Resource > Jurnal Pelita Zaman >  Volume 14 No. 1 Tahun 1999 >  EKONOMI KERAKYATAN MENURUT KITAB AMSAL > 
SEKILAS TENTANG KITAB AMSAL DAN GOLONGAN ATAS YANG MELATARBELAKANGINYA 

Peredaksian kitab Amsal tidak mungkin selesai sebelum masa raja Hizkia (lih. Ams 25:1). Lagi pula pada umumnya Amsal 1 hingga 9 diterima tidak berasal dari masa Kerajaan tetapi bersumber dari masa sesudah pembuangan (sekitar abad ke-5 SM). Dan khususnya berdasarkan hubungan yang ditemukan ada secara langsung antara Amsal 8 dengan kitab Sirakh (kitab ini dari abad ke-3 SM),18 dapatlah dikatakan bahwa peredaksian akhir kitab ini dilakukan antara abad ke-5 hingga ke-3 SM. Walaupun peredaksian atas kitab Amsal secara keseluruhan dilakukan baru pada masa sesudah pembuangan, banyak materi kitab Amsal, baik secara lisan maupun tulisan sudah ada sebelum peredaksian kitab itu sendiri, bahkan cukup banyak yang berasal dari masa sebelum Kerajaan.

Bagian kitab Amsal dari masa sebelum Kerajaan ini tadinya merupakan materi pendidikan yang dipergunakan orangtua dalam keluarga untuk mendidik orang muda agar mereka mengetahui nilai-nilai etis tradisional dan mampu melaksanakan fungsi mereka dalam masyarakat dengan baik. Pada masa ini pun sudah ada sekolah, yang mendidik adalah orang-orang yang profesional dalam pendidikan, tetapi pendidikan seperti ini berlaku hanya bagi golongan masyarakat atas yang sangat minoritas.19 Tetapi pendidikan di sekolah umumnya merupakan respon bagi kebutuhan golongan atas, yaitu kerajaan. Materi pendidikan, selain dari etika tradisional, adalah teknik berbicara di depan umum, bernegosiasi dengan negara asing, dan masalah-masalah lain yang berkaitan dengan administrasi. Khususnya pada abad ke-8 SM, yaitu pada masa raja Hizkia di bawah pengontrolan kalangan istana, dilaksanakan kegiatan penulisan, pengumpulan, dan peredaksian materi pendidikan secara besar-besaran. Pada masa ini diselesaikan kebanyakan dari bagian tertua kitab Amsal, yaitu Ams 10:1-22:16; 25-29. Kemungkinan kegiatan ini sudah dimulai sejak masa raja Salomo.20 Dapat dipahami bahwa kegiatan pendidikan, penulisan, pengumpulan, peredaksian ini dilakukan oleh golongan masyarakat atas. Golongan masyarakat minoritas ataslah yang mempunyai kualifikasi untuk melaksanakan kegiatan ini. Pandangan mereka sebagai masyarakat golongan atas tentu mempengaruhi materi pengajaran hikmat.

Tidak dibatasi kemungkinan adanya pendidik yang berasal dari golongan masyarakat menengah dan bawah. Sebagai golongan masyarakat menengah dan bawah tentulah mereka memiliki kesadaran yang lebih besar mengenai masalah-masalah kemasyarakatan, seperti ketidakadilan yang berlaku di antara golongan kaya dan golongan miskin, khususnya yang berkaitan penyebab kemiskinan dan pembebasan dari kemiskinan tersebut.21 Dan amat menarik bahwa pengajaran tentang ekonomi kerakyatan bertumpu pada bagian ini. Hampir seluruh materi pengajaran tentang ekonomi kerakyatan berada di sini, bahkan seluruh konsep ekonomi kerakyatan juga berada dalam bagian ini. Pada bagian lain tidak banyak memberi bahasan yang sama, dan tidak memberi konsep yang berbeda dengan konsep yang ada. Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa pengajaran tentang ekonomi kerakyatan pada Ams 10:1-22:16; 24-29 menggambarkan konsep pengajaran tentang hal yang sama di seluruh kitab Amsal. Oleh karena itu pembahasan tema akan dilakukan atas perikop ini.



TIP #20: Untuk penyelidikan lebih dalam, silakan baca artikel-artikel terkait melalui Tab Artikel. [SEMUA]
dibuat dalam 0.03 detik
dipersembahkan oleh YLSA