Teks -- Ibrani 8:7-13 (TB)
Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per frasa)
Full Life -> Ibr 8:6-13
Full Life: Ibr 8:6-13 - PERJANJIAN YANG LEBIH MULIA.
Nas : Ibr 8:6-13
Tema yang penting dari pasal Ibr 8:1-10:39 ialah perbedaan
antara perjanjian lama yang berpusatkan hukum Musa dan perjanjian baru ...
Nas : Ibr 8:6-13
Tema yang penting dari pasal Ibr 8:1-10:39 ialah perbedaan antara perjanjian lama yang berpusatkan hukum Musa dan perjanjian baru yang ditetapkan oleh Yesus Kristus.
Lihat art. PERJANJIAN LAMA DAN PERJANJIAN BARU.
Ende -> Ibr 8:6-13
Ende: Ibr 8:6-13 - -- Pengarang hendak menundjukkan bahwa hubungan Allah dengan umatNja dalam
Perdjandjian Baru djauh lebih mesra dan penuh kepertjajaan dari pada dengan
um...
Pengarang hendak menundjukkan bahwa hubungan Allah dengan umatNja dalam Perdjandjian Baru djauh lebih mesra dan penuh kepertjajaan dari pada dengan umatNja jang lama.
· yang kedua: Ibr 7:11,18; 10:1
· perjanjian baru: Ibr 8:6,13; Luk 22:20; [Lihat FULL. Luk 22:20]
· nenek moyang: Kel 19:5,6; 20:1-17
Ref. Silang FULL: Ibr 8:10 - inilah perjanjian // dalam hati // menjadi umat-Ku · inilah perjanjian: Rom 11:27
· dalam hati: 2Kor 3:3; Ibr 10:16
· menjadi umat-Ku: Yeh 11:20; Za 8:8
Ref. Silang FULL: Ibr 8:12 - dosa-dosa mereka // dosa-dosa mereka · dosa-dosa mereka: Ibr 10:17
· dosa-dosa mereka: Yer 31:31-34
· dosa-dosa mereka: Ibr 10:17
· dosa-dosa mereka: Yer 31:31-34
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per Ayat)
Hagelberg: Ibr 8:1--10:18 - -- 2. Pelayanan yang lebih baik (8:1-10:18)
Kalau di atas imamat dan Imam Besar dibicarakan, di dalam bagian ini pelayanan dari Imam Besar kita dibicara...
Hagelberg: Ibr 7:1--10:18 - -- C. Imam yang lebih baik dengan Pelayanan yang lebih baik (7:1-10:18)
Inti dari bagian ini ialah: Imam Besar yang kita punya adalah sangat mulia.
Ayat...
C. Imam yang lebih baik dengan Pelayanan yang lebih baik (7:1-10:18)
Inti dari bagian ini ialah: Imam Besar yang kita punya adalah sangat mulia.
Ayat terakhir dari pasal 6 menyebut peraturan Melkisedek, dan kata-kata itu menjadi suatu peralihan untuk bagian ini di mana Yesus dikaitkan dengan Melkisedek. Kejadian 14 merupakan latar belakang dari diskusi ini.
Hagelberg: Ibr 5:1--10:39 - -- III. Bagian Kedua: Anak/Imam Allah (pasal 5:1-10:39)
Bagian yang pertama sudah menguraikan kepada kita dua kebenaran. 1) bahwa Yesus, yang ditahbis...
III. Bagian Kedua: Anak/Imam Allah (pasal 5:1-10:39)
Bagian yang pertama sudah menguraikan kepada kita dua kebenaran. 1) bahwa Yesus, yang ditahbiskan sebagai Raja oleh Allah, memiliki suatu posisi dan masa depan yang sangat mulia, dan 2) bahwa kita yang mengikuti Dia dengan setia akan menikmati suatu kemenangan/warisan yang mulia. Di dalam bagian itu Yesus direnungkan terutama sebagai Raja kita yang merintis kemenangan. Di dalam bagian yang kedua ini Yesus akan direnungkan terutama sebagai Imam Besar kita. Bukannya unsur ini tidak ada di dalam bagian pertama. Ada juga unsur ini (2:17, 3:1-6, dan 4:14-16), tetapi tidak menonjol sebagai tema utama. Sekarang, di dalam bagian kedua ini, peranan Yesus sebagai Imam Besar kita akan direnungkan, dan, sama dengan apa yang ada dalam bagian pertama, beberapa peringatan akan disisipkan di dalam renungan ini.
Pada hakekatnya bagian ini (pasal 5-10) berkata bahwa Yesus adalah Imam Besar Agung, yang layak, yang lebih baik, dan yang menjadi dasar yang kuat bagi pahala kita, maka kita harus mendekati Tuhan Allah kita.
Hagelberg: Ibr 8:8 - -- 8:8 Aku akan mengadakan perjanjian baru dengan kaum Israel....
Nats ini menyatakan bahwa suatu perjanjian baru akan diadakan dengan keturunan Abraham...
Hagelberg: Ibr 8:8 - -- 8:8 Aku akan mengadakan perjanjian baru dengan kaum Israel....
Nats ini menyatakan bahwa suatu perjanjian baru akan diadakan dengan keturunan Abraham...
Hagelberg: Ibr 8:9 - -- 8:9 ...bukan seperti perjanjian yang telah Kuadakan dengan nenek moyang mereka...
Seperti dalam peristiwa yang terjadi di Israel, di sini ditegaskan ...
8:9 ...bukan seperti perjanjian yang telah Kuadakan dengan nenek moyang mereka...
Seperti dalam peristiwa yang terjadi di Israel, di sini ditegaskan bahwa Perjanjian ini lain dari Perjanjian Lama. Dalam nubuatan ini juga dijelaskan bahwa Perjanjian Baru harus lain dari yang Lama karena "mereka tidak setia kepada perjanjianKu." Ini sangat penting bagi penulis surat ini, karena dia mau meyakinkan para pembaca bahwa tidak ada gunanya mereka kembali ke hukum Taurat. Tidak ada yang berhasil memenuhi tuntutan hukum Taurat.
c) Tiga Berkat dari Perjanjian Baru (8:10-12)
Perjanjian Baru berbeda dari Perjanjian Lama karena ketiga berkat yang disebut di sini.
(1) Ada karya batin (8:10b)
Lain dari pada Perjanjian Lama, Perjanjian ini membawa suatu perubahan "dalam akal budi mereka," dan "dalam hati mereka," sehingga hubungan Allah dengan umatNya tidak dibatasi pada yang lahiriah saja, seperti apa yang sering terjadi dengan Perjanjian Lama.
(2) Ada hubungan pribadi dengan Allah (8:10b-11)
Tidak berarti Dia bukan Allah bagi Israel di bawah Perjanjian Lama, tetapi rupanya hubungan ini melebihi apa yang dulu dialami oleh umat Israel. Dengan membaca "Kenallah Tuhan!" para pembaca akan mengingat 1 Sam. 2:12 di mana anak Eli tidak mengenal Allah, dan 1 Sam. 3:7, di mana Samuel belum mengenal Allah.
(3) Ada pengampunan dosa (8:12)
Bukannya tidak ada pengampunan bagi umat Allah yang percaya sebelum salib Kristus, tetapi pengampunan itu tidak diantar kepada mereka melalui Perjanjian Lama, hukum Musa. Pengampunan yang diperoleh dalam zaman Perjanjian Lama tersedia bagi mereka karena salib Kristus, dan melalui Perjanjian Baru yang pada saat itu belum diberitakan.
d) Kesimpulan (8:13)
Berdasarkan kutipan itu, penulis surat ini menyimpulkan bahwa Perjanjian Lama "telah menjadi tua... dan usang..." dan "dekat kepada kemusnahannya." Upacara-upacara yang diatur menurut Perjanjian Lama rupanya masih diadakan pada saat surat ini ditulis, tetapi si penulis barangkali mengingat perkataan Tuhan Yesus yang dicatat di dalam Mt. 24:2, bahwa "tidak satu batupun di sini akan dibiarkan terletak di atas batu yang lain; semuanya akan diruntuhkan." Barangkali tidak lama sesudah Surat Ibrani ditulis, nubuatan itu digenapi, dan upacara-upacara yang diatur menurut Perjanjian Lama tidak berlangsung lagi. Berita runtuhnya Bait Allah menjadi suatu peringatan historis yang sangat mengesankan bagi para pembaca pertama.
Perjanjian Baru adalah saluran yang dibuat oleh Allah untuk memberkati semua bangsa. Perjanjian ini difokuskan pada bangsa Israel dalam Yer. 31:31 ("dengan kaum Israel dan kaum Yehuda") tetapi di dalam Lk. 22:20, I Kor. 11:25, dan II Kor. 3:6 sudah jelas juga bahwa orang percaya zaman ini dari segala bangsa juga diberkati melalui Perjanjian Baru.
2) Pelayanan Perjanjian Lama sangat terbatas (9:1-10)
Pasal 9:1 mengkaitkan diskusi mengenai Perjanjian dengan diskusi yang berikut, mengenai "peraturan-peraturan untuk ibadah" (dikembangkan dalam 9:6-10) dan mengenai "tempat kudus buatan tangan manusia" (dikembangkan dalam 9:2-5).
Mengenai "tempat kudus buatan tangan manusia," penulis surat ini mengingatkan para pembaca pertama tentang beberapa hal yang ada di dalam Kemah Suci. Kemah itu dibagi dua, ada "tempat yang kudus" di depan, dan ada juga "tempat yang maha kudus."
Dalam pasal 9:4 kesannya adalah bahwa dia berfikir "mezbah pembakaran ukupan" letaknya ada di dalam tempat yang maha kudus, sedangkan menurut Perjanjian Lama letaknya ada di depan, di dalam tempat yang kudus. Menurut pengkalimatan bahasa Yunani, mezbah itu adalah milik tempat yang maha kudus, mungkin dengan arti bahwa mezbah itu sangat berkaitan erat dengan tempat yang maha kudus.
Mengenai "peraturan-peraturan untuk ibadah," inti dari diskusi ini ditegaskan di dalam 9:10, yang mengatakan bahwa semua di dalam Rumah Allah di bumi ini hanya "untuk hidup insani, yang hanya berlaku sampai tibanya waktu pembaharuan" (9:10).
Terjemahan bahasa Indonesia dari pasal 9:7 kurang jelas. Nats ini tidak berarti ada dua kemah, tetapi ada dua bagian, seperti sudah disebut dalam ayat 2 dan 3. Maksud dari ayat 7 adalah bahwa keterbatasan pendekatan pada tempat yang maha kudus membuktikan bahwa Kemah Suci itu belum lengkap, dan peraturannya belum lengkap. Itulah sebabnya dikatakan bahwa persembahan yang dikorbankan dalam Kemah itu adalah "karena pelanggaran-pelanggaran yang dibuat oleh umatnya dengan tidak sadar." Dengan mengemukakan ini, jelas akan muncul dalam pikiran para pembaca, "Lalu bagaimana dengan dosa yang kulakukan dengan sadar? Apakah persembahan dalam Kemah Suci itu tidak membawa pengampunan kalau aku berdosa dengan sengaja?" Jawaban yang tersirat di sini adalah bahwa persembahan zaman itu tidak membawa pengampunan dosa yang dibuat dengan sengaja, karena peraturan ibadah itu begitu jauh dari sempurna, dan sangat perlu dibaharui, sama seperti bayangan dan apa yang membuat bayangan itu.
Ada orang yang berkata bahwa pada zaman ini, di dalam Kristus, hanya ada pengampunan untuk "pelanggaran-pelanggaran yang dibuat dengan tidak sadar," sehingga dosa yang dibuat dengan sadar tidak dapat diampuni. Orang yang menyampaikan ajaran tersebut tidak mengerti kemuliaan karya Tuhan Yesus, yang telah mengkuduskan kita satu kali untuk selama-lamanya. Mereka tidak mengerti bahwa pengorbanan Imam Besar kita jauh lebih baik dari pada apa yang dikorbankan oleh keturunan Lewi. Darah Kristus menghapus dosa yang dibuat dengan sengaja dan dengan tidak sengaja.
Hagelberg: Ibr 8:9 - -- 8:9 ...bukan seperti perjanjian yang telah Kuadakan dengan nenek moyang mereka...
Seperti dalam peristiwa yang terjadi di Israel, di sini ditegaskan ...
8:9 ...bukan seperti perjanjian yang telah Kuadakan dengan nenek moyang mereka...
Seperti dalam peristiwa yang terjadi di Israel, di sini ditegaskan bahwa Perjanjian ini lain dari Perjanjian Lama. Dalam nubuatan ini juga dijelaskan bahwa Perjanjian Baru harus lain dari yang Lama karena "mereka tidak setia kepada perjanjianKu." Ini sangat penting bagi penulis surat ini, karena dia mau meyakinkan para pembaca bahwa tidak ada gunanya mereka kembali ke hukum Taurat. Tidak ada yang berhasil memenuhi tuntutan hukum Taurat.
c) Tiga Berkat dari Perjanjian Baru (8:10-12)
Perjanjian Baru berbeda dari Perjanjian Lama karena ketiga berkat yang disebut di sini.
(1) Ada karya batin (8:10b)
Lain dari pada Perjanjian Lama, Perjanjian ini membawa suatu perubahan "dalam akal budi mereka," dan "dalam hati mereka," sehingga hubungan Allah dengan umatNya tidak dibatasi pada yang lahiriah saja, seperti apa yang sering terjadi dengan Perjanjian Lama.
(2) Ada hubungan pribadi dengan Allah (8:10b-11)
Tidak berarti Dia bukan Allah bagi Israel di bawah Perjanjian Lama, tetapi rupanya hubungan ini melebihi apa yang dulu dialami oleh umat Israel. Dengan membaca "Kenallah Tuhan!" para pembaca akan mengingat 1 Sam. 2:12 di mana anak Eli tidak mengenal Allah, dan 1 Sam. 3:7, di mana Samuel belum mengenal Allah.
(3) Ada pengampunan dosa (8:12)
Bukannya tidak ada pengampunan bagi umat Allah yang percaya sebelum salib Kristus, tetapi pengampunan itu tidak diantar kepada mereka melalui Perjanjian Lama, hukum Musa. Pengampunan yang diperoleh dalam zaman Perjanjian Lama tersedia bagi mereka karena salib Kristus, dan melalui Perjanjian Baru yang pada saat itu belum diberitakan.
d) Kesimpulan (8:13)
Berdasarkan kutipan itu, penulis surat ini menyimpulkan bahwa Perjanjian Lama "telah menjadi tua... dan usang..." dan "dekat kepada kemusnahannya." Upacara-upacara yang diatur menurut Perjanjian Lama rupanya masih diadakan pada saat surat ini ditulis, tetapi si penulis barangkali mengingat perkataan Tuhan Yesus yang dicatat di dalam Mt. 24:2, bahwa "tidak satu batupun di sini akan dibiarkan terletak di atas batu yang lain; semuanya akan diruntuhkan." Barangkali tidak lama sesudah Surat Ibrani ditulis, nubuatan itu digenapi, dan upacara-upacara yang diatur menurut Perjanjian Lama tidak berlangsung lagi. Berita runtuhnya Bait Allah menjadi suatu peringatan historis yang sangat mengesankan bagi para pembaca pertama.
Perjanjian Baru adalah saluran yang dibuat oleh Allah untuk memberkati semua bangsa. Perjanjian ini difokuskan pada bangsa Israel dalam Yer. 31:31 ("dengan kaum Israel dan kaum Yehuda") tetapi di dalam Lk. 22:20, I Kor. 11:25, dan II Kor. 3:6 sudah jelas juga bahwa orang percaya zaman ini dari segala bangsa juga diberkati melalui Perjanjian Baru.
2) Pelayanan Perjanjian Lama sangat terbatas (9:1-10)
Pasal 9:1 mengkaitkan diskusi mengenai Perjanjian dengan diskusi yang berikut, mengenai "peraturan-peraturan untuk ibadah" (dikembangkan dalam 9:6-10) dan mengenai "tempat kudus buatan tangan manusia" (dikembangkan dalam 9:2-5).
Mengenai "tempat kudus buatan tangan manusia," penulis surat ini mengingatkan para pembaca pertama tentang beberapa hal yang ada di dalam Kemah Suci. Kemah itu dibagi dua, ada "tempat yang kudus" di depan, dan ada juga "tempat yang maha kudus."
Dalam pasal 9:4 kesannya adalah bahwa dia berfikir "mezbah pembakaran ukupan" letaknya ada di dalam tempat yang maha kudus, sedangkan menurut Perjanjian Lama letaknya ada di depan, di dalam tempat yang kudus. Menurut pengkalimatan bahasa Yunani, mezbah itu adalah milik tempat yang maha kudus, mungkin dengan arti bahwa mezbah itu sangat berkaitan erat dengan tempat yang maha kudus.
Mengenai "peraturan-peraturan untuk ibadah," inti dari diskusi ini ditegaskan di dalam 9:10, yang mengatakan bahwa semua di dalam Rumah Allah di bumi ini hanya "untuk hidup insani, yang hanya berlaku sampai tibanya waktu pembaharuan" (9:10).
Terjemahan bahasa Indonesia dari pasal 9:7 kurang jelas. Nats ini tidak berarti ada dua kemah, tetapi ada dua bagian, seperti sudah disebut dalam ayat 2 dan 3. Maksud dari ayat 7 adalah bahwa keterbatasan pendekatan pada tempat yang maha kudus membuktikan bahwa Kemah Suci itu belum lengkap, dan peraturannya belum lengkap. Itulah sebabnya dikatakan bahwa persembahan yang dikorbankan dalam Kemah itu adalah "karena pelanggaran-pelanggaran yang dibuat oleh umatnya dengan tidak sadar." Dengan mengemukakan ini, jelas akan muncul dalam pikiran para pembaca, "Lalu bagaimana dengan dosa yang kulakukan dengan sadar? Apakah persembahan dalam Kemah Suci itu tidak membawa pengampunan kalau aku berdosa dengan sengaja?" Jawaban yang tersirat di sini adalah bahwa persembahan zaman itu tidak membawa pengampunan dosa yang dibuat dengan sengaja, karena peraturan ibadah itu begitu jauh dari sempurna, dan sangat perlu dibaharui, sama seperti bayangan dan apa yang membuat bayangan itu.
Ada orang yang berkata bahwa pada zaman ini, di dalam Kristus, hanya ada pengampunan untuk "pelanggaran-pelanggaran yang dibuat dengan tidak sadar," sehingga dosa yang dibuat dengan sadar tidak dapat diampuni. Orang yang menyampaikan ajaran tersebut tidak mengerti kemuliaan karya Tuhan Yesus, yang telah mengkuduskan kita satu kali untuk selama-lamanya. Mereka tidak mengerti bahwa pengorbanan Imam Besar kita jauh lebih baik dari pada apa yang dikorbankan oleh keturunan Lewi. Darah Kristus menghapus dosa yang dibuat dengan sengaja dan dengan tidak sengaja.