Resource > Jurnal Pelita Zaman >  Volume 11 No. 2 Tahun 1996 > 
EDITORIAL 

Dalam sejarah gereja, ada dua sikap terhadap kebudayaan. Bapa gereja seperti Tertulianus dengan tegas menolak kebudayaan dunia. Ia menganggap semua hasil pikiran dan tangan orang non Kristen hanya melayani dosa manusia sehingga interaksi dengan kebudayaan dunia akan menyelewengkan orang Kristen dari iman yang benar. Sebaliknya, Hieronimus dan Basil memuji karya tulis non Kristen sebagai karya yang tidak kalah kualitasnya dengan Alkitab. Bagi mereka, kebudayaan apa pun bukan saja layak tetapi harus dipelajari orang Kristen untuk dimanfaatkan secara wajar dan kritis.

Dilema masih tetap dihadapi orang Kristen hingga hari ini. Di satu sisi setelah percaya pada Kristus, orang Kristen masih tetap hidup di dunia, di tengah-tengah masyarakat dengan sistem dan kebudayaan yang telah mapan. Orang Kristen mempunyai tanggung jawab untuk "mengerjakan keselamatan" (Flp 2:12). Di sisi lain, masyarakat dan kebudayaan telah tercemar oleh dosa. Apa yang dihasilkannya kecemaran juga. Sesungguhnya orang Kristen yang telah dibenarkan dan dikuduskan dipanggil untuk memantulkan terang Allah, menyuarakan kebenaran, dan menabur kekudusan di tengah masyarakat di mana Allah menempatkannya. Redaksi menyadari bahwa Injil dan kebudayaan adalah topik yang terlalu luas untuk dibahas dalam halaman-halaman yang terbatas. Apa yang disajikan dalam edisi ini, katakanlah hanya ibarat prolegomena ke dalam isu-isu Injil dan kebudayaan yang masih terbentang luas dan terus berkembang.

Dalam kesempatan ini pula, Redaksi mengimbau pembaca setia untuk mendukung Jurnal Pelita Zaman dalam bentuk naskah, dana atau turut mempromosikan/menyalurkan jurnal ini supaya bisa menjadi berkat yang lebih besar. Kelangsungan hidup jurnal ini ada di tangan kita bersama. Tuhan memberkati!



TIP #30: Klik ikon pada popup untuk memperkecil ukuran huruf, ikon pada popup untuk memperbesar ukuran huruf. [SEMUA]
dibuat dalam 0.03 detik
dipersembahkan oleh YLSA