
Teks -- 2 Samuel 12:12 (TB)





Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus



kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per frasa)
Full Life -> 2Sam 12:11-12; 2Sam 12:12
Full Life: 2Sam 12:11-12 - BEGINILAH FIRMAN TUHAN.
Nas : 2Sam 12:11-12
Hukuman dahsyat atas Daud, yang dinubuatkan Natan, bukan sekedar
merupakan akibat yang wajar dari dosanya, bukan pula Allah yan...
Nas : 2Sam 12:11-12
Hukuman dahsyat atas Daud, yang dinubuatkan Natan, bukan sekedar merupakan akibat yang wajar dari dosanya, bukan pula Allah yang secara pasif membiarkan hal-hal terjadi begitu saja kepada Daud; sebaliknya, hukuman yang diterima Daud adalah hasil tindakan Allah secara langsung. Tiga kali Allah memakai frasa yang menunjuk kepada maksud, "Bahwasanya malapetaka akan Kutimpakan ke atasmu"; "Aku akan mengambil isteri-isterimu di depan matamu"; dan, "Aku akan melakukan hal itu di depan seluruh Israel." Daud akan mengalami perlakuan kejam dari anak-anaknya sendiri, seperti pemerkosaan Tamar putrinya oleh Amnon (2Sam 13:7-14;
lihat cat. --> 2Sam 13:1)
[atau ref. 2Sam 13:1]
dan pemerkosaan istri-istrinya oleh Absalom (2Sam 16:22).

Full Life: 2Sam 12:12 - DI DEPAN SELURUH ISRAEL.
Nas : 2Sam 12:12
Hukuman yang dikenakan kepada orang berzina dan pembunuh di Israel
adalah hukuman mati (Im 20:10; 24:17). Akan tetapi, Allah
menge...
Nas : 2Sam 12:12
Hukuman yang dikenakan kepada orang berzina dan pembunuh di Israel adalah hukuman mati (Im 20:10; 24:17). Akan tetapi, Allah mengesampingkan hukuman tersebut kali ini, bukan semata-mata karena Daud bertobat, tetapi karena Allah harus mempertahankan diri-Nya dan kebenaran-Nya secara terbuka di depan seluruh Israel dan bangsa-bangsa lainnya. Selama sisa hidupnya Daud menjadi contoh dari hukuman Allah yang adil atas seorang pemimpin rohani yang telah berbuat dosa besar.
Jerusalem -> 2Sam 9:1--20:22; 2Sam 12:1-15
Jerusalem: 2Sam 9:1--20:22 - -- Bab 9-20 yang diteruskan dalam 1Ra 1-2 berasal dari sebuah kisah indah yang dipakai oleh penyusun kitab Samuel dengan tidak banyak mengolahnya. Nubuat...
Bab 9-20 yang diteruskan dalam 1Ra 1-2 berasal dari sebuah kisah indah yang dipakai oleh penyusun kitab Samuel dengan tidak banyak mengolahnya. Nubuat Natan, bab 7, barangkali berperan sebagai kata pendahuluan kisah itu. Diceriterakan bagaimana jabatan raja dari Daud beralih kepada Salomo, meskipun masih ada keturunan Saul, yaitu Meribaal, bab 9 dan meskipun ada perlawanan dari pihak Seba, bab 20 dan kendati hal ihwal keluarga raja yang menyedihkan, yakni: zinah Daud dengan Batsyeba dan kelahiran Salomo, bab 10-12, pembunuhan atas diri Amnon, bab 13, pemberontakan Absalom, bab 15-18, dan persekongkolan Adonia, 1Ra 1-2.

Jerusalem: 2Sam 12:1-15 - -- Turun tangan nabi Natan ini agaknya tidak terdapat dalam ceritera asli. Dalam 2Sa 12:22 nampaknya Daud tidak tahu bahwa anaknya harus mati, meskipun j...
Turun tangan nabi Natan ini agaknya tidak terdapat dalam ceritera asli. Dalam 2Sa 12:22 nampaknya Daud tidak tahu bahwa anaknya harus mati, meskipun jelas dikatakan Natan, 2Sa 12:14. Tetapi ceritera asli dan tambahan ini sama tua usianya. Dua-duanya mengungkapkan pengajaran yang sama: kejahatan Daud sungguh terkutuk, tetapi karena menyesal dan bertobat raja diampuni oleh Allah. Dengan perumpamaannya.
Ref. Silang FULL -> 2Sam 12:12
Ref. Silang FULL: 2Sam 12:12 - secara tersembunyi // secara terang-terangan · secara tersembunyi: 2Sam 11:4-15
· secara terang-terangan: 2Sam 16:22
· secara tersembunyi: 2Sam 11:4-15
· secara terang-terangan: 2Sam 16:22

buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry -> 2Sam 12:1-14
Matthew Henry: 2Sam 12:1-14 - Perumpamaan Natan; Pertobatan Daud
Pasal sebelumnya berkisah kepada kita tentang dosa Daud, sementara pasal ini berkisah kepada kita tentang pertobatannya. Meski telah jatuh, Daud ti...
- Pasal sebelumnya berkisah kepada kita tentang dosa Daud, sementara pasal ini berkisah kepada kita tentang pertobatannya. Meski telah jatuh, Daud tidak sepenuhnya tergeletak, tetapi, oleh anugerah Allah, pulih kembali dan mendapatkan belas kasihan Allah. Dalam pasal ini kita mendapati,
- I. Pernyataan bersalah yang ditujukan kepada Daud, melalui sebuah firman yang disampaikan Natan kepadanya dari Allah, dalam bentuk perumpamaan yang memaksa Daud menjatuhkan hukuman atas dirinya sendiri (ay. 1-6), serta penerapan dari perumpamaan tersebut, yang di dalamnya Natan mendakwa Daud atas dosa yang telah diperbuat (ay. 7-9) dan menyatakan hukuman baginya (ay. 10-12).
- II. Pertobatan Daud dan pengampunan terhadap dirinya, dengan sebuah ketentuan (ay. 13-14).
- III. Penyakit dan kematian sang anak, serta sikap Daud selama anak itu sakit dan pada waktu anak itu mati (ay. 15-23). Dalam kedua hal ini, Daud menunjukkan bukti pertobatannya.
- IV. Kelahiran Salomo, dan firman Allah yang penuh rahmat mengenai dirinya, yang di dalamnya Allah menunjukkan bukti perdamaian-Nya dengan Daud (ay. 24-25).
- V. Direbutnya kota Raba (ay. 26-31), yang disebutkan sebagai pertanda lebih lanjut bahwa Allah tidak memperlakukan Daud setimpal dengan dosa-dosanya.
Perumpamaan Natan; Pertobatan Daud (12:1-14)
- Tampaknya ada selisih waktu yang cukup lama sejak Daud bersalah atas perzinahannya dengan Batsyeba sampai ia pada akhirnya dibuat bertobat darinya. Sebab, sewaktu Natan diutus kepadanya, anak hasil perzinahan itu telah lahir (ay. 14), sehingga kira-kira sembilan bulan lamanya Daud menanggung kesalahan atas dosa itu, dan, sepanjang yang bisa disaksikan, tanpa bertobat darinya. Bagaimana kita harus memandang keadaan Daud selama rentang waktu tersebut? Dapatkah kita membayangkan bahwa ia tidak pernah merasa terpukul oleh sebab dosanya itu, atau bahwa ia tidak pernah meratapinya secara diam-diam di hadapan Allah? Saya dengan tulus berharap bahwa Daud melakukan semuanya itu, dan bahwa Natan diutus kepadanya segera setelah kelahiran anak itu, yakni pada waktu dosanya, melalui kelahiran anak itu, menjadi terkuak dan diperbincangkan di tengah masyarakat. Natan diutus kepadanya untuk mendapatkan pengakuan dosa darinya secara terbuka, bagi kemuliaan Allah, sebagai peringatan bagi orang lain, dan agar Daud dapat menerima, melalui Natan, pengampunan dosa dengan sejumlah batasan tertentu. Akan tetapi, sepanjang kurun waktu sembilan bulan ini, kita dapat menduga dengan kuat bahwa segala penghiburan dan anugerah untuknya ditangguhkan, dan persekutuannya dengan Allah pun terganggu. Selama waktu tersebut, sudah pasti Daud tidak menulis satu mazmur pun, kecapinya menjadi sumbang, dan jiwanya bagaikan pohon di musim dingin, yang hidup di akarnya saja. Oleh sebab itu, seusai Natan mengunjunginya, Daud berdoa, bangkitkanlah kembali padaku kegirangan karena selamat yang dari pada-Mu, dan bukalah bibirku (Mzm. 51:14, 17). Marilah kita cermati,
- I. Utusan yang dikirim Allah kepada Daud. Kepada kita disampaikan, melalui kata-kata terakhir dalam pasal sebelumnya, bahwa hal yang telah dilakukan Daud itu adalah jahat di mata Tuhan. Oleh karena itu, orang akan berpikir bahwa sebagai tindak lanjut atas kejahatan itu, Tuhan mengirim musuh-musuh untuk menyerbu Daud, kengerian-kengerian untuk menyergapnya, dan utusan-utusan maut untuk menangkapnya. Tetapi ternyata tidak. Allah mengutus seorang nabi kepada Daud – Natan, sahabatnya yang setia serta orang kepercayaannya, untuk mengajar serta menasihatinya (ay. 1). Daud tidak menyuruh orang untuk membawa Natan kepadanya, meskipun Daud belum pernah begitu membutuhkan seseorang untuk mendengarkan pengakuan dosanya seperti sekarang ini, tetapi Allahlah yang mengutus Natan kepada Daud. Perhatikanlah, meskipun Allah bisa saja mengizinkan umat-Nya jatuh ke dalam dosa, Ia tidak akan membiarkan mereka tergeletak begitu saja di dalamnya. Dengan murtad ia menempuh jalan yang dipilih hatinya, dan apabila dibiarkan, ia akan mengembara tanpa henti. Tetapi (firman Allah), Aku telah melihat segala jalannya itu, dan Aku akan menyembuhkan dia (Yes. 57:17-18). Allah mengirim utusan-Nya untuk mencari kita sebelum kita mencari-Nya, karena jika tidak demikian, kita pasti akan tersesat. Natan merupakan sang nabi yang melaluinya Allah telah memberitahukan kepada Daud niat-niat baik-Nya terhadap dirinya (7:4), dan sekarang, melalui tangan yang sama, Allah mengirimkan kepadanya firman kemurkaan ini. Firman Allah di dalam mulut para hamba-Nya harus diterima, entah firman itu berbicara tentang kengerian atau penghiburan. Natan taat kepada penglihatan yang dari sorga itu, lalu beranjak pergi untuk menyampaikan firman Allah kepada Daud. Natan tidak berkata, “Oleh karena Daud telah berdosa, aku tidak akan datang mendekat kepadanya.” Tidak, janganlah anggap dia sebagai seorang musuh, tetapi tegorlah dia sebagai seorang saudara (2Tes. 3:15). Natan tidak berkata, “Oleh karena Daud adalah seorang raja, aku tidak berani menegurnya.” Tidak, jika Allah telah mengutusnya, maka ia meneguhkan hatinya seperti keteguhan gunung batu (Yes. 50:7).
- II. Firman yang disampaikan Natan kepada Daud, untuk menyatakan kesalahannya.
- 1. Natan mengawalinya dengan sebuah perumpamaan, yang bagi Daud tampak sebagai sebuah aduan yang disampaikan kepadanya oleh Natan mengenai salah satu warganya yang telah berbuat jahat kepada tetangganya yang miskin, supaya Daud mengambil tindakan untuk mengatasi dampak dari kejahatan itu dan menghukum sang penjahat. Natan, ada kemungkinan, biasa datang kepada Daud untuk urusan-urusan seperti itu, yang membuat urusan kali ini tidak terlalu dicurigai. Orang-orang yang mempunyai pengaruh terhadap raja, dan yang dapat menjumpainya dengan bebas, sudah sepatutnya menjadi perantara bagi mereka yang diperlakukan tidak adil, supaya keadilan dapat ditegakkan di tengah-tengah mereka.
- (1) Natan memaparkan kepada Daud suatu pelanggaran berat yang telah diperbuat seorang kaya kepada tetangganya yang jujur, yang tidak mampu membantah si kaya itu. Si kaya mempunyai sangat banyak kambing domba dan lembu sapi (ay. 2), sementara si miskin hanya mempunyai seekor anak domba. Betapa tidak meratanya pembagian di dunia ini. Namun demikian, hikmat, kebenaran, dan kebaikan yang tak terhingga telah menetapkan pembagian tersebut, agar si kaya dapat belajar tentang kemurahan hati dan si miskin belajar untuk mencukupkan diri. Orang miskin ini hanya mempunyai seekor anak domba, yakni seekor anak domba betina, tepatnya seekor anak domba betina yang kecil, karena ia tidak punya uang untuk membeli atau memelihara lebih banyak ternak lagi. Tetapi anak domba itu adalah anak domba yang terlantar, demikian kita menyebutnya. Anak domba itu menjadi besar bersama-sama dengan anak-anaknya (ay. 3). Si miskin menyayangi anak domba itu, dan anak domba itu dekat dengannya setiap saat. Si kaya, karena memerlukan seekor anak domba untuk menjamu sahabatnya, merebut anak domba si miskin dari dekapannya dengan kekerasan lalu memasaknya (ay. 4), entah atas dasar kerakusan, karena ia enggan mengambil ternaknya sendiri, atau terlebih atas dasar kemewahan, karena ia membayangkan bahwa anak domba yang dirawat dengan baik seperti itu, yang makan dan minum seperti seorang anak, pasti akan menjadi santapan yang lebih lezat daripada salah satu ternaknya sendiri, dan akan terasa lebih nikmat.
- (2) Lewat perumpamaan ini, Natan memperlihatkan kepada Daud kejahatan dari dosa yang telah diperbuatnya dengan mencemari Batsyeba. Daud mempunyai banyak istri dan gundik, yang dipeliharanya dari kejauhan, sebagaimana orang-orang kaya memelihara ternak-ternak mereka di ladang. Andaikan Daud hanya memiliki seorang istri, dan andaikan istrinya itu menjadi kesayangannya, sebagaimana si anak domba betina itu bagi pemiliknya, andaikan istrinya itu menjadi kesayangannya seperti rusa yang manis dan kijang yang jelita, maka buah dadanya akan selalu memuaskannya, dan ia tentu tidak akan mencari-cari yang lain (Ams. 5:19). Pernikahan merupakan obat untuk menangkal percabulan, tetapi menikahi banyak perempuan tidaklah demikian. Sebab, segera setelah hukum kesatuan di dalam pernikahan itu dilanggar, hawa nafsu yang dimanjakan itu akan sangat sulit dibendung. Uria, seperti halnya si miskin, hanya mempunyai seorang istri, yang menjadi belahan jiwanya sendiri, dan yang selalu tidur di pangkuannya, karena ia tidak mempunyai istri lain, ia tidak menginginkan orang lain, untuk tidur di pangkuannya. Sang musafir atau pengembara di dalam kisah ini, seperti dijelaskan oleh Uskup Patrick berdasarkan para penulis Yahudi, adalah khayalan, kecenderungan, atau keinginan jahat yang datang ke dalam hati Daud, yang bisa saja dipuaskannya dengan sebagian dari istri-istrinya sendiri. Namun, tidak ada yang mampu memuaskan Daud selain istri kesayangan Uria. Para penulis Yahudi tersebut mencermati bahwa kecenderungan jahat ini disebut sebagai pengembara, karena pada awalnya kecenderungan itu memang hanyalah seorang pengembara, tetapi, dengan berjalannya waktu, ia menjadi tamu, dan pada akhirnya menjadi tuan rumah. Sebab orang yang pada permulaan ayat disebut sebagai pengembara, pada akhir ayat disebut sebagai orang (ish – seorang suami). Namun demikian, sebagian penafsir mencermati bahwa di dalam hati Daud, hawa nafsu hanyalah bagaikan seorang pengembara yang tinggal untuk semalam saja. Ia tidak terus menetap dan berkuasa di sana.
- (3) Melalui perumpamaan ini, Natan memakai ucapan Daud sebagai hukuman bagi Daud sendiri. Sebab Daud, yang menganggap perumpamaan tersebut sebagai perkara nyata, dan tidak meragukan kebenarannya karena disampaikan oleh Natan sendiri, segera menjatuhkan penghakiman melawan sang pelaku kejahatan, dan menegaskannya dengan sebuah sumpah (ay. 5-6).
- [1] Bahwa, atas ketidakadilannya yang telah merampas anak domba si miskin, si kaya harus membayar ganti empat kali lipat, menurut hukum Taurat (Kel. 22:1), empat ekor domba ganti seekor domba.
- [2] Bahwa atas kelaliman dan kekejamannya, serta kesenangan yang dirasakannya dengan menindas si miskin, si kaya harus dihukum mati. Apabila si miskin mencuri dari si kaya untuk memuaskan nafsunya karena lapar, maka si miskin harus mengganti rugi, sekalipun harus sampai menghabiskan segenap harta isi rumahnya (Ams. 6:30-31). Dalam Kitab Amsal itu Salomo membandingkan dosa perzinahan dengan tindak pencurian ini (Ams. 6:32). Akan tetapi, apabila si kaya mencuri karena memang ingin mencuri, bukan atas dasar kekurangan melainkan untuk bertindak sewenang-wenang, semata-mata supaya ia dapat berlagak berkuasa dan menyusahkan orang lain, maka si kaya pantas mati karena itu, sebab baginya, ganti rugi bukanlah sebuah hukuman, atau tidak berarti apa-apa. Apabila hukuman tersebut dipandang terlalu berat, kita harus memahami bahwa hal ini lahir dari kekasaran perangai Daud pada saat ini, oleh karena rasa bersalahnya, dan karena ia sendiri belum menerima belas kasihan.
- 2. Natan pada akhirnya, sebagai penerapan dari perumpamaan ini, menunjuk kepada Daud. Dengan mengawali tuduhannya lewat sebuah perumpamaan, Natan memperlihatkan kehati-hatiannya, dan betapa kita perlu berhati-hati dalam memberikan teguran. Teguran itu diatur dengan baik jika, seperti pada kisah ini, sang pelaku kejahatan dapat digiring untuk menyalahkan dan menghukum dirinya sendiri sebelum ia menyadarinya. Tetapi di sini, ketika menerapkan perumpamaan itu, Natan menunjukkan kesetiaannya, dan berurusan dengan raja Daud dengan sikap yang tegas dan lugas seolah-olah sang raja adalah seorang rakyat jelata. Dengan terus terang, Natan berkata, “Engkaulah orang itu yang telah melakukan kesalahan ini, dan kesalahan yang jauh lebih parah lagi, terhadap sesamamu. Maka dari itu, berdasarkan hukuman yang engkau tetapkan sendiri, engkau pantas mati, dan akan diadili oleh mulutmu sendiri. Bukankah ia yang mengambil anak domba milik sesamanya pantas mati? Dan bukankah engkau, yang telah mengambil istri sesamamu, pantas mati juga? Meskipun si kaya mengambil anak domba si miskin, namun si kaya tidak membuat pemilik anak domba itu kehilangan nyawanya, seperti yang telah engkau perbuat, dan karena itu engkau jauh lebih pantas mati.” Sekarang Natan berbicara langsung dari Allah, dan di dalam nama-Nya. Natan mengawali perkataannya dengan, beginilah firman TUHAN, Allah Israel, sebuah nama yang kudus dan dimuliakan Daud, dan yang menuntut perhatiannya. Natan pada saat ini berbicara, bukan sebagai seorang pemohon bagi si miskin, melainkan sebagai seorang utusan dari Allah yang agung, yang tidak memandang bulu.
- (1) Allah, melalui Natan, mengingatkan Daud akan perkara-perkara besar yang telah dilakukan-Nya dan dirancangkan-Nya bagi Daud, dengan mengurapinya menjadi raja dan memelihara nyawanya untuk menduduki takhta kerajaan (ay. 7), memberinya kuasa atas isi rumah pendahulunya, dan juga isi rumah orang-orang lain yang pernah menjadi tuannya, salah satunya Nabal. Allah telah memberikan kepada Daud kaum Israel dan Yehuda. Kekayaan kerajaan dipakai untuk melayaninya dan setiap orang bersedia membantunya. Bahkan, Allah siap melimpahkan apa saja kepadanya untuk membuatnya sejahtera: tentu Kutambah lagi ini dan itu kepadamu (ay. 8). Lihatlah betapa murah hatinya Allah dalam pemberian-pemberian-Nya. Di dalam Dia, kita tidak akan kekurangan. Meskipun telah memberi banyak, Dia masih akan memberi lebih banyak lagi. Kemurahan hati Allah kepada kita ini sungguh memperberat ketidakpuasan dan keinginan kita akan buah terlarang. Sungguh tidak tahu berterima kasih apabila kita mengingini apa yang telah dilarang Allah, sementara kita punya kebebasan untuk berdoa meminta apa yang telah dijanjikan Allah, dan itu sudah cukup.
- (2) Natan mendakwa Daud atas penghinaan berat terhadap wewenang ilahi, dalam dosa-dosa yang telah diperbuatnya: Mengapa engkau menghina TUHAN dengan menyalahgunakan martabat dan kuasamu sebagai raja? (ay. 9). Inilah sumber dosa, dan inilah kejahatan dosa, yakni bahwa dosa menganggap enteng hukum Allah dan Sang Pembuat Hukum, seolah-olah kewajiban yang ditetapkan hukum itu tidaklah penting, perintah-perintahnya merupakan hal yang remeh, dan ancaman-ancamannya sama sekali tidak menakutkan. Meskipun tidak pernah ada orang yang menulis tentang hukum Allah dengan lebih terhormat daripada Daud, namun, dalam perkara ini, ia dengan adil didakwa atas penghinaan terhadap hukum itu. Perzinahan Daud dengan Batsyeba, yang mengawali kejahatan ini, tidak disebutkan, mungkin karena ia sendiri sudah diyakinkan akan dosanya itu, tetapi,
- [1] Pembunuhan terhadap Uria disebutkan sebanyak dua kali: “Uria kaubiarkan ditewaskan dengan pedang, meskipun bukan dengan pedangmu, namun, yang sama saja kejinya, dengan penamu, dengan memerintahkan supaya dia ditempatkan di barisan depan dalam pertempuran.” Orang yang merancang kejahatan dan memerintahkannya, sesungguhnya sama bersalahnya dengan orang yang menjalankan kejahatan itu. Pembunuhan terhadap Uria ini diulang kembali dengan penekanan yang memberatkan: Dia telah kaubiarkan dibunuh dengan pedang bani Amon, seteru Allah dan Israel yang tidak bersunat itu.
- [2] Perbuatan Daud mengawini Batsyeba juga disebutkan sebanyak dua kali, karena Daud menganggap tidak ada salahnya melakukan hal itu (ay. 9): Isterinya kauambil menjadi isterimu, dan lagi (ay. 10). Mengawini Batsyeba yang telah dicemarinya, dan yang suaminya telah ditewaskannya, merupakan penghinaan terhadap ketetapan perkawinan, dengan membuat perkawinan tidak hanya memperingan kekejian-kekejian seperti itu, tetapi juga seolah-olah menyucikannya. Dalam semuanya ini, Daud telah menghina firman Tuhan (demikian dituliskan dalam bahasa Ibrani), bukan hanya perintah-Nya secara umum yang melarang perbuatan-perbuatan seperti itu, melainkan juga janji khusus yang telah disampaikan Allah kepada Daud, melalui perantaraan Natan, beberapa waktu sebelumnya, bahwa Allah akan memberikan keturunan baginya. Seandainya Daud menghargai dan menghormati janji suci ini sebagaimana mestinya, ia tentu tidak akan mencemari keturunannya dengan hawa nafsu dan pertumpahan darah.
- (3) Allah mengancamkan penghukuman-penghukuman yang berlaku turun-temurun dalam keluarga Daud atas dosa ini (ay. 10): “Pedang tidak akan menyingkir dari keturunanmu sampai selamanya, tidak pada masa hidupmu tidak pula setelahnya, sebaliknya, engkau dan keturunanmu akan menghabiskan sebagian besar umur dengan berperang.” Atau ancaman ini merujuk kepada sejumlah pembantaian yang akan terjadi di antara anak-anak Daud, yakni Amnon, Absalom, dan Adonia, yang semuanya tewas oleh pedang. Allah telah berjanji bahwa kasih setia-Nya tidak akan hilang daripada Daud dan keluarganya (7:15), namun di sini Allah mengancam bahwa pedang tidak akan menyingkir daripadanya. Dapatkah kasih setia dan pedang saling berdampingan? Ya, manusia dapat ditimpa kesengsaraan yang hebat dan panjang, namun tidak akan disingkirkan dari anugerah perjanjian. Alasan yang diberikan adalah sebagai berikut, karena engkau telah menghina Aku. Perhatikanlah, orang yang menghina firman dan hukum Allah, sama saja menghina Allah sendiri dan akan dipandang rendah. Diancamkan secara khusus,
- [1] Bahwa anak-anaknya akan mendatangkan kesedihan baginya: Malapetaka akan Kutimpakan ke atasmu yang datang dari kaum keluargamu sendiri. Dosa mendatangkan kesusahan ke dalam keluarga, dan satu dosa kerap kali merupakan penghukuman atas dosa yang lain.
- [2] Bahwa istri-istrinya akan mendatangkan cela baginya, bahwa melalui suatu kekejian yang tidak ada bandingnya, mereka akan digagahi secara terbuka di hadapan seluruh Israel (ay. 11-12). Tidak dikatakan bahwa perbuatan ini akan dilakukan oleh anak laki-lakinya sendiri, agar penggenapannya tidak dihalang-halangi oleh nubuatannya yang terlalu jelas. Tetapi kekejian ini diperbuat oleh Absalom, atas nasihat Ahitofel (16:21-22). Orang yang mencemari istri sesamanya akan mendapati istrinya sendiri dicemari, sebab demikianlah dosa tersebut dahulu lazim dihukum, seperti yang terlihat pada kutuk Ayub (Ayb. 31:10), maka biarlah isteriku menggiling bagi orang lain, dan pada ancaman dalam 14. Dosa itu diperbuat dengan rahasia, dan ditutupi rapat-rapat, tetapi hukumannya akan dilaksanakan dengan terbuka, dan dinyatakan dengan lantang, untuk mempermalukan Daud, yang dosanya dalam perkara Uria, meskipun diperbuat bertahun-tahun sebelumnya, akan kembali diingat dan diperbincangkan secara luas dalam kesempatan itu. Seperti halnya muka pada cermin sesuai dengan aslinya, demikian pula hukuman kerap kali sesuai dengan dosanya. Di sini ada darah ganti darah, dan kenajisan ganti kenajisan. Dan dengan demikian, Allah hendak menunjukkan betapa diri-Nya membenci dosa, bahkan dosa di dalam umat-Nya sendiri, dan bahwa, di mana pun Ia menemukannya, Ia tidak akan membiarkan dosa itu lolos tanpa hukuman.
- 3. Pengakuan Daud yang penuh sesal akan dosanya akibat teguran itu. Ia tidak mengucapkan sepatah kata pun untuk membenarkan dirinya ataupun untuk meringankan dosanya, tetapi secara terang-terangan mengakuinya: Aku sudah berdosa kepada TUHAN (ay. 13). Ada kemungkinan bahwa Daud berkata-kata lebih banyak lagi untuk menyampaikan maksud ini. Tetapi perkataan ini sudah cukup untuk memperlihatkan bahwa hatinya betul-betul direndahkan oleh apa yang diucapkan Natan, dan tunduk kepada dakwaan yang menyatakan dia bersalah. Daud mengakui kesalahannya – Aku sudah berdosa, kemudian memperberatnya – dosa itu diperbuat kepada Tuhan. Nada inilah yang dialunkannya dalam mazmur yang ditulisnya pada kesempatan ini (Mzm. 51:6), terhadap Engkau, terhadap Engkau sajalah aku telah berdosa.
- 4. Pengampunan terhadap Daud dinyatakan, setelah ia membuat pengakuan yang penuh penyesalan ini, tetapi dengan sebuah ketentuan. Ketika Daud berkata, aku sudah berdosa, dan Natan melihat bahwa ia sungguh-sungguh bertobat,
- (1) Natan, dalam nama Allah, meyakinkan Daud bahwa dosanya telah diampuni: “TUHAN telah menjauhkan dosamu itu dari mata-Nya yang menuntut balas. Engkau tidak akan mati,” artinya, “tidak akan mengalami kematian kekal, tidak pula selama-lamanya dijauhkan dari Allah, sebagaimana yang pasti akan engkau alami andaikan Ia tidak menjauhkan dosa itu.” Tuntutan hukuman dengan ini dibatalkan dan dicabut. Ia tidak turut dihukum: itulah hakikat pengampunan. “Kesalahanmu tidak akan menjadi kebinasaanmu untuk selamanya. Pedang tidak akan menyingkir dari keturunanmu sampai selamanya, tetapi,
- [1] Pedang itu tidak akan membunuhmu. Engkau akan masuk ke dalam kuburmu dalam damai.” Daud pantas mati sebagai seorang pezinah dan pembunuh, tetapi Allah tidak mau membunuhnya seperti yang bisa saja diperbuat-Nya dengan adil.
- [2] “Meskipun di sepanjang umurmu engkau akan menerima hukuman dari Tuhan, namun engkau tidak akan dihukum bersama-sama dengan dunia.” Lihatlah betapa Allah bersedia mengampuni dosa. Kepada kejadian inilah, mungkin, Daud merujuk ketika ia menulis (Mzm. 32:5), aku berkata, “Aku akan mengaku,” dan Engkau mengampuni. Janganlah para pendosa besar berputus asa untuk mendapatkan belas kasihan Allah apabila mereka sungguh-sungguh bertobat. Sebab siapakah Allah seperti Dia, yang mengampuni kesalahan?
- (2) Namun demikian, Allah menjatuhkan hukuman mati atas anak hasil perzinahan itu (ay. 14). Lihatlah kedaulatan Allah! Sang orangtua yang bersalah tetap hidup, sementara sang bayi yang tidak bersalah mati. Tetapi semua jiwa adalah kepunyaan-Nya, dan Ia bisa saja, dengan cara apa pun yang dikehendaki-Nya, memuliakan diri-Nya dalam makhluk ciptaan-Nya.
- [1] Daud, dengan dosanya, telah menghina kehormatan Allah. Daud telah memberi celah bagi para seteru Tuhan untuk menista nama-Nya (ay. 14, KJV). Orang-orang fasik dari angkatan tersebut, orang-orang kafir, penyembah berhala, dan orang-orang cemar, akan bersorak-sorak atas kejatuhan Daud, dan mengatakan yang buruk tentang Allah serta hukum-Nya, ketika mereka menyaksikan seseorang yang mengaku menghormati Dia dan hukum-Nya ternyata bersalah atas kekejian yang busuk seperti itu. “Inilah para penganut-Mu! Inilah dia yang berdoa dan menyanyikan mazmur, dan yang begitu sangat saleh! Apa gunanya ibadah-ibadah seperti itu apabila tidak dapat mencegah manusia berzinah dan membunuh?” Mereka akan berkata, “Bukankah Saul ditolak oleh sebab perkara yang lebih ringan? Kalau begitu, mengapa Daud harus tetap hidup dan memerintah?” Mereka ini tidak mempertimbangkan bahwa Allah tidak melihat apa yang dilihat manusia, tetapi melihat hati. Sampai hari ini, masih ada orang yang mencela Allah, dan berkeras di dalam dosa, karena teladan buruk Daud. Nah, meskipun benar bahwa tidak ada seorang pun berhak untuk berkata-kata buruk tentang Allah, atau tentang firman dan jalan-Nya, oleh karena Daud, dan mereka yang berbuat demikian telah berdosa, namun orang yang meletakkan batu sandungan di jalan mereka, dan yang memberikan dalih, meskipun bukan penyebab, bagi celaan itu, pasti akan dimintai perhitungan. Perhatikanlah, dalam dosa-dosa yang memalukan yang diperbuat oleh orang-orang yang mengaku beragama dan menjalin hubungan dengan Allah, terdapat kejahatan yang besar ini, bahwa dosa-dosa itu menyediakan celah bagi para seteru Allah dan agama untuk melakukan penghinaan dan penistaan (Rm. 2:24).
- [2] Oleh sebab itu, Allah akan membersihkan kehormatan-Nya dengan menunjukkan murka-Nya kepada Daud karena dosa ini, dan membiarkan dunia tahu, bahwa meskipun Ia mengasihi Daud, Ia membenci dosanya. Dan Ia memilih untuk melakukannya melalui kematian anak itu. Tuan tanah berhak mengambil bagian mana pun dari tanah miliknya sesuka hatinya. Mungkin penyakit dan kematian bayi tidak begitu lazim terjadi pada waktu itu seperti yang terjadi sekarang, yang menjadikan kematian anak ini, sebagai sesuatu yang tidak biasa, pertanda yang lebih nyata akan murka Allah, sesuai firman yang kerap kali dikatakan-Nya, bahwa Ia akan membalaskan kesalahan bapa kepada anak-anaknya.
SH -> 2Sam 12:1-14; 2Sam 12:1-14
SH: 2Sam 12:1-14 - Cerita, alat Allah. (Jumat, 15 Agustus 2003) Cerita, alat Allah.
Daud telah terbelit rentetan dosa-dosa: zinah, perencanaan
pembunuhan, dusta. Dapatkah Anda menduga bagaimana akibat kon...
Cerita, alat Allah.
Daud telah terbelit rentetan dosa-dosa: zinah, perencanaan
pembunuhan, dusta. Dapatkah Anda menduga bagaimana akibat kondisi
itu pada hati nurani Daud? Jika Anda ditugaskan Tuhan menegur
orang dalam kondisi seperti Daud, apa yang akan Anda lakukan?
Nasihat dan wejangan sering kali tidak dapat menembus hati yang
keras dan pikiran yang buta. Natan beroleh hikmat Tuhan. Ia tidak
berkhotbah, tidak menegur atau menuding, tetapi bercerita. Cerita
itu berhasil memojokkan Daud ke posisi yang melibatkan
pertimbangan kebenaran dan tanggung jawab.
Cerita itu tentang orang kaya dan orang miskin. Natan menggambarkan kehidupan gembala miskin, hidup sederhana dan memiliki hanya seekor anak domba. Ia memperlakukan domba itu seperti anak perempuannya sendiri. Celakanya, meskipun orang kaya itu memiliki banyak domba, saat ia memerlukan daging untuk makan siangnya, ia "mengambil" anak domba betina milik si miskin. Spontan Daud menyatakan bahwa orang kaya itu harus dihukum mati. Segera sesudah Daud mengungkapkan kemarahan dan tindakan yang harus diambil, Natan menempatkan Daud dalam kisah itu. Ia juga "merampas" Batsyeba, istri Uria itu (ayat 11:40). Natan menghardik Daud, dan menyampaikan firman Allah kepada Daud, suatu khotbah penghukuman. Allah mengucapkan sebuah kalimat yang sangat dramatis: Daud telah memiliki segala-galanya (ayat 8). Betapa bodohnya tindakan Daud!
Syukurlah, Daud sembuh dari kebutaannya. Ia berani mengaku salah. Ia masih sensitif terhadap dosa. Namun demikian, konflik dan pertumpahan darah tidak akan beranjak dari dinasti Daud. Akibat dari sebuah dosa terlalu berat untuk ditanggung!
Renungkan: Anda bisa saja marah dan menertawai Daud. Namun, mungkinkah Anda juga sedang dibutakan oleh dosa-dosa Anda? Jika Daud bisa berubah karena cara-cara Tuhan yang ajaib itu, Anda pun bisa!

SH: 2Sam 12:1-14 - Berita dari Natan. (Jumat, 26 Juni 1998) Berita dari Natan. Nabi Natan membuat cerita (bukan kejadian sesungguhnya) tentang perlakuan seorang kaya terhadap seorang miskin. Tujuannya untuk men...
Berita dari Natan.
Nabi Natan membuat cerita (bukan kejadian sesungguhnya) tentang perlakuan seorang kaya terhadap seorang miskin. Tujuannya untuk mengusik nurani dan kepekaan akan keadilan dalam diri Daud agar sesudah itu ia sadar akan dosanya terhadap Uria dan istrinya. Perumpamaan itu sangat tajam. Daud menilai bahwa orang kaya itu sangat jahat dan harus dihukum berat. Dengan cerita ini Nabi Natan menyadarkan Daud akan dosanya. Kecaman keras Natan mengoyak hati Daud yang dikuasai dosa. Begitulah, firman Tuhan menusuk langsung hati manusia yang digelapkan dosa.
Berita dari Tuhan. Berita dari Tuhan kepada Daud berisi penghukuman. Walaupun Daud adalah orang yang diurapi dan dikasihi Tuhan, tetapi Tuhan harus berlaku adil. Yang bersalah harus mempertanggungjawabkan kesalahannya dan dihukum. Vonis Tuhan adalah: Daud dan keluarganya akan mati karena pedang, bahkan Daud akan dipermalukan di depan orang banyak. Daud mengakui dosanya. Kasih Tuhan terhadap orang yang bertobat jauh lebih besar dari penghukuman. Ini membuktikan Tuhan kita itu adil dalam kasih-Nya.
Renungkan: Kasih Tuhan mengampuni dan menyertai kita dengan setia agar kita bisa setia kepada sifat dan kebenaran-Nya.
Doakan: Orang yang diperlakukan tidak adil oleh sesamanya.
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: 2 Samuel (Pendahuluan Kitab) Penulis : Tidak dikenal
Tema : Pemerintahan Daud
Tanggal Penulisan: Akhir abad ke-10 SM
Latar Belakang
Karena Kitab 1 dan 2 Sa...
Penulis : Tidak dikenal
Tema : Pemerintahan Daud
Tanggal Penulisan: Akhir abad ke-10 SM
Latar Belakang
Karena Kitab 1 dan 2 Samuel pada mulanya menjadi satu kitab dalam PL Ibrani, latar belakang 2 Samuel dibahas secara lebih terinci pada permulaan 1 Samuel (Lihat "PENDAHULUAN 1SAMUEL" 08037). Perlu diperhatikan di sini bahwa jikalau 1 Samuel meliputi sejarah selama hampir satu abad, dari kelahiran Samuel hingga kematian Saul (sekitar tahun 1105-1010 SM), maka 2 Samuel hanya mencatat pemerintahan Daud, suatu masa yang lamanya 40 tahun (sekitar 1010-970 SM).
Tujuan
2 Samuel melanjutkan sejarah yang bersifat nubuat dari sifat teokratis kerajaan Israel. Kitab ini secara mendalam mengilustrasikan dari kehidupan pribadi dan pemerintahan Daud syarat-syarat perjanjian sebagaimana dikemukakan Musa dalam kitab Ulangan: ketaatan pada perjanjian menghasilkan berkat-berkat Allah; pengabaian hukum Allah mengakibatkan kutukan dan hukuman (lih. Ul 27:1--30:20).
Survai
Catatan lengkap dari kehidupan Daud terbentang dari 1Sam 16:1 hingga 1Raj 2:11. 2 Samuel dimulai dengan kematian Saul dan pengurapan Daud di Hebron sebagai raja atas Yehuda selama tujuh setengah tahun (pasal 1-4; 2Sam 1:1--4:12). Sisa kitab ini memusatkan perhatian pada 33 tahun berikutnya dalam kehidupan Daud sebagai raja seluruh Israel di Yerusalem (pasal 5-24; 2Sam 5:1--24:25). Titik peralihan dari kitab ini dan juga dari kehidupan Daud ialah perzinaannya dengan Batsyeba dan pembunuhan Uria (pasal 11; 2Sam 11:1-27). Sebelum lembaran gelap ini, Daud melambangkan sebagian besar cita-cita seorang raja teokratis. Di bawah perkenan, hikmat, dan pengurapan Allah, Daud
- (1) merebut Yerusalem dari suku Yebus dan menjadikannya ibu kota Israel (pasal 5; 2Sam 5:1-25),
- (2) membawa kembali tabut perjanjian ke Yerusalem di tengah-tengah sukacita dan perayaan yang besar (pasal 6; 2Sam 6:1-23), dan
- (3) menaklukkan musuh-musuh Israel, dimulai dengan bangsa Filistin (pasal 8-10; 2Sam 8:1--10:27); lalu "makin lama makin besarlah kuasa Daud, sebab Tuhan, Allah semesta alam, menyertainya" (2Sam 5:10). Kepemimpinannya yang kuat menarik banyak "orang perkasa" dan membangkitkan kesetiaan yang mendalam. Daud sadar bahwa Allah telah menempatkan dirinya sebagai raja atas Israel, dan dengan terus terang ia mengakui kepemimpinan Allah atas dirinya dan bangsa Israel. Allah berjanji melalui nubuat bahwa seorang keturunan Daud akan duduk di takhtanya, yang akan menggenapi secara sempurna peranan seorang raja teokratis (2Sam 7:12-17; bd. Yes 9:5-6; Yes 11:1-5; Yer 23:5-6; Yer 33:14-16).
Akan tetapi, setelah dosa perzinaan dan pembunuhan tragis yang dilakukan oleh Daud, maka kehancuran dan pemberontakan moral melanda keluarganya (pasal 12-17; 2Sam 12:1--17:29) dan seluruh bangsa itu (pasal 18-20; 2Sam 18:1--20:26); berkat nasional yang demikian besar diubah menjadi hukuman nasional. Sekalipun Daud dengan sungguh-sungguh bertobat dan mengalami rahmat pengampunan Allah (2Sam 12:13; bd. Mazm 51:1-21), akibat-akibat pelanggarannya itu terus berlanjut hingga akhir hidupnya bahkan hingga sesudah itu (bd. 2Sam 12:7-12). Sekalipun demikian, Allah tidak menolak Daud sebagai raja, sebagaimana Dia menolak Saul (bd. 1Sam 15:23). Sesungguhnya, hati Daud yang merindukan Allah (lih. mazmur-mazmur gubahannya), dan kebenciannya akan segala bentuk penyembahan berhala menjadikannya teladan dan tolok ukur bagi semua raja Israel yang kemudian (bd. 2Raj 18:3; 2Raj 22:2). 2 Samuel diakhiri dengan pembelian tempat pengirikan Arauna oleh Daud yang kemudian menjadi tempat didirikannya Bait Suci (2Sam 24:18-25).
Ciri-ciri Khas
Lima ciri utama menandai 2 Samuel.
- (1) 2 Samuel mencatat peristiwa-peristiwa penting dalam pemerintahan Daud selama 40 tahun, termasuk perebutan Yerusalem dari suku Yebus dan penetapannya sebagai pusat politik dan keagamaan Israel. Hidupnya ada di tengah-tengah kurun waktu kehidupan Abraham dengan Yesus Kristus.
- (2) Titik pusat kitab ini (pasal 11; 2Sam 11:1-27) yang sangat penting mencatat dosa Daud yang tragis yang melibatkan Batsyeba dan suaminya Uria. Nabi yang mencatat sejarah kitab ini menekankan bahwa sekalipun perzinaan dan pembunuhan oleh Daud telah dilakukan dengan diam-diam, dosa itu dihukum secara terang-terangan oleh Allah pada setiap tingkatan kehidupan Daud -- pribadi, keluarga, dan nasional.
- (3) Hal ini menyatakan sebuah prinsip kepemimpinan yang penting dan abadi dalam kerajaan Allah: makin besar perkenan dan urapan Allah atas hidup sang pemimpin, makin besar pula hukuman Allah apabila ia melanggar kepercayaan Allah dengan melakukan pelanggaran moral atau etis. Sekalipun di dalam Alkitab Daud dipuji sebagai orang yang berkenan kepada hati Allah, perkenan Allah berubah menjadi hukuman dan berkat-berkat-Nya berubah menjadi kutukan setelah Daud berbuat dosa, sebagaimana tercantum dalam peringatan Musa kepada Israel (bd. Ul 28:1-31).
- (4) Pasal-pasal yang menggambarkan dampak-dampak beriak yang terus-menerus dari dosa atas keluarga dan seluruh negeri itu (pasal 12-21; 2Sam 12:1--21:22) menunjukkan betapa terikatnya kesejahteraan seluruh bangsa dengan keadaan rohani dan moral pemimpinnya.
- (5) Kitab ini menyoroti pelajaran moral abadi bahwa keberhasilan dan kemakmuran sering mendatangkan kelemahan moral, yang akhirnya menimbulkan kegagalan moral. Kehidupan dan pemerintahan Daud yang mengagumkan secara tragis tercemar dengan perzinaan dan pembunuhan ketika ia mencapai puncak keberhasilan dan kuasa sebagai raja.
Penggenapan Dalam Perjanjian Baru
Pemerintahan Daud sebagai raja dalam pasal 1-10 (2Sam 1:1--10:19) melambangkan Raja Mesias. Penetapan Yerusalem sebagai kota kudus, karunia pemberian Allah akan perjanjian Daud, dan penerimaannya akan janji nubuat bahwa kerajaannya akan menjadi kerajaan kekal, semua menunjuk ke depan kepada "Anak Daud" terakhir, Yesus Kristus, dan kerajaan-Nya yang sekarang dan yang akan datang sebagaimana dinyatakan dalam PB (bd. Yes 9:7; Mat 21:9; Mat 22:45; Luk 1:32-33). Untuk keterangan selanjutnya tentang penerapan PB sehubungan dengan Daud Lihat "PENDAHULUAN 1SAMUEL" 08037.
Full Life: 2 Samuel (Garis Besar) Garis Besar
I. Keberhasilan Daud yang Luar Biasa Sebagai Raja
(2Sam 1:1-10:19)
A. Keberhasilan Politik Daud
...
Garis Besar
- I. Keberhasilan Daud yang Luar Biasa Sebagai Raja
(2Sam 1:1-10:19) - A. Keberhasilan Politik Daud
(2Sam 1:1-5:25) - 1. Daud Meratapi Wafatnya Saul dan Yonatan
(2Sam 1:1-27) - 2. Tahun-Tahun Daud Menjadi Raja Yehuda
(2Sam 2:1-4:12) - 3. Daud Dinobatkan Raja atas Seluruh Israel
(2Sam 5:1-5) - 4. Daud Menaklukkan Yerusalem dan Menjadikannya Pusat Pemerintahan
(2Sam 5:6-10) - 5. Daud Meluaskan Kerajaan
(2Sam 5:11-25) - B. Keberhasilan Rohani Daud
(2Sam 6:1-7:29) - 1. Daud Menetapkan Yerusalem Sebagai Pusat Keagamaan
(2Sam 6:1-23) - 2. Daud Ingin Mendirikan Rumah untuk Allah
(2Sam 7:1-3) - 3. Perjanjian Allah dengan Daud
(2Sam 7:4-17) - 4. Tanggapan Daud
(2Sam 7:18-29) - C. Keberhasilan Militer Daud
(2Sam 8:1-10:19) - 1. Berbagai Kemenangan Daud atas Orang Filistin, Moab, Zoba, Aram,
dan Edom (2Sam 8:1-12) - 2. Pemerintahan Daud yang Adil di Yerusalem
(2Sam 8:13-9:13) - 3. Kemenangan Daud atas Bangsa Amon
(2Sam 10:1-19) - II. Pelanggaran Daud yang Memalukan Sebagai Raja
(2Sam 11:1-12:14) - A. Perzinaan Daud dengan Batsyeba
(2Sam 11:1-5) - B. Pembunuhan Uria oleh Daud dan Usaha untuk Menyembunyikan Perbuatannya
(2Sam 11:6-27) - C. Kesalahan dan Hukuman Daud Dinyatakan oleh Nabi Natan
(2Sam 12:1-14) - III.Tahun-Tahun Daud Menuai Akibat-Akibat Dosa
(2Sam 12:15-20:26) - A. Hukuman atas Rumah Tangga Daud: Kebejatan dan Kematian
(2Sam 12:15-15:6) - 1. Kematian Anak Perzinaannya
(2Sam 12:15-25) - 2. Kesetiaan Yoab
(2Sam 12:26-31) - 3. Amnon Memperkosa Tamar, Adik Tirinya
(2Sam 13:1-20) - 4. Absalom Membunuh Amnon Sebagai Balas Dendam
(2Sam 13:21-36) - 5. Pelarian, Kepulangan, dan Penipuan Absalom
(2Sam 13:37-15:6) - B. Hukuman atas Kerajaan Daud: Pemberontakan dan Pembunuhan
(2Sam 15:7-20:26) - 1. Pemberontakan Absalom
(2Sam 15:7-12) - 2. Daud Melarikan Diri dari Yerusalem Dalam Keadaan Malu
(2Sam 15:13-16:14) - 3. Absalom Memerintah di Yerusalem
(2Sam 16:15-17:29) - 4. Absalom Dikalahkan dan Dibunuh
(2Sam 18:1-32) - 5. Ratapan Daud dan Teguran Yoab
(2Sam 18:33-19:8) - 6. Daud Dipulihkan Sebagai Raja
(2Sam 19:9-43) - 7. Pemberontakan dan Pembunuhan Syeba
(2Sam 20:1-26) - IV. Tahun-Tahun Terakhir Daud Sebagai Raja
(2Sam 21:1-24:25) - A. Bencana Kelaparan Selama Tiga Tahun
(2Sam 21:1-14) - B. Peperangan dengan Bangsa Filistin
(2Sam 21:15-22) - C. Mazmur Pujian Daud
(2Sam 22:1-51) - D. Kata-Kata Terakhir Daud
(2Sam 23:1-7) - E. Orang-Orang Perkasa Daud
(2Sam 23:8-39) - F. Sensus Daud dan Tulah Allah
(2Sam 24:1-17) - G. Syafaat Daud dan Kemurahan Allah
(2Sam 24:18-25)
Matthew Henry: 2 Samuel (Pendahuluan Kitab)
Kitab ini berkisah tentang riwayat pemerintahan raja Daud. Di dalam kitab sebelumnya, kita telah membaca mengenai ditetapkannya Daud untuk memerint...
- Kitab ini berkisah tentang riwayat pemerintahan raja Daud. Di dalam kitab sebelumnya, kita telah membaca mengenai ditetapkannya Daud untuk memerintah atas Israel serta pergumulan-pergumulannya dengan Saul, yang pada akhirnya berakhir dengan kematian orang yang menindasnya. Kitab ini diawali dengan naiknya Daud ke atas takhta, kemudian sepenuhnya diisi oleh perkara-perkara pemerintahannya selama empat puluh tahun berkuasa. Itulah sebabnya kitab ini di dalam Alkitab Septuaginta diberi judul Kitab Ketiga dari Raja-raja. Di dalamnya tertulis rupa-rupa kemenangan dan permasalahan Daud.
- I. Kemenangan-kemenangan Daud atas kaum keluarga Saul (ps. 1-4), atas orang Yebus dan orang Filistin (ps. 5), pada saat pengangkutan tabut Allah (ps. 6-7), dan atas bangsa-bangsa sekeliling yang menentang dirinya (ps. 8-10). Sampai sejauh ini, jalannya riwayat Daud selaras dengan apa yang kita harapkan dari pribadinya dan dengan pilihan yang telah dijatuhkan atasnya. Akan tetapi, Daud mempunyai sisi gelapnya sendiri.
- II. Kita mendapati berbagai permasalahan yang dihadapi Daud, rupa-rupa penyebabnya, dan dosanya di dalam perkara Uria (ps. 11-12). Kemudian permasalahan-permasalahan itu sendiri yang muncul akibat dosa Amnon (ps. 13), pemberontakan Absalom (ps. 14-19), dan pemberontakan Seba (ps. 20), serta penyakit sampar di Israel akibat Daud menghitung jumlah rakyat (ps. 24), di samping kelaparan yang menimpa orang Gibeon (ps. 21). Kita mendapati nyanyian Daud (ps. 22), dan perkataan terakhirnya serta pahlawan-pahlawan yang mengiringinya (ps. 23). Ada banyak hal di dalam riwayat Daud yang sangat berguna untuk memberi kita pelajaran. Akan tetapi, mengenai sang pahlawan yang menjadi tokoh utama dalam sejarah itu, meskipun dalam berbagai peristiwa ia di sini terlihat sangat hebat, dan sangat baik hati, dan sungguh-sungguh menjadi kesayangan sorga, harus diakui bahwa kehormatannya bersinar lebih terang di dalam mazmur-mazmur gubahannya daripada di dalam riwayat dirinya.
Ende: 2 Samuel (Pendahuluan Kitab) SJEMUEL
PENDAHULUAN
Kedua kitab Sjemuel mula2 hanjalah satu karja besar, jang malahan dilandjutkan
dalan I Radja2. Kesatuan ini njatalah baik dari isi...
SJEMUEL
PENDAHULUAN
Kedua kitab Sjemuel mula2 hanjalah satu karja besar, jang malahan dilandjutkan dalan I Radja2. Kesatuan ini njatalah baik dari isi maupun gaja-bahasanja, meskipun pelbagai bagiannja mempunjai tjoraknja sendiri. Tradisi Hibrani kuno djuga selalu memandangnja sebagai suatu kesatuan. Didalam terdjemahan Junani (k.l. th. 250 sebelum Mas.) kitab tadi dibagi djadi dua bagian jang hampir sama tebalnja, dan agaknja melulu karena alasan2 praktis. Baru dalam abad ke-15 Mas. pembagian itu dimasukkan kedalam naskah Hibrani.
Tambahan pula terdjemahan Junani mempertalikan erat2 kitab Sjemuel itu dengan kedua Radja2. Keseluruhannja dinamakan: "Kitab2 keradjaan2" atau "pemerintahan2", dan di-bagi2" djadi empat djilid tersendiri. Ini diikuti oleh terdjemahan Latin (Vulgata), meskipun Hironimus sendiri mengenal nama Hibraninja dan memakainja sebagai djudul kedua. Tetapi nama "keradjaan2" diubahnja djadi nama jang lebih tepat, jakni Radja2. Hingga sekarang tradisi ini masih diikuti, sehingga kitab2 itu dikutip sebagai: I dan II Radja2 (=I dan II Sjemuel, menurut tradisi Hibrani) dan III dan IV Radja2 (=I dan II Radja 2 menurut kebiasaan umum Hibrani. Terdjemahan2 modern pada umumnja mengikuti kebiasaan Hibrani, hal mana diikuti pula dalam terdjemahan ini.
Nama "kitab2 Sjemuel" ini lebih menurut tradisi daripada tepat. Betul, beberapa lama adalah pendapat Jahudi, jang berdasarkan salah tafsir dari I Twr. 29,29, bahwasanja Sjemuel mendjadi pengarangnja. Tetapi hal ini tidak dapat diterima bagi suatu kitab, jang untuk sebagian besar mentjeritakan kedjadian2 jang terdjadi lama sesudah Sjemuel meninggal. Sjemuelpun bukan tokoh terpenting didalam kitab ini, sehingga kitab tadi boleh diberi namanja, sebagaimana halnja dengan kitab Josjua. Dawud djauh lebih penting didalam kitab ini. Boleh djadi nama Sjemuel dipakai, karena nama Daud sudah dibubuhkan selaku pengarang pada kitab Masmur, sedangkan nama Sjaul, radja jang sudah ditolak itu, tidak dapat digunakan untuk djudul bagi sebuah kitab jang sutji.
Tjeritera kitab Sjemuel muat laporan fragmentaris mengenai periodos, jang berlangsung dari djaman para Hakim -- Sjemuel sendiri diutarakan sebagai jang terachir dari para Hakim, -- sampai dengan achir hidup Dawud, jang kematiannja baru ditjeriterakan dalam I Radja2 (1-2). Kemarian Dawud serta penggantiannja oleh Sulaiman djatuh kira2 dalam tahun 970 seb. Mas. Berdasarkan keterangan2 dari kitab itu sendiri, maka lahirnja Sjemuel pada awal kitab itu, pada masa keimaman 'Eli, djatuh kira2 dalam th. 1070 seb Mas. Dengan demikian kitab Sjemuel melingkupi l.k. satu abad dari sedjarah Israil.
Sedjarah politik dalam abad, jang merupakan latarbelakang kitab Sjemuel itu, agak katjau, namun amat penting djuga bagi perkembangan umat Allah. Daripada kekatjauan besar didjaman para Hakim, waktu suku2 Israil berpidjak tetap ditanah Kanaan masing2 suku berdiri sendiri dengan tiada kesatuan sedikitpun, selain keasatuan keigaman, berkembanglah didjaman jang baru itu suatu negara kesatuan dibawah pimpinan seorang radja. Perubahan susunan pemerintahan ini, jang dari segi kenegaraan merupakan suatu kemadjuan jang njata, terdjadi karena pengaruh pelbagai faktor dari luar. Faktor jang terutama ialah antjaman dahsjat dari pihak orang2 Felesjet, jang malaham membahayakan hidup Israil. Adapun orang-2 Felesjet itu suatu bangsa jang berasal dari Asia Depan. Setelah beberapa kali gagal usahanja untuk menetap dinegeri Mesir, bangsa itu berhasil berpidjak tetap dipantai Palestina, (nama Palestina berasal dari nama orang2 "Felesjet") dimana mereka mendirikan sedjumlah kota kerajaan jang tjukup kuat. Dari Pantai mereka masuk kepedalaman, dimana tak dapat tidak mereka berbentrok dengan suku2 Israil, jang baru menduduki tanah itu, dan itupun belum seluruhnja. Dengan banjak susah pajah suku2 jang masih primitif itu dapat bertahan terhadap orang2 Felesjet jang gagah perkasa dan diorganisir dengan baik itu. Kitab Sjemuel mulai dengan masa perang mati2an itu sedang hebat2nja. Orang2 Felesjet sudah djauh masuknja dan sudah menduduki sebagian besar dari tanah itu dan menaklukkan penduduknja. Terhadap bahaja itu suku Israil membutuhkan persatuan jang kokoh dibawah pimpinan pemerintahan pusat. Dimasa itu pula bangsa2 tetangga Israil jaitu Edom, Moab dan Aram mendirikikan keradjaan2 nasional dan mendapat kekuatan jang tak terkenal hingga itu dari organisasi pemerintahan jang baru. Tidak mengherankan, kalau Israil dipengaruhi djuga oleh tjontoh2 itu (I Sjem.8,5.19.20), meskipun kejakinan keigamannja ikut menentukan susunan keradjaan itu. Israilpun mengorganisir negerinja djadi suatu keradjaan.
Gagasan jang sungguh baru itu diwujudkan setjara lambat-laun, kendati djalannja tjukup tjepat djuga. Dan itupun tidak berdjalan tanpa oposisi, lebih-lebih dari kalangan2 keigaman, jang berdasarkan pendapat keigaman mereka, sukar menerima keradjaan itu. Langkah pertama diambil karena tekanan dari pihak orang2 'Amon, jang memusuhi mereka. Sebagaimana dahulu halnja dengan para Hakim, demikianpun sekarang seorang petani muda dihinggapi langsung oleh roh Allah, untuk menjelamatkan bangsanja. Kalau dulu para Hakim setelah memperoleh kemenangan, segera kembali lagi kepekerdjaannja, dan persatuan sementara dari suku lenjap lagi, maka kali ini Sjaul diproklamir sebagai radja setjara definitif oleh Rakjat, bahkan dengan persetudjuan pihak oposisi, jang diwakili oleh Sjemuel dan jang tidak dapat mentjegah perkembangan itu lagi.
Usaha jang pertama itu menemui kegagalan. Sungguhpun Sjaul berhasil memukul mundur orang2 Felesjet beberapa waktu lamanja dan memperoleh kemenangan2 jang gemilang dalam perang-tanding jang perwira dan dalam pertempuran2 umum, namun ia se-kali2 tidak berhasil mematahkan kekuasaan mereka atau sedikit2nja membatasinja. Lagi pula oposisi dari kalangan2 keigaman bertambah kuat. Achirnja didalam pertempuran jang hebat dipegunungan Gilboa' Israil menderita kekalahan dan Sjaul serta putera2-nja menemui adjalnja. Keadaan politik Israil pada achir pemerintahan Sjaul tidak banjak bedanja dengan keadaan waktu ia mulai tampil kemuka (I Sjem.31).
Namun demikian, Israil tidak mau melepaskan lagi gagasan keradjaan. Suku2 di Utara memaklumkan Isjabaal, putera Sjaul, mendjadi radja, sedangkan Juda menerima seorang pemimpin gerombolan jang populer, jaitu Dawud, sebagai radjanja. (II Sjem. 2,1-10) Kedua keradjaan itu bermusuhan. Tetapi setelah Isjabaal dilikwidir, Dawud berhasil mendapat pengakuan dari semua suku. Persatuan dibawah satu radja dipulihkan. Tetapi tetapla monarchi-rangkap, dan antar ke-dua2nja tiada ikatan dalam jang sesungguhnja.
Kali ini keradjaan berhasil. Dawud tampak sebagai orang jang saleh, sehingga ia berhasil merebut hati pihak oposisi dari kalangan keigaman, untuk menerima kenjataan itu. Ia adalah seorang politikus jang tjerdik, jang tahu membatasi persaingan antar-suku. Ia membuat ibu-kota politik jang baru di Jerusjalem, jang djuga dijadikannja pusat keigamaan jang terpenting; hal mana sudah semestinjalah didalam suasana, dimana negara dan agama dipertalikan dengan amat eratnja. Kantong2 terachir penduduk aseli Kena'an, jang sedikit banjak berdiri sendiri2, diasimilasikan dengan bangsa Israil oleh Dawud. Dengan membentuk angkatan perang jang tetap, jang dapat digunakan sebagai inti didalam mobilisasi umum, Dawud melengkapi keradjaannja dengan alat pertahanan jang kuat, jang disegani pula diluarnegeri. A.l. berkat alat pertahanan jang kuat itu Dawud mentjatat hasil2 jang gemilang dalam politik luarnegerinja. Orang2 Felesjet ditundukkan secara definitif dan sebagian dari wilajah diduduki Dawud, sehingga peranan mereka digantikan samasekali oleh orang2 bani Israil. Sedjumlah negeri tetangga ditaklukkannja dan wilajahnja sendiri sangat diperluas karenanja, sehingga keradjaannja tidak hanja luas, tetapi djuga dikelilingi dengan serentetan negeri2 taklukan, jang melindungi wilajah keradjaannja sendiri. Dibawah pimpinan Dawud Israil mendjadi keradjaan nasional, jang djuga termasjhur didunia internasional. sungguh suatu masa kedjajaan, jang tidak pernah ditjapai lagi sesudah itu. Perkembangan dimungkinkan pula, karena negara2 besar pada waktu itu tidak dapat mengembangkan kekuasaannja. Asjur baru sadja muntjul dan belum merentjanakan perebutan kekuasaan dinegeri2 jang djauh. Mesir terlalu lemah dedalam dan terlalu terbagi, untuk dapat menuntuk hak-haknja jang kuno atas Palestina. Demikianlah Israil karena kearifan Dawud dan karena keadaan2 politik jang menguntungkan, mendjadi keradjaan jang kuat.
Tetapi mendjelang achir hidup Dawud, mulai kelihatanlah kelemahan2nja kedalam. Tjatjat jang terbesar terletak dalam persaingan antara Juda, suku dari Dawud, dan suku2 lainja. Dawud tidak pernah membuat kedua bagian keradjaan mendjadi suatu kesatuan jang kokoh. Keradjaannja tetap berbentuk monarchi rangkap. Kesatuannja hanja bersandar pada diri radja, dan oleh karena itu sangat bergantung dari ketjakapan dan populernja orang jang mendjadi radja. Dan kepopuleran Dawud diutara mengalami kemunduran dimasa pemerintahannja. Pemberontakan Absjalom mendapat pengikut2nja terutama dari suku2 diluar Juda (II Sjem.15), sedang Dawud hanja didukung oleh suku Juda dan daerah-daerah Transjordania (II Sjem. 17). Betul, Dawud berhasil menindas pemberontakan Absjalom serta kelandjutannja dalam pemberontakan seorang-orang dari suku Binjamin, tetapi api itu tidak pernah padam lagi. Sesudah kematian Sulaiman kesatuan Israil petjah setjara definitif, dan mendjadi dua keradjaan jang berdiri sendiri dan sering bermusuhan, tetapi benihnja sudah terdapat dalam masa kegemilangan Dawud (II Sjem.20,1; I Rdj. 12,16).
Latar belakang sedjarah ini lebih tersirat daripada tersurat dalam kitab Sjemuel. Kitab ini tidak begitu memperhatikan hal-ihwal keradjaan, melainkan perbuatan2 orang2 tertentu. Betul, tokoh2 itu memainkan peranan politik jang menentukan, namun lebih dilihat sebagai oknum daripada sebagai tokoh2 kenegaraan. Ada tiga tokoh, jang minta seluruh perhatian dan bahan2 tjeritera dikumpulkan sekitar ketiga tokoh itu, jaitu Sjemuel, Sjaul dan Dawud. Tetapi djelaslah, bahwa Dawud merupakan tokoh jang utama, sedang Sjemuel dan Sjaul dipakai sebagai persiapan dan pendahuluan, dan chususnja Sjaul djuga sebagai kontras terhadap tokoh jang utama. Djelas pula, bahwa kitab ini terbagi atas tiga rangkaian tjerita2 disekitar ketiga tokoh ini; dibubuhi pula dengan tambahan2 mengenai tokoh utama jang menghentikan djalannja tjerita, sampai itu disambung lagi dalam kitab I Radja2.
Bagian pertama (I Sjem 1-7) menjadjikan beberapa keterangan tentang diri Sjemuel. Sebagai akibat dari doa jang dikabulkan, ia dilahirkan dari wanita jang mandul dimasa imam-agung 'Eli. Akan tanda sjukur, maka kanak2 itu dibaktikan kepada ibadah Jahwe dikuilNja di Sjilo, dimana terdapat peti perdjandjian. Disana ia mendapat panggilan sebagai nabi dan memaklumkan kebiasaan keturunan 'Eli, jang anak-anaknja melanggar peraturan2 Jahwe. Hukuman itu dilaksanakan didalam perang dengan orang2 Felesjet. Orang2 Felesjet mengalahkan Israil,d an merampas peti perdjandjian dan menewaskan kedua anak 'Eli. 'Eli sendiri mati mendadak karena ketjelakaan. Kemudian hal-ihwal peti perdjandjian di-tengah2 orang2 Felesjet ditjeritakan. Karena malapetaka, jang rupa2nja ditimpakan atas diri mereka karena peti perdjandjian itu, terpaksalah orang2 Felesjet mengembalikannja ketanahnja jang aseli, jaitu Israil. Jahwe senantiasa nampak lebih kuat daripada dewa2 Felesjet. Achirnja peti perdjandjian itu sampai ke Kirjat-je'arim, kerena Silo agaknja sudah dihantjurkan. Baru kemudian (II Sjem.6) kisah mengenai peti perdjandjian itu dilandjutkan. Bagian pertama ditutup dengan ichtisar tentang kegiatan Sjemuel.
Bagian kedua (ISjem 8-15) dipusatkan pada tokoh Sjaul. Pada achir hidupnja Sjemuel dengan berat hati meluluskan tuntunan rakjat untuk seorang radja. Dengan diam2 ia mengurapi seorang anak petani, jaitu Sjaul, djadi radja Israil jang akan datang. Sjaul bertindak tegas lawan orang2 'Amon. Sesudah itu ia diakui dengan resmi oelh seluruh rakjat sebagai radja jang umum. Sjemuel mengundurkan diri. Dengan hasil jang gemilang Sjaul dengan putera mahkotanja, Jonatan, memerangi orang2 Felesjet. Tetapi Sjaul berlaku kurang setimbang, dan kadang2 terlalu tegas. Berhubung dengan tindakannja terhadap orang2 'Amalek serta radjanja dan ke-sewenang2annja, maka ia berbentrok dengan Sjemuel, bahkan dengan Jahwe sendiri. Ia ditolak sebagai radja.
Bagian ketiga (I Sjem. 16 - II Sjem.1) menjadjikan serentetan tjerita tentang muntjulnja Dawud dan binasanja Sjaul. Dengan diam2 Dawud diurapi Sjemuel djadi radja jang akan menggantikan Sjaul. Dawud bekerdja pada Saul sebagai biduan, tetapi djuga tampil sebagai pemimpin pertempuran jang tjakap dan pedjuang jang berani. Mula2 ia diperlakukan baik2 oleh Sjaul.Tetapi hasil2nja jang gemilang dalam pertempuran dan bertambah populernja menimbulkan tjemburu dan tjuriga pada Sjaul, jang lalu memandangnja sebagai saingan berat bagi tachtanja. Beberapa kali ia, setjara lansung atau tak langsung, mentjoba melenjapkan Dawud, sementara ia sendiri dihinggapi kemurungan, jang makin lama makin mendjadi penjakit. Pertjobaan2nja tidak berhasil. Achirnja Dawud terpaksa melarikan diri, dengan bantuan sahabat karibnja, putera-mahkota Jonatan sendiri. Dawud lolos kegurun, dimana ia mengembara sebagai pemimpin gerombolan. Tetapi disanapun ia di-tjari2 djuga oleh Sjaul, kendati Dawud menundjukkan djuga, bahwa ia tahu menghormati orang urapan Jahwe, dan tidak mau menewaskannja. Terpaksa Dawud menggabungkan diri dengan musuh kawakan Israil, jakni orang2 Felesjet. Tetapi dengan ketjerdikannja jang luarbiasa Dawud pandai bersiasat, untuk tidak melakukan sesuatu jang merugikan kaum sebangsanja dan tidak menguntungkan bagi orang2 Felesjet. Waktu peperangan berketjamuk lagi antara orang2 Felesjet dengan Israil, tjuriga pemimpin2 Felesjet menghalangi, Dawud menepati kewadjibannja sebagai sekutu untuk bertempur bersama2 dengan radja Felesjet lawan bangsanja sendiri. Ketika Dawud berada ditempat lain, terdjadilah pertempuran hebat digunung Gilboa', dan Israil menderita kekalahan. Jonatan dan putera2 Sjaul lainnja gugur, sedang radja membunuh diri. Hukuman atas Sjaul sudah terlaksana dan djalan ketachta terbuka bagi Dawud.
Bagian jang keempat dan terachir (II Sjem.2-20) se-mata2 mengenai Dawud dan keluarganja. Dawud jang sudah popuker dimasa penerintahan Sjauld an mempunjai banjak pengikut di Juda, diakui sebagai radja oleh suku Juda. Ia menetap di Hebron. Berkat kegiatan panglima Abner, maka putera Sjaul mendjadi radja atas bagian terbesar dari Israil. Tetapi kekuatan Isjba'al makin lama makin ter- petjah2 dan pasukannja menderita kekalahan jang hebat di Gibe'on. Karena perselisihan dengan Abner maka kedudukannja sangat terdjepit. Abner mengadakan perundingan dengan Dawud dan mendapat dukungan dari hampir seluruh wilajah Isjba'al. Abner dibunuh oleh Joab, panglima dari Dawud, dengan alasan jang tjurang. Alasannja ialah bela darah, karena Abner telah menewaskan seorang saudara Joab didalam pertempuran. Hampir pada waktu jang sama Isja'baal dibunuh dengan tjara jang kotor. Sedjenak kedudukan Dawud terantjam. Tetapi dengan mendjauhkan diri dengan terang2an dari kedua pembunuhan itu, ia berhasil mendapat dukungan terus dari pengikut2nja dikalangan suku2 Israil. Disanapun ia diakui sebagai radja.
Dawud merebut Jerusjalem dari tangan penduduk aseli dan memindahkan kedudukannja kesana. Peti perdjandjian dipindahkan ke ibukota jang baru. Hal ini mendatangkan berkah Jahwe kepadaNja dalam bentuk nubuat jang mulia oelh Natan, nabi Dawud, tentang abadinja keturunannja. Selintas-pintas lalu diutarakan ekspedisi2 Dawud. Hasilnja ialah diusirnja orang2 Flesjet dan perluasan wilajahnja. Beberapa bangsa tetangga ditaklukkan.
Pasal2 terachir dari bagian keempat ini muat kisah jang pandjang-lebar tentang drama jang terdjadi didalam keluarga Dawud. Kebesaran djiwanja dilukiskan dengan beberapa tjontoh. Tetapi sebaliknja, didalam rangka perang dengan orang2 'Amon, dikisahkan djuga, bagaimana Dawud berdjinah dengan isteri dari salah seorang perwiranja jang setiawan, jaitu Uria. Untuk menjembunjikan djinahnja dan untuk tetap memiliki Batsjeba', maka dengan tjara jang litjik ia menjuruh lenjapkan orang jang mendjadi perintang bagi pelampiasan hawa-nafsunja. Teguran2 nabi Natan menginsjafkan Dawud, sehingga ia bertobat dan bersedia menerima hukuman apapun dari tangan Jahwe. Batsjeba' kemudian melahirkan baginja Sulaiman, jang akan menggantikan dia sebagai radja.
Pelaksanaan hukuman itu terdjadi didalam keluargnja sendiri. Putera sulungnja, Amnon, memperkosa adik tirinja, Tamar. Sikap Dawud agak lemah terhadap kedjahatan ini. Absjalom, puteranja jang lain, membalas dendam sendiri atas adik kandungnja. Amnon dibunuh olehnja. Sesudah itu Absjalom melarikan diri terhadap murka bapaknja. Tetapi beberapa waktu kemudia radja Dawud, atas desakan panglima Joap, mengidjinkan Absalom kembali ke Jerusalem, meskipun ia tidak segera dimaafkan olehnja. Sekali lagi Joab bertjampur tangan. Meskipun alasan2 Joab dalam perkara ini tidak begitu djelas, namun ia berhasil memperdamaikan radja dengan puteranja.
Adapun Absalom mulai bersiasat. Teranglah ia berusaha merebut tachta kerajan. Dawud sgaknja kurang awas. Achirnja Absalom mempermaklumkan dirinja sebagai radja di Hebron, ibukota lama Dawud. Perebutan kekuasaan ini berhasil, karena pemerintahan Dawud agaknja diterima dengan tiada sukahati oleh suku2 diluar Juda, sehingga Absjalom mendapat dukungan kuat dari mereka. Dawud terpaksa lari dari Jerusjalem, hal mana ditjeritakan dengan pandjang lebar. Absjalom menduduki ibukota. Karena siasat salah seorang sahabat Dawud, pengedjaran ditunda, sehingga Dawud mendapat kesmepatan untuk mengerahkan pasukan jang besar didaerah Transjordania. Didalam pertempuran berikutnja Absajlom dan pengikut2nja menderita kekalahan. Absjalom sendiri dibunuh oleh Joab, ketika ia melarikan diri. Dukatjita Dawud waktu menerima kabar itu mengharukan, tetapi tidak pada tempatnja menurut Joab. Kembalinja Dawud ke Jerusjalem ditjeritakan sedjadjar dengan larinja dari sana. Karena pertikaian antara suku Juda dengan suku2 lainnja, maka pemberontakan berketjamuk lagi sedjenak. Joab, jang karena membunuh Absjalom kena murka radja, berhasil menindas pemberontakan itu, tetapi menggunakan kesempatan itu djuga untuk melenjapkan bekas-panglima dari Absjalom, jang ditundjuk Dawud untuk menggantikan Joab sendiri, dan untuk memaksakan dirinja kepada Dawud.
Pasal2 terachir (II Sjem. 21-24) terdiri atas beberapa tambahan, jang mengenai riwajat hidup Dawud, jang tidak mendapat tempatnja dalam kitab itu sendiri dan mungkin berasal dari sumber lain. Ditjeritakan bagaimana keturunan Sjaul ditumpas, hal mana dipandang hukuman atas ingkar sumpah Sjaul. Berikutlah ichtisar tentang pertempuran2 dengan kaum Felesjet dan dua sadjak jang ditaruh dalam mulut Dawud. Kemudian disusul dengan serentetan perbuatan2 kepahlawanan dari anggota2 pasukan pilihan Dawud dengan daftar nama pasukan pilihan itu. Achirnja suatu kisah tentang tjatjah-djiwa, jang diadakah Dawud tapi dihukum dengan wabah sampar. Sebuah mesbah didirikan oleh radja sebagai tanda sjukur atas berhentinja malapetaka itu, jaitu ditempat jang kemudian didirikan Bait Allah.
Namun kesemuanja itu didalam kitab Sjemuel tidak merupakan tjerita jang harmonis djalannja dan baik susunannja. Lebih tepat dikatakan suatu kumpulan tjerita2 jang tjoraknja berlainan dan berasal dari pelbagai sumber. Kitab Sjemuel tidak merupakan keseluruhan jang bulat, melainkan suatu kumpulan tjeritapendek2. Terutama dalam kitab jang pertama tjerita2 ini bertjorak sangat populer dan mirip dongengan rakjat. Beberapa dari antaranja menundjukkan pelbagai tradisi, jang sebagian bertentangan satu sama lain. Maka itu didalam kitab Sjemuel terdapat tidak sedikit tjerita jang sukar untuk diselaraskan, ataupun tjerita- rangkap tentang kedjadian jang satu dan sama djua, jang disampaikan dalam pelbagai bentuk dan oleh karenanja ditjeritakan dua kali. Si penghimpun sering mengambil tjerita2 tanpa banjak perubahan. Terdjemahan kami, entah dalam petundjuk2 ditepi halaman entah didalam tjatatan2 dibawah, kadang2 menundjukkan ketidak-selarasan itu, tetapi tidak semuanja disebutkan. Kisah pandjang tentang keluarga Dawud didalam kitab jang kedua merupakan kesatuan jang lebih besar, dan sudah barang tentu ditulis oleh orang, jang menjaksikan sendiri peristiwa2 itu. Si penghimpun tjerita2 dalam kitab Sjemuel hanja disana-sini sadja mentjoba selaraskan tjerita2 itu, dan djuga disana-sini sadja mengemukakan gagasan2nja sendiri serta tafsiran dari peristiwa2 itu dan mengolah sedikit-banjak bahan2 itu menurut pandangannja sendiri.
Kalau orang mengindahkan tjorak chas kitab ini, dengan sendirinja akan timbul pertanjaan mengenai kebenaran historisnja. singkatnja dapat dikatakan begini. Kebenaran historisnja pada umumnja dan dalam garis besarnja harus diterima, mengingat sangat kunonja bahan2 itu. Sebaliknja tjorak populer dari banjak tjeritanja itu adalah sedemikian rupa, hingga orang tidak dapat memperoleh kepastian sampai hal jang ketjil2, karena kesemuanja itu lebih dipakai sebagai hiasan dan pengungkapan daripada sebagai laporan saksama dari kedjadian2 jang njata, jang ditjeritakan dan lagi pengetahuan jang tepat tentang tokoh2, jang tampil kedepan. Tetapi mengenai hal jang ketjil2 tersendiri tidak dapat diperoleh kepastian jang besar. Itu tergantung dari tjorak chas tjerita2 itu sendiri.
Mengenai pertanjaan, bilamana kitab itu disusun, harus diberi djawaban jang agak berbelit. Sebab sebagaimana halnja dengan banjak kitab Perdjandjian Lama, kitab Sjemuelpun tidak terdjadi sekali djadi. Dapat dan harus diterima, bahwa kitab ini menurut keadaannja sekarang, telah terdjadi dari sedjumlah tjerita2 tersendiri, jang sudah dikumpulkan dalam kumpulan2 ketjil dan sudah tertulis pula. Daripadanjalah achirnja kitab jang sekarang ini disusun. Kadang2 sukarlah menentukan, bagian2 mana sudah ada sebagai kumpulan tersendiri; tetapi bahwasanja kumpulan2 itu ada sukarlah disangsikan. Lebih sukar lagi menentukan, bilamana kumpulan2 tjerita itu mendapat bentuk tertulisnja jang pertama; tetapi sudah teranglah, bahwa beberapa dari antaranya dari djaman kuno dan ditulis tak beberapa lama sesudah terdjadinja peristiwa2 itu sendiri. Dengan lebih saksama dapatlah ditetapkan, bila kitab ini mendapat bentuknja jang sekarang, lepas dari beberapa tambahan ketjil jang disisipkan sesudah kitab ini seluruhnja ada. Menurut pendapat umum para ahli, kitab ini sudah pasti disusun sebelum dynasti Dawud lenjap setjara definitif tahun 587 seb. Mas., karena penjusun kitab ini tidak mengetahui sedikitpun tentang kedjadian itu. Sebaliknja, kitab ini tentulah disusun sesudah perpisahan antara Juda dengan suku2 lainnja, kerena perpisahan itu ber-ulang2 diandaikan. Djadi kitab ini sebagai keseluruhan disusun sesudah perpisahan jang terdjadi pada kematian Sulaiman dalam tahun 931 seb. Mas. Karena didalam kitab ini, lebih2 didalam fasal2 jang ditambahkan oleh si penghimpun sendiri, terdjalin gagasan2 jang menundjukkan pembaharuan agama oleh Josjijahu dan kalangan2 dari kitab 'Ulangtutur, tentulah kitab ini disusun tak berapa lama sebelum pembuangan, djadi sekitar 580 seb.Mas.
Nama para pengarang dari tiap2 bagian maupun dari keseluruhan tidak dapat disebutkan dengan kepastian. Dan melihat terdjadinja kitab ini, maka lebih tepatlah orang berbitjara tentang penghimpun daripada pengarang kitab ini. Mana jang terdjadi bagian pribadi si penghimpun jang terachir, sukarlah ditentukan lebih landjut.
Tjorak keigaman kitab itu djelas. Kitab ini menjadjikan sedjarah bukannja demi untuk sedjarah, tetapi dari sudut keigamaan dan dengan maksud keigamaan, dan lebih memberikan tafsiran tentang sedjarah daripada laporan terperintji dari peristiwa2 politik. Gagasan pokok keigamaan jang mendjadi dasar karja itu seluruhnja ialah terpilihnja Israil. Israil adalah umat Allah, jang karena perdjadjian dengan Jahwe dipilih untuk merupakan keradjaanNja didunia. Kitab ini memberikan suatu kesan dari hal-ihwal keradjaan itu serta kesulitan2nja, hingga keradjaan itu mendapatkan perwudjudannja sementara didalam keradjaan Dawud. Pilihan ini dengan sjarat2nja serta tuntutan2nja dikonkretisir dalam tokoh2 tertentu. Nasib rakjat dan manusia bergantung dari tuntutan2nja. Semua tokoh penting dalam kitab ini dipandang dari sudut itu. 'Eli dan keturunannja adalah imam pilihan Jahwe. Tetapi karena ketidaksetiaan keturunannja akan perintah2 Allah, mereka disingkirkan dan dihukum. Akan gantinja dipilihlah imam-agung lain jang "setiawan". Sjemuel dilahirkan setjara adjaib dan dipilih langsung oleh Jahwe sendiri serta dipanggil mendjadi nabiNja dan pemimpin umatNja. Tetapi anak2 Sjemuel pun tidak setia djuga, sehingga pilihan itu tidak dilandjutkan dalam diri mereka. Sjaul dipanggil dimasa jang amat sulit, untuk mewujudkan keradjaan Jahwe didalam bentuk jang baru, jaitu bentuk keradjaan. Ia adalah radja pilihan, tetapi bukan radja jang berdiri sendiri, jang dapat menentukan sendiri apa jang hendak dilakukannja. Sebaliknja ia hanja mendjadi wakil dari radja Israil jang sesungguhnja, jaitu Jahwe. Sjaul tidak tetap setia. Ia mengutamakan kehendak rakjat diatas kehendak Jahwe, se-akan2 ia radja dan atas kerelaan rakjat, bukannja atas kerelaan Jahwe. Dari sebab itu ia disingkirkan dan Jahwe mentjari penggantinja, jang akan tetap setia kepada kedudukannja sebagai radja thokratis. Dalam diri radja Dawud terwudjud pula keradjaan Allah, meskipun dalam bentuk sementara Dawud adalah seorang manusia, jang berdosa berat, tetapi radja itu tidak pernah lupa, bahwa ia hanja wakil dari Jahwe, jang harus mendengarkan suaraNja, untuk sungguh2 mendjadi radja Israil. Karena pengakuan dari pihak Dawud ini, maka sekali lagi pilihan Jahwe mendjadi kenjataan. Keturunan Dawud seluruhnja dipilih untuk mendjadi wakil dari Allah pada umatNja. Pandangan2 djauh jang besar dimasa jang datang dibukakan; pandangan2 itu menudju keperwudjudan jang terachir dan sempurna dari Keradjaan Allah didunia. Seluruh Perdjadjian Baru penuh dengan penghargaan jang dipertalikan pada keturunan Dawud, untuk menundjukkan bagaimana kesemuanja itu terpenuhi dalam Jesus Kristus, Putera Dawud.
Disamping gagasan jang fundamentil dan mendjadi alas kesemuanja itu, kitab Sjemuel ini sungguh amat kaja akan gagasan2 keigamaan jang luhur, jang djuga terdapat ditempat lain didalam Perdjandjian Lama, dalam bentuk ini atau bentuk itu.
Djika orang ingin menilaikan kitab Sjemuel, djuga sebagai orang Kristen, maka haruslah kitab itu dibatja dengan semangat, jang mendjadi sikap hati si pengarang kitab itu, jaitu dengan sikap hati keigamaan. Betul, kitab Sjemuel penuh dengan tjerita2 jang tegang dan kadang2 menggunakan seni-tjerita jang djitu. Tetapi apabila orang berhenti disitu sadja, maka kitab ini tidak dibatja sebagai sebagian dari Kitab Sutji. Kitab ini mempunjai maksud jang lain djuga, jaitu mampu menjampaikan kabar keigamaan, warta bahwa Allah memanggil dan memilih manusia, dan bahwa manusia harus menjesuaikan diri dengan panggilan serta pilihan itu, dengan mendengarkan suara Allah se-setia2nja. Kalau tidak, manusia akan disingkirkan. Hanja kalau dibatja setjara demikian, maka kitab ini adalah Kitab Sutji sesungguhnja dan tidak diturunkan sebagai batjaan hiburan. Dan djika dibatja demikian sebagai Kitab Sutji, dengan hati jang pertjaja dan terbuka bagi Sabda Allah, maka kitab ini mempunjai nilainja jang tetap dan nilai kekristenan. Didalamnja manusia mendapatkan Allah jang berbitjara dan berbuat, jang memilih dan mengemukakan tuntunan2Nja djustru kepada orang2 pilihanNja.
TFTWMS: 2 Samuel (Pendahuluan Kitab) PENYELESAIAN PERSOALAN DALAM 1 & 2 SAMUEL
"AKU SUDAH BERDOSA"
"Lalu berkatalah Daud kepada Natan: ‘Aku sudah berdosa kepada TUHA...
PENYELESAIAN PERSOALAN DALAM 1 & 2 SAMUEL
"AKU SUDAH BERDOSA"
"Lalu berkatalah Daud kepada Natan: ‘Aku sudah berdosa kepada TUHAN.’ Dan Natan berkata kepada Daud: ‘TUHAN telah menjauhkan dosamu itu: engkau tidak akan mati. Walaupun demikian, karena engkau dengan perbuatan ini telah sangat menista TUHAN, pastilah anak yang lahir bagimu itu akan mati’" (2 Samuel 12:13, 14).
Pembacaan Latar Belakang: 2 Samuel 12:1-23.
Apakah raja Daud pernah merenung ke belakang dan menanyakan dirinya sendiri, "Apakah aku benar-benar telah melakukan semuanya itu?" Meskipun catatan tentang iman dan pengabdiannya terlihat sempurna dibandingkan dengan pelanggarannya, namun Daud tidak bisa menyangkal kerusakan parah yang ditimbulkan oleh tindakannya itu.
Sepertinya di luar pemikiran kita bahwa gembala dari yang Mahatinggiini,penggubahmusikyangbegituindahini,penyair mazmur yang begitu bijaksana ini, raja ini, … negarawan yang begitu adil di dalam pemerintahannya, bisa dengan tiba-tiba tenggelam ke dalam lubang pembunuhan berdarah diingin, suram, dan terencana. Kenyataannya ia melakukannya!1
Dengan mudah kita bisa menyebutkan satu-persatu dosa Daud. Dalam persekongkolannya untuk menutupi dosanya itu, ia terlibat dalam perzinahan, mengambil isteri orang lain, dan membunuh suaminya. Karena Daud, maka nama Allah dihujat orang. Di bawah hukum Musa, masing-masing dosa itu mengandung hukuman mati (Imamat 20:10; 24:16, 17). Selain itu, ia juga menginginkan milik sesamanya dan berdusta. Secara keseluruhan, ia setidaknya sudah melanggar empat dari Sepuluh Perintah, hukum moral yang membentuk dasar hubungan perjanjian antara Allah dan umat pilihan-Nya.
Memang mudah bagi orang berdosa—apakah Daud atau Anda atau saya—untuk membayangkan bahwa lambat-laun waktu akan menutupi dosa. Orang berdosa boleh jadi terperdaya, sebab setelah kita berbuat dosa kehidupan seharihari kita biasanya akan kembali normal dengan cukup cepat. Beberapa hari setelah kematian Uria, persoalan Daud kelihatannya telah beres.
Daud menikmati terus keberhasilannya. Pasukan Israel, di bawah pimpinan Yoab, akhirnya berhasil mengalahkan bani Amon di Raba. Kehamilan Batsyeba berjalan normal. Akhirnya, ia melahirkan seorang anak laki-laki bagi Daud. Kehidupan tampaknya berjalan normal, tetapi sesungguhnya tidak begitu.
Rakyat tidak lupa. Betapa bodohnya Daud yang mengira rakyat Israel tidak mengetahui apa yang telah terjadi antara dia dan Batsyeba! Meskipun Daud menikahi Batsyeba, kita bisa membayangkan bagaimana gosip berlanjut terus di tengah-tengah rakyat itu. Berapa besarkah Daud kehilangan rasa hormat dan rasa sayang dari rakyatnya oleh karena perbuatannya itu? Bahkan yang lebih penting, berapa besarkan Allah kehilangan rasa hormat dari rakyat itu?
Semua musuh Daud tidak lupa. Mereka membicarakan dan mengolok-olok perbuatan Daud. Mereka melihat bukti bahwa iman Daud kepada Allahnya tidak berpengaruh terhadap perbuatannya. Daud bertindak seperti orang yang tidak mengenal Allah. Tidak ada yang menghujat nama Allah seperti halnya kelakuan munafik (Roma 2:24).
Kita mungkin bisa memastikan bahwa Daud tidak lupa. Kitab Mazmur membolehkan kita melihat ke dalam penderitaan mental dan fisiknya. Bagaimana emosinya pernah tercabik-cabik dan ingatan akan dosa membuat dia sangat menderita! Bahkan kelembutan dan kasih terhadap anak laki-lakinya yang baru lahir selalu diimbangi oleh perasaan bersalah atas kematian Uria yang mengerikan itu. Emosi pikiran Daud, dan hati nuraninya menjadi pahit dan tercabik-cabik oleh ingatan akan dosanya. Mungkin ia mencari kesenangan dan berusaha melupakannya dengan makanan, minuman, atau bahkan kasih bagi keluarganya yang baru; namun Daud tidak bisa lupa.
Yang paling penting, Allah tidak lupa. Reaksi Allah terhadap segala perkara itu ditulis dalam perkataan yang singkat dan tepat: "Tetapi hal yang telah dilakukan Daud itu adalah jahat di mata TUHAN" (2Samuel 11:27). Meskipun setahun telah berlalu, Allah tetap tidak lupa. Tuhan atas angkasa dan waktu itu tidak terikat oleh hari, bulan, atau tahun (2Petrus 3:9).
Kita bisa mengaitkan hal itu dengan Daud. Mereka yang telah mengenal parahnya dosa bisa ikut merasakan perasaan dan siksaan yang Daud alami. Di dalam dia kita bisa menemukan peringatan. Kita hanya perlu memandang Daud untuk memahami kengerian atas perbuatan salah.
KUASA DOSA
Salah satu pemandangan alam yang paling mengesankan, menakjubkan adalah Air Terjun Niagara. Sewaktu saya berkunjung ke situ, saya bukan hanya merasa kagum dengan air terjun itu sendiri, tetapi juga dengan Sungai Niagara di atasnya. Dari tempat untuk memandang, saya bisa melihat jauh sungai yang berada di belakang air terjun itu. Pada beberapa tempat di sepanjang sungai itu terdapat beberapa perahu nelayan. Saya yakin bahwa para nelayan itu sudah tahu bahwa mereka tidak boleh terlalu dekat ke Air Terjun Niagara itu. Mereka sudah tahu bahwa di luar teampat-tempat tertentu di sungai itu, motor perahu yang paling kuat sekalipun tidak akan bisa melawan arus sungai itu. Berperahu melampaui tempat itu akan memastikan kedatangan maut oleh karena jatuh menimpa bebatuan di bawah air terjun itu. Dosa bekerja dengan cara yang sama seperti itu. Orang tidak boleh terlalu dekat dengan pencobaan sebelum langkahnya itu benar-benar menjadi dosa. Dosa memiliki kekuatan yang sangat menarik hati.
Dietrich Bonhoeffer mengingatkan kita bahwa orang Kristen tidak kebal terhadap kekuatan dosa:
Di dalam anggota tubuh kita ada kecenderungan yang pasif terhadap keinginan yang tiba-tiba dan dahsyat … Begitulah hawa nafsu yang bangkit membungkus pikiran dan kehendak manusia di dalam kegelapan yang paling dalam. Kita kehilangan kekuatan untuk membuat perbedaan yang jelas. Keputusan moral menjadi sulit. Oleh sebab itu, Alkitab mengajar kita untuk menjauhkan diri pada waktu pencobaan daging datang: "Jauhkanlah dirimu dari percabulan!" (1Korintus 6:18) … Tidak ada perlawanan terhadap Iblis selain menjauhkan diri dari dia. Setiap pergumulan melawan hawa nafsu dengan kekuatan sendiri ditakdirkan gagal.2(Huruf miring oleh saya.)
DOSA ITU MEMPERDAYA
Dosa memperdaya kita dengan anggapan bahwa satu perbuatan dosa yang hanya "sedikit" saja tidaklah apa-apa. Hal itu membuat kita percaya bahwa kita bisa berbuat dosa, menjauhi dosa, dan jangan pernah biarkan dosa mempengaruhi kita lagi. Kita harus jangan pernah lupa bahwa Iblis adalah pendusta! Yohanes 8:44 berkata,
Iblislah yang menjadi bapamu dankamuinginmelakukan keinginan-keinginanbapamu.Iaadalahpembunuhmanusiasejak semuladantidakhidupdalamkebenaran,sebabdidalamdiatidak adakebenaran.Apabilaiaberkatadusta,iaberkataataskehendaknya sendiri,sebabiaadalahpendustadanbapasegaladusta.
Apakah Daud mengulang kembali dosanya dengan Batsyeba? Kita tidak diberitahu. Bahkan jika ia tidak mengulanginya, dosanya yang sekali itu cukup untuk membawa dia kepada tindakan menjijikkan lainnya yang bertumpuk. Selain dosa-dosanya yang lain itu adalah kemunafikannya dalam meratapi kematian Uria dan perasaan kasihannya yang pura-pura dengan cara menikahi Batsyeba. Semua pelanggaran itu berawal dari satu tatapan yang tidak terkendali.
Dosa menjanjikan kenikmatan tetapi mendatangkan maut: "Sebab upah dosa ialah maut; .…" (Roma 6:23). Satu perbuatan dosa bisa memicu rentetan kejadian yang tidak bisa dihentikan; seperti membuka kotak Pandora, tindakan itu bisa memicu rantai peristiwa yang tidak bisa diubah. Dosa memperdaya kita dengan anggapan bahwa kita lebih kuat daripada diri kita yang sebenarnya.
DOSA MENIMBULKAN BANYAK DALIH
Seseorang tidak boleh menatap lama-lama wajah dosanya tanpa mengambil tindakan apa pun juga. Kita bisa menduga bahwa Daud berusaha membenarkan dosanya. Ia berdalih, "sebab sudah biasa pedang makan orang ini atau orang itu" (2Samuel 11:25). Mungkin ia berpikir bahwa bagaimanapun juga Uria akhirnya akan terbunuh dalam pertempuran. Mungkin Daud membandingkan dirinya dengan raja-raja lainnya. Bisa saja ia berpikir, "Saya tidak seburuk orang penyembah berhala. Raja penyembah berhala akan langsung membunuh Uria atau mengambil Batsyeba tanpa bertanya lagi." Mungkin ia berusaha untuk menenangkan hati nuraninya dengan tindakan berikutnya: "Aku melakukan hal yang baik," pikir Daud. "Selain itu, aku menikahi dia." Mengapa kita harus menduga bahwa Daud berpikir seperti itu? Sebab kita sering memakai banyak dalih yang sama. Namun begitu, pemikiran seperti itu hanya memuaskan pikiran mereka yang bersalah.
Manusia di zaman kini nyaris melenyapkan kesadaran bahwa dosa merupakan suatu kekuatan di dalam kehidupan manusia. Kita telah melakukan hal itu dengan mengubah standar moralitas yang utama. Kita sudah merubah beberapa nama yang kita sebut dosa. Beberapa orang bahkan sangat berdalih-dalih sehingga dosa itu sepertinya lenyap begitu saja. Sedikit mengherankan bahwa psikiater terkenal Karl Menninger mengejutkan banyak orang terpelajar dengan menerbitkan bukunya Whatever Became of Sin? Di dalamnya ia menunjukkan bahwa dosa tidak hilang hanya karena kita mengubah namanya dari "dosa" menjadi "kejahatan." Ia menunjukkan bahwa psikoanalisis bisa membantu meringankan beban kesalahan tetapi tidak pernah bisa mendatangkan pengampunan.
Pada kenyataannya, hanya ada satu cara untuk mengatasi dosa. Daud sudah mempelajari jalan itu:
Dosaku kuberitahukan kepada-Mu dan kesalahanku tidaklah kusembunyikan; aku berkata: "Aku akan mengaku kepada TUHAN pelanggaran-pelanggaranku," dan Engkau mengampuni kesalahan karena dosaku. Sela (Mazmur 32:5).
Kajian kita sudah memperlihatkan sifat dosa yang bergerak-maju Jika gerak-maju dosa tidak bisa dihentikan sebelum niat berbuat dosa berkembang, maka dosa harus dihentikan sebelum kesempatan untuk berbuat dosa timbul. Jika kesempatan datang, dosa masih bisa ditolak dan dikalahkan. Bahkan jika orang yang dicobai itu berbuat dosa, harapan tetap ada. Allah sanggup dan bersedia untuk mengampuni anak-anak-Nya.
Orang jangan menunda-nunda untuk mencari pengampunan Allah. Kasih akan dosa bisa mengeraskan hati, membuat hati menjadi begitu tidak berperasaan sehingga tidak bisa disentuh lagi bahkan oleh kebaikan dan teror dari Allah. Hati nurani manusia bisa menjadi begitu hangus sehingga ia tidak bisa lagi percaya bahwa ia bersalah. Betapa bersyukurnya kita seharusnya sebab Daud tidak pernah mencapai tingkatan itu!
Harapan kita untuk menjauhkan diri dari dosa harus ditemukan dalam pengetahuan ini bahwa dosa tidak harus menjadi majikan kita. Kita bisa memenangkan pertempuran dengan Iblis melalui dua janji yang murah hati dari Allah:
Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya (1Korintus 10:13).
Pertama, Allah berjanji bahwa kita tidak akan mengalami pencobaan apa saja yang lebih besar daripada yang sanggup kita atasi. Kedua, Ia telah meyakinkan kita bahwa Ia akan menyediakan jalan ke luar untuk menolong kita di dalam upaya kita menjauhkan diri dari dosa. Allah akan membuat kita cukup kuat untuk menanggung dan mengatasi dosa.
KESALAHAN ADALAH BEBAN SORGAWI
Sekitar setahun telah berlalu setelah perbuatan Daud yang penuh dosa itu. Mungkin berlalunya waktu sedikitnya bisa meredakan penderitaannya. Ia sadar, setidaknya, bahwa Allah belum membunuh dia. Kemungkinan besar, bayangan Uria yang sudah mati tidak lagi menghantui Daud sesering sebelumnya.
Sebelumnya Daud memang pernah berbuat dosa, tetapi ia tidak berdosa dengan cara ini. Bahkan setelah setahun berlalu, hati nurani Daud tetap aktif. Hal ini bisa dilihat di dalam mazmur pertobatan yang secara tradisional dianggap berasal dari dia (Mazmur 32; 38; 51; 143).
Kita harus jangan mengabaikan nilai hati nurani, meskipun hal itu sering disalahpahami. Hati nurani adalah bagian dari struktur kejiwaan kita dan pemberian Allah, untuk menjaga kita dari berbuat dosa atau dari tetap tinggal di dalam dosa.
Hati nurani yang dilatih dengan benar tidak datang sejak lahir. Hati nurani itu harus secara moral dididik untuk bisa melihat perbedaan benar dan salah. Hati nurani penting sekali untuk dididik dengan benar. John Knox, seorang tokoh reformasi dari Skotlandia, kadang-kadang suka menjelaskan isi Kitab Suci kepada Ratu Mary. Pada salah satu kesempatan, Ratu berkata kepada dia, "Hati nuraniku tidak berkata begitu." Knox menjawab, "Madam, hati nurani memerlukan pengetahuan." Dalam nada yang sama, Martin Luther membela dirinya dan pengajarannya di Diet of Worms pada 1521: "… hati nuraniku tetap terpaut kepada firman Allah .…" Rasa bersalah yang menusuk hati nurani harus jangan pernah dianggap sepi atau diabaikan.
Peranan rasa bersalah adalah sangat penting. Semua orang sesat sebaiknya melihat nilai dari rasa bersalah mereka. Allah memaksudkan rasah bersalah ini untuk mendorong orang berdosa bertobat.
Ketika menghadapi rasa bersalah, kita memiliki pilihan. Rasa bersalah, hampir seperti lampu merah yang muncul di dasbor mobil, yang merupakan peringatan bahwa ada sesuatu yang tidak beres. Kita bisa mengabaikan lampu peringatan itu dan melanjutkan mengemudi sampai mesinnya mati sendiri, atau kita bisa mengambil palu dan memecahkan lampu itu. Jelas sekali, menemukan permasalahannya dan segera memperbaiki-nya adalah jauh lebih baik.
Rasa bersalah bisa diperlakukan dengan cara seperti itu. Kita bisa mengabaikannya sampai rasa bersalah itu tidak mengganggu kita lagi. Hal ini kadang-kadang dilakukan dengan mendefinisikan kembali masalah benar dan salah: "Mungkin pada akhirnya dosa itu tidak begitu jahat .…" Orang bisa saja menyangkal dosa pribadi, menyalahkan orang lain atas perbuatan salahnya, bahkan menyalahkan Allah. Terlepas cara salah yang manakah yang orang itu tempuh untuk menangani rasa bersalahnya, harganya tetap terlalu mahal untuk dibayar.
Meskipun beberapa orang mengabaikan sengatan hati nurani mereka, beberapa orang ada yang sedang memikul beban yang semu. Kita hanya harus menderita atas kesalahan yang nyata. Beban rasa bersalah dan akibatnya adalah sama, terlepas kesalahan itu nyata atau semu. Rasa bersalah yang semu adalah rasa bersalah atas dosa yang sudah diampuni. Jika kita bertobat dari dosa-dosa kita, Allah adalah setia untuk mengampuni kita oleh sebab pengorbanan Kristus dan penyerahan kita kepada Dia (1Yohanes 1:8-10). Kita harus hidup merdeka dalam Kristus dan dalam damai sejahtera dengan Dia.
Seorang pemberita injil pernah bercerita tentang seorang wanita yang datang ke ruang kerjanya untuk minta nasihat. Wanita itu meminta dia untuk berdoa kepada Allah supaya mengampuni satu dosanya di masa lalu. "Saya tidak bisa melakukan hal itu," jawab dia. "Mengapa bapak tidak mau berdoa bersama saya untuk pengampunan dosa saya?" tanya wanita itu. "Karena" jawab dia, "engkau telah mengakui dosa itu tahun lalu, dan kita sudah berdoa bersama dan meminta Allah untuk mengampunimu. Jadi sekarang tidak perlu berdoa kepada Allah tentang hal itu lagi. Allah tidak akan tahu apa yang kita sampaikan." Seraya kita bertumbuh secara rohani, kita harus lebih baik dalam memahami bahwa Allah itu mengampuni dan melupakan.
KESIMPULAN
Satu-satunya cara benar untuk menangani dosa dan rasa bersalah adalah dengan cara yang akhirnya Daud pelajari. Ia mengakui dosanya kepada Allah dan orang lain. Ia berusaha melakukan ganti rugi terhadap mereka yang pernah ia lukai. Barulah ia kemudian bisa menerima pengampunan yang Allah berikan kepada dia. Cengkeraman dosa bisa dipatahkan—hanya dengan penyerahan diri.
TFTWMS: 2 Samuel (Pendahuluan Kitab) PENYELESAIAN PERSOALAN DALAM 1 & 2 SAMUEL
"AKU MENGHADAPI REALITAS DOSAKU"
"Lalu berkatalah Daud kepada Natan: ‘Aku sudah berdos...
PENYELESAIAN PERSOALAN DALAM 1 & 2 SAMUEL
"AKU MENGHADAPI REALITAS DOSAKU"
"Lalu berkatalah Daud kepada Natan: ‘Aku sudah berdosa kepada TUHAN.’ Dan Natan berkata kepada Daud: ‘TUHAN telah menjauhkan dosamu itu: engkau tidak akan mati. Walaupun demikian, karena engkau dengan perbuatan ini telah sangat menista TUHAN, pastilah anak yang lahir bagimu itu akan mati’" (2 Samuel 12:13, 14).
Pembacaan Latar Belakang: 2 Samuel 12:1-25; Mazmur 51.
Kehidupan Daud menggambarkan suatu kenyataan yang menyenangkan: Allah tidak dengan segera atau dengan mudahnya menyerah terhadap hamba-hamba-Nya.1Kepada Yunus, nabi-Nya yang enggan pergi, Allah mengirim seekor ikan besar supaya Yunus kembali melayani. Seekor ayam jantan dipakai sebagai alat-Nya untuk mengingatkan Petrus akan dosanya. Dalam penyediaan-Nya, Allah juga bekerja untuk mendapatkan kembali Daud, hamba-Nya. Meskipun Daud sudah berbuat dosa dengan sangat menyedihkan sekali, namun Allah tahu bahwa hati Daud lembut dan terbuka bagi teguran Allah. Lalu Allah mengutus Natan, hamba-Nya, untuk menyadarkan Daud dan untuk menghadapi realitas dosanya.
Orang yang menghadapi dan menegur Daud tentunya orang yang berani. Natan dipilih oleh Allah untuk menangani Daud dan menghadapi kemungkinan amarahnya. Pertemuan seperti itu bukanlah masalah ringan, sebab Daud adalah raja yang memerintah secara mutlak! Bentuk rasa takut apa saja dalam diri Natan diatasi dengan iman kepada Allah dan kasih untuk Allah dan Daud.
MELIHAT DOSA KITA SEPERTI ALLAH MELIHATNYA
Daud mengetahui dengan baik kesalahan dan dosanya. Namun begitu, Natan menyatakan kesalahan dan dosa Daud itu dengan cara pandang yang berbeda.
Dalam perkataan Natan itu, Daud melihat lebih banyak hal daripada dosa-dosanya sendiri. Ia juga melihat dirinya sebagaimana Allah melihat dia. Perumpamaan Natan menyentuh hati raja gembala itu. Natan menceritakan kepada Daud kisah dua kambing domba milik orang miskin yang diambil oleh tetangganya yang kaya dan yang dengan rakusnya disembelih (2Samuel 12:1-4). Ketika kemarahan Daud terhadap tetangga yang serakah itu menggelegak, Natan membiarkan Daud untuk melihat dirinya sendiri. Natan berkata, "Engkaulah orang itu!" (2Samuel 12:7a). Seraya Natan mengutip perkataan Allah Israel, Daud mendengar ucapan terilham yang berisi tingkatan hukuman dosanya (2 Samuel 7b-12).
Tindakan Daud telah memperlihatkan dosanya yang paling besar—keakuan. Ia membiarkan sifat manusiawinya mengalahkan sifat rohaninya. Akhirnya Daud mengerti bahwa keakuannya itu telah membuat dia berdosa terhadap kepercayaan yang diberikan oleh teman dan bangsanya. Meskipun begitu, ia tahu bahwa pertama-tama ia telah berdosa terhadap Allah.
Ia tidak bisa lagi memaafkan dirinya dengan pikiran, "Tidak seorang pun yang benar-benar terluka .…" Besarnya keakuannya itu terlihat di dalam sikapnya yang tidak berterima kasih terhadap kebaikan dan kemurahan Allah. Allah telah memberi Daud kerajaan dan semua isteri Saul (2Samuel 12:8). Dengan berkat yang banyak itu, Daud masih tetap belum puas. Ia lalu mengambil isteri orang lain.
Betapa kita juga membutuhkan pengetahuan yang sama ini tentang diri kita! Kita merasakan adanya gosip, kesombongan, dan keserakahan di dalam hidup kita dan ingin sekali semua perasaan itu bisa diganti dengan dedikasi yang lebih besar kepada Allah. Di balik keinginan ini, di balik pengakuan dan doa yang diulang-ulang, kita sering tetap terikat oleh dosa-dosa itu. Kemungkinan hal itu disebabkan oleh cara penanganan kita terhadap dosa yang tidak menyentuh akar dosa itu sendiri. Akar dosa di dalam diri manusia adalah keakuan. Dosa inilah, yang tercermin dalam ketamakan, merupakan dasar kejatuhan Adam.
Ketamakan disebut paling akhir di dalam Sepuluh Perintah (Keluaran 20:17) bukan karena ketamakan itu kurang penting. Sebaliknya, ketamakan disebut terakhir sebab ketamakan merupakan akar utama bagi segala dosa, berfungsi sebagai pondasi bagi dosa-dosa lainnya. Keakuan, yang mengungkapkan dirinya sebagai ketamakan, mendorong terjadinya pelanggaran terhadap perintah-perintah lainnya. Jika kita bisa belajar mengendalikan ketamakan, kita bisa menemukan kekuatan untuk menaati perintah yang lainnya.
Daud akhirnya melihat dirinya sendiri sebagai penyebab dari dosanya. Ia tidak bisa lagi menyalahkan dosanya itu kepada perubahan perintah di dalam pasukan Israel atau ketidaksenonohan Batsyeba. Ia melihat dirinya sendiri sebagai penyebabnya.
Mazmur 51 berisi pengakuan Daud di muka umum atas dosanya itu:
Kasihanilah aku, ya Allah, menurut kasih setia-Mu, hapuskanlah pelanggaranku menurut rahmat-Mu yang besar! Bersihkanlah aku seluruh nyadari kesalahanku, dan tahirkanlah aku dari dosaku! Sebab aku sendiri sadar akan pelanggaranku, aku senantiasa bergumul dengan dosaku. Terhadap Engkau, terhadap Engkau sajalah aku telah berdosa dan melakukan apa yang Kauanggap jahat, supaya ternyata Engkau adil dalam putusan-Mu,bersih dalam penghukuman-Mu. Bersihkanlah aku dari pada dosaku dengan hisop,maka aku menjadi tahir, basuhlah aku, maka aku menjadi lebih putih dari salju! Biarlah aku mendengar kegirangan dan sukacita, biarlah tulang yang Kau remukkan bersorak-sorak kembali! Sembunyikanlah wajah-Mu terhadap dosaku, hapuskanlah segala kesalahanku! Jadikanlah hatiku tahir,ya Allah,dan perbaharuilah batinku dengan roh yang teguh!Janganlah membuang aku dari hadapan-Mu, dan janganlah mengambil roh-Mu yang kudus dari padaku! Bangkitkanlah kembali padaku kegirangan karena selamat yang dari pada-Mu, dan lengkapilah aku dengan roh yang rela! Maka aku akan mengajarkan jalan-Mu kepada orang-orang yang melakukan pelanggaran, supaya orang-orang berdosa berbalik kepada-Mu. Lepaskanlah aku dari hutang darah, ya Allah, Allah keselamatanku, maka lidahku akan bersorak-sorai memberitakan keadilan-Mu! Ya Tuhan, bukalah bibirku,supaya mulutku memberitakan puji-pujian kepada-Mu!Sebab Engkau tidak berkenan kepada korban sembelihan; sekiranya ku persembahkan korban bakaran, Engkau tidak menyukainya. Korban sembelihan kepada Allah ialah jiwa yang hancur; hati yang patah dan remuk tidak akan Kau pandang hina, ya Allah (ay. 3-17).
Dalam enam ayat pertama, Daud memakai kata ganti orang sebanyak empat belas kali. Ia bicara tentang "pelanggaranku"; "kejahatanku"; "dosaku." Ketika dosa kita menjadi bersifat pribadi, maka kita bisa mulai memandang rendah dan meninggalkan dosa itu.
PENGAKUAN DAN PERTOBATAN
Pengakuan Daud berjalan cepat, singkat-tepat, dan langsung: "Aku sudah berdosa .…" (2Samuel 12:13). Ia tidak berusaha mensyaratkan pengakuannya dengan perkataan, "Jika aku sudah berdosa, .…" Ia tidak memperkecil kesalahannya atau mengelak dari tanggung jawabnya. Pengakuan Daud timbul dari hati yang hancur.
Suatu kajian atas Kitab Suci menunjukkan bahwa Daud bukanlah satu-satunya orang yang pernah mengucapkan perkataan "Aku sudah berdosa." Firaun, Bileam, Saul, dan Yudas pernah menggaungkan perkataan itu (Keluaran 9:27;
Bilangan 22:34; 1Samuel 15:24; 26:21; Matius 27:4). Namun begitu, ada perbedaan yang sangat penting antara pengakuan orang-orang itu dan pengakuan Daud dan pengakuan anak yang boros dalam Lukas 15. Daud kembali kepada Allah seperti anak yang boros lembali ke ayahnya, tanpa ragu-ragu dan dalih. Keduanya meminta kemurahan hati dan bersedia menerima penghakiman—apapun jadinya—selama mereka boleh kembali kepada persekutuan yang dulu pernah mereka nikmati (Mazmur 51:11; Lukas 15:19).
Baik Daud maupun anak yang boros itu tidak menghitung dosa-dosa tertentu mereka secara terperinci. Namun itu tidak berarti pengakuan tidak dibutuhkan, sebab dengan bersikap khusus kita bisa mengenali pelbagai kegagalan, kelemahan, dan pelanggaran kita yang nyata.
BERDOA KEPADA ALLAH
Ada sedikit hal yang bisa lebih mengungkapkan karakter seseorang daripada doanya. Kita banyak melihat isi hati Daud di dalam catatan doanya yang mengakui dosanya dan meminta pengampunan Allah. Di dalam permohonan itu, kita melihat dia sebagai "seorang yang berkenan di hati-Nya" (1Samuel 13:14). Di dalam doanya itu kita melihat satu contoh bagi permohonan pengampunan kita sendiri.
Doa Daud mengakui besarnya akibat dari apa yang sudah ia lakukan. Ia melihat dosanya bukan hanya sebagai "hubungan yang penuh arti," "kelemahan daging," atau "tindakan yang tidak bijaksana." Di dalam Mazmur 51 ia menggunakan tiga istilah untuk menggambarkan dosanya.
Pertama, ia menyebutnya "pelanggaran" (ay. 1), yang artinya "secara sengaja melangkahi batas tanah milik, masuk tanpa izin." Daud mengaku bahwa ia sudah melangkah ke tempat yang seharusnya tidak boleh ia masuki.
Kedua, ia mengatakan dosanya sebagai "kejahatan" (ay. 2a). Berbuat kejahatan sama dengan melanggar standar yang baku. Perzinahan dan pembunuhan adalah dilarang di dalam Sepuluh Perintah. Daud tidak bisa mengaku bahwa ia bodoh; ia tahu bahwa perbuatannya itu penuh dosa.
Ketiga, ia mengatakan kegagalannya sebagai "dosa" (ay. 2b). Kata ini artinya "tidak mengenai sasaran." Kata itu mengandung gagasan melepaskan anak panah ke suatu sasaran namun tidak kena, atau tersesat dari jalan yang lurus. Seperti domba yang sesat, Daud telah meninggalkan sang Gembala yang sedang berusaha untuk membimbing dia ke dalam jalan kebenaran (Mazmur 23:3).
Semua ketiga macam dosa itu ada di dalam dunia kita sekarang ini. Dosa bukan hanya melanggar perintah langsung Allah (1Yohanes 3:4). Dosa juga merupakan kegagalan untuk hidup sesuai dengan standar Allah (Roma 3:23). Mungkin yang lebih menyolok adalah kegagalan kita untuk hidup sesuai dengan pelbagai kesempatan dan kewajiban kita (Yakobus 4:17). Dalam segala sisinya, dosa merupakan kenyataan saat kini. Selama orang tidak bersedia untuk mengakui besarnya kejahatan dosanya dan pelbagai akibatnya yang memungkinkan, maka pengakuan dosa akan selalu menjadi persoalan.
Daud mendasarkan harapannya akan pengampunan pada tiga sifat Allah. Daripada membela ketidakbersalahan-nya atau mencoba untuk membenarkan kesalahannya, ia malah memohon tiga sifat ilahi: kasih karunia Allah, kasih setia-Nya. dan rahmat-Nya yang besar (ay. 1). Semua itu merupakan dorongan bagi Daud untuk bertobat dan pijakannya untuk jaminan di masa depan.
Dalam cara yang serupa, kita bisa mendasarkan harapan dan jaminan kita hanya pada perbuatan Kristus yang sempurna di kayu salib. Kita tidak akan pernah mendapatkan pengampunan berdasarkan usaha kita apa saja untuk hidup sempurna. Perasaan penulis pujian berikut ini haruslah menjadi perasaan kita juga:
Tanganku tidak membawa apa-apa, Yang kupegang teguh hanya salib saja, A.M.Toplady Sebagaimana adaku! tanpa permohonan, Namununtukkudarah-Mutelahdicurahkan, Dan Engkau memintaku datang kepada-Mu, O Domba Allah, Aku datang! Aku Datang! Charlotte Elliott
MENERIMA PENGAMPUNAN ALLAH
Dalam Mazmur 51, Daud juga dalam tiga cara bicara tentang pengampunan. Permintaannya yang pertama adalah "… hapuskanlah pelanggaranku" (ay. 1). Tinta yang digunakan oleh penulis zaman dulu tidaklah mengandung asam. Jadi mungkin sekali untuk menghapus seluruh halaman hanya dengan sepon basah. Daud meminta Allah untuk memperlakukan dosanya dengan cara itu.
Selanjutnya, Daud berkata, "Bersihkanlah aku seluruhnya dari kesalahanku" (ay. 2a). Artinya lebih daripada sekedar mencelupkan atau merendam. Bahasa aslinya mengandung gagasan tentang bagaimana seorang perempuan membawa pakaian kotor keluarganya ke sebuah sungai atau anak sungai. Ia lalu akan mencelupkan dan merendam pakaian itu dan kemudian menyikat, mengucek, memukul-mukulkan ke batu supaya bersih. Cara itu menggambarkan bahwa pembersihan diri kita oleh Allah mungkin tidak berlangsung mudah. Meskipun Daud diampuni, ia juga menanggung akibat pribadi yang sangat besar atas dosanya.
Akhirnya Daud menulis, "tahirkanlah aku dari dosaku!" (ay. 2b). Kata yang diterjemahkan "tahir" adalah kata yang dipakai dalam upacara pentahiran penyakit kusta (Imamat 13:6). Daud melihat dosanya seperti kusta rohani yang memisahkan dia dari Allah. Dosa itu pada akhirnya akan menjadi fatal, dan dosa itu hanya bisa ditahirkan oleh Allah. Dalam ritual ini digunakan juga hisop. Ungkapan "bukalah bibirku" dalam ayat 15 mungkin mengacu kepada dibukanya penutup bibir-atas orang kusta ketika ia dinyatakan tahir.
Daud mengenali kejahatan sesungguhnya yang ditimbulkan oleh dosanya. Dosanya merupakan dosa terhadap Allah (Kejadian 39:9). Memang benar bahwa ia telah berdosa terhadap Uria, Batsyeba, dan seluruh bangsa Israel. Namun begitu, dalam suatu pengertian tertentu, semua dosa adalah melawan Allah, sebab dosa bersifat menyerang Dia (Habakuk 1:3).
Karena Daud merupakan mahkamah agung negeri itu, maka dosa Daud adalah dosa yang unik yang melawan Allah. Ia telah mendengar banyak kasus yang sangat rumit yang orang lain tidak bisa putuskan. Jika raja berbuat dosa, tidak ada pengadilan untuk mengadili kasusnya, dan ia harus bertanggung jawab kepada Allah sendiri. Daud, sang hakim, yang mendapatkan dirinya sendiri tanpa daya di hadapan Hakim Agung, memohon kemurahan hati.
Bagi Daud tingkatan dosanya itu akhirnya menjadi jelas. Beberapa orang ada yang menyalahpahami ayat 5: "Sesungguhnya, dalam kesalahan aku diperanakkan, dalam dosa aku dikandung ibuku." Daud tidak sedang bicara tentang kesalahan dosa apa saja yang diwariskan. Ia tidak sedang mengakui bahwa ibunya sudah berdosa karena perzinahan atau persundalan. Ia juga tidak percaya bahwa ia mewarisi kesalahan dosa Adam. Daud secara kiasan sedang bicara tentang kecenderungan terhadap dosa yang kita semua miliki. Ia melihat dirinya sendiri sebagai begitu terbuka dan begitu condong kepada dosa sehingga ia kelihatannya telah dilahirkan seperti itu.
Ia berdoa minta hati yang tulus. Allah mau kita bersikap jujur, khususnya terhadap diri sendiri. Itulah sebabnya mengapa Daud menyinggung keinginan Allah terhadap dia untuk memiliki "kebenaran dalam batin" (ay. 6). Ketidakjujuran merupakan masalah utama Daud di dalam kisah ini. Ia pernah menolak untuk melihat dirinya sendiri sebagai orang berdosa atau mengakui tindakannya adalah salah.
Persoalan ini bukanlah persoalan Daud saja. Kita semua harus hidup di hadapan Allah dan orang lain sebagaimana adanya kita dan tidak berpura-pura menjadi sesuatu selain menjadi diri kita sendiri (Galatia 6:3).
Raja Daud meminta pengampunan Allah. Di dalam petisinya itu ia meminta empat hal. Yang pertama adalah hati yang tahir (ay. 10). Supaya Daud bisa memperbaharui hidupnya, ia perlu sesuatu yang tidak bisa ia peroleh sendiri: hati yang baru, murni.
Selanjutnya Daud minta untuk tetap tinggal di hadapan Allah (ay. 11). Orang kusta harus diasingkan dari masyarakat (Imamat 13:46; Bilangan 12:15). Saul sudah ditolak sebagai raja (1Samuel 13:14; 15:23), dan dosa Daud kelihatannya lebih besar daripada dosanya Saul. Diasingkan dari hadapan Allah kelihatannya seperti kemungkinan yang nyata bagi Daud. Penting sekali kita pahami bahwa aspek dosa yang paling mengerikan adalah akibatnya terhadap hubungan kita dengan Allah. Dosa, dan hanya dosa saja, yang bisa memisahkan kita dari Dia (Roma 8:38, 39; Yesaya 59:1, 2).
Daud juga menginginkan kehadiran roh Allah (ay. 11). Kehadiran roh Allah melambangkan kehadiran Allah. Ketika Allah menolak Saul, Ia menarik roh-Nya dari dia (1Samuel 16:14). Dalam kondisi ini, hilangnya roh Allah merupakan kehilangan total akan kasih dan karunia Allah.
Akhirnya, ia minta pemulihan sukacita keselamatan (ay. 12). Pengampunan Allah dan kehadiran Allah bersama roh-Nya merupakan bagian dari sukacita ini
KESIMPULAN
Selangkah demi selangkah, dalam ketamakan, perzinahan, dan pembunuhan, Daud telah melangkah menjauhi Allah. Daud mulai bisa berjalan pulang kepada Allah yang pernah mengasihi dan memberkati dia hanya ketika ia telah mengakui dosanya dan penyebab dosanya itu—keakuannya sendiri. Kita harus mengenali dosa kita apa adanya, mengaku dan bertobat dari keakuan kita, dan memberikan hidup kita kepada Allah jika kita mau memiliki sukacita keselamatan.
TFTWMS: 2 Samuel (Garis Besar) Catatan Akhir:
1 Philip Keller, David (Waco, Tex.: Word Publishing Co., 1985), 1:90.
2 Dietrich Bonhoeffer, Temptation (New York: Macmillan Co., ...
Catatan Akhir:
- 1 Philip Keller, David (Waco, Tex.: Word Publishing Co., 1985), 1:90.
- 2 Dietrich Bonhoeffer, Temptation (New York: Macmillan Co., 1959), 33-34.
Pengarang: Hugo McCord
Hak Cipta © 2011 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
TFTWMS: 2 Samuel (Garis Besar) Catatan Akhir:
1 Namun demikian, tiba waktunya ketika Ia menyerah terhadap beberapa orang (Roma 1:24, 26, 28).
Pengarang: Hugo McCord
Hak Cipta ...
Catatan Akhir:
- 1 Namun demikian, tiba waktunya ketika Ia menyerah terhadap beberapa orang (Roma 1:24, 26, 28).
Pengarang: Hugo McCord
Hak Cipta © 2011 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
BIS: 2 Samuel (Pendahuluan Kitab) II SAMUEL
PENGANTAR
Buku II Samuel adalah sambungan dari Buku I Samuel. Buku ini memuat
sejarah pemerintahan Raja Daud, mula-mula atas Yehuda di seb
II SAMUEL
PENGANTAR
Buku II Samuel adalah sambungan dari Buku I Samuel. Buku ini memuat sejarah pemerintahan Raja Daud, mula-mula atas Yehuda di sebelah selatan Palestina (pasal 1-4 2Sam 1:1-4:12), kemudian atas seluruh negeri, termasuk Israel di sebelah utara (pasal 5-24 2Sam 5:1-24:25). Dalam buku ini diceritakan dengan jelas dan menarik bagaimana Daud berusaha memperluas dan mengukuhkan kedudukannya. Ia harus berperang melawan musuh-musuhnya, baik di dalam maupun di luar negeri. Daud digambarkan sebagai orang yang sangat beriman, taat dan setia kepada Allah, juga sebagai orang yang mampu memperoleh kesetiaan rakyatnya. Tetapi ia digambarkan juga sebagai orang yang dapat bertindak kejam, dan yang tidak segera melakukan dosa-dosa besar semata-mata untuk memenuhi keinginannya dan cita-citanya. Tetapi ketika ia dihadapkan kepada dosa-dosanya oleh Natan, nabi Allah, Daud mengakui dosa-dosanya itu dan dengan rela menerima hukuman dari Allah.
Hidup dan prestasi Daud sangat dikagumi oleh rakyat Israel. Di zaman-zaman kemudian, bilamana ada musibah nasional, dan rakyat merindukan seorang raja, maka yang diinginkan ialah seorang "putra Daud". Artinya, seorang keturunan Daud yang akan bertindak seperti dia.
Isi
- Pemerintahan Daud atas Yehuda
2Sam 1:1-4:12 - Pemerintahan Daud atas seluruh Israel
2Sam 5:1-24:25 - a. Tahun-tahun pertama
2Sam 5:1-10:19 - b. Daud dan Batsyeba
2Sam 11:1-12:25 - c. Musibah dan kesulitan-kesulitan
2Sam 12:26-20:26 - d. Tahun-tahun kemudian
2Sam 21:1-24:25
Ajaran: 2 Samuel (Pendahuluan Kitab)
Tujuan
Lihat I Samuel 07097.
Pendahuluan
Penulis : Samuel.
Isi Kitab: Kitab ini terbagi atas 24 pasal yang menjelaskan tentang Kerajaan
Tujuan
Lihat I Samuel 07097.
Pendahuluan
Penulis : Samuel.
Isi Kitab: Kitab ini terbagi atas 24 pasal yang menjelaskan tentang Kerajaan Israel di bawah pemerintahan raja Daud.
I. Ajaran-ajaran utama dalam Kitab II Samuel
Pasal 1-10 (2Sam 1:1-10:19).
Kemenangan-kemenangan Raja Daud
Ketika Daud mendengar berita kematian Saul, ia sangat sedih sekali. Kemudian bangsa Yehuda mengakui dia sebagai raja, sedang keluarga Saul mengangkat Isyboset sebagai raja sehingga terjadi perang antara keluarga Saul dan keluarga Daud, tetapi karena Tuhan berkenan akan Daud maka Daud menang dan menjadi raja atas seluruh Israel (pasal 2Sam 5:1-12). Kemudian, nabi Natan menyampaikan janji Tuhan kepada Daud bahwa Allah menjadikan kerajaannya sebagai kerajaan yang kekal dan anak Daud akan mendirikan Bait Allah.
Pendalaman
- Bacalah pasal 2Sam 1:11-16. Apakah sebabnya Daud sedih? Dan apakah sebabnya Daud tidak mau melawan Saul?
- Bacalah pasal 2Sam 8:15. Bagaimanakah pemerintahannya Daud?
Pasal 11-20 (2Sam 11:1-20:26).
Kesusahan-kesusahan Raja Daud Daud berbuat dosa yaitu berzinah dengan Betsyeba dan membunuh Uria, suami Betsyeba itu, akibatnya nabi Natan menegur Daud dan mulai terjadi kekacauan dalam istana Daud.
Pendalaman
- Apakah tanggapan Daud sebagai raja ketika ia ditegu karena perbuatan dosanya (2Sam 12:9-14)? Dan apakah akibat dosa itu?
- Apakah kesusahan demi kesusahan yang datang dalam keluarg Daud disebabkan dosanya membunuh Uria dan berzinah denga istri Uria?
Pasal 21-24 (2Sam 21:1-24:25).
Keterangan akhir Pasal 21-22; 2Sam 21:1-22:51mengenai nasib anak-anak Saul dan peperangan antara bangsa Filistin dan Israel serta Mazmur karangan Daud. Pasal 23; 2Sam 23:1-39kata-kata terakhir dari Daud dan akhirnya pasal 24; 2Sam 24:1-25tentang gambaran hukum Tuhan terhadap Daud.
II. Kesimpulan/penerapan
- Allah memilih Daud menjadi raja bukan karena ketampanan, ata kegagahannya, tetapi karena ketulusan hatinya kepada Allah.
- Melalui kejatuhan Daud ke dalam dosa, mengajarkan bahwa Allah mengampun dosa orang yang mau bertobat. Tetapi akibat dosa itu sendiri harus teta diterima seseorang yang hidup di dunia ini.
Pertanyaan-pertanyaan yang Dapat Digunakan untuk Tanya Jawab
- Mengapa Allah memilih Daud untuk menggantikan Saul?
- Apakah kesan yang saudara dapati dari mempelajari kehidupan Daud?
- Apakah akibat dosa yang Daud perbuat?
Intisari: 2 Samuel (Pendahuluan Kitab) Keluarga Daud
GARIS KETURUNAN DAUDII Samuel seringkali dianggap sebagai Sejarah Kehidupan Daud. Di dalamnya kita baca tentang keberhasilan, kegagala
Keluarga Daud
GARIS KETURUNAN DAUD
II Samuel seringkali dianggap sebagai Sejarah Kehidupan Daud. Di dalamnya kita baca tentang keberhasilan, kegagalan dan dosa-dosa Daud, khususnya mengenai liku-liku dan perjuangan hidup yang harus dialaminya. Namun, terselip dalam kisah ini suatu janji yang kemudian digenapi di dalam Kristus. Daud bukan saja pilihan Allah pada waktu itu; dia menjadi awal garis keluarga yang akan membawa kepada Sang Penebus sendiri.
MUSUH-MUSUH DAUD
Daud mempunyai karunia besar untuk menjadi pemimpin pasukan militer. Dia menarik "orang-orang perkasa" yang kegagahannya menjadi legenda di zaman mereka. Pada saat ia sudah menguasai seluruh bangsa Israel, ia mengkonsolidasikan kerajaannya dengan mengalahkan negara-negara tetangga yang susah dikendalikan dengan melancarkan serangkaian serangan (2Sa 8:1-14; 10:1-9; 11:1; 12:26-31). Tindakan ini melindungi daerah kekuasaannya dari serangan musuh dan memberinya kekuasaan atas daerah yang lebih luas daripada yang pernah ada sebelumnya.
PEMERINTAHAN DAUD
Sekali-sekali kita membaca siapa yang berkuasa dalam pemerintahan Raja Daud (2Sa 8:15-18; 20:23-26). Kemampuan Absalom untuk menimbulkan ketidakpuasan rakyat (2Sa 15:1-6) menunjukkan bahwa Daud bukanlah orang yang dapat memerintah dengan baik. Walaupun Daud dapat mendorong timbulnya kesetiaan yang sungguh-sungguh, tetapi kenyataan bahwa Absalom dapat menimbulkan perang saudara berarti ada kemungkinan bahwa pada waktu raja mulai tua, ia kehilangan kontrol dalam banyak hal. Sensus yang diadakannya dianggap sebagai suatu kekeliruan sebab hal itu boleh jadi dihubungkan dengan rencana kerja paksa (2Sa 24:1-10), sesuatu yang kemudian dieksploitasi secara kejam oleh anaknya, Salomo.
MASALAH RUMAH TANGGA DAUD
Poligami tidak dilarang dalam Perjanjian Lama, tetapi kisah kehidupan rumah tangga Daud menunjukkan kejelekan-kejelekannya. Pada masa itu mempunyai banyak istri dan gundik serta keluarga besar merupakan simbol status. Namun, keluarga semacam itu dapat menimbulkan bahaya. Setiap anak merupakan calon pewaris takhta, dan jika anak itu keras kepala, ia menjadi ancaman bagi sang ayah. Di samping itu, Daud bukanlah orang-tua yang terbaik. Dia gagal mendisiplin anak-anaknya dan sebagai akibatnya ia harus menanggung derita.
Pesan
1. Kesetiaan Daud.o Daud digambarkan sebagai orang yang dilindungi dan dipatuhi oleh pasukannya yang rela mengorbankan jiwa bilamana diperlukan. Dia betul-betul adil dalam mengambil keputusan dan selalu ingin melakukan yang terbaik dalam setiap keadaan. Ia akan menghukum orang bersalah dan memberi anugerah kepada yang berhak menerimanya. Di samping itu, ia dapat merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain dan mengerti kesedihan mereka. 2Sa 1:11-27; 3:36; 4:9-12; 15:21; 18:3; 23:13-17.
Apa yang dilakukannya terhadap Mefiboset, anak Saul, yang dapat menjadi musuhnya dan yang oleh rezim lain mungkin sudah dibinasakan, mencerminkan kemurahan Allah terhadap kita. 2Sa 9:1-13
o Daud semata-mata percaya kepada Allah dan bergantung kepada-Nya, dan ini merupakan kunci dari semua keberhasilan yang ia peroleh. Daud selalu berdoa dan memohon pimpinan Tuhan. Selain itu, kita juga melihat bahwa ia secara terbuka menaikkan puji-pujian dan menunjukkan sukacitanya di dalam Tuhan tanpa mempedulikan apa yang akan dikatakan orang lain mengenai dirinya. Daud adalah seorang yang penuh terima kasih, yang selalu menyatakan dan menyanyikan puji-pujian kepada Allah dengan bebas sambil bersaksi bahwa dia adalah dia oleh karena anugerah Allah. 2Sa 2:1; 5:19,23-25; 6:14-23; 15:31; 21:1; 22:1-51.
o Daud mau menerima kelemahan-kelemahannya sendiri dengan rendah hati. Bahkan, pada waktu ia bersalah ia segera menyesali kesalahannya dan meluruskan hubungannya dengan Allah, menerima hukuman Allah tanpa mengeluh. 2Sa 12:13, 15-23; 15:25,26; 16:10-12; 24:10,14,24.
2. Kesalahan-kesalahan Daud.
o Kendati ia adil, Daud sering menemukan kesukaran dalam mendisiplin orang lain. Ia membiarkan Yoab secara terang-terangan melakukan pembunuhan. Ia membiarkan perkosaan Amnon terhadap saudara perempuannya, dan ia berlaku lunak terhadap Absalom sampai tampak seperti orang kehilangan akal. 2Sa 3:28,29; 13:21, 23-39; 18:4,5,32,33; 19:1-4.
o Ia menyerah pada godaan, menyalahgunakan wewenangnya seperti apa yang mungkin dilakukan oleh raja kafir pada masa itu. Lebih dari itu, sebagai usaha untuk menutupi perzinahannya dengan Batyeba ia malah menambah dosanya dengan pembunuhan. 2Sa 11:1-27.
o Ia melalaikan kewajibannya dan membiarkan segala sesuatu mengalami kemerosotan, sehingga ia membuka dirinya terhadap kecaman pedas. 2Sa 15:1-4.
Penerapan
1. Allah memberi kemakmuran dan perlindungan
Mereka yang percaya kepada Allah dan mencari kehendak Allah dalam hidup mereka boleh menyerahkan segala masalah mereka kepada-Nya. Ia siap untuk memberi petunjuk dan menjadi tempat berlindung di kala susah dan memimpin umat-Nya "ke tempat yang lebih lapang". Rencana-Nya mungkin memakan waktu lama sebelum menjadi kenyataan, tetapi Ia telah berjanji akan menyertai kita sampai pada akhirnya.
2. Kita semua rawan terhadap pencobaan
Sifat manusia masih sama sejak dulu hingga kini. Setan menggoda kita melalui apa yang kita lihat dan rasakan, tetapi ini tidak berarti bahwa kita harus menyerah. Kita harus ingat akan kewajiban kita terhadap Allah dan taat kepada-Nya, daripada menyerah pada keinginan diri sendiri.
3. Bagaimana halnya dengan keluarga kita
Tidak ada gunanya sukses dalam masyarakat jika kehidupan keluarga kita tidak berkenan kepada Allah. Tempat pertama kita membuktikan kasih-Nya adalah di dalam rumah sendiri dan dalam hubungan kekeluargaan. Kasih yang sejati berarti disiplin dan ketaatan. Dengan demikian orang tua adalah ayah dan ibu yang sejati bagi anak-anak mereka, dan anak-anak adalah putra dan putri yang sejati bagi orang tua.
4. Meluruskan hubungan dengan Allah
Pada waktu kita berdosa dan sadar akan kebodohan kita, tidak ada gunanya untuk menutupi jejak kita. Yang harus kita lakukan ialah mengakui kesalahan kita dan memohon pengampunan serta menerima hukuman apa pun yang akan dikirimkan Allah kepada kita. Dalam hal ini perlu juga kita ingat bahwa segala sukses dan kemenangan yang telah kita capai bukan merupakan jaminan untuk tidak dapat gagal di masa yang akan datang. Usia bukanlah jaminan terhadap segala cobaan. Kenyataannya, usia malah dapat membawa godaan-godaan baru.
Tema-tema Kunci
1. Anak Daud
Perjanjian Allah dengan Daud, yang kita sebut "perjanjian Daud", ialah bahwa semua raja Israel akan dilahirkan dari keturunannya (2Sa 7:11-16; 23:5). Berdasarkan hal ini, maka bangsa Yahudi pada masa Yesus mencari-cari seorang Penebus -- yaitu "yang diurapi" -- yang akan menggenapi semua gambaran yang ideal mengenai seorang raja sebagai keturunan Daud. Lihatlah bagaimana hal ini digenapi dalam Perjanjian Baru. Mat 1:1,17; Luk 1:32,33,69; Mar 10:47,48; Mat 9:27; 15:22; 21:9; Mar 11:10; Mat 22:41-45; Kis 13:22,23; Rom 1:3; Wah 3:7; 5:5; 22:16.
2. Allah Daud
Daud berhutang atas segala sesuatu yang dimilikinya kepada Allah, yang sifat-sifat-Nya menyinari seluruh pasal dalam kitab ini dalam berbagai cara. Perhatikan secara khusus mengenai ungkapan yang berbeda-beda tentang kesucian Allah (2Sa 6:6,7; 12:1-14; 24:1), dan bacalah semua pasal tersebut, yang sebagian besar isinya bercerita tentang Dia (2Sa 7:5-29; 22:1-23:7). Tulislah dengan cara bagaimana Allah digambarkan dan bagaimana seharusnya tanggapan kita terhadap-Nya.
3. Pengkhianatan
Terdapat banyak hal tentang sifat jahat manusia dalam buku ini. Perhatikan bagaimana pasukan, keluarga dan bawahan Daud ini, semuanya telah mengecewakan dia, menunjukkan sifat terburuk manusia. Mungkin dikarenakan banyak kali Daud tidak tahu siapa yang dapat dipercayainya, yang membuat ia memupuk iman sedemikian rupa kepada Allah yang sepenuhnya dapat dipercaya (2Sa 7:28; 22:1-3, 26, 31, 32, 47).
Garis Besar Intisari: 2 Samuel (Pendahuluan Kitab) [1] BERITA BURUK TENTANG SAUL 2Sa 1:1-27
2Sa 1:1-16Anugerah yang tidak diduga-duga
2Sa 1:17-27Kejatuhan si penguasa!
[2] PEMERINTAHAN DAUD ATAS
[1] BERITA BURUK TENTANG SAUL 2Sa 1:1-27
2Sa 1:1-16 | Anugerah yang tidak diduga-duga |
2Sa 1:17-27 | Kejatuhan si penguasa! |
[2] PEMERINTAHAN DAUD ATAS YEHUDA 2Sa 2:1-4:12
2Sa 2:1-7 | Sambutan di Hebron |
2Sa 2:8-32 | Pertempuran yang membawa kepahitan |
2Sa 3:1-39 | Yoab membalas dendam |
2Sa 4:1-12 | Kematian tragis seorang raja yang lemah |
[3] KERAJAAN DIPERSATUKAN 2Sa 5:1-9:13
2Sa 5:1 | -5 Raja atas seluruh Israel |
2Sa 5:6-16 | Daud merebut Yerusalem |
2Sa 5:17-25 | Pembalasan terhadap orang Filistin |
2Sa 6:1-23 | Peti Perjanjian dibawa ke Yerusalem |
2Sa 7:1-29 | Kasih Allah kepada Daud |
2Sa 8:1-14 | Kemenangan di mana-mana |
2Sa 8:15-18 | Sistem pemerintahan Israel |
2Sa 9:1-13 | Kemurahan hati Daud |
[4] KEMENANGAN DAN KEKALAHAN YANG MEMALUKAN 2Sa 10:1-12:31
2Sa 10:1-19 | Pelajaran bagi orang Amon |
2Sa 11:1-27 | Daud kalah atas dirinya sendiri |
2Sa 12:1-31 | Kenyataan bagi seorang raja |
[5] PERANG SAUDARA 2Sa 13:1-20:26
2Sa 13:1-39 | Kebodohan Amnon dan pembalasan Absalom |
2Sa 14:1-15:12 | Permulaan bencana |
2Sa 15:13-16:14 | Daud terpaksa mengungsi |
2Sa 16:15-17:29 | Taktik menunda-nunda |
2Sa 18:1-19:43 | Absalom terbunuh; kekuasaan Daud dipulihkan |
2Sa 20:1-26 | Pemberontakan Seba |
[6] ORANG GIBEON DAN FILISTIN 2Sa 21:1-22
[7] KESAKSIAN DAUD 2Sa 22:1-23:7
2Sa 22:1-51 | Tuhan adalah gunung batuku |
2Sa 23:1-7 | Apa sebenarnya arti pemerintahan |
[8 ]PAHLAWAN-PAHLAWAN DAUD YANG PERKASA 2Sa 23:8-39
[9] DAUD MENGADAKAN SENSUS 2Sa 24:1-25
Bank BCA Cabang Pasar Legi Solo - No. Rekening: 0790266579 - a.n. Yulia Oeniyati
Kontak | Partisipasi | Donasi