Resource > Jurnal Pelita Zaman >  Volume 13 No. 2 Tahun 1998 >  ETIKA AMSAL SALOMO > 
V. PENERAPAN 

Mungkinkah gereja sekarang dapat melaksanakan sikap dan perilaku dari Perjanjian Lama? Ada beberapa pendekatan yang dilakukan. Helmut Lamper mengkategorikan Amsal Salomo ke dalam Taurat yang dapat disarikan ke dalam sepuluh perintah Allah (dekalog).1417 Memang esensi masalah dalam amsal dapat dibandingkan dengan Taurat, namun tidak pernah jelas perintah Allah yang mana yang menjadi dasar suatu amsal. Yang jelas, amsal memang memiliki dasar wahyu (Ams 29:18 "Bila tidak ada wahyu, menjadi liarlah rakyat; berbahagialah orang yang berpegang pada hukum/Taurat"). Amsal, tidak seperti Taurat, adalah objek perenungan dari orang yang berhikmat, bukan dasar untuk pengambilan keputusan. Jadi, tidak cocok menyerupakan amsal dengan Taurat. Lebih lagi, bagaimana mengerti suatu amsal? Apakah amsal adalah suatu pernyataan yang sempurna tentang pengalaman? Ataukah pemahaman setiap amsal terbuka untuk dibicarakan?

J. Barton mengangkat prinsip kepatuhan kepada kehendak Allah yang sudah jelas dinyatakan (obedience to God's declared will) termasuk hukum alam (natural law) dan meneladani Allah (imitation of God).1418 Robert R. Wilson menekankan perlunya hermeneutika, otoritas Alkitab dan keragaman etika Alkitab.1419 Sedangkan E. Otto mengemukakan pentingnya peran hukum dan akibat dari perilaku moral.1420 Akhirnya, meskipun pemahaman tentang amsal akan terus berkembang, penerapan etika amsal akan menjadi Lebih mudah apabila unsur Taurat diperhatikan dan dibandingkan sambil didalami dengan tema-tema alkitabiah yang lain seperti kasih, iman, penebusan, persekutuan, kebebasan, kesejahteraan dan merenungkan mana yang masih relevan bagi kita dewasa ini.



TIP #31: Tutup popup dengan arahkan mouse keluar dari popup. Tutup sticky dengan menekan ikon . [SEMUA]
dibuat dalam 0.03 detik
dipersembahkan oleh YLSA