
Teks -- 2 Petrus 3:12 (TB)





Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus



kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per frasa)
Full Life -> 2Ptr 3:12
Full Life: 2Ptr 3:12 - MEMPERCEPAT KEDATANGAN HARI ALLAH.
Nas : 2Pet 3:12
Gereja dapat membantu memperpendek waktu sebelum kedatangan Kristus
dengan
(1) menyerahkan diri kepada penginjilan dan pekerja...
Nas : 2Pet 3:12
Gereja dapat membantu memperpendek waktu sebelum kedatangan Kristus dengan
- (1) menyerahkan diri kepada penginjilan dan pekerjaan misioner di seluruh dunia (ayat 2Pet 3:9; Mat 24:14), dan
- (2) sungguh-sungguh mendambakan kedatangan-Nya dengan berdoa, "Datanglah, Tuhan Yesus" (Wahy 22:20; bd. Mat 6:10).
Ende -> 2Ptr 3:12
Ende: 2Ptr 3:12 - -- Apabila hidupnja baik, manusia tak perlu takut, malah rindu supaja achirat itu
lekas-lekas tiba.
Apabila hidupnja baik, manusia tak perlu takut, malah rindu supaja achirat itu lekas-lekas tiba.
Ref. Silang FULL -> 2Ptr 3:12
Ref. Silang FULL: 2Ptr 3:12 - yang menantikan // mempercepat kedatangan // karena nyalanya · yang menantikan: 1Kor 1:7; 1Kor 1:7
· mempercepat kedatangan: Mazm 50:3
· karena nyalanya: 2Pet 3:10

kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per Ayat)
Wycliffe -> 2Ptr 3:11-12
Wycliffe: 2Ptr 3:11-12 - Betapa suci dan salehnya kamu harus hidup // Menantikan dan mempercepat kedatangan hari Allah // Mempercepat kedatangan hari Allah 11, 12. Betapa suci dan salehnya kamu harus hidup. Sebagaimana di surat pertamanya (1:14-16) di sini Petrus memakai pengharapan apokaliptik Kristen se...
11, 12. Betapa suci dan salehnya kamu harus hidup. Sebagaimana di surat pertamanya (1:14-16) di sini Petrus memakai pengharapan apokaliptik Kristen sebagai suatu pendorong yang kuat untuk hidup suci. Menantikan dan mempercepat kedatangan hari Allah. Bukankah suatu gambaran yang indah bagi mereka "yang merindukan kedatangan-Nya"? (bdg. II Tim. 4:8). Berbeda dengan mereka yang takut menghadapi saat tersebut. yang ketika mengalaminya secara tiba-tiba bahkan memohon agar batu dan gunung roboh menimpa mereka (Why. 6:15-17), orang Kristen dengan penuh semangat menantikan saat itu. Mempercepat kedatangan hari Allah. Mereka yang ikut membantu di dalam karya penebusan Allah tentu dapat merasakan ikut serta dalam kesudahannya.

buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry -> 2Ptr 3:11-18
Matthew Henry: 2Ptr 3:11-18 - Nasihat-nasihat yang Khidmat Nasihat-nasihat yang Khidmat (3:11-18)
Setelah mengajarkan kepada mereka ajaran tentang kedatangan Kristus yang kedua, Rasul Petrus,
I. Meng...
Nasihat-nasihat yang Khidmat (3:11-18)
- Setelah mengajarkan kepada mereka ajaran tentang kedatangan Kristus yang kedua, Rasul Petrus,
- I. Mengambil kesempatan dari situ untuk menasihati mereka supaya murni dan saleh dalam segenap perilaku hidup mereka. Semua kebenaran yang diwahyukan dalam Kitab Suci harus dimanfaatkan untuk kemajuan kita dalam menjalani hidup yang saleh. Ini merupakan dampak yang seharusnya dihasilkan oleh pengetahuan kita akan Kitab Suci, sebab kalau tidak, kita tidak pernah menjadi lebih baik karenanya. Jikalau kamu tahu semua ini, maka berbahagialah kamu, jika kamu melakukannya. Jadi, jika segala sesuatu ini akan hancur secara demikian, betapa suci dan salehnya kita harus hidup. Kita yang yakin akan hal itu, dengan meninggalkan dosa dan mati bagi dosa, yang telah sedemikian merusakkan dan menajiskan semua ciptaan yang terlihat, sehingga ada kebutuhan mutlak untuk meleburkan atau menghancurkan semua ciptaan itu! Semua yang dibuat untuk kegunaan manusia akan rentan menjadi sia-sia oleh dosa manusia. Jika dosa manusia telah membuat langit yang terlihat, dan unsur-unsur bumi, berada di bawah kutuk, yang darinya semua itu tidak dapat dibebaskan tanpa menghancurkannya, maka betapa jahat dan kejinya dosa itu, dan betapa dosa harus kita benci! Melihat bahwa kehancuran ini diperlukan supaya segalanya kembali pada keindahan dan keluhurannya yang mula-mula, maka betapa murni dan kudusnya kita harus hidup, supaya kita pantas bagi langit yang baru dan bumi yang baru, di mana terdapat kebenaran! Kekudusan yang sebenar-benarnya dan menyeluruh, itulah yang ia nasihatkan, tidak berpuas diri dengan ukuran atau tingkat yang lebih rendah, tetapi berusaha menjadi unggul melampaui apa yang biasanya dicapai, yaitu kudus di rumah Allah dan di rumah kita sendiri, kudus dalam menyembah Allah dan dalam bergaul dengan manusia. Seluruh perilaku kita, entah dengan kalangan tinggi atau rendah, kaya atau miskin, baik atau buruk, kawan atau lawan, haruslah kudus. Kita harus menjaga supaya diri kita sendiri tidak dicemarkan oleh dunia dalam seluruh pergaulan kita dengannya. Kita harus menyempurnakan kekudusan kita dalam takut akan Allah, dan dalam kasih terhadap Allah juga. Kita harus melatih diri kita beribadah, dalam segala macam ibadah, dan dalam semua bagiannya, dengan percaya kepada Allah dan bersuka karena Allah saja, yang tetap sama ketika seluruh ciptaan yang terlihat ini akan hancur, dengan mengabdikan diri untuk melayani Allah, dan berniat untuk memuliakan dan menikmati Allah, yang kekal untuk selama-lamanya. Sementara apa yang disukai dan dikejar oleh manusia duniawi pasti akan hancur semuanya. Hal-hal yang sekarang kita lihat pasti sebentar lagi akan berlalu, dan tidak akan ada lagi seperti sekarang. Oleh sebab itu, marilah kita melihat pada apa yang akan tetap ada, yang walaupun belum hadir, sudah pasti ada dan tidak terlalu jauh. Menantikan kedatangan hari Allah ini adalah satu dari perintah-perintah yang diberikan Rasul Petrus kepada kita, supaya kita secara unggul menjadi kudus dan saleh di dalam seluruh hidup kita. “Nantikanlah hari Allah sebagai apa yang kamu yakini dengan teguh akan datang, dan apa yang sungguh-sungguh kamu rindukan.” Kedatangan hari Allah adalah apa yang harus diharapkan dan sungguh-sungguh dinantikan oleh setiap orang Kristen. Karena hari itu adalah hari ketika Kristus tampil dalam kemuliaan Bapa, dan membuktikan Keilahian dan Ketuhanan-Nya bahkan kepada mereka yang menganggap-Nya hanya manusia biasa. Kedatangan yang pertama kali dari Yesus Kristus Tuhan kita, ketika Ia mengambil rupa seorang hamba, adalah apa yang dengan sungguh-sungguh ditunggu dan dinantikan oleh umat Allah. Kedatangan yang pertama itu adalah untuk penghiburan bagi Israel (Luk. 2:25). Betapa mereka harus terlebih lagi menantikan kedatangan-Nya yang kedua dengan pengharapan dan kesungguhan, yang akan menjadi hari penebusan mereka secara utuh, dan penyataan-Nya yang paling mulia! Ia akan datang pada hari itu untuk dimuliakan di antara orang-orang kudus-Nya dan untuk dikagumi oleh semua orang yang percaya. Sebab meskipun hari itu tidak bisa tidak pasti akan membuat orang-orang fasik ngeri dan takut, melihat langit yang terlihat seluruhnya terbakar api, dan unsur-unsur menjadi hancur lebur, namun orang percaya, yang imannya merupakan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat, dapat bersukacita dalam harapan akan langit yang lebih mulia. Langit itu akan datang setelah langit yang sekarang ini hancur lebur dan dimurnikan oleh api yang mengerikan itu, yang akan membakar semua ampas dari ciptaan yang terlihat ini. Di sini kita harus memperhatikan,
- 1. Apa yang dinantikan oleh orang-orang Kristen sejati: langit yang baru dan bumi yang baru, di mana hikmat, kuasa, dan kebaikan Allah dan Yesus Kristus Juruselamat kita yang agung akan jauh terlihat dengan lebih jelas daripada yang mampu kita ketahui dalam apa yang kita lihat sekarang. Sebab di dalam langit dan bumi yang baru ini, yang bebas dari kesia-siaan yang menguasai langit dan bumi yang lama, dan dosa yang dengannya mereka tercemar, hanya kebenaran yang akan tinggal. Langit dan bumi yang baru ini akan menjadi tempat kediaman orang-orang benar yang melakukan kebenaran, dan yang bebas dari kuasa dan kecemaran dosa. Semua orang fasik akan dicampakkan ke dalam neraka. Hanya orang-orang yang mengenakan kebenaran Kristus, dan disucikan oleh Roh Kudus, yang akan diterima untuk berdiam di tempat yang kudus ini.
- 2. Apa alasan dan dasar dari penantian dan pengharapan ini, yaitu janji Allah. Menantikan apa yang tidak pernah dijanjikan Allah merupakan perbuatan yang tidak pantas. Sebaliknya, jika harapan-harapan kita sesuai dengan janji, baik berkenaan dengan hal-hal yang kita nantikan maupun waktu dan cara penggenapannya, maka kita tidak akan kecewa, sebab Ia, yang menjanjikannya, setia. “Oleh karena itu, pastikan bahwa kamu mengangkat dan mengatur harapan-harapanmu tentang semua perkara besar yang akan datang sesuai dengan firman Allah. Berkenaan dengan langit yang baru dan bumi yang baru, nantikanlah itu sebagaimana yang sudah diperbolehkan dan diarahkan Allah melalui bacaan-bacaan yang kita dapati dalam bagian Kitab Suci di hadapanmu sekarang ini, dan dalam Yesaya 65:17; 66:22, yang kemungkinannya dirujuk oleh Rasul Petrus di sini.”
- II. Seperti halnya dalam ayat 11 ia menasihatkan kita untuk hidup kudus berdasarkan pertimbangan bahwa langit dan bumi akan hancur, demikian pula dalam ayat 14 ia melanjutkan nasihatnya berdasarkan pertimbangan bahwa langit dan bumi itu akan diperbaharui lagi. “Karena kamu mengharapkan kedatangan hari Allah, ketika Yesus Kristus Tuhan kita tampil dalam keagungan-Nya yang mulia, dan langit dan bumi ini akan hancur lebur, dan sesudah disucikan dan dimurnikan, akan ditegakkan dan dibangun kembali, maka bersiap-siaplah untuk menemui-Nya. Sudah menjadi kepedulian kamu untuk melihat bagaimana keadaanmu nanti ketika Sang Hakim atas seluruh dunia menjatuhkan hukuman atas manusia, dan menentukan bagaimana keadaan mereka nanti sepanjang segala kekekalan. Ini merupakan sidang pengadilan yang tidak menerima banding. Apa pun hukuman yang dijatuhkan di sini oleh Sang Hakim Agung ini tidak dapat diganggu gugat. Oleh karena itu bersiap-siaplah untuk menghadap takhta pengadilan Kristus. Dan pastikanlah,”
- 1. “Supaya kamu kedapatan dalam perdamaian dengan Dia, dalam keadaan damai dan diperdamaikan dengan Allah melalui Kristus, yang di dalam Dia saja Allah mendamaikan dunia dengan diri-Nya. Semua orang yang di luar Kristus ada dalam keadaan bermusuhan, dan menolak serta menentang Tuhan dan Dia yang diurapi-Nya, dan karena itu akan menjalani hukuman kebinasaan selama-lamanya, dijauhkan dari hadirat Tuhan dan dari kemuliaan kekuatan-Nya. Hanya orang yang dosa-dosanya sudah diampuni dan berdamai dengan Allah yang akan aman dan berbahagia. Oleh karena itu, kejarlah perdamaian, perdamaian dengan semua.”
- (1) Damai dengan Allah melalui Yesus Kristus Tuhan kita.
- (2) Damai dalam hati nurani kita sendiri, melalui Roh anugerah yang bersaksi bersama roh kita bahwa kita adalah anak-anak Allah.
- (3) Damai dengan manusia, dengan memiliki hati yang tenang dan cinta damai dalam diri kita, yang menyerupai Tuhan kita yang terpuji.
- 2. Pastikan supaya kamu kedapatan tak bercacat dan tak bernoda di hadapan Kristus. Kejarlah kekudusan dan juga perdamaian, bahkan sampai tidak bercela dan sempurna. Kita tidak hanya harus waspada terhadap semua cela yang bukan merupakan cela anak-anak Allah (ini hanya mencegah kita didapati sebagai orang yang tercela), tetapi juga kita harus mengejar kemurnian yang tak bercela, kesempurnaan mutlak. Orang-Orang Kristen harus menyempurnakan kekudusan, supaya mereka tidak bercela bukan hanya di hadapan manusia, melainkan juga di hadapan Allah. Semua ini menuntut dan memerlukan ketekunan yang sebesar-besarnya. Siapa yang melakukan pekerjaan ini dengan lalai tidak akan pernah melakukannya dengan berhasil. “Jangan pernah berharap bahwa kamu akan didapati dalam keadaan damai pada hari Allah itu, jika kamu bermalas-malasan dan berleha-leha di waktu yang sekarang ini, saat di mana kita harus menyelesaikan pekerjaan yang diberikan kepada kita. Hanya orang-orang Kristen yang rajin yang akan berbahagia di hari Tuhan. Tuhan kita akan datang kepada kita secara tiba-tiba, atau akan segera memanggil kita kembali kepada-Nya. Jadi apakah kamu mau Dia mendapatimu sedang bermalas-malasan?” Ingatlah, ada kutukan yang diberikan terhadap orang yang melaksanakan pekerjaan TUHAN dengan lalai (Yer. 48:10). Sorga akan menjadi ganti rugi yang memadai atas segala ketekunan dan kerajinan kita. Oleh karena itu, marilah kita berusaha dan berjerih payah dalam pekerjaan Tuhan. Ia pasti akan memberi kita hadiah jika kita tekun dalam pekerjaan yang sudah diberikan-Nya kepada kita. Nah, supaya kamu rajin, anggaplah kesabaran Tuhan kita sebagai kesempatan bagimu untuk beroleh selamat. “Apakah Tuhanmu menunda kedatangan-Nya? Janganlah berpikir ini untuk memberikan lebih banyak waktu supaya kamu bisa leluasa memuaskan hawa nafsumu. Sebaliknya, itu untuk memberi kesempatan dan waktu yang besar untuk bertobat dan mengerjakan keselamatanmu. Itu tidak timbul dari tidak adanya kepedulian atau belas kasihan terhadap hamba-hamba-Nya yang menderita, juga tidak dimaksudkan untuk membiarkan dan memberikan dorongan kepada dunia yang fasik, tetapi supaya manusia mempunyai waktu untuk mempersiapkan diri bagi kekekalan. Jadi belajarlah untuk memanfaatkan dengan benar kesabaran Tuhan kita, yang sampai sekarang menunda kedatangan-Nya. Kejarlah perdamaian dan kekudusan, atau kedatangan-Nya akan mengerikan bagi kamu.” Dan karena sulit untuk mencegah manusia menyalahgunakan kesabaran Allah, dan menggugah mereka untuk memanfaatkannya dengan benar, maka rasul kita mengutip Rasul Paulus yang juga mengarahkan manusia untuk memanfaatkan dengan baik kesabaran ilahi, supaya dengan mulut, atau dari pena, dua orang rasul, kebenaran tidak disangsikan. Di sini kita dapat mengamati bagaimana penghargaan dan perasaan Rasul Petrus ketika berbicara tentang Rasul Paulus, yang sebelumnya sudah menentang dan menegurnya dengan tajam di depan orang banyak. Jika orang benar memukul seseorang yang betul-betul saleh, maka itu akan diterima sebagai suatu kebaikan hati. Hendaklah ia menegur, maka itu akan seperti minyak yang baik, yang akan melembutkan dan mempermanis orang baik yang ditegur ketika ia berbuat salah. Betapa tingginya penghormatan yang diungkapkan oleh rasul untuk orang bersunat ini kepada orang yang sudah secara terbuka di hadapan semua orang, menegur dia, karena tidak berlaku lurus sesuai kebenaran Injil!
- (1) Rasul Petrus menyebutnya saudara, yang berarti bahwa ia tidak hanya menjadikan Rasul Paulus sebagai sesama orang Kristen (yang dalam arti itu kata saudara digunakan dalam 1Tes. 5:27), atau sesama pemberita Injil (yang dalam arti itu Paulus menyebut Timotius sang penginjil sebagai saudara [Kol. 1:1]), tetapi juga sesama rasul, orang yang sama-sama diberi mandat yang luar biasa, langsung dari Kristus sendiri, untuk memberitakan Injil di segala penjuru, dan untuk memuridkan semua bangsa. Meskipun banyak guru-guru penyesat menyangkal jabatan kerasulan Paulus, namun Petrus mengakui dia sebagai seorang rasul.
- (2) Rasul Petrus menyebutnya yang kekasih. Dan karena mereka berdua diberi mandat, dan kedua-duanya bersatu dalam pelayanan yang sama pada Tuhan yang sama, maka akan sangat tidak pantas jika mereka tidak bersatu di dalam kasih satu terhadap yang lain, untuk menguatkan tangan satu sama lain, saling menginginkan dan bersukacita dalam keberhasilan satu sama lain.
- (3) Ia menyebut Rasul Paulus sebagai orang yang diberi hikmat luar biasa. Ia seorang yang unggul dalam pengetahuan tentang rahasia-rahasia Injil, dan dalam hal itu atau hal lain tidak tertinggal dari rasul-rasul lain. Betapa sangat diinginkan, bahwa mereka yang memberitakan Injil yang sama harus memperlakukan satu sama lain sesuai dengan teladan yang diberikan Rasul Petrus di sini! Pasti sudah menjadi kewajiban mereka untuk berusaha, dengan cara-cara yang benar, mencegah atau menghilangkan segala prasangka yang menghambat kebergunaan hamba-hamba Tuhan. Mereka juga harus berusaha menimbulkan dan meningkatkan penghargaan serta penghormatan dalam pikiran jemaat terhadap hamba-hamba Tuhan, yang dapat memajukan keberhasilan pekerjaan mereka. Dan marilah kita amati juga di sini,
- [1] Hikmat luhur yang ada dalam diri Paulus yang dikatakan dikaruniakan kepadanya. Pemahaman dan pengetahuan yang membuat orang memenuhi syarat untuk memberitakan Injil adalah karunia Allah. Kita harus mencari pengetahuan, dan berusaha mendapatkan pemahaman, dengan harapan bahwa itu akan dikaruniakan kepada kita dari atas, sementara kita juga tekun dalam menggunakan cara-cara yang semestinya untuk memperolehnya.
- [2] Rasul Petrus menyampaikan kepada orang banyak sesuai apa yang diterimanya dari Allah. Ia berusaha memimpin orang lain sejauh ia sendiri dipimpin ke dalam pengetahuan tentang rahasia-rahasia Injil. Ia tidak lancang ikut campur ke dalam hal-hal yang belum pernah dilihatnya atau yang belum sepenuhnya diyakininya, dan ia tidak lalai memberitakan seluruh maksud Allah (Kis. 20:27).
- [3] Surat-surat yang ditulis oleh rasul untuk bangsa-bangsa bukan Yahudi, dan ditujukan kepada orang-orang bukan Yahudi yang percaya kepada Kristus, dimaksudkan untuk mengajar dan membangun orang-orang dari kalangan Yahudi yang percaya kepada Kristus. Sebab pada umumnya orang berpendapat bahwa apa yang disinggung di sini termuat dalam surat kepada jemaat di Roma (Rm. 2:4), meskipun dalam semua suratnya ada beberapa hal yang merujuk pada satu atau lain hal dari topik-topik yang dibahas dalam pasal ini dan pasal sebelumnya. Bukan hal yang tampak aneh bahwa orang-orang yang ingin mencapai maksud umum yang sama, menegaskan hal-hal yang sama dalam surat-surat mereka. Tetapi Rasul Petrus melanjutkan dengan memberi tahu kita bahwa dalam hal-hal yang dijumpai dalam surat-surat Paulus, ada sebagian hal yang sulit dipahami. Di antara berbagai macam hal yang dibahas dalam Kitab Suci, ada sebagian yang tidak mudah dipahami karena tidak jelas, seperti nubuatan-nubuatan. Sebagian yang lain tidak dapat dipahami dengan begitu mudah karena sifatnya yang luhur dan agung, seperti ajaran-ajaran tentang hal-hal yang rahasia. Dan sebagian lagi sulit dicerna karena kelemahan akal budi manusia, seperti perkara-perkara mengenai Roh Allah, yang disebutkan dalam 1 Korintus 2:14. Dan di sinilah orang-orang yang tidak paham dan tidak teguh imannya berbuat celaka. Sebab mereka memelintir dan memutarbalikkan Kitab Suci, sehingga membuat Kitab Suci mengatakan apa yang tidak diniatkan oleh Roh Kudus. Orang yang tidak mendapat ajaran yang benar dan tidak berakar dengan baik di dalam kebenaran terancam bahaya besar untuk memutarbalikkan firman Allah. Orang yang sudah mendengarkan dan belajar dengan baik tentang Bapa adalah orang yang paling aman untuk tidak salah mengartikan dan salah menerapkan bagian-bagian firman Allah mana pun. Di mana ada kuasa ilahi untuk meneguhkan dan mengajar orang dalam kebenaran ilahi, di situ orang dijamin tidak akan jatuh ke dalam kesesatan. Sungguh merupakan berkat besar bagi kita untuk dapat belajar dengan mengamati akibat yang menyakitkan yang dialami oleh orang-orang yang masa bodoh dan tidak teguh hatinya, yaitu kehancuran mereka. Kesalahan-kesalahan, khususnya mengenai kekudusan dan keadilan Allah, mendatangkan kehancuran luar biasa kepada begitu banyak orang. Oleh karena itu, marilah kita dengan sungguh-sungguh berdoa supaya Roh Allah mengajar kita dalam kebenaran, supaya kita mengenal kebenaran sebagaimana yang ada di dalam Yesus, dan hati kita diteguhkan dengan anugerah, supaya kita dapat berdiri teguh dan tidak goyah, bahkan di masa-masa yang paling bergejolak, ketika orang lain diombang-ambingkan oleh rupa-rupa angin pengajaran.
- III. Rasul Petrus memberi mereka sebuah kata peringatan (ay. 17-18), yang di dalamnya,
- 1. Ia mengisyaratkan bahwa sesudah mengetahui hal-hal ini, kita harus sangat awas dan waspada, karena bahaya yang mengancam dua kali lipat (ay. 17).
- (1) Kita terancam bahaya besar akan tergoda, dan berpaling dari kebenaran. Orang yang tidak tahu dan tidak teguh, dan mereka ini sangat banyak jumlahnya, pada umumnya suka memutarbalikkan Kitab Suci. Banyak orang yang memiliki dan membaca Kitab Suci tidak memahami apa yang mereka baca. Dan terlalu banyak orang yang memiliki pemahaman yang benar tentang arti dan makna firman tidak teguh mempercayai kebenaran itu. Semua orang ini akan mudah jatuh ke dalam kesesatan. Sedikit saja orang yang benar-benar bisa memahami dan mengakui sepenuhnya ajaran Kekristenan. Dan lebih sedikit lagi orang yang betul-betul tetap berjalan dalam hidup yang saleh, yang merupakan jalan sempit, yaitu satu-satunya jalan menuju hidup. Harus ada penyangkalan diri dan mawas diri yang besar terhadap diri kita sendiri, dan penyerahan diri penuh kepada wewenang Kristus Yesus, Nabi besar kita, sebelum kita bisa sepenuh hati menerima semua kebenaran Injil. Karena itu, sebelum semuanya ini dilakukan, kita terancam bahaya besar menolak kebenaran.
- (2) Kita terancam bahaya besar dengan tergoda, karena,
- [1] Sejauh kita berpaling dari kebenaran, sejauh itu pula kita berpaling dari jalan keterberkatan yang sesungguhnya, dan masuk ke jalan yang menuju kebinasaan. Jika manusia merusak firman Allah, maka itu akan cenderung membawa kehancuran bagi diri mereka sendiri sepenuhnya.
- [2] Apabila manusia memutarbalikkan firman Allah, mereka terseret ke dalam kesesatan orang-orang yang tak mengenal hukum. Mereka menjadi orang yang tidak mau tahu aturan, tidak mengenal batas, semacam pemikir-pemikir bebas, yang dibenci oleh sang pemazmur. Orang yang bimbang hati kubenci, tetapi Taurat-Mu kucintai (Mzm. 119:113). Apa pun pendapat dan pikiran manusia yang tidak selaras dengan hukum Allah, dan dibenarkan olehnya, pasti akan disanggah dan dibenci oleh orang baik. Pendapat dan pikiran itu adalah kesombongan dan nasihat orang-orang fasik, yang telah meninggalkan hukum Allah, dan jika kita menyerap pendapat mereka, kita akan segera mengikuti perbuatan mereka.
- [3] Orang yang terseret ke dalam kesesatan kehilangan pegangan mereka yang teguh. Mereka sepenuhnya gusar dan gelisah, dan tidak tahu di mana tempat untuk bersandar, tetapi penuh ketidakpastian, seperti gelombang laut, yang diombang-ambingkan oleh angin. Oleh sebab itu, sudah menjadi kepedulian kita untuk waspada, melihat bahwa bahayanya begitu besar.
- 2. Supaya kita bisa dengan lebih baik terhindar dan tidak terseret ke dalam kesesatan, Rasul Petrus mengarahkan apa yang harus kita lakukan (ay. 18). Dan,
- (1) Kita harus bertumbuh dalam kasih karunia. Pada awal surat ini ia sudah menasihati kita untuk menambahkan satu kasih karunia kepada kasih karunia yang lain, dan di sini ia menyarankan kita untuk bertumbuh dalam semua kasih karunia, dalam iman, dalam kebajikan, dan dalam pengetahuan. Seberapa kuat kasih karunia dalam diri kita, sedemikian teguhlah kita di dalam kebenaran.
- (2) Kita harus bertumbuh dalam pengenalan akan Tuhan kita, Yesus Kristus. “Kejarlah terus pengenalan akan Tuhan. Berusahalah untuk mengenal Dia dengan lebih jelas dan utuh, mengenal Kristus lebih baik lagi, dan mengenal-Nya untuk tujuan yang lebih baik, supaya kita menjadi lebih serupa dengan-Nya dan mengasihi-Nya dengan lebih baik.” Inilah pengenalan akan Kristus yang berusaha didapat dan ingin dicapai Rasul Paulus (Flp. 3:10). Pengenalan akan Kristus yang membuat kita semakin menyerupai Dia, dan membuat-Nya semakin kita kasihi, pastilah sangat bermanfaat bagi kita, untuk menjaga supaya kita tidak jatuh ketika terjadi kemurtadan di mana-mana. Dan mereka yang mengalami dampak dari pengenalan akan Yesus Kristus Tuhan dan Juruselamat ini, setelah menerima kasih karunia itu dari-Nya, akan bersyukur dan memuji Dia, dan bergabung dengan rasul kita dengan berkata, Bagi-Nya kemuliaan, sekarang dan sampai selama-lamanya. Amin.
SH -> 2Ptr 3:7-13; 2Ptr 3:8-13
SH: 2Ptr 3:7-13 - Waktu Allah bukan waktu manusia. (Sabtu, 21 Oktober 2000) Waktu Allah bukan waktu manusia.
Kebodohan orang-orang yang tidak percaya adalah menganggap bahwa
kedatangan Tuhan Yesus yang kedua tertunda, ...
Waktu Allah bukan waktu manusia.
Kebodohan orang-orang yang tidak percaya adalah menganggap bahwa
kedatangan Tuhan Yesus yang kedua tertunda, dan mengatakan bahwa
penundaan itu membuktikan ketidakbenaran firman Tuhan. Haruskah
orang beriman memiliki pola pikir yang sama? Orang beriman harus
tahu bahwa Allah tidak menunda kedatangan-Nya kedua. Perbedaan
pandangan ini didasarkan pada cara Allah menghitung waktu berbeda
dengan cara manusia. Bagi Tuhan satu hari sama dengan 1000 tahun
dan 1000 tahun seperti satu hari. Berarti, manusia tidak dapat
menduga dan mengatur kapan Allah harus bertindak apalagi
menentukan penggenapan hari Tuhan. Sebenarnya bila perbedaan ini
kita letakkan dalam kacamata Illahi maka kita tidak hanya dapat
menerimanya, tetapi juga bergembira. Sebab waktu Allah,
berhubungan dengan: "supaya semua orang berbalik dan bertobat".
Itu berarti waktu Allah sama sekali tidak berhubungan dengan
kelambanan atau kealpaan Allah atas janji-Nya, tetapi berhubungan
erat dengan kasih-Nya kepada kita dan sabar menanti kita untuk
berbalik dan bertobat. Bila Allah sang empunya waktu dan pemilik
kita sabar menanti waktu yang tepat untuk mempersiapkan
kedatangan-Nya dan menggenapi janji penghakiman-Nya, apakah kita
milik kepunyaan-Nya tidak dapat bersabar?
Tentang hari Tuhan yang dinantikan penggenapannya, Petrus menjelaskan bahwa pada hari itu seluruh alam semesta akan mengalami kebinasaan. Allah akan menggantinya dengan langit dan bumi baru. Semua orang dan bangsa-bangsa dihadapkan pada penghakiman Allah. Namun, ia tidak menguraikan panjang lebar tentang sifat hari Tuhan itu, karena penjelasannya lebih mengarah pada fakta dan kepastian penggenapan hari Tuhan itu. Berbahagialah orang beriman yang tetap setia menanti dan mempertahankan sikap hidup benar di hadapan Allah. Berbahagialah orang yang melihat penundaan penggenapan hari Tuhan ini sebagai perpanjangan waktu yang dikaitkan dengan sifat Allah yang penuh kasih.
Renungkan: Bila kita melihat bahwa penundaan dan perpanjangan waktu penggenapan hari Tuhan sebagai suatu kesempatan dari Allah untuk berbalik, bertobat, dan beroleh selamat, marilah kita responi kesempatan itu.

SH: 2Ptr 3:8-13 - Yesus pasti datang kembali (Minggu 27 Juli 2008) Yesus pasti datang kembali
Pandangan ekstrim tentang kedatangan Yesus yang kedua kali terbagi
dua. Ada orang-orang yang menganggap kedatangan itu...
Yesus pasti datang kembali
Pandangan ekstrim tentang kedatangan Yesus yang kedua kali terbagi
dua. Ada orang-orang yang menganggap kedatangan itu tidak mungkin
terjadi (ayat 4). Namun ada juga orang-orang yang begitu yakin
terhadap kedatangan itu sampai sibuk menghitung-hitung tanggal
kedatangan-Nya. Lalu bagaimana seharusnya sikap kita?
Petrus mengajarkan tiga hal penting mengenai kedatangan Yesus yang
kedua. Pertama, Tuhan adalah kekal dan tidak dibatasi ruang dan
waktu. Perspektif waktu Tuhan berbeda dengan manusia (ayat 8).
Masalah waktu kedatangan Yesus yang kedua kali ada dalam
kedaulatan Allah. Kita tidak dapat memperkirakan waktu itu. Yang
dapat kita lakukan adalah menanti dengan sikap berjaga-jaga (ayat
10, band. 1 Ptr. 4:7; Mat. 24:36-44). Kedua, Tuhan tidak lalai
menepati janji-Nya (ayat 9). Meski terasa lama, Tuhan tidak
melupakan janji kedatangan-Nya. Petrus menyatakan bahwa
"penundaan" itu bukan karena Tuhan lalai, melainkan karena
kasih-Nya yang mendalam kepada manusia. Tuhan masih ingin memberi
waktu kepada manusia agar mengenal Dia dan bertobat dari dosa
mereka. Jika Yesus belum datang juga, hal itu harus dilihat
sebagai tanda kesabaran dan kasih-Nya. Ketiga, kita harus melihat
kedatangan Yesus dari dua perspektif, yaitu kehancuran dunia
(ayat 11-12) dan pengharapan (ayat 13). Kedatangan Yesus menandai
akhir dunia ini dengan penghancuran dunia dan penghukuman kepada
orang yang tidak percaya. Namun orang percaya punya pengharapan
akan langit dan bumi baru yang penuh kebenaran (band.
Hendaklah kita tidak ragu dalam menantikan kedatangan Yesus.
Keyakinan itu seharusnya memacu kita untuk hidup dalam kekudusan
dan kesalehan (ayat 11). Orang Kristen harus hidup dengan
mengingat terus hari kemuliaan itu. Pada hari itu Yesus akan
datang kembali dan memberi mahkota kepada mereka yang hidup dalam
kesalehan dan setia bekerja bagi Dia (band. 2 Tim. 4:8;
Utley -> 2Ptr 3:11-13
Utley: 2Ptr 3:11-13 - --NASKAH NASB (UPDATED): 2Pet 3:11-1311 Jadi, jika segala sesuatu ini akan hancur secara demikian, betapa suci dan salehnya kamu harus hidup 12 yaitu ka...
NASKAH NASB (UPDATED): 2Pet 3:11-13
11 Jadi, jika segala sesuatu ini akan hancur secara demikian, betapa suci dan salehnya kamu harus hidup 12 yaitu kamu yang menantikan dan mempercepat kedatangan hari Allah. Pada hari itu langit akan binasa dalam api dan unsur-unsur dunia akan hancur karena nyalanya. 13 Tetapi sesuai dengan janji-Nya, kita menantikan langit yang baru dan bumi yang baru, di mana terdapat kebenaran.
2Pet 3:11 "betapa… kamu harus hidup" Guru-guru palsu sama sekali tidak menekankan moralitas dan kesalehan gaya hidup, sehingga Petrus terus memegang hal-hal ini.
□ "suci dan saleh" Istilah "saleh" merupakan konsep penting dalam II Petrus sam seperti dalam Surat-surat Pastoral. Saya mereproduksi catatan saya dari 1Tim 4:7 (lih. Vol. 9, hal 53). II Petrus menggunakan KATA BENDA dalam 2Pet 1:3,6,7; 3:11 dan KATA KETERANGAN dalam 2Pet 2:9.
Catatan dari komentar saya di I Timotius
□ "saleh" Ini adalah istilah penting dalam Surat Pastoral. Kata ini menunjuk pada implikasi kedoktrinan dan gaya hidup harian dari Injil (lih. 2Pet 3:16). Kata ini menggambarkan bukan yang luar biasa, namun yang diharapkan. Ini adalah istilah majemuk dari "baik" (eu) dan "menyembah" (sebomai). Ibadah yang sejati adalah hidup sehari-hari dengan cara berpikir yang tepat (lih. 1Tim 4:16a). Perhatikan berapa kali kata ini digunakan dalam Surat Pastoral: 1. KATA BENDA (eusebeia), 1Tim 2:2; 3:16; 4:7,8; 6:3,5,6,11, 2Tim 3:5; Tit 1:1
- 1. KATA KETERANGAN (eusebēs), 2Tim 3:12; Tit 2:12
- 2. KATA KERJA (eusebeō), 1Tim 5:4
- 3. Istilah yang terkait theosebeia, 1Tim 2:10
- 4. Istilah yang dinegasikan (ALPHA PRIVATIVE, yaitu, asebeia), 2Tim 2:16; Tit 2:12
- NASB NKJV "mencari dan mempercepat kedatangan hari Allah"
- NRSV "menantikan dan mempercepat kedatangan hari Allah"
- TEV "sementara kamu menantikan hari Tuhan dan melakukan yang terbaik untuk mewujudkannya dengan segera"
- NJB "sementara kamu menunggu datangnya hari Tuhan, dan mencoba untuk mempercepat kedatangannya"
Kedua hal ini adalah PRESENT ACTIVE PARTICIPLE, yang menggambarkan dua aspek yang terhubung ke Kedatangan yang Kedua, yang di sini secara unik disebut dengan "hari Allah." Istilah yang pertama pada dasarnya berarti "mencari dengan penuh harap" (lih. Kis 3:5; 10:24) atau "menunggu dengan merasa was-was" (lih. Luk 21:26, Kis 27:33; 28:6). Hal ini digunakan tiga kali dalam 1Pet 3:12,13,14. Orang percaya menunggu dengan penuh harap, tapi orang-orang kafir ketakutan akan hari perhitungan ini.
Istilah yang kedua memiliki dua pengertian yang terkait dengan struktur gramatikal yang ditemukan:
Jika itu adalah KATA KERJA TRANSITIF (yaitu, meneruskan tindakan kepada suatu OBYEK LANGSUNG) maka artinya adalah "mendesak," "menjadi bersemangat untuk" (lih. catatan kaki NRSV, ASV, NEB, NIV, Peshitta, dan New Century Version , mirip dalam arti maranatha dari gereja mula-mula).
Jika itu adalah sebuah konstruksi gramatikal INTRANSITIF (yaitu, menggambarkan suatu status keadaan atau berfokus pada pelaku dari tindakan) maka artinya adalah "mempercepat" (lih. Luk 19:5; Kis 22:18). Teologia bahwa tindakan orang percaya dapat mempercepat kedatangan Tuhan ditemukan dalam Mat 6:10 (doa) dan Kis 3:19-20 (kebangunan rohani), Rom 9; 10; 11 (jumlah sepenuhnya dari bangsa-bangsa lain dan Yahudi yang selamat). Dalam konteks ini gaya hidup saleh dari orang percaya didorong oleh harapan eskatologis yang sangat dekat.
Ini adalah ungkapan yang sulit karena pola-pikir modern kita yang mengecilkan arti paradoks. Allah berdaulat dan telah menetapkan tanggal untuk kembalinya Kristus, tetapi tindakan orang percaya (yaitu, doa, kesaksian, kesalehan) dapat mengubah tanggal tersebut (yaitu, lebih cepat atau lebih lambat). Ini adalah aspek perjanjian dari kebenaran alkitabiah yang begitu membingungkan untuk orang barat modern. Allah dipengaruhi oleh anak-anak-Nya (baik secara negatif dan positif)! Namun, kebenaran yang sama ini adalah alas an bekerjanya doa syafaat.
□ "Pada hari itu langit akan binasa dalam api dan unsur-unsur dunia akan hancur karena nyalanya" Pertanyaan penafsirannya adalah, "Apakah singgungan ini harfiah atau apokaliptik?" Jenis pernyataan PL ini memiliki banyak kesamaan dengan Yes 10:10-13; 34:4; 51:6, Yoel 2:28-32; Mi 1:4. Konteks ini telah merujuk beberapa kali kepada alam fisik ruang dan waktu yang berakhir dalam hubungan dengan panas. Penyucian ini menetapkan panggung rohani bagi langit baru dan bumi baru. Apakah mereka akan bersifat jasmani (Eden yang dipulihkan) atau rohani (lih. 1Kor 15:35-58)? Sulitlah untuk menggambarkan realitas-realitas rohani dan tertinggi dalam istilah manusia duniawi. Realitanya tidaklah dipengaruhi oleh jenis sastranya!
2Pet 3:13 "Tetapi sesuai dengan janji-Nya" (lih. Yes 65:17-25; 66:22-24)
□ "langit yang baru dan bumi yang baru" (lih. Yes 11:6-9; 65:17; 66:22; Wahy 21:1-27)
□ "di mana terdapat kebenaran" Allah menginginkan pengaturan dan orang-orang yang sepadan dengan karakter-Nya sendiri (lih. Yes 45:24-25). Suatu Allah yang kudus menuntut umat yang kudus (lih. Yes 60:12; Mat 5:48). Ini adalah ciptaan yang baru karena ini dikontraskan dengan penciptaan yang jatuh (lih. Kej 3).
Topik Teologia -> 2Ptr 3:12
Topik Teologia: 2Ptr 3:12 - -- Pekerjaan-Pekerjaan Allah
Urutan Penciptaan Allah
Janji Penciptaan Baru
Yes 11:1-9 Yes 41:18-20 Yes 65:17-25 Yes 66:22-23 Hos 2...
- Pekerjaan-Pekerjaan Allah
- Urutan Penciptaan Allah
- Janji Penciptaan Baru
- Pengudusan
- Pengudusan: Fakta yang Tergenapi dan Proses Pertumbuhan
- Pengudusan sebagai Pertumbuhan dalam Anugerah
- Sarana Pertumbuhan
- Pertumbuhan dalam Anugerah Melalui Penuntutan Kesucian
- Ayu 28:28 Maz 19:14 Maz 24:3-6 Maz 37:27-28 Maz 97:10 Maz 119:1-3 Ams 16:17 Yes 51:1 Mat 5:6,8 Kis 24:16 Rom 6:1-23 Rom 13:12-14 Rom 16:19 1Ko 3:16-17 1Ko 5:6-8 1Ko 9:24-27 2Ko 7:1 2Ko 11:2 Gal 5:22-25 Efe 4:1 Efe 5:8-11 Fili 2:14-16 Fili 3:12-14 Fili 4:8 1Te 4:3-4,7 1Te 5:22 1Ti 5:22 1Ti 6:11-12 2Ti 2:19-22 Ibr 12:1-2 Ibr 12:14-15 Yak 1:21,27 1Pe 1:14-16 1Pe 2:9-12 1Pe 3:10-11 1Pe 4:1-2 2Pe 3:11-13 1Yo 2:1,29 1Yo 3:2-3 1Yo 5:21 3Yo 1:11 Wah 14:4-5
- Eskatologi
- Kedatangan Kristus Kedua Kali
- Api yang Menghancurkan
- Langit dan Bumi yang Lama akan Lenyap
TFTWMS -> 2Ptr 3:11-13
TFTWMS: 2Ptr 3:11-13 - Hidup Kudus Karena Hari Tuhan HIDUP KUDUS KARENA HARI TUHAN (2 Petrus 3:11-13)
11 Karena semua ini harus dihancurkan dengan cara ini, betapa kamu harus menjadi jenis umat yang hid...
HIDUP KUDUS KARENA HARI TUHAN (2 Petrus 3:11-13)
11 Karena semua ini harus dihancurkan dengan cara ini, betapa kamu harus menjadi jenis umat yang hidup dalam perilaku kudus dan kesalehan, 12 yang menantikan dan mempercepat kedatangan hari Allah, yang oleh karena itu langit akan dihancurkan dengan dibakar, dan unsur-unsur dunia akan meleleh karena nyala api yang panas sekali! 13 Namun sesuai dengan janji-Nya kita sedang mencari langit yang baru dan bumi yang baru, di mana kebenaran bersemayam (NASB).
Petrus tidak menggambarkan kedatangan Tuhan untuk memuaskan rasa ingin tahu yang tanpa dasar. Spekulasi tentang kapan Tuhan akan datang kembali adalah sia-sia. Diikat oleh waktu dan keadaan, orang Kristen tidak akan memahami semua yang Allah pahami tentang kedatangan kembali Tuhan dan penghakiman yang menyertainya. Cukup bagi umat-Nya untuk mengetahui apa yang akan Ia lakukan, bukan bagaimana atau kapan Ia akan melakukannya. Daripada berspekulasi tentang bagaimana Allah akan mengakhiri dunia ini, Petrus merasa puas untuk mengarahkan perhatian kepada pelbagai implikasinya. Jika dunia ini berada di bawah tangan penghakiman Allah yang kuat, jika Yesus akan datang lagi, menghakimi manusia, dan menghancurkan bumi, maka umat Kristen harus hidup dengan mempertimbangan pelbagai peristiwa yang akan datang itu. Hidup menjadi beda ketika dijalani dengan mengingat kedatangan Tuhan. Ketika orang-orang percaya menantikan dengan antusias kedatangan-Nya kembali, mereka menjalani kehidupan yang kudus dan baik. Itu adalah maksud Petrus dalam ayat-ayat berikutnya.
Ayat 11. Pertanyaan retoris rasul itu, betapa kamu harus menjadi jenis umat, dibangun pada kesimpulan, semua ini harus dihancurkan. Tantangan itu cocok untuk semua orang, apakah mereka itu orang Kristen atau bukan. Tidak diperlukan kejeniusan untuk menyadari bahwa gemerlapnya bumi bersifat sementara. Apapun yang orang bangun akan menjadi usang dan hancur. Bahkan jika kita harus tidak punya iman kepada Allah, bodohlah orang yang mengatur hidupnya seolah-olah tidak ada akhirnya. Bagi orang yang tidak percaya, tampaknya hanya akan ada penyesalan, iman tanpa harapan yang mengartikan kehidupan manusia sebagai tidak lebih daripada kehidupan seekor salamander atau serangga. Orang hidup untuk kesenangan sensual apa saja yang bisa ia nikmati dan kemudian mati. Sebaliknya, pesan konsisten Alkitab adalah bahwa manusia yang diciptakan menurut gambar Allah, dan karena itu, mereka bertanggung jawab kepada Allah. Jika alam semesta adalah ciptaan Allah, Allah dapat dan akan menentukan nasibnya.
Wahyu yang Allah telah berikan tentang akhir zaman bukan untuk memuaskan rasa ingin tahu yang tanpa dasar; itu untuk menginspirasi hidup saleh. Dengan mengingat realitas Allah, dengan mengingat Ia telah menyatakan diri-Nya dalam Alkitab, maka perilaku manusia harus menjadi cerminan sifat Allah. Pada intinya, hanya ada dua sistem etika yang layak mendapat perhatian kita. Yang pertama adalah bahwa manusia adalah suatu kebetulan belaka di alam semesta yang tidak punya pikiran, tidak punya tujuan, dan tidak punya arah. Dalam kasus seperti itu, hukum rimba menjadi etika. Pihak yang benar adalah yang paling besar dan kuat.
Satu-satunya sistem etika lain yang masuk akal didasarkan pada keberadaan Allah. Hukum itu menyatakan bahwa oleh karena Allah ada maka ada juga "kebenaran" yang sangat penting yang dibangun ke dalam struktur alam semesta. Ada prinsip-prinsip yang memandu kehidupan yang memiliki kepatutan tentang mereka. Etika adalah "Respon umat Allah terhadap kasih karunia dan kebaikan-Nya."8Robert Davidson mengatakannya dengan baik:
Hal penting untuk diperhatikan adalah bahwa ketaatan tertentu, cara hidup tertentu dituntut dari manusia oleh karena apa yang diketahui tentang Allah. Dengan kata lain, norma etika dibawa ke dalam hubungan yang intim dengan karakter Allah yang diungkapkan.9
Tujuan konsisten kehidupan Kristen adalah perilaku kudus dan kesalehan. Kata yang diterjemahkan "perilaku" (aÓnastrofh/, anastrophē) menunjukkan cara hidup yang dibimbing oleh prinsip-prinsip yang dipilih secara sadar. Bagi Petrus, satu-satunya prinsip-prinsip yang layak membimbing kehidupan adalah prinsip-prinsip yang dite- tapkan oleh Allah. "Perilaku Kudus" adalah perilaku yang membawa kemuliaan bagi Allah karena prilaku itu adalah cerminan sifat dan wujud Allah. Kata Petrus yang diterjemahkan "kesalehan" (eujse÷beia, eusebeia) mengacu kepada ketakjuban luar biasa yang dibarengi dengan ketakutan, kebisuan yang menyertai kehidupan iman. Dalam konteks ini, itu mengacu secara khusus kepada keteraturan hidup yang mengalir dari kepastian kedaulatan Allah atas alam semesta-Nya.
Ayat 12. Jika para pengikut Yesus kurang tertarik dalam menghitung waktu tepat kapan hari Allah datang, maka kedatangannya juga bukan masalah ketidakpedulian. Ketimbang waktu untuk ketakutan, itu adalah waktu untuk mengantisipasi. Orang Kristen menantikan dan mempercepat hari itu. Petrus ingin orang Kristen selalu mengingat hari itu dalam pikiran mereka. Mereka harus merenungkannya, mempertimbangkan maknanya, dan mengatur hidup mereka sesuai dengan itu. Dalam Mazmur dan kitab para Nabi, orang bijak menantikan Tuhan. Mereka tahu bahwa Ia akan bertindak pada waktu-Nya sendiri dan dengan cara-Nya sendiri. Orang bijak merasa puas dalam mengetahui bahwa ketidakadilan dan kejahatan dunia akan berakhir.
"Aku menanti-nantikan TUHAN, jiwaku menanti-nanti, dan aku mengharapkan firman-Nya. Jiwaku mengharapkan Tuhan lebih dari pada pengawal mengharapkan pagi, lebih dari pada pengawal mengharapkan pagi"(Mazmur 130:5, 6).
Sebelumnya, Petrus sudah mengatakan Tuhan menunda penghakiman karena Ia adalah sabar, tidak ingin ada yang binasa, melainkan supaya semua orang bertobat (3:9). Melalui pertobatan dan hidup saleh, orang Kristen dapat mempersiapkan diri mereka dan dunia untuk "hari Allah." Tampaknya, Allah merespon perilaku manusia. Untuk tingkatan tertentu penghakiman eskatologis Allah akan menjadi respon terhadap tindakan kebebasan manusia. Kapan Tuhan datang kembali, kapan Ia menghakimi, akan ditentukan oleh keadaan rohani dunia. Petrus menyiratkan bahwa Tuhan akan datang kembali ketika Ia telah memberikan cukup waktu untuk bertobat dan ketika umat Kristen telah mempersiapkan diri mereka. Dengan cara inilah orang percaya dapat berkontribusi terhadap kemuliaan Allah dengan "mempercepat kedatangan hari Allah."
Tanpa diduga Petrus mengganti "hari Allah" dengan "hari Tuhan" yang lebih umum, tapi tidak ada siratan bahwa yang ia maksudkan berbeda sama sekali. Perkataan itu memang tidak diduga. Oleh karena itu, perkataan itu lebih menuntut perhatian kita. Kata yang diterjemahkan "kedatangan" (parousi/a, parousia) umumnya digunakan bersama Yesus sebagai subyek. Tidak diragukan lagi, "kedatangan hari Allah" da "janji tentang kedatangan-Nya" di 3:4 mengacu kepada peristiwa yang sama.
Secara teori, ada banyak cara bahwa bumi bisa berakhir. Sebuah asteroid besar bisa bertabrakan dengan bumi dan menghancurkan semua makhluk hidup. Ada cukup tumpukan stok senjata nuklir untuk menimbulkan bencana yang dipicu oleh pembuatan manusia sendiri untuk melenyapkan bumi. Penyakit, kondisi perubahan iklim, atau sejumlah peristiwa "alami" lainnya dapat menyebabkan berakhirnya zaman manusia. Petrus membuat jelas bahwa akhir dunia tidak akan disebabkan oleh nasib tanpa otak. Ketika akhir zaman tiba itu akan menjadi tindakan penghakiman pribadi. Ketika zaman manusia berakhir itu karena Allah telah mengakhirnya.
Karena "hari Allah" akan datang, maka langit akan dihancurkan dengan dibakar, dan unsur-unsur dunia akan meleleh karena nyala api yang panas sekali. "Langit dan bumi" dalam 3: 7 sama dengan "langit" dan "unsur-unsur" dalam ayat ini. Implikasi kata-kata Petrus itu adalah bahwa orang harus jangan bermain-main dengan dosa. Cara orang hidup adalah masalah serius. Allah adalah Bapa yang pengasih; Ia juga adalah "api yang menghanguskan" (Ulangan 4:24; Ibrani 12:29). Ia tidak menutup mata dan mengabaikan ketidakadilan, kejahatan, penindasan, atau kejahatan dunia apa saja.
Ayat 13. Melalui Yesaya, Allah telah berjanji, "Sebab sesungguhnya, Aku menciptakan langit yang baru dan bumi yang baru; hal-hal yang dahulu tidak akan diingat lagi, dan tidak akan timbul lagi dalam hati" (Yesaya 65:17). Nabi itu sedang bicara tentang pembangunan kembali Israel. Petrus meminjam dan menyadur kata-kata ini dalam Yesaya, menggunakan mereka untuk membicarakan kehidupan kekal bagi orang yang diselamatkan. Rasul itu bisa mengatakan langit yang baru dan bumi yang baru akan sesuai dengan janjinya. Mungkin Petrus sedang mengacu kepada janji dalam Yesaya. Kemungkinan lain adalah bahwa ia sedang mengacu kepada janji tertentu yang mungkin tidak diketahui jika Yesus tidak memberikannya kepada para rasul. Kemungkinan lain, Roh Kudus mungkin telah mengungkapkan janji tentang langit yang baru dan bumi yang baru itu kepada Petrus.
Langit yang baru dan bumi yang baru telah menjadi subyek spekulasi yang tak ada habisnya. Sebelumnya Yesaya telah mempersembahkan gambaran kedamaian yang menarik di mana serigala, domba, singa, dan anak lembu akan berbaring bersama-sama (Yesaya 11:6). Apakah kita harus memahami ini sebagai gambaran harfiah langit yang baru dan bumi yang baru? Dari pengasingannya di pulau Patmos Yohanes menulis, "Lalu aku melihat langit yang baru dan bumi yang baru, sebab langit yang pertama dan bumi yang pertama telah berlalu, dan lautpun tidak ada lagi" (Wahyu 21:1).
Kira-kira apakah yang rasul-rasul itu sedang bicarakan? Akankah bumi yang baru menjadi planet yang sama di mana manusia saat ini tinggal? Apakah planet ini entah bagaimana direnovasi sebagai tempat tinggal abadi bagi umat Allah? Mungkin tidak. Namun begitu, perlu dicatat bahwa dalam kitab Wahyu Yerusalem baru "turun dari sorga, dari Allah" (Wahyu 21:2). Yerusalem baru, yang mungkin melambangkan tempat tinggal abadi orang-orang yang ditebus, tampaknya turun ke bumi. Namun demikian, maksud ini tidak pasti, dan kita harus berhati-hati seberapa harfiah kita menafsirkan kitab Wahyu.
Petrus sudah menegaskan adanya ketidakberlanjutan yang radikal antara zaman sekarang dan zaman yang akan datang. "Langit akan lenyap dengan suara gemuruh," tulisnya, "dan unsur-unsur itu akan dihancurkan dengan panas yang sangat hebat" (3:10). Apakah rasul itu sekarang mengatakan bahwa bagaimanapun akan tetap ada keberlanjutan tertentu antara yang lama dan yang baru? Akankah sorga berwujud seperti bumi, tapi tanpa dosa dan penderitaan yang menimpa manusia untuk saat ini? Itu suatu kemungkinan, tapi mungkin Petrus tidak bermaksud menyiratkan hal seperti itu. Mungkin ia hanya ingin meyakinkan orang percaya bahwa Allah telah membuat penyediaan bagi mereka untuk tinggal bersama Dia selama-lamanya. Mungkin "langit yang baru dan bumi yang baru" berarti bahwa orang yang diselamatkan akan tinggal di suatu tempat. Kehidupan kekal tidak akan menjadi tempat tinggal yang kelam, sengsara di mana tidak ada terang dan gelak tawa. Allah telah membuat penyediaan. Petrus mengetengahkan jaminan kehidupan kekal tanpa spekulasi lebih lanjut tentang sifat wujud kekal.
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: 2 Petrus (Pendahuluan Kitab) Penulis : Petrus
Tema : Kebenaran Sejati Lawan Guru-Guru Palsu
Tanggal Penulisan: 66-68 M
Latar Belakang
Ketika memberikan sal...
Penulis : Petrus
Tema : Kebenaran Sejati Lawan Guru-Guru Palsu
Tanggal Penulisan: 66-68 M
Latar Belakang
Ketika memberikan salam, Simon Petrus memperkenalkan dirinya sebagai penulis surat ini; kemudian (2Pet 3:1) dia mengatakan bahwa surat ini merupakan suratnya yang kedua yang menunjukkan bahwa dia sedang menulis kepada orang percaya yang sama di Asia Kecil yang telah menerima suratnya yang pertama (1Pet 1:1). Karena Petrus, seperti halnya Paulus, dihukum mati oleh keputusan yang dibuat oleh kaisar Nero yang jahat (yang kemudian wafat pada bulan Juni, 68 M), adalah sangat mungkin bahwa Petrus menulis surat ini di antara tahun 66-68 M, tidak lama sebelum ia mati syahid di Roma (2Pet 1:13-15).
Beberapa sarjana zaman dahulu dan sekarang, yang mengabaikan beberapa persamaan mencolok dari 1 Petrus dan 2 Petrus dan sebaliknya menekankan perbedaan di antara kedua surat itu, telah beranggapan bahwa Petrus bukanlah penulis surat ini. Akan tetapi, perbedaan isi surat, kosakata, penekanan, dan gaya penulisan dari kedua surat ini dapat diterangkan dengan memadai oleh berbedanya situasi Petrus dan penerima suratnya ketika menerima kedua surat itu.
- (1) Situasi semula para penerima surat telah berubah dari penganiayaan serius yang dilakukan oleh masyarakat sekitarnya menjadi serangan serius dari dalam oleh para guru palsu yang mengancam landasan kebenaran gereja.
- (2) Situasi yang dihadapi Petrus juga sudah berbeda. Jikalau sebelumnya dia mempunyai seorang penulis yang ahli seperti Silas ketika menulis suratnya yang pertama (1Pet 5:12), kelihatannya Silas tidak ada ketika Petrus menulis surat yang kedua itu. Petrus mungkin memakai bahasa Yunani ala Galilea yang kasar atau mengandalkan juru tulis yang tidak sepandai Silas.
Tujuan
Petrus menulis surat ini
- (1) untuk menasihati orang percaya agar mereka dengan tekun mengejar kesalehan dan pengenalan yang benar akan Kristus, dan
- (2) untuk membeberkan dan menolak tindakan yang berakal busuk dari para nabi dan guru palsu di kalangan gereja di Asia Kecil yang sedang meruntuhkan kebenaran rasuli.
Petrus meringkaskan maksudnya dalam 2Pet 3:17-18 ketika dia menasihati orang percaya yang sejati
- (1) untuk waspada supaya mereka tidak "terseret ke dalam kesesatan orang-orang yang tak mengenal hukum" (2Pet 3:17), dan
- (2) untuk "bertumbuhlah dalam kasih karunia dan dalam pengenalan akan Tuhan dan Juruselamat kita, Yesus Kristus" (2Pet 3:18).
Survai
Surat yang singkat ini sungguh-sungguh mendorong orang percaya agar mempertahankan kehidupan dan kesalehan melalui pengenalan yang benar akan Kristus. Pasal pertama menekankan pentingnya pertumbuhan Kristen. Setelah mulai dengan iman, orang percaya harus dengan tekun mengejar keunggulan moral, pengetahuan, penguasaan diri, ketekunan, kesalehan, kasih akan saudara-saudara, dan kasih akan semua orang, yang akan menghasilkan iman dewasa dan pengenalan yang benar akan Tuhan Yesus (2Pet 1:3-11).
Pasal berikut dengan sungguh-sungguh mengingatkan mereka tentang para nabi dan guru palsu yang muncul di kalangan gereja. Petrus mengecam guru-guru palsu itu sebagai orang yang tidak mengenal hukum (2Pet 2:1,3; 2Pet 3:17) yang menuruti keinginan jahat dari hawa nafsu (2Pet 2:2,7,10,13-14,18-19), yang serakah (2Pet 2:3,14-15), congkak (2Pet 2:18) dan keras kepala (2Pet 2:10), dan menghina pemerintahan Allah (2Pet 2:10-12). Petrus berusaha untuk melindungi orang percaya sejati terhadap pengajaran sesat yang membinasakan itu (2Pet 2:1) dengan menyingkapkan maksud dan kelakuan mereka yang jahat.
Dalam pasal 3 (2Pet 3:1-18), Petrus membuktikan salahnya keragu-raguan guru-guru ini terhadap kedatangan Tuhan (2Pet 3:3-4). Sebagaimana angkatan Nuh dengan keliru mencemoohkan pikiran tentang hukuman banjir besar dari Allah, para pencemooh ini juga buta rohani tentang janji-janji kedatangan Kristus. Tetapi dengan tindakan menentukan yang sama dengan hukuman air bah tersebut (2Pet 3:5-6), Kristus akan kembali dan menghanguskan bumi ini dengan api (2Pet 3:7-12) lalu menciptakan tatanan baru yang benar (2Pet 3:13). Mengingat semuanya ini, orang percaya harus hidup kudus dan saleh pada zaman ini (2Pet 3:11,14).
Ciri-ciri Khas
Empat ciri utama menandai surat ini.
- (1) Surat ini berisi pernyataan yang paling kuat dalam Alkitab mengenai pengilhaman, keterandalan, dan kekuasaan Kitab Suci (2Pet 1:19-21).
- (2) Pasal dua dan surat Yudas sangat mirip dalam pengecaman guru palsu. Mungkin Yudas, yang kemudian menghadapi persoalan yang sama dengan guru-guru palsu, menggunakan bagian-bagian dari ajaran Petrus yang diilhami untuk mengatakan hal yang sama (Lihat "PENDAHULUAN SURAT YUDAS" 08261).
- (3) Pasal tiga merupakan salah satu pasal PB yang agung tentang kedatangan Kristus yang kedua.
- (4) Petrus secara tidak langsung menunjuk kepada tulisan Paulus sebagai Firman Allah dengan menyebutkannya dalam hubungan dengan "tulisan-tulisan yang lain" (2Pet 3:15-16).
Full Life: 2 Petrus (Garis Besar) Garis Besar
Salam Kristen
(2Pet 1:1-2)
I. Pujian Atas Pengenalan yang Benar
(2Pet 1:2-21)
A. Kuasa Pengenalan ...
Garis Besar
- Salam Kristen
(2Pet 1:1-2) - I. Pujian Atas Pengenalan yang Benar
(2Pet 1:2-21) - A. Kuasa Pengenalan Akan Allah yang Mengubah Hidup
(2Pet 1:2-4) - B. Sifat Progresif Pertumbuhan Kristen
(2Pet 1:5-11) - C. Kesaksian Rasul Terhadap Firman Kebenaran
(2Pet 1:12-21) - 1. Motivasinya
(2Pet 1:12-15) - 2. Metodenya
(2Pet 1:16-21) - a. Saksi Mata dari Firman yang Dinubuatkan
(2Pet 1:16-19) - b. Pengilhaman Kitab Suci yang Dinubuatkan
(2Pet 1:20-21) - II. Kecaman Terhadap Guru-Guru Palsu
(2Pet 2:1-22) - A. Yang Dapat Diharapkan dari Guru Palsu
(2Pet 2:1-3) - B. Yang Dapat Mereka Harapkan dari Allah
(2Pet 2:4-10) - C. Beberapa Ciri Guru-Guru Palsu
(2Pet 2:10-19) - D. Bahaya-Bahaya Kemunduran dari Kebenaran
(2Pet 2:20-22) - III.Kepastian Kedatangan Tuhan
(2Pet 3:1-18) - A. Penyangkalan Kedatangan-Nya
(2Pet 3:1-7) - B. Kepastian Kedatangan-Nya
(2Pet 3:8-10) - C. Hidup Menantikan Kedatangan-Nya
(2Pet 3:11-18) - Ucapan Berkat
(2Pet 3:18)
Matthew Henry: 2 Petrus (Pendahuluan Kitab)
Dampak jelas bahwa penulis surat kerasulan ini adalah penulis yang sama dengan penulis surat sebelumnya. Apa pun perbedaan yang dipahami oleh beber...
- Dampak jelas bahwa penulis surat kerasulan ini adalah penulis yang sama dengan penulis surat sebelumnya. Apa pun perbedaan yang dipahami oleh beberapa cendekiawan Alkitab dalam hal gaya penulisan yang dianggap berbeda dari surat sebelumnya, hal itu tidak menjadi alasan cukup untuk menyatakan bahwa surat tersebut ditulis oleh Simon yang menggantikan Rasul Yakobus di dalam jemaat Yerusalem. Sebab, orang yang menulis surat kerasulan ini sendiri menyebut dirinya sebagai Simon Petrus, hamba dan rasul ( 2 Petrus 1:1), dan menyatakan bahwa ia adalah salah seorang dari tiga orang rasul yang hadir ketika Kristus dimuliakan ( 2 Petrus 1:18), dan menyatakan dengan tegas bahwa sebelumnya ia telah menulis sepucuk surat kerasulan kepada mereka ( 2 Petrus 3:1). Rancangan dari surat kerasulan yang kedua ini sama dengan surat yang sebelumnya, sebagaimana terbukti dengan jelas di dalam ayat pertama dari pasal yang ketiga, dan dari ayat itu dapat diamati bahwa dalam perkara-perkara Allah, kita perlu petunjuk demi petunjuk dan kalimat demi kalimat, supaya kita bisa mengingatnya. Dan apa yang ada dalam surat inilah yang merupakan perkara-perkara yang harus dicatat dengan cermat dan harus sering kita ingat kembali.
Jerusalem: 2 Petrus (Pendahuluan Kitab) SURAT-SURAT KATOLIK PENGANTAR
Di dalam Perjanjian Baru tercantum tujuh surat yang bukan karangan Rasul Paulus. Agak segera ketujuh surat ini dijadikan...
SURAT-SURAT KATOLIK PENGANTAR
Di dalam Perjanjian Baru tercantum tujuh surat yang bukan karangan Rasul Paulus. Agak segera ketujuh surat ini dijadikan suatu kelompok tersendiri meskipun asal- usulnya berbeda sekali. Ada sepucuk surat yang dikatakan karangan Yakobus, lagi karangan Yudas, dua pucuk surat karangan Petrus dan tiga karangan Yohanes. Judulnya "katolik" kiranya berasal dari kenyataan bahwa kebanyakan surat itu tidak tertuju kepada jemaat atau orang tertentu melainkan kepada orang-orang Kristen pada umumnya (katolik).
Surat Yakobus hanya lama kelamaan diterima oleh Gereja sebagai Kitab Suci. Agaknya di Mesir Yak tidak pernah diragukan sebagai Kitab Suci. Yak dikutip oleh Origenes sebagai karangan suci. Tetapi pada awal abad keempat Eusebius dari Kaisarea (Palestina) mengatakan bahwa Yak masih ditolak oleh sementara orang. Jemaat-jemaat yang berbahasa Siria baru dalam abad keempat memasukkan Yak ke dalam daftar kitab-kitab sucinya. Di Afrika utara Tertulianus dan Kiprianus ternyata tidak mengenal Yak. Daftar kitab-kitab suci yang disebut "Kanon Mommsen" (disusun sekitar th 360) belum memuat Yak. Di Roma Kanon Muratori (dikatakan susunan Hippolitus sekitar th. 200) juga tidak memuatnya. Sangat tidak pasti apakah Klemens dari Roma dan pengarang buku yang berjudul "Pastor Harmae" (lihat di bawah) mengutip Yak. Jadi baru pada akhir abad keempat surat Yakobus umum diterima sebagai Kitab Suci oleh jemaat-jemaat di Timur dan di Barat.
Mana kala surat Yakobus oleh jemaat-jemaat diterima sebagai Kitab Suci, maka pada umumnya pengarangnya disebut "Yakobus, yaitu saudara Tuhan", Mat 13:55 dsj; bdk 12:46+, yang berperan besar dalam jemaat purba di Yerusalem, Kis 12:17+; 15:13-21; 21:18-26; 1Kor 15:7; Gal 1:19; 2:9, 12. Peranannya itu diakhiri dengan kemartiran oleh tangan orang Yahudi sekitar th. 62 (Yosefus, Hagesippus). Yakobus "saudara Tuhan" itu jelas orang lain dari Yakobus anak Zebedeus, Mat 10:2 dsj, yang dalam th. 44 dibunuh oleh raja Herodes, Kis 12:2, tetapi boleh jadi ia sama dengan Yakobus lain, yaitu anak Alfeus, Mat 10:3 dsj. Sejak awal mula hingga dewasa ini kesamaan itu diperdebatkan, meskipun dewasa ini kebanyakan ahli membedakan kedua tokoh itu. Apa yang dikatakan paulus dalam Gal 1:19 diartikan dengan cara yang berbeda-beda juga. Tetapi masalah yang sesungguhnya terletak di tempat lain dan ditingkat lebih mendalam. Adakah Yak sungguh karangan "Yakobus yaitu saudara Tuhan"? Ada berbagai keberatan yang dapat dikemukakan terhadap pendapat itu. Jika Yak benar- benar dikarang oleh tokoh yang penting itu, bagaimana gerangan mungkin bahwa surat itu begitu lambat diterima oleh Gereja sebagai Kitab Suci dan, sebaliknya, begitu lama diragukan dan bahkan ditolak? Selebihnya, Yak langsung ditulis ke dalam bahasa Yunani yang bagus dan lancar, dengan perbendaharaan kata dan seni berpidato (diatribe) yang mengherankan, seandainya Yak ditulis oleh seorang yang berasal dari Galilea. Sudah barang tentu mungkin Yakobus menggunakan seorang murid yang berkebudayaan Yuanani. Tetapi hipotesa dan dugaan itu sukar dibuktikan. Akhirnya dan khususnya: Yak sangat serupa dengan beberapa karangan yang disusun pada akhir abad pertama atau pada awal abad kedua, teristimewanya dengan surat Klemens dari Roma dan buku yang berjudul "Pastor Harmae". Kerap kali dikatakan bahwa karangan-karangan itu menggunakan Yak. Tetapi dewasa ini semakin banyak sekali ahli berpendapat, bahwa kesamaan antara Yak dan karangan- karangan tersebut yang ternyata ada, disebabkan oleh sumber-sumber bersama yang dipakai. Kecuali itu Yak dan karangan-karangan lain itu mesti menghadapi masalah-masalah yang sejenis. Maka dari itu banyak ahli berkeyakinan bahwa Yak ditulis pada akhir abad pertama atau bahkan pada awal abad kedua. Memang ajaran Yak tentang Kristus memberi kesan ketuaan. Tetapi hal itu tidak membuktikan bahwa Yak ditulis pada awal mula agama Kristen. Sebab mungkin juga bahwa Yak berasal dari kalangan orang-orang Kristen keturunan Yahudi yang menjadi penerus pikiran-pikiran Yakobus, sedangkan menutup dirinya bagi perkembangan lebih lanjut dalam teologi Kristen semula.
Jika orang terus mau mempertahankan bahwa Yak benar-benar karangan "Yakobus yaitu saudara Tuhan", maka harus dikatakan bahwa Yak ditulis sebelum th. 62. Sebab dalam tahun itu Yakobus mati. Lalu dua hipotesa dapat dikemukakan, sesuai dengan pendirian orang dalam masalah hubungan antara Yak dan Gal-Roma dalam soal "pembenaran oleh iman" (lihat di bawah ini). Sementara ahli yakin bahwa Yak menentang Paulus, tegasnya mereka yang menyalah-artikan ajaran Paulus. Kalau demikian, Yakobus menulis suratnya menjelang ajalnya. Ahli-ahli lain, yang jumlahnya semakin berkurang berpendapat bahwa Paulus mau menentang pikiran Yak. Kalau demikian, Yak ditulis menjelang th 45-50. Dengan jalan itu juga dapat diterangkan mengapa ajaran Yak tentang Kristus nampaknya tua sekali. Tetapi mengingat apa yang dikatakan di muka kurang mungkin Yak sudah ditulis sekitar th. 45.
Bagaimanapun juga asal-usul Yak tulisan itu tertuju kepada "Keduabelas Suku di perantauan", 1:1, kiranya tidak lain artinya dari orang-orang Kristen keturunan Yahudi yang tersebar di dunia Yunani-Romawi, terutama di daerah-daerah yang berdekatan dengan Palestina, misalnya Siria atau Mesir. Bahwasannya orang-orang yang dituju oleh surat ini adalah orang keturunan Yahudi disarankan oleh bagian pokok surat sendiri. Pengarang terus menggunakan Kitab Suci (Perjanjian Lama) begitu rupa sehingga jelas mengandaikan bahwa para pembaca baik-baik mengenal Kitab Suci itu, apa lagi oleh karena pengarang tidak mendasar pemikirannya pada kutipan jelas dari Perjanjian Lama (seperti misalnya Paulus atau pengarang Ibr), tetapi lebih-lebih menaruh Kitab Suci sebagai latar belakang pikirannya. Pengarang Yak terutama dijiwai oleh sastera Hikmat-kebijaksanaan dan dari padanya mengambil pelbagai pengajaran mengenai akhlak pembaca.
Tetapi pengarang juga secara luas bergantung pada pengajaran Injil, sehingga suratnya jelas bukan sebuah karangan Yahudi, sebagaimana dikatakan oleh sementara ahli. Sebaliknya dalam Yak orang terus menemukan pikiran dan ungkapan sebagaimana disukai Yesus sendiri. Tetapi dalam hal inipun pengarang tidak langsung mengutip tradisi tertulis. Sebaliknya ia terutama memanfaatkan tradisi lisan. Pendek kata: pengarang Yak ialah seorang berhikmat Kristen keturunan Yahudi yang secara baru memikirkan kembali pepatah-pepatah dari hikmat Yahudi berdasarkan penyempurnaan yang diberikan Yesus kepada hikmat Yahudi itu.
Karangan Yak ini kurang sesuai dengan gaya bahasa yang lazim dalam surat-surat. Sebaliknya karangan itu lebih-lebih berupa khotbah, sebuah contoh pengajaran yang lazim pada jemaat-jemaat Kristen keturunan Yahudi di zaman itu. Disajikan sederetan ajakan praktis yang secara agak bebas dan lepas susul-menyusul; kadang-kadang pepatah-pepatah itu dikelompokkan berdasarkan pokok sama yang diuraikan; kadang-kadang juga dikelompokkan hanya berdasarkan kata yang sama yang terdapat dalam beberapa pepatah. Ada nasihat-nasihat mengenai kelakuan orang di tengah percobaan, 1:1-12; 5:7-11, mengenai asal-usul percobaan godaan, 1:13-18, tentang pengekangan lidah, 1:26; 3:1-12, tentang pentingnya hikmat, saling mengerti dan belas-kasihan, 2:8, 13; 3:13-4:2; 4:11 dst, dan mengenai kekuatan dosa, 1:5-8; 4:2 dst; 5:13-18, dll. Adapun sakramen pengurapan orang sakit ia dapat disimpulkan dari 5:14 dst (Konsili Trente).
Adapun dua pokok utama yang sangat menonjol dalam paranese yang disajikan Yak. Yang satu memuji orang miskin dan dengan keras menegur orang kaya, 1:9-11; 1:27 -2:9; 4:13-5:6; perhatian untuk orang miskin yang diutamakan oleh Allah berurat-berakar dalam suatu tradisi alkitabiah dan terutama dalam Ucapan bahagia dari Injil, Mat 5:3+. Pokok yang lain menekankan pengalaman iman, sedang memberi peringatan tentang iman yang tidak berbuah, 1:22-27; 2:10-26. Mengenai pokok terakhir ini bahkan ada sebuah diskusi yang berupa polemik, 2:14-26. Banyak ahli beranggapan bahwa polemik itu terarah kepada Paulus. Memang harus diakui bahwa ada hubungan cukup jelas antara Yak dan Gal-Rom, terutama dalam penafsiran yang berbeda sekali atas nas Kitab Suci yang sama tentang Abraham. Dan tentu saja mungkin bahwa Yakobus mau menentang bukanlah kiranya Paulus sendiri tetapi sementara orang Kristen yang dari ajaran Paulus mengambil kesimpulan yang membahayakan.
Namun demikian dua hal perlu dipertahankan. Yang pertama ialah: di belakang pertentangan pada permukaan yang disebabkan oleh keadaan yang berbeda, Paulus dan Yakobus dalam hal pokok sependapat, bdk 2:14+. Yang kedua ialah: masalah "iman dan amal" yang secara wajar ditimbulkan oleh agama Yahudi mungkin sekali suatu pokok diskusi yang tradisionil. Paulus dan Yakobus masing-masing dengan caranya sendiri kiranya membahas masalah yang sama dengan tidak bergantung satu sama lain.
Yudas, yang menyebut dirinya "saudara Yakobus", ay 1, haruslah seorang "saudara Tuhan" juga Mat 13:55 dsj. Tidak ada alasan menyamakan Yudas ini dengan rasul yang mempunyai nama yang sama, Luk 6:16; Kis 1:13; bdk Yoh 14:22. Sebab Yudas pengarang surat membedakan dirinya dengan para rasul, ay 17. Tetapi tidak ada alasan juga menyangka bahwa Yudas hanya nama samaran. Hal semacam itu sukar dimengerti bahwa Yudas adalah seorang tokoh yang sama sekali tidak menyolok.
Surat Yud ini sejak th. 200 diterima oleh kebanyakan jemaat Kristen sebagai Kitab Suci. Dahulu memang ada orang yang meragukan surat ini karena mengutip buku-buku apokrip (Henokh, ay 7, 14 dst; Pengangkatan Musa ke sorga, ay 9). Tetapi kutipan semacam itu tak perlu mengkhawatirkan orang, sebab sekali-kali tidak berarti berarti bahwa pengarang berpendapat bahwa buku-buku yang di zaman itu laku sekali di kalangan Yahudi benar-benar Kitab Suci.
Maksud tujuan Yud tidak lain kecuali membuka kedok pengajar-pengajar palsu yang membahayakan kepercayaan Kristen. Ia mengancamkan kepada mereka hubungan ialah yang sama dengan hukuman yang dalam tradisi Yahudi menimpa orang fasik, ay 5-7. Apa yang dikatakan Yud tentang pengajar-pengajar itu kiranya juga terpengaruh oleh cerita-cerita tentang zaman dahulu, ay 11. Pada umumnya keterangan Yud tentang pengajar-pengajar palsu itu agak kabur, sehingga tidak dapat dibuktikan bahwa mereka menganut "gnosis" dari abad II. Kefasikan dan kemerosotan akhlak yang dituduhkan kepada mereka oleh Yud, terutama bahwa mereka menghujat Tuhan Kristus dan malaikat-malaikat, ay 4,8-10, mungkin muncul di kalangan Kristen sendiri dalam abad I terpengaruh oleh aliran-aliran yang mencampur-adukkan agama Kristen, agama Yahudi dan paham kafir, sebagaimana ditentang oleh Kol, surat- surat pastoral dan Why. Tetapi ada beberapa keterangan dalam surat Yudas yang menyarankan bahwa ditulis pada akhir abad I. Pewartaan Injil oleh para rasul dikatakan terjadi "dahulu", ay 17. Iman dipikirkan sebagai suatu ajaran yang disampaikan sekali untuk selama-lamanya, ay 3. Rupanya surat-surat Paulus dipakai oleh pengarang. Memanglah surat kedua Petrus menggunakan Yud, tetapi nanti akan dikatakan bahwa 2Ptr mungkin ditulis sesudah Petrus meninggal dunia. Maka boleh dikatakan bahwa Yud ditulis pada akhir zaman para rasul.
Ada dua surat katolik yang dari sendiri menyatakan bahwa ditulis oleh Petrus. Surat pertama yang dalam alamatnya memuat nama ketua rasul, 1:1, sejak awal mula diterima oleh Gereja tanpa keraguan atau pertentangan. Surat ini barangkali sudah digunakan oleh Klemens dari Roma dan pasti dipakai oleh Polikarpus. Sejak Ireneus, dengan tandas dikatakan bahwa surat itu karangan rasul Petrus. Petrus menulis surat ini di Roma (Babilon, 5:13). Di sana Petrus ada bersama Markus yang disebutnya sebagai "anaknya". Meskipun kita tidak tahu banyak tentang akhir hidup Petrus, namun sebuah tradisi yang cukup dipercaya mengatakan bahwa Petrus datang ke ibu kota, lalu mengalami kemartiran selama pemerintahan Kaisar Nero (th. 64 atau 67). Surat Ptr ini dialamatkan kepada orang-orang Kristen "di perantauan", 1:1 (terj: yang tersebar) dengan menyebut nama lima propinsi yang pada pokoknya merangkum seluruh Asia-Kecil. Apa yang dikatakan tentang hidup mereka dahulu, 1:14, 18; 2:9 dst; 4:3, menyarankan bahwa mereka dahulu kafir, meskipun tetap mungkin bahwa juga ada orang Kristen keturunan Yahudi di kalangan mereka. Itulah sebabnya maka Petrus menulis suratnya dalam bahasa Yunani. Bahasa Yunaninya adalah sederhana tetapi tepat dan halus, sehingga nampak terlalu bermutu untuk dapat dipakai oleh seorang nelayan asal Galilea, tetapi kali ini kita mengenal nama murid-juru-tulis yang kiranya menolong darlam mengarang surat itu. Namanya ialah Silwanus, 5:12, yang umumnya disamakan dengan rekan Paulus yang bernama Silas, Kis 15:22+.
Maksud tujuan surat ini ialah mempertahankan iman pada mereka yang dituju dan dilanda banyak percobaan. Ada orang yang berpendapat bahwa apa yang dimaksudkan dengan pencobaan itu ialah penganiayaan dari pihak pemerintah, misalnya dari fihak Kaisar Domitianus atau bahkan Kaisar Trayanus. Kalau demikian maka surat itu ditulis setelah Petrus meninggal. Tetapi apa yang dikatakan surat itu sekali-kali tidak menyarankan bahwa ada penganiayaan dari pihak pemerintah, apa lagi dari pihak Dominitianus atau Trayanus. Apa yang dimaksudkan tidak lain kecuali gangguan-gangguan dari pihak lingkungan orang-orang Kristen itu, fitnah dan penghinaan dari pihak mereka yang merasa tersinggung oleh karena orang Kristen tidak mau ikut dalam adat istiadat dan kebejatan akhlak mereka, 2:12; 3:16; 4:4,12-16.
Terhadap keaslian 1Ptr (sebagai karangan Petrus) masih diketengahkan kesulitan lain. Kesulitan itu ialah: Rupanya 1 Ptr banyak menggunakan karangan-karangan Perjanjian Baru lain, khususnya Yak, Rom dan Efesus, sedangkan anehnya Injil hanya sedikit dipakai. Namun demikian 1Ptr sering meski secara halus meskipun menyinggung Injil. Seandainya Injil dengan lebih jelas dikutip kiranya orang berkata bahwa pengarang berbuat demikian justru dengan maksud supaya suratnya diangggap sebagai karangan Petrus. Adapun hubungan 1Ptr dengan Yak dan Paulus jangan dibesar-besarkan. Tidak ada satupun pokok utama dari surat-surat Paulus (ciri sementara hukum Taurat, Tubuh Kristus, dll) yang tampil dalam 1Ptr. Banyak pokok yang dikatakan berasal dari Paulus oleh karena terutama dibahas dalam surat-surat Paulus kiranya tidak lain dari pokok-pokok yang banyak dibahas dalam teologi Gereja Purba pada umumnya (kematian Kristus sebagai penebusan, iman dan baptisan, dll). Makin banyak ahli menerima bahwa di zaman itu ada rumusan- rumusan tertentu dalam pengajaran agama dan kumpulan-kumpulan ayat-ayat Kitab Suci dan semuanya itu mungkin dipakai oleh macam-macam karangan tanpa tergantung satu sama lain. Namun demikian ada beberapa bagian dalam 1Ptr yang dijiwai oleh Rom dan Ef. Tetapi hal itu dapat diterima walaupun tidak perlu menolak 1Ptr sebagai karangan Petrus: Petrus tidak mempunyai keunggulan di bidang teologi seperti Paulus; maka ia dapat menimba dari karangan-karangan Paulus, terutama kalau berbicara kepada kalangan orang Kristen yang meresapkan ajaran Paulus ke dalam hati. Jangan dilupakan pula bahwa juru tulis Petrus yaitu Silwanus, adalah murid Paulus juga. Perlu masih dicatat pula bahwa di samping kedekatan dengan Paulus, ada juga sementara ahli yang menemukan kesamaan antara 1Ptr dan karangan-karangan lain yang berasal dari lingkungan Petrus, yaitu injil kedua dan wejangan-wejangan Petrus yang termaktub dalam Kis.
Surat Petrus ini tentu saja mendahului kematiannya dalam th. 64 dan 67. Namun ada kemungkinan juga bahwa menurut petunjuk-petunjuk Petrus Silwanus menulis surat ini setelah Petrus meninggal dunia, lalu mengumumkannya dibawah kewibawaan Petrus. Dugaan semacam ini terutama masuk akal seandainya benar bahwa surat ini sebenarnya terdiri atas beberapa kepingan, antara lain sebuah homili yang diucapkan dalam rangka upacara baptisan. Tetapi ini hanya dugaan belaka yang tak mungkin dibuktikan.
Meskipun 1Ptr terutama berisikan nasihat-nasihat praktis, namun ajaran yang termaktub di dalamnya bermutu tinggi. Terdapat di dalamnya sebuah ikhtisar bagus dari teologi Kristen di zaman itu dan ikhtisar itu mengharukan hati justru dalam kesederhanaannya. Sebuah gagasan pokok ialah: dengan berani dan sabar orang Kristen mesti menanggung percobaan sesuai dengan teladan Kristus sendiri, 2:21- 25; 3:18; 4:1, sama seperti Kristus orang Kristen harus menderita dengan berkanjang dan merasa gembira kalau sengsaranya yang disebabkan iman dan kelakuannya yang suci, 2:19 dst; 3:14; 4:12-19; 5:9, mereka harus menentang yang jahat dengan kasih sambil mentaati pemerintah sipil, 2:13-17, dan dengan lembut dan rendah hati terhadap sekalian orang, 3:8-17; 4:7-11, 19. Ada bagian sulit dalam surat ini yang diartikan dengan berbagai cara, yakni 3:19 dst; bdk 4:6. Pemberitaan (Injil) oleh Kristus sementara ahli mengartikannya sebagai pemberitaan keselamatan atau hukuman, sedangkan "roh-roh" yang di dalam penjara, diartikan entah sebagai orang fasik yang mati di waktu air bah, entah sebagai malaikat-malaikat yang menurut tradisi alkitabiah dan apokaliptik berdosa. Tetapi bagaimanapun juga tindakan Tuhan itu ditempatkan di saat wafatNya. Dan karena itu nas menjadi dasar utama bagi ajaran tentang turunnya Kristus ke dunia orang mati (penantian kurang tepat).
Tidak dapat diragukan bahwa juga surat kedua memperkenalkan diri sebagai karangan Petrus. Rasul tidak hanya menyebut namanya dalam alamat surat, 1:1, tetapi iapun menyinggung nubuat Yesus tentang kematian Petrus, 1:14; ia mengatakan bahwa menyaksikan Yesus waktu dimuliakan di gunung, 1:16-18. Akhirnya masih menyinggung salah satu suratnya dahulu dan surat itu kiranya tidak lain kecuali 1Ptr.
Kalau untuk kedua kalinya menulis surat bagi orang yang sama, maka maksudnya rangkap dua: memperingatkan mereka terhadap pengajar-pengajar palsu, 2, dan meredakan kegelisahan mereka yang disebabkan ditundanya Parusia Tuhan, 3. Tentu saja mungkin saja bahwa pengajar-pengajar palsu semacam itu dan juga kegelisahan itu muncul di bagian terakhir hidup Petrus. Tetapi ada pertimbangan lain yang membuat orang ragu-ragu tentang keaslian 2Ptr dan menyarankan bahwa surat itu ditulis di zaman lain. Bahasa 2Ptr sangat berbeda dengan bahasa 1Ptr. Bab 2 seluruhnya hanya dengan bebas (meskipun jelas) mengulang surat Yudas. Rupanya sudah ada sebuah kumpulan surat-surat Paulus 3:15 dst. Kelompok para rasul ditempatkan di tingkat sama dengan kelompok para rasul, 3:2. Pertimbangan- pertimbangan itu membenarkan keraguan yang sejak awal mula ada mengenai 2Ptr. Dengan pasti surat ini baru dimulai dipakai oleh Gereja dalam abad III, dan waktu itu masih ada orang yang blak-blakan menolaknya, seperti dikatakan oleh Origenes, Eusebius dan Hieronimus. Pada giliriannya banyak ahli dewasa ini tidak mau menerima bahwa 2Ptr adalah karangan Petrus, dan kiranya mereka benar juga. Tetapi kalau seorang murid kemudian menggunakan kewibawaan Petrus, maka ia barangkali berhak berbuat demikian. Boleh jadi pengarang termasuk kalangan orang Kristen yang bergantung pada Petrus, atau ia mungkin menggunakan salah satu karangan dari tangan Petrus, yang disadur dan dilengkapi dengan pertolongan Yud. Kalau demikian pengarang tidak "menipu" sebab di zaman dahulu orang mempunyai pandangan lain dan kita mengenai "hak pengarang" dan boleh tidaknya menggunakan nama orang lain.
Bagi kepercayaan kita juga cukup kalau surat ini oleh Gereja umum diterima sebagai sebagian dari Kitab Suci dan karenanya menyampaikan warisan dari zaman para rasul. Maka ajaran 2Ptr terjamin kebenarannya. Dari ajaran itu boleh disebutkan: panggilan orang Kristen untuk mengambil bagian dalam kodrat ilahi, 1:4; ajaran mengenai Kitab Suci yang diinspirasikan, 1:20 dst; keyakinan mengenai Parusia Tuhan yang akan datang meskipun saatnya ditunda; Parusia itu akan terjadi setelah dunia musnah oleh api, dan dunia baru dijadikan di mana terdapat kebenaran, 3:3-13.
Kegiatan surat Yohanes dibahas dalam pengantar Injil keempat.
Ende: 2 Petrus (Pendahuluan Kitab) SURAT KEDUA SANTU PETRUS
KATA PENGANTAR
Pengarang dan waktu ia menulis
Keaslian daripada surat ini djauh lebih banjak dipersoalkan dari pada surat-
su...
SURAT KEDUA SANTU PETRUS
KATA PENGANTAR
Pengarang dan waktu ia menulis
Keaslian daripada surat ini djauh lebih banjak dipersoalkan dari pada surat- surat lainnja dalam Perdjandjian Baru. Sepintas lalu, pertentangan ini seperti tak ada alasannja. Surat dibuka dengan utjapan selamat dari ,Simon Petrus, abdi dan rasul Jesus Kristus". Pengarang menjatakan dirinja penjaksi mata terhadap peristiwa Kristus berubah rupa digunung Tabor (1:16-18), suatu pernjataan tak langsung tetapi djelas dimaksudkan Petrus (Mk. 9:2). Dan dalam 3:1 penulis menegaskan babwa inilah "surat kedua jang kutulis untuk kamu", suatu penegasan, jang menurut konteks, hanja dapat dikenakan kepada surat I Petr.
Kalau bukan Petrus, siapakah pengarang sebenarnja? Kemungkinan adanja seorang pengarang lain disarankan oleh mereka jang berpendapat bahwa surat ini ditulis kemudian dari masa rasul-rasul. Pada tempat pertama, terang-terangan bahwa dikalangan Para pembatja terdapat orang-orang jang mulai bimbang akan kedatangan-kedua dari Kristus (3:3). Dikalangan orang kristen purba ada hidup suatu kejakinan bahwa kerobohan Jerusalem dan achirat dunia itu berhubungan erat (Mt. 24:2). Tak akan ada keragu-raguan mengenai kedatangan Kristus kedua, andaikata hal itu tak dituturkan djustru berdampingan dengan kerobohan Jerusalem. Ini menundjukkan bahwa sekurang-kurangnja sudah beberapa tahun lewat sedjak robohnja kota Jerusalem pada tahun 70. Tetapi Petrus sudah wafat sebelum peristiwa itu terdjadi.
Penulis menampik kritik itu dengan menundjukkan tak pastinja kedatangan-kedua Kristus (3:8-10). Akan tetapi penulis dari surat pertama Petrus merasa tak perlu memperkatakan soal itu. Untuk dia, seperti djuga untuk banjak orang kristen purba "achirat dari segala sesuatu itu sudah dekat" (I Petr. 4:7,17). Penulis surat II Petr. ternjata hidup pada periode jang lebih kemudian.
Tambahan pula, dalam II Petr 3:4 "bapa-bapa" kepada siapa ia alamatkan suratnja "sudah tidur njenjak" atau mati. Ini dapat dikenakan kepada generasi pertama dari orang kristen purba, dan telah dibuat djauh lebih dahulu daripada achir masa rasul-rasul. Serupa dengan itu ialah penjebutan nabi-nabi dan"rasul- rasulmu" (jakni mereka jang telah mengabarkan Indjil kepada para pembatja) jang kedua-duanja adalah manusia-manusia penghuni masa jang sudah lampau (3:2). Dalam 3:15-16 Pengarang berbitjara tentang "segala surat" St. Paulus. Ini menundjukkan bahwa sekurang-kurangnja sebagian besar daripada surat-surat jang kita kenal sekarang ini telah ditulis dan dipandang sebagai Kitab Kudus. Dan rupanja tertulis sezaman dengan Kitab-Kitab Kudus jang diwahjukan sebelum kematian rasul tsb.
Achirnja, menilik masa penulisannja, surat ini seakan-akan banjak bergantung kepada surat Judas.
Djika surat Judas ditulis sesudah tahun 70 (dan rupanja demikian), maka rasul Petrus tak pernah sudah dapat menulis surat ini.
Sebab-sebab mengapa orang berpendapat bahwa surat kedua Petrus ini ditulis kemudian, dan bukan oleh Petrus sendiri, banjak sedikitnja diperteguh oleh perbandingan gajabahasanja dengan Surat Pertama Petrus. Kedua surat itu sudah terang tidak berasal dari tangan jang sama. Sekalipun penggunaan djurutulis- djurutulis jang berlainan bisa membatalkan dugaan ini, toh tak dapat ia merobah dugaan akan adanja pengarang jang berbeda.
Bagaimana sekalipun berlainan pendapat orang tentang penulis surat ini, namun kesimpulan jang dapat kita ambil ialah surat ini ditulis beberapa waktu setelah- tahun 70, oleh seorang djurutulis jang dengan tepat dan teliti menuliskan buah pikiran gurunja.
Pembatja dan peristiwa
Djika Petrus sendirilah penulis surat ini, maka pembatja-pembatjanja terdiri dari umat beriman jang disebut dalam Surat Pertama Petrus (I Petr. 1:1), karena ia menegaskan bahwa kini buat kedua kalinja ia bersurat kepada mereka (3:1). Tetapi andaikata penulisnja bukan Petrus, maka akan tak djelas siapakah pembatja-pembatjanja, selain daripada bahwa pembatja-pembatja itu orang kristen (1:1), dan Peristiwa dan maksud surat ini djuga tidak dapat menentukan umat untuk siapa surat itu ditulis. Penulis mengadjak pembatjanja untuk menilai tinggi imannja, akan memiliki kebadjikan-kebadjikan, dan menghindarkan dosa serta adjaran-adjaran sesat. Nasehat jang achir ini agak penting, karena disini disinggung adjaran daripada beberapa pengadiar palsu, jang oleh adjaran dan kehidupan dan hidupnja jang tak susila, menjebabkan banjak orang kristen "mengikuti perbuatan mereka jang sesat", dan memperkosa "djalan kebenaran" (2:2). Meradjalelanja bahaja ini, jang rupanja tjukup umum dimasa ini memberi kesempatan istimewa untuk menulis surat ini. Tidak ada tanda-tanda jang menundjukkan tempat, dimana surat itu ditulis.
Gaja bahasa
Surat ini dibuka dengan suatu salam dan beberapa utjapan pribadi pengarang (1:16-18; 3:1,15). Bagaimanapun djuga, ada kemungkinan bahwa pengarang mempergunahan bentuk surat, dengan maksud membentangkan buah pikirannja tentang beberapa soal besar jang dihadapi umat beriman masa itu. Surat ini -- menilik bentuknja -- berupa suatu kotbah. Ini diperkuat lagi oleh penutup kotbah itu jang tak dikenakan kepada suatu pribadi tertentu. (3:17-18).
Adjaran didalamnja
Karena ditulis djauh kemudian, isi surat ini mengemukakan adjaran Kristus dan
misterinja setjara lebih bagus dan mendalam. Disini setjara singkat kita
sebutkan beberapa misteri: Dahulunja terselubung dalam dosa dan kesesatan (
Inilah Penjelamat itu, jang sudah memberi bantuan kepada manusia untuk mengambil bahagian dalam djandjian ilahinja (1:4; 3:4,9,13), dan dalam wudjud ilahi itu sendiri (1:4). Jang terpenting antara anugerah-anugerah ilahi ini ialah iman (1:1), jang berlandaskan pengetahuan akan Kristus (1:2), jang semakin bertambah djua berkat latihan kebadjikan (1:5-8; 3:18). Orang harus tekun berusaha dalam hal ini (1:10; 3:18,14,17) supaja ia bisa mentjapai keselamatan abadi disurga (1:11). Pada pihak lain, berdosa (2:2,10) dan menjangkali Kristus (2:1) ahan membawa orang kepada siksa kekal (2:3,9,17). Siksa kekal ini telah dialami oleh para machluk jang durhaka (2:4) dan orang-orang djahat dimasa lampau (2:5-91).
Salah satu motip terkuat jang mendorong manusia untuk hidup baik ialah kepastian tentang kedatangan jang kedua Kristus (1:16; 3:11-14). Sekalipun beberapa orang bimbang akan hal itu (3:3) namun penjaksian rasul (1:16-18) dan sabda nabi (1:19) merupakan djaminan jang tjukup. Kitab Kudus, diwahjukan oleh Roh Kudus dan tentang kedatangan jang kedua Kristus (1:16; 3:11-14). Sekalipun beberapa orang bimbang akan hal itu (3:3) namun penjaksian rasul (1:16-18) dan sabda nabi (1:19) merupakan djaminan jang tjukup. Kitab Kudus, diwahjukan oleh Roh Kudus dan berisikan sabda Allah sendiri, tidak dapat berdusta (1:20-21). Ketakpastian kedatangan jang kedua Kristus itu (3:10) tidak berarti bahwa itu tidak benar. Tambahan lagi, tjorak dugaan manusia itu lain daripada dugaan Allah (5:8). Tjukuplah halau orang kristen merenungkan kemuliaan hari itu (5:10-13).
Wycliffe: 2 Petrus (Pendahuluan Kitab) PENDAHULUAN 2 PETRUS
Penulis. Pada awal dari surat ini, dengan penggunaan kata-kata yang sedikit berbeda dengan I Petrus, disebutkan bahwa penulis su...
PENDAHULUAN 2 PETRUS
Penulis. Pada awal dari surat ini, dengan penggunaan kata-kata yang sedikit berbeda dengan I Petrus, disebutkan bahwa penulis surat ini adalah Simon Petrus (bdg. dengan Kis. 15:14; di naskah kuno yang baik nama penulis ialah Simeon). seorang "hamba dan rasul Yesus Kristus" (1:1). Dengan singkat dan tanpa ungkapan perasaan, penulis kembali mengaku dirinya termasuk golongan rasul (3:2). Penulis ini mengenal tulisan-tulisan Paulus dan menyatakan persetujuan penuh dengan "Paulus, saudara kita yang kekasih" (3:15, 16). Dia mengacu kepada pemuliaan Kristus di atas bukit dengan keyakinan seorang saksi mata. Surat ini disebut olehnya "surat yang kedua" (3:1). Dia memberitakan bahwa kematian mengenaskan yang akan menimpa dirinya sesuai dengan yang dinubuatkan Tuhannya (Yoh. 21:18) sudah dekat (1:13, 14). Jadi, rupanya di sini terdapat sebuah pengakuan bahwa penulisnya sama dengan yang menulis I Petrus. dan tentu pengakuan bahwa dirinya adalah Petrus. rasul Tuhan Yesus.
Apakah di dalam surat ini ada kesulitan-kesulitan yang membuat seorang pembaca yang jujur beranggapan bahwa pengakuan di atas itu berlebihan? Sejak masa sangat dini para kritikus sudah mengarahkan perhatian mereka kepada ketidaksamaan gaya penulisan di antara surat ini dengan I Petrus. Di dalam II Petrus tidak tampak kesederhanaan dan kelancaran dalam pengungkapan seperti dalam I Petrus. Penulis I Petrus rupanya bukan orang Yunani (mis., dia tidak pernah memakai partikel an), tetapi tidak diragukan bahwa dia memiliki kemampuan memanfaatkan bahasa dengan tepat. Gaya penulisan II Petrus tidak menunjukkan bahwa penulisnya memiliki keahlian seperti itu. Participle yang dipakai lebih sedikit dibandingkan dengan yang dipakai dalam I Petrus dan partikel men tidak dipakai.
Perbedaan gaya ini membuat beberapa kritikus zaman dulu dan beberapa orang reformator mempertanyakan keaslian surat ini. Yerom (346-420 M). penerjemah Alkitab versi Vulgata, sekalipun menerima II Petrus bersama dengan surat umum lainnya (Epistle to Paulinus), pada saat yang bersamaan menyadari bahwa beberapa orang pakar telah meragukan keasliannya karena perbedaan gaya ini (Catalogus Scriptorum Ecclesiasticoruni). Di dalam karya yang lain (Epistle to Hedibia, hlm. 20) beliau menjelaskan perbedaan ini sebagai akibat dari pemakaian penerjemah yang berbeda bagi kedua surat ini oleh Petrus.
Di dalam konteks yang sama Yerom menyebutkan bahwa Paulus pernah memakai Titus sebagai penerjemah dan Petrus yang mendiktekan kepada Markus bahan untuk menulis Injil yang kemudian memakai namanya. Bagi sebagian orang yang memiliki pemahaman mengenai pengilhaman secara sangat harfiah, ide tentang peranan penyuntingan seperti yang dilakukan Silas (I Ptr. 5:12) mengurangi pengilhaman dan kewenangan surat tersebut, sekalipun mereka ini cukup mengetahui bahwa ahli-ahli tulis sering kali dimanfaatkan oleh para penulis yang terilhamkan (Yer. 36:2, 4; Rm. 16:22; catatan-catatan tradisional sesudah I dan II Korintus, Ef. Flp. Kol. dan Flm.). Sebagian orang lain merasa tidak ada kesulitan dalam hal ini; Roh Kudus membantu Silas untuk menulis sebagaimana Dia membantu Petrus untuk mendikte. Bagian terbanyak dari gereja sepanjang sejarah menganut pandangan kedua.
Masalah lain di dalam surat ini yang telah dikemukakan untuk menyangkal kepenulisan Petrus ialah kenyataan bahwa penulisnya cukup mengenal tulisan-tulisan Paulus yang, bersama dengan acuannya terhadap otoritas tulisan-tulisan tersebut (3:15, 16), dianggap sebagai petunjuk bahwa kanon Perjanjian Baru sudah ditetapkan ketika surat II Petrus ini ditulis, sehingga bagi penganut pandangan ini waktunya sudah terlalu belakangan untuk dapat dianggap sebagai tulisan sang rasul.
Alur berpikir semacam itu rasanya memang terlalu dibuat-buat, sebab jika Petrus tiba di Roma sekitar dua atau tiga tahun sesudah Paulus dipenjara di sana, pastilah dia berkesempatan untuk mengetahui surat-surat Paulus dan tentu juga sangat mungkin berhubungan dengan Paulus sendiri. Bagaimanapun juga, tampaknya terdapat bukti yang cukup dapat diterima bahwa surat-surat Paulus telah diperbanyak dan disebarkan dari gereja ke gereja langsung setelah surat-surat itu diterima (lih. Kol. 4:16).
Satu hal di dalam surat ini hendaknya juga dipertimbangkan. yaitu adanya kemiripan beberapa pernyataan di surat ini dengan di surat Yudas. Berikut adalah tiga dari kesamaan-kesamaan yang paling penting: (1) 2:4 dengan Yudas 6 mengacu kepada hukuman bagi para malaikat yang jatuh. mengingatkan kepada suatu pernyataan di dalam kitab apokrif Enoch. (2) 2:11 dengan Yudas 9 berbicara tentang ketidaksediaan malaikat untuk melancarkan tuduhan terhadap Iblis, dengan pernyataan Yudas tampaknya menyinggung kitab apokrif Assumption of Moses, di mana Iblis dikisahkan sebagai menuntut tubuh Musa. (3) 3:3, 4 dengan Yudas 17, 18 mengingatkan tentang datangnya penghujat pada akhir zaman. Surat ini menyebutkan akhir zaman sebagai masih akan. Yudas menyebutnya suatu kenyataan sekarang, sebagaimana telah dinubuatkan oleh para rasul. termasuk, tentu saja, Petrus.
Dr. Charles Bigg (St. Peter and St. Jude, hlm. 216, 217), yang menerima bahwa surat ini ditulis oleh Petrus, mengemukakan dengan meyakinkan bahwa surat II Petrus ditulis lebih dahulu. Kiranya perlu pula diingat bahwa terdapat sejumlah pertimbangan yang bisa diterima bahwa surat Yudas ditulis agak dini. Ada anggapan bahwa surat tersebut sudah ditulis tahun 65 M, dan mereka yang beranggapan bahwa tahun penulisannya adalah tahun 80 atau 90 M harus memperhitungkan laporan dari Hegesippus (sebagaimana dikisahkan oleh Eusebius) bahwa dua orang cucu Yudas telah diseret ke hadapan kaisar Domitian yang memerintah tahun 81-96 M, yang dilukiskan sebagai dua orang yang sudah dewasa, petani yang bekerja keras, ketika itu. Ingatlah bahwa Yudas adalah saudara Tuhan Yesus. Kesamaan di antara surat II Petrus ini dengan surat Yudas tampaknya tidak mengharuskan surat yang pertama ditulis pasca masa kehidupan Petrus.
Lalu, bagaimana dengan bukti-bukti yang dari luar surat ini? Surat ini tidak pernah dikutip secara langsung oleh para Bapa Gereja sebelum awal abad ketika, sekalipun ada kemungkinan surat ini pernah disinggung sebelumnya di dalam beberapa tulisan yang terdahulu. Eusehius (Ecclesiastical History, 6.14.1), yang menulis sekitar tahun 324 M. mengatakan bahwa Klemens dari Aleksandria (wafat sekitar tahun 213) telah mengumpulkan berbagai rangkuman dari semua kitab yang terilhamkan, termasuk yang keasliannya sedang dipersoalkan, dan di dalam daftar rangkuman tersebut semua surat umum ikut tercakup.
Origenes, yang wafat tahun 253 M, sekalipun menyadari bahwa surat II Petrus ini masih dipertanyakan, menerima kitab ini sebagai benar-benar ditulis oleh rasul Petrus. Sahabat dan murid Origenes yang bernama Firmilian, uskup Kaesarea di Kapadokia tahun 256 M. dengan kuat mendukung kepenulisan Petrus ketika di dalam suratnya kepada Siprian berbicara tentang seorang bersama Stefanus sebagai "menyangkal rasul Petrus dan rasul Paulus yang mulia ... yang di dalam surat-surat mereka mengucapkan kutuk atas orang yang sesat dan mengingatkan agar kita menjauhi mereka itu" (Letters, no. 75). Orang sesat disebutkan di dalam II Petrus dam bukan di I Petrus.
Eusebius sendiri yang ditugaskan oleh kaisar Konstantinus untuk mempersiapkan lima puluh buah Kitab Suci menyebut Yakobus, Yudas, dan II Petrus sebagai kitab-kitab yang dipersoalkan, namun sangat dikenal di kalangan sebagian besar orang Kristen.
Yerom (k. l. 346-420 M) ketika membahas masalah keaslian surat ini mengatakan bahwa persoalan ini muncul karena adanya perbedaan gaya penulisan dengan gaya yang dipakai untuk menulis I Petrus, dan beliau memberikan penjelasan tentang hal tersebut yang sudah kita bahas sebelumnya. Beliau sendiri menerima II Petrus dan mencantumkannya di dalam Alkitab versi Vulgata karyanya. Alkitab ini diakui oleh Konsili di Laodikea (k. l. 342 M) dan secara formal diakui sebagai bagian dari kanon oleh Konsili di Kartago (397).
Kitab ini tidak tercantum di dalam fragmen Muratoria, sebuah daftar kitab Perjanjian Baru yang dibuat sekitar akhir abad kedua. Daftar ini sekarang dalam keadaan rusak. Sebagaimana adanya saat ini, tidak tercantum surat Ibrani, I atau II Petrus. Yakobus atau III Yohanes. Mungkin sebagian atau semua kitab ini tercatat di bagian yang rusak itu: namun karena kitab-kitab ini tidak ada, dari perkembangan kanon bahwa daftar Muratoria ini tidak dianggap sebagai menentukan oleh gereja.
Surat II Petrus juga tidak dicantumkan di dalam Alkitab Siria yang dinamakan Pesyital Perjanjian Lama Pesyita sudah diterjemahkan pada saat yang sangat dini. Terjemahan Perjanjian Baru mungkin merupakan hasil karya Rabula. uskup Edessa di Siria tahun 411-435. Versi ini tidak mencantumkan II Petrus. II dan III Yohanes, Yudas dan Wahyu. Sangat mungkin Perjanjian Baru yang paling awal dari gereja di Siria tidak mencantumkan ketujuh surat umum.
Beberapa orang menduga bahwa karena penekanan praktis dan disipliner dari surat-surat umum ini, mungkin surat-surat ini dianggap "bukan dari Paulus" di wilayah di mana nama Paulus sangat dihormati karena keanggotaannya di gereja Antiokhia, dan dukungannya terhadap kebebasan orang percaya non-Yahudi dari hukum-hukum Yahudi di sidang di Yerusalem. Pihak lainnya menduga bahwa dicantumkannya beberapa acuan kepada kitab-kitab apokrif oleh beberapa surat umum membuat surat-surat ini ditolak oleh gereja di Siria yang secara khusus sangat terganggu oleh doktrin Yahudi mengenai malaikat yang tercermin di dalam beberapa kitab apokrif tersebut.
Mungkin ada yang perlu disebutkan dari argumentasi sarjana Inggris Joseph B. Mayor (The Epistle of St. Jude and the Second Epistle of St. Peter) yang menganggap I Petrus memang ditulis oleh rasul Petrus sedangkan II Petrus dianggap palsu.
Mayor melandaskan pandangannya pada bukti-bukti yang terdapat di dalam kitab dan bukan dari luar kitab. Setelah mengulas bukti-bukti yang terdapat di luar kitab ini, dengan acuan-acuan yang berkenaan dengan pro dan kontra mengenai keaslian surat ini, Mayor membuat rangkuman dengan mengatakan, "Jika kita tidak memiliki masukan apapun selain bukti dari luar untuk menentukan keaslian II Petrus, kita pasti cenderung untuk berpikir bahwa Eusebius dapat dibenarkan ketika ia menyatakan bahwa surat kita ini, `karena rupanya berguna bagi banyak orang, diakui bersama dengan kitab lainnya" (op. cit., hlm. cxxiv).
Mayor mengajukan sebuah penelitian yang terinci mengenai perbedaan kosakata dan menyebutkan 369 kata yang dipakai dalam I Petrus tetapi tidak dipakai dalam II Petrus dan 230 buah kata yang dipakai dalam II Petrus tetapi tidak dipakai dalam I Petrus. Mayor menemukan sekitar 100 buah kata ayat kuat (secara praktis semuanya kata benda dan kata kerja) yang dipakai di dalam kedua surat ini. Kemudian, secara mengejutkan, ia tampaknya menuliskan hasil penelitian ini sebagai alasan untuk menganggap bahwa kedua kitab ini tidak ditulis oleh satu orang, karena "jumlah persamaannya 100 dibandingkan dengan 599 perbedaan, maksudnya: jumlah perbedaan nyaris enam kali persamaannya" (op. cit., hlm. lxxiv).
Bagaimana mungkin mengharapkan adanya kesamaan kosakata yang lebih banyak di dalam dua buah surat pendek yang ditulis dengan perbedaan beberapa tahun serta tema, alasan penulisan dan situasi yang berbeda? Ini merupakan alasan berdasarkan ketidakjelasan yang mencapai taraf yang paling membahayakan. Pastilah dua buah surat pendek tidak akan mulai menguras habis kosakata seseorang yang pandai. Kenyataan bahwa ada seperenam dari kata-kata yang dipakai di dalam kedua surat ini sama pastilah akan membuat orang justru cenderung beranggapan bahwa kedua surat ini ditulis oleh satu orang dan bukan sebaliknya.
Mayor kemudian melanjutkan penelitiannya dengan suatu pemeriksaan canggih terhadap tata bahasa dan gaya penulisan dari kedua surat ini, aspek yang perbedaannya sudah dicatat sejak dini, dan yang sudah kita bahas. Kesimpulan Mayor agak lunak, "Di antara kedua surat ini tidak ada perbedaan sebagaimana coba ditunjukkan oleh beberapa orang" (op.cit., hlm. civ). Kemudian, "Perbedaan gaya penulisan tidak semenonjol perbedaan kosakata, dan itupun tidak semenonjol perbedaan pokok bahasan, sedangkan di atas segalanya terdapat perbedaan besar di dalam pikiran, perasaan dan watak, atau singkatnya kepribadian." Perlu kiranya ditegaskan bahwa perbedaan dalam pokok bahasan. pikiran dan perasaan belum tentu menunjuk kepada kepribadian yang berbeda. Orang yang sama, karena tujuan yang berbeda, dapat menulis dalam suasana hati dan membahas pokok-pokok yang sangat berbeda.
Mayor kemudian rupanya memberikan bobot menentukan pada penilaiannya tentang perbedaan dalam perasaan di antara kedua surat - Cara mengambil kesimpulan yang sangat berbahaya sebab perasaan seseorang bila sangat berbeda dari saat ke saat karena berbagai alasan. Berawal di halaman lxxvi dari bagian Pendahuluan, Mayor membahas soal kenang-kenangan dari kehidupan Kristus yang terdapat di dalam kedua surat ini. Menurut hasil pengamatannya surat II Petrus memuat kenangan lebih sedikit dan sifatnya "tidak seakrab surat yang lain (I Petrus)" (op. cit., hlm. lxxvii). Mayor kemudian melanjutkan pembahasannya dengan memperhatikan kelembutan I Petrus yang dikontraskan dengan ketegasan II Petrus, yang disebut olehnya "tidak memiliki simpati mendalam pancaran kasih, yang menandai I Petrus."
Mayor melanjutkan jenis penelitian yang sama terhadap berbagai acuan mengenai kedatangan Kristus yang kedua kali dan air bah pada zaman Nuh yang terdapat di dalam kedua surat ini. Akan tetapi, bukankah semua perbedaan ini dapat diduga mengingat perbedaan tujuan penulisan dari kedua surat ini? I Petrus bertujuan untuk menghibur orang yang menderita: sedangkan II Petrus bertujuan mengingatkan orang-orang percaya akan berbagai kejahatan rohani dan menasihati mereka untuk hidup kudus. Tentu saja nada yang pertama bersifat lembut sedangkan yang berikutnya bersifat keras. Hal yang menakjubkan ialah bahwa dengan tujuan yang demikian berbeda yang diacu adalah fakta dasar yang sama - kedudukan sentral Kristus dan kepastian bahwa Dia akan datang lagi. Di dalam peristiwa besar yang akan datang tersebut orang percaya yang menderita memperoleh penghargaan. dan orang percaya yang berpotensi untuk murtad diperingatkan.
Mengenai penyebutan air bah pada zaman Nuh di dalam I Petrus (3:20) yang menekankan kemurahan Allah dan di dalam II Petrus (2:5; 3:6) yang menekankan hukuman Allah (sekalipun 2:5 juga menyebutkan bahwa "Allah menyelamatkan Nuh), ini pun secara mengagumkan tetap cocok dengan perbedaan tujuan penulisan yang baru disebutkan sebelumnya. Dan kenyataan bahwa ilustrasi yang sama dipakai untuk menekankan unsur yang berbeda tampaknya justru menegaskan bahwa penulis kedua surat ini sama dan bukannya berbeda.
Mayor sangat adil dalam menyajikan gambaran keseluruhan. Beliau melanjutkan dengan membahas kesamaan di antara kedua surat ini, tanpa ada pengamatan yang diabaikan, dalam hal sabda nubuat yang lisan dan tertulis, dengan mengemukakan bahwa di dalam hal ini kedua surat sangat sesuai dengan kata-kata Petrus dalam Kisah Para Rasul 26:22, 23. Mayor juga secara khusus memperhatikan kesamaan pandangan dari I Petrus dan II Petrus mengenai pertumbuhan Kristen (I Ptr. 2:2; II Ptr. 3:18). Setelah membaca tulisan Mayor ini orang memperoleh kesan bahwa dia memperkuat dan bukannya melemahkan pengakuan bahwa II Petrus ditulis oleh rasul Petrus.
Kalau begitu, mengapa Mayor menolak pengakuan ini? Orang tidak dapat membuang kesan bahwa pandangannya ini menunjukkan pengaruh kuat dari konsensus kritis dari para pakar Perjanjian Baru dan terutama dari kesimpulan Dr. F. H. Chase, yang dikenalnya secara pribadi dan sering ia kutip. Artikel Chase dalam HDB tentang Petrus dan Yudas oleh Mahor dikatakan "jelas merupakan pendahuluan paling baik yang saya ketahui tentang kedua surat yang dibahas" (op. cit., hlm. vii).
Cukuplah kiranya jika dikatakan bahwa melalui semua pertimbangan ini tampaknya tidak ada alasan meyakinkan untuk menolak pengakuan bahwa surat II Petrus ini ditulis oleh rasul yang namanya disebutkan.
Saat dan Tempat Penulisan. Sangat mungkin surat ini ditulis kepada orang Kristen di Asia Kecil (3:1) ketika ingatan akan surat I Petrus masih segar di dalam pikiran mereka. Jika kita menganggap bahwa I Petrus ditulis dari Roma sekitar tahun 64 M, masuk akal kalau kita menganggap bahwa surat ini ditulis dari Roma sekitar akhir pemerintahan Nero, katakanlah tahun 67 M.
Amanat Surat Ini. Beban Petrus yang khusus saat ini rupanya adalah bertumbuhnya sikap liar dan antinomianisme di dalam gereja, dan juga sikap skeptis terhadap kemungkinan kedatangan Kristus yang kedua kali. Beberapa penafsir beranggapan bahwa para guru palsu yang dilukiskan di dalam surat ini merupakan wakil-wakil ajaran sesat Gnostik tahap awal.
Namun sekalipun sangat terbeban dengan kerusakan yang diakibatkan oleh para guru palsu ini, dan membahas masalah ini dengan sedikit penekanan, sang rasul menyadari bahwa kebutuhan mendasar para pembacanya ialah pembinaan dan kekuatan rohani yang dapat membuat mereka mampu mengatasi bahaya-bahaya tersebut. Oleh karena itu, Petrus membuka dan menutup suratnya ini dengan mendorong pembacanya untuk melakukan penaklukan rohani sambil menyisipkan peringatan-peringatannya terhadap para guru palsu pada pasal dua.
Wycliffe: 2 Petrus (Garis Besar) GARIS BESAR 2 PETRUS
Tema: Perintah untuk penaklukan rohani.
Ayat Kunci 3:18
I. Pembaca Didorong untuk Maju Dalam Kasih Karunia
A....
GARIS BESAR 2 PETRUS
Tema: Perintah untuk penaklukan rohani.
Ayat Kunci 3:18
- I. Pembaca Didorong untuk Maju Dalam Kasih Karunia
- A. Salam dan Doa untuk Kemajuan Rohani Pembaca (1:1. 2)
- B. Mengingatkan Tentang Realitas Warisan Rohani Mereka (1:3. 4)
- C. Tantangan untuk Menggapai Seluruh Implikasinya (1 :5-11)
- D. Perasaan Tanggung Jawab Petrus untuk Menantang Mereka (1:12-21)
- II. Peringatan Petrus Terhadap Bahaya Guru Palsu (2:10-22)
- A. Adanya Guru Palsu Tidak Bisa Dielakkan (2:1-3a)
- B. Hukuman Bagi Guru Palsu (2:3b-9)
- C. Ciri-ciri Guru Palsu (2:10-22)
- III. Kedatangan Kristus Kedua Kali Mengharuskan penaklukan Rohani (3:1-18)
- A. Kedatangan Kristus Dalam Kemuliaan yang Sudah Diketahui (3:1, 2)
- B. Objek Keraguan (3:3-9)
- C. Mengandung Bencana (3:10)
- D. Perangsang untuk Hidup Kudus (3:11-18a)
- IV. Berkat Rasuli (3:18b)
TFTWMS: 2 Petrus (Pendahuluan Kitab) Kedatangan Yang Kedua Dan Moralitas (2 Petrus 3:11-13)
Idealnya orang Kristen cukup hanya mentaati Allah dan melayani Yesus Kristus karena itu adalah...
Kedatangan Yang Kedua Dan Moralitas (2 Petrus 3:11-13)
Idealnya orang Kristen cukup hanya mentaati Allah dan melayani Yesus Kristus karena itu adalah hal yang benar untuk dilakukan. Cukuplah bahwa Allah adalah Pencipta. Cukuplah bahwa Ia telah menunjukkan kasih-Nya dalam Yesus dari Nazaret. Idealnya, kita akan mentaati Dia bukan untuk alasan lain selain ke-Tuhanan-Nya. Pengingat tentang penghakiman dan kekekalan tidak akan dibutuhkan.
Ini adalah konsesi terhadap keinginan daging yang kuat sekali sehingga Allah menuntut hidup saleh dengan menggunakan upah dan hukuman. Di satu sisi, Allah adalah kasih. Orang Kristen mentaati Allah karena Ia adalah Bapa yang pengasih. Di sisi lain, Allah adalah api yang menyala-nyala. Ia adalah Hakim. Ini adalah gambaran yang suram untuk membayangkan Allah seolah-olah Ia itu adalah raksasa di langit dengan pentungan besar yang siap menerkam orang-orang berdosa. Yohanes menghalau orang percaya dari konsepsi seperti itu ketika ia berkata, "kasih yang sempurna melenyapkan ketakutan" (1 Yohanes 4:18). Tetap saja, ketakutan harus jangan dihilangkan sebagai kekuatan pendorong bagi orang Kristen. Ada saatnya untuk berhenti sejenak dalam menghadapi daya pikat dosa dan untuk mengingat bahwa Allah menuntut tanggung jawab kita semua atas apa yang kita lakukan. Orang-orang kudus dalam Perjanjian Lama dan Baru tidak ragu-ragu untuk mengingatkan orang-orang percaya bahwa Allah adalah Hakim. Dalam tradisi itu, Petrus menunjuk kepada kedatangan kembali Tuhan dan penghakiman terakhir. Karena Kristus akan datang kembali sebagai Hakim, Petrus mengingatkan orang-orang Kristen bahwa penting bagi mereka untuk hidup kudus.
TFTWMS: 2 Petrus (Pendahuluan Kitab) 2 Petrus 3:1-16
Kedatangan Kristus Yang Kedua Kali
Petrus membuat jelas bahwa pesannya itu bukan baru saja muncul. Pesan para rasul telah membawa par...
2 Petrus 3:1-16
Kedatangan Kristus Yang Kedua Kali
Petrus membuat jelas bahwa pesannya itu bukan baru saja muncul. Pesan para rasul telah membawa para pembacanya kepada keselamatan. Gereja-gereja yang ia sapa sudah mengetahui kebenaran; mereka benar-benar telah diteguhkan dalam kebenaran itu (1:12). Lalu guru-guru palsu datang. Mereka memecah-belah gereja. Beberapa orang Kristen telah menerima atau setidaknya menoleransi mereka; beberapa lainnya telah secara lebih jelas memahami implikasi ajaran mereka dan menolak mereka. Rasul Petrus memiliki dua tujuan dalam menulis surat ini: (1) Ia ingin meyakinkan para pembacanya bahwa guru-guru palsu itu sedang mengeksploitasi mereka. Lebih daripada itu, mereka sedang mengompromikan pesan-pesan rasuli sehingga tidak bisa dikenali lagi. (2) Ia ingin mendorong para pembacanya dengan mengingatkan mereka tentang kekuatan dan kesucian panggilan mereka. Ia ingin membangun mereka dalam iman. Petrus membuat jelas bahwa ia tidak memiliki pesan yang baru, yang inovatif. Tujuannya adalah mengingatkan dan menggugah pikiran mereka. Jika mereka ingin tetap sebagai umat Allah, maka penting bagi mereka untuk menolak guru-guru palsu dan menegaskan kembali komitmen mereka terhadap pesan yang mereka pernah dengar dari para rasul.
TFTWMS: 2 Petrus (Pendahuluan Kitab) Mempercepat Hari Tuhan (2 Petrus 3:1-16)
Telah dikatakan bahwa Alkitab diringkas sebagai berikut: (1) Tema Perjanjian Lama adalah "Seseorang aka...
Mempercepat Hari Tuhan (2 Petrus 3:1-16)
Telah dikatakan bahwa Alkitab diringkas sebagai berikut: (1) Tema Perjanjian Lama adalah "Seseorang akan datang." (2) Tema keempat Injil adalah (3) "Seseorang ada di sini." Tema kitab lainnya Perjanjian Baru adalah "Seseorang akan datang kembali." Ketika Petrus menuliskan suratnya yang kedua ia menyapa beberapa orang yang mungkin telah menjadi Kristen selama satu dekade atau lebih. Mereka mengerti bahwa Tuhan harus datang kembali. Tahun-tahun telah berlalu dan kehidupan berlangsung sebagaimana sebelumnya. Petrus menyimpulkan suratnya ini dengan meyakinkan para pembacanya bahwa apa yang mereka sudah dengar adalah benar: Tuhan akan datang kembali. Petrus ingin memastikan mereka itu memahami prinsip-prinsip ini:
(1) Akan selalu ada orang skeptis dan ragu-ragu yang akan mengejek orang-orang yang percaya bahwa dunia sedang menuju akhir yang ditetapkan oleh Tuhan. Salah satu perbedaan paling penting antara pandangan orang Kristen dan non-Kristen atas dunia adalah bahwa orang Kristen tahu dunia ini sedang menuju ke suatu tempat. Dunia sedang bergegas menuju akhir, penghakiman ketika semua orang akan berdiri di hadapan Allah dan memberikan pertanggungan jawab (2 Korintus 5:10). Orang non-Kristen memiliki iman bahwa tidak ada apa-apa di luar proses materi yang mereka lihat di alam. Semuanya adalah kebetulan. Dunia bisa berakhir lantaran benturan atau rengekan; tetapi ketika itu terjadi, itu tidak berarti apa-apa. Bagi orang non-Kristen, kehidupan manusia dan dunia materi adalah semacam kecelakaan kosmik. Itu tidak memiliki rancangan dan tidak punya rencana. Bagi mereka, seperti kata Paulus, manusia bisa juga "makan dan minum, sebab besok [mereka] mati" (1 Korintus 15:32). Namun jangan salah duga. Itu bukan seolah-olah orang-orang Kristen memiliki "iman yang buta" sedangkan para peragu tidak memiliki iman. Orang non-Kristen mempertaruhkan kekekalan mereka pada keraguan mereka. Orang Kristen percaya bahwa Allah telah menyatakan diri-Nya. Tidak hanya itu, mereka punya alasan untuk percaya bahwa Allah sudah datang ke bumi sebagai Penebus dalam Yesus Kristus. Akan selalu ada orang-orang ragu yang akan mengejek. Petrus ingin para pembacanya mengetahui bahwa hal itu harus sudah diantisipasi. Keraguan dan ejekan tidak mengubah fakta bahwa Yesus sudah bangkit dari antara orang mati dan memerintah di sebelah kanan Allah. Ini tidak mengubah jaminan bahwa Ia akan datang lagi.
(2) Allah memiliki sejarah panjang tentang panjang sabar; tapi pada akhirnya, Ia menepati janji-Nya. Petrus membawa kembali orang Kristen kepada periode air bah. Petrus mengenang kembali Nuh sebanyak tiga kali dalam dua suratnya yang singkat (1 Petrus 3:20; 2 Petrus 2:5; 3:5, 6). Dalam setiap contoh rasul itu mengacu kepada Allah yang menuntut tanggung jawab dunia atas dosa. Dalam contoh terakhir (3:5, 6) ia mengingatkan orang-orang percaya bahwa Allah tidak menyerukan penghakiman hari ini dan esoknya dilaksanakan. Nuh menghukum dunia, dan menjadi "penerima kebenaran" (Ibrani 11:7). Dunia mengacuhkan dia. Tahun-tahun berlalu, namun pada akhirnya Allah mendatangkan penghakiman yang ia sudah umumkan.
Petrus bisa saja mengutip banyak contoh lainnya. Selama beberapa dekade Yeremia memperingatkan kaum Yudea dan Yerusalem bahwa Allah akan menghakimi bangsa itu. Sedikit saja yang mendengarkan. Umat itu memiliki banyak kesempatan untuk bertobat. Sebaliknya, mereka malah mengejek nabi itu. Yeremiah menjadi putus asa dan ingin menyerah (Yeremia 20:7). Pada akhirnya, Allah menghakimi umat itu.
Yerusalem dihancurkan; kaum itu ada yang dibantai atau diangkut menjadi tawanan sebagai budak. Allah bersikap sabar terhadap manusia, tapi janji-Nya pasti akan digenapi.
(3) Semua kemegahan dan kemuliaan manusia akan jatuh di bawah hukuman Allah. Orang-orang non-Kristen sering memiliki inkonsistensi yang aneh ini: Pertama, mereka menganggap kehidupan manusia tidak lebih daripada akhir dari rantai evolusi biologi. Menjadi manusia tidak ada bedanya dengan menjadi jangkrik atau orangutan. Logikanya, kematian manusia tidak lebih daripada kematian tikus sawah. Seorang pengamat yang obyektif bisa berpendapat bahwa, berdasarkan dugaan orang non-Kristen, umat manusia adalah penyakit di planet ini, mengganggu ekologi dan menghancurkan bentuk-bentuk kehidupan lainnya. Planet ini akan jauh lebih baik tanpa mereka.
Jika orang-orang non-Kristen itu benar, maka orang dapat memahami bagaimana mereka akan menarik pelbagai kesimpulan ini. Namun begitu orang-orang non-Kristen yang sama itu, meski menyimpulkan bahwa kehidupan manusia tidak ada artinya, ingin menjadikan hidup manusia segala-galanya. Manusia masih melihat ke menara-menara yang mereka bangun ke langit (Kejadian 11:4) dan mengagumi pencapaian mereka sendiri. Mereka mengatakan, "Lihatlah gedung pencakar langit kita, tanker minyak kita, pesawat ruang angkasa kita, pipa besar kita, jalan dan jembatan kita. Betapa kita ini adalah ras yang luar biasa. Tidak ada yang tidak bisa kita capai. "
Manusia menjadikan diri mereka sendiri sebagai dewa mereka. Kita bisa mengingatkan orang-orang yang bermegah dalam pencapaian beberapa hal tentang apa yang tidak bisa dicapai oleh ras itu. Kita belum mampu menghentikan pembunuhan satu sama lain. Perang terus menjamur. Kebencian menginfeksi jalan-jalan dan rumah-rumah mereka. Anak-anak berpaling kepada narkoba. Suami dan istri tidak dapat menemukan sumber daya untuk membangun kehidupan bersama. Lalu ada realitas yang sangat kuat yang tidak pernah lenyap: Dalam kata-kata dari lagu lama, "Kita sedang menuruni lembah satu per satu."12Maut masih menelan orang-orang yang bersikeras bahwa manusia dapat mencapai apa saja. Peringatan Petrus hampir tidak bisa diabaikan. Bumi dan langit, semua kemuliaan dan kemegahan insani, akan dihancurkan. Allah sedang membawa dunia ini kepada akhirnya. Bagian orang-orang yang bijaksana adalah menjalani hidup saleh. Petrus menyatakan, "Karena semua ini harus dihancurkan dengan cara ini, betapa kamu harus menjadi jenis umat yang hidup dalam perilaku kudus dan kesalehan,!"(2 Petrus 3:11).
Kesimpulan. Pelbagai peringatan Petrus itu adalah tegas, tetapi pada saat yang sama ia mengulurkan harapan. Ia memberitahu kaumnya bahwa setelah dunia ini berakhir, Allah akan membuat langit yang baru dan bumi yang baru. Di dalamnya orang benar akan menetap (2 Petrus 3:13). Baik Petrus maupun penulis Perjanjian Baru lainnya tidak mendorong adanya spekulasi berlebihan tentang akan seperti apa dunia yang baru itu. Kita percaya Allah memberikan penyedian bagi umat-Nya.
TFTWMS: 2 Petrus (Garis Besar) Catatan Akhir:
1 Donald Guthrie, New Testament Theology (Downers Grove, Ill.: Inter-Varsity Press, 1981), 978.
2 Para rasul disebut "dua bel...
Catatan Akhir:
- 1 Donald Guthrie, New Testament Theology (Downers Grove, Ill.: Inter-Varsity Press, 1981), 978.
- 2 Para rasul disebut "dua belas" hanya sekali dalam Kisah (6: 2) dan sekali oleh Paulus (1 Korintus 15:5). Meski resminya bukan bagian dari "dua belas," namun Paulus memiliki otoritas penuh dan penugasan seorang rasul (Galatia 1:1).
- 3 Michael Green, The Second Epistle General of Peter and the General Epistle of Jude, rev. ed., Tyndale New Testament Commentaries, vol. 18 (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1987), 138.
- 4 Lihat Everett Ferguson, Backgrounds of Early Christianity, 2d ed. (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1993), 232.
- 5 John R. Clements, "In the Land of Fadeless Day," Songs of the Church, comp. and ed. Alton H. Howard (West Monroe, La.: Howard Publishing Co., 1977).
- 6 Irenaeus Against Heresies 5.28.3.
- 7 Richard J. Bauckham, Jude, 2 Peter, Word Biblical Commentary, vol. 50 (Waco, Tex.: Word Books, 1983), 312.
- 8 Charles H. H. Scobie, The Ways of Our God: An Approach to Biblical Theology (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 2003), 741.
- 9 Robert Davidson, "Some Aspects of the Old Testament Contribution to the Pattern of Christian Ethics," Scottish Journal of Theology 12 (December 1959): 376.
- 10 Dalam ayat ini, 2 Petrus 3:14, rasul itu menggunakan kata aÓmw¿mhtoß (amōmetos, "tidak bercela" atau "tidak bercacat"), bukan a‡mwmoß (amōmos) seperti yang ia lakukan dalam 1 Petrus 1:19, di mana ia mengatakan bahwa Yesus adalah anak domba yang "tidak bercacat." Kata-kata itu sangat dekat dan pada dasarnya bermakna hal yang sama.
- 11 Shepherd of Hermas: Similitudes 9.14.4.
- 12 Jessie Brown Pounds, "We Are Going Down the Valley," Songs of the Church, comp. and ed. Alton H. Howard (West Monroe, La.: Howard Publishing Co., 1977).
- 13 Clement 11.2-5.
- 14 Seneca Epistles 101.
Pengarang: Duane Warden
Hak Cipta © 2015 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
BIS: 2 Petrus (Pendahuluan Kitab) SURAT PETRUS YANG KEDUA
PENGANTAR
Surat Petrus Yang Kedua ini ditujukan kepada seluruh umat Kristen yang mula-mula.
Surat ini ditulis terutama untuk
SURAT PETRUS YANG KEDUA
PENGANTAR
Surat Petrus Yang Kedua ini ditujukan kepada seluruh umat Kristen yang mula-mula. Surat ini ditulis terutama untuk menentang pekerjaan guru-guru yang mengajarkan hal-hal yang salah, dan juga untuk memberantas perbuatan-perbuatan tak patut yang dihasilkan oleh ajaran guru-guru itu. Supaya tidak dipengaruhi oleh ajaran-ajaran itu, orang Kristen harus berpegang kepada ajaran yang benar tentang Allah dan tentang Yesus Kristus -- yaitu ajaran yang disampaikan oleh orang-orang yang telah menyaksikan dan mendengar sendiri Yesus mengajar.
Yang terutama dirisaukan dalam surat ini ialah orang-orang yang mengajar bahwa Kristus tidak akan datang lagi untuk kedua kalinya. Surat ini menerangkan bahwa kedatangan Kristus itu nampaknya lambat karena Allah "tidak mau seorang pun binasa. Ia ingin supaya semua orang bertobat dari dosa-dosanya".
Isi
- Pendahuluan
2Pet 1:1-2 - Panggilan Allah kepada orang Kristen
2Pet 1:3-21 - Guru-guru palsu
2Pet 2:1-22 - Kedatangan Kristus untuk kedua kali
2Pet 3:1-18
Ajaran: 2 Petrus (Pendahuluan Kitab)
Tujuan
Supaya dengan mengenal isi Kitab II Petrus, orang Kristen mengerti ajaran-ajaran
utama dalam Kitab II Petrus dan akhirnya menerapkan di dalam
Tujuan
Supaya dengan mengenal isi Kitab II Petrus, orang Kristen mengerti ajaran-ajaran utama dalam Kitab II Petrus dan akhirnya menerapkan di dalam kehidupannya.
Pendahuluan
Penulis : Kitab II Petrus ditulis oleh penulis yang sama dari Kitab I Petrus.
Tahun : Pada tahun 66 sesudah Masehi.
Penerima :
Isi Kitab: Isi Kitab II Petrus memperingatkan para pembacanya (orang-orang Kristen) untuk bertumbuh di dalam imannya. Di mana pertumbuhan iman dapat berjalan terus, walaupun ada pengajar-pengajar palsu yang datang, pengejek- pengejek menyerang, karena Allah telah menganugerahkan kuasa Ilahi bagi orang Kristen yang melawannya.
I. Ajaran-ajaran utama dalam Kitab II Petrus
Pasal 1 (2Pet 1:1-21). Pengajaran tentang Kuasa Allah tersedia bagi setiap orang Kristen untuk bertumbuh di dalam imannya.
Pasal 2 (2Pet 2:1-22). Pengajaran peringatan untuk orang Kristen agar sadar akan adanya penghalang-penghalang dari guru-guru palsu.
Pasal 3 (2Pet 3:1-18). Pengajaran tentang menghadapi atau melawan para pengejek yang berusaha menghancurkan pengharapan orang-orang Kristen.
Pendalaman
- Bacalah pasal 2Pet 1:3-9. _Tanyakan_: Apakah yang menyebabkan seseorang lupa bahwa dosanya sudah diampuni?
- Bacalah pasal 2Pet 2:1-3. _Tanyakan_: Apakah yang disangkal oleh nabi-nabi palsu? Apakah yang tersedia bagi nabi-nabi palsu itu?
- Bacalah pasal 2Pet 3:8-13. _Tanyakan_: Apakah yang tidak boleh dilupakan oleh orang Kristen dalam menghadapi para pengejek?
II. Penutup
Pentingnya surat ini, karena orang-orang Kristen cepat lupa apa yang sudah diajarkan; yaitu perintah-perintah Tuhan Yesus (2Petrus 1:12-15; 3:1-2).
Pertanyaan-pertanyaan yang Dapat Digunakan untuk Tanya Jawab
- Siapakah penulis Kitab II Petrus?
- Apakah pusat pengajaran dari Kitab II Petrus?
- Apakah yang menghalangi pertumbuhan iman orang-orang Kristen?
- Bagaimanakah orang Kristen menghadapi penghalang-penghalan imannya?
Intisari: 2 Petrus (Pendahuluan Kitab) Berpegang teguhlah pada imanmu!
MENGAPA PETRUS MENULIS? Pendapat bahwa gereja-gereja dalam Perjanjian Baru tidak mempunyai masalah merupakan suatu ke
Berpegang teguhlah pada imanmu!
MENGAPA PETRUS MENULIS?
Pendapat bahwa gereja-gereja dalam Perjanjian Baru tidak mempunyai masalah merupakan suatu kekeliruan. Para pembaca dari surat ini sedang berada dalam bahaya yang nyata.
1. Mereka harus meneruskan apa yang telah mereka mulai dan tidak menyerah kepada godaan untuk berdiam diri. Terdapat kesempatan luas untuk bertumbuh.
2. Di daerah tempat mereka berada sedang berkembang banyak ajaran palsu yang jahat. Para pengajar memaksakan ajaran tersebut mengatakan bahwa mereka adalah Kristen, tetapi cara hidup mereka jauh menyimpang dari hal-hal yang diajarkan oleh Yesus. Seakan-akan mereka mengatakan bahwa mereka memiliki suatu pengetahuan istimewa yang memperbolehkan mereka tidak menaati peraturan. Oleh karena itu, mereka mendukung perbuatan seksual secara liar dan melakukannya atas nama Kristus! Mereka sudah kehilangan rasa malu, dan tidak lagi peduli siapa yang mereka seret bersama mereka. Karena pada waktu itu cara hidup begitu bebas, maka ajaran ini menarik banyak orang yang tidak sungguh-sungguh ingin meninggalkan cara hidup mereka yang lama.
3. Kelompok lain adalah mereka yang menjadi sangat sinis tentang janji kedatangan Yesus kembali. Tahun-tahun telah berlalu dan tidak terjadi apa- apa, oleh karena itu mereka mulai meragukan apakah benar hal itu akan terjadi.
Semua keadaan itu sangat mengganggu jemaat Kristen yang masih muda, dan Petrus menulis untuk meluruskan beberapa masalah di samping untuk mendorong mereka agar tetap percaya kepada Tuhan.
SIAPA PEMBACANYA?
Kita tidak tahu - sebab nama mereka tidak disebutkan dalam surat ini. Ada kemungkinan mereka itu adalah kelompok yang sama dengan penerima surat pertama, tetapi kita tidak pasti. Rupanya Petrus menulis surat ini karena merasa bahwa ajalnya sudah dekat. Ia mengatakan bahwa tidak lama lagi ia akan meninggalkan mereka dan kondisi ini adalah salah satu alasan mengapa ia ingin menuliskan sesuatu di atas kertas selagi ia masih bisa melakukannya.
BEBERAPA MASALAH YANG BELUM TERSELESAIKAN.
II Petrus merupakan sepucuk surat yang lain daripada yang lain, karena ditulis dalam bahasa yang paling tidak biasa dan berbunga-bunga dalam Perjanjian Baru. Hal ini mungkin merupakan cara Petrus untuk mengungkapkan apa yang ingin disampaikan atau mungkin hasil karya sekretarisnya pada waktu itu. Hal aneh lainnya ialah jika kita membaca pasal dua kemudian kita melihat surat Yudas, kita akan menemukan banyak persamaan. Kita tidak tahu siapa di antara keduanya yang memakai hasil tulisan rekannya. Petrus mungkin menyadur tulisan temannya -- atau Yudas yang mengambil hasil pemikiran Petrus! Masalah ini tetap tak terpecahkan.
Pesan
1. Anda perlu maju terus. Dalam haIo lebih mengetahui. 2Pe 1:5-7
o lebih membuktikan. 2Pe 1:8-11
o lebih bertumbuh. 2Pe 3:11, 12, 18
2. Yesus bukanlah mitos.
Bukti dari para saksi mata. 2Pe 1:16-18
Jawaban bagi guru-guru palsu. 2Pe 2:1; 3:1-2
3. Allah telah melakukannya.
Ia telah menghukum orang jahat di masa lampau. 2Pe 2:4-8
la akan membebaskan mereka yang mengasihi Dia. 2Pe 2:9
la akan menghakimi para pendosa. 2Pe 2:9-10
4. Jangan berlaku tidak sabar.
Yesus sungguh berjanji akan datang kembali. 2Pe 3:2
Allah dulu telah pernah menghancurkan dunia. 2Pe 3:5-6
Dunia yang sekarang ini akan dihancurkan, 2Pe 3:7, 10, 11
Allah melihat waktu dengan cara yang berbeda. 2Pe 3:8
Lebih lama menanti, lebih banyak Kristen! 2Pe 3:9 Kita memiliki hari depan yang cemerlang. 2Pe 3:13
Penerapan
II Petrus mengajukan beberapa pertanyaan...
1. Apakah Anda bertumbuh sebagai seorang Kristen?o Masihkah bergairah membuktikan janji-janji-Nya?
o menambah imanmu?
o dan tidak hanya menghabiskan waktu?
2. Apakah Anda penuh percaya diri?
o Anda memiliki
- Firman Allah
- pengalaman yang bertumbuh
- bukti-bukti dari saksi mata
- sekilas gambaran masa depan
3. Apakah Anda berjaga-jaga?
o Dapatkah Anda
- mengenali ajaran palsu?
- menghindari kekeliruan yang membahayakan?
- mengingat kebenaran?
- menjaga tingkah laku Anda?
4. Apakah Anda tetap berpegang teguh?
o Walaupun sudah melakukan kesalahan?
o Walaupun dicaci maki?
o Mengingat masa lalu Anda?
o Mengingat masa depan Anda?
o Karena Anda banyak mendapatkan dan banyak kehilangan?
Tema-tema Kunci
1. Alkitab.
Sungguh menakjubkan betapa banyak Petrus menunjuk kepada apa yang kita ketahui saat ini sebagai Alkitab dalam pengajarannya. Ia mengatakan bahwa pengajarannya lebih nyata daripada apa yang telah dilihatnya sendiri. Apa yang Anda temukan tentang:
o kehidupan dan pengajaran Yesus (2Pe 1:4, 8, 17; 2:1, 20; 3:2, 9, 10, 18)
o pengajaran para rasul 2Pe 1:12-18; 2:21; 3:2,15-16)
2. Bukti para saksI mata.
Seperti halnya dengan beberapa penulis Perjanjian Baru lainnya, Petrus dapat mengatakan bahwa berita tentang Yesus itu benar karena ia pernah bersama-sama dengan Dia dan melihat sendiri apa yang dilakukan-Nya. Ia juga melihat betapa pentingnya memberitahukan semua ini kepada banyak orang sebelum ia meninggal. Injil Markus banyak mengambil kesaksian Petrus. Menurut Anda mengapa Petrus memilih kisah tentang saat mereka melihat Yesus dipermuliakan? (2Pe 1:17-18). Bagaimana menurut Anda kisah ini berkaitan dengan 'kuasa kedatangan kembali Tuhan kita Yesus Kristus? (2Pe 1:16).
3. Kekeliruan.
Tidak ada tempat dalam pikiran Petrus untuk ajaran sesat atau untuk pertanyaan bodoh yang mempersoalkan firman Allah. Tidak ada ampun bagi orang yang menyebut diri Kristen bila mereka memutarbalikkan apa yang telah mereka ketahui mengenai Kristus dan kehidupan Kristen. Bagaimana Petrus mengambarkan guruguru palsu? Apa risiko yang akan menimpa mereka? Bagaimana hal itu berlaku bagi kita kini?
4. Akhir zaman.
Tidak ada keraguan dalam pikiran Petrus tentang kedatangan Kristus kembali dan tentang akhir zaman. Walaupun tertunda, hal itu pasti terjadi. Apa yang dapat kita pelajari dari surat ini:
O tentang akhir zaman serta apa yang akan terjadi? Bagaimana hal ini mempengaruhi cara hidup kita?
Garis Besar Intisari: 2 Petrus (Pendahuluan Kitab) [1] 'SALAM, KAWAN-KAWAN...' 2Pe 1:1-2
[2] 'MAJU TERUS!' 2Pe 1:3-11
2Pe 1:3-4Kita memili janji janji Allah
2Pe 1:5-8Perhitungan rohani
2Pe
[1] 'SALAM, KAWAN-KAWAN...' 2Pe 1:1-2
[2] 'MAJU TERUS!' 2Pe 1:3-11
2Pe 1:3-4 | Kita memili janji janji Allah |
2Pe 1:5-8 | Perhitungan rohani |
2Pe 1:9 | Orang yang tidak maju |
2Pe 1:10-11 | Pertahankan hidup |
[3] 'SAYA MERASA PRIHATIN...' 2Pe 1:12-15
2Pe 1:12-14 | Saya mungkin tidak lama lagi bersamamu |
2Pe 1:15 | Ada sesuatu untukmu jika saya telah tiada |
[4] 'KITA MELIHATNYA TERJADI!' 2Pe 1:16-18
2Pe 1:16 | Dengan mata kita sendiri |
2Pe 1:17, 18 | Kita pasti berada di sana |
[5] 'FIRMAN ALLAH DIBERIKAN OLEH ALLAH SENDIRI' 2Pe 1:19-21
2Pe 1:19 | Cahaya dalam kegelapan |
2Pe 1:20-21 | Bukan sekadar tulisan manusia |
[6] 'HATI-HATI TERHADAP KEPALSUAN!' 2Pe 2:1-3
2Pe 2:1-2 | Guru-guru palsu |
2Pe 2:3 | Memeras kamu |
[7] 'ALLAH AKAN MENGHAKIMI' 2Pe 2:4-10
2Pe 2:4-8 | Dia telah melakukannya |
2Pe 2:9-10 | Dia akan melakukannya lagi |
[8] 'TIDAK DAPAT LEBIH BURUK LAGI' 2Pe 2:11-22
2Pe 2:11-16 | Perbuatan amoral yang terang terangan! |
2Pe 2:17-22 | Lebih baik jika mereka belum pernah mendengar! |
[9] 'TUHAN AKAN DATANG KEMBALI 2Pe 3:1-10
2Pe 3:1-4 | Beberapa meragukannya |
2Pe 3:5-7 | Hal itu telah pernah terjadi |
2Pe 3:8-10 | Allah sungguh-sungguh sabar |
[10] 'PIKIRKAN APA ARTI SEBENARNYA' 2Pe 3:11-13
2Pe 3:11-12 | Untuk kehidupan sehari-hari |
2Pe 3:13 | Suatu dunia baru akan tiba! |
[11] 'OLEH KARENA ITU, SEBAGAI KESIMPULAN...' 2Pe 3:14-18
2Pe 3:14 | Gunakanlah kesempatanmu |
2Pe 3:15-17 | Paulus juga menulis mengenai hal ini |
2Pe 3:18 | Bertumbuhlah terus! |
Bank BCA Cabang Pasar Legi Solo - No. Rekening: 0790266579 - a.n. Yulia Oeniyati
Kontak | Partisipasi | Donasi