Resource > Jurnal Pelita Zaman >  Volume 11 No. 1 Tahun 1996 >  KATEKISASI > 
PENDAHULUAN 

Gereja Kristen pada umumnya mengenal katekisasi sebagai kegiatan yang mutlak ada dan direncanakan. Kegiatan tersebut merupakan Cara menetapkan seseorang sebagai calon anggota jemaat, sesudah yang bersangkutan memenuhinya secara memadai, antara lain paling sedikit mengikuti 80 persen jadwal yang disediakan. Dengan mengikuti katekisasi, calon anggota jemaat diharapkan memahami prinsip-prinsip ajaran Kristen yang berlaku di gereja tersebut dan dapat mengamalkannya dalam praktek kehidupan bergereja ketika ia telah menjadi anggota jemaat itu secara penuh yang ditandai dengan sakramen baptisan.

Kegiatan katekisasi biasanya memakan waktu 6-9 bulan, bergantung pada keluasan bahan pelajaran katekisasi, pokok-pokok tata gereja/tata laksana dan pemahaman tentang kehidupan praktis gereja/jemaat itu. Tujuannya agar calon anggota benar-benar dapat mempertanggungjawabkan kehidupan iman Kristen dan karakter sebagai warga jemaat. Tentu saja katekisasi semacam ini tak dikenal di gereja yang menganggap cukup jika seorang simpatisan telah datang dua tiga kali dalam kebaktian hari Minggu, kemudian dapat langsung dibaptiskan berdasarkan pertimbangan pendeta gereja itu. Alasannya, biarlah Roh Kudus yang bekerja dalam diri orang itu dan mengajar dia memahami kehendak Tuhan baginya dalam kehidupan selanjutnya.

Dalam lingkungan gereja yang melaksanakan katekisasi, sering terdengar keluhan para calon anggota, "Masuk gereja lebih sukar ketimbang masuk sorga!". Alasannya, bukankah kalau seseorang telah menyatakan imannya kepada Tuhan Yesus artinya ia diselamatkan? Sedangkan mengikuti katekisasi harus berminggu-minggu lamanya, ditambah lagi tugas menghafalkan ayat-ayat Alkitab. Mengapa gereja tidak mempermudah dengan segera membaptis saja? Terlebih tujuan masuk gereja adalah untuk jadi orang baik. Di sisi lain, gereja pun mengemukakan alasannya, yaitu agar seseorang betul-betul jadi Kristen dengan niat yang benar. Kesungguhan seseorang akan teruji apabila calon anggota jemaat itu rajin mengikuti katekisasi. Dengan demikian, gereja benar-benar mendapatkan calon anggota yang berkualitas, paham terhadap prinsip-prinsip ajaran Kristen dan kelak aktif melakukan pelayanan gerejawi. Jangan sampai gereja kecolongan membaptis seseorang yang sebetulnya tak berniat menjadi orang Kristen yang bersungguh-sungguh, padahal hakekat baptisan adalah meterai suci dari Tuhan sendiri, yang tak boleh diberikan sembarangan.

Di tengah perbedaan pandangan itu, umumnya katekisasi tetap dilaksanakan. Prinsip mempersiapkan calon anggota dengan bekal pemahaman ajaran gereja lebih diutamakan, ketimbang secara langsung membaptis calon anggota itu. Langkah ini tidak menutup keinginan gereja untuk menambah jumlah anggotanya sebab dengan tindakan ini, pada akhir masa katekisasi diharapkan gereja dapat memperoleh hasilnya yaitu anggota jemaat yang benar-benar memenuhi cita-cita gereja yakni memahami ajaran gereja bersama dalam persekutuan dengan anggota-anggota jemaat yang telah lebih dahulu mengamalkan ajaran itu dalam kehidupan pribadi dan keluarganya serta aktif dalam penugasan gereja berupa kesaksian dan pelayanan. Bukan sebaliknya, karena ketidaktahuan terhadap hakikat pentingnya ajaran gereja -- dogma gereja dan etika Kristen -- anggota yang bersangkutan melanggar ajaran gereja dan hukum Allah dan harus dikenai penggembalaan khusus (disiplin gerejawi) oleh majelis jemaat.

Segi kesaksian dan pelayanan gereja dipersiapkan melalui calon anggota tersebut sehingga pada saat menjadi anggota, ia juga dapat mengambil bagian dalam kesaksian dan pelayanan gerejawi. Dengan demikian, sesudah menerima Injil dari orang lain, ia pun terpanggil meneruskan berita Injil kepada orang lain. Demikian seterusnya. Begitu pula dalam hal pelayanan. Jika seseorang telah merasakan pelayanan gerejawi, sangat diharapkan ia juga dapat melakukan pelayanan gerejawi itu kepada orang lain. Dengan cara ini, estafet kesaksian dan pelayanan dapat secara terus menerus dilaksanakan sampai tercapai tujuan menjadikan sekalian bangsa menjadi murid Tuhan Yesus (Mat 28:19-20).

Memperhatikan hal-hal tersebut, katekisasi ternyata mempunyai banyak muatan. Sekiranya rencana ini terlaksana dengan baik, hasilnya dapat dinikmati oleh orang yang bersangkutan dan gereja tempat ia menjadi anggota. Gereja memperoleh anggota jemaat yang benar-benar handal dalam mewujudkan kehidupan gerejawi/Kristianinya sehari-hari di tengah masyarakat. Dapat dikatakan bahwa anggota jemaat tersebut bukan sekadar Kristen KTP, Kristen Minggu atau Kristen karena pacar, melakukan benar-benar Kristen sejati, Kristen milik Kristus dan Kristen lahir batin.



TIP #30: Klik ikon pada popup untuk memperkecil ukuran huruf, ikon pada popup untuk memperbesar ukuran huruf. [SEMUA]
dibuat dalam 0.03 detik
dipersembahkan oleh YLSA