Resource > Jurnal Pelita Zaman >  Volume 3 No. 1 Tahun 1988 > 
PENDAHULUAN 

Sesuatu tentang kekristenan sedang terjadi dalam generasi kita! Entah sengaja atau tidak Anda berada di dalam suatu persekutuan dengan lagu-lagu yang meriah sekali, tepuk tangan bahkan gerakan-gerakan tubuh mengikuti irama pujian yang sedang dinyanyikan. Tatkala masuk di dalam doa, terdengar suara-suara mendesis dan kata-kata yang asing bagi telinga Anda. Ketika pembicara selesai berkotbah biasanya ada panggilan ke depan, disertai penumpangan tangan lalu ada tubuh-tubuh berjatuhan, bahkan ada yang muntah-muntah, semua ini dikatakan sebagai demonstrasi kuasa Roh Kudus. Anda juga akan mendengar kesaksian-kesaksian yang hebat-hebat, kanker kronis disembuhkan, ada orang dapat pengalaman ke surga, ada yang mendapat penglihatan bahwa Yesus sendiri menampakkan diri kepadanya. Mungkin Anda percaya, mungkin juga dalam diri Anda timbul keragu-raguan, apakah pengalaman itu benar, ataukah suatu gejala psikologis, ataukah orang-orang ini sedang mendramatisasikan pengalaman-pengalaman mereka.

Itulah gerakan Karismatik yang sedang populer belakangan ini. Gerakan ini mempunyai banyak kemiripan dengan aliran Pentakosta. Tetapi ada beberapa ciri khas yang agak berbeda. Kalau kita mencoba menelusuri latar belakang munculnya gerakan ini, maka kita tidak bisa lepas dari Bapak aliran Metodis yaitu John Wesley. Dia mengajarkan tentang "second blessing" (berkat kedua), yang dimaksudkan sebetulnya ialah tahap kedua di dalam perjalanan iman orang Kristen, yaitu sesudah 'pembenaran' sebagai tahap pertama, kemudian diikuti oleh 'pengudusan' (penyucian hati dari dosa) sebagai tahap lanjutan kehidupan kristiani. Istilah yang dipakai kadang-kadang "Baptisan Roh Kudus". Pengajaran ini kemudian menjadi mulai popular pada akhir abad ke 19, dan pada awal abad ke 20 diajarkan oleh aliran Pentakosta dengan pengertian yang berbeda, yaitu berkat kedua yang disebut sebagai baptisan Roh Kudus itu disertai dengan tanda bahasa roh oleh orang tersebut. Baptisan Roh Kudus dialami oleh orang yang sampai pada tingkat rohani tertentu yang memiliki kerinduan sungguh-sungguh untuk dipenuhi oleh Roh, dan pengalaman ini merupakan kunci untuk menerima berkat-berkat rohani dan pengalaman-pengalaman supra natural yang luar biasa.

Aliran Pentakosta sendiri boleh dikatakan dimulai dari Charles F. Parham yang asalnya adalah seorang Pendeta Metodis, tetapi kemudian pada tahun 1900 mendirikan Bethel Bible College di Topeka, Kansas (USA). Namun selama beberapa tahun pengaruhnya belum meluas. Baru ketika seorang muridnya, orang Negro yang bernama William J. Seymour pada tahun 1906 mengadakan kebangunan rohani di Azusa Street, Los Angeles, selama 3 tahun berturut-turut disertai dengan kesembuhan dan bahasa roh, maka banyak orang-orang dari daerah lain ikut menghadiri kebangunan rohani tersebut dan menyebarlah aliran Pentakosta. Aliran Pentakosta mendapat pengakuan secara meluas dari gereja-gereja denominasi besar, setelah pada tahun 1950 seorang tokohnya yaitu David Du Plessis diterima secara resmi oleh WCC (World Council of Churches) sebagai wakil dari Pentakosta. Sekarang aliran Pentakosta bukan lagi menjadi sekedar satu sekte, tetapi telah diterima sebagai aliran besar ketiga dalam dunia kekristenan, yaitu selain Katolik dan Protestan. Sekedar untuk membantu pembaca, maka hakekat perbedaan penekanan yang mendasar dari ketiga aliran ini ialah; Gereja Katolik menekankan pengenalan terhadap kehendak Allah yang diperoleh melalui tradisi, sakramen Paus. Sedangkan Gereja Protestan menekankan pengenalan terhadap kehendak Allah melalui Alkitab, dan Gereja Pentakosta menekankan pengenalan terhadap kehendak Allah melalui pimpinan Roh Kudus (secara subyektif) terhadap diri seseorang.

Kalau aliran Pentakosta menjadi denominasi (gereja-gereja Pentakosta) tersendiri, maka timbulnya gerakan Karismatik agak berbeda. Yaitu dimulai dari Father Dennis Bennet, seorang pendeta Episcopal dari Van Nuys, California. Pada tahun 1960 dia menyatakan dirinya menerima Baptisan Roh Kudus dan bahasa lidah, dari sinilah mulainya Neo Pentakosta atau gerakan Karismatik menyusup ke dalam denominasi-denominasi besar, baik Katolik maupun Protestan. Pada waktu yang hampir bersamaan seorang pengusaha peternakan yaitu Demos Shaharian juga dari California, menyatakan bahwa dirinya mendapat penglihatan yaitu orang-orang awam di seluruh dunia mengangkat tangan memuji dan menyerahkan diri kepada Tuhan. Penglihatan ini mendorong dia untuk mendirikan Full Gospel Business Men's Fellowship International yang sangat berpengaruh di dalam penyebaran gerakan Karismatik. Menurut data terakhir dari Peter Wagner, seorang ahli pertumbuhan gereja dari Fuller, diperkirakan jumlah orang-orang Karismatik di seluruh aliran (tidak termasuk di Tiongkok) pada tahun 1986 berjumlah sekitar 160 juta orang! (Spiritual Power & Church Growth).

Sebetulnya secara kepercayaan gerakan ini dapat dikatakan sangat ortodoks, dalam arti menerima dan mempercayai secara harafiah apa yang dikatakan oleh Alkitab. Mereka melihat diri dan fungsi Kristus yang utama dari empat segi, yaitu sebagai Penyelamat, Pembaptis dalam Roh, Penyembuh, dan Raja yang akan segera datang kembali. Gerakan ini timbul sebagai reaksi terhadap beberapa gejala yang terjadi dalam gereja-gereja, yaitu:

- Intelektualisme yang berlebih-lebihan.

- Suasana dingin dan individualisme.

- Rasa cukup diri dalam gereja (self sufficient), sehingga tidak lagi merasa perlu menginjil.

- Hierarki dalam keorganisasian gereja.

- Faktor tekanan sosial, stress yang dialami oleh manusia pada abad modern ini.

Jadi mereka ingin membangkitkan kembali suasana penyembahan dan kehangatan dalam penyucian Roh Kudus, spontanitas dan partisipasi dari anggota. Kesemuanya ini sebetulnya adalah kerinduan yang baik, tetapi sebagaimana lazimnya suatu gerakan baru selalu ada kecenderungan "over" yang kalau tidak diarahkan dengan baik bisa menjerumus ke arah jalur yang tidak benar. Di sinilah inti permasalahannya, di satu segi kita tidak boleh sembarangan menghakimi, di lain segi memang kita juga dituntut untuk menguji roh, tidak asal menerimanya saja sesuatu yang "baru". Dengan pemahaman akan hal ini, dalam tanggung jawab sebagai pengikut Kristus, dan disertai motivasi kasih, maka Pelita Zaman kali ini menerbitkan Jurnal yang khusus membahas tentang Roh Kudus dan Karismatik.

"Baiklah tiap-tiap orang menguji pekerjaannya sendiri, maka ia boleh bermegah melihat keadaannya sendiri dan bukan melihat keadaan orang lain" (Gal. 6:4).

Redaksi Pelita Zaman



TIP #19: Centang "Pencarian Tepat" pada Pencarian Universal untuk pencarian teks alkitab tanpa keluarga katanya. [SEMUA]
dibuat dalam 0.03 detik
dipersembahkan oleh YLSA