Resource > Jurnal Pelita Zaman >  Volume 11 No. 1 Tahun 1996 >  KATEKISASI > 
KAITAN-KAITAN KATEKISASI 

Kalau kita amati, maka kita dapat memperoleh kejelasan, bahwa katekisasi berkaitan dengan

1. Dogma gereja

Katekisasi mengajar berdasarkan dogma gereja yang bersangkutan. Setiap denominasi gereja membuat buku katekisasi dengan penekanan yang berbeda. Kendati tentang inti keKristenan sendiri mungkin saja banyak memiliki persamaan. Tak mengherankan bahwa perbedaan tekanan itu sering diterima secara berbeda pula dalam diri murid katekisasi. Kita berharap bahwa para murid katekisasi yang kelak menjadi anggota sesuatu jemaat tertentu dapat menerima perbedaan penekanan itu secara terbuka, khususnya apabila mereka berada dalam forum-forum oikoumenis.

2. Etika gereja/Kristen

Dalam kaitannya dengan etika secara umum, gereja-gereja mempunyai persamaan-persamaannya, kecuali dengan praktik etika yang lebih rinci, dapat terjadi perbedaan pandangan etis antara gereja yang satu dengan gereja yang lain. Hal ini berangkat dari perbedaan penghayatan terhadap hukum-hukum Tuhan pada umumnya. Contoh: hal merokok, bunga uang, merias diri (make up), dan lain-lain.

3. Praktek spiritualitas

Masalah spiritualitas amat ditentukan oleh bagaimana sebuah gereja telah melaksanakannya dalam tradisi kehidupannya sehari-hari. Praktik doa, puasa, persembahan, penghayatan iman dalam pergaulan di tengah masyarakat, dan lain-lain di sebuah gereja akan mendorong seluruh anggota jemaat untuk mewujudkannya dalam kehidupan pribadi dan keluarganya. Itulah sebabnya kita mengenal ciri khas gereja tertentu, yang melaksanakan hal-hal itu, sedang di gereja yang lain tidak.

4. Tata Gereja/Tata Laksana

Sekalipun tata gereja/tata laksana bukan landasan hakiki iman Kristen, namun tetap perlu mendapat perhatian anggota jemaat, mengingat itulah "aturan main" dalam kehidupan bergereja. Ketaatan dan sikap menghargai tata gereja/tata laksana akan menjadikan kehidupan bergereja itu jelas. Namun demikian, tata gereja/tata laksana tak boleh dijadikan sebagai Torah baru atau Alkitab baru.

5. Tradisi gereja

Praktik kehidupan berjemaat yang bertahun-tahun dan mengakar di tengah jemaat dapat disebut tradisi gereja. Tradisi gereja yang baik hendaknya dilestarikan dan diajarkan kepada anggota jemaat yang baru, agar mereka mengikuti apa yang selama ini berlangsung di dalam jemaat tersebut. Misalnya, kebaktian pengucapan syukur tahunan, pelaksanaan perayaan Perjamuan Kudus. Baptisan/Baptisan Anak, dan lain-lain.

Kaitan-kaitan itu perlu diketahui oleh para calon anggota, sehingga mereka dapat mempertimbangkan kesediaannya sebelum masuk dalam lingkungan jemaat. Sesudah mereka merasa benar-benar mantap, jadilah mereka sebagai anggota-anggota jemaat yang benar-benar paham akan ajaran, tradisi dan praktik kehidupan Kristen/jemaatnya.

Pada masa kini, kita juga menjumpai perkembangan mobilitas kehidupan beroikoumene, baik melalui pergaulan antar gereja, maupun antar individu. Kenyataan ini sering membuat terjadinya arus perpindahan timbal balik anggota-anggota jemaat dari sini ke sana dan sebaliknya. Karenanya, kita mengenal adanya anggota anggota jemaat dari gereja-gereja yang seazas dan yang tak seazas; gereja-gereja dalam ikatan Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) dengan PSMSM-nya (Piagam Saling Mengakui dan Saling Menerima) dan yang bukan anggota PGI. Pernikahan juga membawa dampak, misalnya suami dan istri yang semula berasal dari dua gereja, kemudian bergabung dalam satu gereja. Amat diharapkan. bahwa semua arus perpindahan itu terjadi karena alasan-alasan yang sehat dan bukan akibat dari suatu perselisihan atau penilaian terhadap kepemimpinan gereja yang dirasakan merugikan anggota jemaat yang bersangkutan. Misalnya, seseorang yang merasa diperlakukan tidak memuaskan antara lain ditegur dan digembalakan khusus oleh pimpinan jemaatnya pindah ke jemaat lain atau seorang anggota jemaat pindah ke jemaat lain karena tak puas dengan praktik kehidupan jemaat semula.

Terhadap semua kejadian itu, terutama perpindahan dari dari gereja yang azas pengajarannya berbeda, seseorang diwajibkan mengikuti katekisasi untuk kemudian mengaku sidi (tanpa dibaptis lagi). Maksudnya adalah untuk menguji kesesuaian hati orang yang bersangkutan dengan ajaran jemaat/gereja yang baru dimasukinya, sehingga ia memahaminya dan sekaligus juga merasa at home untuk bergereja di sana.



TIP #24: Gunakan Studi Kamus untuk mempelajari dan menyelidiki segala aspek dari 20,000+ istilah/kata. [SEMUA]
dibuat dalam 0.02 detik
dipersembahkan oleh YLSA