Resource > Jurnal Pelita Zaman >  Volume 2 No. 1 Tahun 1987 > 
ABNORMALITAS SEKSUAL 
Penulis: Ir. Herlianto, MTh31

Masakini, masalah seksualitas sudah bukan lagi merupakan masalah yang tersembunyi bagi masyarakat umum, bukan lagi sesuatu yang bisa ditutup-tutupi seperti pada masa dahulu. Soalnya media massa modern sudah sangat terbuka dalam mengungkapkan rahasia seksualitas manusia, malah bisnis seks sudah merupakan bisnis tua yang selalu muda, mendatangkan keuntungan besar dan sudah berhasil memanfaatkan media massa secara efektif seperti melalui film, kaset video, acara-acara TV, buku-buku, majalah maupun surat-surat kabar, media yang saat ini bukan saja terbatas dalam jangkauan orang dewasa, tetapi dengan mudah sudah bisa dilihat oleh anak-anak kecil.

Sudah banyak kita dengar adanya anak-anak kecil sekitar 10 tahun diajukan ke pengadilan di Indonesia karena terlibat kasus hubungan seksual dengan yang sama-sama dibawah umur, kasus perkosaan beramai-ramai yang sudah sering terjadi, bahkan kita dihebohkan oleh kematiaan bintang tenar Rock Hudson yang dilahap hantu AIDS karena perilakunya yang homoseks.

Dalam masyarakat modern yang makin bebas (permissive society), memang nilai-nilai moral etika dalam bidang seksual sangat diperlukan dan pengertian yang jelas dan benar mengenai soal ini seharunya diinformasikan kepada masyarakat, khususnya kepada umat Kristen. Soal memang arus informasi seksualitas melalui media massa lebih didominasi oleh pandangan seksualitas yang kacau dan bebas, sedang dikalangan gereja hal ini kurang dibicarakan secara terus terang, lebih-lebih dikalangan gereja yang berlatar belakang Injili, soal ini memang sering malah ditutupi dan dianggap tabu untuk dibicarakan.

 SEKSUALITAS MENURUT ALKITAB

Berbicara mengenai tingkah laku seksual yang abnormal (tidak normal) tentulah timbul pertanyaan dalam diri kita, "Kalau begitu seksualita yang normal itu yang bagaimana?".

Sebagai umat Kristen yang takut akan uhan, tentulah kita terlebih dahulu bertanya "Menurut Alkitab bagaimanakah seksualita yang normal itu?"

Dalam kitab Kejadian kita melihat bahwa masalah seksualitas manusia itu berkaitan erat dengan penciptaan Adam dan Hawa. Diciptakannya perbedaan jenis ini merupakan anugerah Allah yang diberikan kepada manusia sesuai dengan tugasnya dalam menjalankan misi hidup manusia di dunia ini.

Adanya dua jenis kelamin dan sifat-sifat perkelaminan (seksualitas) bukanlah akibat dari dosa seperti yang dipandang oleh faham-faham tertentu, tetapi seksualitas adalah bagian dari proses penciptaan Allah yang pada dasarnya baik adanya!

Memang kejatuhan manusia dalam dosa telah menyimpangkan maksud-maksud yang baik itu dan menjerumuskan manusia pada maksud-maksud yang tidak baik, maka tugas kita adalah mengembalikan penyimpangan seksualitas itu pada hakekat seksualitas yang benar.

Maksud Tuhan mengaruniakan "Penolong yang sejodoh" adalah agar kedua pasangan menjalin "Partnership", suatu kesatuan sejodoh yang terdiri dari pria dan wanita, sebagai teman hidup yang saling tolong menolong, saling mengasihi dan saling melengkapi. Hal ini disebabkan adanya alasan bahwa tidaklah baik kalau manusia itu seorang diri saja (Kejadian 2:18-25). Jadi hakekat seksualita manusia tidak bisa dipisahkan daripada maksud Tuhan agar terjadi persatuan hati dan persatuan kasih partnership antara kedua jodoh itu

Tuhan juga bermaksud agar seksualitas itu berfungsi "menyatukan" dan "menjadi satu daging" (Kejadian 2:24; Matius 19:5). Jadi bukan saja seksualitas diciptakan untuk kesatuan hati, tetapi juga untuk kesatuan badan (hubungan seksual).

Maksud terakhir Tuhan menciptakan manusia dalam dua jenis adalah agar manusia menggunakan seksualitas itu untuk "berkembang biak" (Kejadian 1:28), yaitu untuk "menghasilkan anak/keturunan" (prokreasi).

Berbeda dengan faham Roma Katolik yang menitik beratkan tujuan perkawinan/hubungan seksual dalam kaitan dengan prokreasi dan di luar itu dianggap sebagai dosa, firman Tuhan menjelaskan bahwa seksualitas diberikan kepada manusia sebagai anugerah untuk disyukuri, dinikmati dengan penuh tanggung jawab dalam kaitan hubungan kesatuan kasih sejodoh yang sehati, untuk menikmati hubungan seksual sebagai pernyataan kasih secara badani, dan selanjutnya untuk membuahkan anak-anak yang menjadi generasi penerus kedua orang tuanya dalam melanjutkan tugas atau misi manusia di dunia ini.

Jelas bahwa menurut firman Tuhan, seksualitas tidak bisa dilepaskan dari perpaduan Pria dan Wanita yang dijodohkan Allah.

Memang kenyataannya, sejak kejatuhan manusia dalam dosa yang akibatnya digambarkan dalam Alkitab sebagai perubahan anatomi seksual pada wanita dengan pengalaman sakit dalam proses kelahiran bayi, timbulnya birahi dikalangan wanita dan adanya dominasi pria terhadap wanita (male chauvinist), maka kita melihat terjadinya penyimpangan-penyimpangan yang makin menjauh dari maksud Allah menciptakan seksualitas itu!

 PORNOGRAFI

Pornografi dimaksudkan untuk menyebutkan hal-hal yang bersifat cabul, yaitu hal-hal yang secara etis dianggap tidak patut untuk didengar atau dilihat (pornea = najis). Pornografi memang dikaitkan dengan khususnya seksualitas, yaitu pengungkapan sesuatu (biasanya ketelanjangan) yang dapat merangsang nafsu birahi yang melihat atau mendengarnya.

Pornografi ini dapat bersifat lunak (soft porn) yaitu misalnya hanya menunjukkan atau mengungkapkan gambaran atas foto sebagian tubuh manusia yang terbuka atau telanjang, tetapi dapat juga bersifat keras (hard porn) yang mengungkapkan secara terang-terangan hubungan seksual, bahkan lebih lagi pengungkapan adegan seksual yang aneh atau abnormal (homoseks, sadisme).

Pornografi saat ini makin meluas tanpa terbendung lagi lewat media massa baik tertulis, melalui foto-foto kalender maupun majalah-majalah, dan lebih efektif lagi secara hidup ditonjolkan melalui media film, video dan acara TV umum. Di negara-negara maju atau modern sudah banyak dibuka di toko-toko yang memperagakan dan menjual barang-barang cabul secara terbuka (seks shop) bahkan mempertunjukkan hubungan seksual secara hidup (life Show)!

Sudah tidak dapat disangkal lagi bahwa pornografi yang merangsang nafsu birahi itu merusak hakekat seksualitas yang dimaksudkan Tuhan, sebab perangsangan nafsu itu bukan cuma tidak berkaitan dengan hubungan seksualitas tetapi juga tidak dikaitkan dengan hakekat manusia sebagai pribadi dan sebagai gambar Allah yang berhubungan kasih dengan jodoh yang telah dikaruniakan. Rangsangan pornografi yang membakar hawa nafsu itu bukan saja merusak pikiran dan perasaan yang terkena, tetapi juga mendorong seseorang untuk terjerumus kedalam dosa-dosa lainnya seperti masturbasi, perzinahan, pelacuran, perkosaan dan penyimpangan-penyimpangan seksual lainnya, sebab sudah umum diketahui bahwa apa yang kita lihat khususnya dalam hubungan dengan pengungkapan seksual yang sugestif mendorong manusia untuk menirunya, mempraktekkannya dalam kehidupan seksualnya, atau setidak-tidaknya adegan-adegan panas itu tertanam dalam benak seseorang yang sekali waktu akan tersembul keluar. Menghadapi invasi pornografi yang makin hebat dewasa ini umat Kristen jangan hanya bersikap defensif/bertahan dalam arti kata hanya menghindari pengaruh pornografi itu, tetapi harus secara aktif melakukan ofensi dengan ikut serta dalam usaha-usaha pemerintah dalam pemberantasan literatur porno maupun kaset video porno, dengan demikian kita dapat ikut secara aktif pula memelihara moralitas masyarakat khususnya umat Tuhan dengan generasi mudanya.

 MASTURBASI

Yang dimaksudkan dengan Masturbasi adalah perbuatan yang berusaha menyalurkan hasrat seksual dan mencapai kenikmatan seksual di luar hubungan seksual yang wajar, yaitu merangsang alat kelamin sendiri.

Masturbasi itu memang sering secara keliru disebut sebagai "Onani". Dalam Alkitab, apa yang dilakukan oleh "Onan" (Kejadian 38:9) sebetulnya adalah salah satu cara yang dilakukan dalam usaha mencegah kehamilan (metoda KB), yaitu yang disebut 'Coitus interuptus'. Dalam perkawinan, nafsu itu diperlukan sebagai penyaluran kasih suami isteri, nafsu yang ditujukan kepada jodoh untuk memperkuat kesatuan hati yang di jalin dengan saling memberi dan menerima (take and give). Sedang dalam perilaku masturbasi nafsu itu hanya ditujukan kepada diri sendiri, itulah sebabnya perbuatan itu dilakukan dengan sembunyi-sembunyi, dan setelah seseorang melakukannya timbul rasa bersalah, malu, dan bila hal itu dilakukan terlalu sering dapat memupuk dalam jangka panjang sifat-sifat introver dan narsistis (cinta diri) yang tidak baik bagi perkembangan jiwa.

Lebih luas dari pengaruh pornografi, Masturbasi dilakukan oleh banyak orang dan lebih bersifat perilaku umum, setidaknya oleh mereka yang mengalami kematangan seksual dan dorongan nafsu khususnya dikalangan pria yang lebih mudah terangsang daripada wanita. Pornografi banyak berpengaruh dalam kehidupan muda-mudi yang belum menikah, karena itu memerangi kebiasaan masturbasi harus dilakukan sejalan dengan usaha memerangi pornografi karena saling berkaitan.

Orang yang menganggur dan pelamun akan lebih mudah terpengaruh kebiasaan buruk ini, karena itu meningkatkan kesibukan baik berupa olah raga dan menyibukkan diri akan sangat mengurangi kebiasaan yang buruk ini.

Kecaman bahwa perbuatan ini sebagai dosa terkutuk yang mengakibatkan kegilaan tidaklah bijaksana, karena kebiasaan ini biasanya terjadi karena proses rangsangan yang panjang, karena itu doa mohon kekuatan dari Tuhan untuk menumbuhkan kekuatan rohani dari dalam dan usaha menghindarkan pengaruh rangsangan pornografi serta keterlibatan dalam aktivitas yang sehat akan sangat membantu seseorang mengatasi kebiasaan buruk itu.

 PERZINAHAN

Penyimpangan seks banyak terjadi dalam bentuk perzinahan, yaitu melakukan hubungan seksual dengan pasangan di luar pernikahan yang sah.

Sudah jelas pula bahwa hubungan demikian adalah hubungan yang utuh, sebab dalam perzinahan, seseorang telah merusakkan hubungan yang wajar yang sesuai dengan maksud Tuhan dan menjadikan nafsu dan hati mendua sebagai berhalanya.

Perzinahan merusakkan hubungan partnership antara suami dan isteri dan menggantikannya dengan hubungan gelap, karena itu dalam Alkitab, perzinahan dan poligami disebut sebagai penyembahan berhala.

Di samping tiadanya hubungan partnership yang saling mengasihi secara utuh dalam perzinahan dan lebih tertuju pada nafsu birahi dan hati yang bercabang, umumnya hubungan di luar hukum demikian yang dilakukan secara gelap dan sembunyi-sembunyi berusaha selalu menghilangkan jejak dengan cara melakukan pembunuhan janin (abortus) bila misalnya hubungan itu menghasilkan kehamilan, dan bila hubungan zinah itu dibiarkan berlarut-larut dan tidak diselesaikan dengan segera dan tuntas, hal ini akan mengakibatkan pecah dan retaknya hubungan keluarga yang sah atau menjurus pada permaduan yang dalam Alkitabpun sudah banyak contoh menunjukkan akibat-akibat negatif berupa kehidupan keluarga yang kacau, pertentangan antara kedua rival (ingat kasus Hanna isteri Elkana; I Samuel 1).

Hal yang lebih menyesatkan lagi adalah kebiasaan "Melacur" (prostitusi).

Bila perzinahan dilakukan dengan pasang gelap tertentu atau terbatas, pelacuran dilakukan dengan pasangan yang bebas tidak dikenal dan sifat hubungan makin merosot hanya terbatas pada pemuasan nafsu dan kebutuhan akan uang saja.

Sudah jelas bahwa hubungan melalui pelacuran merupakan usaha merusak hubungan seksualitas yang diamanatkan Allah, karena cinta kasih disini yang seharusnya bersifat agape dan philia sudah digantikan dengan sekedar nafsu erotis (eros). Pasangan seksual tidak dihargai sebagai pribadi, tetapi hanya sebagai barang dagangan, benda ekonomi yang tidak dipakai lagi bila sudah dicicipi.

Pelacuran bukan saja menimbulkan dampak negatif bagi segi rohani dan kejiwaan, tetapi secara jasmani menimbulkan kerusakan yang sering mengerikan, sebab pelacuran membuka jendela secara lebar ke arah penularan penyakit-penyakit kelamin (Venerial diseases) seperti Ganorhoe, Syphilis dan bahkan AIDS yang membawa kematian, lebih-lebih pasangan yang terkena penyakit kelamin yang hanya menular melalui hubungan seksual ini biasanya menularkan penyakit itu ke anak yang dikandung mengakibatkan cacat, kebutaan dan lainnya.

Dosa percabulan banyak disinggung oleh Paulus dalam surat-suratnya, bahkan dalam surat I Korintus, 3 fasal (fasal 5-7) digunakan untuk menasehati jemaat Korintus agar memuliakan Allah dengan tubuh kita dengan cara menjauhi percabulan (I Korintus 6:19-20).

Seringkali umat Kristen terlalu menyorot rendah hanya pada wanita yang melacurkan diri, padahal langganan pelacur itu sendiri sama besar dosanya dan dikritik oleh Paulus sebagai orang yang berdosa kepada Tuhan.

Gereja-gereja Kristen sering terlalu sibuk dengan urusan rutin yang bersifat liturgis dan sakramen sehingga melupakan bahwa pendidikan seksual sangat dibutuhkan oleh jemaat masa kini. Bila dahulu hal demikian dianggap tabu, dalam situasi dunia bebas masa kini, justru harus dengan tekun dan rajin dilakukan untuk mencari jawab Tuhan atas masalah-masalah seksual yang banyak dihadapi jemaat Tuhan masa kini.

Perzinahan juga sering terjadi sebagai akibat hubungan suami isteri yang tidak harmonis, karena itu persiapan dan pembinaan bagi jemaat yang memasuki perkawinan maupun bagi suami isteri yang sudah terikat perkawinan perlu dilakukan dengan rajin karena masa kini godaan dunia begitu besar khususnya dalam segi penyimpangan seksual.

Sering terjadi bahwa kejatuhan orang Kristen dalam dosa seksual adalah dikarenakan ketidaktahuan, karena itu pendidikan dan pembinaan seksual harus merupakan bagian dari pembinaan rohani jemaat Kristen dalam rangka memerangi informasi-informasi seksual yang menyesatkan yang dengan rajin dan gencar dikampanyekan oleh anak-anak kegelapan masa kini melalui media massa.

Ada gereja-gereja yang telah menyelenggarakan kateksasi pernikahan atau seminar pernikahan (semacam Marriage Encounter dalam Roma Katolik) yang benar-benarberdasarkan firman Tuhan; hal ini perlu makin gencar dibudayakan dalam misi kristiani agar kita dapat menyiapkan generasi umat Kristen yang baik dan kudus.

Bila tidak kita mulai sekarang, ingatlah bahwa iblis telah bekerja sejak kemarin! Kalau terus begini, bagaimanakah hari esok?

 HOMOSEKSUAL

Perzinahan tidak normal dilakukan dalam bentuk hubungan seksual antar sesama jenis. Bila hal itu dilakukan antara pria dengan pria disebut sebagai 'Homoseksual', sedang bila dilakukan oleh wanita dengan wanita lain disebut 'Lesbian'.

Sudah jelas perilaku demikian makin merusak citra manusia sebagai gambar Allah, sebab bukan saja manusia tidak sadar.bahwa dirinya adalah rumah Allah, mereka juga tidak sadar akan adanya perbedaan jenis yang sudah dikodratkan Allah.

Nafsu yang mengarah pada sesama jenis sudah jelas merupakan penyakit yang perlu disembuhkan, dan firman Tuhan dengan jelas menyebutkan bahwa nafsu homo demikian adalah kesesatan. Mulai dengan masa Sodom dan Gomora sampai masa Paulus hal demikian dianggap sebagai melawan kodrat manusia itu sendiri.

Berdasarkan dalih psikologis banyak orang menganggap bahwa perilaku demikian adalah wajar, sama halnya dengan hubungan seksual yang heteroseksual (dengan lawan jenis) asal dilakukan dengan cinta katanya. Tetapi pengalaman menunjukkan dengan jelas bahwa hubungan cinta homoseksual tidak pernah didasarkan cinta yang kekal, selalu bersifat pendek disertai iri hati, kecemburuan, nafsu menguasai pasangannya dan rapuh sifatnya, bahkan sering diiringi dengan pembunuhan.

Bila perzinahan membuka resiko penularan penyakit-penyakit kelamin yang merusak tubuh maupun keturunan, maka homoseksualitas menghadapkan seseorang kepada penyakit menular lebih mengerikan lagi yaitu AIDS (acquired Immune Deficiency Syndrome) yang hanya ditularkan melalui hubungan homoseksual dan perzinahan, mengakibatkan si penderita kehilangan daya tahan tubuh, dalam waktu dekat menjuruskan kepada kematian mengerikan dan sampai sekarang belum ditemukan obatnya!Tidak dapat disangkal bahwa penyakit-penyakit kelamin (VD) umumnya berakibat mengerikan dan bahkan menabur maut tanpa bisa dicegah seperti dalam AIDS, tentu ada kaitannya dengan penyakit rohani yaitu merosotnya hubungan manusia dengan Tuhannya!Hubungan homoseksual atau lesbian ada yang menganggapnya sebagai wajar saja dan bagian dari sifat manusia. Banyak usaha kaum homo sudah dilembagakan seperti 'Gay movement' yang memperjuangkan hak mereka melakukan praktek seksualnya, sering dikemukakan bahwa pada dasarnya banyak orang mempunyai jenis ketiga yaitu berbadankan pria tetapi dengan jiwa yang kewanitaan. Orang demikian akan cenderung untuk memakai pakaian wanita dan bersolek serta cenderung melakukan hubungan homo (transvestis/wadam). Jangan heran bahwa di dunia modem, yang mempunyai kebebasan berlebihan, sudah ada gereja-gereja kaum homo (gay churches) yang juga mempunyai pendeta yang homo pula!Sudah jelas kita perlu mengakui bahwa memang ada orang-orang yang punya kelainan kejiwaan demikian, tetapi kita harus menyadari bahwa Tuhan tidak menciptakan jenis ketiga di samping jenis pria dan wanita.

Kelainan demikian, baik disebabkan oleh faktor kejiwaan, keturunan ataupun faktor-faktor pengaruh lingkungan adalah penyakit dan dosa, perlu diperdamaikan dengan Allah.

Paulus dengan gamblang menyebutkan kelainan demikian sebagai hal tidak wajar yang tumbuh dari pikiran terkutuk sebagai akibat pemberontakan manusia dari Allah yang mendatangkan murka Allah (Roma 1: 18-32).

Penyakit dan dosa homoseksual ini memang cukup berat dan sukar ditanggulangi, khususnya yang mempunyai kelainan kejiwaan seperti para transvestis, tetapi banyak contoh pekabaran Injil telah membuktikan bahwa mujizat Allah bisa terjadi dan dapat mengalahkan dosa kelainan seksual yang demikian. Banyak orang homo dan lesbian yang bertobat telah dipulihkan dari kelainan jiwanya oleh kuasa Roh Kudus karena mereka mau menyangkali diri dan datang kepada Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamatnya. Banyak pula yang kemudian menikah dan melahirkan anak-anak yang sehat!

Dalam memerangi dosa-dosa seksual, memang umat kristen perlu benar-benar bertekun dalam doa agar kuasa Allah juga dapat dinyatakan melalui pemulihan hakekat seksual manusia yang telah dirusak oleh dosa, dan agar kehidupan seksual umat Kristen yang benar dapat merupakan terang bagi kehidupan seksual di dunia sekular yang dipenuhi kegelapan itu.

 SADISME

Deretan terakhir abnormalitas yang dibahas pada kesempatan ini adalah Sadisme yaitu sikap kejam yang dipraktekkan dalam hubungan seksual, dan kenikmatan seksual hanya diperoleh dengan jalan menyakiti pihak pasangannya. Sebaliknya bila seseorang justru mengharapkan untuk disakiti dalam hubungan seksual itu disebut 'Masochisme'.

Istilah Sadisme mulai populer melalui nama penulis bernama Marquis de Sade yang dalam karangannya menggambarkan kehidupan hubungan seksual yang diiringi dengan kekejaman-kekejaman perilaku yang aneh!

Sikap sadisme dalam bentuk paling sederhana bisa dilihat dengan makin seringnya kasus perkosaan terjadi di Indonesia, perkosaan merupakan usaha melakukan hubungan dengan paksaan bahkan sering diiringi dengan ancaman senjata tajam. Kadang-kadang seseorang baru mendapatkan kepuasan bila pasangannya menjerit kesakitan, bahkan sering terjadi bahwa usaha menyakiti itu dilakukan dengan pemukulan, pemecutan bahkan melukai tubuh pasangannya dengan silet agar darah mengalir, bahkan lebih abnormal lagi sering hal ini dilakukan dengan perkosaan beramai-ramai sampai korban meninggal dunia.

Hal-hal aneh demikian mungkin sekali sering kita jumpai dekat rumah kita, ini menunjukkan bahwa benar-benar kesesatan seksual sudah menyerang moral masyarakat secara terbuka!

Penyakit kegilaan seksual demikian perlu diperangi oleh umat Kristenl Melihat buahbuah hawa nafsu kedagingan jelas bahwa kasus-kasus demikian merupakan ungkapan karya iblis yang benar-benar harus dikalahkan dengan kuasa Roh Kudus.

 BAGAIMANA SIKAP KITA?

Orang beriman akan memandang seksualitas sesuai dengan Allah, bahwa seksualitas tidak dapat dilepaskan dari kesatuan hati yang saling mengasihi dan juga kesatuan jasmani sebagai pernyataan kasih itu. Kenikmatan seksual bukanlah dosa sehingga perlu dibuang dan di_Wmbunyikan, tetapi merupakan anugerah Allah yang patut disyukuri yang diberikan kepada mereka yang menikah perlu dicatat bahwa kenikmatan seksual itu dinikmati sebagai penyalur dan manifestasi kasih antara suami isteri untuk mewujudkan maksud 'sedaging' dalam menjalankan misi kekeluargaan yang diberikan Allah kepada manusia.

Memang harus diakui bahwa masih banyak gereja-gereja Injili yang memandang -seksualitas dengan nada sumbang. Etika seksual dan moralitas sering dipandang sebagai moral pribadi dan kesucian diri, tetapi kita perlu sadar bahwa soal-soal seksual dan moral adalah juga masalah sosial yang menutut kesaksian umat Kristen untuk menghasilkan Etika Seksual yang seturut dengan Kehendak Allah!

Melihat betapa hebatnya serangan media massa yang menyodorkan faham-faham seksual tidak senonoh melalui film-film dan majalah-majalah (X-rated/Blue film) Terutama kaset video telah dengan leluasa memasuki kamar-kamar anak muda za man sekarang, termasuk kamar-kamar orang kristen. Sudah tiba saatnya gereja-gereja Kristen dan umat Kristen memulai program-program pembinaan dan pendidikan seksual secara intensif.

Kita harus menyadari adanya fakta bahwa banyak rumah tangga Kristen zaman sekarang yang dilanda ketidak-bahagiaan seksual, perzinahan bahkan bisa menyerang kehidupan pendcta sekalipun (baca Selingan Tempo no. 39, 22 November 1986 perihal Ulasan 'Madame Mayflower'). Ketidakbahagiaan menyebabkan makin membudaya kasus-kasus perceraian menimpa keluarga Kristen. Benar-benar pendidikan dan pembinaan seksual harus dimulai oleh gereja sejak seseorang memasuki masa remaja dan kedewasaan pemuda. Bagi keluarga-keluarga perlu pula diberikan pembinaan seksual yang meneguhkan pernikahan mereka, sebab kalau tidak jemaat akan lebih banyak mendapat informasi seksual keliru melalui sumber-sumber di luar gereja yang umumnya menyesatkan.

Ibadat Kristiani perlu ditumbuhkan teras sehingga menuju pada kehidupan yang dipimpin oleh Roh.

"Sebab mereka yang hidup menurut daging, memikirkan hal-hal yang dari daging; mereka yang hidup menurut Roh, memikirkan hal-hal yang dari Roh ... Tetapi kamu tidak hidup menurut daging, melainkan dalam Roh, jika memang Roh Allah diam didalam kamu... Semua orang yang dipimpin Roh Allah adalah anak Allah." (Roma 8:1-17).

 DAFTAR BACAAN

Ellis, Havelock, Psychology of Sex, Harvest/HBJ, New York, 1978.

Eysenck, H.J. & Nias, DKB, Sex, Violence and the Media, Harper & Row, New York, 1979.

Fletcher, Joseph, Situation Ethics, Westminster Press, Philadelphia, 1966.

-- & Montgomery, J.W., Situation Ethics, Dimensions Books, Minneapolis, 1972.

Furnish, Victor P., The Moral Teaching of Paul, Abingdon, Nashville, 1979.

Gagnon; J.W. & Simon, W (eds.), Sexual Daviance, Harper & Row, New York, 1967.

Henry, Carl F.H. (ed.), Bakers Dictionary of Christian Ethics, Baker Book House, 1973.

Lindsell, Harold, The World, the Flesh & The Devil, World Wide Publ., Minneapolis, 1973.

Marx, D.I., New Morality, Kalam Hidup, Bandung, 1973.

__, Itu 'Kan Boleh, Kalam Hidup, Bandung 1973.

Narromore, C.M., Encyclopedia of Psychological Problems, Zondervan, Grand Rapide 1973.

Ramsey, Paul, Basic Christian Ethics, Th. University of Chicago Press, Chicago 1980.

Robinson, JT, Christian Morals Today Westminster Press, Philadelphia, 1964.

Verkuyl, Etika Seksual, BPK-Gunung Mulia Jakarta.



TIP #33: Situs ini membutuhkan masukan, ide, dan partisipasi Anda! Klik "Laporan Masalah/Saran" di bagian bawah halaman. [SEMUA]
dibuat dalam 0.06 detik
dipersembahkan oleh YLSA