimazō) "membuktikan" (lih. Rom 12:2; 2Kor 8:8,22; 13:5, Gal 6:4; 1Tes 5:21; I Tim 8:10; Ibr 3:9) atau "mencoba" (lih. 1Kor 3:13; 1Tes 2:4; 1Pet 1:7; 1Yoh 4:1) ini memiliki konotasi "menguji dengan pandangan menuju persetujuan." Ini adalah istilah metalurgi yang digunakan dalam pengujian akan keaslian koin. Lihat Topik Khusus Fili 2:22.
Ef 5:11 "Janganlah turut mengambil bagian dalam" Ini secara harfiah adalah "sesama-sepersekutuan." Ini adalah satu lagi majemuk syn. Kata ini adalahk sebuah PRESENT ACTIVE IMPERATIVE dengan NEGATIVE PARTICLE yang biasanya berarti menghentikan tindakan yang sudah dalam proses. Hal ini menunjuk pada
- 1. kontak sosial yang intim
- 2. latarbelakang ibadah kafir
- 3. pertemuan-pertemuan guru-guru palsu (lih. ay. Ef 5:12)
□ "telanjangilah perbuatan-perbuatan itu" Ini adalah satu lagi PRESENT ACTIVE IMPERATIVE. Bagaimana orang percaya menelanjangi kejahatan? Karena ay. Ef 5:12, frasa ini sepertinya berarti "menelanjangi oleh gaya hidup saleh kita sendiri" atau dengan proklamasi Injil. Terang tidak dapat hidup berdampingan dalam persekutuan dengan kegelapan (lih. Yoh 3:17-19).
Ef 5:14 "Bangunlah, hai kamu yang tidur... Kristus akan bercahaya atas kamu" Ini bisa merupakan satu kutipan lepas dari Yes 29:19 atau mungkin Yes 51:17; 52:1; 60:1 atau sebuah himne Kristen mula-mula (lih. Fili 2:6-11; 1Tim 3:16; 2Tim 2:11-13). Ini berbentuk puitis. Paulus menggunakan bahan liris dari
- 1. PL (dari beberapa terjemahan)
- 2. Himne-himne Kristen
- 3. kredo Kristen
- 4. bahkan para penulis kafir
□ "kamu yang tidur... mati" Ini menunjuk pada kebutaan rohani, dan kematian rohani dari orang-orang kafir (lih. Ef 2:1; 2Kor 4:4).
□ "Kristus akan bercahaya atas kamu" Yesus digambarkan di sini sebagai bintang fajar yang mulia (lih. Yes 9:1-2; 59:8; 60:1, Luk 1:78-79), kebalikan dari Lusifer, (lih. Yes 14:12). Cahaya merupakan simbol kuno dari penyembuhan, kesehatan, kebenaran, pengetahuan, dan kebaikan (lih. Mal 4:2).
TFTWMS -> Ef 5:11-13; Ef 5:8-13
TFTWMS: Ef 5:11-13 - Menolak Dan Menelanjangi Perbuatan Kegelapan MENOLAK DAN MENELANJANGI PERBUATAN KEGELAPAN (Efesus 5:11-13)
11 Janganlah ambil bagian dalam pelbagai perbuatan kegelapan yang tidak berbuahkan apa-...
MENOLAK DAN MENELANJANGI PERBUATAN KEGELAPAN (Efesus 5:11-13)
11 Janganlah ambil bagian dalam pelbagai perbuatan kegelapan yang tidak berbuahkan apa-apa, tetapi malah sebaliknya telanjangilah mereka; 12sebab membicarakan hal-hal yang dilakukan oleh mereka secara diam-diam adalah memalukan. 13 Tetapi segala sesuatu menjadi bisa terlihat ketika ditelanjangi oleh terang, karena segala sesuatu yang bisa terlihat adalah terang (NASB).
Ayat 11, 12. Dengan berfokus pada perbedaan antara gaya hidup orang benar dan orang jahat, Paulus menasihati orang Kristen untuk janganlah ambil bagian dalam pelbagai perbuatan kegelapan yang tidak berbuahkan apa-apa, tetapi malah sebaliknya telanjangilah mereka (5:11). Sebagai anak-anak Allah, kita adalah Terang, kita hidup sebagai anak-anak terang, dan kita menghasilkan buah Terang (5:8, 9). Sebaliknya, mereka yang tidak mengenal Dia adalah kegelapan (5: 8), anak-anak yang tidak taat (5:6), dan ditandai dengan "pelbagai perbuatan kegelapan yang tidak berbuahkan apa-apa."
"Anak-anak Terang" harus jangan ambil bagian dalam pelbagai perbuatan kegelapan, tetapi harus secara aktif "menelanjangi mereka." "Menelanjangi" adalah terjemahan dari kata multifaset e˙le÷gcw (elenchō), yang berarti "menghukum," "menegur,"
"mendisiplinkan."7Di dalam 5:11-13, penekanannya adalah tentang mengungkapkan pelbagai perbuatan kegelapan sebagaimana adanya mereka. Orang Kristen harus jangan secara pasif menenggang kegelapan; ia perlu secara aktif menelanjangi itu. Meski kata itu digunakan di dalam Perjanjian Baru untuk menasihati sesama orang Kristen (1 Timotius 5:20; Titus 1:9, 13), konteksnya di sini bicara tentang orang-orang yang menjadi milik kegelapan—orang-orang yang belum diselamatkan.
Ungkapan Yunani yang diterjemahkan "tetapi malah sebaliknya telanjangilah mereka" mengandung nasihat yang kuat. Itu menyatakan bahwa orang Kristen harus jangan ambil bagian di dalam pelbagai perbuatan kegelapan, melainkan harus menegur kegelapan secara terbuka, baik dalam perkataan dan perbuatan. Beberapa ekspositor beranggapan bahwa menelanjangi kegelapan itu harus hanya dengan gaya cara orang Kristen. Mereka mendasarkan pandangan mereka pada kata-kata dari ayat 12: sebab membicarakan hal-hal yang dilakukan oleh mereka secara diam-diam adalah memalukan.8Namun begitu, penggunaan kata elenchō oleh Paulus di beberapa tempat lain mengacu kepada teguran secara lisan (lihat 2 Timotius 4:2; Titus 2:15).
"Membicarakan" menunjukkan tindakan terus-menerus atau diulang-ulang. Dosa kegelapan bukan hal yang orang Kristen harus terus-menerus bicarakan di antara mereka sendiri atau bahkan di hadapan orang-orang yang tidak percaya. Namun demikian, orang Kristen dapat dan harus menghadapi perilaku seperti itu. Dalam budaya sekarang ini orang Kristen harus jangan terlampau banyak memperhatikan dosa-dosa kegelapan dengan terus-menerus membicarakannya dengan sesama orang Kristen tentang betapa buruknya hal-hal itu; tetapi harus bicara lantang menentang penganiayaan, penyimpangan, aborsi, dan dosa-dosa lainnya. Tentu saja, orang Kristen harus menerapkan gaya hidup yang berbeda dengan kegelapan dan yang menegur kegelapan, tapi ada juga waktu dan tempat untuk bicara lantang menentang kegelapan. Kekuatan kehidupan yang benar tidak bisa ditekankan berlebihan, namun kekuatan kata-kata dapat menelanjangi kegelapan (lihat Roma 1:18-32). S. D. F, Salmond mengulas, Kerahasiaan pelbagai perbuatan yang sedang dibahas menjadi alasan mengapa perbuatan-perbuatan itu perlu ditegur secara terbuka; dan intinya adalah ini— orang kafir melakukan secara diam-diam pelbagai kejahatan yang sangat keji bahkan untuk disebutkan; teguran secara terbuka bahkan lebih diperlukan ketimbang pengabaian tanpa kata-kata.…9
Ayat 13. Terang mengungkapkan apa yang kegelapan sembunyikan. Di mana terang bersinar, segala sesuatu menjadi bisa terlihat. Ketika perbuatan kegelapan ditelanjangi oleh terang, maka segala sesuatu yang bisa terlihat adalah terang. Ketika orang Kristen menelanjangi sifat jahat perbuatan kegelapan, mereka sedang menawarkan orang-orang di dalam kegelapan kesempatan untuk menjadi "terang." Yesus berkata, Dan inilah hukuman itu: Terang telah datang ke dalam dunia, tetapi manusia lebih menyukai kegelapan dari pada terang, sebab perbuatan-perbuatan mereka jahat. Sebab barangsiapa berbuat jahat, membenci terang dan tidak datang kepada terang itu, supaya perbuatan-perbuatannya yang jahat itu tidak nampak; tetapi barangsiapa melakukan yang benar, ia datang kepada terang, supaya menjadi nyata, bahwa perbuatan-perbuatannya dilakukan dalam Allah (Yohanes 3:19-21).
Ia menyebut kebenaran sebagai terang dan kejahatan sebagai kegelapan. Ketika manusia menyukai kejahatan dari kegelapan dan membenci terang, maka mereka berada terus di dalam kegelapan yang mengarah kepada penghakiman. Mereka yang mencintai kebaikan dari kebenaran datang kepada sang "Terang" dan diyakinkan bahwa perbuatan mereka direstui oleh Allah.
TFTWMS: Ef 5:8-13 - Anak-anak Terang "ANAK-ANAK TERANG" (Efesus 5:8-13)
Sejak mereka masih kecil sekali, anak-anak di banyak jemaat di Amerika sudah menikmati nyanyian "Th...
"ANAK-ANAK TERANG" (Efesus 5:8-13)
Sejak mereka masih kecil sekali, anak-anak di banyak jemaat di Amerika sudah menikmati nyanyian "This little light of mine, I'm going to let shine (Cahayaku yang kecil ini akan kubiarkan bersinar)." Namun begitu, nyanyian tersebut jauh lebih daripada sekedar lagu anak-anak; syair lagu itu memberikan wawasan kehidupan yang akurat. Kehidupan merupakan pergumulan moral antara kegelapan dan terang. Sebagai orang Kristen, kita berada di tengah-tengah pergumulan tersebut.
Firman Allah meminta kita untuk hidup secara berbeda—untuk menjadi terang di dalam dunia yang gelap. Di dalam Efesus 5 Alkitab mencirikan umat Kristen sebagai "anak-anak terang":
Memang dahulu kamu adalah kegelapan, tetapi sekarang kamu adalah terang di dalam Tuhan. Sebab itu hiduplah sebagai anak-anak terang, karena terang hanya berbuahkan kebaikan dan keadilan dan kebenaran, dan ujilah apa yang berkenan kepada Tuhan. Janganlah turut mengambil bagian dalam perbuatan-perbuatan kegelapan yang tidak berbuahkan apa-apa, tetapi sebaliknya telanjangilah perbuatan-perbuatan itu. Sebab menyebutkan sajapun apa yang dibuat oleh mereka di tempat-tempat yang tersembunyi telah memalukan. Tetapi segala sesuatu yang sudah ditelanjangi oleh terang itu menjadi nampak, sebab semua yang nampak adalah terang.
Simaklah kembali apa yang ayat 8 katakan: "Memang dahulu kamu adalah kegelapan, tetapi sekarang kamu adalah terang di dalam Tuhan. Sebab itu hiduplah sebagai anak-anak terang." Paulus mengganggap ada manfaatnya dalam menyinggung keadaan kehidupan masa lalu kita. Ia tidak ingin umat Kristen melupakan keadaannya di masa lalu yang tanpa Kristus. Nas ini menyimpulkan kehidupan lama kita dengan satu kata— "kegelapan." Kita bukan hanya hidup dalam kegelapan; kita sendiri dahulunya adalah kegelapan. Firman Allah menggambarkan kegelapan ini.
HIDUP DALAM KEGELAPAN
Kegelapan sangat senang dalam melakukan kesalahan dan bersukacita dalam tipu muslihat yang dihasilkan oleh kejahatan (Amsal 2:14). Kegelapan merupakan jalan orang jahat (Amsal 4:19). Kegelapan memutar-balik ketetapan Allah, menyebut kejahatan sebagai "kebaikan" dan kebaikan sebagai "kejahatan" (Yesaya 5:20). Kegelapan memenjarakan manusia (Yesaya 42:7).
Kita diberitahu bahwa kegelapan punya kuasa untuk menyebar ke seluruh tubuh (Matius 6:23). Alkitab menyatakan bahwa di dalam pengadilan nanti orang berdosa akan dicampakkan ke dalam kegelapan (Matius 8:12). Alkitab juga mengatakan bahwa orang-orang menolak Yesus karena mereka mengasihi kegelapan daripada terang (Yohanes 3:19). Di dalam kegelapan, manusia berada di bawah kekuasaan Iblis (Kisah 26:18). Kenyataannya, kegelapan itu sendiri merupakan kekuatan—sebuah kekuatan yang tidak bisa kita lepaskan dengan kekuatan kita sendiri (Kolose 1:12, 13). Kegelapan bisa membutakan manusia (1Yohanes :2:11). Belakangan di dalam surat kiriman untuk jemaat Efesus, kita baca bahwa "Sebab menyebutkan sajapun apa yang dibuat oleh mereka di tempat-tempat yang tersembunyi telah memalukan" (6:12).
Hampir di dalam seratus nas di Alkitab, kita bisa menemukan kejahatan dan kerusakan yang ditimbulkan oleh kegelapan moral. Saya rasa umat Kristen tidak memahami betapa gelapnya kegelapan dunia itu sesungguhnya. Kita tidak suka membayangkan hal itu. Kita mungkin lebih suka membayangkan menjadi anak-anak terang, tetapi kita harus tidak boleh melupakan bahaya kegelapan tersebut.
Kegelapan ada di belakang setiap statistik kejahatan yang kita baca di dalam koran. Kegelapan merupakan kekuatan yang sudah bekerja di dalam setiap perbuatan dosa yang pernah terjadi. Kegelapan menghancurkan perkawinan; menghasilkan kecanduan narkoba; menghasilkan kebencian. Kegelapan menyediakan tempat berkembang biak bagi hawa nafsu, dan mengompori kekejaman dan kejahatan. Kegelapan mendorong terjadinya iri hati, menimbulkan pertikaian, dan menyebabkan suburnya egoisme. Kegelapan menggerakkan manusia melakukan tindakan yang tidak terpikirkan. Alkitab membuat jelas hal ini:
Sebab sekalipun mereka mengenal Allah, mereka tidak memuliakan Dia sebagai Allah atau mengucap syukur kepada-Nya. Sebaliknya pikiran mereka menjadi sia-sia dan hati mereka yang bodoh menjadi gelap .…Dan karena mereka tidak merasa perlu untuk mengakui Allah, maka Allah menyerahkan mereka kepada pikiran-pikiran yang terkutuk, sehingga mereka melakukan apa yang tidak pantas: penuh dengan rupa-rupa kelaliman, kejahatan, keserakahan dan kebusukan, penuh dengan dengki, pembunuhan, perselisihan, tipu muslihat dan kefasikan. Mereka adalah pengumpat, pemfitnah, pembenci Allah, kurang ajar, congkak, sombong, pandai dalam kejahatan, tidak taat kepada orang tua, tidak berakal, tidak setia, tidak penyayang, tidak mengenal belas kasihan (Roma 1:21, 28-31).
Di hadapan Kristus, kita ini dahulunya bukan hanya dalam kegelapan. Kita ini dahulunya adalah kegelapan.
HIDUP DALAM TERANG
Meskipun kita dahulu pernah menjadi kegelapan, namun sekarang ini kita adalah terang di dalam Tuhan (5:8). Paulus meminta umat Kristen untuk "hidup sebagai anak-anak terang." Simaklah apa yang Firman Allah katakan tentang terang.
1. Terang berbuahkan kebaikan. "(Karena terang hanya berbuahkan kebaikan dan keadilan dan kebenaran)" (5:9). "Kebaikan" (Yun.: agathosune) memiliki kaitan dengan keunggulan moral. Kita bukan hanya mengetahui kebenaran; lebih daripada itu kita menghayati kebenaran itu. Terang menghasilkan buah. Terang memperoleh ungkapannya yang paling penuh dalam melayani secara sukarela dan penuh pengorbanan untuk kebaikan orang lain. "Kebaikan" (Yun.: dikaiosune) adalah "memberikan kepada manusia dan Allah apa yang menjadi hak mereka."1 Artinya bersikap terhadap Allah dan manusia dengan cara yang sepatutnya kita bersikap terhadap mereka. "Kebenaran" (Yun.: aletheia) bukanlah ditekankan pada sesuatu yang kita ketahui, melainkan pada sesuatu yang kita kerjakan. Terang membuat kita cukup kuat tidak hanya untuk mengetahui kebenaran, tetapi untuk menghayatinya.
2. Terang menemukan apa yang menyukakan Allah (5:10). Kata yang diterjemahkan "ujilah" (Yun.: dokimazo) bisa juga diterjemahkan "para penemu." Kata itu berasal dari pasar-pasar di Timur Kuno. Toko-toko kecil di dalam pasar-pasar itu jarang memiliki jendela. Toko-toko itu dalamnya gelap. Barang-barang dagangan sulit untuk dilihat. Pemeriksaan yang cermat terhadap barang-barang yang ingin dibeli hampir mustahil bisa dilakukan. Orang biasanya akan mengambil kendi, pakaian, atau apa saja yang mereka ingin beli, dan membawanya ke luar untuk diteliti didalam terang. Lalu barulah mereka bisa melihat adanya kecacatan, keretakan, atau noda yang tidak bisa mereka lihat di dalam toko yang gelap itu.
Hidup dekat Yesus bisa melakukan hal itu untuk kita. Terang-Nya membantu kita untuk melihat seperti apakah motif, tindakan dan perkataan kita sebenarnya. Terang-Nya membantu kita untuk melihat apa yang ada di dalam diri kita yang bisa menyukakan Yesus, maupun cacat moral dan dosa apakah yang ada di dalam diri kita dan perlu disingkirkan dari kehidupan kita.
3. Terang menelanjangi kejahatan. "Janganlah turut mengambil bagian dalam perbuatan-perbuatan kegelapan yang tidak berbuahkan apa-apa, tetapi sebaliknya telanjangilah perbuatan-perbuatan itu. Sebab menyebutkan sajapun apa yang dibuat oleh mereka di tempat-tempat yang tersembunyi telah memalukan. Tetapi segala sesuatu yang sudah ditelanjangi oleh terang itu menjadi nampak, sebab semua yang nampak adalah terang" (5:11-13). Cara untuk menelanjangi kejahatan adalah dengan menyorotkan cahaya kebenaran ke dirinya Musim panas yang lalu keluarga saya mengunjungi Gua Besar Longhorn di Texas tengah. Pada suatu saat di dalam perjalanan di dalam gua itu, si pemandu mematikan semua lampu. Ia memberi kami kesempatan untuk mengalami kegelapan total. Kegelapan itu sepertinya menyelimuti diri kami, bahkan hampir menelan kami. Saya tidak bisa melihat apapun juga di dalam kegelapan itu. Ketika si pemandu itu menekan kembali tombol lampu itu, maka dalam sekejap kegelapan itu lenyap. Terang menang atas kegelapan. Hal itu benar di dalam gua di Texas tengah, dan hal itu juga benar di dalam kehidupan rohani kita. Terang Yesus menang atas kegelapan.
Setiap orang yang menjadi milik Yesus dan merupakan anak Allah melalui injil Yesus Kristus adalah kesaksian yang hidup bahwa terang menang atas kegelapan. Dahulu kita pernah menjadi kegelapan, namun sekarang kita ini adalah terang di dalam Tuhan. Yesus cukup merawat kita agar kita bisa menyinarkan terang-Nya ke dalam hidup kita—untuk menghalau kegelapan dan membawa kita kepada terang.
KESIMPULAN
Marilah kita hidup sebagai anak-anak terang. Pergilah ke sekolah pada minggu ini dan ingatlah bahwa Anda adalah terang di tempat itu. Pergilah bekerja pada minggu ini dan jadilah terang bagi orang-orang disekitar Anda. Jadilah terang bagi orang-orang di dalam rumah Anda. Biarlah mereka melihat Yesus ketika mereka melihat Anda.
Jika Anda bukan orang Kristen, berpalinglah kepada Kristus segera, bertobatlah dari kehidupan Anda yang gelap. Berbaptislah untuk pengampunan dosa-dosa Anda. Tinggalkanlah kegelapan menuju kepada terang.
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: Efesus (Pendahuluan Kitab) Penulis : Paulus
Tema : Kristus dan Gereja
Tanggal Penulisan: Sekitar 62 M
Latar Belakang
Surat Efesus merupakan salah satu pu...
Penulis : Paulus
Tema : Kristus dan Gereja
Tanggal Penulisan: Sekitar 62 M
Latar Belakang
Surat Efesus merupakan salah satu puncak dalam penyataan alkitabiah dan menduduki tempat yang unik di antara surat-surat Paulus. Surat ini tidak ditulis sebagai jawaban terhadap suatu kontroversi doktrinal atau persoalan pastoral seperti banyak surat lain, sebaliknya Efesus memberikan kesan akan luapan penyataan yang melimpah sebagai hasil dari kehidupan doa pribadi Paulus. Paulus menulis surat ini ketika dipenjara karena Kristus (Ef 3:1; Ef 4:1; Ef 6:20), kemungkinan besar di Roma. Ada banyak persamaan di antara surat ini dengan surat Kolose dan mungkin ditulis tidak lama sesudah surat Kolose. Kedua surat ini mungkin dibawa secara serentak ke tujuannya oleh seorang kawan sekerja Paulus yang bernama Tikhikus (Ef 6:21; bd. Kol 4:7).
Kepercayaan umum ialah bahwa Paulus menulis surat ini dengan maksud agar sidang pembaca akan lebih luas daripada jemaat di Efesus saja -- mungkin surat ini ditulisnya sebagai surat edaran untuk gereja-gereja di seluruh propinsi Asia. Pada mulanya mungkin setiap jemaat di Asia Kecil menyisipkan namanya sendiri di Ef 1:1, sebagai bukti relevansi amanatnya yang mendalam bagi semua gereja Yesus Kristus yang sejati. Banyak orang mengira surat Efesus ini adalah surat kepada jemaat di Laodikea yang disebut Paulus dalam Kol 4:16.
Tujuan
Tujuan Paulus dalam menulis surat ini tersirat dalam Ef 1:15-17. Dengan tekun ia berdoa sambil merindukan agar para pembacanya bertumbuh dalam iman, kasih, hikmat, dan penyataan Bapa yang mulia. Dia sungguh-sungguh menginginkan agar hidup mereka layak di hadapan Tuhan Yesus Kristus (mis. Ef 4:1-3; Ef 5:1-2). Oleh karena itu, Paulus berusaha untuk menguatkan iman dan dasar rohani mereka dengan menyatakan kepenuhan maksud kekal Allah dari penebusan "dalam Kristus"(Ef 1:3-14; Ef 3:10-12) untuk gereja (Ef 1:22-23; Ef 2:11-22; Ef 3:21; Ef 4:11-16; Ef 5:25-27) dan untuk setiap orang (Ef 1:15-21; Ef 2:1-10; Ef 3:16-20; Ef 4:1-3,17-32; Ef 5:1--6:20).
Survai
Secara paling sederhana PB terdiri atas dua tema dasar:
- (1) bagaimana kita ditebus oleh Allah, dan
- (2) bagaimana kita harus hidup sebagai umat tertebus itu.
Pasal 1-3 (Ef 1:1--3:21) secara umum membahas tema yang pertama, sedangkan pasal 4-6 (Ef 4:1--6:24) difokuskan pada yang kedua.
- (1) Pasal 1-3 (Ef 1:1--3:21) dimulai dengan suatu paragraf pembukaan yang merupakan salah satu nas yang paling dalam di Alkitab (Ef 1:3-14). Kidung penebusan yang sangat indah ini menaikkan pujian karena Bapa telah memilih, menentukan dan mengangkat kita sebagai anak-anak-Nya (Ef 1:3-6), karena Putra yang menebus kita dengan darah-Nya (Ef 1:7-12), dan karena Roh Kudus sebagai meterai dan jaminan warisan kita (Ef 1:13-14). Di bagian ini Paulus menekankan bahwa dalam penebusan karena kasih karunia oleh iman, Allah memperdamaikan kita dengan diri-Nya (Ef 2:1-10) dan dengan sesama umat tertebus (Ef 2:11-15), dan sedang mempersatukan kita di dalam Kristus dalam satu tubuh, yaitu gereja (Ef 2:16-22). Tujuan penebusan adalah "mempersatukan di dalam Kristus sebagai Kepala segala sesuatu baik yang di sorga maupun yang di bumi," (Ef 1:10).
- (2) Pasal 4-6 (Ef 4:1--6:24) pada umumnya terdiri atas arahan-arahan praktis bagi gereja mengenai tuntutan penebusan di dalam Kristus atas kehidupan pribadi dan kehidupan bersama kita.
Di antara 35 pengarahan yang diberikan dalam surat ini mengenai bagaimana seorang tertebus harus hidup, ditekankan tiga kategori luas.
- (1) Orang percaya dipanggil kepada suatu kehidupan baru yang murni dan terpisah dari dunia. Mereka dipanggil untuk "kudus dan tak bercacat di hadapan-Nya" (Ef 1:4), "menjadi bait Allah yang kudus" (Ef 2:21), "hidup ... berpadanan dengan panggilan (mereka) itu" (Ef 4:1), "mencapai ... kedewasaan penuh" (Ef 4:13), hidup "di dalam kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya" (Ef 4:24), "hiduplah di dalam kasih" (Ef 5:2; bd. Ef 3:17-19), dan menjadi kudus "dengan ... firman" (Ef 5:26) agar Kristus bisa memperoleh "jemaat ... tanpa cacat atau kerut ... kudus dan tidak bercela" (Ef 5:27).
- (2) Orang percaya dipanggil kepada suatu cara hidup baru dalam hubungan keluarga dan kerja (Ef 5:22--6:9). Semua hubungan ini hendaknya dikuasai oleh prinsip-prinsip yang menandai orang percaya berbeda sekali dari masyarakat sekular di mana mereka hidup.
- (3) Akhirnya, orang percaya dipanggil untuk tetap berdiri teguh terhadap semua rencana jahat Iblis dan terhadap "roh-roh jahat di udara" yang hebat sekali (Ef 6:10-20).
Ciri-ciri Khas
Lima ciri utama menandai surat ini.
- (1) Penyingkapan kebenaran teologis akbar dalam pasal 1-3 (Ef 1:1--3:21) dihentikan sejenak oleh dua doa rasuli yang paling berkuasa dalam PB: yang pertama memohon hikmat dan wahyu dalam pengenalan akan Allah (Ef 1:15-23); yang kedua berfokus pada mengenali kasih, kuasa, dan kemuliaan Allah (Ef 3:14-21).
- (2) "Di dalam Kristus", sebuah istilah Paulus yang sangat berbobot (dipakai 160 kali dalam surat-surat Paulus) secara khusus menonjol dalam surat ini (sekitar 36 kali). "Setiap berkat rohani" dan setiap persoalan praktis dalam hidup ini berhubungan dengan perihal berada "di dalam Kristus".
- (3) Maksud dan tujuan abadi Allah bagi gereja ditekankan dalam surat Efesus.
- (4) Beraneka segi dari peranan Roh Kudus di dalam kehidupan Kristen ditekankan (Ef 1:13-14,17; Ef 2:18; Ef 3:5,16,20; Ef 4:3-4,30; Ef 5:18; Ef 6:17-18).
- (5) Surat Efesus kadang-kadang dianggap sebagai "surat kembar" dengan Kolose, karena persamaan dalam isi dan ditulis kira-kira pada waktu yang sama (bd. Garis Besar kedua surat itu).
Full Life: Efesus (Garis Besar) Garis Besar
Salam Kristen
(Ef 1:1-2)
I. Ajaran yang Penuh Kuasa -- Penebusan Orang Percaya
(Ef 1:3-3:21)
A. Keuta...
Garis Besar
- Salam Kristen
(Ef 1:1-2) - I. Ajaran yang Penuh Kuasa -- Penebusan Orang Percaya
(Ef 1:3-3:21) - A. Keutamaan Kristus dalam Penebusan
(Ef 1:3-14) - 1. Keutamaan-Nya Dalam Rencana Bapa
(Ef 1:3-6) - 2. Keutamaan-Nya Dalam Partisipasi Orang Percaya
(Ef 1:7-12) - 3. Keutamaan-Nya Dalam Penerapan Roh Kudus
(Ef 1:13-14)
Doa: Agar Orang Percaya Memperoleh Penerangan Rohani
(Ef 1:15-23) - B. Hasil-Hasil Penebusan Dalam Kristus
(Ef 2:1-3:21) - 1. Membebaskan Kita dari Dosa dan Kematian kepada Hidup Baru
di Dalam Kristus
(Ef 2:1-10) - 2. Memperdamaikan Kita dengan Orang Lain yang Sedang Diselamatkan
(Ef 2:11-15) - 3. Mempersatukan Kita Dalam Kristus di Dalam Satu Rumah Tangga
(Ef 2:16-22) - 4. Menyatakan Hikmat Allah Melalui Gereja
(Ef 3:1-13)
Doa: Agar Orang Percaya Memperoleh Kepuasan Rohani
(Ef 3:14-21) - II. Pengarahan-Pengarahan Praktis -- Kehidupan Orang Percaya
(Ef 4:1-6:20) - A. Hidup Baru Orang Percaya
(Ef 4:1-5:21) - 1. Selaras dengan Maksud Allah bagi Gereja
(Ef 4:1-16) - 2. Hidup Baru yang Kudus
(Ef 4:17-5:7) - 3. Hidup Sebagai Anak-Anak Terang
(Ef 5:8-14) - 4. Hati-Hati dan Penuh dengan Roh
(Ef 5:15-21) - B. Hubungan Rumah Tangga Orang Percaya
(Ef 5:22-6:9) - 1. Suami dan Istri
(Ef 5:22-33) - 2. Anak-Anak dan Orang-Tua
(Ef 6:1-4) - 3. Hamba dan Tuan
(Ef 6:5-9) - C. Peperangan Rohani Orang Percaya
(Ef 6:10-20) - 1. Sekutu Kita -- Allah
(Ef 6:10-11a) - 2. Musuh Kita -- Iblis dan Pasukannya
(Ef 6:11-12) - 3. Perlengkapan Kita -- Senjata Allah
(Ef 6:13-20) - Penutup
(Ef 6:21-24)
Matthew Henry: Efesus (Pendahuluan Kitab)
Beberapa orang berpendapat bahwa sebenarnya surat kepada jemaat di Efesus ini merupakan surat edaran yang dikirim kepada beberapa jemaat, dan kar...
- Beberapa orang berpendapat bahwa sebenarnya surat kepada jemaat di Efesus ini merupakan surat edaran yang dikirim kepada beberapa jemaat, dan karena suatu hal salinan yang dikirimkan kepada jemaat Efesus diambil untuk dimasukkan ke dalam kanon, dan karena itu surat ini akhirnya dipandang sebagai suatu tulisan khusus. Pendapat ini dibuat berdasarkan kesimpulan bahwa surat ini merupakan satu-satunya surat dari semua surat kerasulan Paulus yang tidak menyinggung secara khusus keadaan atau masalah yang terjadi di jemaat Efesus. Sebaliknya, surat ini banyak memuat kepentingan yang bersifat umum bagi semua orang Kristen, khususnya bagi semua orang yang dahulu berasal dari bangsa-bangsa lain dan kemudian bertobat memeluk agama Kristen. Namun, di lain pihak, dapat pula diamati bahwa dalam surat kerasulan ini tertulis dengan jelas, kepada orang-orang kudus di Efesus (1:1), dan di bagian penutupnya, Rasul Paulus memberi tahu orang-orang kudus tersebut bahwa ia telah mengutus Tikhikus kepada mereka, yang dikatakan di dalam surat 2 Timotius 4:12, bahwa ia telah mengutusnya ke Efesus. Surat ini adalah sepucuk surat kerasulan yang ditulis dari dalam penjara. Beberapa orang memperhatikan bahwa apa yang ditulis oleh Rasul Paulus dari dalam penjara ketika ia masih menjadi orang tahanan ini mengandung perasaan senang dan sukacita dalam perkara-perkara Allah. Ketika kesesakannya bertambah-tambah, penghiburannya pun lebih melimpah lagi. Dari situ kita dapat mengamati bahwa cobaan-cobaan yang dialami umat Allah, dan khususnya oleh para pelayan-Nya, sering kali malah mendatangkan kebaikan bagi orang lain, di samping bagi kebaikan mereka sendiri. Tujuan Rasul Paulus menulis surat ini adalah untuk membangun kehidupan anggota jemaat di Efesus di dalam kebenaran, dan untuk itu, membawa mereka mengenal rahasia Injil lebih jauh. Di bagian awal surat ini, ia menunjukkan hak istimewa agung yang dimiliki oleh para anggota jemaat di Efesus, yaitu mereka yang di masa lampau adalah penyembah-penyembah berhala, namun sekarang mereka telah memeluk Kekristenan dan diterima dalam kovenan bersama Allah. Hal ini ia gambarkan dari sudut pandang keadaan kehidupan mereka yang tercela sebelum pertobatan mereka (pasal 1-3). Di bagian terakhir (yang dapat kita baca di dalam pasal keempat, kelima, dan keenam), ia mengajarkan kewajiban-kewajiban utama beribadah, baik yang sifatnya pribadi maupun keluarga. Ia juga menasihati dan menyemangati mereka supaya menjalankan kewajiban-kewajiban itu dengan setia. Zanchy (tokoh reformasi abad keenam belas dari Italia – pen.), mengamati bahwa di dalam surat ini kita memiliki sebuah ringkasan dari seluruh ajaran Kristen, serta dari hampir semua pokokpokok utama mengenai keilahian.
Jerusalem: Efesus (Pendahuluan Kitab) SURAT-SURAT PAULUS
PENGANTAR
Kronologi kehidupan Paulus
Dengan menggunakan Kisah Para Rasul dan surat-surat Paulus, maka tokoh ini lebih kita kenal da...
SURAT-SURAT PAULUS
PENGANTAR
Kronologi kehidupan Paulus
Dengan menggunakan Kisah Para Rasul dan surat-surat Paulus, maka tokoh ini lebih kita kenal dari pada tokoh-tokoh lain dalam Perjanjian Baru. Kedua sumber, yang masing-masing berdiri sendiri ini saling menguatkan dan melengkapi, meskipun ada kelainan-kelainan dalam soal-soal kecil. Kita malahan dapat menyusun suatu kronologi riwayat hidup Paulus secara lebih kurang teliti, karena bertepatannya beberapa peristiwa dalam riwayat hidup Paulus dengan kejadian-kejadian yang kita ketahui menurut ilmu sejarah, seperti waktunya Galio menjabat prokonsul di Korintus, Kis 18:12, dan tahun Festus menggantikan Feliks, Kis 24:27-25:1, sebagai wali negeri di Palestina.
Paulus dilahirkan di Tarsus di Kilikia, Kis 9:11; 21:39; 22:3, kira-kira tahun 10 Mas. dari keluarga Yahudi suku Benyamin, Rom 11:1; Flp 3:5 dan yang telah menjadi warga negara Roma, Kis 16:37 dst; 22:25-28; 23:27. Semasa mudanya Paulus dididik di Yerusalem oleh Gamaliel yang memberinya pengajaran mendalam tentang agama Yahudi sesuai dengan ajaran mazhad agama Kristen yang baru muncul, Kis 22:4 dst; 26:9-12; Gal 1:13; Flp 3:6, dan berurusan dengan pembunuhan atas diri Stefanus, Kis 7:58; 22:20; 26:10. Tetapi kira-kira tahun 34 seluruh hidup Paulus yang sedang di perjalanan ke kota Damsyik dirubah oleh penampakan Yesus yang telah bangkit dari alam maut. Tuhan yang bangkit menyatakan kepadanya benarnya agama Kristen dan bahwa tugasnya yang khas ialah mewartakan Injil kepada orang- orang bukan Yahudi, Kis 9:3-16 dsj; Gal 1:12, 15 dst; Ef 3:2. Sejak saat itu Paulus merelakan hidupnya untuk mengabdi Kristus, yang secara pribadi telah "menangkapnya" untuk dijadikan pengikutNya, Fil 3:12. Sesudah tinggal beberapa lamanya di Arabia, Paulus kembali ke Damsyik, Gal 1:17, dan mulai mewartakan Kristus di sana, Kis 9:20.
Sesudah sebentar mengunjungi Yerusalem, Gal 1:18; Kis 9:26-29, maka dalam tahun 39 Paulus pergi ke Siria dan Kilikia, Gal 1:21; Kis 9:30, sampai Barnabas mengajaknya kembali ke Antiokhia, di mana mereka mengajar bersama, Kis11:25 dst dan lihat 9:27. Dalam perjalanannya yang pertama (th 45-49) ke Siprus, Pamfilia, Pisidia dan Likaonia, Kis 13-14, Saulus mulai menggunakan nama Yunani-Latinnya Paulus untuk mengganti nama Yahudinya, yakni Saul, Kis 13:9. Karena berkarya dengan lebih baik, maka Paulus menyisihkan Barnabas, Kis 14:12. Dalam tahun 49, jadi empat belas tahun sudah bertobat, Gal 2:1, Paulus naik ke Yerusalem untuk ikut serta dalam "Konsili Para Rasul". Sebagian karena pengaruhnya Konsili itu menyetujui bahwa hukum Yahudi tidak mengikat orang-orang bukan Yahudi yang masuk Kristen, Kis 15; Gal 2:3-6. Tugas Paulus di antara orang-orang bukan Yahudi juga secara resmi diakui, Gal 2:7-9. Kemudian ia mengadakan perjalanan-perjalanan lagi. Perjalanan kedua (Kis 15:36-18:22) dan perjalanan ketiga (Kis 18:23 - Kis 21-17) masing-masing berlangsung dalam tahun 50-52 dan 55-58. Sehubungan dengan surat-surat Paulus perjalanan-perjalanan itu akan kita bicarakan lagi, oleh karena surat-suratnya itu ditulisnya justru selama di perjalanan-perjalanan itu. Tahun 58 ditahan di Yerusalem, Kis 21:27-23:22 dan dimasukkan ke dalam penjara sampai th 60, Kis 23:23-26. Dalam musim semi th 60 wali negeri Festus mengirimkannya ke Roma dengan pengawalan ketat, Kis 27:1-28:16. Sesudah di Roma di tahan dua tahun (th 61-63) Paulus dibebaskan karena tidak terbukti salah. Kemudian ia mungkin pergi ke negeri Spanyol, seperti yang direncanakannya, Rom 15:24, 28, tetapi surat-surat Pastoral (Tim, Tit) mengandaikan bahwa Paulus masih mengadakan perjalanan-perjalanan ke Timur. Penahanan Paulus yang kedua di Roma berakhir dengan kemartiran, sebagaimana diberitakan oleh tradisi yang paling tua; ini kiranya terjadi dalam th 67.
Kepribadian Paulus
Dari Kisah Para Rasul dan dari surat-surat Paulus juga mungkin mendapat gambaran jelas mengenai kepribadian dan perangai Sang Rasul.
Paulus adalah seorang yang semangatnya berapi-api dan yang dalam mengejar cita- citanya tidak tahu lelah atau menghitung jerih-payahnya. Pada pokoknya cita-cita Paulus ialah cita-cita keagamaan. Satu-satunya yang menjadi pusat perhatiannya ialah Allah. Dalam mengabdi Allah sebagai hamba setiawan ia menolak segenap kompromis dalam bentuk manapun. Itulah sebabnya maka mula-mula Paulus mengejar mereka yang dianggapnya sebagai bida'ah dan musuh Allah 1Tim 1:13; bdk Kis 24:5, 14, tetapi kemudian mewartakan Kristus, setelah berkat wahyu mengerti bahwa Dialah satu-satunya penyelamatan. Semangat yang tak bersyarat itu terungkap dalam kehidupan yang terdiri atas penyangkalan diri yang mutlak dan pengabdian kepada Dia yang dikasihi Paulus. Kerja keras dan lelah, haus, penderitaan, kemiskinan dan bahaya maut, 1Kor 4:9-13; 2Kor 4:8 dst; 6:4-10; 11:23-27, tidak dipedulikan sama sekali mana kala Paulus menunaikan tugas yang dianggapnya sebagai tanggung jawabnya 1Kor 9:16 dst. Tidak ada sesuatupun dari semuanya itu yang mampu memisahkan Paulus dari kasih Allah dan Kristus, Rom 8:35-39. Sebaliknya, semuanya itu dianggapnya barang berharga oleh karena menyerupai dirinya dengan Gurunya yang bersengsara dan tersalib, 2Kor 4:10 dst; Flp 3:10 dst. Kesadaran akan panggilannya yang tunggal membuat Paulus memiliki gairah akan yang luhur-luhur dan besar-besar. Kalau ia merasa dirinya bertanggung jawab akan semua jemaat, 2Kor 11:28; bdk Kol 1:24, dan berkata bahwa bekerja lebih dari pada yang lain-lain, 1Kor 15:10; bdk 2Kor 11:5, dan mengajak kaum beriman untuk mencontohnya, 2Tes 3:7+, maka keterangan semacam itu bukanlah kesombongan, melainkan kebanggaan orang suci yang rendah hati. Sebab Paulus juga mengakui dirinya sebagai yang paling hina di antara sekalian orang Kudus, 1Kor 15:9; Ef 3:8, karena telah menganiaya jemaat Allah; karya-karya besar yang dilaksanakannya dianggap berasal dari Tuhan yang berkarya di dalam dirinya, 1Kor 15:10; 2Kor 4:7; Flp 4:13; Kol 1:29; Ef 3:7.
Semangat hatinya yang halus nampak dalam sikap Paulus terhadap kaum beriman. Ia mempercayai sungguh-sungguh orang-orang Filipo yang masuk Kristen, Flp 1:7 dst; 4:10-20; ia menaruh perasaan mendalam terhadap jemaat di Efesus, Kis 20:17-38; hatinya memanas, kalau orang-orang beriman di Galatia membiarkan dirinya dibujuk untuk meninggalkan kepercayaan sejati, Gal 1:6; 3:1-3, dan ia sedih terkejut karena ketidak-tetapan hati yang sombong pada orang-orang di Korintus, 2Kor 12:11-13:10. Untuk menetapkan yang lincah-lincah Paulus tahu bagaimana bersikap ironi, 1Kor 4:8; 2Kor 11:7; 12:13, dan bahkan melontarkan teguran tegas, Gal 3:1-3; 4:11; 1Kor 3:1-3; 5:1-2; 6:5; 11:17-22; 2Kor 11:3 dst. Tetapi selalu hanya demi kebaikan kaum beriman, 2Kor 7:8-13. Dan segera Paulus memperlunak tegurannya dengan kehalusan hati yang penuh kasih sampai mengharukan hati, 2Kor 11:1-2; 12:14 dst : Bukankah hanya Pauluslah bapa mereka, 1Kor 4:14 dst; 2Kor 6:13; bdk 1Tes 2:11; Flm 10, bahkan ibu mereka, 1Tes 2:7; Gal 4:19? Maka segera pulih kembali hubungan-hubungan baik seperti dahulu, Gal 4:12-20; 2Kor 7:11-13.
Sesungguhnya Paulus tidak mau pertama-tama menegur kaum beriman, tetapi para lawan yang berusaha membujuk dan menyesatkan mereka: orang-orang Yahudi yang di mana-mana melawan dan menghalangi Paulus, Kis 13:45, 50; 14:2, 19; 17:5, 13; 18:6; 19:9; 21:27, ataupun orang-orang Kristen ke-Yahudian yang ingin membebankan kuk hukum Taurat pada mereka yang oleh Paulus direbut bagi Kristus, Gal 1:7; 2:4; 6:12 dst. Terhadap golongan-golongan itu Paulus tidak kenal ampun, 1Tes 2:15 dst; Gal 5:12; Flp 3:2. Gairah mereka yang sombong dan "kedagingan" dihadapi Paulus dengan daya rohani sejati yang menyatakan diri melalui kepribadiannya yang lemah, 2Kor 10:1-12:2, dan dengan sikap jujurnya yang membuktikan Paulus tidak mencari keuntungan sendiri, Kis 18:3. Ada sementara orang yang berkata bahwa para lawan Paulus ialah para rasul di Yerusalem. Tetapi pendapat itu tidak dapat dibuktikan. Terlebih-lebih lawan Paulus itu Yalah orang-orang Yahudi yang masuk Kristen dan ingin memaksakan adat-kebiasaan sendiri kepada orang-orang lain. Mereka menyalah-gunakan nama Petrus, 1Kor 1:12, dan Yakobus, Gal 2:12 untuk menurunkan kweibawaan Paulus. Sebaliknya, Paulus sendiri selalu menghormati wewenang para rasul sejati, Gal 1:18; 2:2, walaupun mempertahankan bahwa sebagai saksi Kristus setra dengan merek, Gal 1:11 dst; 1Kor 9:1; 15:8-11. Kalaupun terjadi bahwa sehubungan dengan perkara tertentu Paulus menentang Petrus, Gal 2:11-14, namun Paulus selalu menyatakan dirinya orang yang suka berdamai, Kis 21:18-26. Dengan seksama ia mengorganisasi pengumpulan dana untuk orang-orang Kristen yang miskin di Yerusalem, Gal 2:10, karena ia beranggapan ini jaminan paling baik bagi persatuan antara orang-orang Kristen bekas kafir dengan Jemaat Induk di Yerusalem, 2Kor 8:14; 9:12-13; Rom 15:26 dst.
Paulus sebagai Pewarta Injil
Pewartaan Paulus pertama-tama kerigma rasuli, Kis 2:22+, Kerigma itu ialah: pemberitaan tentang Yesus yang telah disalibkan tapi dibangkitkan dari alam maut, sesuai dengan Kitab Suci, 1Kor 2:2; 5:3-4; Gal 3:1. Apa yang disebutkan Paulus sebagai "Injilku", Rom 2:16; 16:25, sesungguhnya bukanlah Injilnya sendiri, melainkan Injil yang umum dipercaya, Gal 1:6-9; 2:2; Kol 1:5-7, tetapi khususnya disesuaikan dengan dan diterapkan pada pertobatan orang-orang bukan Yahudi, Gal 1:16; 2:7-9, sehaluan dengan kebijaksanaan universalis yang sudah dimulai di Anthiokhia. Paulus setia pada tradisi rasuli yang ada kalanya dikutip olehnya, 1Kor 12:23-25; 15:3-7, dan selalu diandaikannya; sudah barang tentu tradisi rasuli itu sangat berjasa bagi Paulus. Meskipun kiranya tidak pernah melihat Yesus selama hidupNya di dunia ini, bdk 2Kor 5:16+, namun Paulus sangat mengenal ajaranNya, 1Tes 4:15; 1Kor 7:10 dst; Kis 20:35. Selebihnya ia juga seorang saksi langsung dan keyakinannya yang tak tergoncangkan itu berdasar sebuah pengalaman pribadi: sebab iapun "melihat" Kristus, mula-mula di dekat Damsyik, Kis 9:17; 22:14 dst; 26:16; 1Kor 9:1; 15:8; dan selanjutnya masih beberapa kali juga, Kis 9:17; 22:14 dst; 26:16; 1Kor 9:1; 15:8, dan selanjutnya masih beberapa kali juga, Kis 26:16; 1Kor 9:1; 15:8, dan selanjutnya masih beberapa kali juga, Kis 26:16; 22:17-21, Ia telah mengalami penglihatan- penglihatan dan pernyataan-pernyataan Tuhan, 2Kor 12:1-4. Maka apa yang diterimanya dari tradisi itu sungguh-sungguh dapat dianggapnya sebagai pemberitahuan langsung oleh Tuhan, Gal 1:12; 1Kor 12:23.
Ada kalanya orang berkata bahwa pengalaman-pengalaman mistik tersebut disebabkan oleh temperamen yang berlebih-lebihan dan sakit-sakitan. Tetapi dugaan itu tidak mempunyai dasar sedikitpun. Memanglah Paulus kena penyakit di Galatia, Gal 4:13- 15, tetapi penyakit itu kiranya tidak lain kecuali serangan malaria, sedangkan "duri dalam daging", 2Kor 12:7, boleh jadi permusuhan terus menerus dari pihak orang-orang Yahudi, kaum sebangsanya "secara jasmani", Rom 9:3. Paulus ternyata tidak mempunyai daya khayal yang berlebih-lebihan mengingat sedikit-sedikitnya gambaran lazim yang ia pakai: gelanggang pertandingan, 1Kor 9:24-27; Flp 3:12- 14; 2Tim 4:7 dst, laut, Ef 4:14, pertanian, 1Kor 3:6-8, dan bangunan, 1Kor 3:10- 17; Rom 15:20; Ef 2:20-22; kedua gambar terakhir suka digabungkan serta dicampur-adukkannya, 1Kor 3:9; Kol 2:7; Ef 3:17; bdk Kol 2:19; Ef 4:16. Paulus nampaknya lebih-lebih seorang intelektuil. Hati yang berapi-api bersatu-padu dengan akal jernih dan tidak segera puas; akal yang dengan teliti membentangkan kepercayaan Kristen sesuai dengan kebutuhan para pendengar. Berkat sifat Paulus itulah kita mendapat ulasan-ulasan yang mengagumkan sekitar kerigma dan yang bersesuaian dengan keadaan nyata. Sudah barang tentu jalan pikiran Paulus itu bukanlah jalan pikiran manusia dewasa ini. Ada kalanya Paulus mengemukakan dalil-dalilnya seperti para rabi mengemukakannya dan sesuai dengan metode penafsiran yang diterima Paulus dari lingkungan serta pendidikannya (misalnya: 3:16; 4:21-31). Tetapi bakat Paulus mendobrak warisan tradisionil yang terbatas itu. Dan melalui saluran-saluran yang bagi kita kurang lebih ketinggalan zaman Paulus mengalirkan suatu pengajaran yang mendalam.
Memanglah Paulus adalah seorang Yahudi, tetapi seorang Yahudi yang memiliki bagian kebudayaan Yunani cukup besar. Mungkin ini mulai diperolehnya semasa mudanya di Tarsus dan kemudian di perkaya karena Paulus sering berjumpa dengan dunia Yunani-Romawi. Pengaruh dari kebudayaan Yunani itu tercermin baik dalam jalan pikiran Paulus maupun dalam bahasa serta gaya bahasanya. Ada kalanya Paulus mengutip penulis-penulis Yunani, 1Kor 15:33; Tit 1:12; Kis 17:28, dan ia pasti mengenal filsafat populer yang berdasar atas mazhab Stoa; dari padanya ia meminjam gagasan-gagasan (misalnya: perginya jiwa yang terpisah dari badan ke dunia ilahi 2Kor 5:6-8; "pleroma" kosmis, Kol dan Ef) dan rumus-rumus tertentu (1Kor 5:6-8; Rom 11:36; Ef 4:6). Dari mazhab Stoa yang berhaluan sinis Paulus mengambil alih apa yang disebutkan sebagai "diatribe", yalah suatu metode argumentasi yang terdiri atas pertanyaan dan jawaban pendek, Rom 3:1-9, 27-31, dan dari situpun berasal ulasan-ulasannya, di mana kata demi kata beruntun, sebagaimana lazim dalam seni pidato. Mana kala menggunakan kalimat panjang dan padat, di mana anak-anak kalimat bergelombang-gelombang desak-mendesak, Ef 1:3- 14; Kol 1:9-20, maka Paulus masih juga dapat menemukan contoh-contohnya dalam kesusasteraan keagamaan di dunia Yunani. Biasanya Paulus memakai bahasa Yunani sebagai bahasa ibu yang kedua, Kis 21:40, dan dengan mahirnya, sehingga hanya sedikit semitisme terdapat. Bahasa Yunani yang dipakai ialah bahasa Yunani yang lazim di zamannya, yakni bahasa "koine", yang baik tanpa peniruan bahasa kuno. Paulus memang tidak suka akan kehalusan yang dibuat-buat seperti lazim dalam seni pidatoo insani, sebab kekuatannya untuk meyakinkan hanya mau diambilnya dari daya Firman kepercayaan yang didukung "tanda-tanda" yang dikerjakan Roh Kudus, 1Tes 1:5; 1Kor 2:4 dst; 2Kor 11:6; Rom 15:18. Bahkan terjadi pula bahwa pengungkapannya kurang tepat dan tidak diselesaikan, 1Kor 9:15. Acuan bahasa tidak mampu menampung pemikiran yang meluap-luap dan perasaan yang terlalu hebat. Dengan kekecualian yang jarang terjadi, bdk Flm 10, Paulus biasanya mendikte surat-suratnya, Rom 16:22, sebagaimana lazim di zaman dahulu dan hanya salam terakhir ditulisnya dengan tangan sendiri, 2Tes 3:17; Gal 6:11; 1Kor 16:21; Kol 4:18. Ada bagian-bagian dalam surat-suratnya yang memberi kesan bahwa masak-masak dipikirkan (misalnya: Kol 1:15-20), tetapi kebanyakan dituliskan sekali jadi dan secara spontan tanpa dikoreksi. Kendati kekurangan-kekurangan itu, bahkan mungkin karena kekurangan-kekurangannya, gaya bahasa cekatan itu berisi secara luar-biasa. Sudah barang tentu pemikiran yang begitu mendalam dan yang terungkap dengan bahasa yang menyala itu tidak mudah dibaca (2Ptr 3:16). Namun demikian pemikiran Paulus menyajikan beberapa nas yang daya keagamaannya dan bahkan gaya sastranya barangkali tidak ada tara bandingnya dalam sejarah kesusasteraan manusia.
Surat-surat yang diwariskan Paulus itu semuanya ditulis dengan alasan khusus. Ini tak pernah boleh dilupakan. Surat-surat itu bukan risalah ilmu ketuhanan, melainkan merupakan tanggapan terhadap keadaan tertentu. Surat-surat itu sungguh-sungguh surat yang sesuai dengan surat-menyurat yang lazim di zaman itu, Rom 1:1+. Namun demikian tulisan-tulisan Paulus bukan surat pribadi belaka dan bukan pula "surat" yang hanya nampaknya surat saja, sedangkan pada kenyataannya adalah karya sastra. Surat-surat Paulus berupa uraian-uraian yang ditujukan kepada pembaca-pembaca tertentu dan melalui mereka kepada semua kaum beriman. Maka dalam surat-surat itu jangan dicari kupasan-kupasan teratur dan lengkap yang mengungkapkan seluruh pemikiran Paulus. Di belakang tulisan-tulisan itu tetap membayang perkataan yang secara lisan dibawakan dan surat-surat itu seolah-olah memberi komentar atas beberapa pokok khusus. Namun demikian, nilai surat-surat Paulus tidak teratasi, apa lagi karena isi serta perbedaan- perbedaannya memungkinkan orang menemukan apa yang pokok dalam pewartaan Paulus. Tidak peduli mengapa ia menulis atau kepada siapa ia menulis, karya Paulus berdasarkan ajaran yang pada pokoknya sama. Ajaran itu berpusatkan Kristus yang wafat dan dibangkitkan. Hanya ajaran pokok itu disesuaikan, berkembang dan menjadi semakin berisi selama kehidupan Paulus yang menjadi segala-gala untuk semua orang, 1Kor 9:19-22. Ada sementara penafsir yang mengatakan bahwa Paulus sesungguhnya seorang "peramu" yang sesuai dengan keperluan memungut pandangan- pandangan yang berlain-lainan dan ada kalanya bertentangan satu sama lain; Paulus sendiri tidak menilai pandangan-pandangan itu seolah-olah mutlak tepat dan benar; ia hanya menggunakannya saja untuk menarik hati orang kepada Kristus. Langsung bertentangan dengan pendapat dengan pendapat tersebut ada orang yang berkata tentang "kekakuan" Paulus. Menurut pendapat ini maka pemikiran Paulus sejak awal mula ditetapkan dan selanjutnya tidak mengalami perkembangan lagi. Semua sudah tetap dan selesai akibat pengalaman Paulus waktu bertobat. Kebenaran terletak di tengah kedua ujung itu : teologi Paulus memang berkembang menurut suatu garis bersinambung, tetapi sungguh ada perkembangan di bawah dorongan Roh Kudus yang membimbing karya kerasulan Paulus. Dan perkembangan benar tapi lurus akhirnya sampai kepada kepenuhan sebagaimana memuncak dalam surat-surat itu sesuai dengan urutannya dalam waktu, orang dapat mengenali tahap-tahap perkembangan pemikiran Paulus. Memanglah urutan dalam waktu itu bukanlah urutan surat-surat Paulus dalam daftar kitab-kitab Perjanjian Baru. Dalam daftar itu surat-surat itu dideretkan sesuai dengan panjangnya.
1 dan 2 Tes; th. 50-51
Surat-surat Paulus yang pertama ditujukan kepada jemaat Kristen di kota Tesalonika. Di musim panah th. 50 Paulus mewartakan Injil di kota itu waktu perjalanannya yang kedua, Kis 17:1-10. Terpaksa oleh permusuhan dari pihak orang-orang Yahudi Paulus pergi ke Berea dam daro sana ke Atena dan Korintus. Di kota terakhir inilah kiranya 1Tes ditulis selama musim dingin th 50-51. Silas dan Timotius menemani Paulus di Korintus. Timotius untuk kedua kalinya pergi ke Tesalonika dan dari situ membawa berita-berita yang menggembirakan. Ini menyebabkan peluapan hati yang terungkap dalam 1Tes 1-3. Kemudian menyusullah dalam surat ini serentetan anjuran praktis, 1Tes 4:1-12; 5:12-28. Di antara kedua bagian itu disisipkan suatu jawaban atas soal tentang nasib orang-orang yang sudah meninggal dan Parusia Kristus, 1Tes 4:13-5:11. Surat 2Tes kiranya ditulis di kota Korintus juga beberapa bulan kemudian. Surat ini berisikan beberapa petunjuk praktis, 1; 2:13-3:15, dan sebuah instruksi lagi mengenai kapan Parusia akan terjadi dan mengenai "tanda-tanda" yang mesti mendahului kedatangan Tuhan, 2:1-12.
Ditinjau dari segi sastra maka antara 2Tes dan 1Tes ada kesamaan yang menyolok, sehingga ada sejumlah ahli yang menganggap 2Tes sebagai pemalsuan oleh seseorang yang mencuri gagasan-gagasan Paulus sementara juga meniru gaya bahasanya. Tetapi sukar sekali melihat mengapa seseorang membuat pemalsuan itu. Keterangan lain lebih sederhana dan lebih masuk akal, yaitu: Paulus sendirilah yang ingin lebih jauh menjelaskan dan meluruskan pengajarannya mengenai akhir zaman, lalu menulis surat ini dnegan mengulangi beberapa keterangan dari surat pertama. Memanglah kedua tulisan itu tidak bertentangan satu sama lain, tetapi malahan saling melengkapi. Dan tradisi Gereja dahulu juga jelas mengatakan bahwa kedua surat itu ditulis oleh Paulus.
Kedua surat ini tidak hanya penting oleh karen sudah memperkenalkan pangkal beberapa pikiran Paulus yang dalam surat-surat lain diperkembangkan, tetapi terutama karena ajarannya mengenai Parusia. Ternyatalah bahwa dalam tahap permulaan karya kerasulanNya pemikiran Sang Rasul berpusatkan kebangkitan Kristus dan kedatanganNya yang mulia yang membawa keselematan bagi mereka yang percaya kepadaNya, biar sudah mati sekalipun, 1Tes 4:13-18. Kedatangan Kristus yang mulia itu dilukiskan Paulus sesuai dengan apa yang lazim dalam sastra apokaliptik Yahudi dan dalam agama Kristen purba (bdk wejangan Yesus tentang akhir zaman yang termuat dalam injil-injil sinoptik, khususnya dalam injil Mat). Sama seperti Yesus demikianpun Paulus ada kalanya menekankan dekatnya kedatangan Tuhan yang tidak mungkin diketahui kapannya dan yang menuntut bahwa orang bersiap-siaga, 1Tes 5:1-11, sehingga memberikan kesan bahwa ia sendiri serta sidang pembacanya akan mengalaminya selama masih hidup, 1Tes 4:17; tetapi ada kalanya iapun mencoba meredakan rasa cemas kaum beriman yang digelisahkan oleh pandangan semacam itu. Maka ia mengingatkan mereka bahwa Hari Tuhan belum juga tiba dan mesti didahului beberapa tanda tertentu, 2Tes 2:1-12. Bagaimana ujud tanda-tanda itu bagi kita maupun bagi para pembaca dahulu tidak jelas. Rupanya Paulus memikirkan Si Antikrist sebagai seorang pribadi yang baru akan tampil pada akhir zaman. Ungkapan "apa yang menahan dia", 2Tes 2:6, menurut sementara ahli mengenai kerajaan Romawi dan menurut sementara ahli lain pewartaan Injil, sehingga maksud keterangan itu tetap kabur juga.
1 dan 2 Kor; th. 57
Selama delapan belas bulan lebih, Kis 18:1-16, mewartakan Injil di Korintus, dari akhir th. 50 sampai pertengahan th. 52, Paulus menulis kedua suratnya kepada jemaat di Tesalonika. Sesuai dengan kebijaksanaannya yang lazim, ialah menanamkan kepercayaan Kristen di pusat-pusat besar, Paulus ingin menanamkan kepercayaan kepada Kristus di kota pelabuhan ternama yang banyak penduduknya itu juga. Dari situ kepercayaan itu dapat merambat ke seluruh Akhaia, 2Kor 1:1; 9:2. Pada kenyataannya ia berhasil mendirikan sebuah jemaat kuat di sana, terutama di kalangan masyarakat rendahan, 1Kor 1:26-28. Tetapi kota besar itu adalah sebuah sarang kebudayaan Yunani, di mana berhadap-hadapan macam-macam aliran filsafah dan agama, sedangkan kebejatan susila memberinya nama yang buruk. Perjumpaan agama Kristen dengan pusat kekafiran itu tidak dapat tidak menimbulkan banyak persoalan bagi mereka yang baru masuk Kristen. Dalam kedua surat yang dituliskannya kepada jemaat itu, Paulus berusaha memecahkan soal-soal itu.
Bagaimana kedua surat itu lahir sudah cukup jelas, kendati keraguan yang masih ada mengenai beberapa hal kecil. Sebelum surat pertama yang tercantum dalam Kitab Suci telah ada surat yang mendahului, 1Kor 5:9-13. Tetapi surat, yang waktunya ditulis tidak diketahui ini tidak tersimpan. Kemudian, menjelang akhir dua setengah tahun tinggal di Efesus (th. 54-57) dalam menjelang akhir dua setengah tahun tinggal di Efesus (54-57) dalam perjalanannya yang ketiga, Kis 19:1-20, datanglah dari Korintus suatu utusan yang menyodorkan beberapa masalah, 1Kor 16:17, dan di samping itu Paulus menerima berita mengenai jemaat di Korintus melalui Apolos, Kis 18:27 dst; 1Kor 16:12, dan beberapa orang dari keluarga Khloe, 1Kor 1:11. Maka Paulus merasa terdorong menulis sepucuk surat lagi, yakni surat 1Kor kita. Ia ditulis sekitar Paskah th. 57 (1Kor 5:7 dst; 16:5-9 dibandingkan dengan Kis 19:21). Selang beberapa waktu muncullah di Korintus semacam krisis dan terpaksa Paulus mengunjungi jemaat sebentar dan kunjungan itu tidak menyenangkan, 2Kor 1:23-2:1; 12:14; 13:1-2. Selama kunjungan itu Paulus berjanji tidak lama lagi akan kembali untuk beberapa lamanya, 2Kor 1:15-16. Tetapi terjadi sesuatu dan rupanya kewibawaan Paulus dalam diri seorang utusannya dirongrong, 2Kor 5:10; 7:12. Maka sebagai pengganti kunjungan yang dijanjikan dahulu itu Paulus mengirim sepucuk surat tajam yang ditulisnya dengan mencucurkan "banyak air mata", 2Kor 2:3 dst, 9. Surat ini membawa hasil yang menyenangkan, 2Kor 7:8-13. Kabar gembira tentang hasil itu diterimanya dari Titus, 2Kor 2:12 dst; 7:5-16 di Makedonia, setelah Paulus terpaksa meninggalkan Efesus akibat krisis hebat di sana, yang tidak kita ketahui ujudnya, 1Kor 15:32; 2Kor 1:8-10; Kis 19:23-40. Maka menjelang akhir th. 57 ia menulis 2Kor. Kemudian ia mengadakan perjalanan kiranya melalui Korintus, Kis 20:1 dst; bdk 2Kor 9:5; 12:14; 13:1, 10, menuju Yerusalem, tempat ia ditahan dan dipenjarakan.
Ada yang berpendapat bahwa 2Kor 6:14-7:1 merupakan kepingan dari surat pertama yang hilang itu, dan 2Kor 10-13 bagian dari surat yang ditulis dengan "mencucurkan banyak air mata". Hanya sukar dibuktikan meskipun mesti diakui bahwa bagian-bagian tersebut kurang cocok dengan konteksnya sekarang, 2Kor sesungguhnya melanjutkan 6:13, sementara kesan bahwa 6:14-7:1 berupa sisipan dikuatkan oleh kesamaan menyolok antara bagian ini dengan naskah-naskah kaum Eseni yang ditemukan di Qumran. Dan juga nada keras dalam 2Kor 10-13 kurang sesuai dengan nada ramah yang meresap ke dalam sembilan bab dahulu. Akhirnya 9:1 mengherankan sedikit sesudah apa yang dikatakan dalam bab 8, sehingga orang menduga bahwa aslinya adalah dua surat kecil tersendiri mengenai pengumpulan dana. Dengan demikian tidak dikatakan bahwa bagian-bagian itu tidak berasal dari Paulus. Tetapi sangat mungkin bahwa bagian-bagian tersebut ada macam-macam asal- asulnya. Baru kemudian kiranya dikumpulkan, yakni waktu kumpulan tulisan-tulisan Paulus dibuat.
Surat-surat kepada jemaat di Korintus itu dengan bagus dan tepat menyoroti watak dan semangat Paulus, tetapi juga menyajikan suatu ajaran yang penting sekali. Di dalamnya ditemukan, khususnya dalam 1Kor, informasi dan keputusan-keputusan mengenai beberapa soal yang membingungkan jemaat Kristen purba dan tentang cara hidup jemaat itu, baik sehubungan dengan keadaan umat sendiri, seperti kemurnian akhlak. 1Kor 5:1-13; 6:12-20, perkawinan dan hidup wadat, 7:1-40, pertemuan keagamaan dan perayaan Ekaristi, 11-12, penggunaan karunia-karunia Roh Kudus (kharismata, 12:1-14:40, maupun sehubungan dengan relasi jemaat dengan dunia luar, seperti naik banding ke pengadilan negeri, 6:1-11, dan memakan makanan yang dipersembahkan kepada berhala, 8-10. Kesemuanya itu hanya berupa pemecahan soal suara hati atau pengaturan ibadat, kalau bakat Paulus tidak merobahnya menjadi kesempatan baik untuk mengemukakan pandangan mendalam mengenai kebebasan hidup Kristen, pengudusan tubuh, keunggulan kasih dan persatuan dengan Kristus. Sewaktu terpaksa membala jabatannya sebagai rasul sejati, 2Kor 10:1-13:14, Paulus mengemukakan pikiran-pikiran unggul mengenai karya kerasulan pada umumnya, 2 Kor 8-9, disinari cahaya persatuan antar-jemaat yang diidam-idamkan. Seluruh ulasan mengenai kebangkitan badan, 1Kor 15, berlatar-belakang eskatologi yang menjadi landasannya. Hanya penggambaran apokaliptis seperti terdapat dalam 1Tes dan 2Tes diganti dengan pembahasan yang lebih rasionil, yang dapat membenarkan harapan yang sukar dicernakan orang-orang Yunani itu. Penyesuaian Injil dengan dunia baru yang dimasukinya itu terutama ternyata dalam cara Paulus mempertentangkan kebodohan Salib dengan hikmat Yunani. Kepada orang-orang Korintus yang terpecah- belah menjadi kelompok yang masing-masing membanggakan gurunya serta bakat- bakatnya, Paulus mengingatkan bahwa hanya ada satu Guru saja, ialah Kristus, dan hanya satu Kabar Gembira yaitu: hanya Salib saja yang menyelamatkan; dan itulah hikmat sejati, 1Kor 1:10-4:13. Dengan jalan itu maka terpaksa oleh keadaan dan tanpa meniadakan pandangan akhir zaman, Paulus sampai menekankan hidup Kristen sekarang yang merupakan persekutuan dengan Kristus yang terwujud oleh pengetahuan sejati ialah kepercayaan. Nanti sebagai akibat krisis di Galatia dan sehubungan dengan agama Yahudi Paulus masih lebih memperdalam hidup Kristen sekarang itu.
Gal dan Rom; th 57-58
Adapun surat kepada jemaat-jemaat di Galatia dan surat kepada jemaat di Roma perlu dibicarakan bersama-sama, sebab keduanya mengupas persoalan yang sama. Surat kepada jemaat-jemaat di Galatia berupa tanggapan langsung terhadap keadaan tertentu, sedangkan surat kepada jemaat di Roma berupa sebuah risalah lebih lengkap yang dengan tenang dikarang dan mengatur gagasan-gagasan yang ditimbulkan oleh pertikaian di Galatia itu. Hubungan erat kedua surat itu adalah argumen paling kuat melawan pendapat sementara ahli yang mengemukakan bahwa surat kepada jemaat-jemaat di Galatia itu ditulis pada permulaan karya Paulus, bahkan sebelum konsili Yerusalem dalam th. 49. Menurut pendapat tersebut kunjungan kedua Paulus ke Yerusalem, yang diceritakan dalam Gal 2:1-10, adalah sama dengan kunjungan kedua yang disebut dalam Kis 11:30 dan 12:25; tetapi berbeda dengan kunjungan ketiga yang di dalam Kis 11:30 dan 12:25; tetapi berbeda dengan kunjungan ketiga yang dikisahkan Kis 15:2-30 (ini memang cukup berbeda dengan cerita Paulus dalam Gal). Selebihnya rupanya Paulus tidak tahu- menahu tentang keputusan Konsili Yerusalem (Kis 15:20, 29; bdk Gal 2:6), sehingga suratnya kepada jemaat-jemaat di Galatia harus sudah ditulis sebelum Konsili Yerusalem. Untuk menyetujui pendapat itu cukuplah diandaikan bahwa "orang-orang Galatia" itu tidak lain kecuali orang-orang Likaonia dan Pisidia, yang kepadanya Injil diwartakan oleh Paulus sewaktu perjalanannya yang pertama. Pergi-pulangnya Paulus dapat juga menerangkan kedua kunjungan yang kiranya diandaikan dalam Gal 4:13. Namun demikian itu kurang berdasar. Meskipun benar bahwa sejak th. 36-25 seb. Mas. daerah Likaonia dan Pisidia dalam administrasi negara tergabung dengan daerah Galatia, namun dalam bahasa sehari-hari selama abad I Mas. daerah Galatia yang sebenarnya terus disebut demikian. Daerah Galatia terletak lebih ke utara. Khususnya sukar diterima bahwa penduduk Likaonia dan Pisidia dikatakan "orang-orang Galatia", Gal 3:1. Kecuali itu pengandaian yang sukar diterima itu tidak perlu sama sekali. Kunjungan kedua yang disebut dalam Gal 2:1-10, lebih mudah dapat disamkan dengan kunjungan ketiga yang diceritakan dalam Kis 15 (memanglah ada kesamaan yang menyolok juga) dari pada dengan yang kedua, Kis 11:30; 12:25. Kunjungan yang kedua itu nampaknya begitu kurang penting, sehingga didiamkan oleh Paulus dalam argumentasinya (Gal). Dan bahkan boleh jadi bahwa sama sekali tidak ada kunjungan kedua dalam Kis. oleh karena Lukas barangkali menggarap dua sumber berbeda-beda mengenai peristiwa yang sama (bdk Kis, Pengantar dan Kis 11:30+). Maka surat kepada jemaat-jemaat di Galatia ditulis sesudah Konsili Yerusalem. Memang Paulus tidak berkata-kata tentang keputusan yang diambil Konsili itu, tetapi boleh jadi keputusan itu sesungguhnya diambil kemudian dari itu (bdk Kis 15:1+). Kalau demikian maka mudah juga dipahami sikap Petrus yang ditegur oleh Paulus menurut Gal 2:11-14. Maka orang-orang yang dialamati surat itu benar- benar penduduk daerah "Galatia" yang ditempuh Paulus dalam perjalanannya yang kedua dan yang ketiga, Kis 16:6; 18:23. Boleh jadi surat itu ditulis di kota Efesus, atau barangkali di Makedonia sekitar th. 57.
Tidak lama berselang menyusullah surat kepada jemaat di Roma. Paulus sedang berada di Korintus (musim dingin th. 57/58) dan mempersiapkan diri untuk pergi ke Yerusalem. Dari sana ia mau singgah di Roma dalam perjalanan ke Spanyol, Rom 15:22-32; bdk 1Kor 16:3-6; Kis 19:21; 20:3. Paulus tidak mendirikan jemaat di Roma dan informasi-informasi yang diperolehnya tentang jemaat itu, boleh jadi mulai orang seperti Akwila, Kis 18:2 tidak lengkap tetapi separuh-separuh saja. Dari keterangan-keterangan yang tercantum dalam surat itu hanya dapat disimpulkan bahwa jemaat itu terdiri dari orang-orang bekas Yahudi dan bekas kafir dan kedua golongan itu condong saling meremehkan. Karena demikian keadaan jemaat di Roma maka Paulus menganggap baik mempersiapkan kunjungannya dengan mengirimkan sepucuk surat melalui diakones Febe, Rom 16:1. Di dalamnya ia mengemukakan pendapatnya bagaimana mesti dipecahkan masalah hubungan antara agama Yahudi dan agama Kristen; pikirannya di bidang itu menjadi masak akibat krisis di Galatia. Dengan maksud tersebut Paulus mengatur dan memungut secara saksama dan dengan halus gagasan-gagasan yang sudah terungkap dalam Gal. Surat Gal ini berupa luapan hati, di mana pembelaan diri, 1:11-2:21, disusul sebuah pembuktian berupa ajaran, 3:1-4:31 dan peringatan-peringatan keras, 5:1 6:18. Sebaliknya, Rom berupa sebuah ulasan teratur, di mana bagian-bagiannya susul- menyusul secara tertib dengan berpedoman beberapa pokok yang terlebih dahulu diperkenalkan, lalu diuraikan.
Sama seperti halnya dengan surat-surat kepada jemaat di Korintus, demikianpun tidak ada seorangpun yang sungguh-sungguh meragukan bahwa Rom ditulis oleh Paulus. Paling-paling orang menanyakan apakah bab 15 dan 16 barangkali kemudian ditambahkan. Terutama bab 16 yang berisikan banyak salam kepada macam-macam orang barangkali aslinya sebuah surat kecil kepada jemaat di Efesus. Tetapi bab 15 tidak dapat dipisahkan dari surat Rom itu, meskipun beberapa naskah menaruh Rom 16:25-27 pada akhri bab 14 sebagai kata penutup. Ada sejumlah ahli yang mempertahankan bahwa juga bab 16 karangan Paulus yang asli. Mereka mencatat bahwa Paulus dapat berkenan dengan banyak saudara dari Roma yang dahulu diusir oleh Kaisar Klaudius, lalu kembali ke Roma. Dan bagi Sang Rasul memang penting menggaris bawahi hubungan dengan jemaat yang belum mengenal Paulus itu. Adapun doksologi dalam 16:25-27 memang mempunyai ciri-ciri khas dalam gaya bahasanya. Tetapi ini tidak cukup untuk menolak keasliannya, walaupun barangkali ditulis kemudian dari Rom.
Sedangkan surat-surat kepada jemaat di Korintus memperlawankan Kristus sebagai Hikmat Allah dengan hikmat dunia yang sia-sia, maka surat-surat kepada jemaat- jemaat di Galatia dan Roma mempertentangkan Kristus sebagai Pembenaran dari Allah dengan pembenaran yang oleh manusia dikirakan dapat diperoleh dengan usahanya sendiri. Di Korintus semangat Yunanilah yang membahayakan pendirian tepat karena terlalu membanggakan akal-budi manusia sendiri. Di Galatia orang- orang ke-Yahudian datang mengatakan bahwa kaum beriman harus bersunat dan menaklukkan diri kepada hukum Taurat, kalau mau diselamatkan. Paulus sekuat tenaga melawan propaganda dan ajaran itu oleh karena berarti mundur selangkah dan menyia-nyiakan karya Kristus, Gal 5:4. Dengan tidak menyangkal nilai tata penyelamatan lama Paulus menentukan batasnya, oleh karena hanya tahap sementara dalam seluruh rencana penyelamatan Allah. Gal 3:23-25. Hukum Musa pada dirinya baik dan suci, Rom 7:12, dan sungguh-sungguh menyatakan kehendak Allah. Tetapi hukum Taurat tidak memberi manusia daya batiniah untuk menepatinya; dengan jalan itu hukum Taurat tidak hanya membuat manusia menjadi sadar akan dosanya dan kebutuhannya akan pertolongan dari Pihak Allah, Gal 3:19-22; Rom 3:20; 7:7-13. Adapun pertolongan yang berupa karunia belaka itu dahulu dijanjikan kepada Abraham sebelum hukum Taurat diberikan, Gal 3:16-18; Rom 4, dan dianugerahkan oleh Yesus Kristus : kematian dan kebangkitanNya sudah menghancurkan kemanusiaan lama yang diracuni dosa Adam dan menciptakan kemanusiaan baru Yesus yang menjadi prototipnya, Rom 5:12-21. Setelah bergabung dengan Kristus melalui kepercayaan dan dijiwai oleh Roh Kudus, maka manusia selanjutnya dengan cuma-cuma menerima pembenaran sejati dan dapat hidup sesuai dengan kehendak Allah, Rom 8:1-4. Memanglah kepercayaan manusia harus menjadi nyata dalam pekerjaan, tetapi pekerjaan yang dilaksanakan berkat daya Roh Kudus, Gal 5:22-25; Rom 8:5-13, itu bukan lagi pekerjaan hukum Taurat yang padanya orang-orang Yahudi dengan angkuhnya menaruh kepercayaannya. Pekerjaan-pekerjaan itu dapat dilaksanakan oleh semua yang percaya kepada Kristus, meski datang dari kekafiran sekalipun, Gal 3:6-9, 14; Rom 4:11. Maka tata penyelamatan Musa yang bernilai sebagai persiapan sekarang sudah ketinggalan zaman. Orang-orang Yahudi yang mau terus berpegang padanya sesungguhnya menempatkan diri di luar keselamatan yang sebenarnya. Allah mengizinkan mereka menjadi "buta", supaya kaum kafir dapat memperoleh keselamatan. Namun demikian orang-orang Yahudi tidak untuk selama- lamanya kehilangan kepilihannya dahulu, sebab Allah memang setia; ada sementara orang-orang Yahudi, yaitu "sisa kecil" yang dinubuatkan para nabi, sudah sampai percaya: dan nanti yang lain-lainpun akan bertobat, Rom 9-11. Sementara itu semua itu kaum beriman, entah orang-orang Yahudi entah bukan Yahudi, harus menjadi satu karena kasih dan saling menolong, Rom 12:1-15:13. Demikianlah pandangan luas yang sudah dirintis dalam Gal dan dikembangkan dalam Rom. Dan berkat pandangan itulah maka kita mempunyai ulasan yang mengagumkan tentang masa lampau umat manusia yang berdosa, Rom 1:18-3:20, dan tentang pergumulan yang berlangsung dalam diri setiap orang, Rom 7:14-25; tentang keselamatan yang dengan cuma-cuma dikaruniakan, Rom 3:24 dll, daya yang terkandung dalam kematian dan kebangkitan Kristus, Rom 4:24 dst; 5:6-11, yang didalamnya orang turut serta oleh karena iman dan baptisan, Gal 3:26 dst; Rom 6:3-11; penguraian mengenai panggilan bangsa manusia menjadi anak-anak Allah, Gal 4:1-7; Rom 8:14-17, mengenai kasih Allah yang berhikmat, yang adil dan setia dalam menyelenggarakan rencana penyelamatanNya yang terlaksana tahap demi tahap, Rom 3:21-26; 8:31-39. Pandangan akhir zaman tetap tinggal; sebab kita memang diselamatkan dalam pengharapan, Rom 5:1-11; 8:24. Tetapi sama seperti dalam surat-surat kepada jemaat di Korintus, tekanan terletak pada keselamatan yang sudah dimulai sekarang; Roh yang dijanjikan sudah dimiliki sebagai "karunia-sulung, Rom 8:23, sekarang orang-orang Kristen sudah siap hidup dalam Kristus, Rom 6:11, dan Kristus hidup di dalam mereka Gal 2:20.
Dengan demikian maka surat kepada jemaat di Roma menyajikan sebuah sintesa pemikiran teologis Paulus yang mengesankan, sebuah sintesa yang ada di antara yang sangat bagus. Namun demikian sintesa itu bukanlah sintesa sempurna dan lengkap dan bukan pula seluruh ajaran Paulus. Pertikaian yang dilancarkan oleh Luther mengakibatkan bahwa surat Rom ini terlaly diutamakan, hal mana sungguh merugikan, kalau surat-surat lain lain tidak diikut-sertakan sebagai pelengkap, sehingga surat Rom ditempatkan dalam sebuah sintesa yang lebih luas.
Filipi; th. 56-57
Kota Filipi adalah sebuah kota penting di Makedonia dan didiami oleh orang-orang Roma yang merantau. Dalam perjalanannya yang kedua dalam th. 50 Paulus mewartakan Injil di situ, Kis 16:12-40. Selama perjalanannya yang ketiga, Paulus masih dua kali singgah di kota Filipi, yaitu di musim rontok th. 57, Kis 20:1-2, dan sekitar Paskah th. 58, Kis 20:3-6. Kaum beriman yang oleh Paulus direbut bagi Kristus di Filipi menyatakan kasih yang mengharukan hati kepada Rasul mereka dengan mengirimkan bantuan kepadanya di Tesalonika, Flp 4:16, dan kemudian di Korintus 2Kor 11:9. Dengan menulis surat ini kepada jemaat itu Paulus justru bermaksud mengucapkan terima kasih karena bantuan yang diterimanya melalui Epafroditus, utusan jemaat di Filipi, yang membawa sumbangan yang baru, Fil 4:10-20, Paulus yang pada umumnya takut-takut kalau memberi kesan seolah- olah mencari untungnya sendiri, Kis 8:3, dengan rela hati menyambut bantuan dari jemaat Filipi. Dengan jalan itu ia menyatakan menaruh kepercayaan luar biasa kepada jemaat itu.
Waktu menulis surat itu Paulus sedang dalam tahanan, Flp 1:7, 12-17. Lama sekali orang beranggapan bahwa ini penahanan pertama di Roma. Tetapi hubungan yang begitu mudah dan demikian kerap kelihatannya, 2:25-30, antara jemaat Filipi dan Paulus sedang Paulus ditemani Epafroditus, mengherankan, seandainya Paulus sungguh di Roma yang terlalu jauh letaknya. Seandainya Paulus berada di Roma (atau di Kaisarea di Palestina, tempat ia juga pernah ditahan sebagaimana diketahui), maka sukar dipahami bahwa bantuan berupa uang yang dikirim jemaat di Filipi melalui Epafroditus itu merupakan kesempatan pertama yang mereka peroleh untuk menolong Sang Rasul setelah mengamalkan kasihnya waktu perjalanan Paulus yang kedua, 4:10, 16. Sebab memanglah Paulus masih singgah dua kali pada mereka dalam perjalanannya yang ketiga. Hanya lebih mudah dimengerti, kalau Paulus menulis surat itu sebelum kedua kunjungan tersebut. Kiranya Paulus berada di Efesus selama th. 56/57 sementara mengharapkan dapat pergi ke Makedonia sesudah dilepaskan (bdk Flp 1:26; 2:19-24 dan Kis 19:21 dst; 20:1; 1Kor 16:5). Kenyataan bahwa Paulus berkata tentang "Pretorium" (terj.: istana) dalam Flp 1:13 dan tentang "rumah/keluarga Kaisar" (terj.: istana Kaisar) dalam 4:22, tidak perlu menjadi kesulitan. Sebab di kota-kota besar, khususnya di Efesus, ada pasukan pengawal pribadi, sama seperti di Roma sendiri yang mengawal wali negeri. Memanglah kita tahu apa-apa tentang penahanan Paulus di Efesus. Tetapi inipun tak perlu menjadi kesulitan yang tak teratasi. Sebab Lukas hanya menceritakan sedikit saja tentang ketiga tahun Paulus tinggal di kota itu, sedangkan Palus sendiri menyiratkan bahwa di sana menghadapi kesulitan berat, 1Kor 15:32; 2Kor 1:8-10.
Kalau hipotesa tersebut diterima maka Flp perlu dipisahkan dari Kol, Ef, dan Flm dan didekatkan pada "surat-surat besar", khususnya pada 1Kor. Kedua surat ini tidak bertentangan satu sama lai, tetapi sebaliknya sangat berdekatan baik dari segi sastra maupun dari segi ajaran. Hanya Flp kurang berupa ajaran. Ini lebih- lebih berupa peluapan hati, tukar berita dan peringatan terhadap "pekerja- pekerja jahat", yang di mana-mana merongrong karya Sang Rasul, sehingga boleh jadi juga menyerang jemaat terkasih di Filipi; terutama Flp berupa seruan supaya kaum beriman bersatu dalam kerendahan hati. Seruan itulah yang bagi kita menghasilkan 2:6-11 mengenai perendahan Kristus. Boleh jadi madah yang mengharukan hati itu dikutip oleh Paulus atau merupakan ciptaan Paulus sendiri. Tetapi bagaimanapun juga lagu itu memberikan kesaksian yang berharga mengenai kepercayaan umat Kristen pruba akan kepra-adaan ilahi Yesus.
Tidak ada orang yang meragukan bahwa Flp benar-benar dikarang oleh Paulus. Hanya dapat dipersoalkan apakah surat itu barangkali penggabungan beberapa surat kecil yang aslinya tersendiri. Tetapi ini berupa dugaan belaka.
Ef, Kol, Flm; th. 61-63.
Surat kepada jemaat di Efesus, kepada jemaat di Kolose dan kepada Filemon ternyata sebuah kelompok tersendiri. Ketiga karangan itu sangat erat hubungannya; baik Kol 4:9 maupun Flm 12 berkata tentang Onesimus yang mau dikirim Paulus; Tikhikus disebut dalam Kol 4:7 dst dan dalam Ef 6:21 dst; teman- teman Paulus yang sama tampil dalam Kol 4:10-14 dan dalam Flm 23-24; ditinjau dari segi sastra dan dari segi ajaran ada banyak kesamaan antara Ef dan Kol; Paulus masih dipenjara, Flm 1:9 dst; 13, 23; Kol 4:3, 10, 18; Ef 3:1; 4:1; 6:20, dan tentu saja di Roma (antara th. 61 dan 63), dan bukan di Kaisarea atau di Efesus. Kalau di Kaisarea sukar menerangkan bahwa Markus dan Onesimus ada pada Paulus, sedangkan tentang kehadiran Lukas di Efesus bersama Paulus tidak ada berita apapun. Kecuali itu perbedaan gaya bahasa dan kemajuan dalam ajaran mengandaikan jangka waktu cukup lama antara "surat-surat besar" (Kor, Gal, Rom) dan Ef serta Kol. Dalam jangka waktu itu timbullah sebuah krisis. Dari Kolose, di mana Paulus sendiri tidak mewartakan Injil, 1:4; 2:1, datanglah wakilnya Epafras, 1:7, membawa berita yang mengkhawatirkan, Paulus menjadi prihatin dan segera menanggapi berita itu dengan sepucuk surat kepada jemaat di Kolose; surat itu dibawa ke sana oleh Tikhikus. Tetapi reaksinya terhadap bahaya yang baru itu memperdalam pikiran Sang Rasul. Sama seperti Rom dipakai untuk mengatur pikiran- pikiran yang tercetus dalam Gal, demikianpun sekarang Paulus menulis sepucuk surat lain lagi, di sana ia menyusun ajarannya dengan berpedoman sebuah titik pandangan yang dipaksakan kepadanya oleh pertikaian di Kolose. Sintesa yang mengagumkan itu tidak lain kecuali "surat kepada jemaat di Efesus". Hanya judul semacam itu (yang dalam surat sendiri tidak pasti juga, bdk Ef 1:1+) dapat menipu. Paulus sesungguhnya tidak menulis kepada orang-orang Efesus, tempat ia tinggal selama tiga tahun, melainkan kepada kaum berimann pada umumnya, bdk Ef 1:15; 3:2-4, khususnya kepada jemaat-jemaat di lembah-lembah pegunungan Lisia tempat surat itu diedarkan, Kol 4:16.
Sementara ahli pernah menolak keaslian kedua surat tersebut. Tetapi Kol dewasa ini lebih umum diterima sebagai karangan Paulus dan pendapat itu memang cukup berdasar. Gagasan-gagasan utama Paulus terdapat dalam Kol, dan kalau ada juga pikiran-pikiran baru maka halnya mudah dijelaskan dengan menunjuk kepada keadaan baru yang harus dihadapi Paulus. Hal yang sama dapat dikatakan tentang Ef juga, tetapi surat ini tetap sangat diragukan keasliannya. Namun demikian karena surat itu ternyata hasil seorang pemikir yang berbakat maka sukar diterima bahwa dikarang oleh seorang murid Paulus. Sudah barang tentu gaya bahasa Kol dan Ef yang bertutur panjang, ada kalanya berlebih-lebihan, itu berbeda sekali dengan pemikiran pendek, padat dan tegang seperti terdapat dalam surat yang dahulu. Tetapi hal itu cukup dapat diterangkan juga, oleh karena Paulus kini mengamati ufuk baru yang jauh lebih luas. Selebihnya Paulus menggunakan macam-macam gaya bahasa dan dalam 2Kor 9:8-14 atau Rom 3:23-26 dll sudah terdapat contoh-contoh gaya bahasa kontemplatip dan lebih kurang liturgis yang sepenuh-penuhnya berkembang dalam Kol dan Ef. Satu-satunya kesulitan yang sesungguhnya berasal dari kenyataan bahwa beberapa bagian dari Ef lebih kurang secara harafiah dan ada kalanya secara salah memungut pengungkapan-pengungkapan dari Kol. Hanya Paulus tidak pernah menulis surat-suratnya dengan tangannya sendiri dari awal sampai akhir. Maka gejala tersebut dapat diterangkan dengan berkata bahwa seorang murid memainkan peranan besar dalam menyusun Ef.
Adapun bahaya yang mengancam di Kolose berasal dari pemikiran berlebih-lebihan berdasarkan pandangan-pandangan Yahudi, Kol 2:16, yang bercampur-baur dengan filsafaf ke-Yunanian. Pemikiran-pemikiran berlebih-lebihan tersebut memberi kepada daya-daya sorgawi yang memimpin jalannya jagat raya sebuah peranan begitu penting sehingga menurunkan kedudukan utama Kristus. Paulus menerima saja adanya daya-daya semacam itu tanpa meragukan kegiatannya; ia bahkan menyamakannya dengan malaikat-malaikat yang terdapat dalam tradisi Yahudi, bdk 2:15. Hanya ia menerimanya untuk menempatkannya di tempatnya yang wajar dalam rencana penyelamatan Allah. Mereka telah berperan sebagai pengantara dan pengurus hukum Taurat. Tetapi kini peranannya sudah habis sama sekali. Dengan menciptakan suatu dunia baru maka Kristus Kirios sendiri menangani pemerintahan dunia semesta. PeninggianNya di sorga sudah menempatkan Kristus di atas daya-daya kosmis yang telah dilucuti kekuasaannya dahulu, 2:15. Memanglah sejak awal penciptaan Kristus sudah menguasai kekuasaan-kekuasaan itu, sebab Dialah Anak dan Gambar Bapa. Tetapi dalam ciptaan baru Kristus menguasai daya-daya itu sebagai Kepalanya dan secara depinitip, oleh karena telah mempersatukan di dalam diriNya segenap "Ple-roma", artinya kepenuhan beradanya, baik beradanya Allah maupun beradanya dunia di dalam Allah, 1:13-20. Oleh karena sudah dibebaskan dari "unsur-unsur dunia" (terj.: roh-roh dunia), 2:8, 20, berkat persatuannya dengan Kepala dan oleh karena mengambil bagian dalam KepenuhannNya, 2:10, maka orang- orang Kristen tidak perlu menaklukkan diri kepada kekuasaan lalim "unsur-unsur dunia" itu dengan menepati macam-macam aturan yang sudah ketinggalan zaman dan tidak berguna lagi, 2:16-23. Melalui baptisan mereka sudah dipersatukan dengan Kristus yang wafat dan bangkit, 2:11-13 dan menjadi anggota TubuhNya. Dan hidup baru hanya mereka terima dari Kristus yang menjadi Kepala yang menghidupkan, 2:19. Memanglah Paulus tetap menaruh minat utamanya pada keselamatan Kristen, tetapi karena pertikaian itu ia memperluas karya Kristus sampai merangkum seluruh dunia dan jagat raya. Di samping bangsa manusia yang diselamatkan itu seluruh jagat raya yang menjadi latar belakang dan rangka umat manusia dimasukkan Paulus ke dalam karya Kristus. Maka jagat raya secara tak langsung ditempatkan juga di bawah kekuasaan satu-satunya Tuhan, ialah Kristus. Pemikiran semacam itulah mengakibatkan bahwa gagasan "Tubuh Kristus" yang dirintis dahulu, 1Kor 12:12+, diperkembangkan lebih jauh dengan menekankan Kristus sebagai kepala Tubuh-Nya; bahwa karya penyelamatan diperluas sampai merangkum dunia semesta; bahwa pemandangan diperlebar sehingga Kristus terutama dilihat sebagai pemenang sorgawi, sedangkan Gereja sebagai persatuan menyeluruh dibangun menuju Kristus sorgawi; bahwa eskatologi yang sudah terujud lebih ditekankan, bdk Ef 2:6+.
Pemandangan seperti di atas terulang dalam Ef. Tetapi usaha untuk menaruh daya- daya sorgawi yang terlalu dinilai itu pada tempatnya yang wajar sudah menghasilkan buahnya, Ef 1:20-22. Maka perhatian terutama diarahkan kepada Gereja. Ia merupakan Tubuh Kristus yang meluas sampai menjadi Jagat raya baru, Kepenuhan Dia yang memenuhi semua dan segala sesuatu, 1:23+. Dalam pemandangan yang paling tinggi yang merupakan puncak segenap karyanya ini Paulus memungut beberapa pikiran dari masa dahulu untuk menempatkannya di dalam sintesa yang dicapainya. Teristimewanya ia memikirkan kembali persoalan yang dibahasnya dalam surat kepada jemaat di Roma, yang berupa puncak dalam tahap pemikirannya dahulu. Ia tidak hanya dengan sepintas lalu meningkatkan pandangannya mengenai keadaan lampau bangsa manusia yang berdosa dan keselamatan yang dengan cuma-cuma dianugerahkan melalui Kristus, 2:1-10, tetapi juga memikirkan kembali masalah hubungan antara bangsa-agama Yahudi dan jemaat Kristen yang dahulu menggelisahkannya, Rom 9-11. Dan kini persoalan itu dilihatnya dengan berlatar belakang eskatologis yang sudah terlaksana: kini kedua kelompok itu nampak baginya sebagai bersatu karena diperdamaikan di dalam satu orang Manusia baru, sehingga bersama-sama di perjalanan menuju Bapa, Ef 2:11-22. Dan justru kenyataan bahwa kaum kafir juga dapat memperoleh keselamatan Israel dalam diri Kristus itu adalah "rahasia khendak Allah", 1:9; 3:3-6, 96:19; Kol 1:27; 2:2; 4:3. Dan mengingat rahasia itulah Paulus pada akhir hidupnya dapat mengemukakan pikiran yang tidak ada tara bandingnya: mengingat Hikmat Allah tak berbatas yang menyatakan diri dalam rahasia itu, 3:9 dst; Kol. 2:3; mengenai kasih Kristus yang tak terselami, yang nampak pula dalam rahasia itu, Ef 3:18 dst; tentang dirinya sendiri, yang terhina di antara para rasul namun oleh Allah dengan cuma-cuma dipilih menjadi pelayan rahasiaNya itu, 1:3-14. Dan akhir- tujuan rahasia itu tidak lain kecuali pernikahan Kristus dengan bangsa yang selamat, ialah Gereja, 5:22-23.
Surat kepada Filemon ditulis pada waktu yang sama dengan ditulisnya Kol dan Ef. Ia dialamatkan kepada seorang Kristen yang oleh Paulus sendiri ditobatkan, ay 9. Di dalam surat kecil itu Paulus memberitahukan bahwa seorang budak bernama Onesimus yang melarikan diri dan oleh Paulus direbut bagi Kristus akan kembali kepada majikannya, ay 10. Dengan tangannya sendiri ay 19, Paulus menulis surat kecil ini yang dengan bagusnya menyoroti kehalusan hati Paulus. Ini juga penting oleh karena memberitakan kepada kita bagaimana Paulus memecahkan masalah perbudakan, Rom 6:15+; meskipun hubungan sosial antara majikan dan budak tetap sama seperti dahulu, namun seorang majikan Kristen dan seorang budak Kristen selanjutnya harus hidup sebagai bersaudara untuk mengabdi Majikan yang sama, ay 16 bdk Kol 3:22-4:1.
1Tim, Tit, 2Tim ; th 65-67
Surat-surat kepada Timotius dan surat kepada Titus sangat berdekatan satu sama lain karena isi, latar belakang historis dan bentuknya. Dua di antaranya rupanya ditulis di Makedonia: yang satu dialamatkan kepada Timotius, yang waktu di Efesus, 1Tim 1:3, di mana Paulus berharap tidak lama lagi dapat bertemu dengannya, 3:14; 4:13, sedangkan yang lain dialamatkan kepada Titus yang oleh Paulus ditinggalkan di pulau Kreta, Tit 1:5. Paulus merencanakan tinggal di Nikopolis ( di Epirus) selama musim dingin dan Titus hendaknya berkumpul dengannya di situ, Tit 3:12. Waktu menulis 2Tim Paulus sedang di penjara di Roma, 1:8, 16 dst; 2:9, setelah singgah di Troas, 4:13 dan Miletus, 4:20. Keadaan Paulus gawat sekali, 4:16, dan ia merasa bahwa ajalnya sudah dekat, 4:6- 8, 18. Ia seorang diri dan mendesak supaya Timotius secepat mungkin datang, 4:9- 16, 21. Meskipun ada kesamaan kecil namun keadaan itu tidak berkesusaian dengan penahanan Paulus di Roma selama th. 61-63 dan tidak pula dengan perjalanan yang mendahuluinya. Ada cukup banyak ahli yang mengambil kesimpulan bahwa ketiga surat itu bukan karangan Paulus, seorang lain mau menjiplak Paulus dan mengkhayalkan catatan-catatan mengenai hal-ihwal Paulus supaya karangan- karangannya nampaknya bersifat historis dan dapat disebar-luaskan dengan nama dan kewibawaan Paulus. Tetapi hipotesa semacam itu tidak perlu sama sekali. Tidak ada bukti satupun bahwa Paulus mati selama penahanannya yang pertama; sebaliknya Kis 28:30 menyarankan bahwa ia dibebaskan. Jadi Paulus dapat mengadakan perjalanan-perjalanan lain lagi, barangkali lebih dahulu di negeri Spanyol sebagaimana ia merencanakannya, Rom 15:24, 28, dan kemudian di sebelah timur, sebagaimana juga direncankan, Flm 22. Mudah saja 1Tim dan Tit ditinggalkan sekitar th. 65 selama suatu perjalanan melalui pulau Kreta, Asia Kecil, Makedonia dan Yunani. Keadaan yang tampil dalam 2Tim adalah situasi penahanan baru yang kali ini berakhir dengan sial. Surat yang merupakan nasehat Paulus ini kiranya ditulis tidak lama sebelum kemartiran Paulus dalam th. 67.
Ketiga surat tersebut dialamatkan kepada dua murid Paulus yang paling setiawan, Kis 16:1+; 2Kor 2:13+. Di dalamnya termuat sejumlah petunjuk bagaimana mengorganisasi jemaat-jemaat Kristen yang oleh Paulus dipercayakan kepada mereka. Itulah sebabnya maka sejak abad XVIII surat-surat itu biasanya disebut "Surat-surat Pastoral (Gembala)." Beberapa ahli berpendapat bahwa surat-surat itu mengandaikan tahap perkembangan dalam tata pemerintahan umat yang baru terjadi sesudah Paulus mati. Tetapi pendapat ini kurang tepat. Sebab surat-surat itu sebenarnya mengandaikan sebuah tahap perkembangan umat yang sangat mungkin sudah tercapai menjelang akhir hidup Paulus. Sebutan "episkopos" (penilik) masih searti dengan sebutan "presbiter" (terj. penatua) Tit 1:5-7, seperti juga dahulu, Kis 20:17 dan 28, sesuai dengan susunan jemaat-jemaat dahulu yang dipimpin oleh sebuah dewan penatua, Tit 1:5+. Belum ada sama sekali seorang "uskup" yang seorang diri menjadi pemimpin tertinggi jemaat. Tokoh semacam itu baru tampil dalam surat-surat Ignasius dari Anthiokia. Hanya perkembangan ke jurusan itu sudah dirintiskan : meskipun beberapa jemaat dipercayakan kepada Timotius dan Titus yang tidak terikat pada satu di antaranya, Tit 1:5, namun kedua wakil Paulus itu memegang kewibawaan rasuli, yang tidak lama lagi harus diserahkan kepada orang-orang lain oleh karena para rasul menghilang. Dan tidak lama kemudian kewibawaan rasuli itu diberi kepada ketua sebuah dewan penatua, dan ketua itu tidak lain kecuali uskup. Tahap peralihan sebagaimana tampil dalam surat-surat pastoral justru menjadi bukti bahwa surat-surat itu benar-benar karangan Paulus. Sebab dengan maksud apa seorang pemalsu dapat mengkhayalkan tahap semacam itu? Perlu diperhatikan juga bahwa "penilik" dan "penatua" itu bukan hanya pengurus harta-benda dan perkara materiil lain, tetapi juga dan terutama bertugas mengajar dan memimpin, 1Tim 3:2, 5; 5:17; Tit 1:7, 9. Dengan demikian maka "penilik" dan "penatua" itu sungguh-sungguh moyang dari uskup dan iman dalam Gereja Katolik sekarang.
Sementara ahli berpendapat bahwa desakan untuk berpegang teguh pada "ajaran sehat", 1Tim 1:10 dll, dan memelihara "depositum fidei" (terj.: apa yang dipercayakan kepadamu), 1Tim 6:20; 2Tim 1:14, tidak layak bagi Paulus, seorang pemikir teologis yang berani dan orisinil. Tetapi keterangan dan desakan semacam itu nampaknya sesuai sekali dengan Sang Rasul yang dekat pada ajalnya dan memperingati pembantu-pembantunya yang masih muda berhubung dengan pemikiran- pemikiran yang membahayakan. Sebab Paulus sudah mengamati bahwa jemaat-jemaat itu ada selara untuk pembaharuan-pembaharuan yang dapat menghancurkan iman, 1Tim 1:19. Dan ini tentu saja bukan ajaran dari gnostik dalam abad II yang mau ditentang oleh seorang pemalsu yang menyamar sebagai Paulus. "Soal-soal yang dicari-cari", 1Tim 6:4, "dongeng-dongeng dan silsilah yang tiada putus- putusnya", 1Tim 1:4, "dongeng-dongeng Yahudi", Tit 1:14 dan "percekcokan dan pertengkaran mengenai hukum Taurat", Tit 3:9, yang bercampur dengan aturan- aturan askese yang keras, 1Tim 4:3, kiranya berasal dari orang-orang Yahudi yang berkebudayaan Yunani dan suka mencampurkan segala sesuatunya. Paulus terpaksa sudah menghadapi mereka waktu krisis dalam jemaat di Kolose.
Sudah barang tentu bahasa yang dipakai dalam surat-surat ini tidak mempunyai ciri-ciri bahasa Paulus. Gaya bahasanya sangat lancar, berbeda sekali dengan gaya yang berapi-api dan yang kekayaannya melimpah-limpah, seperti yang dipakai oleh Paulus dalam surat-suratnya dahulu. Bahkan perbendaharaan katapun berbeda dengan perbendaharaan kata yang lazim pada Paulu. Ada orang yang berkata, bahwa usia lanjut Paulus dan keadaannya sebagai orang tahanan dapat menjelaskan gejala semacam itu. Tetapi antara Kol, Ef dan Tim, Tit hanya ada jangka waktu paling- paling empat-lima tahun, sedangkan 1Tim dan Tit tidak ditulis dalam penjara. Juga usaha untuk membeda-bedakan dalam surat-surat pastoral beberapa surat-surat kecil baik yang berasal dari Paulus maupun yang bukan karangannya tidak sampai meyakinkan. Dari sebab itu sebaik-baiknya diandaikan bahwa seorang murid-penulis Sang Rasul berperan dalam menyusun surat-surat pastoral, sama seperti halnya dengan Ef. Kepada penulis itu Paulus memberikan kebebasan lebih besar dari yang lazim. Memang Lukas menyertai Paulus, 2Tim 4:11, dan ada orang yang mengira dapat menemukan kesamaan khusus antara gaya bahasa Lukas dan gaya bahasa surat- surat pastoral.
Ibr ; th. 67
Berbeda dengan semua surat lain, surat kepada orang-orang Ibrani sejak dahulu diragukan keasliannya. Bahwasannya surat ini termasuk Kitab Suci jarang dipersoalkan, tetapi dalam Gereja barat sampai akhir abad IV tidak diterima sebagai karangan Paulus, namun bentuk literer surat itu dipersoalkan (Klemens dari Aleksandria, Origenes). Memanglah bahasa dan gaya bahasa surat kepada orang-orang Ibrani adalah murni dan lancar dan pasti bukan bahasa atau gaya bahasa Paulus. Caranya surat ini mengutip dan menggunakan Perjanjian Lama bukanlah cara Paulus. Alamat dan kata pembuka yang lazim dalam surat-surat Paulus tidak ada sama sekali. Ajaran yang termuat dalam karangan itu mempunyai keserupaan dengan ajaran Paulus, tetapi sekaligus ajaran itu cukup asli, sehingga sukar diterima bahwa langsung berasal dari Paulus sendiri. Maka banyak ahli katolik dan bukan katolik dewasa ini sependapat dalam mengakui bahwa surat ini bukan karangan Paulus seperti surat-surat lain adalah karangannya, walaupun secara langsung atau tidak langsung Paulus mempengaruhi Ibr. Dan pengaruh itu begitu rupa sehingga dapat dipertanggung-jawabkan bahwa secara tradisionil surat itu dikelompokkan bersama dengan surat-surat Paulus.
Tetapi perbedaan muncul kalau dipersoalkan siapa sesungguhnya penulis Ibr yang tidak bernama itu. Segala macam nama sudah dikemukakan., misalnya Barnabas, Silas, Aristion, dll. Yang kiranya paling kena ialah Apolos, seorang Yahudi dari Aleksandria, yang kefasihan, semangat kerasulan dan kemahirannya dalam Alkitab dipuji oleh Lukas, Kis 18:24-28. Bakat-bakat itu ternyata tampil jelas dalam surat kepada orang-orang Ibrani; bahasa dan pimikirannya berbau bahasa dan pemikiran Aleksandria (Filo); kefasihannya dalam membela agama Kristen meyakinkan, sedangkan seluruh argumentasinya berdasar penafsiran Perjanjian Lama.
Seperti nama pengarangnya tidak dikenal dengan pasti, demikianpun halnya dengan tempat ditulisnya surat ini dan orang-orang yang dialamati. Rupanya pengarang tinggal di Italia, 13:24, dan menulis suratnya sebelum Bait Allah di Yerusalem dihancurkan (th. 70). Sebab itu ia berkata tentang ibadat dalam Bait Allah seolah-olah sesuatu yang masih terus berlangsung, 8:4 dst, dan ia menasehati pembacanya sehubungan dengan godaan untuk kembali ke ibadat itu. Tentu saja pengarang menekankan bahwa ibadat Musa mempunyai ciri sementara saja, tetapi sama sekali tidak berkata tentang bencana yang terjadi dalam th. 70, meskipun kejadian itu memang sangat mendukung pendapatnya. Selebihnya pengarang pasti menggunakan surat-surat yang ditulis Paulus dalam penjara (Ef, Flp, Kol). Maka surat kepada orang-orang Ibrani boleh diberi bertanggal sesudah th. 63, kiranya sekitar th. 67, kalau orang menerima bahwa apa yang dikatakan tentang krisis yang mendekat, sebagaimana dapat dirasakan dalam seruannya supaya sidang pembaca berpegang teguh pada kepercayaannya, 10:25 dll, mengenai gejala yang mendahului perang Yahudi.
Meskipun judul surat ini, ialah: "Kepada orang-orang Ibrani" baru muncul selama abad II, namun sangat cocok dengan isi karangan itu. Surat ini tidak hanya mengandalkan bahwa para pembaca berkenalan baik dengan Perjanjian Lama, tetapi juga bahwa mereka bekas Yahudi. Oleh karena Ibr begitu menekankan ibadat dan liturgi, maka orang bahkan berpikir kepada bekas imam-imam Yahudi, bdk Kis 6:7. Setelah masuk Kristen imam-imam itu terpaksa meninggalkan kota suci dan mengungsi ke tempat lain, barangkali ke salah satu kota di pantai, misalnya Kaisarea atau Antiokhia. Tetapi pengasingan itu memberati mereka, sehingga dengan rindu mengenangkan ibadat bersemarak yang diselenggarakan oleh kaum Lewi dan yang merekapun melayaninya dahulu. Kepercayaannya yang baru, yang masih kurang kuat dan kurang terdidik, mengecewakan mereka, apa lagi oleh karena terganggu oleh penganiayaan akibat kepercayaan itu. Maka timbullah godaan hebat untuk mengundurkan diri.
Surat kepada orang-orang Ibrani sekuat tenaga berusaha mencegah mereka dari menjadi murtad, 10; 19:39. Untuk mengobarkan semangat kaum buangan yang menjadi lesu dan kendor itu, maka Ibr menyajikan pandangan unggul mengenai hidup Kristen, yang dipikirkan sebagai sebuah ziarah, suatu perjalanan menuju istirahat yang dijanjikan, sebuah perjalanan ke Tanah Air dengan dibimbing oleh Kristus yang melebihi Musa, 3:1-6, dan dengan disinari cahaya iman-kepercayaan yang sudah memimpin para bapa bangsanya, orang-orang Yahudi waktu keluaran dan semua orang suci dari Perjanjian Lama, 3:7-4:11; 11. Dengan imamat lama dan ibadat kaum Lewi yang dirindukan sidang pembaca, si pengarang memperlawankan diri Kristus yang menjadi Imam menurut peraturan Melkisedek dan melebihi imamat Harun,
Ende: Efesus (Pendahuluan Kitab) SURAT RASUL PAULUS KEPADA UMAT EFESUS
KATA PENGANTAR
Djudul "kepada orang-orang kudus di Efesus" sudah diberikan kepada surat ini
di Geredja purba, te...
SURAT RASUL PAULUS KEPADA UMAT EFESUS
KATA PENGANTAR
Djudul "kepada orang-orang kudus di Efesus" sudah diberikan kepada surat ini di Geredja purba, tetapi tidak terdapat pada segala surat naskah tertua jang ditemukan. Menilik isi dan tjoraknja sangat disangsikan bahwa surat ini chususnja ditudjukan kepada umat itu. Ia lebih bersifat surat edaran umum, bagi umat-umat muda jang baru-baru bertobat dan tidak didirikan oleh Paulus sendiri, seperti umat Kolose. Ada sardjana-sardjana jang berpendapat bahwa surat inilah dimaksudkan dalam Kol. 4:16, sebagai "surat dari Laodisea" jang harus dibatjakan di Kolose djuga. Bagaimanapun djuga, soal itu bagi kita tidak begitu penting untuk dibitjarakan lebih landjut disini.
Kesamaan surat ini dengan surat kepada umat Kolose menjolok, baik mengenai atjara pokok, isi umum, maupun gajanja. Kita beroleh kesan-kesan bahwa ia merupakan suatu landjutan dan pelengkapan dari surat kepada orang-orang Kolose itu. la rupanja ditulis dalam waktu jang hampir sama, lagi diantar oleh tokoh jang sama, ialah Tichikus. Atjara pokok kedua surat ialah Misteri Kristus dan misteri rentjana penjelamatan seluruh bangsa manusia dalam Kristus. Surat kepada umat Kolose lebih menggambarkan dan menondjolhan martabat dan kedudukan Kristus diatas segala machluk, termasuk para Malaekat, sebagai Putera Allah jang setara dengan Allah dalam segalanja, turut mentjiptakan segala machluk dan berkuasa mutlak atasnja. Pernjataan-pernjataan itu merupakan dasar segala uraian dalam Ef. djuga, tetapi tidak diuraikan lagi, harus disentuh dan itu sering dengan memperlihatkan segi-segi baru jang indah dan penting. Chususnja ia membitjarakan misteri penjelamatan kita, jang disorotinja dari pelbagai sudut dan puntjaknja ialah adjaran tentang umat sebagai Tubuh Mistik Kristus. Kedua surat mulai dengan madah-pudjian jang padat dan dalam isinja, indah gajanja dan bernada tinggi. Nada tinggi itu dipertahankan sepandjang seluruh surat, djuga dalam bagian jang merupakan peringatan-peringatan jang agak sungguh-sungguh, malah sampai bertjorak tuduhan. Kol. jang berlandasan pada salah paham dan bahaja- bahaja jang mengantjam dalam umat, masih bertjorak surat perdjuangan, tetapi Ef. semata-mata bersuasana kegembiraan atas kerahiman dan tjinta Allah, dalam merentjanakan dan melaksanakan penjelamatan segala bangsa manusia dalam Kristus. Mengenai alasan untuk menulis surat ini kita mendapat kesan-kesan atau dapat kita bajangkan, bahwa Paulus sesudah menjelesaikan suratnja kepada umat Kolose tidak merasa puas. Barangkali ia hemudian teringat bahwa umat Kolose dan umat- umat lainpun jang belum pernah dikundjunginja, tentu belum mendapat peladjaran jang agak luas dan mendalam tentang adjaran-adjaran jang hanja dengan ringkas diuraikan ataupun disentuhnja sadja dalam surat pendek kepada orang-orang Kolose itu. Sedangkan djustru adjaran-adjaran itu merupakan adjaran-adjaran dasar dan inti hakekat Indjil, mengenai tudjuannja dan kemuliaan martabat para beriman serta hubungan erat-mesra mereka dengan Kristus. Kalau itu benar djalan pemikiran Paulus, maka kita dapat mengerti bagaimana perasaan tak puas mendorongnja untuk memberi pengadjaran tulisan jang lebih luas kepada umat-umat tersebut. Dan karena kegembiraan hatinja, bahwa umat-umat itu dipanggil oleh Allah dan menerima Indjil, dan telah dipenuhi dengan segala rahmat dan berkat surgawi (Ef. 1:3-6), dan kepertjajaan umat-umat serta tjinta kasihnja dapat dipudji (1:15), maka seluruh surat diliputi suasana kegembiraan berdasarkan sjukur dan pudjian kepada Allah.
TFTWMS: Efesus (Garis Besar) Catatan Akhir:
1 William Barclay, The Letters to the Galatians and Ephesians, The Daily Study Bible Series, rev. ed. (Philadelphia: Westminster Pre...
Catatan Akhir:
- 1 William Barclay, The Letters to the Galatians and Ephesians, The Daily Study Bible Series, rev. ed. (Philadelphia: Westminster Press, 1976), 164.
Pengarang: Rusty Peterman
Hak Cipta © 2011 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
TFTWMS: Efesus (Pendahuluan Kitab) "Hidup Sebagai Anak-Anak Terang" (Efesus 5:7-14)
Untuk ketiga kalinya di dalam pasal 4 sampai 6, Paulus menginstruksikan jemaat Efesus untu...
"Hidup Sebagai Anak-Anak Terang" (Efesus 5:7-14)
Untuk ketiga kalinya di dalam pasal 4 sampai 6, Paulus menginstruksikan jemaat Efesus untuk "berjalan/hidup" dengan cara tertentu di 5:7-14. Ia mengakhiri diskusinya tentang hidup orang Kristen dalam kasih dengan kesimpulan yang juga memperkenalkan bagian berikutnya. Dengan membedakan agama Kristen dengan gaya hidup lama jemaat Efesus, ia menantang mereka berbalik dari kegelapan untuk hidup sebagai anak-anak terang.
TFTWMS: Efesus (Pendahuluan Kitab) ANAK-ANAK TERANG (5:7-14)
Paulus, di dlaam 5:7-14, membuat pernyataan ketiga tentang bagaimana orang Kristen harus "hidup," dengan mendesak...
ANAK-ANAK TERANG (5:7-14)
Paulus, di dlaam 5:7-14, membuat pernyataan ketiga tentang bagaimana orang Kristen harus "hidup," dengan mendesak para pembacanya untuk "hidup sebagai anak-anak terang" di dalam ayat 8.
Perbedaan. Alkitab menyajikan perbedaan antara "terang" dan "kegelapan." "Terang" melambangkan Allah, jalan Allah, kuasa-Nya, dan umat Kristen. "Kegelapan" melambangkan Iblis, cara dunia, kuasanya, dan orang-orang yang sesat.12"Terang" dan "kegelapan" melambangkan Kristus dan kejahatan (Yohanes 1:1-5, 9; 3:19-21; 8:12; 12:35, 36). Selanjutnya, kaitan dengan "terang" dan "kegelapan" membedakan orang Kristen yang setia dengan orang yang tidak setia (1 Yohanes 2:4-11).
Jaminan. Hidup dalam Terang menjamin orang Kristen memiliki hubungan yang benar dengan Allah dan pembasuhan terus menerus dari dosa (1 Yohanes 1:5-9).
Pengetahuan. Orang Kristen tahu bahwa mereka sedang hidup dalam "Terang" ketika mereka menghasilkan buah Terang (5:9), menemukan apa yang menyukakan Allah (5:10), dan menelanjangi segala perbuatan kegelapan (5:11-14). Seraya orang Kristen menyerahkan hidup mereka kepada Allah dan hidup sebagai umat-Nya, Ia menolong mereka untuk menghasilkan jenis buah yang tepat. Mereka menemukan apa yang menyukakan Allah dengan mempelajari Kitab Suci. Ketika orang Kristen hidup dengan benar dan bicara lantang dengan ketegasan dan kebaikan melawan kejahatan, dampaknya terhadap masyarakat adalah besar.
"Terang di dalam Tuhan." Paulus menyifatkan jemaat Efesus sebagai "Terang di dalam Tuhan" (5:8). Ketika orang dibaptis ke dalam Kristus, ia diperdamaikan kepada Allah, ditebus dari dosa, dan menjadi penerima segala berkat rohani; ia menjadi terang bagi dunia (lihat 1:3-14; 2:13-16; Matius 5:16).
Kesimpulan. Orang Kristen berada di dunia, namun bukan dari dunia. Gereja tidak merangkul dunia, tetapi menghadapi dunia sebagaimana terang menembus kegelapan.
PENIRU ALLAH (5:1-14)
Salah satu sifat anak-anak di seluruh dunia adalah bahwa mereka selalu meniru orang-orang yang mereka cintai. Ketika ditanya oleh ibunya apa yang ingin ia makan, seorang anak mungkin berkata, "Aku ingin apa yang Ayah makan." Anak-anak tidak peduli untuk menjadi pelopor; mereka jauh lebih peduli untuk menjadi seperti model yang mereka sukai.
Sebagai anak-anak Allah, kita diberitahu untuk menjadi "peniru Allah" (5:1). Jika kita ingin menjadi seperti Allah, bagaimanakah kita harus hidup? Di dalam 5:1-14, Paulus mengatakan bahwa "peniru Allah" akan menjadi seperti Dia dalam dua cara.
1. Anak-Anak Kasih (5:1-7). "Oleh karena itu jadilah peniru Allah, sebagai anak-anak yang kekasih, dan hiduplah di dalam kasih, sebagaimana Kristus Yesus juga mengasihi kamu dan memberikan diri-Nya untuk kita …" (5:1, 2).
Kunci untuk memahami sifat yang pertama terdapat di dalam kata "oleh karena itu." Kata itu mendorong kita kembali kepada prinsip yang tercantum di dalam 4:32: "32Hendaklah kamu ramah seorang terhadap yang lain, berhati lembut, saling mengampuni, sebagaimana Allah di dalam Kristus juga telah mengampuni kamu." Allah digambarkan sebagai Pengampun yang penuh kasih. Cara terbaik kita untuk memenuhi perintah Paulus untuk meniru Allah adalah ketika kita menjadi pengampun penuh kasih bagi diri kita sendiri. Kita harus baik hati; kita harus lembut hati; tidak kasar, tidak dingin, tidak acuh tak acuh. Kita harus memaafkan. Itu adalah kasih yang dibuat nyata, karena kasih yang tidak bisa memaafkan adalah bukan kasih sejati.
Di dalam Matius 18, kita menemukan komentari Yesus sendiri tentang prinsip ini. Petrus bertanya kepada Tuhan berapa kalikah orang harus mengampuni saudaranya. Para rabi Yahudi telah mengajarkan bahwa orang harus memaafkan seseorang hanya tiga kali saja; setelah itu, ia bebas dari kewajibannya. Petrus, mungkin ingin mengesankan Tuhan dengan betapa ia telah dewasa di bawah bimbingan-Nya, menjawab pertanyaannya sendiri dengan menyarankan tujuh kali. Yesus menjawab, "Aku berkata kepadamu: Bukan sampai tujuh kali, melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh kali" (Matius 18:22). Intinya adalah bukan mengingat-ingat catatan, tapi tentang sikap. Sikap memaafkan adalah penting untuk meniru kasih Allah.
Pernahkah kita berbuat salah kepada Allah? Tentu saja kita pernah! Kita pernah memberontak terhadap Dia, merendahkan Dia, membenci Dia, menolak Dia. Namun, Ia telah mengampuni kita. Kematian Kristus di kayu salib adalah jelas, pengampunan yang tak patut kita terima sudah Allah berikan (Roma 5:8). Itulah tepatnya jenis pengampunan yang kita harus tampilkan.
Hal apakah yang mendorong adanya pengampunan seperti itu? Kasih. Ingatlah apa yang Paulus ajarkan di dalam pasal 2. Ia mengatakan bahwa dahulu kita mati di dalam dosa; kita mengikuti gaya hidup dunia ini. Kita tidak taat; kita berperilaku atas dasar hawa nafsu daging kita. "Tetapi Allah, yang kaya dalam rahmat, oleh karena kasih-Nya yang besar yang dengannya Ia mengasihi kita. Bahkan ketika kita mati dalam pelanggaran-pelanggaran kita, menjadikan kita hidup bersama dengan Kristus …" (2:4, 5).
Salib menjadikan pengampunan suatu kenyataan, tetapi kasih Allah menjadikan salib suatu kenyataan. Itulah yang ada di balik nasihat Paulus untuk saling memaafkan sebagaimana Allah di dalam Kristus mengampuni kita. Itulah sebabnya Paulus memohon, "Oleh karena itu jadilah peniru Allah, … dan hiduplah dalam kasih …" (5: 1, 2).
Paulus menantang kita untuk bergerak maju dalam kasih untuk mengampuni siapa saja yang telah bersalah kepada kita. Itu hal yang sulit untuk dilakukan karena sangat mudah untuk memendam gerutuan dan membiarkan itu bercokol di dalam diri kita. Kesediaan Allah untuk mengampuni adalah standar kita.
(1) Teladan untuk ditiru. Allah tahu bahwa kita butuh lebih daripada sekedar dorongan untuk menjadi seperti Dia; kita butuh teladan yang bisa kita tiru. Teladan untuk setiap orang Kristen itu adalah Yesus Kristus, Allah yang sudah menjadi manusia. Apakah Anda ingin tahu seperti apakah Allah itu? Apakah Anda ingin tahu bagaimana Allah mengasihi?Kemudian melihat kepada Yesus. Ia "mengasihi kamu, dan menyerahkan diri-Nya untuk kita." Ini adalah apa yang membuat kasih bekerja: kemampuan untuk berkata tidak kepada diri sendiri dan menyerahkan diri untuk orang lain. Kasih sejati, yang ditunjukkan oleh Tuhan kita, adalah kerelaan yang tidak mementingkan diri sendiri, yang memberi, yang berkorban, yang rendah hati untuk menyerahkan hak-hak kita sendiri supaya orang lain boleh diberkati.
Tentu saja, itu bukan pola kasih yang dunia kita terapkan. Pola dunia adalah ini: "Selama Anda memenuhi kebutuhan saya, Anda boleh tinggal di sini." Jenis kasih yang dunia praktikkan tergantung pada obyeknya. Itu berkata, "Aku mencintaimu karena kamu membuat aku merasa baik"; "Aku mencintaimu karena kamu tidak melakukan hal-hal yang menyinggungku atau menyakiti perasaanku."
Kasih Allah tidak seperti itu. Jenis kasih Allah berkata, "Jika kamu menghina-Ku, teman-Ku, apapun yang kau lakukan, kamu akan mendapat kasih sebagai balasannya!" Bagi Allah, kasih tidak pernah dikendalikan oleh obyek. Kasih mengalir dari Allah karena sifat Allah adalah mengasihi.
(2) Kejahatan Ditolak. Jika kita harus meniru Allah, kita harus menolak beberapa bentuk kasih yang menyimpang (5:3, 4).
Dunia punya pemahaman yang menyimpang tentang kasih. Pemahamannya itu bersifat egois, seperti yang ditunjukkan oleh masing-masing dosa yang Paulus sebutkan di sini. Misalnya, kemesuman seksual mencakup setiap bentuk dosa seksual dan intinya adalah pemuasan diri. Pertimbangkanlah suami yang tidak setia kepada istrinya. Ia tidak mungkin melakukan apa yang menjadi kepentingan terbaik istrinya. Apa yang benar-benar sedang ia lakukan adalah berusaha memuaskan keinginan dan hawa nafsunya sendiri. Itu bukan teladan yang Yesus berikan untuk kita ikuti.
"Keserakahan" pada awalnya terlihat tidak pada tempatnya di dalam daftar yang Paulus berikan. Pada kenyataannya, itu juga hanyalah bentuk penyimpangan kasih. Perintah kesepuluh berbunyi, "Jangan mengingini isteri sesamamu, dan jangan menghasratkan rumahnya …"(Ulangan 5:21). Kemesuman seksual dapat melibatkan keinginan, atau hasrat, suatu hubungan yang tentunya tidak pantas. Dalam kasus seperti itu, keinginan dapat menyebabkan orang bertindak berdasarkan kepentingannya sendiri, bukan kepentingan sesamanya. Ini adalah bentuk kasih egois dan, akibatnya, kasih yang terdistorsi. Tidak heran Paulus menyatakan pelbagai tindakan ini "tidak pantas" (5:4) bagi umat Allah.
Tidak hanya kita harus menahan diri dari melakukan pelbagai perbuatan seperti itu, tapi kita bahkan harus jangan membicarakan hal-hal itu. Kita tidak boleh bicara dengan kata-kata kotor. (Dalam konteks ini, kita secara khusus berpendapat tentang perkataan yang berkaitan dengan seksual.) Kita juga tidak boleh terlibat di dalam pembicaraan yang bodoh, percakapan yang mengejek dan mengolok-olok standar Allah yang tinggi bagi umat-Nya. "Gurauan kasar" adalah dari istilah Yunani yang berarti "bisa berubah dengan mudahnya." Beberapa orang bisa mengubah apa saja yang dikatakan atau dilakukan menjadi sesuatu yang vulgar. Semua perkataan yang busuk merusak kehidupan orang yang akan meniru Allah. Orang tidak bisa mengasihi seperti Allah mengasihi namun juga memiliki mulut busuk yang meremehkan apa yang Allah hargai.
Kitab Suci memberikan peringatan yang keras kepada mereka yang terus menjalani kehidupan kasih menyimpang: Karena kamu tahu dengan pasti hal ini, bahwa tidak ada orang sundal atau orang cemar atau orang serakah, yang adalah penyembah berhala, yang memiliki warisan di dalam kerajaan Kristus dan Allah.
Jangan ada orang yang menipu kamu dengan kata-kata yang hampa, sebab oleh karena hal-hal ini murka Allah turun ke atas anak-anak yang tidak taat. Oleh karena itu janganlah kamu ikut ambil bagian dengan mereka, (5:5-7).
Dunia kita sedang memberitahu kita, "Kamu punya hak untuk melakukan apapun yang kamu inginkan! Seks pranikah tidaklah salah." Orang-orang yang mengaku memegang keyakinan itu hanya tertarik untuk memuaskan keinginan tubuh mereka sendiri. Paulus memperingatkan agar jangan ditipu oleh filsafat dunia. Orang dunia bicara tentang kebebasan dan kelepasan dari pelbagai hambatan, tetapi semua pemikiran tersebut bersifat egosentris. Paulus berkata, "Jangan percaya kepada omongan seperti itu. Murka Allah pada akhirnya akan turun ke atas semua orang yang hidup dengan kasih yang terdistorsi—bahkan orang-orang yang mengaku. Tetaplah berjalan dalam pola kasih ilahi yang Yesus telah tunjukkan kepadamu."
2. Anak-Anak Terang (5:8-14). "Karena kamu sebelumnya adalah kegelapan, tapi sekarang kamu adalah Terang di dalam Tuhan; hiduplah sebagai anak-anak Terang … dengan mencoba mempelajari apa yang berkenan kepada Tuhan" (5:8-10). Terang adalah simbol kebenaran. Pada suatu waktu hidup kita pernah ditandai dengan segala hal yang bukan terang (5:8). Kita hidup dalam kegelapan rohani dan melakukan pelbagai perbuatan yang melawan segala hal yang Allah representasikan. Sekarang, dengan mengikuti Yesus, kita sudah membuka mata kita; kita hidup dalam kebenaran. Kami dapat mendeteksi nilai-nilai dan filosofi palsu yang mengandaskan perkawinan, hubungan, dan karir. Kita tidak lagi berkata, "Saya tidak melihat apa salahnya dengan melakukan hal ini," karena mata kita melihat dosa seperti apa adanya. (1) Sifat Kita (5:9). Tiga sifat menandai hidup kita sekarang bahwa kita telah dipindahkan dari kegelapan kepada terang. Yang pertama adalah "kebaikan." Ketimbang dipenuhi kejahatan (4:31), hidup kita sekarang dipenuhi dengan kebajikan yang aktif. Kita mencari tahu dan memenuhi kebutuhan hidup orang lain. Kedua, "anak-anak Terang" juga ditandai dengan "kesalehan." Kita melakukan apa yang benar karena hal itu memuliakan Allah. Sekarang kita bisa melihat seperti Allah melihat dan bisa menilai sebagaimana Ia menilai, kita harus hidup seperti yang Ia inginkan. Buah ketiga dari Terang adalah "kebenaran." Kehidupan lama kita adalah penuh kemunafikan dan kebohongan. Sekarang, kita harus menjalani kehidupan yang berintegritas, dapat dipercaya, jujur, dan dapat diandalkan.
Kami tidak menjadi anak-anak Terang dengan berbuat amal. Itu malah sebaliknya. Beberapa orang memiliki pengertian yang salah bahwa jika mereka melakukan kebaikan yang cukup mereka akan diselamatkan. Yang benar adalah bahwa kita pertama-tama harus menjadi anak-anak Terang dan lalu mengembangkan buah kebaikan, kesalehan, dan kebenaran. Ini adalah hasil dari diselamatkan, bukan penyebabnya.
(2) Perintah Kita. "Janganlah ambil bagian dalam pelbagai perbuatan kegelapan yang tidak berbuahkan apa-apa" (5:11a). Dua kali, Paulus mencantumkan perbuatan sia-sia yang orang Kristen diperintahkan untuk hindari (4:17-31; 5:3, 4). Kita tidak bersekutu dengan orang-orang dalam kegelapan.
Alasan kita harus menghindari perbuatan seperti itu karena mereka "tidak berbuahkan apa-apa." Perbedaan dari Paulus ini bukan antara satu jenis buah dan jenis buah lainnya. Itu antara ada buah dan tidak ada buah. Perbuatan kehidupan lama adalah tandus dan mandul. Tidak ada perdamaian atau kepuasan yang kekal dalam hidup seperti itu. Perbuatan yang sia-sia tidak membantu kita hidup hingga mencapai potensi kita. Pelbagai perbuatan berdosa tampaknya menjanjikan banyak hal, tapi waktu menelanjangi mereka sebagai kantong-kantong yang berisi janji-janji kosong semata.
Perintahnya adalah jelas: Kita harus jangan ada hubungan apapun dengan sistem kegelapan. Sebagai peniru Allah, kita harus terus hidup dalam terang yang kita sudah terima.
(3) Tugas Kita. "Tetapi malah sebaliknya telanjangilah mereka; sebab membicarakan hal-hal yang dilakukan oleh mereka secara diam-diam …"(5:11b-13). Dalam menarik diri dari perbuatan kegelapan, kita harus jangan mengasingkan diri dari dunia. Sebaliknya, kita diperintahkan untuk menerangi pelbagai perbuatan gelap dunia. Dunia tidak tahu bagaimana berfungsi dengan baik karena ia hidup dalam kegelapan. Kita ditugaskan untuk menjelaskan bagaimana dan mengapa hal-hal itu bekerja seperti itu, mengungkapkan maksud akhir Allah bagi ciptaan-Nya.
Melaksanakan tanggung jawab kita melibatkan berbicara dengan orang-orang tentang kesalahan apa yang mereka sedang lakukan, yang tentunya tidak pernah mudah. Yohanes mengatakan, "Dan inilah hukuman itu: Terang telah datang ke dalam dunia, tetapi manusia lebih menyukai kegelapan dari pada terang … Sebab barangsiapa berbuat jahat, membenci terang dan tidak datang kepada terang itu, supaya perbuatan-perbuatannya yang jahat itu tidak nampak" (Yohanes 3:19, 20).
Kesimpulan. Kita dipanggil untuk menjadi peniru Allah dalam dunia yang fasik. Itu berarti menjadi agen terang dan kasih kepada orang-orang yang tidak tahu apa-apa tentang kedua hal itu. Kita tidak sedang bicara tentang mengembangkan sikap "lebih suci daripada kamu" terhadap orang lain. Sebaliknya, kita bicara tentang menyampaikan kebenaran di dalam kasih, menelanjangi dosa sedemikian rupa sehingga orang mau bertobat. Ketika kita melakukan itu, kita benar-benar menjadi seperti Bapa kita di sorga.
Chris Bullard
TFTWMS: Efesus (Garis Besar) Catatan Akhir:
1 Andrew T. Lincoln, Ephesians, Word Biblical Commentary, vol. 42 (Dallas: Word Books, 1990), 326.
2 Yesaya 9:2; 60:1, 2; Yohanes....
Catatan Akhir:
- 1 Andrew T. Lincoln, Ephesians, Word Biblical Commentary, vol. 42 (Dallas: Word Books, 1990), 326.
- 2 Yesaya 9:2; 60:1, 2; Yohanes. 1:4-9; 3:19-21; 8:12; 9:5; 12:35-46; 1 Yohanes. 1:5; 2:8.
- 3 Ethelbert W. Bullinger, A Critical Lexicon and Concordance to the English and Greek New Testament (London: Samuel Bagster and Sons, n.d.; reprint, Grand Rapids, Mich.: Zondervan Publishing House, Regency Reference Library, 1975), 338.
- 4 Spiros Zodhiates, ed., The Complete Word Study New Testament, 2d ed. (Chattanooga, Tenn.: AMG Publishers, 1991), 884, 904.
- 5 Lincoln, 328.
- 6 Zodhiates, 906.
- 7 Lincoln, 329.
- 8 Ibid., 330.
- 9 S. D. F. Salmond, "The Epistle to the Ephesians," in The Expositor's Greek Testament, ed. W. Robertson Nicoll (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1967), 3:358.
- 10 Ibid., 360.
- 11 Lincoln, 335.
- 12 Lihat Yesaya 9:2; 10:17; 42:6, 7, 16; 47:5; 60:1-3 untuk pelbagai perbedaan Perjanjian Lama mengenai keselamatan Allah dan penghakiman-Nya. Lihat Kisah 26:18; Kolose 1:12, 13; 1 Petrus 2:9, 10 untuk pelbagai perbedaan Perjanjian Baru mengenai kuasa Allah dan kuasa Iblis dan umat Allah dan mereka yang bukan milik-Nya.
Pengarang: jay Lockhart
Hak Cipta © 2015 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
TFTWMS: Efesus (Pendahuluan Kitab) BERJALAN DI JALAN YANG BENAR (2:1-10; 4:1, 17; 5:2, 8, 15)
"Berjalan" adalah kiasan bagi hidup. Sebagai orang Kristen, kita harus berhati-h...
BERJALAN DI JALAN YANG BENAR (2:1-10; 4:1, 17; 5:2, 8, 15)
"Berjalan" adalah kiasan bagi hidup. Sebagai orang Kristen, kita harus berhati-hati bagaimana kita berjalan dan dengan siapa kita berjalan.
Kita harus jangan berjalan menurut dunia (2:2a). Mereka yang berjalan menurut dunia adalah sesat; mereka menjadi milik dunia yang sementara ini, dunia yang terasing dari Allah. Mereka adalah bagian dari kerajaan yang menentang Kerajaan Allah.
Kita harus jangan berjalan menurut Iblis (2:2b). Jiwa-jiwa yang sesat sejalan dengan Iblis, "penguasa kekuatan udara" dan "roh yang sekarang sedang bekerja di antara anak-anak ketidaktaatan" Kehidupan mereka diperintah oleh pemberontakan.
Kita harus jangan berjalan menurut hawa nafsu daging (2:3a). Mereka yang sesat hidup menurut hawa nafsu mereka sendiri, ketimbang menurut cara yang Allah ingin mereka hidup dengannya.
Kita harus jangan berjalan sebagai anak-anak yang dimurkai (2:3b). Mereka yang sesat hidup menurut sifat Adam, "sifat manusia" yang berdosa dan menjadi sasaran murka Allah. Roma 1:18 memperingatkan, "Sebab murka Allah nyata dari sorga atas segala kefasikan dan kelaliman manusia, yang menindas kebenaran dengan kelaliman."
Kita harus berjalan dengan cara yang sepadan (4:1). Paulus mendesak orang Kristen untuk hidup sesuai "dengan panggilan yang dengannya [kita] telah dipanggil." Kita telah menerima panggilan Allah yang kudus untuk hidup sesuai dengan kasih karunia dan kemuliaan-Nya (lihat 1 Tesalonika 2:12; 2 Timotius 1:9). Kita harus jangan hidup dengan pikiran yang sia-sia (4:17). Orang sesat hidup tanpa arah rohani. Kristus hidup dengan tujuan, dan kita akan diberkati jika kita mengikuti teladan-Nya (lihat 1 Petrus 2:21; 3:9).
Kita harus berjalan dalam kasih (5:2). Allah adalah kasih (1Yohanes 4), dan tujuan terbesar kita adalah mengasihi Dia dengan segenap hati, jiwa, dan pikiran kita. Selain itu, kita harus mengasihi orang lain seperti diri kita sendiri (lihat Matius 22:37-39).
Kita harus berjalan seperti anak-anak terang (5:8). Kita tidak lagi berjalan di dalam "kegelapan," sebab kita sekarang adalah "Terang di dalam Tuhan."
Kita harus berjalan seperti orang berhikmat (5:15, 16). Kita harus menghabiskan hari-hari kita dengan melayani Allah, selagi kita mampu melakukannya (lihat Yohanes 9:4).
KEHIDUPAN YANG DIPENUHI DENGAN ROH (5:18-21)
Di dalam Perjanjian Lama, Allah memiliki bait suci untuk umat-Nya; di dalam Perjanjian Baru, Allah memiliki umat untuk bait suci-Nya. Pada saat lahir barunya (baptisan), setiap orang Kristen menjadi bait suci Allah yang hidup. Pada hari Pentakosta, Petrus berkata, "Bertobatlah dan hendaklah kamu masing-masing memberi dirimu dibaptis dalam nama Yesus Kristus untuk pengampunan dosamu, maka kita akan menerima karunia Roh Kudus"(Kisah 2:38). Jika kita telah dilahirkan kembali, maka kita menampung satu Pribadi—Roh Kudus Allah. Proses ilahi ini hanya dimulai saat pembaptisan; orang Kristen hidup sehari-hari dengan Roh Allah.
Paulus menasihati jemaat Efesus untuk "dipenuhi dengan Roh" (5:18). Ini bukan pilihan; itu adalah perintah. Dipenuhi dengan Roh bukan sesuatu yang kita lakukan jika kita ingin menjadi super-rohani; itu adalah tanggung jawab setiap anak Allah yang sudah dilahirkan kembali. Kita harus dipenuhi dengan Roh.
Bagaimanakah kita bisa tahu jika kita sedang melaksanakan kewajiban ilahi ini? Apakah tanda-tanda mereka yang secara progresif sedang dipenuhi dengan Roh? Ayat 18 memberi kita perintah, dan ayat-ayat selanjutnya memberi kita tiga ciri-ciri yang mengidentifikasi orang percaya yang dipenuhi dengan Roh. Di dalam teks asli Yunani mereka diperlihatkan sebagai partisip, kata-kata yang menunjukkan tindakan yang berkelanjutan.
Apa sajakah tiga tanda petunjuk tentang kehidupan yang dipenuhi dengan Roh?
"Berkata-kata" Seorang Kepada Yang Lain Dengan Memuja. "Berkata-katalah seorang kepada yang lain dalam mazmur dan kidung pujian dan lagu-lagu rohani, bernyanyi dan membuat melodi dengan hatimu kepada Tuhan"(5:19).
Nyanyian kita mencerminkan kasih kita untuk Tuhan Allah; itu adalah ungkapan pemujaan kita. Itu adalah bagian dari ibadah yang penuh sukacita. Sukacita kita akan meluap dalam pujian kepada Allah. Jiwa kita ingin berseru keras dalam pemujaan dan ucapan syukur kepada Allah, Penebus kita.
Paulus mengatakan "berkata-kata" ini akan dilakukan dalam "mazmur dan kidung pujian dan lagu-lagu rohani." Kita harus jangan menekan terlalu jauh perbedaan dalam istilah-istilah itu, namun pasti ada perbedaan tertentu. "Mazmur" adalah mazmur dari Perjanjian Lama, satu-satunya kitab nyanyian gereja mula-mula. Perintah Paulus adalah memuji Allah dengan kitab pujian-Nya sendiri yang terilham. Apapun suasana hati kita, apapun kesedihan atau sukacita kita, apapun masalah kita, kita dapat menemukan mazmur untuk mengungkapkan perasaan kita.
"Kidung pujian" adalah lagu pujian yang diarahkan kepada Allah. Kidung pujian adalah produksi khas Kristen, sedangkan mazmur masuk ke dalam gereja dari agama Yahudi.
"Lagu-lagu rohani" mungkin lagu-lagu yang kurang formal yang mengungkapkan kepercayaan, sukacita, dan ucapan syukur kita. Ini jauh lebih bersifat pribadi dibandingkan kidung pujian dan mazmur yang telah diwariskan dari generasi ke generasi.
Kita harus menyanyi dan membuat melodi dengan hati kita kepada Tuhan. Kata Yunani yang diterjemahkan "membuat melodi" sebenarnya berarti menyentuh akord hati ketika kita menyembah. Hati kita adalah sarana untuk memberikan pujian yang murni kepada Allah.
Motif kita untuk ibadah terlihat di dalam kata-kata "kepada Tuhan." Menyanyi bukan untuk meninggikan diri kita sendiri atau untuk melihat bagaimana indahnya kita dapat menyatukan bersama suara kita. Motif utama kita dalam berkata-kata dalam mazmur, kidung pujian, dan lagu-lagu rohani adalah untuk mendatangkan sikap hormat yang murni dan pujian kepada Penebus kita.
"Mengucap Syukur" Kepada Allah Dalam Penghargaan. "Selalulah mengucap syukur untuk segala sesuatu dalam nama Tuhan kita Yesus Kristus kepada Allah, yaitu Bapa" (5:20).
Sebagaimana menyanyi menunjukkan bagaimana kita berhubungan dengan Allah, ucapan syukur mencerminkan bagaimana kita berhubungan dengan keadaan kita. Ketika kita dipenuhi dengan Roh, kita akan bersyukur dalam segala hal.
Jenis ucapan syukur apakah ini? Ini adalah ucapan terima kasih yang arahnya benar: "Mengucap syukur … kepada Allah, yaitu Bapa." Meski beberapa orang berkata, "Saya beruntung hari ini," kita harus memberi pujian kepada Allah. Kita harus bersyukur, "selalu mengucap syukur . . . ."
Paulus melanjutkan, " … untuk segala sesuatu." Kita dapat dengan mudah berterima kasih kepada Allah untuk hal-hal yang baik yang terjadi dalam hidup kita. Bagaimana dengan kesulitan hidup? Kita mungkin tidak mengerti mengapa peristiwa-peristiwa itu terjadi seperti itu, tapi kita masih bisa percaya bahwa entah bagaimana kebaikan dapat timbul dari mereka.
Tundukkanlah Dirimu Seorang Kepada Yang Lain Dalam Hormat. "Tundukkanlah dirimu seorang kepada yang lain dalam hormat untuk Kristus" (5:21; NIV).
"Tunduk" melibatkan hubungan kita dengan satu sama lain. Ketika Paulus menulis, "tunduk" digunakan sebagai istilah militer. Secara harfiah itu berarti orang yang sederajat menempatkan dirinya di bawah orang lain yang sederajat. Itu tidak mengandung konotasi lebih rendah. Allah Anak tunduk kepada Allah Bapa. Ia sepenuhnya sama dengan Allah Bapa, tetapi Ia secara sukarela tunduk.
Para istri harus tunduk kepada suami mereka—tapi itu hanya tampilan luar dari prinsip itu. Mereka bukan satu-satunya yang diajarkan untuk mempraktikkan ketundukan. Ketundukan adalah untuk setiap orang Kristen. Pada tingkatan di mana kita dengan rendah hati tunduk kepada saudara-saudari kita di dalam Kristus, itu adalah tingkatan yang sama yang untuk itu kita dipenuhi dengan Roh. Beberapa saudara goyah dalam kehidupan Kristen mereka karena mereka menuntut hak-hak mereka. Selama seseorang menuntut hak-haknya sendiri, ia tidak dapat berserah kepada kendali Roh. Kita telah mati terhadap diri sendiri (lihat Galatia 2:20). Hak apakah yang orang mati miliki?
Mengapakah orang Kristen bersedia menempatkan dirinya di bawah kuasa orang Kristen lainnya? Untuk melayani dia. Beberapa orang ingin dirinya dipenuhi dengan Roh tetapi tidak ingin mengalami kesulitan dalam membantu orang lain dalam nama Yesus. Paulus berkata, "Sebab bukan diri kami yang kami beritakan, tetapi Yesus Kristus sebagai Tuhan, dan diri kami sebagai hambamu karena kehendak Yesus" (2 Korintus 4:5). Kita harus saling melayani satu sama lain dalam kasih.
Paulus berkata, "Tundukanlah dirimu seorang kepada yang lain dalam hormat untuk Kristus" (NIV). Kita saling menundukkan diri oleh karena Yesus. Ia melayani orang lain; Ia menetapkan pola. Dipenuhi dengan Roh-Nya adalah sama dengan menjadi seperti Dia.
Kesimpulan. Ketika kita dipenuhi dengan Roh, dunia melihat siapa yang yang mendominasi dan menguasai kita. Kita bisa membiarkan mereka melihat ini melalui perkataan, ucapan syukur, dan ketundukan kita.
Chris Bullard
BIS: Efesus (Pendahuluan Kitab) SURAT PAULUS KEPADA JEMAAT DI EFESUS
PENGANTAR
Dalam Surat Paulus Kepada Jemaat di Efesus, penulis menekankan Rencana Allah
agar "Seluruh alam, baik
SURAT PAULUS KEPADA JEMAAT DI EFESUS
PENGANTAR
Dalam Surat Paulus Kepada Jemaat di Efesus, penulis menekankan Rencana Allah agar "Seluruh alam, baik yang di surga maupun yang di bumi, menjadi satu dengan Kristus sebagai kepala" (Ef 1:10). Surat ini merupakan juga seruan kepada umat Allah supaya mereka menghayati makna rencana agung dari Allah itu untuk mempersatukan seluruh umat manusia melalui Yesus Kristus.
Di dalam bagian pertama surat Efesus ini dikemukakan bagaimana penyatuan itu terjadi. Untuk menjelaskan hal itu ia menceritakan bagaimana Allah Bapa telah memilih umat-Nya, bagaimana Allah melalui Yesus Kristus, Anak-Nya, mengampuni dan membebaskan umat-Nya dari dosa, dan bagaimana janji Allah itu dijamin oleh Roh Allah. Di dalam bagian kedua, diserukan kepada para pembacanya supaya mereka hidup rukun agar kesatuan mereka sebagai umat yang percaya kepada Kristus dapat terlaksana.
Untuk menunjukkan bahwa umat Allah sudah menjadi satu karena bersatu dengan Kristus, penulis memakai beberapa kiasan. Jemaat adalah seperti tubuh dengan Kristus sebagai kepalanya, atau seperti sebuah bangunan yang batu sendinya ialah Kristus, atau seperti seorang istri dengan Kristus sebagai suaminya. Penulis sangat terharu ketika mengingat akan rahmat Allah melalui Kristus, sehingga ungkapan-ungkapan yang dipakainya dalam suratnya menunjukkan bahwa hatinya makin meluap dengan perasaan syukur dan pujian kepada Tuhan. Segala sesuatu ditinjaunya dari segi kasih Kristus, dari segi pengurbanan-Nya, pengampunan-Nya, kebaikan hati-Nya dan kesucian-Nya.
Isi
- Pendahuluan
Ef 1:1-2 - Kristus dengan gereja-Nya
Ef 1:3-3:21 - Kehidupan yang baru sebagai orang Kristen
Ef 4:1-6:20 - Penutup
Ef 6:21-24
Ajaran: Efesus (Pendahuluan Kitab)
Tujuan
Supaya orang Kristen mengerti bahwa yang dimaksudkan dengan Gereja adalah Tubuh
Kristus. Ini berarti Gereja adalah Tubuh Kristus. Ini berarti
Tujuan
Supaya orang Kristen mengerti bahwa yang dimaksudkan dengan Gereja adalah Tubuh Kristus. Ini berarti Gereja adalah Tubuh Kristus. Ini berarti Gereja adalah orang-orang pilihan Allah, atau kelompok orang-orang yang percaya kepada Tuhan Yesus sebagai Juruselamatnya.
Pendahuluan
Penulis : Rasul Paulus.
Tahun : Sekitar tahun 61 sesudah Masehi.
Penerima : Jemaat Kristen di kota Efesus. (Dan juga jemaat-jemaat Kristen di seluruh dunia).
Isi Kitab: Kitab Efesus terbagi atas 6 pasal. Di dalamnya kita dapat melihat dengan jelas uraian tentang arti Gereja yang benar.
I. Ajaran-ajaran utama dalam Kitab Efesus
Pasal 1-3 (Ef 1:1-3:21).
Pengajaran tentang keselamatan orang-orang percaya
Dalam bagian ini dijelaskan bahwa keselamatan orang-orang percaya sudah berada dalam rencana Allah, yaitu terhadap orang-orang yang dipilih-Nya dan orang-orang yang mau menerima anugerah-Nya di dalam Kristus dengan iman.
Pendalaman
Pasal 4-6 (Ef 4:6-6:9).
Pengajaran tentang kesatuan orang percaya dan cara-cara kehidupan sebagai orang percaya
Dalam bagian ini Rasul Paulus menjelaskan bahwa setiap orang percaya sudah menjadi saudara karena dipersatukan di dalam Tuhan Yesus. Juga Paulus menjelaskan bagaimana orang-orang Kristen harus hidup di dalam gereja, keluarga dan masyarakat.
Pendalaman
- Bacalah pasal Ef 4:2-3,25-26,28-29,31-32. _Tanyakan_: Apakah yang harus dilakukan oleh orang percaya menurut nats ini?
- Bacalah pasal Ef 5:8-21. _Tanyakan_: Apakah yang membuktikan bahwa saudara anak-anak terang?
Pasal 6 (Ef 6:10-24). Pengajaran tentang perlengkapan rohani orang Kristen dalam mengikut Yesus
Pendalaman
- Mengapakah orang Kristen perlu menggunakan perlengkapan rohani yan Allah berikan?
- Siapakah musuh-musuh orang Kristen?
II. Kesimpulan
Melalui Kitab Efesus, jelaslah kita lihat bahwa orang-orang percaya adalah Gereja yang disebut juga Tubuh Kristus. Dan melalui Kitab ini juga dijelaskan tentang cara-cara kehidupan Gereja itu.
Pertanyaan-pertanyaan yang Dapat Digunakan untuk Tanya Jawab
- Siapakah yang menjadi penulis Kitab Efesus?
- Siapakah yang dikatakan sebagai orang-orang percaya?
- Mengapakah orang (manusia) tidak bisa menyelamatkan dirinya dengan usah atau perbuatannya?
Intisari: Efesus (Pendahuluan Kitab) Sebuah surat edaran?
UNTUK SIAPA SURAT INI DITULIS?Banyak orang berpendapat bahwa surat ini dimaksudkan untuk diedarkan secara luas, bukan hanya untu
Sebuah surat edaran?
UNTUK SIAPA SURAT INI DITULIS?
Banyak orang berpendapat bahwa surat ini dimaksudkan untuk diedarkan secara luas, bukan hanya untuk gereja di Efesus saja. Surat ini mungkin semacam surat edaran yang ditulis untuk digunakan oleh berbagai kelompok Kristen di daerah Efesus dan sekitamya. Apa yang ditulis Paulus dalam surat ini dapat diterapkan oleh umat Allah pada umumnya dan tidak ditujukan untuk suatu gereja tertentu. Tidak ada salam pribadi. Mungkin surat ini sebenarnya yang dimaksud oleh Rasul Paulus dalam Kolose 4:16 sebagai 'surat dari Laodikia'. Tikhikus dipercayakan untuk menyampaikan surat ini kepada alamat yang dituju. (Efe 6:21, 22). Surat ini, seperti surat-surat Rasul Paulus kepada jemaat di Filipi dan Kolose, ditulis dari dalam penjara dan tema utamanya ialah sifat, ciri-ciri dan tujuan dari gereja Kristen, yaitu terciptanya apa yang disebut 'masyarakat Allah yang baru'.
GEREJA DI EFESUS.
Paulus tinggal di Efesus selama 3 tahun (Kis 19:8, 10; 20:31). Efesus merupakan suatu kota yang banyak menyediakan sarana untuk penyembahan berhala. Kuil Dewi Diana (Artemis) terletak di kota itu. Di sana banyak terdapat orang-orang yang mempraktekkan ilmu sihir. Namun, waktu kita membaca surat ini kita tidak perlu mengetahui latar belakang gereja yang menjadi tujuan surat ini, karena isinya bersifat umum.
PESAN.
Surat ini tidak berhubungan dengan masalah-masalah yang khusus, tetapi tujuannya adalah untuk meninggikan nama Yesus Kristus dan untuk menunjukkan pentingnya gereja Kristen sebagai alat Allah di dunia ini. Seperti halnya dengan surat-surat Paulus lainnya, doktrin yang diberikan disusul dengan penerapan praktis. Iman Kristen dan kehidupan Kristen harus berjalan secara seimbang. Surat ini ditutup dengan peringatan bahwa Kristen selalu berada dalam konflik yang terus-menerus dengan setan dan kuasa kejahatan, tetapi Allah telah memberikan senjata yang diperlukan untuk memampukan Kristen bertahan dalam menghadapi semua serangan musuh.
Pesan
1. Warisan kekayaan untuk dinikmati.o Tiga Pribadi Keallahan yang berperan dalam penyelamatan kita:
- Allah Bapa. Efe 1:4-6
- Allah Putra. Efe 1:7-12
- Allah Roh Kudus. 1: 13, 14
o Perhatikan permohonan doa Paulus bagi orang-orang Efesus
- untuk penerangan guna mengetahui sampai seberapa luas warisan kita. Efe 1:17-19
- untuk kuasa guna mengetahui sampai seberapa besar keagungan Allah. Efe 1:19-21
2. Kasih karunia dan damai sejahtera untuk dialami.
o Dari keadaan apa kita diselamatkan. Efe 2:1-3, 11, 12
o Oleh siapa kita diselamatkan. Efe 2:4-9, 13-18
o Untuk apa kita diselamatkan. 2:10, 19-22
3. Sumber-sumber rohani untuk dijajaki.
o Kekayaan yang tidak dapat dicari. Efe 3:8-13
o Kekuatan Ilahi. Efe 3:14-21
4. Persatuan rohani yang harus dipelihara.
o Sikap yang benar itu penting. Efe 4:1-3
o Dasar yang sama itu penting. Efe 4:4-6
o Persatuan dalam keanekaragaman harus dihadapi. 4:11
o Kedewasaan Kristen diharapkan. 4:13
5. Hubungan harmonis yang harus diusahakan.
o Terang sebagai ganti kegelapan. Efe 5:3-6
o Hikmat sebagai ganti kebodohan. Efe 5:15-17
o Kerohanian sebagai ganti hawa nafsu.Efe 5:18-20
o Kepatuhan sebagai ganti perdebatan.Efe 5:21-33
6. Senjata rohani untuk dipakai.
o Musuh yang kita hadapi. Efe 6:10-12
o Perlengkapan senjata yang kita punyai.Efe 6:13-20
Penerapan
Efesus mengajar kita tentang:
1. Betapa murah hati Allah
o dalam memberi kita seorang Penyelamat
o dalam mengirim kepada kita Roh Kudus
o dalam memberi jaminan kepada kita rumah surgawi
2. Betapa besar hak kita
untuk menjadi anggota keluarga Allah untuk mendapat bagian dalam Kerajaan Allah
3. Betapa kita perlu tenggang rasa
o dalam sikap kita terhadap orang lain
o dalam hubungan kita dengan orang lain
4. Betapa praktisnya kekristenan dalam hal
o perkawinan
o kedudukan sebagai orang-tua
o pekerjaan
5. Betapa nyatanya setan dalam
o pengaruhnya
o kegiatannya
6. Bagaimana kita perlu bersiap-siap
o dengan perlengkapan senjata Allah
o dengan doa
Tema-tema Kunci
1. Kasih karunia.
Kasih karunia merupakan kata kunci dalam Alkitab, sebab hal itu memperlihatkan sifat Allah yang memungkinkan adanya keselamatan bagi kita. Oleh karena dosa manusia, jika tidak ada kasih karunia, tidak akan ada pengharapan. Kasih karunia berarti hadiah yang diberikan cuma-cuma. Respons manusia terhadap kasih karunia ialah iman, tetapi ini pun diberikan oleh Allah kepada kita. Lihatlah khususnya Efe 2:1-10. Perhatikan bahwa kasih karunia selalu dipertentangkan dengan hukum Taurat (Rom 6:14). Pembenaran dimungkinkan oleh dua alasan, yaitu kasih karunia Allah (Rom 3:24) dan kematian Kristus (Rom 5:9).
2. Keesaan.
Paulus telah menjelaskan bahwa umat Allah di bawah perjanjian baru mengikutsertakan baik orang Yahudi maupun bukan Yahudi, dan sekarang ia menekankan perlunya kita memelihara keesaan sejati ini. Sebagai Kristen kita tidak dapat menciptakan keesaan oleh karena hal ini adalah pekerjaan Roh Kudus, tetapi kita diminta untuk memeliharanya. Kesatuan yang kita punyai tidaklah sama dengan keseragaman. Ada keanekaragaman karunia di antara umat Allah, tetapi hanya ada satu dasar kesatuan. Lihat juga pada perikop lain yang terbaik yang menekankan pentingnya kesatuan - Yohanes pasal 17.
3. Hubungan.
Kita tidak hidup di dalam suatu ruangan hampa, tetapi di dalam serentetan hubungan - di dalam rumah, dalam pekerjaan, di dalam gereja dan di dalam masyarakat pada umumnya. Iman Kristen kita terutama menyangkut hubungan-hubungan tersebut. Kita sering menemukan bahwa pada suatu saat, standar kehidupan menurut ajaran Alkitab bertentangan dengan standar kehidupan yang sementara ini diterima dalam masyarakat. Dalam kasus seperti itu kita harus lebih menaati Allah daripada manusia. Bandingkan perikop dalam Efesus tentang masalah ini dengan ayat-ayat yang serupa dalam Kolose. Juga perhatikan bagaimana dalam memilih pemimpin Kristen, masalah hubungan kekeluargaan sangat mendapat perhatian (1Tim 3:1-5; Tit 1:6-8).
4. Konflik.
Paulus menyebut seorang Kristen sebagai prajurit (2 Tim. 2:3, 4). Baginya selalu berlangsung peperangan, dan Kristen benar-benar terlibat di dalamnya. Alkitab tidak pernah meragukan keberadaan setan. Setan begitu nyata dalam pengalaman Tuhan Yesus,dan nyata juga bagi para murid.Dalam Efesus Paulus mengingatkan kita tentang kecerdikan musuh itu.Kita tidak dapat menghadapinya tanpa senjata atau tanpa perlindungan. Carilah hal-hal yang berhubungan dengan Iblis yang ditunjukkan oleh Kristus - Matius 4:1-11; 12:24; 13:39; 25:41; Lukas 8:12; 10:18; Yohanes 8:44.
Garis Besar Intisari: Efesus (Pendahuluan Kitab) [1] SEBUAH PESAN UNTUK ORANG-ORANG KUDUS YANG SETIA DALAM YESUS KRISTUS DI
EFESUS Efe 1:1, 2
[2] WARISAN KITA SEBAGAI ORANG KRISTEN Efe 1:3-2:
[1] SEBUAH PESAN UNTUK ORANG-ORANG KUDUS YANG SETIA DALAM YESUS KRISTUS DI
EFESUS Efe 1:1, 2[2] WARISAN KITA SEBAGAI ORANG KRISTEN Efe 1:3-2:22
Efe 1:3-6 | Dipilih untuk suatu maksud |
Efe 1:7-14 | Diselamatkan untuk suatu maksud |
Efe 1:15-23 | Diterangi untuk suatu maksud |
Efe 2:1-10 | Dihidupkan untuk suatu maksud |
Efe 2:11-22 | Didamaikan untuk suatu maksud |
[3] SUATU MISTERI YANG DISINGKAPKAN Efe 3:1-21
Efe 3:1-6 | Orang-orang yang bukan Yahudi juga diikutsertakan |
Efe 3:7-12 | Pelayanan Paulus yang strategis |
Efe 3:13-21 | Pengertian penuh sangat penting |
[4] SIFAT GEREJA Efe 4:1-32
Efe 4:1-6 | Dipersatukan di dalam Roh |
Efe 4:7-12 | Diberkati dengan karunia-karunia Roh |
Efe 4:13-16 | Diperlengkapi untuk bertumbuh |
Efe 4:17-24 | Diperbarui ciri-cirinya |
Efe 4:25-32 | Diubahkan penampilannya |
[5] CIRI-CIRI, TINGKAH LAKU DAN KONFLIK KRISTEN Efe 5:1-6:24
Efe 5:1-20 | Mengikut Kristus |
Efe 5:21-6:9 | Hidup dengan sesama |
Efe 6:10-24 | Menghadapi musuh |
Bank BCA Cabang Pasar Legi Solo - No. Rekening: 0790266579 - a.n. Yulia Oeniyati
Kontak | Partisipasi | Donasi