Resource > Jurnal Pelita Zaman >  Volume 12 No. 2 Tahun 1997 >  WAWANCARA DENGAN CHRISTIANTO WIBISONO > 
SALAH SATU DAMPAK GLOBALISASI ADALAH MAKIN BERKEMBANGNYA PLURALISME AGAMA. DALAM KONTEKS INDONESIA, BAGAIMANA SEHARUSNYA ORANG KRISTEN TETAP MENYAKSIKAN IMANNYA DI TENGAH NEGARA YANG PLURALIS SEPERTI  

Globalisasi memang mengarah ke pluralisasi agama. yaitu pluaralisme agama dengan resiko yang kalau terjadi koalisi-koalisi seperti yang diramalkan Huntington bisa terjadi konfrontasi agama-agama, karena peradaban akan bila dianggap sama dengan agama-agama. Bukan hanya Indonesia global pun plural seperti kata Huntington. Kebetulan Indonesia dan Asean merupakan ajang cross road of pluralism. Kalau di Amerika Serikat dan Eropa dominan Kristen, di Indonesia, Islam, Corifusius, Katolik, Protestan, Hindu bahkan yang animis juga ada. Jadi betul-betul merupakan miniatur global. Jadi betul-betul potential conflict nya besar di sini. Ini yang harus kita antisipasi. Disamping praktek hidup kita yang harus bermoral dan beretika Kristen, kita harus bersikap lebih toleran. Saya lupa apa persisinya istilah yang dipakai dalam dialog antar iman itu. Singkatnya, secara vertikal (masalah ibadah dan hubungan dengan Tuhan red) itu urusan individual, sedangkan secara horisontal kita moderat dan toleran.

Saya ingin kembali ke Alkitab. Seperti yang Yesus sendiri katakan belum tentu orang Farisi itu lebih baik dari pemungut cukai. Memang ini agak sensitif. Mungkin saja orang yang bukan Kristen tapi bermoral dan beretika lebih berkenan di mata Tuhan dari pada seorang yang Kristen KTP tapi tidak bermoral. Ini analognya. Kemungkinan bisa saja Tuhan ngomong begitu. Spirit nya bisa diterima seperti itu. Karena itu saya pikir perlu ada koalisi lintas agama/ritual untuk back to the core of religion, back to the calling, the inner interior of calling.



TIP #04: Coba gunakan range (OT dan NT) pada Pencarian Khusus agar pencarian Anda lebih terfokus. [SEMUA]
dibuat dalam 0.03 detik
dipersembahkan oleh YLSA