Resource > Jurnal Pelita Zaman >  Volume 12 No. 2 Tahun 1997 > 
STATUS WANITA MENURUT ALKITAB 
Penulis: G. Hanny Hernayanti

Kita harus mengakui bahwa selama ini kaum wanita mengalami status conflict dalam mencari identitasnya karena sistem patriarkhal dijadikan alasan utama sehingga wanita seolah-olah menempati status kelas dua di bawah pria. Benarkah pendapat ini? Apakah Alkitab berpendapat demikian mengenai status wanita?

Di dalam Alkitab, kaum wanita memang sudah lama hidup dalam masyarakat patriarkhal karena umumnya mereka tinggal di lingkungan rumah atau keluarga yang seringkali mendapat perlindungan dari ayah, suami atau laki-laki lain dalam keluarga tersebut, kecuali beberapa wanita yang mampu menjadi pemimpin.1176

Penulis akan membahas status kaum wanita menurut Alkitab ditinjau dari kitab Kejadian dan surat Galatia. Doktrin penciptaan menekankan fakta bahwa Allah adalah asal mula dari segala sesuatu, karena segala sesuatu adalah kepunyaan-Nya dan berhadapan denganNya. Dengan kehendak bebasNya, Allah menciptakan segala sesuatu termasuk manusia, yaitu pria dan wanita, dengan tujuan untuk membahagiakan mereka. Melalui kebahagiaan itu mereka memuliakan Allah dengan penyembahan dan pengucapan syukur.1177 Penulis yakin bahwa Allah menginginkan komunikasi yang mesra antara Dia sebagai pencipta dengan manusia sebagai ciptaan, dan hal itu pasti akan mempengaruhi komunikasi manusia dengan sesamanya (termasuk pria dan wanita).

 I. PANDANGAN PERJANJIAN LAMA

Untuk membahas status wanita menurut Perjanjian Lama, penulis membatasi penyelidikan pada kitab Kejadian 1:26-28 saja, khususnya ayat 27 sebagai ayat kunci. Pembahasan akan difokuskan pada beberapa kata penting, seperti "menciptakan", "manusia" (laki-laki dan perempuan) dan "gambar".

Kata "menciptakan" dalam bahasa Ibrani memakai kata "bara" (to shape, create).1178 Kata ini hanya berlaku bagi Allah dalam menciptakan dengan tidak menyebutkan sama sekali bahan yang dipakai dalam pekerjaan tersebut (kecuali dalam Kej 2) dan juga menggambarkan suatu pekerjaan yang tidak ada kesamaannya dengan pekerjaan manusia. Tindakan Allah dalam menciptakan benda-benda langit, tumbuhan, dan binatang sangat berbeda dengan tindakan Allah pada waktu menciptakan manusia. Penciptaan manusia dicatat lebih berseri dan terperinci. Pertama, Allah sebagai Pencipta adalah oknum yang lebih dari satu pribadi ("let Us make"). Kedua, manusia diciptakan menurut gambar Allah ("in Our image"). Ketiga, manusia diciptakan sebagai laki-laki dan perempuan. Keempat, Allah memberikan kepada manusia kuasa atas semua ciptaan-Nya.1179

Kata "manusia" dalam bahasa Ibrani memakai kata "Adham." Selain berarti the man, dapat berarti juga mankind atau men and women.1180 Manusia diciptakan sebagai manusia yang jamak, yaitu laki-laki dan perempuan. Seiring dengan itu, sesungguhnya Allah menciptakan manusia melalui ekspresi kejamakanNya ("let Us make man in Our image").

Kata "gambar" dalam bahasa Ibrani memakai kata "tselem" ("in His own image"). Untuk mengerti manusia sebagai gambar Allah, P.K. Jewett membaginya dalam tiga teologi. Pertama, gambar Allah dapat dilihat dalam umat manusia secara keseluruhan. Kedua, gambar Allah dapat dilihat dalam laki-laki dan perempuan secara bersama-sama. Ketiga, gambar Allah dapat dilihat dalam setiap individu.1181 Sedangkan E. Brunner berpandangan bahwa gambar Allah dapat direfleksikan dalam setiap relasi, bukan hanya sekadar hubungan seksual saja. Karl Barth menyetujui pandangan ini dan menyatakan bahwa gambar Allah merupakan suatu analogi relationis bukan suatu analogi entis (relationship dari being).? Gambar Allah merupakan ungkapan yang menempatkan manusia dalam hubungannya yang khusus dengan Allah. Dalam hubungan pribadinya dengan makhluk lain, manusia menjadi wakil Allah karena ia diberi hak untuk menyelidiki, menguasai dan mempergunakan segala sesuatu di sekitarnya (Kej 1:28; "dan biarlah mereka berkuasa atas..."). Dalam hal ini, laki-laki dan perempuan sama-sama memerintah dunia atas nama Allah.1182

Kesimpulannya adalah bahwa penciptaan manusia, sebagai laki-laki dan perempuan, merupakan suatu bagian integral (bulat, utuh dan perlu untuk memperlengkapi) dari keputusan Allah Tritunggal (lebih dari satu pribadi) untuk menciptakan manusia.1183 Tidak ada indikasi dalam ayat-ayat yang dibahas yang menyatakan bahwa salah satu jenis kelamin lebih rendah daripada yang lainnya karena laki-laki dan perempuan sama-sama diciptakan segambar dengan Allah. Implikasinya, manusia dapat berhubungan sempurna, baik dengan Allah maupun dengan sesamanya.

Persamaan derajat atau status antara laki-laki dan perempuan dibuktikan dengan adanya persamaan mereka sebagai ahli waris, baik atas gambar Allah maupun atas kekuasaan di bumi, baik dalam hubungannya dengan Allah maupun dalam tanggung jawabnya terhadap pengelolaan bumi. Bahkan berkat dan tugas pun tidak terbatas hanya kepada laki-laki atau perempuan saja tetapi tanggung jawab itu ditempatkan di pundak keduanya.

 II. PANDANGAN PERJANJIAN BARU

Penyelidikan status wanita menurut pandangan Kitab Perjanjian Baru dibatasi menurut kitab Galatia 3:28 saja. Pembahasannya mencakup frase demi frase, yaitu frase "dalam hal ini", "tidak ada... atau", "laki-laki atau perempuan" dan "kamu semua satu di dalam Yesus Kristus".

Frase awal dalam ayat 28 "dalam hal ini," sebenarnya tidak ada dalam teks aslinya. Demikian juga ketika kita membandingkan dengan beberapa terjemahan yang lain, seperti King James Version, Revised Standard Version dan New International Version, ayat 28 dimulai langsung dengan perkataan "tidak ada" ("there is nothing"). LAI memang sengaja menambahkannya untuk memperlihatkan bahwa ayat ini ada kaitannya dengan ayat-ayat sebelumnya yaitu melalui iman kepada Yesus Kristus kita semua tanpa pengecualian akan disebut anak-anak Allah (lihat ay 26, 27).

Dalam ayat ini, frase "tidak ada .... atau ...." (there is neither.... nor ....) diulang tiga kali, kecuali kata "atau" di antara "laki-laki" dan "perempuan" seharusnya dalam bahasa Yunani adalah "dan". Bait ketiga dari ungkapan Paulus merupakan pernyataan yang paling keras di antara dua pernyataan sebelumnya, karena bukan hanya menyangkut masalah perbedaan sosial saja melainkan juga masalah perbedaan biologis. Arti kata "dan" di sini menunjukkan kesederajatan jenis kelamin antara laki-laki dan perempuan yaitu sama-sama mempunyai hak untuk menjadi milik Kristus dan menjadi anak-anak Allah.1184

Pengertian "kamu semua satu di dalam Kristus Yesus" merupakan status baru yang diterima anak-anak Allah sebagai pernyataan ciptaan baru dalam Kristus (Gal 6:15b) sehingga setiap perbedaan ras, sosial dan jenis kelamin disatukan dalam satu iman dan baptisan menjadi satu tubuh Kristus yang utuh (1Kor 12:13; Kol 3:11).1185 Paulus tidak menyangkal adanya perbedaan itu secara lahiriah (pria dan wanita), tetapi dia menghendaki perbedaan itu tidak menjadi penghalang sebagian umat-Nya untuk datang menyembah dan melayani-Nya. Jadi kesimpulannya, kita yang telah berada di dalam Yesus Kristus dan telah menikmati relasi yang baik dengan Allah tidak lagi harus membedakan ras, sosial dan jenis kelamin. Manusia dari semua bangsa, golongan, pria maupun wanita adalah sederajat di hadapan-Nya. Hanya oleh anugerah dan iman kepada Kristus Yesus, semua umat manusia akan diterima dan dijadikan anak-anak Allah, tanpa pengecualian (diskriminasi atau favoritisme berdasarkan bangsa, golongan atau jenis kelamin).

Kita dapat membuktikan bagaimana Paulus sungguh-sungguh telah mengizinkan prinsip "tidak ada laki-laki dan perempuan" ini berlaku dalam pelayanan dan kehidupannya sehari-hari. Misalnya, menyangkut penghargaan Paulus kepada wanita-wanita di Filipi yang telah bekerja sama dengannya dalam memberitakan Injil (Fil 4:3), pengakuannya terhadap wanita yang berdoa dan bernubuat di dalam gereja (1Kor 11:10), dan terteranya nama-nama wanita di dalam beberapa suratnya (1 Kor 16:19; 22 Tim 4:19; Rm 16:1-16).

Paulus telah meneladani kehidupan serta pelayanan Tuhan Yesus yang telah lebih dahulu menggenapi konsep persamaan status antara wanita dan pria. Yesus lahir dari seorang wanita (Gal 4:4), sehingga martabat wanita yang rusak akibat kejatuhan manusia ke dalam dosa dikembalikan.1186 Hal yang sama ditunjukkan melalui sikap Yesus terhadap wanita sewaktu perjalanan kelilingNya dari kota ke kota. Ia telah bertemu dan berbicara dengan beberapa wanita seperti pada wanita Samaria di sumur Yakub yang akhirnya menjadi saksi bagi banyak orang, khususnya di kota Samaria itu (Yoh 4:1-42). Tatkala seorang wanita yang tertangkap sedang berzinah dihadapkan kepadaNya, dengan lemah lembut Ia berkata kepadanya dan tidak menghukumnya (Yoh 8:1-11). Pada kesempatan lain, Tuhan Yesus mengizinkan seorang pelacur mendatangiNya ketika Ia sedang makan untuk membasahi kaki-Nya dengan air matanya, menyeka dengan rambutnya dan mencium kaki-Nya (Luk 7:36-50). Contoh yang lain adalah tatkala Ia memberi kehormatan kepada Maria Magdalena untuk menjadi saksi pertama kebangkitan-Nya (Yoh 20:10).

Selama kehidupan-Nya, Tuhan Yesus telah memperlihatkan sikap yang terbuka terhadap kaum wanita sama seperti kepada kaum pria. Yesus Kristus telah menjadi titik pertemuan "ciptaan lama" (ketika manusia jatuh dalam dosa) dan "ciptaan baru" sehingga hubungan pria dan wanita benar-benar dipulihkan kembali.1187



TIP #09: Klik ikon untuk merubah tampilan teks alkitab dan catatan hanya seukuran layar atau memanjang. [SEMUA]
dibuat dalam 0.03 detik
dipersembahkan oleh YLSA