Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 1 - 7 dari 7 ayat untuk kebakaran (0.000 detik)
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(1.00) (Kej 3:22) (jerusalem: tahu tentang yang baik dan yang jahat) Manusia yang berdosa telah mengangkat dirinya menjadi hakim atas apa yang baik dan apa yang jahat, Kej 2:17+, dan dengan demikian merampas hak istimewa Allah
(0.50) (Tit 1:1) (sh: Status menentukan tugas dan tanggung jawab (Selasa, 25 September 2001))
Status menentukan tugas dan tanggung jawab

Saya kira Anda akan terheran-heran apabila melihat suatu regu pemadam kebakaran yang walaupun mempunyai peralatan yang lengkap tetapi tidak dapat menjalankan fungsinya dengan baik ketika terjadi suatu musibah kebakaran. Begitu pula jika kita menyaksikan di layar TV para petugas keamanan hanya berdiam diri membiarkaan para perusuh melampiaskaan nafsu jahat yang tidak terkendali. Tentu saja bisa dipahami apabila orang-orang akan menjadi kurang bahkan tidak bersimpati kepada petugas yang demikian. Mengapa? Karena status seseorang menentukan tugas yang harus diembannya.

Rasul Paulus yang dalam setiap suratnya selalu memperkenalkan diri sebagai hamba Allah dan rasul Yesus Kristus, sama sekali tidak mengharapkan pujian atau penghormatan pribadi melalui status tersebut. Bagi dia, setiap orang yang berstatus sebagai hamba Tuhan justru mengemban tugas dan tanggung jawab yang besar yaitu selain mendorong orang-orang pilihan Allah agar kuat dan teguh dalam iman, juga membimbing mereka kepada ajaran yang benar.

Paulus menguraikan tentang hal-hal yang harus dilaksanakan sehubungan dengan status yang diembannya. Pertama, menjalankan fungsi penggembalaan yaitu memelihara iman orang-orang pilihan Allah (ayat 1). Kedua, memberi dan memelihara pengetahuan yang lengkap akan kebenaran. Ketiga, memberitakan Injil. Ketiga hal ini Paulus laksanakan dengan penuh tanggung jawab. Begitu banyak hal yang Paulus alami: dicemooh, difitnah, dianiaya, dimasukkan ke dalam penjara, mengalami percobaan pembunuhan. Dia rela mengalami ini karena status yang disandangnya, yakni sebagai rasul dan hamba Allah. Melalui kehidupan Paulus kita dapat belajar bagaimana hidup sesuai status kita, baik di hadapan Tuhan maupun di hadapan manusia.

Renungkan: Apakah status Anda saat ini? Sebagai hamba Allah atau kaum awam profesional: guru, polisi, politikus, ekonom? Tahukah Anda bagaimana seharusnya tugas yang harus Anda jalankan sesuai dengan status tersebut? Sudahkah tugas-tugas tersebut Anda jalankan dengan penuh tanggung jawab? Menyandang status dan hidup sesuai dengan status tidak semudah memperkenalkan diri berikut status kita, karena orang lebih menilai bagaimana kita menghidupi status itu.

(0.47) (Bil 16:33) (jerusalem: dunia orang mati) Ini menterjemahkan kata Ibrani syeol. Asal-usul kata itu tidak diketahui, tetapi dipakai dengan arti: bagian bumi yang terdalam atau terbawah, Ula 32:22; Yes 14:9, dll. Ke sana "turunlah" semua orang mati, Kej 37:35; 1Sa 2:6, dll, baik orang benar maupun orang berdosa, 1Sa 28:19; Maz 89:49; Yeh 32:17-32. Hidup orang di situ sangat lemah sekali, Pengk 9:10. Mereka tidak dapat memuji Tuhan, Maz 6:6; 88:6,12-13; 115:17; Yes 38:18. Namun Allah yang hidup berkuasa di dunia orang mati yang muram itu juga, 1Sa 2:6; Wis 19:13; Ams 9:2. Ajaran tentang ganjaran dan hukuman di dunia akhirat dan tentang kebangkitan badan mulai disiapkan oleh pengharapan beberapa pemazmur, Maz 16:10-11; 49:16, tetapi baru sepenuh-penuhnya mereka pada akhir Perjanjian Lama, Wis 3-5 (tergabung dengan kepercayaan akan kebakaran manusia, bdk Wis 3:4+); 2Ma 12:38+.
(0.41) (Mzm 3:1) (sh: Tuhan Perisaiku (Selasa, 7 Januari 2003))
Tuhan Perisaiku

Di mana di bumi ini yang aman dari bahaya? Di jalan? Teror, perampok, bom, dan kecelakaan menghantui. Di rumah? Sewaktu- waktu kebakaran, ledakan bom, banjir bisa menimpanya. Perisai macam apa yang bisa kita pakai untuk melindungi diri dari ancaman bahaya?

Pemazmur juga melihat di sekelilingnya penuh bahaya. Musuh mengepung dirinya, bukan hanya puluhan atau ratusan, melainkan puluhan ribu (ayat 7). Ini adalah suasana perang yang dilukiskan dalam mazmur ini. Pemazmur (mungkin raja Daud) sedang terjepit dari segala pihak. Menurut judul mazmur ini, Daud sedang menghadapi makar putranya sendiri, Absalom yang berhasil menghasut hampir seluruh rakyat dan pahlawan untuk menyingkirkan Daud. Namun, bahaya itu ia hadapi dengan berharap kepada Tuhan. Berbagai senjata pencabut nyawa boleh mengancamnya. Memang tidak ada perisai buatan manusia yang dapat melindunginya seratus persen. Tetapi, Tuhan adalah perisai, bukan hanya melindungi pemazmur (ayat 4), melainkan juga akan balik menghantam semua musuh sampai hancur (ayat 8). Ajaib, pemazmur merasa tenang dan tidak khawatir lagi, bahkan mampu tidur dengan nyenyak karena perlindungan Tuhan pasti adanya (ayat 6).

Sejarah mengajarkan bahwa kita tidak dapat mempercayakan kesejahteraan kita sepenuhnya pada sesuatu yang bukan Allah. Terali tidak dapat melindungi nyawa kita. Pengawal pribadi tidak mungkin memberi kebebasan. Jikalau Anda termasuk orang yang mengandalkan uang, senjata, kepandaian, dlsb., segeralah bertobat dan bergantung kepada Tuhan saja. Bahkan andaikan diri kita terancam sekali pun, di dalam Tuhan nasib kekal nyawa kita terjamin sempurna.

Renungkan: Jaminan sejati tidak datang dari dunia ini, tetapi dari surga. Jaminan apa pun dari dunia ini apabila melebihi kedudukan Tuhan, malah bisa berubah menjadi jerat pembantai hidup kita.

(0.41) (Mzm 73:1) (sh: Allah tetap baik (Rabu, 20 April 2005))
Allah tetap baik


Pernah mengalami listrik di rumah padam? Kalau itu terjadi berkali-kali, menjengkelkan bukan? Bagi kita, PLN tidak profesional. Namun, kadang kala pemadaman itu sengaja dilakukan PLN untuk menghindarkan kecelakaan yang lebih besar. Misalnya ketika terjadi kebakaran di perumahan penduduk yang padat.

Contoh di atas menggambarkan betapa terbatasnya pemahaman kita tentang sesuatu. Demikian juga dengan si peMazmur sebelum ia menuliskan Mazmur ini. Mula-mula peMazmur meyakini Tuhan itu baik (ayat 1), tetapi kemudian ia melihat bahwa hidup orang-orang fasik lebih mujur, lebih sehat, dan lebih makmur (ayat 3-5). Padahal mereka sombong, berbuat jahat, dan bahkan takabur menghujat Allah (ayat 6-11). Jadi peMazmur merasa sia-sia mempertahankan hati yang bersih (ayat 13) karena hidupnya malah seperti dihukum dan hampir hancur (ayat 14). Di sisi lain ia merasa bahwa mengikuti jalan hidup orang fasik adalah suatu pengkhianatan iman (ayat 15).

Tuhan tidak membiarkan peMazmur dalam kebimbangan terus menerus. Tatkala peMazmur mendekatkan diri kepada-Nya (ayat 17), ia melihat bahwa pada akhirnya orang fasik akan dihancurkan (ayat 18-20). Oleh karena itu, walaupun sekarang peMazmur masih mengalami dukacita karena pergumulan itu (ayat 21-22), ia memercayakan diri sepenuh-Nya kepada Tuhan. Ia yakin pada waktu-Nya Tuhan akan menyelamatkannya (ayat 23-27). Lebih daripada itu peMazmur bertekad untuk memahsyurkan perbuatan baik Tuhan (ayat 28).

Allah tetap setia dan mengasihi kita walaupun Ia mengizinkan kita menderita sementara orang fasik sepertinya menikmati hidup. Itu hanya masalah waktu. Bagi orang fasik itu adalah kesempatan dalam kesabaran Allah untuk bertobat sebelum dihancurkan. Bagi kita itu adalah kesempatan menyaksikan iman sejati yang tetap percaya bahwa Allah baik!

Renungkan: Bergumul dan bergumul terus demi kebenaran. Pastikan bahwa kita ada di pihak kemenangan Allah, bukan di pihak lawan-lawan-Nya.

(0.41) (Pkh 5:7) (sh: Persembahan yang merupakan Kejahatan (Kamis, 1 Desember 2016))
Persembahan yang merupakan Kejahatan

Sering kali kita berpikir tentang Allah berdasarkan pengamatan kita tentang gereja atau umat Allah. Umumnya, hampir semua gereja senang jika orang memberikan persembahan. Mungkin sebagian besar kita berpikir bahwa Allah pasti senang dengan semua persembahan, apalagi persembahan yang nilainya fantastis tanpa peduli apakah orang tersebut memberi dengan sikap hati yang benar atau tidak.

Pengkhotbah mengatakan: "Jagalah langkahmu, kalau engkau berjalan ke rumah Allah! Menghampiri untuk mendengar adalah lebih baik daripada mempersembahkan kurban yang dilakukan oleh orang-orang bodoh, karena mereka tidak tahu, bahwa mereka berbuat jahat" (17). Mengapa ketika umat mempersembahkan kurban ia dikatakan berbuat jahat? Bukankah persembahan kurban merupakan sesuatu yang diwajibkan Taurat? Mazmur 51:18-19 memberikan jawaban tegas. Jika umat Allah mempersembahkan kurban, walaupun secara ritual sesuai dengan ketentuan hukum, tetapi tidak dengan hati yang bertobat, maka persembahannya tidak diperkenan Tuhan.

Selain itu, Pengkhotbah juga mengajarkan bahwa umat-Nya harus menjaga sikap hati saat menghadap dan menyembah Tuhan. Jangan pernah berpikir bahwa kita dapat menyenangkan hati Tuhan dengan uang, waktu, dan tenaga tanpa disertai hati yang benar, yaitu mengerti bahwa persembahan kita tidak layak untuk Tuhan dan apabila Tuhan mau menerimanya, itu pun adalah anugerah Allah semata. Persembahan yang tidak tulus dianggap Tuhan sebagai tindakan kejahatan terhadap kekudusan-Nya. Berapa banyak persembahan yang kita berikan dianggap Tuhan sebagai kejahatan?

Allah bukan manusia yang dapat disuap dengan persembahan mahal. Allah tidak berkenan menerima apa pun yang diberikan seseorang dengan hati yang tidak benar. Mari kita mengerti bahwa jika kita masih diberi kesempatan untuk mempersembahkan sesuatu kepada Tuhan, lakukanlah dengan hati hormat dan takut akan Dia. [IT]

(0.41) (Yer 1:11) (sh: Yeremia-yeremia Indonesia (Sabtu, 26 Agustus 2000))
Yeremia-yeremia Indonesia

Walter Brueggemann pernah mengatakan bahwa Injil seringkali hanya dipandang sebagai berita yang mewartakan kesukacitaan, kedamaian, dan kabar baik bagi manusia sehingga seolah-olah Injil diyakini tidak mengandung berita yang menggoncangkan, meresahkan, dan mengancam kehidupan manusia. Itulah pemahaman yang salah tentang Injil.

Berita yang harus disampaikan oleh Yeremia kepada bangsa Yehuda mendukung pernyataan di atas. Berita itu sangat menyakitkan, meresahkan, dan mengancam mereka (14-16). Bagaimana mungkin bangsa pilihan Allah akan dihancurkan oleh bangsa-bangsa kafir? Berita yang mengusik kemapanan, menggoncang 'status quo', menjungkirbalikkan konsep-konsep yang sudah dianut masyarakat, hanya mendatangkan risiko yang tidak kecil bagi sang pembawa berita, mungkin nyawa pembawa berita itu menjadi taruhannya. Itulah sebabnya Yeremia gentar karena ia memahami risiko ini (17).

Allah pun sudah memahami reaksi apa yang akan ditunjukkan oleh Yeremia. Karena itu Allah menggunakan berbagai cara untuk menyentuh seluruh aspek pribadinya seperti fisik, imaginasi, intelektual, dan perasaan. Karena itu Allah menggunakan sentuhan fisik (9), permainan kata (11, 12), lambang-lambang dalam penglihatan (11, 13), puisi (15, 6), metapora-metapora yang membesarkan hati (18-19). Walau tidak disebutkan bagaimana akhirnya Yeremia bersedia memenuhi panggilan-Nya, namun pasal-pasal berikutnya menceritakan bagaimana ia menyatakan suara-Nya. Allah telah berhasil meyakinkan Yeremia betapa pentingnya berita bencana itu harus disampaikan kepada Yehuda supaya mereka nantinya dapat kembali menjadi umat pilihan Allah yang kudus dan taat. Yeremia terus mewartakan suara Allah walau tidak ada yang mendengar, walau dibuang dalam pengasingan, bahkan nyawanya menjadi taruhan.

Renungkan: Kristen harus berperan seperti Yeremia di bumi Indonesia: mewartakan kebenaran yang akan membuat telinga para pejabat yang korupsi merah, membuat para pemimpin masyarakat yang menyalahgunakan kekuasaan seperti orang kebakaran jenggot, membuat para orang kaya yang kolusi dengan pejabat tidak bisa tidur nyenyak. Untuk itu mintalah agar Allah menyentuh seluruh aspek kepribadian Anda agar tetap berani dan tak henti-hentinya bersuara.



TIP #33: Situs ini membutuhkan masukan, ide, dan partisipasi Anda! Klik "Laporan Masalah/Saran" di bagian bawah halaman. [SEMUA]
dibuat dalam 0.05 detik
dipersembahkan oleh YLSA