Resource > Jurnal Pelita Zaman >  Volume 11 No. 2 Tahun 1996 >  INJIL DAN SINKRETISME > 
GERAKAN ZAMAN BARU 

Roh sinkretisme agama, khususnya pencampuran ajaran Injil terjadi paling ramai pada era Informasi pasca tahun 1960 dimana kebangkitan agama-agama Timur yang bersifat Pantheistik dan Mistik seperti yang berasal dari India (Hinduisme dan Buddhisme) dan Tiongkok (Taoisme) telah ikut memasuki kepercayaan orang-orang Kristen. Pengaruh sinkretisme dengan apa yang dikenal sebagai Gerakan Zaman Baru (New Age Movement) itu begitu hebat memasuki semua aliran Kristen, sehingga dapat di kata tidak ada aliran Kristen yang bebas dari pengaruh orientalisme tersebut.

John Naisbitt mengkhususkan salah satu Bab dalam bukunya untuk membahas gejala New Age Movement yang pengaruhnya menyebar pesat pada era Informasi ini. Ia menyebut New Age Movement mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

"Most agree that the New Age has its roots in the human potential movement and that it has to do with a complex awareness - of the oneness of creation, the limitless potential of humanity, and the possibility of transforming the self and today's world into a better one ... many adopt East's belief in reincarnation ... there is a strong sense that humanity partakes of the devine."941

Mirip dengan pengertian di atas, Russel Chandler dalam bukunya menyebut New Age sebagai:

"New Age is a modern revival of ancient religious traditions, along with a postpourri of influences: Eastern mysticism, modern philosophy and psychology, science and science fiction, and the counter culture of the 50s and 60s."942

Dari kedua uraian dalam kutipan di atas kita dapat melihat bahwa Gerakan Zaman Baru lebih komplek, yaitu sifatnya yang pantheistik dan mistik itu prakteknya lebih luas lagi menjurus pada pengertian sinkretisme yang lebih lanjut dan bersifat global yang lebih dikenal sebagai Universalisme. Russel Chandler memberikan batasan arti Sinkretisme sebagai:

"Fussion of different forms of belief or practice; the claim that all religions are one and share the same core teachings."943

Dalam kekristenan pasca tahun 1960-an kita dapat melihat bahwa falsafah parttheisme dan mistisisme Timur ini setidaknya mempengaruhi kekristenan dalam dua bentuk sinkretisme, sinkretisme lama yang bersifat praktis dan sinkretisme baru yang bersifat filosofis.

Sinkretisme praktis bisa kita lihat pada beberapa praktek penginjil khususnya yang berlatar belakang Pentakosta dan Karismatik seperti yang disebutkan oleh Aritonang sudah terjadi pada awal berdirinya gerakan Pentakosta dimana kepercayaan spiritualisme dan okultisme Afrika merasuk ibadat pentakosta yang mula-mula di Azusa di kalangan jemaat yang berasal dari Afrika:

"Selama bertahun-tahun di Azusa Street ini hampir setiap hari diadakan kebangunan rohani. Dengan berbagai cara: berteriak, menangis, menari, kesurupan dan sebagainya, para pesertanya berupaya atau membuktikan bahwa mereka telah menerima Baptisan Roh dan karunia 'berbahasa lidah', di samping karunia-karunia lain (penyembuhan ilahi dan sebagainya) ... Akan tetapi, tidak sedikit pula di antara pengunjung yang melihat segala yang terjadi itu secara kritis, terutama gejala-gejala dan ungkapan-ungkapan yang emosional dan ekstrem di dalamnya. Lalu diketahuilah bahwa di tengah-tengah massa itu hadir juga kaum spiritualis dan para penganut berbagai aliran kultik, yang memang sudah lama menjamur di sekitar kota itu. Juga sangat terasa pengaruh cara penghayatan dan pengungkapan iman khas Afrika yang sangat spontan dan meledak-ledak ... kaum hipnotis dan spiritualis yang berlatar belakang Afrika, yang telah mengambil alih penyelenggaraan kegiatan di sana."944

Pengaruh sinkretisme praktis juga jelas dipraktekkan oleh penginjil-penginjil Korea seperti yang bisa dilihat dari kutipan berikut:

Banyak gereja Korea mengajarkan "Injil Sukses" (prosperity gospel) yang sebenarnya merupakan pencampuran paham kekristenan dengan shamanisme (perdukunan) yang melihat pahala sebagai motivasi penyembuhan kepada dewa dan yang merupakan paham tradisi nenek moyang Korea.945

Demikian juga perhatikan kesaksian seorang misionari Amerika yang melayani di Korea yang melihat gejala yang sama betapa sinkretisme juga terjadi di sana, ia mengatakan:

Jonggi Cho menganggap bahwa agama Kristen adalah napak ke arah kemakmuran materi, pandangan mana terpengaruh shamanisme Korea, yang dalam prakteknya menjanjikan kesehatan dan sukses dagang. Dalam perdukunan di Korea, juga dipercaya adanya "roh besar" di atas roh-roh lainnya yang tidak bisa dihubungi oleh para dukun/shaman; itulah sebabnya ketika para misionari mengabarkan mengenai "Tuhan Yang mahakuasa", orang Korea dengan mudah dapat menerimanya, tetapi dengan pengertian bahwa Tuhan orang Kristen dipercaya sama dengan roh/kuasa besar itu.946

Sinkretisme praktis itu terlihat juga dalam praktek Pengurapan yang banyak dipraktekkan para penginjil yang termasuk ke dalam Word of Faith Movement, seperti ungkapan berikut:

Pengurapan adalah kuasa dan kehadiran Allah yang dinyatakan ...Ia percaya bahwa pengurapan itu bisa di transfer. Ia berhati-hati untuk menjamah orang sembarangan. "Itu bukan sekedar lambang - ada benar-benar transfer urapan... Bila engkau mengangkat tanganmu dengan Roh Tuhan, dan meletakkannya kepada kepala seseorang, hidup Tuhan di dalammu akan mengalir keluar darimu ke dalam mereka.947

Bagi mereka yang mempelajari Gerakan Zaman Baru akan dengan mudah membandingkan hal ini dengan praktek-praktek kebatinan seperti misalnya Penyembuhan dengan Prana, Silat-silat tenaga Dalam seperti Merpati Putih, Satria Nusantara, dan Sin Lam Ba mempraktekkan kekuatan jamahan tangan yang sama. Pengaruh Gerakan Zaman Baru lainnya dalam bentuk Pengembangan Pribadi (Human Potential Movement) sudah masuk dalam pemikiran orang Kristen dimana tokoh-tokoh yang mengajarkan Positive Thinking, Visualisasi dan Kata-Kata Mantra dan Potensi Manusia Yang Tak Terhingga948 disatupadukan dengan tokoh-tokoh Injil.

Sinkretisme filosofis dan juga berbau mistis bisa kita lihat pada kecenderungan akhir-akhir ini di dalam gerakan Oikumene dan Inter Faith dan khususnya pertemuan Oikumenis Re Imagining yang di gelar di Amerika Serikat yang bayang-bayangnya sudah menghinggapi beberapa teolog Indonesia. Beberapa contoh faham sinkretisme Universalisme demikian bisa dilihat di Gereja St. James di Piccadilly, London. yang sejak satu dasawarsa terakhir memperkenalkan apa yang disebut sebagai "Alternative Ministry" yang jelas berlandaskan kebatinan. Gereja ini pernah merayakan ulang tahun Buddha dengan menyetarakan Buddha dengan Kristus dan mengeluarkan selebaran yang berbunyi sebagai berikut:

Untuk banyak orang Gerakan Zaman Baru, Wesak (bulan purnama ketika matahari ada di rasi Taurus) adalah peristiwa rohani paling penting... Di Timur ini dirayakan sebagai hari kelahiran Buddha. Ada legenda yang menyebut bahwa pada bulan purnama Buddha dan Kristus bersama-sama dengan makhluk-makhluk bebas dan para orang suci meminta berkat besar tahunan untuk planet bumi. Kami akan merayakan Wesak dengan upacara meditasi antar agama di gereja. Kami mengundang semua orang dengan semua latar belakang budaya, agama dan sistim kepercayaan untuk bergabung dalam perayaan batin yang besar ini.949

Pada hari-hari biasa gereja itu mengadakan kelas-kelas latihan Tai Chi, meditasi Yoga dan Zen Buddhisme, dan secara berkala merayakan dengan tarian suci dan meditasi pada bulan baru dan melakukan meditasi untuk kesembuhan planet bumi pada bulan purnama. Beberapa praktek lain termasuk kesembuhan kebatinan, meditasi, hikmat purba, misteri bumi, parapsikologi, futurisme, filsafat isoteris, dan konser musik Zaman Baru juga dilakukan. Pendeta yang sama juga mengaku mengajarkan "penyatuan diri dan mempercayai suara batin" melalui "kesadaran diri":

Setiap orang membutuhkan bimbingan. Namun satu-satunya bimbingan yang benar datang dari dalam batin sendiri, yang tahu pelajaran dan tapak yang kita butuhkan.950

Contoh lain yang terlihat mencolok adalah pertemuan okumenis "Reimagining" yang diadakan bulan Nopember 1993 di Minneapolis, Amerika Serikat. Dari berita berikut kita dapat melihat kemana larinya gerakan yang berlabelkan pertemuan Oikumenis itu mengarah.

Berlandaskan teologia feminisme, para peserta seminar mencari agama-agama pantheistik dan kesesatan gnostik untuk membayangkan kembali (reimagine) tuhan dan jalan keselamatan yang baru. Para hadirin memberkati, bersyukur, dan memuja Sophia sebagai tuhan.951

Pertemuan itu bukan cuma pembahasan teologis soal tuhan 'Sophia' tetapi bahkan melecehkan Tuhan Yesus dan Alkitab dan dalam pertemuan tersebut tuhan sophia dirayakan dengan perayaan patung binatang buas (beast). Beberapa pernyataan yang sarat mitos pantheisme keluar dari konperensi oikumenis tersebut adalah:

Saya pikir kita tidak membutuhkan orang-orang digantung di atas salib dan darah dicurahkan dan cerita penebusan yang mengerikan... kalau kita tidak dapat membayangkan Yesus seperti pohon, sungai, dan hujan, kita akan mati bersama Perjamuan Kudus diadakan dalam pertemuan tersebut dengan pemimpin yang berkata "Sophia, kami merayakan gizi susu dan madumu" dengan ajakan untuk hadir dalam "meja perjamuan ciptaan".952

Dalam pertemuan yang sama Profesor Chung Hyun Kyung dari Korea mengajak peserta mengolah dan memanfaatkan energi ilahi menggunakan tehnik-tehnik Gerakan Zaman Baru.

Pertemuan itu menimbulkan kritik termasuk dari beberapa tokoh gereja-gereja yang tergolong bercorak ekumenis seperti gereja Presbyterian dan Methodist, dan menganggapnya sebagai sudah 'terlalu jauh' bergeser dari amanat yang harus dibawakan oleh gereja Tuhan.

Prinsipnya sinkretisme yang terakhir ini sudah menjurus pada pembentukan agama baru Universalisme yang beranggapan bahwa semua tokoh-tokoh agama adalah para avatar yang sama-sama menjadi penghubung dengan dunia ilahi dan semua agama akan menuju pada satu agama yang menyembah tuhan yang Satu itu. Tuhan Yesus Kristus bukan lagi dianggap sebagai satu-satunya jalan tetapi hanya sebagai Salah satu jalan saja.



TIP #07: Klik ikon untuk mendengarkan pasal yang sedang Anda tampilkan. [SEMUA]
dibuat dalam 0.03 detik
dipersembahkan oleh YLSA