Resource > Jurnal Pelita Zaman >  Volume 11 No. 2 Tahun 1996 >  BILA TIMUR BERTEMU BARAT > 
III. PERBEDAAN BARAT DAN TIMUR 

Dari sekilas perbincangan masing-masing tentang Barat dan Timur di atas, bisa dilihat ada tiga perbedaan dari keduanya yakni dalam pengetahuan, sikap terhadap alam dan pandangan terhadap individu.957 Tentunya, perbedaan-perbedaan ini sudah di simplifikasi. Dalam kenyataannya, kita tidak pernah menemukan orang Barat atau Timur secara persis seperti ini.

A. Pengetahuan

Budaya Barat menekankan analisis pengetahuan yang kritis dengan mencari unsur sebab akibat dan membangun argumentasi-argumentasi. Hal ini dikarenakan kodrat manusia diletakkan pada akal budinya. Unsur rasionalitas amat ditekankan seperti terlihat pada konsep anima rationale (makhluk berakal budi) dari Aristoteles atau motto cogito ergo sung (aku berpikir, maka aku ada) dari Descartes. Puncak rasionalitas dalam sejarah filsafat Barat terletak pada Hegel dengan filsafatnya yang mengatakan bahwa yang nyata adalah rasional dan yang rasional adalah nyata.958 Maka orang Barat sibuk dengan usaha-usaha mengabstraksikan pengetahuan secara simbolis. Bahkan sekarang muncul begitu banyak pengetahuan-pengetahuan spesialis, yang membuat orang semakin terkotak dalam spesialisasinya sendiri.

Sebaliknya budaya Timur menekankan pengetahuan intuitif yang menyeluruh dan melibatkan unsur-unsur emosi. Bagi orang Timur yang nyata tidak harus selalu bisa dijelaskan secara rasional. Mereka mengakui bahwa ada hal-hal yang tidak dapat dijelaskan akal budi seperti misteri dan irasionalitas. Maka pusat kepribadian manusia tidak terletak pada inteleknya, melainkan pada hatinya. Orang tidak menggantungkan diri pada kata, karena tahu betapa terbatasnya kata-kata untuk mengungkapkan sesuatu. Dengan demikian, ternyata hidup bisa dihayati secara lebih utuh.

Di Timur ide-ide abstrak tidak sepenting ide-ide konkret, karena tujuan utama belajar bukan untuk mengisi otak dengan pengetahuan tapi untuk menjadi bijaksana. Oleh karena itu, orang Timur tidak tertarik melulu pada pengetahuan intelektual, karena dipercaya bahwa itu tidak mampu membuat hidup seseorang menjadi lebih baik. Itu sebabnya di Timur pengetahuan-pengetahuan spesialis tidak berkembang. Yang berkembang adalah pengetahuan mengenai bagaimana menjadi manusia, hikmat hidup dan keterlibatan dengan persoalan-persoalan hidup manusia secara konkret. Seorang misionaris Metodis yang terkenal E. Stanley Jones pernah berkata mengenai perbedaan Timur dan Barat. Di Timur orang bertanya-tanya allah mana yang harus dipercaya, namun di Barat orang bertanya-tanya mengapa harus ada Allah. Untuk orang Barat agama harus sistematis rasional dan akibatnya apologetika berkembang, tapi di Timur orang beragama untuk menghayati hubungannya dengan Allah.

B. Sikap Terhadap Alam

Budaya Timur lebih mendorong orang untuk menghayati diri sebagai bagian dari alam dalam kesatuannya dengan alam, sedangkan budaya Barat menghadapi alam sebagai objek yang bila dikuasai dan dimanfaatkan. Perbedaan sikap ini kentara pada dua contoh syair berikut yang mewakili kedua kebudayaan. Penyair pertama adalah Basho (1644-1694) seorang Jepang.

Ketika saya mengamati dengan hati hati,

saya melihat bunga nazuna sedang mekar dekat pagar!

Ketika menemui bunga nazuna di dekat pagar tua sepanjang jalan desa yang sunyi, Basho tidak menjamahnya, melainkan melihatnya dengan hati-hati. Rupanya bunga itu tampak begitu polos, tanpa kemegahan dan tanpa keinginan diperhatikan siapapun. Namun justru keadaan seperti itu sanggup memancing rasa kagumnya. Seakan-akan bunga itu menyimpan misteri kehidupan yang dalam. Penyair kedua adalah Alfred Tennyson (1809-1892).

Bunga di sela tembok tua,

kucabut kau dari sana,

kugenggam kau di sini, sebagian dan semuanya, dalam tanganku,

bunga yang kecil, andaikan aku dapat mengerti,

apa sebetulnya kau, sebagian dan semuanya,

aku akan tahu apa itu Tuhan dan manusia.

Berlainan dengan sikap Basho, Tennyson tidak membiarkan bunga itu hidup. Ia mencabut, memisahkan bunga itu dari tempat hidupnya. Ia tak peduli dengan nasib bunga itu, yang penting keinginannya terpuaskan. Betapa berbedanya kedua sikap ini!

Orang Timur lebih pendiam dan kontemplatif, sedangkan orang Barat aktif dan eksploratif. Semangat eksploratif ini baik, sepanjang terkendali dan tidak menjadi eksploitatif. Di Barat orang bergumul dengan persoalan tentang berapa banyak manusia harus memiliki, tetapi di Timur orang bergumul dengan masalah bagaimana seharusnya hidup dengan yang sedikit. Orang Timur lebih mencari kekayaan hidup ketimbang kekayaan materi. Maka di Barat manusia menjadi aktor yang aktif mengambil peranan membentuk sejarah. Konsep waktunya juga berjalan menurut garis lurus. Ia harus menentukan nasibnya sendiri dan percaya pada kemampuannya sendiri dalam memerangi penderitaan, penyakit dan kebodohan. Tapi di Timur manusia lebih menerima hidup apa adanya dan pasrah. Ada tuduhan terhadap budaya Barat bahwa sifat eksploitatifnya merupakan aplikasi dari Kej 1:28. Ini tidak betul. Eksploitasi alam merupakan salah aplikasi dari Kej 1:28. karena penguasaan alam di situ bukannya tanpa batas.

C. Individu

Budaya Barat lebih menghargai hak-hak individu. Suasana bebas dijamin supaya orang bisa menikmati hak-haknya. Di Timur martabat manusia juga diakui, namun ikatan hubungan dengan orang lain dan kelompok lebih ditekankan. Kita tidak pernah dibiarkan benar-benar mengurus diri kita sendiri. Kalaupun orang tak terang-terangan mencampuri urusan kita, minimal kita bila menjadi bahan omongan orang lain. Di Barat orang tidak suka usil dengan urusan orang lain, sepanjang orang lain itu tidak mengganggu kebebasannya. Tapi di Timur sudah menikah pun orang tua masih turut campur, karena pernikahan di Timur lebih dari melibatkan dua orang yakni dua keluarga. Itu sebabnya pernikahan yang tidak direstui orang tua, bagi orang Timur tidak baik. Selain itu, orang tidak dapat dengan bebas mengungkapkan isi hatinya, karena banyak pembatasan kultural. Kreativitas belum tentu dihargai, terutama kalau itu lain dari yang biasanya. Maka orang Timur lebih mudah malu, pendiam, tidak mau menonjolkan diri dan pasrah. Namun yang lebih merugikan, banyak cendekiawan Timur berimigrasi ke Amerika, karena di sana mereka jauh lebih dihargai dan leluasa mengembangkan diri. Mahasiswa santai saja di depan dosen dan tidak perlu bersikap terlalu hormat. Dosen wajib melayani pertanyaan murid dengan sabar, karena murid berhak untuk bertanya.

Bisa dikatakan kegotongroyongan dalam lingkungan sosial yang karib membedakan sekali budaya Timur dari budaya Barat.959 Di dunia Barat tidak ada lingkungan karib. Manusia sejati adalah manusia yang bisa mencapai sesuatu bersandarkan kemampuannya sendiri. Ideal hidup seperti ini menjadi sumber sikap gigih manusia Barat terhadap hidup seperti yang terlihat dalam mengeksplorasi alam dan mengorbankan diri demi kemanusiaan. Namun tatkala masalah dan stres datang, mereka mudah merasa kesepian. Di Timur orang hidup dalam lingkaran karib, sehingga ia lebih tergantung pada "apa kata orang' dalam komunitas. Antropolog R Benedict membedakan antara guilt culture dan shame culture. Dalam masyarakat yang menganut guilt culture, perasaan menyesal muncul karena perbuatan salah itu sendiri. Sedangkan dalam masyarakat shame culture, perasaan bersalah baru muncul kalau sudah ketahuan orang banyak. Jadi, sekalipun jelas salah namun kalau belum malu, jalan terus.



TIP #20: Untuk penyelidikan lebih dalam, silakan baca artikel-artikel terkait melalui Tab Artikel. [SEMUA]
dibuat dalam 0.03 detik
dipersembahkan oleh YLSA