Resource > Jurnal Pelita Zaman >  Volume 13 No. 2 Tahun 1998 >  MENGKAJI IKLAN DARI SUDUT ETIKA > 
II. PERGUMULAN IKLAN DALAM ETIKA BISNIS 

Pernyataan yang terus diperdebatkan dalam dunia bisnis adalah: Apakah bisnis memerlukan etika? Apakah etika dan bisnis merupakan dua bidang yang bertentangan? Ada yang mengatakan bahwa bisnis adalah bisnis dan etika adalah etika. Hal ini disebut oleh Richard T. de George sebagai "mitos bisnis amoral."1424 Maksudnya adalah bisnis tidak ada hubungannya dengan etika. Mereka percaya bahwa tugas bisnis adalah memproduksi, mengedarkan, menjual dan memperoleh keuntungan yang semaksimal mungkin. Oleh karena itu jika pedoman di atas dipakai secara umum maka akan terjadi jurang pemisah antara etika dan bisnis.

Oleh karena iklan merupakan bagian dari etika bisnis, maka produsen perlu diperlengkapi dengan rambu-rambu yang menuntun dan mengarahkan agar bertindak benar, jujur dan bertanggung jawab. Tidak sekedar memenuhi tuntutan bisnis yang selalu mengejar keuntungan maksimal, dengan mengabaikan prinsip keadilan dan penghargaan kepada orang lain.

1. Pengaruh Iklan terhadap Keluarga

Sebuah laporan survei Kompas dengan judul "Bapak, Ibu, Dengarlah" memaparkan pengaruh televisi terhadap orang tua dan anak. Dilaporkan bahwa pada umumnya anak-anak telah terobsesi dengan iklan dalam bentuk: 74,1% berkeinginan untuk membeli barang, 78% minta dibelikan oleh orang tuanya, dan hanya sedikit yang rela membeli dari hasil tabungannya. Mengenai penyebabnya, 57,7% ingin memiliki barang lantaran gambarnya bagus. Sementara itu 3,3% meniru peran tokoh dalam Man, 28,9% meniru lagunya, 81,1% meniru ucapan, dan 70,3% suka menirukan iklan. Dari gambaran di atas, apakah yang perlu kita cermati melalui tayangan iklan? Jika penelitian Kompas itu benar dan dapat mewakili para penonton, maka ini berarti kita sedang "mengindoktrinasi" generasi muda dan cenderung mengarahkan mereka kepada kehidupan konsumtif. Hal ini memerlukan penelitian lebih lanjut.

2. Kemitraan yang Sejajar

Penjual dan pembeli sebenarnya memiliki kepentingan yang hampir sama. Penjual menginginkan keuntungan, sementara pembeli menginginkan kepuasan. Jika keduanya memiliki pola pikir demikian maka penjual sebenarnya tidak perlu membungkus iklan dengan hal-hal yang tidak etis. Segala bentuk manipulasi iklan didasari dengan anggapan bahwa pembeli adalah orang bodoh yang dapat dipermainkan. Namun sebenarnya tidaklah demikian. David Ogilvy, seorang raja iklan dari Amerika yang sangat berhasil, mengatakan bahwa konsumen bukanlah orang bodoh. Konsumen adalah isteri Anda.1425 Sebenarnya produsen dan konsumen adalah kemitraan yang sejajar yang harus dipertahankan sehingga keduanya mendapatkan kepuasan yang maksimum. Di dalam prinsip kesejajaran ini, segala motivasi bisnis kebohongan tidak boleh dipertahankan. Produk yang baik harus dipasarkan menggunakan iklan yang jujur. Kalau menurut Anda produk ini memang tidak baik, maka jangan diiklankan. Kalau Anda mengatakan suatu kebohongan, atau hal yang menyesatkan, maka Anda akan merugikan klien Anda. Akibatnya, Anda memperbesar perasaan bersalah dalam diri Anda, dan juga mengobarkan perasaan marah terhadap seluruh kegiatan iklan Anda.1426 Dengan demikian para pelaku bisnis harus memiliki pemahaman yang benar terhadap produk, peranan iklan dan perasaan konsumen untuk menuju profesi bisnis yang luhur tanpa mengorbankan nilai etika dan moral.

3. Kejujuran dalam Persaingan Bisnis

Suatu kenyataan yang tidak dapat dipungkiri dalam dunia bisnis adalah adanya kompetisi untuk merebut pasar, sehingga tidak jarang produsen berani mengeluarkan biaya promosi yang sangat tinggi. Tetapi perlu diingat bahwa sebenarnya biaya promosi ditanggung oleh pembeli. Jika pembeli tidak hati-hati dalam memilih barang, maka ia telah dirugikan dua kali. Pertama, ia sebagai korban bahwa barang yang dibeli ternyata tidak baik atau palsu, dan yang kedua, konsumen sudah menanggung biaya iklan tersebut. Dalam. hal ini, siapakah yang dipersalahkan? Baik produsen maupun konsumen, keduanya memang tidak mudah di vonis bersalah. Konsumen kurang hati-hati dalam menentukan pilihan, tetapi sebaliknya produsen berusaha mengejar omset penjualan dengan target tertentu melalui iklan.

Yang perlu kita perhatikan sebagai seorang konsumen yaitu makna nilai kejujuran produsen. Ketidakjujuran telah mengakibatkan banyak kerugian. Misalnya, masalah Tambang Emas Busang di Kalimantan Timur yang dipromosikan secara berlebihan.1427 Sebagai seorang produsen Kristen yang jujur dan bertanggung jawab, seharusnya ia berpegang pada Firman Tuhan. Seorang produsen perlu mengembangkan sikap jujur di dalam mengemas produknya tanpa menampilkan bungkus yang sensual, erotis, dan apapun yang tidak menggambarkan produk yang dipasarkan. Dewasa ini dalam dunia periklanan telah terjadi penurunan makna kejujuran, yaitu menggunakan motif menghalalkan segala cara demi mendapatkan keuntungan yang maksimal. Kejujuran yang dimaksudkan adalah kejujuran yang menampilkan iklan yang kembali pada fungsi utamanya sebagai media informasi. Informasi yang memberikan gambaran berdasarkan kegunaan dan keunggulan produk, sedangkan sarana keindahan lain hanya merupakan pelengkap, dan tidak ditonjolkan.



TIP #15: Gunakan tautan Nomor Strong untuk mempelajari teks asli Ibrani dan Yunani. [SEMUA]
dibuat dalam 0.03 detik
dipersembahkan oleh YLSA